• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PENUTUP. Bagian penutup ini berisikan kesimpulan dari bab-bab pembahasan sebelumnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII PENUTUP. Bagian penutup ini berisikan kesimpulan dari bab-bab pembahasan sebelumnya"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

131 BAB VII

PENUTUP

Bagian penutup ini berisikan kesimpulan dari bab-bab pembahasan sebelumnya dan berisikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi PD BPR Bank Bantul dan PD BPR Bank Sleman pada khususnya, serta BUMD pada umumnya.

a. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, pertama, terdapat variasi efektivitas organisasi di antara Bank Bantul dan Bank Sleman. Penelitian ini menggunakan dua aspek untuk mengetahui komparasi efektivitas BUMD, yaitu kemampuan mencari laba dan kemampuan meningkatkan kesejahteraan nasabah, terlihat bahwa secara keseluruhan Bank Sleman dapat dikatakan lebih efektif sebagai sebuah BUMD dibandingkan dengan Bank Bantul. Hal ini terlihat dari lebih besarnya laba organisasi yang dihasilkan dan lebih optimalnya jasa pelayanan organisasi Bank Sleman dalam meningkatkan kesejahteraan nasabah jika dibandingkan dengan Bank Bantul. Selain itu tingkat kesehatan Bank Sleman lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Bantul meskipun keduanya memperoleh predikat sehat. Bank Sleman dalam semua aspek kesehatan bank memperoleh predikat sehat sementara Bank Bantul dalam aspek manajemen mendapat predikat kurang sehat. Efisiensi organisasi Bank Sleman sudah memperlihatkan kondisi yang lebih memuaskan

(2)

132 dibandingkan dengan Bank Bantul. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai BOPO Bank Sleman sebesar 72% sedangkan Bank Bantul 82%. Kemudian perkembangan laba Bank Sleman lebih baik dibandingkan dengan Bank Bantul. Bank Sleman mempunyai perkembangan laba yang selalu naik dan kenaikannya cukup signifikan, sementara perkembangan laba Bank Bantul cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun.

Pemanfaatan kredit oleh nasabah di Bank Bantul terjadi penyimpangan yaitu kredit UMKM yang seharusnya digunakan untuk modal usaha digunakan untuk kegiatan konsumtif, sementara di Bank Sleman tidak dijumpai kasus demikian. Kedua Bank mempunyai jumlah penyaluran kredit pegawai yang lebih banyak dibandingkan kredit umum/usaha. Namun Bank Sleman mampu mengurangi persentase jumlah kredit pegawai tiap tahunnya sedangkan Bank Bantul justru mengalami kenaikan persentase kredit pegawai yang disalurkan tiap tahunnya. Kredit yang diberikan oleh Bank Bantul dan Bank Sleman cukup memberikan pengaruh terhadap peningkatan pendapatan para nasabah yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan karena kredit tersebut berperan penting sebagai modal usaha maupun pengembangan usaha.

Kedua, penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi efektivitas organisasi pada Bank Bantul dan Bank Sleman, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, pertama faktor sumber daya manusia. Struktur jumlah pegawai Bank Sleman lebih ramping dibandingkan dengan Bank Bantul sehingga beban kerja Bank Sleman lebih tinggi daripada Bank Bantul. Namun dalam pembagian kerja, di Bank Bantul belum seimbang

(3)

133 dan terjadi tumpang tindih job desk, sementara di Bank Sleman pembagian kerja sudah seimbang. Kualitas pegawai Bank Sleman lebih baik dibandingkan dengan Bank Bantul, yang dilihat berdasarkan jumlah pegawai untuk lulusan S1 dan S2 lebih banyak dimiliki Bank Sleman. Dalam perkembangan karir sendiri, Bank Bantul mash kalah dengan Bank Sleman. Bank Bantul menerapkan sistem senioritas untuk pengisian jabatan, sedangkan di Bank Sleman menekankan pada kinerja dan kompetensi pegawai untuk perkembangan karir pegawai. Dalam hal kesejahteraan pegawai, kedua bank menaruh perhatian pada aspek tersebut. Namun dapat dikatakan tingkat kesejahteraan pegawai di Bank Bantul lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Sleman. Semua pegawai di Bank Bantul memperoleh tunjangan kinerja tanpa harus mempunyai performa yang baik karena tidak ada sistem penilaian kinerja, sedangkan di Bank Sleman tunjangan kinerja pegawai diberikan berdasarkan kinerja dari pegawainya. Perbedaan kondisi SDM di kedua organisasi tersebut berpengaruh terhadap kinerja organisasi sehingga memunculkan variasi efektivitas organisasi.

Kedua, faktor kepemimpinan, kemampuan pemimpin dalam memberikan motivasi di Bank Bantul masih kurang jika dibandingkan dengan pimpinan Bank Sleman. Pimpinan Bank Bantul kurang tegas dan masih mentolerir kesalahan yang dilakukan pegawai sehingga sistem punishment menjadi tidak berjalan dengan baik. Selain itu pimpinan juga cenderung memperlakukan pegawai sebagai bawahan bukan sebagai partner kerja. Sedangkan pimpinan Bank Sleman memberikan motivasi

(4)

134 melalui penekanan etos kerja disiplin dan pemberian keteladanan. Selain itu kecakapan pimpinan dalam berkomunikasi dengan bawahan lebih dimiliki oleh pimpinan Bank Sleman dibandingkan dengan pimpinan Bank Bantul. Pimpinan Bank Bantul tidak mempunyai kedekatan dalam hubungan berkomunikasi karena pimpinan jarang berada di kantor dan jarang menjalin komunikasi dengan bawahannya. Sedangkan pimpinan Bank Sleman cukup fleksibel dan tidak rigid dalam membuka jalur komunikasi dengan bawahan. Perbedaan kondisi kepemimpinan di kedua organisasi menyebabkan adanya variasi efektivitas organisasi karena seorang pimpinan merupakan sosok sentral yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuan.

Ketiga, faktor nasabah, penilaian profil bank oleh nasabah Bank Sleman lebih baik jika dibandingkan dengan Bank Bantul karena untuk komplain yang datang dari nasabah lebih banyak terjadi di Bank Bantul dibandingkan dengan Bank Sleman. Selain itu jumlah dan peningkatan nasabah yang dimiliki oleh Bank Bantul masih kalah dari Bank Sleman, meskipun cukup banyak nasabah yang mempunyai penilaian baik terhadap Bank Bantul. Kemampuan nasabah Bank Bantul dalam mengembalikan kredit lebih rendah dibandingkan dengan nasabah Bank Sleman. Hal ini dapat dilihat dari persentase NPL (Non Performance Loan) Bank Bantul yang cenderung meningkat dan melebihi ambang batas yang ditentukan oleh OJK sebesar 5%. Sedangkan persentase NPL Bank Sleman terbilang rendah karena selalu di bawah 1%. Dalam proses pemberian kredit, Bank

(5)

135 Bantul hanya menggunakan satu pihak untuk menganalisis kredit, sedangkan Bank Sleman melakukan pemisahan anggota analisis kredit menjadi 3 bagian. Perbedaan penilaian nasabah maupun kemampuan nasabah mengembalikan kredit menyebabkan variasi efektivitas organisasi karena nasabah merupakan pengguna jasa yang mempunyai peran cukup besar dalam mewujudkan tujuan organisasi.

b. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, berikut ini dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas PD BPR Bank Bantul dan PD BPR Bank Sleman sebagai berikut :

1. Saran untuk Bank Bantul :

a. Bank Bantul perlu untuk memperbaiki manajemen organisasi bank agar tingkat kesehatan bank berada dalam kondisi sehat dan melakukan peningkatan efisiensi organisasi dengan menerapkan prinsip-prinsip pengetatan anggaran, baik pengeluaran operasional maupun non operasional.

b. Bank Bantul perlu untuk menyeimbangkan proporsi kredit dari kredit pegawai dan kredit usaha melalui penambahan penyaluran kredit untuk usaha kecil maupun menengah.

c. Bank Bantul perlu untuk melakukan evaluasi secara intensif kepada para nasabah kredit usaha agar kredit yang disalurkan tidak salah sasaran dan memang diperuntukkan untuk kegiatan produktif. Selain itu untuk menangani tingginya angka kredit macet melalu peningkatan

(6)

136 upaya manajemen resiko dan melakukan pemisahan antara AO (Account Officer), analis kredit, dan appraisal jaminan.

d. Faktor SDM di Bank Bantul sebaiknya diperbaiki dengan melakukan analisis beban kerja ulang, perbaikan sistem perkembangan karir bagi pegawainya, dari sistem senioritas dan hasil tes diubah menjadi berbasis kinerja serta menerapkan sistem penilaian kinerja bagi para pegawainya sehingga sistem reward dan punishment dapat berjalan. e. Pimpinan Bank Bantul perlu untuk membangun kedekatan personal

dengan seluruh pegawainya agar komunikasi lebih berjalan lancar namun tetap tegas terhadap kesalahan yang dilakukan pegawai. Selain itu pimpinan Bank Bantul juga perlu bertindak sebagai role model bagi pegawai yang memberikan aksi contoh bagi para pegawai, bukan sebagai pemberi perintah.

f. Bank Bantul sebaiknya perlu untuk terus meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan merespon komplain dari nasabah sebagai masukan untuk perbaikan pelayanan organisasi bank ke depannya.

2. Saran untuk Bank Sleman

a. Bank Sleman perlu untuk menyeimbangkan proporsi kredit dari kredit pegawai dan kredit usaha melalui penambahan penyaluran kredit untuk usaha kecil maupun menengah.

b. Bank Sleman sebaiknya perlu untuk terus meningkatkan pelayanan kepada nasabah dan merespon komplain dari nasabah sebagai masukan untuk perbaikan pelayanan organisasi bank ke depannya.

(7)

137 c. Bank Sleman perlu untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas

baik dari segi SDM, kepemimpinan dan nasabah. 3. Saran untuk pemerintah daerah

a. Pemerintah Kabupaten Bantul dan Sleman perlu untuk menjaga agar pemerintah tidak terlalu mengintervensi manajemen organisasi bank. b. Pemerintah Kabupaten Bantul dan Sleman perlu untuk memfokuskan

tujuan organisasi BUMD apakah murni mencari laba atau meningkatkan ekonomi UMKM.

Referensi

Dokumen terkait

Teori-teori yang digunakan untuk menganalisis bersumber dari pemikiran para ahli yang telah melakukan penelitian (Soewardikoen, 2013:6). Studi pustaka dilakukan dengan

[r]

Medium TC (Taoge Cair) berdasarkan susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan

Jumlah aktiva anak perusahaan tersebut mencerminkan masing-masing sebesar 0,7% dan 0,8% dari jumlah aktiva konsolidasi pada tanggal 31 Desember 2001 dan 2000, dan jumlah

Pencapaian tersebut tak terlepas dari posisi Danamon yang semakin diperkuat dengan bergabungnya MUFG Bank sebagai pemegang saham pengendali baru, yang kami percayai akan

DAMPAK PENERAPAN METODE LATIHAN TABATA DALAM AKTIVITAS LARI TERHADAP KEMAMPUAN AEROBIK DAN ANAEROBIK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

4) Tangki, waduk, pipa-pipa, batako. Tipe II: Semen ini digunakan untuk pencegahan serangan sulfat dari lingkungan, seperti sistim drainase dengan sifat kadar

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dengan cara mengomposkan ampas tebu menggunakan 23 isolat bakteri hasil skrining dari Tandan Kosong