• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Pajak Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 2.1.1. Pengertian pajak

Pajak merupakan iuran wajib rakyat untuk negaranya yang bersifat memaksa menurut undang-undang dan tidak mendapat timbal balik secara langsung melainkan digunakan untuk pembayaran pengeluaran kepentingan umum.Pajak memliki peranan yang sangat penting untuk kehidupan bernegara guna membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pelaksanaan pembangunan (Mimmy Sari Syahputri, 2013).

2.1.2. Jenis pajak

Penerimaan negara dalam bentuk pajak hampir dipastikan setiap tahunnya meningkat sesuai dengan perkembangan perekonomian yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.Di Indonesia terdapat beberapa jenis pajak, berdasarkan pengelolahannya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dan pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah.

1. Pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yaitu berupa Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM), Bea Materai (BM), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

2. Pajak yang dikelola pemerintah daerah yaitu berupa Pajak Pembangunan 1 (PP1), Pajak Hotel, Pajak Kenderaan Bermotor (PKB), Pajak Restoran dan pajak-pajak lainnya yang sesuai dengan kepentingan daerah masing-masing (Mimmy, 2013).

(2)

2.1.3. Wajib pajak

Wajib pajak merupakan badan atau pribadi (subjek pajak) yang dikenakan kewajiban membayar pajak yang meliputi pembayaran pajak, pemungutan pajak dan pemotongan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan perundang-undangan perpajakan.

2.2. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Sesuai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan jenis pajak yang kewenangannya ada pada Provinsi. Yang menjadi objek dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.

2.2.1. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.

1. Termasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud

kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).

2. Dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat adalah:

i. kereta api

ii. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk

(3)

iii. Kendaraan Bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah

2.2.2. Subjec Pajak Kendaraan Bermotor

1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.

2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor.

3. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

2.2.3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor

1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: 2. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar

1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen)

3. Untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).

4. Kepemilikan Kendaraan Bermotor didasarkan atas nama dan/atau alamat yang sama.

5. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang

ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan

paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).

6. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).

(4)

2.2.4. Masa Pajak Kendaraan Bermotor

1. Pajak Kendaraan Bermotor dikenakan untuk Masa Pajak 12 (dua belas) bulan berturut turut terhitung mulai saat pendaftaran Kendaraan Bermotor.

2. Pajak Kendaraan Bermotor dibayar sekaligus di muka.

3. Untuk Pajak Kendaraan Bermotor yang karena keadaan kahar (force majeure) Masa Pajaknya tidak sampai 12 (dua belas) bulan, dapat dilakukan restitusi atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi Masa Pajak yang belum dilalui.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan restitusi diatur dengan Peraturan Gubernur.

5. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit 10% (sepuluh persen), termasuk yang dibagihasilkan kepada kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan saranatransportasi umum.

2.3. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan wajib pajak dalam memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlahnya.

Kesadaran membayar pajak sangat perlu ditingkatkan sejalan dengan besarnya pendapatan mereka.Kesadaran dalam membayar pajak tercermin dari kebijaksanaan yang diambil oleh seorang wajib pajak seperti pembayaran pajak tepat waktu, menghindari denda karena keterlambatan, memahami pentingnya pajak tersebut untuk pembangunan negara (Mimmy, 2013).

2.4. Tingkat Pendapatan Kepala Keluarga

Pendapatan adalah penghasilan/perolehan seseorang baik berupa uang maupun barang sebagai batas jasa atau kontraprestasi yang diterima untuk suatu jangka waktu tertentu.

(5)

Pendapatan berupa uang tersebut yaitu hasil dari upah dan gaji seperti: kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang. Untuk gaji dan upah dari hasil sendiri seperti: komisi dan hasil bersih dari usaha yang dijalankannya sendiri. Untuk pendapatan berupa barang yaitu dimana pembayaran gajinya dapat dalam bentuk: beras, pengobatan, transportasi, rekreasi, dan lain sebagainya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati (Mimmy, 2013).

2.5. Pendidikan Wajib Pajak

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Mimmy, 2013). Setiap warga negara wajib memperoleh pendidikan formal untuk bekal dimasa depan, tetapi ada juga masyarakat yang tidak menamatkan pendidikan wajib mereka bahkan ada juga dari mereka yang tidak bersekolah, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: biaya yang pas-pasan, tidak adanya kemauan dari orang tersebut, tidak adanya dukungan dari orang terdekat dan lain sebagainya. Maka dari itu terdapat di masyarakat tingkat pendidikan seseorang itu menjadi berbeda-beda. Berikut adaah tingkatan pendidikan yang ada:

a. Pendidikan dasar: TK (Taman Kanak-Kanak) dan SD (Sekolah Dasar) b. Pendidikan lanjutan: SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah

Menengah Atas) dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) c. Pendidikan tinggi: Diploma, Sarjana, Pasca Sarjana, Doktor.

2.6. Sanksi Denda

Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU Perpajakan. Terkait besarannya, denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, presentasi dari jumlah tertentu, atau suatu angka perkalian dari

(6)

jumlah tertentu.Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambahkan dengan sanksi pidana.

Dengan kata lain, sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma. Itulah sebabnya, penting bagi Wajib pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak dilakukan.

2.7. Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan perpajakan masyarakat masih minim, terdapat beberapa masyarakat masyarakat kurang paham apa yang dimaksud dengan pajak, kontribusi pajak dan hal-hal tentang perpajakan. Kebanyakan dari mereka hanya ikut membayarpajak mereka tanpa mengetahui lebih lanjut mengenai perpajakan sehingga mengurangi tingkat kesadaran wajib pajak (Mimmy, 2013).

Maka dari itu diharapkan melalui pendidikan perpajakan dapat mendorong individu kearah yang positif dan mampu menghasilkan pola pikir yang positif yang selanjutnya akan dapat memberikan pengaruh positif sebagai pendorong untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak.

2.8. Kepercayaan Terhadap Petugas Pajak

Dalam kenyataannya pendapatan dalam sektor perpajakan masih sangat rendah tidak seperti yang di harapkan salah satu penyebabnya adalah menurunnya minat masyarakat dalam membayar pajak karena ketidak sesuaian antara yang mereka bayar dengan yang mereka dapatkan di tambah lagi dengan beredarnya kasus oknum perpajakan yang tidak menjalankan amanahnya dengan baik sehingga masyarakat tidak menaruh kepercayaan pada pegawai pajak dan kecewa, sehingga bayar pajak menjadi traumatis tersendiri.

(7)

2.9. Penyuluhan

Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial yang melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan baik.Margono Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat.

Aktivitas penyuluhan adalah suatu sarana untuk dapat menggugah kesadaran Wajib Pajak dalam menunaikan haknya dengan informasi tentang kemudahan membayar pajak dan berbagai kebijakan lainnya yang menarik.

2.10. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), kerangka penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Pemikiran

KESADARAN WAJIB PAJAK PKB (Y) PENDAPATAN PERBULAN (X1) PENYULUHAN(X6) SANKSI DENDA (X3) PENDIDIKAN (X2) PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP (PKB) (X4) KEPERCAYAAN PETUGAS PAJAK (X5)

(8)

2.10.1. Hipotesis

Hipotesis merupakan pengujian statistik yang didasari oleh suatu asumsi alternatif lain (Siagi dan Sugiato, 2000). Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dibuat maka hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Perbulan

H0 = Pendapatan perbulan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PKB

H1 = Pendapatan perbulan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran

wajib pajak dalam pembayaran PKB. 2. Pendidikan

H0 = Pendidikan wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PKB.

H1 = Pendidikan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap

kesadaran wajib pajak dalam membayar PKB. 3. Sanksi Denda

H0 = Sanksi denda tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran

wajib pajak dalam pembayaran PKB.

H1 = Sanksi denda berpengaruh signifikan terhadap kesadaran

wajib pajak dalam membayar PKB. 4. Pengetahuan Perhitungan PKB

H0 = Pengetahuan Perhitungan PKB wajib pajak tidak berpengaruh

signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PKB.

H1 = Pengetahuan perhitungan PKB wajib pajak berpengaruh

signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar PKB.

5. Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Petugas Pajak

H0 = Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Petugas Pajak

tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam pembayaran PKB.

(9)

H1 = Kepercayaan Wajib Pajak Terhadap Petugas Pajak berpengaruh

signifikan terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar PKB.

6. Penyuluhan

H0 = Penyuluhan tidak berpengaruh signifikan terhadap kesadaran

wajib pajak dalam pembayaran PKB.

H1 = Penyuluhan berpengaruh signifikan terhadap kesadaran wajib

pajak dalam pembayaran PKB.

2.11. Data

Data merupakan bentuk jamak dari datum yang merupakan informasi yang diperoleh dari satu satuan amatan.Pada umumnya informasi ini diperoleh melalui observasi (pengamatan) yang dilakukan terhadap sekumpulan individu. Informasi yang diperoleh memberikan gambaran, keterangan, atau fakta mengenai suatu persoalan dalam bentuk kategorik, huruf atau bilangan (Sugiarto,dkk,2001).

2.11.1. Jenis Data

Data dapat golongan menurut jenisnya berdasarkan kriteria, yaitu : Data kualitatif dan kuantitatif

a. Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang sifatnya hanya menggolongkan saja. Termasuk dalam klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur nominal dan ordinal. Sebagai contoh adalah data kepuasan pelanggan (tinggi, sedang, rendah).

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Termasuk dalam klasifikasi data tipe ini adalah data yang berskala ukur interval dan rasio. Sebagai contoh data kuantitatif adalah data tinggi badan siswa, misalnya : 130 cm, 135 cm, 140 cm, dan sebagainya.

(10)

Data internal dan eksternal

a. Data Internal merupakan data yang didapat dari dalam perusahaan atau organisasi yang melakukan riset. Data ini menggambarkan keadaan dalam organisasi tersebut.

b. Data Eksternal merupakan data mengenai keadaan diluar organisasi, pada umumnya didapat dari pihak lain yang digunakan sebagai pembanding. Data eksternal itu sendiri terbagi atas dua bagian, yaitu : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan atau yang memakai data tersebut. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data primer yang diperoleh dari pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan. Sebagai contoh adalah data jumlah produksi suatu produk.

Data time series dan cross section

a. Data Time Series merupakan data yang dikumpulkan dari beberapa tahapan waktu secara kronologis, misalnya mingguan, bulanan, atau tahunan.

b. Data Cross Section merupakan data yang dikumpulkan pada waktu dan tempat tertentu saja, misalnya data hasil pengisian kuesioner tentang prilaku pembelian suatu produk shampo oleh responden pada bulan Juni 2011.

2.11.2. Skala Pengukuran

Skala merupakan suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri tersebut. Diantara bermacam-macam pengukuran untuk respon-respon yang diamati terhadap obyek-obyek, yang sering dipergunakan ialah ukuran-ukuran cacah, peringkat, panjang, volume, waktu, bobot dan

(11)

lainnya.Dalam statistik dibedakan empat macam skala pengukuran yang mungkin menghasilkan yaitu:

a. Skala Nominal

Skala ini menggolongkan obyek-obyek atau kejadian-kejadian kedalam berbagai kategori untuk menunjukkan kesamaan atau perbedaan ciri-ciri objek. Kategori-kategori tersebut dilambangkan dengan kata-kata, huruf simbol, atau angka.

Contoh : 1. Pria

2. Wanita b. Skala Ordinal

Seperti halnya dalam skala nominal, kelompok-kelompok yang sudah didefinisikan sebelumnya juga menggunakan lambang angka atau huruf. Ukuran pada skala ordinal tidak memberikan nilai absolut pada obyek, tetapi hanya urutan (ranking) relatif saja.

Contoh: ingin diketahui status sosial seseorang yaitu A rendah, B sedang, dan C tinggi.

c. Skala Interval

Skala interval memberikan ciri angka kepada kelompok obyek yang mempunyai skala nominal dan ordinal, ditambah dengan jarak yang sama pada urutan obyeknya. Skala interval diberikan apabila kategori yang digunakan bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, tetapi tidak bisa dibandingkan.

d. Skala Rasio

Skala rasio menggunakan titik baku mutlak (titik nol mutlak). Angka pada skala rasio menunjukan nilai sebenarmya dari obyek yang diukur sedangkan satuan ukurnya ditetapkan dengan perjanjian tertentu.

2.11.3. Skala Instrumen (Model Skala Sikap)

Bentuk-bentuk skala instrumen (model skala sikap) yang sering digunakan dalam penelitian ada 5 macam, yaitu:

(12)

a. Skala Likert

Skala likert diguankan untuk mengatur sikap, pendapatan, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gajala sosial. Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang terukur yang mana menjadi titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab responden. Setiap jawaban diungkapkan dengan kata-kata, misalnya: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju.

b. Skala Gutman Skala gutman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel multidimensi. Skala Gutman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

c. Skala diferensial semantik

Skala diferensial semantik atau skala perbedaan semantik berisikan serangkaian bipolar (dua kutub). Responden diminta untuk menilai suatu obyek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai dua adjektif yang bertentangan. Misalkan: panas-dingin, popular-tidak popular, bagus-buruk, dan sebagainya.

d. Rating Scale

Rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Misalnya: ketat-longgar, lemah-kuat, positif-negatif.

e. Skala Thurstone

Skala thurstone meminta responden untuk memilih jawaban pertanyaan yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan-pandangan yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap item mempunyai asosiasi nilai antara 1 sampai 10 tetapi nilai-nilainya tidak diketahui oleh responden.

Instrumen untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala Likert. Setiap

(13)

pertanyaan mempunyai lima alternatif jawaban. Untuk mengukur faktor yang berpengaruh digunakan skala likert dengan skor yang berbeda-beda yaitu: a. Sangat setuju (SS) diberi skor 5

b. Setuju (S) diberi skor 4 c. Ragu-ragu 3

d. Tidak setuju (TS) diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1

Sedangkan untuk mengukur kesadaran digunakan skala dikotomi dengan dua alternative jawaban dengan skor yang berbeda, yaitu: diberi skor 1 untuk keputusan sadar, dan diberi skor 0 untuk keputusan tidak sadar.

Pengkategorian variabel-variabel independent dilakukan dengan metode median instrument. Menurut Azwar (dalam Jefrio, 2010:44) median instrument didapat dari nilai tengah skor dikalikan dengan jumlah item pertanyaan pada masing-masing blok yang mewakili tiap variable.

2.11.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menunjukan cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Sugiarto dkk, 2001).Seperti yang telah dipelajari metode pengumpulan data terdiri dari metode pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder.

a. Metode Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil dari pengisian kuesioner yang biasa dilakukan peneliti. Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan melakukan survei atau percobaan.

(14)

1. Survei

Survei dilakukan apabila data yang dicari sebenarnya sudah ada di lapangan. Teknik pengumpulan data dengan cara survei bisa dilakukan dengan:

 Wawancara dengan responden. Wawancara atau interview adalah suatu cara pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada responden dalam suatu permasalahan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut telah disiapkan terlebih dahulu sebagai kuesioner.

 Angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah jawaban tertulis dari responden atas kuesioner yang diberikan. Dengan kuesioner, informasi yang dikumpulkan dapat lebih banyak dan tersebar merata dalam satu wilayah walaupun kenyataannya tidak semua kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

 Pooling (menggunakan telepon) atau melakukan observasi langsung.

2. Percobaan (experiment)

Cara percobaan dilakukan apabila data yang ingin diperoleh belum tersedia dan dengan demikian variabel yang akan diukur harus dibangkitkan melalui suatu percobaan.

b. Metode Pengumpulan Data Sekunder

Metode ini sering disebut dengan metode menggunakan bahan dokumen, karena dalam hal ini peneliti tidak secara langsung mengambil data sendiri, tetapi meneliti dan memanfaatkan data atau dokumen yang dihasilkan dari pihak-pihak lain. Data sekunder pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan gambaran tambahan, gambaran perlengkapan ataupun untuk diperoses lebih lanjut.

2.11.5. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti sedangkan sampel adalah sebagian anggota populasi yang dipilih

(15)

dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya (Sugiarto dkk, 2001).

Suatu sampel yang baik atau benar akan dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang populasi sehingga jika suatu penelitian sampelnya tidak diambil secara benar, maka hasilnya tidak akan dapat digeneralisasikan dan tidak dapat memberikan hasil yang tepat dalam menggambarkan keadaan sebenarnya dari populasi yang diteliti.

Pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk

memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi sehingga dapat mewakili populasi tersebut.

2.11.6. Teknik Sampling

Secara garis besar metode penarikan sampel dapat dibagi menjadi dua yaitu pemilihan sampel dari populasi secara acak (random atau probability sampling) dan pemilihan sampel dari populasi secara tidak acak (nonrandom atau

nonprobability sampling). Pembagian dari kedua sampling tersebut dapat dilihat

pada bagan berikut (Mimmy, 2013):

Teknik Sampling Non Probability Probability Acak Sederhan a Sistematik Berkelompok (Cluster) Berstrata (Statified)

Judgment Quota Snow Ball Convenience

(16)

2.12. Analisis Data 2.12.1. Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mampu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun, 2006). Metode pengujian validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Langkah pengujian validitas, yaitu :

a. Mendefenisikan secara operasional konsep yang akan diukur

b. Melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

d. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi “product moment”, yang rumusnya seperti berikut:



 

  2 2 2 2 ) ( ) ( ) ( ) ( Y Y N X X N Y X XY N r ...(2.1) dimana : r = koefisien korelasi x = nilai isian x y = nilai isian y

x = jumlah isian x

y = jumlah isian y

xy = jumlah perkalian x dan y

e. Item Instrumen dianggap Valid jika angka korelasi lebih besardari atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung r tabel maka instrument menjadi valid model.

(17)

2.12.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat di percaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat di gunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang di peroleh relatif konsisten, maka alat pengukuran tersebut reliabel ( Helmi Syafrizal, dkk 2008). Suatu variabel dinyatakan reliabel apabila nilai dari Cronbach Alpha 0,60 untuk menghitung uji realibilitas Cronbach

Alpha setiap variabel.

= ∑ ∑ (2.2) Dimana : X = nilai variabel k = 1,2, ... ,m n = jumlah responden

Untuk menghitung uji reliabitas Cronbach Alpha secara keseluruhan : ̅ = [ ] [ ∑

∑ ] (2.3)

Dimana :

k = jumlah pertanyaan

1 = nilai peluang

= jumlah dari setiap pertanyaan

∑ = total jumlah pertanyaan

2.13. Regresi

2.13.1. Pengertian Regresi

Suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan tujuan untuk membuat prediksi nilai suatu variabel dependen melalui variabel independen.

(18)

Analisis regresi adalah teknik statistik untuk memeriksa dan memodelkan hubungan diantara variabel-varibel. Analisis regresi dapat digunakan untuk dua hal pokok, yaitu:

a. Untuk memperoleh suatu persamaan dari garis yang menunjukkan persamaan hubungan antara dua variabel. Persamaan dan garis yang dihasilkan bisa berupa persamaan garis bentuk linier maupun nonlinear.

b. Untuk menaksir suatu variabel yang disebut variabel tak bebas (terikat) dengan variabel lain yang disebut variabel bebas berdasarkan hubungan yang ditunjukkan persamaan regresi tersebut.

Berdasarkan amatan dan analisis data, penyelesaian regresi ini dapat berupa persamaan linier maupun nonlinier.Oleh karena itu analisis regresi ini terbagi atas regresi linier dan regresi nonlinear.Yang termasuk kedalam regresi linear adalah regresi linier sederhana, regresi linear berganda, dan sebagainya.Sedangkan yang termasuk kedalam regresi nonlinear adalah regresi model parabola kuadratik, model parabola kubik, model eksponen, model geometrik, regresi logistik, dan sebagainya (Mimmy, 2013).

2.13.2. Regresi Logistik

Metode regresi merupakan analisis data yang mendeskripsikan antara sebuah variabel respon dan satu atau lebih variabel penjelas atau prediktor (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Perbedaan regresi sederhana dan regresi logistik adalah variabel respon. Regresi logistik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencari hubungan variabel respon yang bersifat dichotomous (berskala nominal atau ordinal dengan dua kategori) atau polychotomous (mempunyai skala nominal atau ordinal dengan lebih dari kategori) dengan satu atau lebih variabel prediktor. Sedangkan variabel respon bersifat kontinyu atau kategorik (Agresti, 1990).

Regresi logistik berdasarkan jenis skala data variabel respon yang digunakan dibagi menjadi 3 macam, yaitu regresi logistik biner, multinomial, dan regresi logistik ordinal.

(19)

1. Regresi Logistik Biner (Binary Logistic Regression)

Sebelum melakukan pengolahan dengan menggunakan program paket SPSS 17.0 maka data yang akan digunakan haruslah disesuaikan terlebih dahulu. Pada regresi logistik biner, data variabel respon yang digunakan adalah data dengan skala nominal dengan hanya berupa 2 kategori yaitu “sukses” atau “gagal” misalnya: ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, hadir-absen, laki-perempuan, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat berupa data dengan skala ordinal (seringkali digunakan pada kasus-kasus/penelitian sosial kemasyarakatan) ataupun data dengan skala rasio (seringkali dijumpai pada penelitian industri).

2. Regresi Logistik Multinomial (Multinomial Logistic Regression)

Pada regresi logistik multinomial, data variabel respon yang digunakan adalah data berskala nominal dengan lebih dari 2 kategori, misalnya: agama, warna lampu lalu lintas, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat berupa data dengan skala ordinal ataupun rasio.

3. Regresi Logistik Ordinal (Ordinal Logistic Regression)

Pada regresi logistik ordinal, data variabel respon yang digunakan adalah data berskala ordinal dengan 2 atau lebih kategori, misalnya: setuju-tidak setuju, biasa-tidak setuju, sangat biasa-tidak setuju-sangat tidak setuju, dst. Sedangkan data variabel prediktor dapat berupa data ordinal ataupun rasio.

Analisis regresi logistik merupakan salah satu pendekatan model matematis yang digunakan untuk menganilisis hubungan satu atau dua variabel independen dengan sebuah variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary. Variabel kategorik yang dikotom merupakan variabel yang mempunyai dua nilai variasi yang mewakili kemunculan atau tidak adanya suatu kejadian yang diberi skor 0 atau 1 yaitu dalam hal ini mengenai kesadaran wajib pajak yaitu sadar atau tidak sadar (Sri Pingit Wulandari dkk, 2009).

(20)

2.13.3. Persamaan Regresi Logistik

Regresi logistik adalah suatu analisis regresi yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel respon dengan sekumpulan variabel prediktor dimana variabel respon bersifat biner atau dikotomus.Variabel dikotomus adalah variabel yang hanya mempunyai dua kemungkinan nilai, misalnya sukses dan gagal, sedang variabel prediktor sering disebut juga

covariate. Dengan demikian dihasikan persamaan sebagai berikut:

Model regresi logistik univariat yaitu (Hosmer, 2000):

π(x) =

(2.2)

di mana

:

π(x) = probabilitas sukses dari variabel x (variabel dependen) = konstanta

= koefisien regresi

x = variabel independen

e = bilangan natural (2,7182818...)

Model regresi logistik multivariat

π(x) =

(2.3)

di mana:

π(x) = probabilitas sukses dari variabel x (variabel dependen) = konstanta

= koefisien regresi

xi = variabel independen

i = 1,2,3,..,k

e = bilangan natural (2,7182818...)

Statistik Wald untuk uji signifikansi parameter regresi logistik digunakan untuk melihat apakah suatu variabel independen (prediktor) mempunyai

(21)

pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (respon). Hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : = 0( Variabel dinyatakan tidak berpengaruh signifikan)

H1 : ≠ 0 ( Variabel dinyatakan berpengaruh signifikan)

=

(2.4)

Statistik uji wald tersebut mengikuti distribusi normal sehingga H0 ditolak

jika lwl> Zα/2 (nilai wald dari Ztabel ).

di mana:

= uji wald ke-i

= nilai koefisien regresi logistik untuk variable ke-i = nilai standart eror untuk variable ke-i

Odds Ratio (ψ) yaitu nilai yang menunjukan besarnya pengaruh kategori satu kategori dua (kategori dua terhadap respon dengan kategori pembanding) dalam satu variabel tersebut.

ψ

=

(2.5) di mana: Ψ = Odds Ratio

π(1) = adalah peluang kejadian kelompok pertama π(0) = adalah peluang kejadian kelompok kedua

Gambar

Gambar 2.1. Skema Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan, parsial, dan yang berpengaruh paling dominan variabel pengembangan karir yang meliputi

Hitung indeks harga Laspeyres untuk tahun 2005 dengan menggunakan tahun 1999 sebagai tahun dasar. Hitung indeks Paasche untuk tahun 2005 dengan menggunakan tahun

Karena lucutan celah cethus sedemikian cepat dalam orde I-Jdetik (I(T6detik) serta menghasilkan spektrum sinar UV yang sedemikian kuat intensitasnya maka untuk memperoleh citra

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man- diri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung

Sebaliknya, bila waria PSK tidak memiliki penerimaan hidup dan didukung penerimaan sosial yang baik, maka ia cenderung tidak memiliki strategi penyelesaian

Kemampuan yang sangat mendasar dari fisik anak usia dini dapat dilihat dari kemampuan dalam melakukan gerakan keseimbangan, lokomotor, kecepatan, adanya perubahan ekspresi,

microswitch tipe AC-110172 yang berfungsi sebagai pemutus atau penghubung aliran listrik untuk memberikan informasi ke cargo door control panel bahwa dalam proses

Menurut Neff dan Knox (2017) self- compassion berdampak pada kesejahteraan individu karena memberikan perasaan positif dalam menerima masalah yang ada pada diri,