• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan tenis dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara memukul bola dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis pukulan yang harus dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatatak bahwa “dalam olahraga tenis ada tiga jenis pukulan yakni: groundstroke, volley, dan overhead stroke”.

1. Hakikat Permainan Tenis

Tenis lapangan merupakan salah satu jenis olahraga yang populer dan banyak digemari oleh kalangan masyarakat menengah ke atas. Permainan tenis lapangan dapat dilakukan dan dinikmati oleh berbagai usia dan jenis kelamin. Teknik pukulan bola adalah dasar yang harus dimiliki oleh pemain tenis. Pukulan-pukulan dalam permainan tenis digolongkan menjadi tiga, yaitu: Ground stroke, Volleys, dan Overhead Stroke (Yudoprasetio, 1981: 43). Pukulan groundstroke dapat dibedakan lagi menjadi beberapa antara lain: Forehand Drive, Drop Shot, Backhand Drive, Half Volley, (Scharff, 1981: 24).

Salah satu pukulan drive yang paling mudah dipelajari dan sering dilakukan oleh petenis adalah forehand drive (Mottram, 1996: 37; Brown, 1996: 31). Hal ini karena dengan pukulan pola forehand pemain relatif mudah untuk mengembalikan bola karena kondisi raket bebas dari tubuh. Forehand merupakan pukulan yang ayunannya dari belakang badan menuju depan dan bagian depan raket atau telapak tangan kita berhadapan dengan bola. Pukulan forehand selalu digunakan sebagai senjata utama pemain tenis dan pukulan forehand lebih keras dibandingkan dengan pukulan backhand, selain itu setengah dari seluruh pukulan tenis lapangan adalah forehand (Brown, 2007: 31; Handoyo, 2002: 20). Tidak menutup kemungkinan pukulan forehand drive lebih dominan digunakan dalam permainan maupun pertandingan tenis.

(2)

6

1) Teknik Permainan Tenis Lapangan

Teknik merupakan penentu keberhasilan dalam menguasai permainan tenis dengan benar sehingga dapat menghindari kesalahan-kesalahan cara memukul bola dalam permainan tenis. Pada permainan tenis ada tiga jenis pukulan yang harus dikuasai Loman (2008: 46-47) menyatakan bahwa dalam olahraga tenis ada tiga jenis pukulan yakni: groundstroke, volley,dan overhead stroke. Dari ketiga jenis pukulan tersebut di dalamnya ada pukulan-pukulan yang termasuk groundstroke, volley, dan overhead stroke. Ketiga jenis pukulan (ground stroke, volley, dan overhead stroke) merupakan tiga perempat yang menjadi dasar untuk mencapai nilai kemenangan. Seorang petenis akan bermain baik jika dia menguasai teknik yang baik.

a. Pengertian Forehand Drive

Forehand drive adalah mengembalikan bola pada sisi badan sebelah raket (sebelah kanan pada orang normal dan sebelah kiri pada orang yang kidal), setelah bola memantul sekali (Yudoprasetio, 1981: 59; Scharff, 1981: 24). Pukulan forehand drive adalah pukulan yang paling penting bagi seorang petenis (Scharff, 1981: 24). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa forehand drive adalah suatu pukulan dalam permainan tenis lapangan yang dilakukan dalam swing atau ayunan kesamping kanan secara penuh, kemudian dengan raket diayunkan ke samping badan lalu diayunkan ke depan untuk memukul bola secara datar di atas net setelah bola memantul sekali di lapangan.

2) Macam-Macam Pegangan Raket

Sejak tenis mulai diperkenalkan kepada umum, cara-cara pemain memegang raketnya diperhatikan dan akhirnya diketahui, bahwa garis besarnya ada tiga cara memegang raket, yakni cara memegang di Amerika bagian timur (eastern grip), cara memegang di Amerika bagian barat (western grip), dan cara memegang di Eropa (continental grip) (Loman, 2008: 22-23; Scharff 1981: 24). Dalam penelitian ini pegangan yang digunakan untuk melakukan pukulan

(3)

forehand drive adalah Pegangan eastern (Eastern Grip), sebab pegangan tersebut mempunyai keuntungan yaitu dapat dengan mudah melakukan pukulan forehand, karena dalam permainan tenis pegangan inilah yang paling mudah digunakan.

a. Cara Melakukan Teknik Pegangan Eastern

Cara melakukan teknik pegangan Eastern untuk pukulan forehand sangat dianjurkan bagi para pemula. Hal ini cocok untuk pukulan tinggi, setinggi pinggang atau pukulan-pukulan rendah (Scharff,1981: 24). Eastern grip diperoleh dengan memegang leher (throat) dari raket dengan tangan kiri dan merentangkannya ke depan badan dengan pangkal gagang ke jurusan anda. Permukaan raket harus membentuk sudut siku-siku dengan tanah. Peganglah raket dengan tangan kanan, sehingga ruas belakang dari ibu jari berada dibagian atas dari raket. Ini berarti, bahwa letak telunjuk dan ibu jari berada pada bagian atas dari bidang rata dari gagang. Ibu jari membalut gagang, sedangkan jari-jari lain berada pada gagang. Telapak tangan harus dekat pada bidang yang rata dari gagang itu. Seumpama kita berjabat tangan dengan raket itu. Orang yang kidal seperti demikian juga, hanya raket dipegang dengan tangan kanan, sedangkan gagangnya digenggam dengan tangan kiri (Scharff, 1981: 24).

(4)

8

Gambar 2.2.Pegangan Eastern dilihat dari Atas (Scharff, 1981: 25).

3) Macam Pukulan Forehand Drive

Tiga jenis forehand drive berkenaan dengan spin atau putaran: a) Forehand flat-drive, b) Forehand topspin-drive, c) Forehand sliced-drive (Katilli, 1948: 40).

a. Forehand Flat-Drive

Forehand Flat-Drive adalah pukulan forehand drive pada bola yang mengandung sedikit top spin atau back spin. Bola yang dipukul dengan teknik forehand flat drive, melayang dengan lurus, cepat serta tajam seolah-olah rata dengan tanah. Cara melakukan forehand flat drive adalah ayunkan raket lurus ke belakang, kemudian ke muka atau kearah bola tanpa membuat lengkung yang berarti. Kaki kiri ke depan dan bahu miring kejaring, mata mengawasi kearah bola dapat dilihat pada gambar 2.3 (Katilli, 1948: 40).

(5)

Gambar 2.3. Forehand Flat- Drive (Katilli, 1948: 40). b. Forehand Topspin-Drive

Pelaksanaan teknik forehand topspin-drive ini bola dipukul ke atas raketnya mengenai bola dibawah garis tengahnya sehingga akan menghasilkan putaran bola kedepan (overspin). Kelebihan bola dipukul dengan menggunakan dengan teknik forehand topspin-drive ini adalah hasil bola yang dipukul lebih condong untuk jatuh ke tanah lebih cepat dari bola tanpa spin. Oleh karena itu, maka forehand topspin–drive merupakan “passing shot” yaitu pukulan yang dapat melewati penyerang jaring. Hal ini disebabkan karena cepatnya bola menukik ke bawah akan mengakibatkan lawan yang akan melakukan volli terhadap bola terpaksa memukul bola yang rendah dan vollinya akan naik keatas (Katilli, 1948: 42).

Permukan raket terhadap bola betul-betul menghasilkan putaran ke depan (overspin), maka forward swing harus dilakukan dari bawah ke atas terhadap bola. Oleh karena itu, raket memukul bola harus dari tinggi bola (ball level), yaitu titik pantulan tertinggi dari bola setelah memukul di lapangan. Backswing bisa dilakukan tinggi, tetapi dalam hal ini pemain harus

(6)

10

membiasakan diri dengan swing melingkar sehingga raket akan berada di bawah tinggi bola tepat sebelum kontak dengan bola. Permukaan raket bisa terbuka membentuk sudut 45ᵒ atau tegak lurus terhadap tanah (lapangan), akan tetapi kalau permukaan raket terlalu tertutup bola akan terlalu pendek jatuhnya atau menyentuh net. Kalau permukaan raket terlalu terbuka, pemain harus menggunakan ayunan raket untuk menghasilkan topspin yang berlebihan untuk menjaga agar bola masuk dalam lapangan dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. Forehand Topspin-Drive (Katilli, 1948: 44).

c. Forehand Sliced-Drive

Forehand slice-drive ini senar raket menggesek bola dari tengahnya kebawah. Backswing pada forehand sliced-drive lebih tinggi dari pada backswing pada forehand topspin-drive atau forehand flat-drive. Permukaan raket terbuka, dalam posisi ini raket diayunkan kemuka pada forward swing dan memukul bola ke bawah pada belakang bawahnya. Gerak raket ini mengakibatkan putaran ke belakang dan menyebabkan bola mengambang di udara lebih lama dari pada forehand topspin flat-drive. Karena bola melayang di udara lebih lama atau lambat, maka pukulan forehand

(7)

sliced-drive mudah divolli oleh lawan. Oleh sebab itu, kalau lawan sudah tertarik ke kanan, ke kiri atau dia tidak menduganya, pukulan forehand sliced-drive kurang membawa hasil passing shot (Katilli, 1948: 46).

4) Teknik Pukulan Forehand Drive dilihat dari Biomekanika

Teknik pukulan forehand drive yang baik diperlukan teknik-teknik pukulan yang benar. Menurut Scharff (1981: 29) forehand taraf pemulan dibagi atas lima bagian : 1) Cara berdiri, 2) Ayunan kebelakang, 3) Ayunan depan, 4) Saat pukulan, dan 5) Gerakan lanjutan. Setiap tahap sama pentingnya untuk memperoleh pukulan yang keras dan berirama. Pukulan dari awal sampai akhir harus lancar dan merupakan koordinasi dari gerak kaki, gerak badan, dan gerak lengan, disebut koordinasi karena sulit untuk memukul tanpa gerak kaki yang baik, sedangkan pukulan yang dilakukan dengan lengan saja akan kekurangan tenaga dan kekuatan yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya, maka akan diuraikan kelima hal tersebut di atas sebagai berikut:

a. Posisi Siap (Ready Position)

Sebelum mampu mengeksekusi pukulan forehand yang pertama harus mampu bergerak dari posisi siap. Beberapa cara untuk melakukan pukulan forehand. Pada saat ini hanya sekilas penampilan akan diambil pada bagaimana ketika bergerak keluar dari posisi siap ke posisi sikap menghadap samping untuk mengeksekusi pukulan forehand (Yessis, 2000: 25).

Dalam posisi siap posisi badan menghadap ke depan dengan kedua kaki di buka selebar bahu, tungkai sedikit ditekuk, badan condong ke depan sekitar 20°-30°, sikap ini bertujuan untuk siap bergerak ke segala arah dengan berat badan merata pada kedua kaki untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 (Yessis, 2000: 25).

(8)

12

Gambar 2.5. Posisi Siap (Ready Position) (Yessis, 2000:25).

Untuk perpindah dari sikap siap menghadap depan ke posisi menghadap samping saat bola dipukul yang harus terlebih dahulu menggeser adalah kaki kiri ke depan dengan berat badan berada di kaki kanan yang berada di belakang.

b. Ayunan ke Belakang (Backswing)

Ayunan ke belakang merupakan faktor kunci dari keberhasilan dalam tenis, banyak pemain tenis amatir menghabiskan banyak waktu dan usaha penyempurnaan mekanika pukulan tenis mereka berharap untuk membuat lebih akurat, konsistensi, dan kekuatan dalam ayunan. Untuk mencapai tujuan tersebut secara efektif aspek independen teknik perlu ditangani, termasuk membentuk pegangan raket yang benar, waktu menembak, posisibiomekanika tubuh dan ayunan lanjutan (Philip Kelly and Noel E. O’Connor: nd).

Masuk ke posisi sikap tertutup dari posisi siap dijelaskan dalam gambaran umum dari forehand diperlukan seluruh tubuh berubah ke posisi menghadap samping. Ketika melakukan posisi menghadap samping diikuti juga mulai backswing. Lihat bingkai 2-5 untuk pukulan penuh pada gambar

(9)

2.6 dapat melihat bagaimana raket dibawa kebelakang tubuh masuk ke rotasi untuk mencapai sikap tertutup (Yessis, 2000:41).

Gambar 2.6. Ayunan ke Belakang (Backswing), Yessis, 2000: 41). Ketika mengubah tubuh berat badan harus bergeser ke kaki kanan (belakang). Untuk memperoleh kekuatan yang lebih besar gerakan yang harus dilakukan adalah memposisikan pinggang kanan tepat di atas kaki kanan diakhir ayunan ke belakang (backswing). Ini berarti bahwa semua berat badan di kaki belakang (kanan) dan berada dalam posisi yang baik untuk memindahkan berat badan ke kaki depan (kiri) untuk memulai pukulan (Yessis, 2000: 41-42). Lihat pada gambar 2.7 dan 2.8 bagaimana penempatan pinggang yang baik (bingkai 5 dan 8 untuk ayunan penuh).

(10)

14

Gambar 2.7. Bagaimana Pinggang Telah Bergeser dari Kaki Belakang ke Kaki Depan (Yessis, 2000: 42).

Gambar 2.8. Penempatan Pinggang Yang Baik (Yessis, 2000: 42).

(11)

Pergerakan pinggang berputar ke belakang dan berat badan menggeser ke kaki belakang juga membawa pergerakan lengan dengan raket ke belakang dalam gerakan bersama yang dikenal sebagai bahu abduksi horisontal dapat dilihat pada gambar 2.8 (Yessis, 2000: 42). Pada dasarnya lengan bergerak tegak lurus dengan tubuh dari depan ke belakang. Otot-otot yang terlibat dalam aksi ini termasuk deltoid posterior, teres minor, dan infraspinatus. Mereka bertanggung jawab untuk membawa lengan bergerak ke belakang, sementara trapezius tengah dan otot-otot rhomboid menarik skapula di arah tulang belakang untuk memindahkan sendi bahu ke belakang. Tindakan scapula ini memungkinkan untuk berbagai macam gerakan lengan ke belakang (Yessis, 2000: 42-43).

Tindakan ini terjadi karena menempatkan pectoralis deltoid utama, anterior otot-otot dada dan masing-masing bahu depan pada peregangan, ini adalah otot-otot yang akan menarik lengan ke depan ketika kontraksi secara konsentris. Pada peregangan otot-otot akan berkontraksi dengan kekuatan yang lebih besar atau bahkan eksplosif jika digerakan dengan kecepatan yang cukup (Yessis, 2000: 43).

c. Saat Perkenaan Raket Dengan Bola (Impact) Untuk Sikap Tertutup

Saat lengan bergerak ke belakang dan mendekati posisi akhir untuk memulai pergeseran berat badan ke depan dan melangkah menuju bola. Pergeseran berat badan ke depan harus terjadi pada dasarnya melalui gerakan panggul ke depan melalui kontraksi gluteus medius dan minimus di sendi pinggang kanan dapat dilihat pada gambar 2.9 (Yessis, 2000: 43).

(12)

16

Gambar 2.9. Saat Perkenaan Raket dengan Bola (Impact) Sikap Tertutup (Yessis, 2000: 43).

Sebagaimana pinggang bergerak maju bersama dengan tubuh, selain itu melangkah maju dengan kaki kiri menuju bola. Jika langkah ini tidak diambil maka setidaknya berat badan telah bergeser ke depan untuk menciptakan lebih banyak kekuatan (Yessis, 2000: 43). Dalam gambar 2.10 dapat dilihat bagaimana pinggang telah jauh bergerak maju.

Gambar 2.10. Bagaimana Pinggang Telah Jauh Bergerak Maju (Yessis, 2000: 44).

(13)

Gerakan maju dari kaki kiri dimungkinkan oleh kontraksi konsentris otot pinggang, dan abduktor disendi pinggang kiri (gluteus medius dan minimus). Hal ini menduga dengan melangkah maju ke samping ke arah target (bola). Jika melangkah ke samping juga akan melibatkan sendi otot pinggang fleksor. Dengan abduktor sendi pinggang memutar berperan penting tidak hanya dalam tindakan pergeseran berat badan tetapi dalam semua gerakan kaki di sisi lapangan. Setelah melangkah keluar dan ke depan (kaki kiri) kaki ditempatkan di lapangan sebagian besar berat badan kemudian bergeser ke kaki depan.

d. Saat Perkenaan Raket Dengan Bola (Impact) Sikap Terbuka

pukulan forehand sikap terbuka pada dasarnya adalah sama dengan sikap tertutu hanya saja tidak ada pergeseran berat ke depan, tidak ada rotasi pinggang. Hal ini menghemat waktu jika bola dipukul kembali dengan begitu cepat, sehingga tidak memungkin lagi untuk masuk ke sikap tertutup. Namun sikap terbuka tidak mendapatkan kekuatan dan akurasi dengan tetap, karena pukulan tanpa beberapa tindakan penting yang menghasilkan kekuatan terutama pergeseran berat badan dan rotasi sendi pinggang (Yessis, 2000: 53).

Pada gambar 2.11 dan 2.12 pemain memiliki sikap terbuka dan sebagai mana bola mendekat dan mereka mulai backswing dengan cara hanya memutar bahu ke belakang dalam rangka untuk mendapatkan rotasi bahu penuh guna mengambil putar. Posisi kaki kanan ke samping sehingga mampu berputar tidak hanya bahu tapi juga pinggang ke belakang. Hal ini hampir sama dengan apa yang terjadi di sikap tertutup, tapi hal ini tanpa pergeseran berat untuk memulai membangun kekuatan dan mengatasi rotasi. Ketika mengubah kaki kanan berat badan juga bergeser ke kaki kanan sehingga ini menjadi sumbu rotasi yang memungkinkan kaki kiri menjadi tidak tertimbang. Lengan tidak dibawa jauh ke belakang seperti sikap tertutup, akan tetapi sangat dekat dengan badan (Yessis, 2000: 54).

(14)

18

Gambar 2.11. Memutar Bahu ke Belakang, (Yessis, 2000: 54)

Gambar 2.12. Memutar Bahu ke Belakang (Yessis, 2000: 54).

Pemain dengan sikap terbuka hanya mengandalkan rotasi bahu bersama-sama dengan ayunan lengan untuk menghasilkan gaya ke depan. Sebagian besar gaya lengan ini seperti dapat dilihat pada gambar 2.13 dan gambar 2.14, dimana terdapat lengan di depan bahu (Yessis, 2000: 53).

(15)

Seluruh lengan dan raket lebih maju ke depan dari pada bahu yang belum mencapai posisi depan. Jadi bahu tidak mungkin memberikan banyak kekuatan dalam pukulan. Untuk melakukan hal ini harus mendahului tindakan lengan dan diakhiri dengan menghadap depan pada saat posisi pergerakan lengan berlangsung. Sebaliknya pemain menggunakan lengan utama dan lengannya menarik sekitar bahu dapat dilihat pada gambar 2.13 dan 2.14 terutama pada bingkai 7 dan 10.

Gambar 2.13. Pemain Mengandalkan Rotasi Bahu (Yessis, 2000: 55)

(16)

20

Gambar 2.14. Pemain Mengandalkan Rotasi Bahu (Yessis, 2000: 55)

Dalam kedua pemain melihat bahwa sebagai mana lengan dan raket akan dibawa melalui lintasan kontak antara raket dengan bola. Pergelangan tangan tetap santai untuk memastikan posisi muka raket tegak lurus pada saat yang tepat untuk kontak (impact) dapat dilihat pada gambar 2.13 bingkai 9 dan gambar 2.14 bingkai 11. Tindakan pergelangan tangan kemudian mengambil dengan beberapa fleksi dalam tindak lanjut (Yessis, 2000: 56).

Pada saat yang tepat dari kontak, dada berada dalam posisi menghadap ke depan seperti halnya pinggang. Kebanyakan orang melihat ini pada saat kontak dan meyakinkan bahwa pemain tidak pernah berputar dan hanya tetap dalam posisi terbuka sambil memukul. Tapi sebagai mana adanya untuk melihat ada 90° penuh dalam rotasi ini dan sikap terbuka lainnya untuk menciptakan gaya yang dibutuhkan untuk memukul bola dengan kekuatan yang cukup (Yessis, 2000:56).

e. Ayunan Lanjutan (Follow Through)

Setelah kontak, lengan dan raket terus bergerak maju disekitar tubuh untuk membantu menghilangkan gaya. Setelah lengan, rotasi bahu

(17)

mengambil alih kemudia diikuti oleh rotasi pinggang dan langkah maju atau geser ke depan dengan kaki belakang (kaki kanan) untuk mengambil kembali posisi siap (ready position). Selain itu lengan membungkuk di siku untuk memperpendek radius rotasi dan untuk menghilangkan gaya dapat dilihat pada gambar 2.15 ini tidak tergantung seberapa kuat ayunan dan jenis pukulan yang dijalankan yaitu topspin atau flat. Semakin besar kekuatan yang dihasilkan, maka semakin lama ayunan lanjutannya. Meskipun bola sudah dalam perjalanan dan tidak dapat mengubah jalur bola tindak lanjut masih memainkan peran penting (Yessis, 2000:52).

Gambar 2.15. Menekuk Siku Selama Ayunan Lanjutan (Follow Through), (Yessis, 2000: 52)

2. Latihan

Latihan adalah proses yang sintematis dari pada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan (Harsono, 1982: 27). Setiap pelaksanaan gerak teknik dalam cabang olahraga memerlukan keterampilan yang baik. Keterampilan merupakan kemampuan seseorang

(18)

22

dalam mempergunakan pengetahuannya secara efektif untuk menampilkan gerak. Keterampilan yang didemonstrasikan dalam penampilan merupakan pertanda dari segala sesuatu yang telah dipelajari (Singer, 1980: 29). Untuk dapat menguasai keterampilan, khususnya teknik forehand drive diperlukan suatu proses latihan yang didukung oleh pengalaman gerak-gerak yang dimiliki sebelumnya. Tanpa adanya proses latihan serta pengalaman, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mempraktekkan satu keterampilan gerak dikarenakan belum mempunyai gambaran gerak atau rencana pelaksanaan gerak. Untuk itu latihan keterampilan gerak harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan.

Agar mendapatkan hasil latihan yang efektif dan efisien, maka dalam proses latihan perlu disertai dengan bimbingan dan evaluasi terhadap kesalahan yang dilakukan serta diberitahukan cara-cara melakukan gerakan dengan benar. Dengan demikian siswa selalu dalam keadaan terkontrol sehingga mengetahui apa dan bagaimana seharusnya satu keterampilan gerak yang harus dilakukan. Andaikan terjadi kesalahan gerak tidak segera dibetulkan akan tersimpan dalam memori siswa latih suatu gerak yang salah. Hal ini merugikansiswa karena menghambat penguasaan keterampilan gerak yang benar.

Belajar adalah bagian dari pengalaman dan sebagai fungsi dari perkembangan (Keogh, 1985: 40). Grace, 1983: 41; Winkel, 1996: 42; Gagne 1985: 47, mendefinisikan belajar sebagai suatu proses aktivitas mental (psikis), yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang merupakan proses perubahan individu sebagai hasil dari pengalaman dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap melalui aktivitas yang berulang-ulang. latihan merupakan proses bertambahnya perubahan yang relatif permanen meliputi pemahaman, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan individu melalui pengalamannya. Latihan dapat juga didefinisikan sebagai suatu perubahan keadaan internal individu sebagai hasil dari instruksi, pengalaman, belajar, dan latihan. Perubahan internal tersebut tidak dapat dilihat, tetapi dapat diduga dari perilaku atau penampilan (Deborah, 1995: 43).

Awan, (2010: 10-22); Schmidt (1988:46) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perolehan kapabilitas untuk menghasilkan keterampilan gerak, yang terjadinya

(19)

sebagai hasil langsung dari latihan atau pengalaman dan prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, serta diperkirakan menghasilkan perubahan yang relatif permanen pada kemampuan perilaku keterampilan. Belajar atau latihan sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah konsisten melalui pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan. Untuk itu terjadinya proses belajar karena ada usaha atau aktivitas tertentu dari individu dalam kaitannya dengan belajar dan perubahan tingkah laku.

Belajar dapat terjadi jika individu secara terus menerus melakukan sesuatu setiap hari akan menambah pengetahuan atau kapabilitas (Schmidt, 1988: 48). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan hasil dari belajar atau latihan yaitu terjadinya perubahan dapat dikarenakan adanya peningkatan kapabilitas, keterampilan, perubahan disposisi tentang sikap, minat atau nilai yang bersifat permanen. Belajar atau latihan dapat dilihat sebagai suatu usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku ke arah yang konsisten sebagai pengalaman dari interaksi individu dengan lingkungannya. Pengertian ini mengandung makna bahwa proses belajar atau latihan ditunjukkan dengan adanya usaha atau kegiatan tertentu untuk mencapai perubahan pada diri individu.

Seperti telah dikemukakan oleh beberapa ahli perubahan yang terjadi pada individu peserta belajar atau latihan sebagai hasil dari proses belajar atau latihan sifatnya relatif permanen. Adapun yang dimaksud dengan hasil perubahan yang bersifat relatif permanen diantaranya mencakup hal-hal seperti pengertian, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan. Belajar atau latihan keterampilan gerak akan menghasilkan satu perubahan perilaku yang akan nampak sebagai hasil belajar atau latihan terutama pada perubahan keterampilan. Perubahan individu sebagai hasil latihan keterampilan gerak antara lain ditandai dengan terjadinya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot. Pada sistem syaraf, individu akan lebih mengenal terhadap bentuk-bentuk stimulus yang serupa dengan yang pernah diterima selama proses belajar atau latihan. Kondisi tersebut akan memudahkan dan mempercepat individu dalam merespon setiap stimulus yang sama atau hampir sama.

(20)

24

Dalam proses belajar keterampilan gerak, keadaan tersebut dikenal dengan istilah carry over. Sedangkan perubahan pada sistem otot diantaranya akan menjadi lebih kuat, tahan, dan cepat dalam merespons setiap stimulus yang berupa gerak. Dengan adanya perubahan pada sistem syaraf dan sistem otot individu sebagai akibat dari latihan, maka dalam belajar atau latihan keterampilan gerak terjadinya perubahan akan lebih permanen bila dibandingkan dengan belajar yang bukan keterampilan gerak (Miguel et al., 1998: 51). Artinya, individu yang pernah belajar atau latihan satu keterampilan gerak akan membekas lebih lama daripada belajar yang non keterampilan gerak. Latihan meningkatkan kemampuan untuk penampilan (performance), perubahan hasil beiajar dapat diamati dari penampilan (performance) sebagai kesimpulan bahwa telah terjadi proses belajar terutama belajar gerak yang peningkatannya melalui latihan. Dengan demikian hasil belajar atau latihan yang bersifat (psikomotor) akan membekas lebih lama daripada hasil belajar yang bersifat kognitif.

Menurut Beckett dalam Awan (2010: 10-22) kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dengan metode pembelajaran yang berbeda akan menghasilkan kemampuan yang berbeda pula pada siswa. Selain itu tidak ada satu pendekatan melatih yang paling mujarab. Pendekatan pembelajaran atau latihan yang efektif merupakan perpaduan dari seni dan ilmu yang memerlukan perencanaan intensif dan kemampuan pelatih dalam mengembangkannya sesuai dengan perubahan situasi. Sesuai dengan pendapat Awan, (2010: 10-22) bahwa dalam proses pendidikan olahraga tidak memiliki satu metode yang spesifik. Oleh karena itu, bagi guru atau pelatih pendekatan latihan merupakan petunjuk strategi mengajar atau melatih yang didesain dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran ata atihan.

Tujuan utama dalam latihan adalah untuk memperbaiki prestasi maupun keterampilan gerak. Menurut Bompa (1990: 30) tujuan latihan adalah untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara menyeluruh, untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus sebagai suatu kebutuhan yang telah ditentukan untuk membentuk dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih. Lardner (2003: 153-159) ada beberapa jenis latihan untuk mempersiapkan seorang

(21)

petenis, yaitu: lari, lompat tali, latihan perut, latihan kaki, latihan tungkai, latihan pergelangan tangan, jari, dan lengan bawah.

1) Metode Latihan

Penampilan keterampilan gerak melalui proses pembelajaran maupun latihan dapat bersifat positif maupun negatif. Arti positif adalah keterampilan gerak yang dimiliki akan bertambah baik dan benar. Sebaliknya yang negatif adalah keterampilan gerak yang dimiliki tidak bertambah baik dan tidak benar. Hal ini disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses latihan tidak mendapatkan koreksi dan bimbingan tentang gerak yang baik dan benar. Oleh karena itu diperlukan evaluasi dan bimbingan.

Meningkatkan prestasi petenis dibutuhkan pengetahuan khusus tentang metode-metode latihan. Karena metode melatih merupakan kunci keberhasilan seorang pelatih dalam meningkatkan prestasi petenis. Harsono (1993: 3) metode kepelatihan adalah suatu ilmu yang mempelajari masalah cara-cara berlatih dan melatih yang bersifat meningkatkan kualitas petenis dalam rangka mencapai prestasi prima dan kemandirian. Menurut Suharno (1993: 6) ada beberapa azas dalam berlatih dan melatih yaitu antara lain: 1) Motivasi adalah dorongan baik dari dalam maupun dari luar untuk mencapai cita-cita juara petenis dalam proses pelatihan, 2) Minat adalah perhatian, kosentrasi, dan semangat tinggi dalam proses pelatihan, 3) Peragaan adalah ketrampilan olahraga dapat dikuasai dengan baik apabila benar-benar diragakan atau dipraktikkan dilapangan, gerak dari yang mudah ke arah yang sukar, berlatih dari gerak yang sederhana kearah gerak yang komplek, 4) Ulangan adalah untuk mencapai gerak otomatis yang benar, perlu frekuensi gerak sebanyak-banyaknya dilapangan.

Melatih teknik pukulan forehand drive diperlukan banyak latihan secara efektif dan kontinu. Prestasi petenis akan menurun lagi apabila beban menjadi ringan dan latihan tidak kontinu (Harsono, 1982: 10). Meningkatkan teknik forehand drive dapat dilakukan dengan pendekatan latihan dengan sikap tertutup dan terbuka. Disamping itu untuk melatih teknik diperlukan cara-cara khusus antara lain: 1) melatih gerak tenik secara keseluruhan dan kasar, 2) melatih

(22)

gerak-26

gerak bagian dengan teliti dan benar, 3) melatih gerak keseluruhan secara cermat dengan menitik beratkan kunci-kunci gerak yang dapat menjamin kebenaran gerak, 4) Mengotomatisasi gerak yang benar secara keseluruhan dengan jalan melakukan sebanyak mukin frekuensinya, 5) Dicobakan atau dipraktikkan dalam permainan dengan pengontrolan secara cermat, 6) Penyempurnaan kesalahan-kesalahan yang terdapat saat bermain atau bertanding, 7) Evaluasi hasil gerak ketrampilan yang menjadi tujuan latihan (Harsono, 1982: 69).

2) Durasi Latihan

Durasi latihan menurut Djoko Pekik (2004: 21) durasi latihan atau time adalah waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali berlatih. Sedangkan menurut Sharkey yang dikutip Suharjana (2007: 16) durasi menunjuk pada lama waktu yang digunakan untuk latihan. Adapun lamanya latihan dalam penelitian ini adalah 6 minggu hal ini mengacu pendapat Sajoto (1988: 209) lamanya latihan adalah 6 minggu atau lebih.

3. Pendekatan Latihan Forehand Drive

Pendekatan latihan dapat dikatakan sebagai suatu cara yang digunakan dalam menyajikan pelatihan untuk tercapai suatu tujuan dalam latihan. Dengan kata lain pendekatan merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses latihan sehingga tujuan dapat tercapai (Awan, 2010). Dengan demikian pendekatan latihan adalah suatu cara yang sistematis yang diterapkan dalam proses latihan untuk mencapai tujuan berupa keterampilan gerak yang efektif dan efisien harus sesuai dengan kaidah biomekanika.

Dua isu biomekanika yang berkaitan dengan persiapan untuk sikap siap dalam pukulan tenis, kesiapan sebuah sikap siap yang baik atau langkah yang tepat mengambil peran penting karena memungkinkan pemain untuk bergerak cepat untuk mengantisipasi tembakan lawan (Paul, 2013). Untuk menentukan langkah membuthkan waktu yang singkat bertepatan dengan lawan memukul bola. Langkah ini melibatkan fleksi lutut diikuti oleh gerak ekstensi pada lutut. Dengan menggunakan langkah split bermanfaat bagi pemain untuk memperpendek peregangan, dengan menggunakan

(23)

langkah split pemain mampu meningkatkan kecepatan gerakan sekitar 15-20% (Paul, 2013; Knudson: 1990; 6: 415-421).

Sebagian banyak kekuatan yang digunakan untuk memukul bola ditransfer melalui tubuh ke lengan dan raket, cara pemain menempatkan kaki akan mempengaruhi bagaimana gaya yang dihasilkan dan kekuatan yang ditransfernya (Paul, 2013). Posisi kaki untuk kedua sikap dapat dilihat pada gambar 2.16

Gambar 2.16. Posisi Kaki Untuk Sikap Terbuka (A), dan Sikap Tertutup (C). Dimodifikasi dari Paul Sandamas, 2013.

Selama proses latihan, ketepatan pelatih dalam menerapkan metode latihan sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya, penggunaan metode latihan harus disesuaikan dengan kondisi anak latih dan ligkungan yang dapat mempengaruhi proses latihan. Beberapa pendekatan yang biasa digunakan selama dalam proses latihan khususnya kemampuan forehand drive adalah pendekatan latihan dengan sikap tertutup dan dengan sikap terbuka.

1) Latihan Forehand Drive dengan Sikap Tertutup

Forehand sikap tertutup dapat digambarkan seperti forehand tradisional bertentangan dengan sikap forehand modern (Crespo dan Reid 2001: 149). Untuk

(24)

28

melakukan forehand, langkah pemain mengambil salah satu kaki di belakang dan salah satu kaki mengambil langkah kedepan menuju bola dengan demikian menempatkan panggul dan kaki mereka tegak lurus terhadap arah yang dituju. Gerakan ini mentransfer berat badan mereka dari kaki belakang ke kaki depan hanya sebelum kontak dengan bola (Landlinger, 2010: 643-651). Sebuah contoh dari forehand dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17. Perhatikan Forehand Sikap Tertutup Telah Memindahkan Berat Badan ke Kaki Depan (Paul Sandamas, 2013).

Beberapa peneliti dan pengajar telah mengidentifikasi gerakan ekstremitas bawah termasuk lutut sebagai komponen penting dari ayunan forehand drive sikap tertutup (Steven, 2008: 114-124). Sayangnya penelitian resmi tentang peran lutut dalam biomekanika secara keseluruhan dari ayunan forehand sangat terbatas. Landlinger, (2010: 643-651) memberikan gambaran tentang teknik forehand sikap tertutup yang tepat menggunakan urutan foto-foto yang menunjukkan bahwa posisi lutut dan sebagaian dari gerak ayunan merupakan komponen penting. Sikap dari tubuh juga menunjukkan pengaruh posisi lutut dan lengan untuk gerak pada pergeseran berat badan, gerakan tubuh, gerakan pinggul, dan rotasi tubuh. Groppel (1995) mencatat bahwa sikap tertutup membuat ayunan tangan diawali dari lutut, pinggul, dan tubuh secara bertahap membangun kecepatan keseluruh rantai kinematik gerak forehand drive. Selanjutnya produksi kekuatan di tenis menjadi bagian dari pergerakan lutut dan ditransfer ke ekstremitas atas (Perry et al, 2004).

(25)

Iino dan Kojima (2001) menganalisis kinetika ekstremitas bawah pemain tenis tingkat perguruan tinggi saat melaksanakan forehand drive sikap tertutup (dengan kaki bergerak) dalam upaya untuk menentukan sumber putaran panggul superior inferior. Hasil dari penelitian Iino dan Kojima (2001) ini adalah gambaran umum dari gerakan lutut dan profil putaran lutut selama ayunan. Tidak ada hubungan antara gerakan lutut, putaran dan kecepatan raket terhadap tingkat keterampilan, atau gerakan tubuh yang lainnya dengan jelas. Paul (2013), transfer berat badan telah menekankan sebagai sumber penting dari kekuasaan dalam jenis stroke karena langkah ke depan menghasilkan jumlah momentum linier yang diubah menjadi momentum sudut selama ayunan ke depan.

Van Gheluwe dan Hebbelinck (1986) data gambar kekuatan yang digunakan untuk mengidentifikasi gerakan maju dari tubuh yang telah dihasilkan oleh gerakan lutut dalam mempercepat tubuh selama gerakan maju, maka perlambatan itu hanya sebelum kontak. Karena peran penting dari lutut selama membuat suatu ayunan tangan secara jelas belum secara resmi diteliti. Sebuah penelitian mendalam mengenai biomekanika gerakan lutut dan efek biomekanika terkait akan menambah pemahaman dari ayunan forehand drive dan memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi pelatih, para ilmuwan olahraga, dan pemain mengenai kinerja dan tenis khusus program latihan. Biasanya gaya gerak ayunan forehand drive sikap tertutup untuk pemain yang berpengalaman, kaki dan tangannya lebih rendah dari sikap terbuka. Selain itu gerakan kaki dan tangan adalah penting untuk menghasilkan tenaga untuk forehand sikap tertutup dan forehand sikap terbuka (Landlinger, 2010: 643-651).

Efek langsung dari posisi lutut untuk berbagai gerak pada kecepatan raket selama forehand drive sikap tertutup mungkin minim sedikit terjadi gerakan raket sejak dari gerakan lutut. Namun gerakan lutut telah berperan penting terhadap efek biomekanika terkait gerakan yang mungkin secara langsung tidak berhubungan dengan kecepatan raket dan karakteristik dari tingkat keterampilan pemain seperti gerakan segmen tubuh, pusat massa tubuh secara keseluruhan, dan kerja yang dilakukan oleh berbagai sendi (Steven, 2008).

(26)

30

Dapat di gambarkan gerakan lutut untuk forehand drive sikap tertutup selama gereakan ayunan ke depan dibagi menjadi dua fase yang berbeda. Tahap pertama disebut sebagai fase pengaturan: bagian dari ayunan yang terjadi mulai dari loncatan gerak maju dari kaki depan sampai tumit membuat kontak dengan tanah. Tahap kedua disebut sebagai fase ayunan: bagian setelah tumit kaki depan membuat kontak dengan tanah segera diikuti dengan pergerakan lengan (Steven,. et. al, 2008). Forehand drive sikap tertutup memungkinkan subjek untuk menghasilkan putaran yang lebih besar yang mengakibatkan pembebanan yang lebih besar pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar (Landlinger, 2010: 643-651). Setiap metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran maupun latihan tidak mungkin dapat diterapkan secara optimal. Menurut Singer (1980: 223) tidak ada satu metode yang terbaik untuk semua tugas, kecuali situasi dan kondisi variabel sekitar tempat latihan relatif mendukung. Artinya, setiap metode tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan dan kelebihan pendekatan latihan forehand drive sikap tertutup dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2.1 Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Latihan Forehand Drive Sikap Tertutup.

Kelebihan Kekurangan

1. Subjek dalam memukul bola tidak memerlukan energi banyak dalam memukul bola

1. Subjek dalam melakukan latihan memerlukan energi yang lebih banyak untuk koordinasi langkah kaki menuju bola.

2. Pukulan yang dihasilkan lebih keras.

2. Membutuhkan waktu yang lebih untuk subjek yang memiliki kemampuan awal rendah.

3. Meningkatkan daya pikir dan daya kreativitas subjek latih.

3. Subjek yang memiliki kemampuan awal rendah mengalami kesulitan

(27)

4. Waktu istrirahat cukup, sehingga anak tidak mengalami kelelahan.

2) Latihan Forehand Drive dengan Sikap Terbuka

Untuk melakukan forehand sikap terbuka, pemain menghadap lapangan dengan panggul mereka sejajar dengan net dan bahu berputar menjauh dari lapangan selama backswing dan menuju ke lapangan selama ayunan ke depan (Crespo dan Reid 2003, 24). Kemungkinan pemanfaatan kedua momentum linear dan angular selama pukulan forehand drive akan berkurang dari forehand sikap tertutup (Paul, 2013). Contoh dari forehand ditunjukkan pada gambar 2.19 (a). Ini adalah jenis forehand yang digunakan sebagian besar dalam tenis (Paul Sandamas, 2013).

Peningkatan kecepatan dalam bermain tenis saat ini banyak atlet yang mengadopsi teknik forehand dengan sikap terbuka dibandingkan teknik forehand sikap tertutup (Milano, 1993; Landlinger, 2010: 643-651). Yudoprasetio (1981:40) “Dalam bermain tenis drive atau forehand drive merupakan pukulan yang menjuruskan atau mengarahkan bola ke muka”. Dari pernyataan tersebut maka cocok digunakan untuk mengembangkan forehand drive yaitu latihan dengan mengarahkan atau menjuruskan bola kedepan.

Forehand dengan sikap terbuka telah diyakini sebagai teknik yang kurang efektif, tapi sekarang banyak pelatih yang menganjurkan (Burwash, 1987). Selama ini penelitian dari forehand dengan sikap terbuka dan forehand dengan sikap tertutup hanya terbatas pada kinematika dari pukulan dan cenderung menunjukkan signifikan dalam raket dan pantulan bola yang kecepatannya untuk keuntungan teknik forehand sikap tertutup, walaupun telah ada data ilmiah yang tersedia pada ilmu gerak forehand sikap terbuka, (Groppel, 1995; Harris, 1995). Landlinger, (2010: 643-651) menyatakan bahwa forehand drive sikap terbuka tidak memanfaatkan secara optimal rantai gerak dari ekstremitas tubuh bagian bawah. Dengan demikian ketergantungan pada teknik ini mungkin berakhir dengan ketegangan pada ekstremitas atas seorang atlet. Resiko cidera menggunakan

(28)

32

forehand sikap terbuka secara berlebihan mungkin lebih besar untuk pemain tingkat yang lebih rendah karena memiliki mekanika gerak yang tidak baik dan kurangnya tingkat pengetahuannya.

Forehand drive sikap terbuka menghasilkan kecepatan yang lebih rendah saat raket impac dengan bola yaitu (21.2 dan 15.8 m/s) dibandingkan dari forehand drive sikap tertutup yang memiliki kecepatan (22,3 dan 16,4 m/s) untuk masing-masing pemain profesional dan pelajaran (Landlinger, 2010: 643-651). Kinetika ekstremitas atas dari forehand sikap terbuka dan sikap tertutp sangat mirip kecuali untuk puncak torsi, komponen rotasi internal bahu, dan fleksi pergelangan tangan. Selama ayunan maju semua subjek menghasilkan torsi rotasi bahu internal, sedangkan lengan atas berputar eksternal (Landlinger, 2010: 643-651).

Gambar 2.18. Kerangka Acuan Anatomi Ekstremitas Atas (Landlinger, 2010: 643-651).

Pada gambar 2.18 diatas menggambarkan sebagai tubuh berputar ke depan dan lengan atas dipercepat dalam arah positif Z3. Kekuatan tindakan ini terpusat, masa lengan yang cenderung menghasilkan rotasi bahu secara eksternal, karena inersia dari lengan dan raket. Mekanisme rotasi eksternal mirip dengan rotasi eksternal yang diamati dalam mengembalikan bola (Bahamonde, 1994.)

(29)

Selama ayunan ke depan dari akhir back swing untuk perkenaan raket dengan bola dari pukulan forehand lengan atas bergerak dari posisi diputar secara internal untuk sedikit diputar keposisi eksternal sekitar 50˚-60˚ (Groppel, 1995). Pentingnya mekanisme ini adalah bahwa ketinggian inersia ini dimentahkan oleh tindakan otot eksentrik dari internal yang menyiapkan putaran lengan memerlukan sebuah siklus koordinasi untuk memperpendek lengan. Forehand drive sikap terbuka memungkinkan subjek untuk menghasilkan putaran yang lebih besar yang mengakibatkan terjadinya pembebanan lebih besar pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar dengan tindakan siklus koordinasi memperpendek otot. Gerakan kaki dan tangan berperan penting untuk menghasilkan tenaga untuk forehand sikap terbuka (Groppel, 1995). Dengan demikian telah diyakini bahwa ayunan dan gerakan lutut pada tenis memiliki peranan mendasar dalam gerak ayunan forehand drive dari sikap terbuka (Steven, 2008).

Terlepas dari jenis forehand drive sikap terbuka dan tertutup mungkin ada potensi untuk pengembangan kekuatan tidak seimbang dan cidera berlebihan karena penggunaan berulang dari forehand dalam bermain tenis (Landlinger, 2010: 643-651). Potensi cidera tubuh bagian ekstremitas atas dan potensi masalah pada sikap terbuka. Todd (2006) memukul dengan sikap terbuka memerlukan perhatian khusus dapat dilihat pada gambar 2.19 bingkai 4 dalam gambar ini dapat dilihat bahwa tubuh diposisikan hampir sejajar dengan baseline. Untuk mencapai posisi ini diperlukan membuka pinggul dan batang pinggul guna menghasilkan ketinggian raket dimana lengan kanannya jauh di belakang terhadap bidang tubuh.

(30)

34

Gambar 2.19 Posisi Forehand Sikap Terbuka (Todd, 2006).

Pembukaan awal tubuh mengakibatkan ketinggian lengan selama forehand dapat menyebabkan stres pada bahu terutama alat pemutar spontan dan menstabilkan struktur siku. Ini awalnya dapat menyebabkan tendonitis di bahu. Hal ini menyebabkan bahu beresiko lebih besar untuk menjadi tidak stabil sehingga lebih rentan terhadap cidera serius. Kegagalan untuk menggunakan seluruh rantai kinetik yang benar untuk menghasilkan tenaga dan membantu lengan ketika bola kontak dengan raket dapat menempatkan stres tambahan di bagian siku, terutama ketika pemain mengkompensasi dengan menggunakan pergelangan tangan dan lengan secara berlebihan (Todd, 2006).

(31)

Gambar 2.20 Forehand Sikap Terbuka Todd (2006).

Potensi cedera panggul saat sikap terbuka dapat dilihat pada gambar 2.20 melakukan forehand dengan sikap terbuka, saat beban memukul menggunakan rotasi pinggul. Dalam forehand sikap terbuka otot dan struktur yang mencakup pinggul kanan diperlukan untuk menyerap kekuatan besar dapat dilihat (bingkai1-2). Ini diikuti dengan ledakan kontraksi konsentris dari otot-otot yang sama (bingkai 3 dan 4), menghasilkan daya yang diperlukan dari matarantai gerakan pertama dari rantai kinetik dari forehand sikap terbuka. Kekuatan dihasilkan oleh kaki dan badan yang akhirnya ditransfer melalui rantai kinetik ke tubuh bagian atas. Menariknya, sebagian besar berpendapat bahwa ini merupakan jalannya pukulan yang benar. Namun bila dilakukan dengan benar proses dominan sisi pinggul merupakan ciri yang melekat pada forehand sikap terbuka dan harus dipertimbangkan ketika mencegah dan diperhatikan ketika berupaya mencegah terjadinya cedera pada ekstremitas tubuh bagian bawah.

Pembebanan berulang dari pinggul kanan untuk pemain tangan kanan dapat menyebabkan cedera pada sendi pinggul itu sendiri diakibatkan keterlibatan

(32)

36

pinggul menstabilkan struktur sendi kapsul, labrum, otot-otot, dan ligamen yang mendukung sendi ini. Pemain yang memukul secara berulang-ulang mengakibatkan beban pinggul dapat menambah cidera terutama ketika ketidak seimbangan kekuatan dan kurang fleksibilitas yang ada di wilayah pinggul. Dari penelitian Todd S (2006) telah menunjukkan bahwa bermain tenis memukul secara berulang-ulang dapat membuat hilangnya gerak di sendi pinggul. Pemain membutuhkan kekuatan yang sangat baik dan memiliki fleksibilitas dalam pinggulnya untuk mengeksekusi tembakan dengan benar. Latihan dan peregangan sangatlah perlu untuk membantu mempersiapkan pemain untuk menangani beban dan mengurangi resiko cidera pinggul.

Pengunaan metode yang diterapkan dalam proses pembelajaran maupun latihan tidak mungkin dapat diterapkan secara optimal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Singer (1980: 223) tidak ada satu metode yang terbaik untuk semua tugas kecuali situasi dan kondisi variabel sekitar tempat latihan relatif mendukung. Artinya setiap metode tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan dan kelebihan pendekatan latihan forehand drive sikap terbuka dapat ditarik secara garis besar dari uraian di atas dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Kelemahan dan Kelebihan Pendekatan Latihan Forehand Drive Sikap Terbuka.

Kelebihan Kekurangan

1. Subjek dalam melakukan latihan tidak memerluka energi yang lebih banyak untuk koordinasi langkah kaki menuju bola.

1. Kemukinan cedera lebih besar.

2. Menghasilkan kecepatan yang lebih rendah dari raket saat impac dengan bola dengan kata lain pemain memiliki waktu yang lebih

2. Pukulan yang dihasilkan kurang keras.

(33)

sikat dalam memukul bola dan memiliki waktu lebih banyak untuk bereaksi ke bola berikutnya.

3. Frekuensi pukulan lebih cepat dan pemain tidak cepat lelah karena tidak banyak mengalami pergeseran pergerakan kaki.

3. Latihan forehand drive sikap terbuka potensi untuk pengembangan kekuatan tidak seimbang.

4. Kemampuan Awal dalam Berlatih Forehand Drive

Kemampuan adalah sifat yang di bawa manusia sejak lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan tugasnya (Gibson, 1997: 54). Kemampuan menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan (Gibson, 1997: 215). Kemampuan menampilkan keterampilan merupakan keistimewaan manusia. Tanpa keistimewaan tersebut, dapat dibayangkan bahwa kita sebagai manusia hanya akan bersandar pada gerak-gerak reflek seperti binatang, termasuk dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena keistimewaan tersebut manusia mampu menguasai keterampilan dalam berbagai banyak segi kehidupan, dari mulai keterampilan vokasional hingga keterampilan berolahraga. Dalam bidang olahraga, termasuk dalam sirkus, kita dapat menyaksikan bahwa keterampilan yang dikuasai seseorang tersebut kadang-kadang melampaui apa yang dapat dipikirkan. Bayangkan seorang pemain tenis yang dapat melakukan pukulan terhadap bola yang cepat dengan sedemikian tepatnya.

Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran dan berlatih olahraga karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi di berbagai cabang olahraga. Menurut Robbins (2002: 67) kemampuan merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil dari latihan yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal merupakan prasyarat untuk mengikuti latihan, sehingga dapat melaksanakan proses latihan dengan baik. Kemampuan seseorang yang diperoleh dari pelatihan selama hidupnya dan apa yang

(34)

38

dibawa untuk menghadapi suatu pengalaman baru. Menurut Muhibbin (2006: 121) yang mengemukakan bahwa kemampuan awal merupakan prasyarat awal untuk mengetahui adanya perubahan.

Sugandi (2006:128) Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar atau pelatih agar dapat memberikan dosis pelajaran dan latihan yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1996: 158) menyatakan bahwa kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran dan latihan, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran.

Kemampuan awal juga bisa disebut dengan prior knowledge. Kemampuan awal merupakan langkah penting di dalam proses belajar dan berlatih, dengan demikian setiap guru dan pelatih perlu mengetahui tingkat kemampuan awal yang dimiliki para peserta didiknya. Dalam proses pemahaman, kemampuan awal merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi pengalaman belajar dan berlatih bagi para peserta didik. Menurut Trianto (2009: 25) kondisi internal dan kondisi eksternal berperan penting dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kemampuan awal. Menurut Trianto (2009: 81) pengetahuan awal merupakan sekumpulan pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh selama hidup mereka, dan menjadi dasar dalam mempelajari hal yang baru. Suyanik (2010) menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan awal tinggi cenderung memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa berkemampuan awal rendah. Dengan kemampuan awal yang telah dimiliki siswa menjadi dasar untuk lebih mengembangkan pengetahuannya, sehingga kemampuan awal siswa perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran atau

(35)

latihan. Melihat hal tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa kemampuan awal akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian hasil latihan. Peserta didik dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima pendekatan latihan yang diberikan. Sebaliknya peserta didik yang memiliki mampuan awal rendah dimungkinkan prestasinya kurang karena belum menguasai konsep-konsep dasar sebagai acuan untuk mempelajari materi baru.

Dari berbagai penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar dan latihan memerlukan suasana stabil, nyaman, familiar dan menyenangkan. Lingkungan belajar dan latihan dalam konteks kemampuan awal harus memberikan suasana yang mendukung keingintahuan peserta didik, semangat untuk meneliti atau mencari sesuatu yang baru, bermakna, dan menantang. Menciptakan kesempatan yang menantang para peserta didik untuk memanggil kembali kemampuan awal merupakan upaya yang esensial. Dengan cara-cara tersebut maka pengajar, instruktur atau fasilitator mendorong peserta didik untuk mengubah pola pikir, dari mengingat informasi yang pernah dimilikinya menjadi proses belajar dan latihan yang penuh makna dan memulai perjalanan untuk menghubungkan berbagai jenis kejadian atau peristiwa dan bukan lagi mengingat-ingat pengalaman yang ada secara terpisah-pisah. Dalam seluruh proses tadi, kemampuan awal merupakan elemen esensial untuk menciptakan proses belajar dan latihan menjadi sesuatu yang bermakna.

Dalam proses belajar dan latihan, kemampuan awal merupakan kerangka di mana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajarinya. Proses membentuk makna melalui membaca didasarkan atas kemampuan awal dimana peserta didik akan mencapai tujuan belajar dan berlatihnya. Dari uraian tersebut, maka kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum diberi pembelajaran dan latihan baru. Kemampuan awal dalam penelitian ini diambil dari nilai tes forehand drive sebelum pendekatan latihan forehand drive sikap terbuka dan tertutup diberikan. Kemampuan awal disini ada dua yaitu kemampuan awal tinggi dan rwndah.

(36)

40

1) Kemampuan Awal Tinggi

Kemampuan awal tinggi adalah kemampuan awal yang diperoleh dari tes forehand drive sebelum diberi pembelajaran dan latihan memperoleh hasil yang tinggi.

2) Kemampuan Awal Rendah

Kemampuan awal tinggi adalah kemampuan awal yang diperoleh dari tes forehand drive sebelum diberi pembelajaran dan latihan memperoleh hasil yang rendah.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian dari Yus Solihin (2009) yang meneliti tentang “pengaruh metode mengajar dan koordinasi terhadap keterampilan ground stroke petenis pemula. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan forehand ground stroke tenis antara penggunaan metode mengajar terbuka dan metode mengajar tertutup”.

2. Penelitian dari Andi Suntoda Situmorang (2008) yang meneliti tentang “gaya mengajar dan kemampuan awal dalam pembelajaran keterampilan forehand ground stroke petenis pemula. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan pengaruh hasil belajar keterampilan forehand ground stroke antara mahasiswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah”.

3. Penelitian dari Bahamonde, R. dan Knudson, D. (1997) yang meneliti tentang “investigation of the open stance and investigation of the open staince and close staince forehand drives square stance forehand drives. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa 1. Sikap tertutup dihasilkan kecepatan lebih cepat daripada raket sikap terbuka, 2. Semua pemain dalam sikap tertutup mampu menghasilkan rotasi tubuh yang lebih besar dari pada sikap terbuka, dengan pemain profesional menghasilkan rotasi tubuh yang lebih daripada pemain intermediet dengan teknik yang baik, 3. Jalannya raket melalui ayunan adalah sama untuk kedua kelompok pemain”.

4. Penelitian dari Ganesh Narayanrao Kadam (2015) yang meneliti tentang “effect of strength training programme on forehand and backhand drive skill performance on lawn tennis player. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa Program latihan kekuatan tertentu mengembangkan akurasi forehand dan backhand

(37)

drive. Sedangkan kelompok kontrol tidak dapat mengembangkan akurasi forehand dan backhand drive”.

5. Penelitian dari Milen Chalakov (2014) yang meneliti tentang “study of the ball speed during forehand and backhand hit in tennis training of 12 years old players. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pembelajaran yang tepat dari dua pukulan utama dalam tenis memberikan signifikan keuntungan untuk masing-masing pemain. Pukulan dilakukan dengan teknik yang tepat sering menjadi faktor kunci dalam memenangkan permainan. Kinerja yang tepat dari setiap pukulan menyebabkan peningkatan kecepatan. Menerapkan pukulan dengan teknik yang benar dan kecepatan tinggi dapat menyebabkan kesalahan bahkan dalam pemain terbaik. Anak usia 12 tahun memerlukan latihan dimulai dengan belajar teknik yang benar dan setelah itu bekerja untuk untuk peningkatan kecepatan”. 6. Penelitian dari Palmizal A (2011) yang meneliti tentang “pengaruh metode latihan

global terhadap akurasi ground stroke forehand dalam permainan tenis. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil diketahui terjadi peningkatan rata-rata antara tes awal dan tes akhir pada metode latihan, yaitu untuk metode latihan global sebesar 4,92”.

C. Kerangka Berfikir

1. Perbedaan pengaruh pendekatan latihan forehand drive sikap tertutup dan sikap terbuka terhadap hasil pukulan.

Mengingat bahwa dalam permainan tenis forehand drive adalah pukulan yang paling mudah dipelajari dan sering dilakukan oleh petenis. Hal ini karena pukulan forehand drive relatif mudah untuk mengembalikan bola karena kondisi raket bebas dari tubuh. Memiliki forehand drive yang baik bisa dilatih dengan cara memukul bola dengan sikap tertutup dan terbuka.

Sekarang ada dua pandangan yang berbeda mengenai bagaimana pukulan forehand drive harus dilakukan. Banyak yang menganjurkan forehand dengan sikap tertutup, ada juga yang menganjurkan forehand drive dengan sikap terbuka. Karena banyak yang berpendapat sikap terbuka adalah yang terbaik sehingga telah diasumsikan bahwa melatih forehand drive dengan sikap terbuka adalah yang terbaik, tapi hal ini belum tentu benar. Instruktur maupun pelatih yang mengajarkan dengan sikap terbuka belum meneliti alasan memukul dengan sikap terbuka, mereka juga tidak membandingkan bagaimana sikap tertutup terkait dengan sikap terbuka.

(38)

42

Dua isu biomekanika yang berkaitan dengan persiapan untuk sikap siap dalam pukulan tenis, kesiapan sebuah sikap siap yang baik atau langkah yang tepat mengambil peran penting karena memungkinkan pemain untuk bergerak cepat untuk mengantisipasi pukulan lawan. Untuk menentukan langkah membuthkan waktu yang singkat bertepatan dengan lawan memukul bola. Langkah ini melibatkan fleksi lutut diikuti oleh gerak ekstensi pada lutut. Dengan menggunakan langkah split bermanfaat bagi pemain untuk memperpendek peregangan, dengan menggunakan langkah split pemain mampu meningkatkan kecepatan gerakan. Sebagian banyak kekuatan yang digunakan untuk memukul bola ditransfer melalui tubuh ke lengan dan raket, cara pemain menempatkan kaki akan mempengaruhi bagaimana gaya yang dihasilkan dan kekuatan yang ditransfernya.

Forehand drive sikap tertutup memungkinkan subjek untuk menghasilkan putaran yang lebih besar yang mengakibatkan pembebanan yang lebih besar pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar.

Untuk melakukan pukulan forehand,drive langkah pemain mengambil salah satu kaki di belakang dan salah satu kaki mengambil langkah kedepan menuju bola dengan demikian menempatkan panggul dan kaki mereka tegak lurus terhadap arah yang dituju tembakan. Gerakan ini mentransfer berat badan mereka dari kaki belakang ke kaki depan sebagai komponen penting dari sikap tertutup ayunan forehand drive.

Pemain yang baik menggunakan forehand dengan sikap terbuka biasanya setiap kali melakukan ada waktu yang relatif cukup untuk menghadap samping guna memukul bola dengan ayunan penuh. Hal ini sering terlihat dalam mengembalikan bola, dilain waktu digunakan untuk menyimpan langkah atau kembali keposisi siap lebih cepat ketika dibutuhkan waktu yang sangat penting ketika terjadi kelelahan atau terlalu lelah untuk menjalankan footwork seperti yang dibutuhkan untuk forehand sikap tertutup. Forehand drive dengan sikap terbuka tidak belajar tentang footwork yang tepat untuk masuk ke posisi gerakan yang penting saat di lapangan. Ketika mereka hanya mengeksekusi dengan sikap terbuka, kaki mereka tetap datar

(39)

dan menunggu bola datang kepada mereka. Akibatnya sangat sulit bagi mereka untuk berada di posisi terbaik utntuk memukul bola.

Forehand drive sikap terbuka memungkinkan subjek untuk menghasilkan putaran yang lebih besar yang mengakibatkan terjadinya pembebanan lebih besar pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar dengan tindakan siklus koordinasi memperpendek otot. Gerakan kaki dan tangan berperan penting untuk menghasilkan tenaga untuk forehand sikap terbuka. Dengan demikian telah diyakini bahwa ayunan dan gerakan lutut pada tenis memiliki peranan mendasar dalam gerak ayunan forehand drive dari sikap terbuka.

2. Perbedaan hasil pukulan antara yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal rendah.

Kemampuan adalah sifat yang di bawa manusia sejak lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan tugasnya. Kemampuan menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan menampilkan keterampilan merupakan keistimewaan manusia. Tanpa keistimewaan tersebut, dapat dibayangkan bahwa kita sebagai manusia hanya akan bersandar pada gerak-gerak reflek seperti binatang, termasuk dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran dan berlatih olahraga karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi di berbagai cabang olahraga. Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi, bahwa kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran dan latihan, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan awal tinggi cenderung memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa berkemampuan awal rendah. Dengan kemampuan awal yang telah dimiliki siswa

(40)

44

menjadi dasar untuk lebih mengembangkan pengetahuannya, sehingga kemampuan awal siswa perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran karena berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran atau latihan. 3. Pengaruh interaksi antara pendekatan latihan dengan kemampuan awal terhadap

hasil pukulan.

Pendekatan latihan dapat dikatakan sebagai suatu cara yang digunakan dalam menyajikan pelatihan untuk tercapai suatu tujuan dalam latihan. Dengan kata lain pendekatan merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses latihan sehingga tujuan dapat tercapai. Dengan demikian pendekatan latihan adalah suatu cara yang sistematis yang diterapkan dalam proses latihan untuk mencapai tujuan berupa keterampilan gerak yang efektif dan efisien harus sesuai dengan kaidah biomekanika.

Forehand drive sikap tertutup memungkinkan subjek untuk menghasilkan putaran yang lebih besar yang mengakibatkan pembebanan yang lebih besar pada sendi. Peningkatan beban dimungkin karena pemanfaatan yang lebih efisien dari rantai kinematik, mungkin penggunaan rotasi tubuh lebih besar. Gerakan ini mentransfer berat badan mereka dari kaki belakang ke kaki depan sebagai komponen penting dari sikap tertutup ayunan forehand drive.

Forehand drive dengan sikap terbuka tidak memanfaatkan secara optimal rantai gerak dari ekstremitas tubuh bagian bawah, hal ini berbeda dengan forehand drive sikap tertutup yang memanfaatkan rantai kinematika gerak dari ekstremitas tubuh bagian bawah. Gerakan mentransfer berat badan dari kaki belakang ke kaki depan sebagai komponen penting dari sikap tertutup. Transfer berat badan ini menyumbang kekuatan dari forehand drive sikap tertutup. Forehan drive sikap terbuka dalam kinematika gerak tidak begitu komplek seperti halnya pada sikap tertutup. Forehand drive sikap terbuka hanya memanfaatkan kinimatika gerakan lengan tanpa adanya tranfer energi dari ekstremitas tubuh bagian bawah, sehingga di sikap terbuka kemukinan cidera lebih besar.

(41)

Kemampuan awal memiliki peran penting bagi pengajar atau pelatih agar dapat memberikan dosis pelajaran dan latihan yang tepat. Kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran dan latihan. Jadi seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa yang berkemampuan awal tinggi cenderung memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa berkemampuan awal rendah.

4. Hipotesis

Uraian dalam kerangka berfikir tentang perbedaan hasil latihan forehand drive dengan sikap terbuka dan forehand drive sikap tertutup terhadap hasil pukulan forehand drive tenis lapangan, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh pendekatan latihan forehand drive sikap tertutup dan sikap terbuka terhadap hasil pukulan.

2. Ada perbedaan pengaruh hasil pukulan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal rendah.

3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan latihan dengan kemampuan awal terhadap hasil pukulan.

Gambar

Gambar 2.1. Pegangan Eastern dilihat dari Samping (Scharff, 1981: 25).
Gambar 2.2.Pegangan Eastern dilihat dari Atas (Scharff, 1981: 25).
Gambar 2.3. Forehand Flat- Drive (Katilli, 1948: 40).
Gambar 2.4. Forehand Topspin-Drive (Katilli, 1948: 44).
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.1 Hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini adalah tempat uji yang merepresentasikan tempat kerja, serta

 Hasil belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.  Hasil belajar sebagai lambang pemusatan hasrat

pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi di kelurahan dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas yang tidak sesuai dengan bidang di lapangan pada Kantor Lurah Ratu Sima

Butir tes yang dikembangkan dilakukan uji validitas oleh tiga dosen dan lima guru mata pelajaran fisika serta dilakukan uji empiris terhadap 250 siswa untuk mengetahui

Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah dan

Penelitian ini berkaitan dengan pengaruh dari variabel independen yang meliputi: ukuran perusahaan ( size ), profitabilitas, leverage, Likuiditas terhadap variabel

Hasil wawancara penulis dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya bahwa tujuan pembelajaran PAI adalah agar siswa dapat menjadi

Data tersebut dikumpulkan de- ngan teknik: (1) observasi merupakan kegiatan mengamati dan mencatat se- cara langsung keadaan, situasi dan kondisi yang terjadi,