• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA DI KOTA BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA DI KOTA BOGOR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL

DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA

SMA DI KOTA BOGOR

Ghanis Yusanti

Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530 Ghanisarsyhan17@gmail.com

(Ghanis Yusanti, Astrini, M.Psi., Psikolog) ABSTRACT

This study examines the correlation between social support with career maturity on high school students in Bogor. The measurement of social support was based on Winemiller’s types of social support : emotional support, instrumental support, informational support, companion support, and reward support (Noller, Feeney, & Peterson, 2007) .The measurement of career maturity was based on the dimensions of Super’s theory : career planning, career exploration, decision making and world-of-work information (Sharf, 2006). Research method that used in this study is quantitative. Total subjects are 632 students in Bogor. Research analysis in this study is Spearman’s rho,the result is : r = 593, which mean the correlation between two variables is average. Level of significance of social support and career maturity is p = 0.000. The result from this study indicated there’s a positive correlation between social support and career maturity on high school students in Bogor.

Keywords : career maturity, social support

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara dukungan sosial dengan kematangan karir pada siswa SMA di Kota Bogor. Pengukuran dukungan sosial berdasarkan bentuk dukungan sosial dari Winemiller : dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan pertemanan, dan dukungan penghargaan (Noller, Feeney, & Peterson, 2007). Pengukuran kematangan karir dilihat berdasarkan dimensi-dimensi menurut Super yaitu career planning, career exploration,decision making & world-of-work information (Sharf, 2006. Metode yang digunakan adalah kuantitatif .Jumlah responden sebanyak 632 pelajar SMA di Kota Bogor. Analisis penelitian menggunakan Spearman rho dengan hasil korelasi koefisien sebesar : r=593, yang berarti kedua variabel memiliki hubungan yang sedang. Level signifikasi antara dukungan sosial dan kematangan karir adalah p=0,000. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang positif antara dukungan sosial dan kematangan karir pada siswa SMA di Kota Bogor.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dimana masih memiliki masalah-masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah kompleks yang mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi. Pengangguran yang tidak segera diatasi akan menimbulkan kerawanan sosial, dan berpotensi mengakibatkan kemiskinan (Badan Pusat Statistik, 2007).Berdasarkan yang dilansir oleh CNN Indonesia (05/05/2015) akibat melambatnya pergerakan ekonomi, pengangguran di Indonesia bertambah sebanyak 300 ribu jiwa. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kenaikan jumlah pengangguran di tahun 2015 ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2014 yang julahnya 210 ribu jiwa (Sari, 2015). Pengangguran merpakan satu dari banyak permasalahan yang harus diselesaikan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia.

Penanganan masalah seperti pengangguran tidak boleh hanya difokuskan pada kota besar seperti Jakarta saja, tetapi juga di kota-kota kecil lainnya sehingga terciptanya kesejahteraan masyarakat yang sama rata. Kota Bogor menjadi salah satu kota kecil yang harus lebih diperhatikan secara khusus. Karena walaupun terletak tidak jauh dari Jakarta, kota Bogor masih memiliki banyak masalah yang harus ditangani seperti pengangguran. Menurut Republika Online (25/11/2014), Bogor memiliki angka pengangguran paling tinggi di Jawa Barat dimana angkanya mencapai 230 ribu penganggur (Putri, 2014). Selain itu, pengangguran di Kota Bogor saat ini didominasi lulusan SMA. Hal ini disebabkan karena beberapa siswa tidak memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA. Padahal lapangan pekerjaan yang semakin sempit tidak mampu menerima lulusan SMA karena mensyaratkan luluasan pendidikan minimal D3 (Simanungkalit, 2015). Hal ini sejalah dengan Greenbank dan Hepworth (2009) yang menyatakan tingginya angka pengangguran adalah salah satu indikator lemahnya perencanaan karir lulusan SMA, diploma maupun sarjana. Hal ini terjadi karena kurangnya persiapan dan perencanaan karir siswa. Padahal jika dipersiapkan dengan baik, bukannya tidak mungkin masalah pengangguran dapat diatasi. Selain itu hal ini akan mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sehingga perekonomian dapat meningkat dan angka pengangguran menurun.

Selain tuntutan jaman, persiapan karir merupakan salah satu dari tugas perkembangan pada masa remaja. Persiapan karir yang baik adalah salah satu ciri bahwa siswa memiliki kematangan karir yang baik. Menurut Donald E Super Kematangan karir adalah proses kedewasaan yang diperlihatkan seseorang terkait dengan tahapan perkembangannya, yaitu membandingkan tahapan kematangan seseorang dengan usia kronologisnya (Gonzalez, 2008). Selain itu menurut Super kematangan karir adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk menyelesaikan atau mengorganisir tugas-tugas khas yang terdapat dalam setiap tahapan perkembangan karir di usia mereka (Gonzalez, 2008). Kematangan karir juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membuat keputusan karir yang tepat, realistis, konsisten, dan kesadaran mengenai apa saja yang dibutuhkan untuk karir yang dipilihnya tersebut (Levinson, Ohler, Caswell, & Kiewra, 1998 dalam Patton & Creed, 2001). Dalam struktur atau dimensi kematangan karir, Super membaginya ke dalam 4 dimensi yaitu career planning, Career exploration, Career decision making, dan world of work information (Sharf, 2006).

(3)

Super menjelaskan terdapat lima tahap tugas perkembangan karir individu yaitu growth, exploration, establishment, maintenance, dan decline. Masing-masing tahapan dibagi lagi menjadi beberapa substage (Gladding, 2013). Tahapan yang menjadi fokus peneliti adalah tahap exploration. Dalam tahapan ini individu mengeksplorasi beragam jenis pekerjaan, menilai dirinya sendiri, dan sudah memikirkan berbagai alternatif karir yang sesuai dengan kemampuannya. Individu dalam tahapan ini adalah yang berusia 14-24 tahun. Tahapan ini dibagi lagi menjadi 3 substages yaitu tentative,transisi, dan trial little commitment. Karena penelitian ini lebih difokuskan kepada remaja atau lebih tepatnya anak SMA, maka substages yang menjadi fokus penelitian adalah substages yang pertama yaitu tentative. Substages tentative ini dimulai dari usia 15-17 tahun dimana individu mulai mempertimbangkan minat bakatanya dan mengkaitkannya dengan kesempatan pekerjaan yang dimilikinya.

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor karena adanya beberapa penelitian yang menyatakan masyarakat di kota kecil cenderung memiliki kematangan karir yang kurang (Pinasti,2011). Penelitian ini ingin melihat apakah siswa yang berdomisili di kota kecil seperti Bogor dengan keterbatasan lapangan pekerjaan akan memiliki kematangan karir yang baik atau tidak.Selain tingginya angka pengangguran, permasalahan sosial lain yang terjadi di kota Bogor adalah tingkat kemiskinanan yang tinggi. Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dilakukan oleh BPS tingkat kemiskinan di Bogor pada tahun 2010 mencapai 24,68% dimana angka kemiskinan ini tertinggi di Jawa Barat dibandingkan dengan kota atau kabupaten lainnya (Prima, 2010). Kemiskinan bisa menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran. Secara garis besar individu yang berasal dari status sosial-ekonomi yang rendah biasanya memiliki cita-cita yang rendah pula. Hal ini disebabkan oleh kurangnya role model yang kuat, low self esteem, dan kurangnya ketersediaan informasi mengenai karir, dan lain-lain. Inilah mengapa status sosial ekonoi yang rendah bisa menjadi alasan mengapa beberapa siswa memiliki kematangan karir yang rendah (Rojewski dalam Kerka, 1998 dalam Pinasti, 2011). Dapat disimpulkan dukungan dari orang-orang terdekat siswa atau lingkungan sosialnya dapat membantu untuk meningkatkan kematangan karir.

Dukungan sosial diartikan oleh Uchino (2004, dalam Sarafino & Smith, 2012) sebagai hal yang mengacu pada kenyamanan, kepedulian, atau bantuan yang diterima oleh individu dari seseorang atau sekelompok orang. Menurut Winemiller terdapat 5 bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosi atau harga diri, dukungan instrumental, dan dukungan informasi, dukungan penghargaan, dan dukungan pertemanan (Noller, Feeney, & Peterson, 2007). Suatu penelitian mengenai dukungan sosial menyatakan orang-orang yag menerima dukungan sosial yang tinggi akan berpikiran lebih positif, memiliki self-esteem yang tinggi, dan lebih optimis dibandingkan orang-orang dengan dukungan sosial yang rendah (Sarason, Levine, Basham, & Sarason, 1983). Menurut penelitian mengenai perencanaan dan eksplorasi karir, dukungan sosial yang tinggi akan meningkatkan kemampuan penetapan karir seseorang (Rogers, Creed, & Glendon, 2008). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hughey (2001, dalam Gallo, 2009) menemukan bahwa ada korelasi antara kasih sayang orang tua dengan perencanaan dan eksplorasi karir pada mahasiswa. Super menyatakan bahwa individu dengan kematangan karir tinggi cenderung mendapatkan informasi yang membantu dan mengarahkan mereka dalam memilih karir di masa depannya (Lau , Low , & Zakaria, 2013).

(4)

Untuk memaksimalkan dukungan, bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan. Seperti memberikan masukan, saran, opini dan arahan mengenai pilihan karir yang sesuai dengan minat dan bakat siswa, sehingga siswa memiliki career planning dan career decision making yang baik dan matang. Selain itu sekolah, tenaga pendidik, atau orang tua bisa memfasilitasi siswa dalam mencari informasi mengenai karir yang diminatinya dan memberi pengetahuan mengenai dunia kerja itu sendiri. Dalam hal ini dapat dikatakan lingkungan sosial ikut membantu proses career exploration dan world of work information siswa. Lingkungan sosial juga dapat memberikan dukungan berupa materi dan perasaan kasih sayang kepada siswa sehingga siswa merasa didukung dan semakin percaya diri akan pilihan yang dibuatnya. Dengan adanya dukungan sosial diharapkan siswa akan lebih matang dalam perkembangan karirnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling yitu convenience sampling. Convenience sampling adalah sampel yang dipilih dengan cara memilih setiap partisipan yang relative mudah untuk didapatkan (Gravetter & Forzano, 2012). Selain itu, convenience sampling adalah jenis teknik yang melibatkan pemilihan utama responden berdasarkan kesediaannya dan kemauannya untuk merespon (Shaughnessy , Zechmeister , & Zechmeister , 2009). Subjek dalam penelitian ini adalah murid SMA kelas XI reguler yang bersekolah di Kota Bogor dan tidak dibedakan jurusan IPA, IPS, atau Bahasa. Alasan pemilihan kelas XI adalah karena kategori usianya sesuai dengan substages tentative yaitu 15 sampai 17.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) metode kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisanya menggunakan statistik. Metode kuantitatif digunakan apabila masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya terjadi dengan yang sebenarnya terjadi, atau antara teori dengan praktik. Sementara itu desain penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Menurut Sugiyono (2012) penelitian koresional adalah penelitian yang sifatnya mencari hubungan antara dua variabel atau lebih.

Untuk mengukur variabel dukungan sosial, peneliti mengadaptasi alat ukur dari penelitian sebelumnya yang dibuat oleh Benito Pramityasmara (2013). Alat ukur dibuat berdasarkan bentuk dukungan sosial menurut Winemiller (Noller, Feeney, & Peterson, 2007). Sementara untuk mengukur variabel kematangan karir, peneliti mengadaptasi alat ukur dari penelitian yang dibuat oleh Inayah Utami Putri (2014). Alat ukur dibuat berdasarkan dimensi kematangan karir menurut Super (Sharf, 2006). Tipe skala pengekuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Penelitian ini menggunakan Skala Likert dengan 4 option jawaban yang dapat dipilih responden yaitu : STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), S (setuju), dan SS (sangat setuju).

(5)

HASIL DAN BAHASAN

Berdasarkan uji normalitas, data pada variabel kematangan karir dan dukungan sosial memiliki data yang berdistribusi tidak normal. Oleh karena itu, analisa korelasi yang digunakan adalah analisa korelasi Spearman. Hasil perhitungan korelasi melalui software IBM SPSS Statistics 22 menunjukkan data sebagai berikut :

Kematangan Karir Dukungan Sosial Spearman's rho

Kematangan Karir Correlation

Coefficient 1,000 ,593 ** Sig. (2-tailed) . ,000 N 632 632 Dukungan Emosional Correlation Coefficient ,593 ** 1,000 Sig. (2-tailed) ,000 . N 632 632

Sumber : Pengolahan Data SPSS 22

Berdasarkan hasil analisa korelasi dari tabel diatas, didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,593 dan nilai Sig. sebesar 0,000. Dengan kata lain dapat diindikasikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kematangan karir dan bentuk dukungan emosional dari variabel dukungan sosial. Untuk melihat kriteria tingkat korelasi, dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini :

Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber : Priyatno, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa tingkat korelasi antara kematangan karir dengan bentuk dukungan emosional masuk kedalam kategori sedang dengan nilai 0,593.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil uji korelasi yang dilakukan pada 632 responden pada variabel dukungan sosial dan kematangan karir didapatkan nilai Sig. sebesar 0,000. Dapat disimpulkan ada

(6)

hubungan antara dukungan sosial dengan kematangan karir pada siswa SMA di Kota Bogor. Berarti jika dukungan sosial tinggi maka kematangan karir juga tinggi. Sebaliknya, jika dukungan sosial rendah maka kematangan karir juga rendah. Ini menjadikan arah korelasi antara dua variabel yang dikaitkan adalah korelasi positif. Korelasi positif menunjukan bahwa kedua variabel berubah ke arah yang sama (Gravetter & Forzano, 2012). Sementara itu besaran nilai korelasi koefisien yang didapat dari kedua variabel adalah 0,593 yang berarti hubungan antara kedua variabel termasuk dalam kategori sedang. Hal ini bisa desebabkan karena ada faktor-faktor lain yang memiliki kaitan yang lebih erat dengan kematangan karir selain dukungan sosial.

Dari penelitian ini penulis memiliki saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu menambah dan memperluas jumlah subjek penelitian seperti di daerah kabupaten atau wilayah-wilayah lainnya untuk melihat apakah siswa/i yang tinggal di wilayah pinggiran atau terpencil memiliki kematangan karir yang sama seperti siswa/i di kota-kota besar pada umumnya. Selain itu bisa juga melihat bagaimana bentuk dukungan sosial yang diberikan sekolah, orangtua, keluarga, atau lingkungan sosial pada siswa yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Penelitian ini juga memiliki keterbatasandalam data kontrol subjek, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian seperti pendidikan orang tua,uang saku, dan lain-lain.

REFERENSI

Gallo, J. (2009). The Role of Attachment and Social Support in Vocational Maturity. New York: Umi Dissertation Publishing Proquest.

Gladding, S. T. (2013). Counseling: A Comprehensive Profession (7th ed.). New Jersey: Pearson .

Gonzalez, M. A. (2008). Career Maturity: A Priority for Secondary. Electronic Journal of Research in Educatonal Psychologi, 6 (3), 749-772.

Gravetter, F. J., & Forzano, L.-A. B. (2012). Research Methods For The Behavioral Sciences (4th ed.). Canada: Wadsworth, Cengage Learning.

Greenbank, P., Hepworth, S. & Mercer, J. (2009), ‘Term-time employment and the student experience, Education and Training, Vol. 51, No. 1, pp. 43-55

Lau , P. L., Low , S. F., & Zakaria, A. R. (2013). Gender and Work: Assessment and Application of Super’s Theory – Career Maturity. British Journal of Arts and Social Sciences, 12(2), 175-185.

Noller, P., Feeney, J. A., & Peterson, C. (2007). Personal Relationship Across the Lifespan. New York: Taylor & Francis Inc.

Patton, W., & Creed, P. A. (2001). Developmental Issues In Career Maturity And Career Decision Status. The Career Development Quarterly, 49, 336-351.

Pinasti, Woro. (2011). Pengaruh Self Efficacy, Locus of Control, Dan Faktor Demografis Terhadap Kematangan Karir Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

(7)

Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Powell, Darrell F and Luzzo, Darrell Anthony. (1998). Evaluating Factors Associated with the Career Maturity of High School Students. The Career Development Quarterly (Vol. 47 Iss. 2 December 1998). p. 145.

Prima. (2010, June 30). Jumlah Orang Miskin Kab. Bogor Tertinggi di Jabar. Dipetik September 5, 2015, dari Pikiran Rakyat Online: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2010/06/30/116985/jumlah-orang-miskin-kab-bogor-tertinggi-di-jabar

Putri, W. D. (2014, November 25). Miris, Angka Pengangguran di Bogor Paling Tinggi. Retrieved September 0, 2015, from Republika Online:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/pemprov-jabar/14/11/25/nfl9od-miris-angka-pengangguran-di-bogor-paling-tinggi

Rogers, M. E., Creed, P. A., & Glendon, A. I. (2008). The role of personality in adolescent career planning and exploration: A social cognitive. Journal of Vocational Behavior, 73, 132-142.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2012). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions (7th ed.). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc .

Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B., & Sarason, B. R. (1983). Assessing Social Support: The Social Support Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 4(1), 127-139.

Sari, E. V. (2015, May 5). Ekonomi Melambat, Pengangguran Indonesia Bertambah. Retrieved 9 5, 2015, from CNN Indonesia:

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150505150630-78-51318/ekonomi-melambat-pengangguran-indonesia-bertambah/

Sharf, R.S. (2006). Applying career development theory to counselling 4nd ed. Pacific Grove: Brooks/Cole

Shaughnessy , J. J., Zechmeister , E. B., & Zechmeister , J. S. (2009). Research Methods in Psychology. New York: McGraw-Hill Higher Education.

Simanungkalit, E. (2015, March 25). Lulusan SMA Mendominasi Pengangguran di Kota Bogor. Retrieved September 5, 2015, from Kompasiana:

http://www.kompasiana.com/esrasimanungkalit16/lulusan-sma-mendominasi-pengangguran-di-kota-bogor_55546303b67e611218ba5499

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Saluran pemasaran I adalah saluran pemasaran tingkat grosir dengan persentase penjualan sebesar 20,73 % dengan harga yang dibeli oleh pedagang tingkat (grosir) terhadap

Setelah data anomali gravitasi satelit dari website http://topex.ucsd.edu/cgi-bin/get_data.cgi diolah dengan menggunakan metode Second Vertical Derivative (SVD)

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan kelentukan terhadap terhadap kelincahan atlet tenis junior Sumatera Barat.. Kata kunci:

Hasil tes awal, menunjukan bahwa siswa belum mampu mengurutkan bilangan dengan baik, terutama mengurutkan bilangan puluhan ke atas, sehingga berdampak pada tidak tercapainya

Sasaran tindakan pada penelitian yang berjudul “ Penggunaan Media Papan Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Bilangan Asli Sampai 100 Pada Anak Tunarungu Kelas

grafik berwarna biru adalah hasil post-test dan grafik berwarna merah adalah hasil pre-test, yang dimana siswa tidak memahami konsep pada fisika umum yang tidak

Since exchange rates are fixed, government will need to intervene: its acquisitions and disposals of both domestic and foreign currency will shift the LM curve to either LM’ or to