• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 REKOMENDASIKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 7 REKOMENDASIKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 1

BAB 7

REKOMENDASIKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

(KLHS) RENCANA TATA RUANG WILAYAH

PROVINSI JAWA BARAT

Subjek rekomendasi mengenai KLHS RTRW Jawa Barat PERDA No. 22 Tahun 2010 Tentang RTRW tahun 2009-2029 isinya terdiri dari Rencana Struktur Ruang, dan Rencana Pola Ruang. Rekomendasi terdiri dari klasifikasi sebagai berikut:

rekomendasi 1 mengenai Kawasan lindung, rekomendasi 2 mengenai kawasan bencana, rekomendasi 3 mengenai sumberdaya air, rekomendasi 6 mengenai kawasan perikanan, rekomendasi 7 mengenai pertambangan, rekomendasi 8 mengenai infrastruktur permukiman dan kawasan/zona industri, rekomendasi 9 mengenai kawasan permukiman perkotaan.

Tabel 7.1. Objek KLHS – RTRW Jawa Barat

PERDA NO. 22 TAHUN 2010 Tentang RTRWProvinsi Jawa Barat 2009-2029

BAB/ BAG/ Paragraf

PASAL RTRW Rekomendasi

BAB VI .RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI

Bag 1 Rencana Struktur Ruang

Paragraf 3 Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Pasal 21 Infrastruktur sumber daya air Rekomendasi 3 Pasal 24 Infrastruktur permukiman Rekomendasi 8

Bag 2 Rencana Pola Ruang

Paragraf 1 Umum

Paragraf 2 Tencana Kawasan Lindung

Pasal 26 Rencana pola ruang kawasan lindung Rekomendasi 1 Pasal 28 Kawasan lindung Rekomendasi 1 Pasal 31 Kawasan suaka alam Rekomendasi 1 Kawasan pantai mangrove Rekomendasi 1 Pasal 34 Kawasan rawan bencana Rekomendasi 2 Kawasan rawan tanah longsor Rekomendasi 2 Kawasan gelombang pasang Rekomendasi 2 Kawasan rawan banjir Rekomendasi 2 Pasal 38 Kawasan terumbu karang Rekomendasi 1 Pasal 39 Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang

dilindungi

Rekomendasi 1 Paragraf 3 Rencana Kawasan Budidaya

Pasal 46 Kawasan perikanan Rekomendasi 6 Pasal 47 Kawasan pertambangan Rekomendasi 7 Pasal 48 Lokasi industri dan kawasan industri Rekomendasi 8 Pasal 51 Kawasan permukiman perkotaan Rekomendasi 9

(2)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 2

Tabel 7.2. Objek KLHS – RTRW Jawa Barat

PERDA NO. 22 TAHUN 2010 Tentang RTRWProvinsi Jawa Barat 2009-2029

(Lanjutan)

BAB/ BAG/ Paragraf

PASAL RTRW Rekomendasi

BAB VII RENCANA WILAYAH PENGEMBANGAN (WP)

Pasal 54 WP Bodebekpunjur

Pengembangan infrastruktur sumberdaya air Rekomendasi 3 Pengembangan infrastruktur permukiman Rekomendasi 9 Optimalisasi Kawasan Industri Rekomendasi 8 Pasal 55 WP Purwasuka

Pengembanganinfrastruktur sumberdaya air Rekomendasi 3 Pengembangan infrastruktur permukiman Rekomendasi 8 Optimalisasi kawasan industri Rekomendasi 9 Pasal 56 WP Ciayumajakuning

Pengembangan infrastruktur sumberdaya air Rekomendasi 3 Pengembangan infrastruktur permukiman Rekomendasi 9 Pengembangan Kawasan Industri Kertajati

Aerocity di Kabupaten Majalengka

Rekomendasi 8 Pasal 57 WP Priangan Timur-Pangandaran Rekomendasi

Pengembangan infrastruktur sumberdaya air Rekomendasi 3

Tambahan: Pengendalian pertambangan galian Rekomendasi 6

BAB/ BAG/ PARAGRAF/ PASAL

RTRW Rekomendasi

Pasal 58 WP Sukabumi dan Sekitarnya Rekomendasi Pengembangan infrastruktur sumberdaya air Rekomendasi 3 Pembangunan Kawasan Industri Ciambar di

Kabupaten Sukabumi.

Rekomendasi 8

Tambahan: Pengendalian pertambangan galian Rekomendasi 6 Pasal 59 WP KK Cekungan Bandung Rekomendasi

Pengembanganinfrastruktur sumberdaya air Rekomendasi 3 Pengembangan infrastruktur permukiman Rekomendasi 9 Pengembangan Kawasan Industri Rancaekek,

terletak di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung

Rekomendasi 8

Paragraf 3 Arahan Zonasi untuk Kawasan Lindung

Pasal 90 Arahan zonasi untuk kawasan terumbu karang Rekomendasi 1 Pasal 91 Arahan zonasi untuk kawasan koridor bagi satwa

atau biota laut yang dilindungi

Rekomendasi 1 Paragraf 4 Pasal 95 Arahan zonasi untuk kawasan peternakan Rekomendasi

Pasal 96 Arahan zonasi untuk kawasan pesisir, laut dan pulau kecil

Rekomendasi Pasal 97 Arahan zonasi untuk kawasan perikanan Rekomendasi 6 Pasal 98 Arahan zonasi untuk kawasan pertambangan Rekomendasi 7 Pasal 99 Arahan zonasi untuk kawasan industri Rekomendasi 8 Zonasi industri di luar kawasan industri Rekomendasi 8

(3)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 3

7.1. Rekomendasi Kawasan Suaka Alam di Pesisir Utara Jawa Barat

untuk Hutan Mangrove (Pasal 31)

7.1.1.Rehabilitasi Hutan Mangrove

Selain upaya konservasi terhadap hutan mangrove yang ada saat ini, diperlukan upaya rehabilitasi dan alternatif penambahan lahan yang ditanami mangrove, yaitu sebagai berikut:

a) Lahan tambak sebagian berasal dari hutan mangrove milik Negara yang beralih fungsi menjadi tambak dan sebagian tanah milik masyarakat. Sebaiknya Pemerintah bekerja sama dengan pengelola tambak menanam mangrove seluas 20 % dari luas lahan tambak, yaitu 13.014 Ha.

b) Lahan sempadan sungai dan pantai seluas 3.474 Ha dengan lebar 100 m berfungsi sebagai kawasan lindung setempat, oleh karena itu seharusnya ditanami dengan mangrove. Mangrove di sempadan pantai dan sungai sangat diperlukan juga sebagai reservat biota dan perikanan.

c) Lahan timbul seluas 2.002 Ha sebaiknya dikelola oleh Pemerintah dan dihutankan dengan tanaman mangrove dengan fungsi sebagai kawasan lindung

d) Lahan pantai yang terabrasi seluas 1.193 Ha memerlukan rehabilitasi, yaitu penghutanan kembali dengan tanaman mangrove

e) Jumlah luas rehabilitasi tersebut adalah 19.683 Ha sebaiknya merupakan prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013 – 2018 dan RTRW Provinsi Jawa Barat dalam merencanakan rehabilitasi hutan mangrove seluas 15.000 Ha,

f) Sistem saluran drainase air banjir dan saluran air laut perlu dibangun untuk menjaga salinitas air yang dapat mendukung tumbuhan mangrove.

7.2. Rekomendasi Kawasan Rawan Bencana

7.2.1. Rekomendasi Kawasan Pesisir

Pantai yang terabrasi oleh gelombang laut menyebabkan berkurangnya areal hutan mangrove dan rusaknya sarana permukiman, sarana umumserta beberapa luas jalan. Kerusakan tersebut antara lain disebabkan karena rusaknya hutan mangrove. Padahal tumbuhan mangrove berfungsi juga sebagai penahan gelombang laut. Rehabilitasi yang diusulkan adalah sebagai berikut:

(4)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 4 a) Pantai pada daerah permukiman dan sarana umum yang rusak sepanjang 27.526 m

sebaiknya direhabilitasi dan dilindungi dengan bangunan tanggul, sebagai usulan altenatif adalah tanggul bronjong batu.

b) Pantai diliuar daerah permukiman atau pada daerah hutan mangrove dan tambak sepanjang158.498 m sebaiknya direhabilitasi dan dilindungi dengan pagar bambu dan tanaman mangrove. Pemasangan pagar bambu tersebut merupakan kesatuan program dengan rehabilitasi hutan mangrove.

7.2.2.1. Kelembagaan

Berbagai instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta masyarakat berwenang dan berkewajiban melaksanakan upaya konservasi dan rehabilitasi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup di PANTURA Jawa Barat, yaitu:

a) Instansi Pemerintah: Kementerian Kehutanan (KEMHUT), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Pekerjaan Umum (KPU), Kementerian Dalam Negeri (KEMENDAGRI) dan Kementerian Lingkungan Hisup (KLH).

b) Instansi Provinsi dan Kabupaten/ Kota: Dinas terkait dengan kehutanan (DISHUT), Dinas terkait perikanan dan kelautan (DKP), Dinas terkait pekerjaan umum, pengairan, bina marga dan permukiman, dan BPLHD serta Kantor Lingkungan Hidup di daerah

c) Masyarakat: nelayan dan pembudidaya perikanan tambak, yang perlu mendukung program Pemerintah untuk menerapkan budidaya tambak ramah lingkungan, antara lain menyediakan sebagian ruang lahan dan perairannya untuk program penanaman tumbuhan bakau.

7.2.3. Rekomendasi Bencana Banjir

Bencana Banjir secara umum berada hampir disetiap wilayah, namun wilayah yang selalu terjadi bencana banjir secara khusus berada di WP Cekungan Bandung terutama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, yakni wilayah rawan banjir yang berada di sekitar Citarum hulu. Citarum hulu merupakan hilir dari beberapa anak sungai. Salah satu penyebab banjir di Citarum Hulu adalah hilangnya daya resap air sehingga terjadi meningkatnya limpasan air permukaan pada musim hujan terutama terjadi pada curah hujan dengan intensitas tinggi.

(5)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 5 Rekomendasi yang diperlukan dalam penanganan banjir:

1. Normalisasi sungai, dengan cara melakukan pengerukanpadaSungai Citarum akibat terjadi sedimentasi Sungai Citarum dan anak sungainya.

2. Penataan jalur sempadan Sungai, diperlukan untuk menjaga sempadan dari upaya perubahan fungsi lahan menjadi lahan terbangun yang dapat meningkatkan resiko bencana banjir.

3. Penataan di daerah rawan banjir, dilakukan dengan melakukan pengendalian tata ruang pada pada daerah rawan banjir. Upaya tersebut ditekankan pada upaya penataan pengelolaan sumber daya lahan dan air. Sehingga dapat mengurangi beban pertumbuhan pada daerah rawan banjir.

4. Pengendalian lahan terbangun di daerah aliran sungai bagian hulu, dibutuhkan untuk mengurangi perubahan lahan pada daerah perbukitan terutama pada Kawasan Bandung Utara dan Kawasan Bandung Selatan dengan lebih menekankan pada rehabilitasi lahan kritis melalui upaya reboisasi, dan atau penanaman hutan rakyat, serta mengendalikan perizinan lahan terbangun. Sehingga KBU dan KBS atau upaya konservasi di wilayah cekungan Bandung dapat ditingkatkan dalam rangka mengurangi resiko bencana banjir.

(6)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 6

Tabel 7.2.Rekomendasi RehabilitasiKerusakan Hutan Mangrove

Kabupaten/ Kota

Usulan Luas Upaya Rehabilitasi (Ha) Lahan Tambak (20% luas) Sempadan Sungai dan Pantai Lahan

Timbul Lahan Abrasi Jumlah

Kabupaten Cirebon 1.085 832 231 379 2.527 Kota Cirebon 9,4 70 23 5 107 Kabupaten Indramayu 4.470 1.216 628 478 6.792 Kabupaten. Subang 1.708 295 505 142 2.650 Kabupaten.Karawang 3.655 559 363 80 4.657 Kabupaten. Bekasi 2.087 502 252 109 2.950 Jumlah PANTURA Jawa Barat 13.014 3.474 2.002 1.193 19.683 Alternative pengembangan sistem pengairan kawasan mangrove

Sistem saluran drainase air banjir dan saluran air laut perlu dibangun untuk menjaga salinitas air yang dapat mendukung tumbuhan mangrove.

Instansi penanggung jawab

Instansi Pemerintah: Kementerian Kehutanan (KEMHUT),

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)

Instansi pendukung

Instansi Provinsi dan Kabupaten/ Kota:

Dinas terkait dengan kehutanan (DISHUT), Dinas terkait perikanan dan kelautan (DKP)

Masyarakat :

Nelayan dan pembudidaya tambak,

Tabel 7.3 Jumlah Luas Rehabilitasi Hutan Mangrove

No Daerah Mangrove Sempadan Pantai dan Sungai (Ha) Mangrove di Tambak (Ha) Mangrove Lahan Abrasi (Ha Mangrove Lahan Timbul (Ha) Jumlah Luas Rehabilitasi Hutan Mangrove Ha) 1 Kab.Cirebon 832 1.085 379 231 2.527 2 Kota Cirebon 70 9,4 5 23 107 3 Kab.Indramayu 1.216 4.470 478 628 6.792 4 Kab.Subang 295 1.708 142 505 2.650 5 Kab.Karawang 559 3.655 80 363 4.657 6 Kab.Bekasi 502 2.087 109 252 2.950 Jumlah 3.474 13.014 1.193 2.002 19.683

(7)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 7

Tabel 7.4.Rekomendasi Rehabilitasi Kerusakan Pantai Akibat Abrasi

Kabupaten/ Kota

Rehabilitasi Kerusakan Pantai (m) Daerah Permukiman

dan Sarana Umum

Daerah Hutan Mangrove dan Tambak Jumlah Kabupaten Cirebon 10.300 35.792 46.092 Kota Cirebon 4.586 0 4.586 Kabupaten Indramayu 10.600 61.591 72.191 Kabupaten. Subang 0 22.783 22.783 Kabupaten.Karawang 1.780 23.090 24.870 Kabupaten Bekasi 260 15.242 15.502

Jumlah PANTURA Jawa Barat

27.526 158.498 186.024

Alternative sistem perlindungan pantai

Tanggul atau bronjong batu

Pagar bambu dan tanaman mangrove

Instansi penanggung jawab

Instansi Pemerintah: Kementerian Kehutanan (KEMHUT),

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kementerian Pekerjaan Umum (KPU)

Instansi pendukung Instansi Provinsi dan Kabupaten/ Kota:

Dinas terkait dengan kehutanan (DISHUT), Dinas terkait perikanan dan kelautan (DKP)

Dinas terkait pekerjaan umum, pengairan, bina marga dan permukiman

Masyarakat :

(8)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 8 Gambar 7.1. Bangunan penahan abrasi pantai terbuat dari batu koral (Bronjong) yang

disusun sepanjang pantai

Lokasi: Desa Pusakajaya – Kecamatan Cilebar Koordinat: BT 107° 25' 18,25", LS 6° 4' 30,98"

Gambar 7.2. Bangunan area penanaman mangrove (Bronjong), melindungi mangrove ukuran kecil dari pengaruh gelombang air laut (Abrasi)

Lokasi: Desa Pusakajaya – Kecamatan Cilebar Koordinat: BT 107° 25' 13,88", LS 6° 4' 19,64 Bambu dan Jaring

(9)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 9 Gambar 7.3. Jumlah Luas Hutan Mangrove di Zona Sempadan Sungai dan Pantai

PANTURA Jawa Barat

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Luas Rehabilitasi Hutan Mangrove di Zona Sempadan

Sungai dan Pantai PANTURA Jawa Barat (Ha)

(10)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 10

Tabel 7.5. Rekomendasi 1 dan 4 Kawasan Suaka Alam (Pasal 31)

No Kebijakan Rencana dan/ atau Program Pengaruh Terhadap Lingkungan *) Perbaikan KRP

1.1 WP Bodebekpunjur

1) Kecamatan Bekasi: Rencana Kawasan Pantai Mangrove Muara Gembong

Meningkatkan

keseimbangan ekologis, mencegah kerusakan pantai akibat abrasi

Pengembangan dan rehabilitasi kawasan pantai Mangrove di Kecamatan Babelan

• Rehabilitasi Mangrove 650 Ha

• Pengendalian konversi lahan mangrove menjadi tambak

• Sosialisasi masyarakat

1.2. WP Purwasuka

1) Kabupaten Subang: Rencana Kawasan Pantai Mangrove Muara Brobos dan Blanakan

Meningkatkan

keseimbangan ekologis, mencegah kerusakan pantai akibat abrasi

Pengembangan dan rehabilitasi kawasan pantai Mangrove

Pengendalian konversi lahan mangrove menjadi tambak

Sosialisasi peningkatan kesadaran masyarakat

2) Kabupaten Karawang: Rencana Kawasan Pantai Mangrove Tanjung Sedari

Meningkatkan

keseimbangan ekologis, mencegah kerusakan pantai akibat abrasi

Perlindungan pantai dan rehabilitasi mangrove

• Rehabilitasi Mangrove di Kab. Karawang seluas 9738,93 Ha dari luas kondisi eksisting seluas 245 Ha

(11)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 11

No Kebijakan Rencana dan/ atau Program Pengaruh Terhadap Lingkungan *) Perbaikan KRP 1.3. WP Ciayumajakuning

1) Kabupaten Cirebon:Rencana Kawasan Pantai Mangrove Eretan

Meningkatkan

keseimbangan ekologis, mencegah kerusakan pantai akibat abrasi

PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI PANTAI

• Perlindungan Pantaidengan Bronjong di Kab. Cirebon sepanjang 10 km, dan Kota Cirebon sepanjang 4,58 km

• Pengembangan Mangrove di Kab. Cirebon seluas 959 Ha dari luas kondisi eksisting 350 Ha

• Rehabilitasi Kawasan Mangrove di Kecamatan Losari (Kab.Cirebon)

• Sosialisasi masyarakat

2) Kabupaten Indramayu: Rencana Kawasan Pantai Mangrove di Eretan

Meningkatkan

keseimbangan ekologis, mencegah kerusakan pantai akibat abrasi

PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI PANTAI

• Perlindungan Pantai dengan bronjong sepanjang 10,6 km

• Rehabilitasi Mangrove di Kab. Indramayu seluas 17.421 Ha dari luas kondisi eksisting 361 Ha • Sosialisasi masyarakat

(12)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 12

No Kebijakan Rencana dan/atau Program Pengaruh Terhadap

Lingkungan

Perbaikan Materi KRP

I. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM

(PASAL 34)

1.1 WP Bodebekpunjur

1) Kabupaten Bekasi:

Kawasan Gelombang Pasang Kerusakan Alam Penanggulangan bencana gelombang pasang

Rehabilitasi pesisir pantai dengan bronjong di Kec.Tarumajaya sepanjang 250 m

Kawasan Rawan Banjir Kerusakan Alam Normalisasi Sungai

Penataan jalur sempadan sungai. Pengendalian lahan terbangun kawasan hulu DAS

1.2. WP Purwasuka

1) Kabupaten Karawang: Kawasan

Gelombang Pasang Kerusakan Alam Rehabilitasi Pantai Rehabilitasi pantai dengan bronjong sepanjang 1,78 km

1.3. WP Ciayumajakuning

1) Kabupaten Cirebon: Kawasan Gelombang

Pasang Mencegah kerusakan pantai akibat abrasi Rehabilitasi Pantai Rehabilitasi pantai sepanjang 10,3 km dengan menggunakan bronjong (Sekitar permukiman) 2) Kabupaten Cirebon: Kawasan Gelombang

Pasang Mencegah kerusakan pantai akibat abrasi Rehabilitasi Pantai Rehabilitasi pesisir pantai sepanjang 4,5 km dengan menggunakan bronjong (Sekitar permukiman)

3) Kabupaten Indramayu: Kawasan Gelombang

Pasang mencegah kerusakan pantai akibat abrasi Rehabilitasi pantai sepanjang 10,6 km dengan menggunakan bronjong (Sekitar permukiman)

Tabel 7.6. Rekomendasi 2 dan 4 Kawasan Rawan Bencana Alam (PASAL 34)

(13)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 13

No Kebijakan Rencana dan/atau Program Pengaruh Terhadap

Lingkungan

Perbaikan Materi KRP

1.4. WP KK Cekungan Bandung

1) Kabupaten Bandung: Rawan Banjir Penanggulangan

bencana alam Normalisasi Sungai Penataan Jalur Sempadan Sungai • Normalisasi sungai

• Penataan jalur sempadan Sungai • Penataan di daerah rawan banjir

• Pengendalian lahan terbangun di hulu sungai 2) Kabupaten Bandung Barat: Rawan Banjir Penanggulangan

bencana alam Normalisasi Sungai Penataan Jalur Sempadan Sungai • Normalisasi sungai

• Penataan jalur sempadan Sungai • Penataan di daerah rawan banjir

(14)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 14

Gambar 7.4. Peta Rekomendasi Perlindungan Pantai dan Rehabilitasi Mangrove di Kawasan Pesisir Utara

(15)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 15

7.3. Rekomendasi Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air

Rencana pengembangan infrastruktur sumber daya airpada pasal 54memberikan dampak positif dan dapat dilanjutkan, namun ada beberapa penyempurnaan KRP pada WP berikut ini:

1. WP Bodebekpunjur Pasal 54 ayat 3 C, pada Kabupaten Bogor. Pengembangan sumber daya air perlu dikembangkan pada prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk, pertanian, perikanan dan peternakan serta pengendali banjir.

2. WP Purwasuka pada pasa 55 ayat 3 C, WP Ciayumajakuning Pasal 56, WP Priangan Timur – Pangandaran Pasal 56, WP KK Cekungan Bandung pasa 59. Pengembangan sumber daya air perlu diprioritaskan pada penyediaan air baku bagi penduduk, pertanian, perikanan dan peternakan serta pengendali banjir. hal ini menjadi perhatian karena sebagian wilayah tersebut merupakan kawasan pertanian dan lumbung padiJawa Baratdan berguna untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional.

(16)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 16

Tabel 7.7. Rekomendasi 3Rencana Pengembangan Infrastruktur Sumber Daya Air

WILAYAH PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SUMBERDAYA AIR REKOMENDASI

WP BodebekpunjurPasal 54 ayat 3c

1 Kota Bogor • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi KRP dapat dilanjutkan 2 Kabupaten Bogor • Pembangunan Waduk Ciawi, Narogong,

Genteng, Sodong, Tanjung, Parung Badak, Cijuray, dan Cidurian,

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir, • Peningkatan kondisi jaringan irigasi.

Prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk,

pertanian, perikanan dan peternakan, serta pengendalian banjir 3 Kota Bekasi • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir

• Peningkatan kondisi jaringan irigasi KRP dapat dilanjutkan 4 Kabupaten

Bekasi • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir • Peningkatan kondisi jaringan irigasi KRP dapat dilanjutkan 5 Kota Depok • Pembangunan Waduk Limo

• Pengembangan infrastruktur pengendali banjir • Peningkatan kondisi jaringan irigasi

KRP dapat dilanjutkan

6 Kabupaten

Cianjur • Pengembangan infrastruktur pengendali banjir • Peningkatan kondisi jaringan irigasi KRP dapat dilanjutkan

WP PurwasukaPasal 55 ayat 3c

7 Kabupaten

Subang Pembangunan Talagaherang, Cipunagara, Kandung dan Bodas Waduk Sadawarna, Cilame, Prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk, pertanian, perikanan dan peternakan, serta pengendalian banjir

WP CiayumajakuningPasal 56 ayat 3c

14 Kabupaten

Kuningan Pembangunan Waduk Lapangan Cinunjang Prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk, pertanian, perikanan dan peternakan,serta pengendalian banjir

15 Kabupaten

Sumedang • Pembangunan Waduk Cipasang, Kadumanik, Cipanas, dan Cipanas Saat, • Pembangunan Daerah Irigasi Rengrang

WP Priangan Timur – PangandaranPasal 57 ayat 3c

16 Kabupaten Garut • Pembangunan Waduk Cibatarua,

• Pembangunan Daerah Irigasi Leuwigoong Prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk, pertanian, perikanan dan peternakan, serta pengendalian banjir 17 Kabupaten

Tasikmalaya Pembangunan Waduk Ciwulan 19 Kabupaten

Ciamis Pembangunan Waduk Lapangan Gagah Jurit, Sukahurip, Hyang, Cikembang dan Leuwikeris

WP SukabumiPasal 58 ayat 3c

21 Kabupaten

Sukabumi Pembangunan Waduk Citepus, Waduk Ciletuh, Waduk Cikarang, Waduk Cikaso, Waduk Warungkiara dan Waduk Cibareno

Prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk,

pertanian, perikanan dan peternakan, serta pengendalian banjir Sebagian

Kabupaten Cianjur

Pembangunan Waduk Cibuni dan Waduk Cimaskara

WP KK Cekungan BandungPasal 59 ayat 3c

23 Kabupaten

Bandung Pembangunan Waduk Sukawana, Santosa, Ciwidey, Cimeta, Cikapundung, Citarik dan Tegalluar

Prioritas untuk penyediaan air baku bagi penduduk,

pertanian, perikanan dan peternakan, serta pengendalian banjir

(17)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 17

7.4.Budidaya PerikananPayau

Budidaya perikanan tambakmemberikan kontribusi yang cukup besar terhadap valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta PDRB di Jawa Barat.Namun demikian sebagian lahan tambak tersebut adalah hasil alih fungsi lahan hutan mangrove. Oleh karena itu disarankan alternatif berikut:

a) Lokasi tambak dan luasnya yang ada sekarang ditetapkan sebagai kawasan budidaya tambak, namun tidak boleh diperluas lagi dengan alih fungsi lahan mangrove. Kawasan tambak tersebut harus menyediakan lahan dan perairan untuk tanaman mangrove pada tiap petak tambak seluas 20 %.

b) Produktivitastambak dapat ditingkatkan lebih besar dengan pengembangan sistem budidaya dari tradisional menjadi semi intensif dan intensif sehingga tidak memerlukan luas lahan yang besar.

c) Produktivitas tambak juga dapat ditingkatkan dengan pembangunan infrastruktur saluran air tawar dan saluran air laut untuk pengaturan salinitas dan kualitas air. d) Saluran drainase banjir perlu dibangun pada kawasan tambak, mengingat pada

musim hujan banyak areal tambak mengalami kerugian karena hasil budidaya ikan hanyut terbawa air banjir

Rekomendasi Setiap WP

1. WP Bodebekpunjur:

Kabupaten Bekasi, Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Muara Gembong, dan Kec. Babelan Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove.

2. WP Purwasuka:

Kabupaten Karawang, Pengembangan kawasan budidaya tambak Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Tirtajaya Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Kec.Cilamaya Wetan. Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove.

3. WP Ciayumajakuning:

Kabupaten Cirebon, Pengembangan kawasan budidaya tambak, Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Kapetakan, Cirebon Utara, Kejaksan, Astanajapura, Pangenan, Gebang, dan Kec. Losari, Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove.

(18)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 18 4. Kabupaten Indramayu, Pengembangan kawasan budidaya tambak

Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Kandanghaur, Losarang, Cantigi, Kec.Sindang, dan Kec. Krangkeng,pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove.

(19)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 19

Tabel 7.8. Rekomendasi 4 dan 6 Kawasan Perikanan Payau (PASAL 47)

No Kebijakan Rencana dan/ atau Program Pengaruh Terhadap Lingkungan *) Perbaikan KRP

Kabupaten Bekasi:

Kawasan Perikanan Meningkatkan kebutuhan pangan • Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Muara Gembong, dan Kec. Babelan • Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi

kawasan mangrove

II WP Purwasuka

1) Kabupaten Karawang:

Kawasan Perikanan Meningkatkan kebutuhan pangan • Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Tirtajaya Cibuaya, Pedes, Cilebar, Tempuran, Cilamaya Kulon dan Kec.Cilamaya Wetan.

• Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove

Kabupaten Subang:

Kawasan Perikanan Meningkatkan kebutuhan pangan • Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Blanakan, Subang, Legonkulon, dan Kecamatan Pusakanagara

• Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove

1.3. WP Ciayumajakuning 1) Kabupaten Cirebon: Kawasan

Perikanan Meningkatkan kebutuhan pangan • Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Kapetakan, Cirebon Utara, Kejaksan, Astanajapura, Pangenan, Gebang, dan Kec. Losari

• Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove

Kabupaten Indramayu: Kawasan

Perikanan Meningkatkan kebutuhan pangan • Pengembangan perikanan budidaya air payau Kec. Kandanghaur, Losarang, Cantigi, Kec.Sindang, dan Kec. Krangkeng

• Pengendalian tambak agar tidak merubah fungsi kawasan mangrove

(20)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 20

Gambar 7.5. Peta Rekomendasi Kawasan Budidaya Perikanan Payau di Pesisir Utara Jawa Barat

(21)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 21

7.5. Rekomendasi Kawasan Pertambangan di Pesisir Jawa Barat

Selatan (Pasal 47)

Pertambangan selain memiliki manfaat juga memiliki resiko apabila tidak ditata dan dikendalikan dengan baik. Pembatasan dan pengendalian pertambangan diperlukan terutama pada daerah bencana alam, atau pertanian.

7.5.1. Rekomendasi Umum

1. Kegiatan pertambangan berada di Kecamatan Cimerak, Cijulang, Pangandaran, Kalipucang, Sidamulih, Cidolog. Terkait dengan kegiatan pertambangan mineral khususnya mineral logam maka pertambangan logam yang ada didarat tidak sesuai dengan aspek pariwisata karena akan mengganggu mobilitas kegiatan wisata. Pertambangan di laut tumpang tindih dengan kegiatan wisata dan perikanan. Semua KRP mengenai pertambangan yang berada pada kawasan pesisir perlu ditinjau ulang karena banyak yang tidak seusai dengan daya dukung lingkungan.

2. Agar memperjelas fungsi lindung rawa konservasi. Hal ini akan membantu memperjelas KRP pengelolaannya.

3. Agar melakukan pengerukan secara berkala pada rawa pedalaman yang ditetapkan sebagai rawa konservasi.

7.5.2. Rekomendasi setiap Kabupaten

1. Kabupaten Sukabumi: Pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi tidak diperbolehkan penambangan di kawasan rawan tsunami, kawasan pertanian , rawan longsor dan gerakan tanah tinggi.

2. Kabupaten Cianjur: Tidak dibolehkan adanya penambangan karena berada pada kawasan rawan tsunami.

3. Kabupaten Garut: Tidakdiperbolehkan adanya penambangan karena berada pada kawasan rawan tsunami, longsor, dan pertanian

4. Kabupaten Tasikmalaya: Tidak dipebolehkan karena berada pada kawasan rawan bencana tsunami, kawasan pertanian dan gerakan tanah rawan tinggi

5. Kabupaten Ciamis (Pangandaran sekarang): Tidak diperbolehkan penambangan karena berada pada kawasan rawan tsunami dan kawasan pertanian.

(22)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 22

TABEL 7.9. REKOMENDASI 4 DAN 7 KAWASAN PERTAMBANGAN DI KAWASAN PESISIR

JAWA BARAT SELATAN(PASAL 47)

No WILAYAH KAWASAN PERTAMBANGAN REKOMENDASI

I WP Sukabumi (PASAL 47)

1) Kabupaten Sukabumi Indikasi di Dalam Peta Potensi Logam dan Mineral RTRWP Jawa Barat: Pertambangan pasir besi, tambang emas, tambang andesit, tambang lempung

• Penambangan tidak diperbolehkan pada kawasan rawan bencana tsunami, dan kawasan sawah, dan tidak boleh merusak gumuk pasir atau sand dunes, tidak pada Kawasan lindung

• Limbah pertambangan harus dikelola tidak boleh merusak lingkungan

II WP Ciayumajakuning

1) Kabupaten Cianjur Indikasi di Dalam Peta Potensi Logam

dan Mineral RTRWP Jawa Barat: • 1 lokasi tambang pasir besi di

Kecamatan Sindangbarang • lokasi tambang pasir besi di

Kecamatan Cidaun

1 lokasi tambang pasir besi di Kecamatan Sindangbarang

• Penambangan tidak diperbolehkan pada kawasan rawan bencana tsunami, dan kawasan sawah, dan tidak boleh merusak gumuk pasir atau sand dunes, tidak pada Kawasan lindung

• Limbah pertambangan harus dikelola tidak boleh merusak lingkungan

2) Kabupaten Garut: Indikasi di Dalam Peta Potensi Logam dan Mineral RTRWP Jawa Barat: • 1 lokasi tambang pasir besi, di Kec.

Pameungpeuk

• 3 lokasi kayu terkersikan yaitu 1 lokasi di Kec. Bungbulang, dan 1 lokasi di Kecamatan Cisompet. • 1 lokasi tambang sirtu di Kec.

Pameungpeuk

• 2 lokasi tambang krisopras di Kec. Mekarmukti, yaitu 1 lokasi di Kec. Mekarmukti dan 1 lokasi di Kec. Cikelet.

• 1 lokasi tambang tras di Kec. Cisewu.

• 2 lokasi tambang andesit yaitu 1 lokasi di Kec. Cisewu, dan 1 lokasi di Cisompet.

• Penambangan tidak diperbolehkan pada kawasan rawan bencana tsunami, dan kawasan sawah, dan tidak boleh merusak gumuk pasir atau sand dunes, tidak pada Kawasan lindung .

• Limbah pertambangan harus dikelola tidak boleh merusak lingkungan

(23)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 23

No WILAYAH KAWASAN PERTAMBANGAN REKOMENDASI

3) Kabupaten Tasikmalaya Indikasi di Dalam Peta Potensi Logam dan Mineral RTRWP Jawa Barat:

• 3 lokasi tambang pasir besi di Kec. Cipatujah

• 1 lokasi tambang mineral oker di Kec.Karangnunggal

• 1 lokasi mineral perlit di Kec.Karangnunggal

• 2 lokasi mineral zeolit di Kec.

Cikalong

• 2 lokasi tambang mangan di Kec. Karangnunggal

• 1 lokasi tambang bentonit berada pada kawasan di Kec. Karangnunggal.

• Penambangan tidak diperbolehkan pada kawasan rawan bencana tsunami, dan kawasan sawah, dan tidak boleh merusak gumuk pasir atau sand dunes, tidak pada Kawasan lindung .

• Limbah pertambangan harus dikelola tidak boleh merusak lingkungan

III WP Priangan Timur -

Pangandaran

1) Kabupaten Ciamis Indikasi di Dalam Peta Potensi Logam dan Mineral RTRWP Jawa Barat:

Tambang pasir besi

2 lokasi di Kec. Sidamulih

Tambang fosfat

2 lokasi di Kec. Cijulang dan 1 lokasi di Kec. Cimerak

Tambang Kalsit

1 lokasi di Kec. Kalipucang Tambang batu gamping Kec. Kalipucang

• Penambangan tidak diperbolehkan pada kawasan rawan bencana tsunami, dan kawasan sawah, dan tidak boleh merusak gumuk pasir atau sand dunes, tidak pada Kawasan lindung .

• Limbah pertambangan harus dikelola tidak boleh merusak lingkungan

(24)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 24

No Kebijakan Rencana dan/ atau Program Rekomendasi

I WP Sukabumi

1) Kabupaten Sukabumi:

Pertambangan pasir besi, tambang emas, tambang andesit, tambang lempung

Tidak diperbolehkan tambang di kawasan rawan tsunami, kawasan sawah, rawan longsor, dan gerakan tanah rawan tinggi

• 2 lokasi tambang pasir besi, yaitu 1 lokasi berada di Kecamatan Tegalbuleud dan 1 lokasi di Kec. Pelabuhanratu berada di kawasan rawan tsunami, 1 lokasi di dan 1 lokasi di Kecamatan Ciemas yang berada pada kawasan sawah

• 3 lokasi tambang emas yaitu 2 lokasi tambang emas di Kec. Ciemas berada pada kawasan longsor, 1 lokasi di Kec. Ciemas di Kawasan Sawah dan Kawasan gerakan tanah rawan tinggi.

• lokasi tambang lempung, yaitu berada di Kec. Cikakak berada pada kawasan rawan longsor

II WP Ciayumajakuning

1) Kabupaten Cianjur:

• 1 lokasi tambang pasir besi di Kecamatan Sindangbarang

• lokasi tambang pasir besi di Kecamatan Cidaun

1 lokasi tambang pasir besi di Kecamatan Sindangbarang

1 lokasi tambang pasir besi di di Kecamatan Cidaun tidak diperbolehkan karena berada pada kawasan rawan bencana tsunami

2) Kabupaten Garut:

• 1 lokasi tambang pasir besi, di Kec. Pameungpeuk

• 3 lokasi kayu terkersikan yaitu 1 lokasi di Kec. Bungbulang, dan 1 lokasi di

Kecamatan Cisompet.

• 1 lokasi tambang sirtu di Kec. Pameungpeuk

• 2 lokasi tambang krisopras di Kec. Mekarmukti, yaitu 1 lokasi di Kec. Mekarmukti dan 1 lokasi di Kec. Cikelet. • 1 lokasi tambang tras di Kec. Cisewu. • 2 lokasi tambang andesit yaitu 1 lokasi

di Kec. Cisewu, dan 1 lokasi di Cisompet.

Tidak diperbolehkan penambangan pada lokasi tsb: • 1 lokasi tambang pasir besi, berada di Kec.

Pameungpeuk, berada pada kawasan rawan tsunami dan kawasan sawah.

• 1 lokasi tambang kayu terkersikan yaitu di Kec. Cisompet. Berada sekitar kawasan rawan longsor. • 2 lokasi tambang andesit yaitu 1 lokasi di Kec.

Cisompet dan 1 lokasi di Kec. Cisewu berada di kawasan rawan longsor.

3) Kabupaten Tasikmalaya

• 3 lokasi tambang pasir besi di Kec. Cipatujah

• 1 lokasi tambang mineral oker di Kec.Karangnunggal

• 1 lokasi mineral perlit di Kec.Karangnunggal

• 2 lokasi mineral zeolit di Kec.

Cikalong

• 2 lokasi tambang mangan di Kec. Karangnunggal

• 1 lokasi tambang bentonit berada pada kawasan di Kec. Karangnunggal.

Tidak diperbolehkan penambangan pada lokasi tsb: • 3 lokasi tambang pasir besi di Cipatujah

• 1 lokasi tambang batu apung, yaitu 1 lokasi di Kecamatan Cipatujah

• 1 lokasi tambang gipsum berada di Kecamatan Karangnunggal,

• 2 lokasi tambang mangan di Kecamatan Karangnunggal

1 lokasi tambang bentonit berada pada kawasan di Kecamatan Karangnunggal.

(25)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 25

No Kebijakan Rencana dan/ atau Program Rekomendasi

III WP Priangan Timur - Pangandaran

1) Kabupaten Ciamis Tambang pasir besi

2 lokasi di Kec. Sidamulih

Tambang fosfat

2 lokasi di Kec. Cijulang dan 1 lokasi di Kec. Cimerak

Tambang Kalsit

1 lokasi di Kec. Kalipucang Tambang batu gamping Kec. Kalipucang

Tidak diperbolehkan karena pada kawasan rawam tsunami dan kawasan sawah

2 Lokasi tambang pasir besi:

1 lokasi di Kec.Cijulang, 1 lokasi di Kec. Sidamulih

1 Lokasi Tambang fosfat:

(26)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 26

GAMBAR 7.6. PETA REKOMENDASI WILAYAH PENAMBANGAN DI PESISIR JAWA BARAT SELATAN

(27)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 27

KABUPATEN SUKABUMI Tidak diperbolehkan tambang pada Kawasan Rawan Tsunami dan Pertanian:

-Pasir besi 2 Lokasi: Kec.Cijulang dan Kec. Sidamulih

-Tambang fosfat 1 lokasi: Kec. Sidamulih

KABUPATEN TASIKMALAYA

Tidak diperbolehkan tambang pada Rawan Tsunami,Pertanian, Gerakan Tanah Tinggi:

• Pasir besi 3 Lokasi di

Kec. Cipatujah

• Batu Apung 1 Lokasi di

Kec.Cipatujah • 1 Lokasi Tambang Gipsum di Kec. Karangnunggal • 1 Lokasi Tambang Bentonit di Kec. Karangnunggal KABUPATEN GARUT Tidak diperbolehkan tambang pada Kawasan Rawan Longsor, Tsunami, Pertanian :

• Pasir besi 1 Lokasi di

Kec. Pameungpeuk

• Andesit 2 lokasi: di Kec.

Cisompet, dan Cisewu

• Kayu terkersikan 1lokasi:

Kec. Cisompet KABUPATEN CIANJUR

Tidak diperbolehkan tambang pada Kawasan Rawan Tsunami:

• Pasir besi 1 Lokasi di

Kec. Cidaun KABUPATEN SUKABUMI Tidak diperbolehkan tambang pada Kawasan Rawan Tsunami dan rawan longsor:

• Pasir besi 2 Lokasi di

Kec. Tegalbuleud, Pelabuhan Ratu, dan Ciemas

• Tambang emas 3 lokasi: Kec. Ciemas

• Tambang lempung:

(28)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 28

7.6. Rekomendasi Pertanian (Pasal 42)

7.6.1. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Saat ini lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) baru ditetapkan seluas 181.744 Ha yang berada 5 kabupaten, secara rinci terdiri dari: Kabupaten Bekasi seluas 35.255 Ha, Kabupaten Cirebon seluas 40.000 Ha, Indramayu seluas 92.370 Ha,dan Sumedang seluas 13.317, Sukabumi seluas 321 Ha, serta Tasikmalaya 492 Ha. Luas tersebut masih sangat kecil dibandingkan luas potensi yang ada seluas 725.877. Hal ini diharapkan perlu peningkatan dan penetapan dari masing-masing kabupaten dan kota karena masih 21 kota dan kabyuopa

7.6.2. Rekomendasi bagi Pertanian Pangan Berkelanjutan

Seperti yang telah dituang pada Pasal 62 UU No.9 Tahun 2009 Tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dibutuhkan dukungan terhadap aspek perlindungan masyarakat petani, kelompok petani, dan koperasi petani, dan asosiasi petani.

1) Perlindungan Petani sebagai mana dimaksud berupa:

• Harga komoditas pangan pokok yang menguntungkan petani • Memperoleh sara produksi dan sarana pertanian

• Pemasaran hasil pertanian pangan pokok

• pengutamaan hasil pertanian pangan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional; dan/atau

• ganti rugi akibat gagal panen

2) Perlindungan sosial bagi petani kecil merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem jaminan sosial nasional yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pemberdayaan petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 meliputi:

a. penguatan kelembagaan petani;

b. penyuluhan dan pelatihan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia; c. pemberian fasilitas sumber pembiayaan/permodalan;

d. pemberian bantuan kredit kepemilikan lahan pertanian; e. pembentukan Bank Bagi Petani;

f. pemberian fasilitas pendidikan dan kesehatan rumah tangga petani; dan/atau g. pemberian fasilitas untuk mengakses ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi.

(29)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 29 Tabel 7.10.Rincian Perda RTRW Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

No Nama Wilayah Lingkup Provinsi Perda RTRW LP2B (Ha) Sawah Lahan

1 Bandung Kabupaten Jawa Barat Perda No.3 Tahun 2008 - 32.075,23 2 Bandung Barat Kabupaten Jawa Barat Perda No. 2 Tahun 2012 - 16.481,02 3 Bekasi Kabupaten Jawa Barat Perda No. 3 Tahun 2011 35.244 62.901,56 4 Bogor Kabupaten Jawa Barat Perda No.19 Tahun 2008 - 40.008,11 5 Cianjur Kabupaten Jawa Barat Perda No.17 Tahun 2012 66.232,87 6 Ciamis Kabupaten Jawa Barat Perda No. 15 Tahun 2012 47.854,89 7 Purwakarta Kabupaten Jawa Barat Perda No.11 Tahun 2012 19.848,01 8 Cirebon Kabupaten Jawa Barat Perda No. 17 Tahun 2011 40.000 54.271,95 9 Garut Kabupaten Jawa Barat Perda No.29 Tahun 2011 - 45.842,56 10 Indramayu Kabupaten Jawa Barat Perda No. 1 Tahun 2012 92.370 118.767,22 11 Kuningan Kabupaten Jawa Barat Perda No. 26 Tahun 2011 - 29.103,06 12 Majalengka Kabupaten Jawa Barat Perda No. 11 Tahun 2011 - 50.961,85 13 Sukabumi Kabupaten Jawa Barat Perda No. 22 Tahun 2012 55.338,06 14 Sumedang Kabupaten Jawa Barat Perda No. 2 Tahun 2012 13.317 30.358,00 15 Tasikmalaya Kabupaten Jawa Barat Perda No. 2 Tahun 2012 43.940,96 16 Sukabumi Kota Jawa Barat Perda No. 11 Tahun 2012 321 1.618,45 17 Tasikmalaya Kota Jawa Barat Perda No. 4 Tahun 2012 492 6.819,83 18 Bekasi Kota Jawa Barat Perda No.13 Tahun 2011 - 709,60 19 Bandung Kota Jawa Barat Perda No.18 Tahun 2011 - 1.869,87 20 Cirebon Kota Jawa Barat Perda No.8 Tahun 2011 241,95 21 Bogor Kota Jawa Barat Perda No.8 Tahun 2011 - 631,68

(30)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 30 7.6.2. Rekomendasi Umum

Secara umum arahan pertanian memiliki dampak positif, namun terdapat penyempurnaan KRP pada wilayah wilayah yang memiliki potensi pertanian. Potensi pertanian di Provinsi Jawa Barat perlu ditingkatkan produksinya karena merupakan lumbung padi nasional. Karena daya dukung lahan pertanian sangat tinggi.

1. Pada pasal 42 perlu penambahan Kawasan pertanian di Kabupaten Bandung Barat. Karena di daerah tersebut terdapat lahan pertanian seluas 36.189 Ha.

2. Kawasan pertanian sawah di wilayah Kabupaten Bogor seluas 41.925 Ha dan Kabupaten Bandung seluas 39.909 Ha perlu dilarang untuk alih fungsi lahan mengingat pada daerah tersebut produksi beras lebih rendah dari konsumsinya. 3. Kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian perlu diutamakan dengan

memperhatikan potensi daya dukung lahan pertanian, disamping itu perlu adanya pengendalian pertanian sawah atau holtikultura pada daerah yang memiliki kondisi lahan kritis karena akan menimbulkan dampak negatif berupa erosi lahan dan longsor.

4. Secara umum lahan pertanian di Provinsi Jawa Barat perlu ditingkatkan produksinya, karena daya dukung lahan sangat tinggi guna menunjang ketahanan pangan nasional. Walaupun terdapat beberapa wilayah yang daya dukungnya rendah seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bogor.

5. Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang ditetapkan minimal seluas Lahan Sawah yang tersedia.

(31)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 31 Tabel 7.10. Rekomendasi 5 Kawasan Pertanian di Provinsi Jawa Barat

No. Arahan KAWASAN PERTANIAN Pasal 42 Kawasan Pasal 42 REKOMENDASI (1) Kawasan pertanian pangan, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut : a. memiliki kesesuaian lahan

untuk dikembangkan

sebagai kawasan pertanian; b. terutama berlokasi di lahan

beririgasi teknis; dan b. memiliki kesesuaian lahan

untuk pengembangan kawasan hortikultura dan memperhatikan aspek penetapan kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan perundangan. Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Kuningan, Kab. Majalengka, Kab. Sumedang, Kab. Indramayu, Kab. Karawang, Kab. Bekasi, Kab. Subang, Kab. Purwakarta, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar.

1). Kawasan pertanian sawah di wilayah kabupaten, yaitu Kab. Bogor (luas 41.925 Ha) dan di

Kab. Bandung (luas 39.909 Ha) perlu dilarang untuk alih fungsi lahan mengingat pada daerah tersebut produksi beras lebih rendah dari konsumsinya.

2). Perlu penambahan pada Pasal 42 kawasan pertanian di Kab.Bandung Barat , karena ada sawah seluas 36189 Ha

Secara umum Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dilarang dialihfungsikan untuk ketahanan pangan nasional hingga masa yang akan datang

(32)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 32

GAMBAR 7.8. PETA REKOMENDASI PERTANIANDI PROVINSI JAWA BARAT

(33)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 33

7.7. Rekomendasi Pengembangan Infrastruktur Permukiman

Pengembangan permukiman memiliki dampak positif dan juga dampak negatif apabila tidak disertai dengan infrastruktur yang memadai.KRP yang dilakukansudah bernilai positif seperti hunian vertikal pada wilayah yang memiliki luas lahan terbatas, serta penyediaan air bersih,pembangunan pasar regional, tempat pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Namun perlu ada penyempurnaan KRPyang perlu ditambahkan, yakni sebagai berikut:

1. WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, WP Priangan Timur-Pangandaran, WP Sukabumi adalah: Setiap perkotaan di wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki instalasi pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik)

2. WP KK Cekungan Bandung, adalah

• Setiap wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki tempat penampungan dan pengelolaan akhir sampah (TPPAS )Setiap perkotaan di wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki instalasi pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik),

• Pengendalian hunian vertikal di Kawasan Bandung Utara (KBU) dan Kawasan Bandung Selatan (KBS), karena daerah tersebut merupakan daerah rawan gerakan tanah (pada Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang di KBU, kecamatan Kertasari, Pangalengan, Kecamatan Rancabali di KBS).

(34)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 34 Tabel 7.11. Rekomendasi 8 Rencana Pengembangan Infrastruktur Permukiman

No. Pengembangan Wilayah PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN Pasal 54 ayat 3e

REKOMENDASI I WP Bodebekpunjur

1) Kota Bogor • Pengembangan hunian vertikal,

• Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan.

Setiap wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki tempat penampungan dan pengelolaan akhir sampah (TPPAS )

Setiap perkotaan di wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki instalasi pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik)

2) Kab.Bogor • Pengembangan hunian vertikal

• Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi

• Pengolahan Air (IPA)/Water Treatment Plant(WTP),

• Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan,

• Pembangunan Pasar Induk Regional.

3) Kota Bekasi • Pengembangan hunian vertikal,

• Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh.

4) Kab.Bekasi • Pengembangan hunian vertikal,

• Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA)/Water Treatment Plant(WTP)

5) Kota Depok • Pengembangan hunian vertikal,

• Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan,

• Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh

II WP PuwasukaPasal 55 ayat 3e

1) Kab. Karawang Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan industri

2) Kab.Purwakarta Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan industri

III WP CiayumajakuningPasal 56 ayat 3f

1) Kab. Cirebon • Pembangunan tempat pengelolaan sampah regional,

• Pembangunan dan pengembangan Pasar Induk Regional.

Setiap wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki tempat penampungan dan pengelolaan akhir sampah (TPPAS )

Setiap perkotaan di wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki instalasi pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik)

2) Kota Cirebon Pengembangan hunian vertikal

3) Kab.Indramayu Pembangunan dan pengembangan Pasar Induk Beras Regional

4) Kab.Majalengka Pembangunan kawasan permukiman di Kertajati Aerocity

IV WP Priangan Timur – PangandaranPasal 57 ayat 3f

1) Kota Tasikmalaya Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di

Pangandaran Perlu memiliki tempat penampungan dan pengelolaan akhir sampah (TPPAS ), dan instalasi 2) Kota Banjar Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di

(35)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 35 3) Pangandaran Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di

Pangandaran pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik)

V WP Sukabumi Pasal 58 ayat 3f

1) Kota Sukabumi • Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun,

• Pengembangan sistem pelayanan air bersih, • Peningkatan sistem pengelolaan air limbah di

Palabuhanratu.

Setiap wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki tempat penampungan dan pengelolaan akhir sampah (TPPAS )

Setiap perkotaan di wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki instalasi pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik)

2) Kab.Sukabumi • Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun,

• Pengembangan sistem pelayanan air bersih, • Penyediaan TPA sampah regional.

Sebagian Kabupaten Cianjur

• Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun,

• Pengembangan sistem pelayanan air bersih.

VI WP KK Cekungan BandungPasal 59 ayat 3e

1) Kota Bandung Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan

perkotaan, industri dan pendidikan Setiap wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki tempat penampungan dan pengelolaan akhir sampah (TPPAS )

Setiap perkotaan di wilayah kabupaten dan kota perlu memiliki instalasi pengolahan air limbah penduduk (IPAL domestik)

Pengendalian hunian vertikal di Kawasan Bandung Utara (KBU) dan Kawasan Bandung Selatan (KBS)

2) Kab.Bandung Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan perkotaan, industri dan pendidikan

3) Kab.Bandung

Barat Pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun 4) Kota Cimahi Pengembangan hunian vertikal terutama di kawasan

(36)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 36

GAMBAR 7.9. PETA REKOMENDASI RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

(37)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 37

7.8. Rekomendasi Rencana Pengembangan Infrastruktur Industri

Pengembangankawasan industrimemiliki dampak positif yakni meningkatkan perekonomian daerah, dan meningkatkan lapangan pekerjaan. Terdapat dampak negatif yang dihasilkan dari kegiatannya yaitu menurunnya kualitas lingkungan hidup. Untuk itu perlu rekomendasi penyempurnaan KRP yang ada sebagai berikut:

1. WP Bodebekpunjur

Kabupaten Bogor : Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Cileungsi di musim kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

Kabupaten Bekasi : Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Cileungsi di musim kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering.

2. WP Purwasuka:

Kabupaten Karawang: Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Citarum hilirdi musim kemarau rendah, danbeban pencemaran sudahmelebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering. Industri yang ada tidak boleh membuang air limbah ke saluran irigasi

Kabupaten Purwakarta: Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Cilamaya di musim kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering.

3. WP Ciayumajakuning

Kabupaten Majalengka:Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Cimanuk di musim kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering.

4. WP Cekungan Bandung

Kabupaten Bandung:Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Citarum hulu di musim kemarau sangat rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering, Industri yang ada tidak boleh membuang air limbah ke saluran irigasi

(38)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 38

Tabel 7.12. Rekomendasi 9 Rencana Pengembangan Infrastruktur Industri (Pasal 54) No. Wilayah OPTIMALISASI KAWASAN INDUSTRI

Pasal 54 ayat 3f

REKOMENDASI WP

Bodebekpunjur

1 Kabupaten Bogor • Kawasan Industri Sentul,

• Pusat Kawasan Industri Cibinong, terletak di Citeureup-Cileungsi-Klapanunggal-Gunungputri

Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Cileungsi di musim kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

2 Kabupaten Bekasi • Kawasan Industri MM2100, terletak di Cibitung

• Kawasan Industri EJIP (NEGAI), terletak di Cikarang, Cibarusah • Kawasan Industri Internasional

Bekasi, terletak di Desa Sukaresmi • Kawasan Industri Jababeka terletak di

Cikarang,

• Kawasan Industri Lippo Cikarang, terletak di Cikarang

• Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya, terletak di Cikarang,

• Kawasan Industri Gobel, terletak di Cibitung

• Pusat Kawasan Industri dan

Pergudangan Bertaraf Internasional Marunda

DTBPA S.Cileungsi, DTBPA S.Cikarang dan DTBPA S.Bekasidi musim kemarau rendah, dan beban

pencemarannya sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

WP Purwasuka Pasal 55 ayat 3f

1 Kabupaten

Karawang • Kawasan Industri KIIC, terletak di Kecamatan Teluk Jambe • Kawasan Industri Taman Niaga

Karawang Prima, terletak di Kecamatan Teluk Jambe

• Kawasan Industri Indotaisei Kota Bukit Indah, terletak di Kecamatan Cikampek • Kawasan Industri Kujang Cikampek,

terletak di Kecamatan Cikampek • Kawasan Industri Mandalapratama

Permai, terletak di Kecamatan Cikampek

• Kawasan Industri Mitra karawang, terletak di Kecamatan Ciampel • Kawasan Industri Karawang 2000 • Kawasan Industri Suryacipta, terletak di

Kecamatan Ciampel

• Kawasan Industri Kota Bukit Indah

Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Citarum hilirdi musim kemarau rendah, danbeban pencemaran sudahmelebihi DTBPA, sehingga

pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

Industri yang ada tidak boleh membuang air limbah ke saluran irigasi

2 Kabupaten

(39)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 39 Kecamatan Campaka S.Cilamaya di musim

kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

WP

Ciayumajakuning Pasal 56 ayat 3g

1 Kabupaten

Majalengka Pengembangan Kertajati Aerocity Kawasan Industri Daya pencemaran tampung air (DTBPA) beban S.Cimanuk di musim kemarau rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

WP Sukabumi

Pasal 58 ayat 3g

1 Kabupaten

Sukabumi Pembangunan Ciambar Kawasan Industri

WP Cekungan

Bandung Pasal 59 ayat 3f

1 Kabupaten

Bandung Pengembangan Kawasan Industri Rancaekek Daya tampung beban pencemaran air (DTBPA) S.Citarum hulu di musim kemarau sangat rendah, dan beban pencemaran sudah melebihi DTBPA, sehingga pengembangan kawasan industri hanya untuk industri kering

Industri yang ada tidak boleh membuang air limbah ke saluran irigasi

(40)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 40

GAMBAR 7.10. PETA REKOMENDASI RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR INDUSTRI

(41)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 41

7.9. Rekomendasi Pengelolaan Bangunan dan Pengembangan

Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat

7.9.1. Ruang Lingkup Wilayah

Pada pasal 7 Menjelaskan bahwa Ruang lingkup wilayah pengelolaan pembangunan dan pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Daerah meliputi:

a. Wilayah Metropolitan Bodebekarpur; b. Wilayah Metropolitan Bandung Raya c. Wilayah Metropolitan Cirebon Raya

d. Wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran e. Wilayah Pusat Pertumbuhan Pelabuhanratu; dan f. Wilayah Pusat Pertumbuhan Rancabuaya.

Ruang lingkup wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wilayah Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan tahun 2010, tahun 2015, tahun 2020, tahun 2025, tahun 2030, tahun 2035, tahun 2040, tahun 2045, dan tahun 2050, meliputi :

a. Wilayah Metropolitan Bodebekarpur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

1. Pada tahun 2010 mencakup 82 kecamatan, yaitu: 11 (sebelas) kecamatan di Kota Depok yakni Kecamatan Beji, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Limo, kEcamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Tapos; 6 (enam) kecamatan di Kota Bogor yakni Kecamatan Tanah Sareal, Kecamatan Bogor Tengah, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Selatan, dan Kecamatan Bogor Timur; 12 (duabelas) kecamatan di Kota Bekasi Timur, Kecamatan Jatisampurna, Kecamatan Jatiasih, Kecamatan Pondok Melati, Kecamatan Rawalumbu, Kecamatan Bantargebang, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Pondok Gede dan Kecamatan Mustikajaya; 17 (tujuh belas) kecamtan di Kabupaten Bogor yakni Kecamatan Bojonggede, Kecamatan Tajurhalang, Kecamatan Parung, Kecamatan Gunung Sindur, Kecamtan Cibinong, Kecamatan Gunung Putri, Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Babakan Madang, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Kemang, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Dramaga, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Ciampea, dan

(42)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 42 Kecamatan Jonggol; 19 (Sembilan belas) kecamatan di Kabupten Bekasi yakn Kecamatan Sukawangi ,Kecamatan Babelan, Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambelang, Kecamatan Taruna Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Setu, Kecamtan Serang Bru, Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Kedungwaringin, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Bojongmangu, Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Karangbahagia, Kecamtan Sukatani, dan Kecamatan Cikarang Utara; 11 (sebelas) kecamatan di Kabupaten Karawang yakni Kecamatan Rengasdengklok, Kecamatan Tirtamulya, Kecamtan Kotabaru, Kecamatan Klari, Kecamatan Teluk Jambe Timur, Kecamatan Karawang Barat, Kecamtan Majalaya, Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan Purwasari, Kecamatan Teluk Jambe Barat, dan Kecamatan Cikampek; 6 (enam) kecamatan di Kabupaten Purwakarta yakni Kecamatan Bungursari, Kecmatan Purwakarta, Kecamtan Jatiluhur, Kecamatan Pesawahan, Kecamatan Plered, dan Kecamatan Babakancikao;

2. Pada Tahun 2015 mencakup 83 Kecamatan, yaitu: 82 (delapan puluh dua) kecamatan cakupan pada tahun 2010 ditmbah dnegan 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Purwakarta, yakni Kecamatan Sukatani;

3. Pada tahun 2020 mencakup 105 kecamatan, yaitu 83 (delapan puluh tiga) kecamtan ckupan pada tahun 2015 ditambah dengan 4 (empat) Kecamatan di Kabupaten Bekasi yakni Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Sukakarya, dan Kecamatan Pebayuran; 6 (enam) kecamatan di Kabupaten Bogor yakni Kecamatan Rancabungur, Kecamatan Rumpin, Kecamatan Tamansari, Kecamatan Cijeruk, Kecamatan Sukamakmur dan Kecamatan Cariu; 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Karawang yakni Kecamatan Jayakerta, Kecamatan Kutawaluya, Kecamatan Rawamerta, Kecamatan Jatisari, Kecamatan Ciampel, Kecamatan Pangkalan, Kecamatan Talagasari, dan Kecamatan Lemahabang; 4 (empat) Kecamatan di Kabupaten Purwakarta yakni Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibatu, Kecamatan Pondok Salam, dan Kecamatan Sukasari;

4. Pada tahun 2025 mencakup 112 kecamatan, yaitu: 105 (seratus lima) kecamatan cakupan pada tahun 2020 ditambah dengan 3 (tiga) kecamatan Pamijahan, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Cibungbulang; 1 (satu) kecamatan

(43)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 43 di Kabupaten Karawang yakni Kecamatan Banyusari; 3 (tiga) kecamatan di Kabupaten Purwakarta yakni Kecamatan Maniis, Kecamatan Darangdan, dan Kecamatan Tegalwaru;

5. Pada tahun 2030 mencakup 112 kecamatan yang sama dengan cakupan wilayah pada tahun 2025

6. Pada tahun 2035 mencakup 112 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2025

7. Pada tahun 2040 mencakup 112 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2025

8. Pada tahun 2045 mencakup 112 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2025

9. Pada tahun 2050 mencakup 112 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2025

b. Wilayah Metropolitan Bandung Raya sebagaimana dimaksud padaayat (1) huruf b, meliputi:

1. Pada Tahun 2010 mencakup 56 kecamatan, yaitu: 30 (tiga puluh) kecamatan di Kota Bandung yakni Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojonloa Kidul, Kecamatan Asatanaanyar, Kecamatan Regol, Kecamatan Lengkong, Kecamatan Bandung Kidul, Kecamatan Buah Batu, Kecamatan Rancasari, Kecamatan Gedebage, Kecamatan Cibiru, Kecamatan Panyileukan, Kecamatan Ujung Berung, Kecamatan Cinambo, Kecamatan Arcamanik, Kecamatan Antapani, Kecamatan Mandalajati, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Batununggal, Kecamatan Sumurbandung, Kecamatan Andir, Kecamatan Cicendo, Kecamatan Bandung Wetan, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kecamatan Coblong, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sukasari, dan Kecamatan Cidadap; 3 (tiga) kecamatan di Kota Cimahi yakni Kecamatan Cimahi Tengah; 6 (enam) Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yakni Kecamatan Parongpong, Kecamatan Ngamprah, Kecamatan Lembang, Kecamatan Batujajar, Kecamatan Padalarang dan Kecamatan Cihampelas; 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Sumedang yakni Kecamatan Jatinangor; 16 (enam belas) kecamatan di Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Margaasih, Kecamatan Margahayu, Kecamatan Cileunyi, Kecamatan Pameumpeuk, Kecamatan Baleendah,

(44)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 44 Kecamatan Katapang, Kecamatan Kutawaringin, Kecmatan Ciparay, Kecamatan Solokanjeruk, Kecamatan Majalaya, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Cimenyan dan Kecamatan Soreang;

2. Pada tahun 2015 mencakup 61 kecamatan, yaitu 56 (lima puluh enam) kecamatan cakupan pada tahun 2010 ditambah dengan 2 (dua) kecamatan di Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Paseh; 2 (dua) Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yakni Kecamatan Ciasrua dan Kecamatan Cikalong wetan; 1 (satu) Kecamatan di Kabupaten Sumedang yakni Kecamatan Sukasari.

3. Pada tahun 2020 mencakup 68 kecamatan, yaitu: 61 (enam puluh satu) kecamatan cakupan pada tahun 2015 ditambah dengan 2 (dua) kecamatan di kabubpaten sumedang yakni Kecamatan Tanjung Sari dan Kecamatan Cimanggung; 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Cicalengka, Kecamatan Cikancung, Kecamatan Arjasari, dan 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yakni Kecamatan Cililin.

4. Pada tahun 2025 mencakup 73 kecamatan, yaitu 68 (enam puluh delapan) kecamatan cakupan pada tahun 2020 ditambah dengan 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Pemulihan dan Kecamatan Sumedang selatan; 2(dua) kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yaitu Kecamatan Cipatat dan Kecamatan Cipeundeuy.

5. Pada tahun 2030 mencakup 73 kecamatan yang sama dengan cakupan wilayah pada tahun 2025

6. Pada tahun 2035 mencakup 73 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2030

7. Pada tahun 2040 mencakup 73 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2035

8. Pada tahun 2045 mencakup 73 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2040

9. Pada tahun 2050 mencakup 73 kecamatan yang sama dengan wilayah pada tahun 2045

(45)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 45 c. Wilayah Metropolitan Cirebon Raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

meliputi:

1. Pada tahun 2010 mencakup 29 kecamatan, yaitu 5 (lima) kecamatan Harjamukti, Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Lemahwungkuk, dan Kecamatan Pekalipan 23 (dua puluh tiga) kecamatan di Kabupaten Cirebon yakni Kecamatan Beber, Kecamatan Dukupuntang, Kecamatan Jamblang, Kecamatan Klangenan, Kecamatan Palimanan, Kecamatan Suranenggala, Kecamatan Astanajapura, Kecamatan Depok, Kecamatan Greged, Kecamatan Gunungjati, Kecamatan Kedawung, Kecamatan Lemahabang, Kecamatan Mundu, Kecamatan Plered, Kecamatana Plumbon, Kecamatan Sumber, Kecamatan Talun, Kecamatan Tengah Tani, Kecamatan Weru, Kecamatan Karangsembung, Kecamatan Pangenan, Kecamatan Sedong, Kecamatan Susukan Lebak; 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Kuningan yakni Kecamatan Pancalang;

2. Pada tahun 2015 mencakup 30 kecamatan, yaitu 29 (dua puluh Sembilan) kecamatan cakupan pada tahun 2010 di tambah dengan 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Cirebon yakni Gempol;

3. Pada tahun 2020 mencakup 34 kecamatan, yaitu 30 (tiga puluh) kecamatan cakupan pada tahun 2015 ditambah dengan 2 (dua) kecamatan di Kabupaten Cirebon yakni Kecamatan Arjawinangun dan Kecamatan Panguragan; 2 (dua) kecamatan di Kabupaten Majalengka yakni Kecamatan Leuwimunding dan Kecamatan Sindangwangi;

4. Pada tahun 2025 mencakup 43 kecamatan, yaitu 34 (tiga puluh empat) kecamatan cakupan pada tahun 2025 ditambah dengan 4 (empat) Kecamatan di Kabupaten Cirebon yakni Kecamatan Ciwaringin, Kecamatan Kapetakan, Kecamatan Gebang dan Kecamatan Losari; 4 (empat) kecamatan di kabupaten Kuningan Yakni Kecamatan Cigandamekar, Kecamatan Cilimus, Kecamatan Mandirancan,dan Kecamatan Pasawahan; 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Majalengka yakni Kecamatan Sumberjaya;

5. Pada tahun 2030 mencakup 45 kecamatan, yaitu 43 (empat puluh tiga) kecamatan cakupan pada tahun 2025 ditambah dengan 1 (satu) kecamatan di Kabupaten Cirebon yakni Kecamatan Susukan; 1 (Satu) kecamatan di Kabupaten Indramayu yakni Kecamatan Sukagumiwang.

(46)

Pt. eCOterra MuLtIPLan VII - 46 6. Pada tahun 2035 mencakup 45 kecamatan yang sama dengan cakupan wilayah

pada tahun 2030

7. Pada tahun 2040 mencakup 45 kecamatan yang sama dengan cakupan wilayah pada tahun 2030

8. Pada tahun 2045 mencakup 45 kecamatan yang sama dengan cakupan wilayah pada tahun 2030; dan

9. Pada tahun 2050 mencakup 45 kecamatan yang sama dengan cakupan wilayah pada tahun 2030

d. Wilayah Pusat Pertumbuhan Pangandaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d samapa I dengan tahun 2050 mencakup 5 (lima) kecamtan di Kabupaten Pangandaran, meliputi Kecamatan Cijulang, Kecamatan Parigi, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Pangandaran, dan Kecamatan Kalipucang;

e. Wilayah Pusat Pertumbuham Palabuhanratu sebagaiman dimaksud pada ayat (1) huruf e sampai dengan tahun 2050 mencakup 5 (lima) kecamatan di Kabupaen Sukabumi, meliputi Kecamatan Cisolok, Kecamatan CIkakak, Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Simpenan, dan Kecamatan Ciemas; dan

f. Wilayah Pusat Pertumbuhan Rancabuaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f sampai dengan tahun 2050 mencakup 5 (lima) kecamatan, yaitu: 4 (empat) Kecamatan Caringin, Kecamatan Cisewu, Kecamatan Bungbulang dan Kecamatan Mekarmukti dan 1 (satu) kecamatan ci Kabupaten Cianjur yakni Kecamatan Cidaun.

Referensi

Dokumen terkait

Potensi bahaya ergonomi berdasarkan aspek sikap kerja terdapat pada proses pembuatan pola, proses penenpelan material , dan proses finishing yaitu ketika pekerja

Untuk bahasa Inggris, anak mulai dengan kata negatif no dan kemudia diikuti oleh kata utama, misalnya, No bed yang mungkin EHUDUWL ³6D\D WLGDN PDX NH WHPSDW WLGXU

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.Simpulan dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut: (1)

Yang termasuk dalam kegiatan pengurangan sampah adalah kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah (sering disebut dengan

Nilai terendah 89,07 MgC/ha (LTL 3) dan tertinggi 171,72 MgC/ha (LTL 2) berada pada stasiun yang merupakan ekosistem lamun dekat dengan daratan dan muara sungai yang dapat

Αυτά ήσαν τρία – αμέσως μετά το 1204: Η αυτοκρατορία της Τραπεζούντος Το δεσποτάτο της Ηπείρου Η αυτοκρατορία της Νίκαιας,

2) Strata hutan akan dioverlaykan dengan jenis aktivitas pengelolaan untuk men- dapatkan unit pelaporan. Unit pelaporan merupakan unit lahan yang dianggap ho-