• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

50 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SDN Mangunsari 05 Salatiga dengan jumlah siswa 27 pada mata pelajaran IPA pokok pembahasan tentang Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur airdengan masalah kondisi alam dengan menggunakan salah satu komponen KBM yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Discovery.

4.1.1 Kondisi awal

Hasil belajar IPA siswakelas V SD Negeri Mangunsari 05 sebelum diadakan tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum tuntas. Ketuntasan klasikal belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA hanya 26% dengan nilai rata-rata 50. Hal ini belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai pada setiap criteria ketuntasan minimal (KKM) atau jauh dari ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPA yaitu ≥ 70. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1.

1. Kemudian dengan membuat rekap hasil nilai tersebut, dan rekap nilai itu diperoleh dengan menentukan kelas terlebih dahulu menggunakan rumus dari (Sabana dkk 2000:39) :

K = 1 + 3,3 Log n (jumlah siswa). K = 1 + (3,3 Log 1,43)

K = 1 + (3,3 . 1.39 ) K = 1 +(5,719 )

K = 5.719 dibulatkan menjadi 6.

Setelah perhitungan kelas didapatkan kemudian mencari Range dengan rumus : Range = (nilai maksimum – nilai minimum) + 1

Interval = (nilai maksimum−nilai minimum)+1𝐾

Range = (90 – 40) + 1 = 50

Interval =(90−40)+16

(2)

51 Tabel 4.1 Nilai Tes Pra Siklus

No Nilai Jumlah siswa Persentase

1 90 – 100 1 8% 2 80 – 89 2 10% 3 70 – 100 4 26% 4 60 – 69 9 20% 5 50 – 59 9 20% 6 40– 49 2 16% Jumlah 27 100%

Sumber.Data yang diolah

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 26% atau 4 siswa, yang mendapat nilai (90 – 100) sebanyak 8% atau 1 siswa, yang mendapat nilai (80 – 89) sebanyak 10% atau 2 siswa, yang mendapat nilai (70 – 79) sebanyak 26% atau 4 siswa, yang mendapat nilai (60 – 69) sebanyak 20% atau 9 siswa, yang mendapat nilai (50– 59) sebanyak 20% atau 9 siswa dan yang mendapat nilai (40 – 49) sebanyak 16% atau 2 siswa.

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.1

Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Berdasarkan Interval Kelas

40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 tuntas 4 2 1 belum tuntas 2 9 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(3)

52

Tabel 4.2

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Pra Siklus

No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan

1 ≥70 7 26% Tuntas

2 <70 20 74% BelumTuntas

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.2 ketuntasan belajar siswa hasil tes pra siklus dapat diketahui bahwa siswa

yang memiliki nilai kurangdari KKM sebanyak 20 siswa. Dengan demikian ada 20 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal ada 7 siswa. Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2. Ketuntasan belajar Pra Siklus

Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.3berikut.

Tabel 4.3

Nilai Tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata

No Uraian Nilai 1 Nilai tertinggi 90 26% 74% Tuntas belum tuntas

(4)

53

2 Nilai terendah 40

3 Nilai rata-rata 65

Sumber. Data yang diolah

Pada hasil tes pra siklus dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 90, dan nilai yang terendah berjumlah 40 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 65.

4.1.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur air. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hasil evaluasi pra siklus menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

2. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 11 November 2014 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan awal

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a, pengkondisian kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan inti

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk melihat kemampuan siswa, kemudian guru menjelaskan materi dengan memperlihatkan gambar sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, guru membagi siswa dalam 7 kelompok heterogen yang terdiri dari 3-4 orang siswa kemudian guru membagikan nomor kepada setiap siswa dalam kelompoknya. Dan masing-masing kelompok membaca materi yang sudah diberikan oleh guru setelah itu siswa dalam kelompoknya berdiskusi, setelah selesai diskusi. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

(5)

54 Observasi

Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit hambatan yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian siswa disaat guru menyampaikan materi pembelajaran. 2. Kurangnya aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan diskusi kelompok. Refleksi dan tindak lanjut.

Berdasarkan observasi siklus I pertemuan pertama perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada pembelajaran siklus I siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih banyak siswa belajar. Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses pembelajaran di kelas, masih terdapat beberapa anak saat mengikuti pelajaran tidak mendengarkan penjelasan dan arahan dari guru serta semangatnya masih kurang.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I pertemuan pertama, rata-rata nilai belum mencapai KKM (70) maka akan diperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan kedua agar hasil belajar siswa yang dicapai secara optimal. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki atau menindak lanjuti pembelajaran pada siklus I berikutnya antara lain dengan cara : memotivasi siswa dengan memberi pujian ketika siswa menjawab pertanyaan dengan benar.

2) Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 21 November 2014 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan awal

Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi pelajaran sebelumnya. Sebagai apersepsi guru bertanya ”Tahukah kamu apakah daur air itu dan Bagaimana daur air di Bumi?”.Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan serta tujuannya.

2. Kegiatan inti

Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 dan ada yang 4 siswa. Kemudian guru membagi gambar dan LKS untuk kegiatan diskusi kelompok. Guru meminta siswa untuk menyebutkan cara daur air. Guru membimbing siswa yang kesulitan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya selanjutnya guru melakukan pemanggilan nomor secara acak dan siswa yang dipanggil nomornya siap-siap menjawab pertanyaan dari guru.

(6)

55 3. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Observasi

Ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan dengan serius ketika disajikan gambar dalam penjelasan materi pelajaran.

Refleksi dan Tindak lanjut

Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus I pertemuan kedua terdapat 7 siswa yang tuntas dan 20siswa yang belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran.Hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada pembelajaran siklus I pertemuan kedua siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih ada 74% siswa belum tuntas belajar.

Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa belum optimal dalam proses pembelajaran di kelas, Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kelompok masih kurang. Untuk menindak lanjuti dilakukan cara Memberi petunjuk pada siswa agar berani dalam berpendapat dalam diskusi kelompok.

3.Hasil Tindakan /Penelitian

1) Data Temuan Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4 Nilai Tes Siklus I

No Nilai Jumlah siswa Persentase

1 90-98 3 11% 2 81-89 7 26% 3 72-80 8 30% 4 63-71 4 15% 5 54-62 3 11% 6 45-53 2 7% Jumlah 27 100%

(7)

56

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapatnilai 70 keatas sebanyak

30% atau 18 siswa, yang mendapat nilai (90 – 98) sebanyak 11% atau 3 siswa, yang mendapat nilai (81 – 89) sebanyak 26% atau 7 siswa, yang mendapat nilai (72 – 80) sebanyak 30% atau 8 siswa, yang mendapat nilai (63 – 71) sebanyak 15% atau 4 siswa, dan yang mendapat nilai (54 – 62) sebanyak 11% atau3 siswa, yang mendapat nilai (45 – 53) sebanyak 7% atau 2 siswa.

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.3 Ketuntasan Belajar Siklus I Berdasarkan Interval Kelas

Tabel 4.5

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan

1 ≥70 18 67% Tuntas

2 <70 9 33% BelumTuntas

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.5 Menunjukkan ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus I dapat diketahui

bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM 70 sebanyak 9 siswa. Dengan demikian ada 9 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal ada 18 siswa.Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.4 sebagai berikut.

45-53 54-62 63-71 72-80 81-89 90-98 belum tuntas 2 3 4 tuntas 8 7 3 0 2 4 6 8 10

(8)

57

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.4

Ketuntasan Belajar Siklus I

Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.6

Tabel 4.6

Nilai Tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata

No Uraian Nilai

1 Nilai tertinggi 95

2 Nilai terendah 50

3 Nilai rata-rata 73

Sumber. Data yang diolah

Pada hasil tes siklus I dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 95, dan nilai yang terendah berjumlah 50 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 73.

Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 67% atau 18 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 33% atau 9 siswa meningkat dibandingkan hasil belajar pra siklus.Menurut Hilgrad dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik (2008:45) dalam bukunya psikologi pendidikan mereka mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perubahan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.

Namun demikian hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai standar yangtelah ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan penelitian ini dianggap berhasil apabila 18 nilainya tuntas dalam kelas atau ketuntasan klasikal 70% .Dari data dapat diperoleh informasi bahwa siswa yang telah tuntas pada siklus I mencapai 67% (18 siswa), oleh karena itu penelitian dilanjutkan dengan mempersiapkan siklus 2.Berikut gambar diagram batang persentase perbandingan hasil belajar pra siklus dengan siklus 1.

67%

33% Tuntas

(9)

58

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.5

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA siswa Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1

4) Hasil Observasi

Pada pertemuan pertama siklus I kegiatan guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe Discovery diamati oleh observer. Pengamatan yang dilakukan dengan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model Discovery pada mata pelajaran IPA.

4.1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan daur air sub pokok bahasan Pentingnya air bagi kehidupan dan Proses daur air. Dalam siklus II ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hasil evaluasi siklus I menjadi acuan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V.Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan pertama ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sebelum Tindakan Siklus 1

belum tuntas 20 9 tuntas 7 18 ju m lah si swa

(10)

59 2. Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 25 November 2014 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdo’a, pengkondisian kelas dan absensi. Kemudian guru melakukan apersepsi dan motivasi. Setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan.

2. Kegiatan Inti

Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk melihat kemampuan siswa, kemudian guru menjelaskan materi dengan memperlihatkan satu video tentang cara proses daur air, guru membagi siswa dalam 7 kelompok heterogen yang terdiri dari 3-4 orang siswa kemudian guru membagikan materi pada setiap kelompok. Dan masing-masing kelompok membaca materi yang sudah diberikan oleh guru setelah itu siswa dalam kelompoknya berdiskusi, setelah selesai diskusi. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

3. Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Observasi

Pada pertemuan pertama ini pembelajaran berjalan dengan lancar tetapi masih ada sedikit hambatan yaitu sebagai berikut:

1. Siswa dalam pembelajaran masih ada yang yang tidak memperhatikan 2. Kurangnya aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan diskusi kelompok.

Refleksi dan tindak lanjut.

Berdasarkan observasi siklus II pertemuan pertama perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Hasil dari pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada pembelajaran siklus II siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih ada siswa yang bermain.

(11)

60

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 28 November 2014 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Sebelum masuk pada materi guru bertanya kepada siswa tentang kegiatan/materi pelajaran sebelumnya. Sebagai apersepsi guru bertanya ”Tahukah kamu apakah daur air itu, Bagaimana daur air di Bumi”?.Setelah itu guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan serta tujuannya.

2. Kegiatan Inti

Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari3-4 siswa. Kemudian guru membagi gambar dan LKS untuk kegiatan diskusi kelompok. Guru meminta siswa untuk menyebutkan cara daur air. Guru membimbing siswa yang kesulitan. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

3. Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.

Observasi

Semua siswa sudah mendengarkan dengan serius ketika disajikan gambar dalam penjelasan materi pelajaran.

Refleksi dan Tindak lanjut

Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus II pertemuan kedua dari 27 siswa sudah tuntas hasil belajarnya, diketahui bahwa selama guru mengajar pada pembelajaran siklus II pertemuan kedua siswa sudah aktif dan mau mendengarkan, dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran sudah meningkat 100% siswa dalam ketuntasan belajar.

Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan siswa sudah optimal dalam proses pembelajaran di kelas, Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat pada kelompok sudah bagus.

3. Hasil Tindakan/Penelitian

(12)

61

Temuan dai hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.7 di bawah ini :

Tabel 4.7 Nilai Tes Siklus II

No Nilai Jumlah siswa Persentase

1 95-100 3 11% 2 90-94 3 11% 3 85-89 7 26% 4 80-84 7 26% 5 75-79 4 11% 6 70-74 3 15% Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak

85% atau 24 siswa, dan yang mendapat nilai (95 – 100) sebanyak 11% atau 3 siswa. Siawa yang mendapat nilai (90-94) sebanyak 11% atau 3 siswa.siswa yang mendapat nilai (85-89) sebanyak 26% atau 7 siswa.siswa yang mendapat nilai (80-84) sebanyak 26% atau 7 siswa. siswa yang mendapat nilai (75-79) sebanyak 11% atau 4 siswa.siawa yang mendapat nilai (70-74) sebanyak 15% atau 3 siswa. Berdasarkan data hasil tes menunjukkan sebagian besar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada gambar 4.6 sebagai berikut :

(13)

62

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.6

Ketuntasan Belajar Siklus II Berdasarkan Interval Kelas

Tabel 4.8

Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II

No Nilai Jumlah Persentase Ketuntasan

1 ≥70 27 100% Tuntas

2 <70 - - BelumTuntas

Jumlah 27 100%

Sumber. Data yang diolah

Tabel 4.8 ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa siswa

yang memiliki nilai diatas dari KKM 70 sebanyak 27 siswa. Dengan demikian yang sudah mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) sebanyak 27 siswa. Untuk memperjelasnya dapat dilihat pada diagram lingkaran seperti gambar 4.7

3 4 7 7 3 3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95-100 belum tuntas tuntas 100% 0 Tuntas belum tuntas

(14)

63

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.7

Ketuntasan Belajar Siklus II

Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah, dan nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel 4.9

Tabel 4.9

Nilai Tertinggi, Terendah, Dan Nilai Rata-Rata

No Uraian Nilai

1 Nilai tertinggi 100

2 Nilai terendah 70

3 Nilai rata-rata 85

Sumber. Data yang diolah

Pada hasil tes siklus II dapat diketahui nilai yang tertinggi berjumlah 100, dan nilai yang terendah berjumlah 70 dan kemudian nilai rata-ratanya berjumlah 85. Siswa yang tuntas pada siklus II mencapai 100% atau 27 siswa. Siswa yang mendapat nilai 70 keatas sebanyak 85% (24 siswa).

Sumber. Data yang diolah

Gambar 4.8

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1 dan Siklus II

4.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

Belum tuntas Tuntas

(15)

64

Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang sudah dilakukan dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan Model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada pokok bahasan Daur air kelas V semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada SD Negeri Mangunsari 05. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut :

1. Pembahasan Pra Siklus a) Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas V, ketuntasan dalam pelajaran IPA rendah. Hal ini disebabkan karena guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional, sehingga anak hanya berangan-angan. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 27 siswa baru 7 siswa atau 26% yang mencapai ketuntasan belajar dengan nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal. Sedangkan 20 siswa atau 74% belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan yaitu sebesar 70. Sedangkan nilai tertinggi pra siklus adalah 90, dan nilai terendah 40, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65.

b) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklus menunjukkan bahwa siswa merasa bosan dan aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran masih pasifkarena guru hanya menggunakan metode ceramah saja. Siswa masih bekerja secara indvidual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul. Siswa terlihat jenuh dan kurang semangat karena pembelajaran selalu monoton.

2. Pembahasan Siklus I

Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:

a) Hasil Belajar

Hasil tes dari siklus I, menunjukkan hasil siswa yang mencapai nilai 70 keatassebanyak 66% atau 18 siswa, yang mendapat nilai (90-98) sebanyak 11% atau 3 siswa, yang mendapat nilai (81-89) sebanyak 26% atau 7 siswa, yang mendapat nilai (72-80) sebanyak 30% atau 8 siswa, yang mendapat nilai (63-71) sebanyak 15% atau 4 siswa, dan yang mendapat nilai (54-62) sebanyak 11% atau3 siswa, dan yang mendapat nilai (45-53) sebanyak 7% atau2 siswa.

Berdasarkan data hasil tes siklus I masih menunjukkan ada 9 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari Hasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 95, niali terendah 50, dengan niali rata-rata kelas sebesar 73.

(16)

65

Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan, meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa hasil belajar yang di dapat secara kelompok pasti sama. Dari hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa dalam belajar, karena ada persaingan untuk menjadi kelompok yang terbaik. Ada interaksi antar siswa dalam kelompok.

Masing-masing siswa ada peningkatan berani bertanya dan minta penjelasan kepada guru maupun temannya sendiri, sehingga terlatih ketrampilan bertanya jawab. Terjalin kerjasama antar siswa. Ada persaingan positif antar kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan untuk jati diri pada siswa.

Hasil antara kondisi awal dengan siklus 1 menunjukkan adanya perubahan walau belum bisa optimal. Perbandingan antara kondisi awal dan siklus I dapat disajikan pada tabel 4.10

Tabel 4.10

Perbandingan Kegiatan dan Hasil Belajar Kondisi Awal dan Siklus 1

NO Pra Siklus Siklus 1

1 Tindakan Tindakan

Pembelajaran konvensional, mengutamakan metode ceramah.

Pembelajaran dengan model Discovery

2 Hasil Belajar Hasil Belajar

Ketuntasan

- Tuntas : 7( 26% ) - Belum tuntas : 20 ( 74% ) Nilai Tertinggi : 90

Nilai terendah : 40 Nilai rata- rata : 65

Ketuntasan

- Tuntas : 18 ( 67% ) - Belum tuntas : 9 ( 33% )

Ketuntasan belajar meningkat 41 % 67 % - 26% = 41 %

Nilai Tertinggi : 95 Nilai erendah : 50 Nilai rata- rata : 73 Nilai rata- rata meningkat8 % 10 / 100 x 100 % =8%

(17)

66

- Proses pembelajaran pasif

- Siswa tidak berani bertanya kesulitannya - Siswa hanya mendengarkan, dan diam

meskipun tidak bisa

- Belum memanfaatkan media pembelajaran yang tepat

- Belum tumbuh kreatifitas dan kerjasama antar teman

- Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif

- Siswa mulai berani bertanya - Siswa mendengarkan, bertanya,

berdiskusi.

- Sudah menerapkan Discovery dengan langkah-langkah Mengidentifikasi, merumuskan konsep, merumuskan masalah, memecahkan masalah, merancang penggunaan yang tepat, dan mempresentasikan hasil kerja kelompok.

- Kreatifitas, ketekunan, kerjasama, tanggung jawab mulai tampak - Interaksi antara guru dan siswa, dan

antara siswa dengan siswa sudah nampak.

Hasil refleksi dari siklus I dapat disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model

Discovery ketuntasan belajar yang awalnya ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 26% menjadi 67% sehingga terjadi peningkatan sebesar 41%. Sedangkan nilai rata-rata kelas ada kenaikan8%. Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan karena masih ada sebagian siswa yang masih belum jelas tentang langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran tipe Discovery untuk pembelajaran.

3. Pembahasan Siklus II

Hasil tindakan pembelajaran pada siklus II berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut:

a) Hasil Belajar

Ketuntasan belajar siswa hasil tes siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai diatas dari KKM 70 sebanyak 27 siswa. Dengan demikian yang sudah mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) sebanyak 27 siswa. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa, dari sejumlah 27 siswa terdapat 27 siswa atau 100% yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun dari hasil Nilai siklus II dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai

tertinggi adalah 100, nilai terendah 70, dan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85. b) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II sudah menunjukkan adanya perubahan, semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakan ketertarikan siswa untuk menemukan sesuatu hal yang baru melalui Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe Discovery. Hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa dalam belajar.Ada interaksi atau komunikasi antar siswa. Masing-masing siswa ada

(18)

67

peningkatan berani bertanya dan minta penjelasan kepada guru maupun temannya. Siswa yang telah menguasai materi yang diberikan. Mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan menunjukkan kemampuannya.

Hasil antara siklus I dengan siklus II ada perubahan secara signifikan, hal ini ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tes akhir siklus II ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I. Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.11

Tabel 4.11

Perbandingan Kegiatan dan Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II

NO Siklus 1 Siklus 2

1 Tindakan Tindakan

Pembelajaran dengan Penerapan Model Discovery. Media pembelajaran menggunakan gambar tentang daur air

Pembelajaran dengan

PenerapanModel Discovery. Media pembelajaran menggunakan gambar daur air. Ditambah LCD/ power point dan Video pembelajaran tentang daur air.

2 Hasil Belajar Hasil Belajar

Ketuntasan

- Tuntas : 18 ( 67% ) - Belum tuntas : 9 ( 33 % )

Nilai Tertinggi : 95 Nilai terendah : 50 Nilai rata- rata : 73

Ketuntasan

- Tuntas : 27 (100 % ) - Belum tuntas : - ( 0 % ) Ketuntasanbelajar siswa meningkat

33 %

( 100% - 67% = 33% ) Nilai Tertinggi : 100 Nilai terendah : 70 Nilai rata- rata : 85 Nilai rata- rata meningkat12% 12/100x100 % = 12%

3 Proses belajar Proses belajar

- Proses pembelajaran ada perubahan, siswa mulai aktif. - Siswa terlibat langsung dalam

proses pembelajaran. - Kreatifitas, kerjasama,

tanggung jawab mulai tampak.

- Proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif serta cekatan. - Siswa terlibat langsung dalam

proses pembelajaran, dan berkompetisi.

- Kreatifitas, ketekunan, kerjasama, tanggung jawab sudah tampak.

(19)

68

Perbandingan hasil tes siklus I dan siklus IIterlihat ada peningkatan yang cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas.Sejumlah 27 siswa sangat baik dilihat pada Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM) hampir keseluruhannya sudah mencapai diatas 70.

Secara umum dari hasil pengamatan dan tes kondisi awal hingga siklus II, dapat disimpulkan bahwa melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

4.1.5 Hasil Tindakan

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui melalui Penerapan Model Pembelajaran tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Peningkatan nilai rata-rata yaitu 65 pada kondisi awal menjadi 73 pada siklus I dan menjadi 85 pada siklus II. nilai rata-rata siklus I meningkat 8% dari kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus II meningkat 12% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 20%. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan sebesar

41% dari kondisi awal, dan siklus II meningkat 9% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus II ketuntasan belajar meningkat sebesar 70% dari kondisi awal.

Hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan pada

tabel 4.12 berikut ini.

Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa

Pada Kondisi Awal Siklus I dan Siklus II

No Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

(20)

69

2 Nilai Terendah 40 50 70

3 Nilai Rata-Rata 65 73 85

4 Ketuntasan Belajar 26% 67% 100%

Sumber. Data yang diollah

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal sampai dengan siklus II dapat ditunjukkan pada tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Kondisi Awal sampai Kondisi Akhir

No

Hasil Belajar Siswa

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Kondisi pra siklus ke siklusI Siklus I ke Siklus II Kondisi pra siklus ke siklus II 1. Nilai rata-rata 8% 12% 20% 2. Ketuntasan belajar 26% 67% 100%

Sumber. Data yang diolah

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan positif pada siswa terutama aktifitas dalam mengikuti pembelajaran dan keberanian menyampaikan kesulitannya.

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengamatan terhadap proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Penerapan Model Pembelajaran Tipe Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi Daur air di kelas V SD Negeri Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti KotaSalatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.

4.1.6 Pembahasan

Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas V SDN Mangunsari 05 pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery. Berdasarkan pada teori tersebut maka penulis dapat menerapkan metode pembelajaran discovery dalam

(21)

70

meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas V SDN Mangunsari 05 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran IPA. Sesuai dengan karakteristik metode discovery dalam pembelajaran sains yang menuntut pola pembelajaran aktif, kreaktif, dan komperhensif, karena dapat melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya serta menanamkan kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.dengan asas pembelajaran aktif yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal sehngga siswa mampu menguasai pengetahuan dan ketermpilan yang lebih efektif dan efisien. peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari hasil nilai siklus I dan siklus II. Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai diatas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tuntas adalah 7 siswa (26%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi 18 siswa (67%) dan kemudian meniingkat lagi pada siklus II menjadi 27 siswa (100%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai dibawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM ≥70) atau dikatakan tidak tuntas adalah 20 siswa (74%). Kemudian menurun pada siklus I menjadi 9 siswa (33%). Pada siklus I siswa tuntas belajar adalah 18 siswa (67%) lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas beajar. Jadi pada siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajarran siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik terutama pada saaat membimbing siswa dalam melakukan sharing. Pembelajaran siklus I belum mecapai indikator keberhasilan sehingga diberikan tindakan pada siklus II. Pada siklus II siswa tuntas belajar adalah 27 siswa (100%) lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada siklus II hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery dapat mmeningkatkan hasil belajar siswa. Hasil ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran,terutama pembelajaran IPA. Metode pembelajaran ini cocok diterapkan, dalam metode ini karena memicu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran.

Disimpulkan bahwa metode Discovery adalah cara penyajian pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi tanpa bantuan gurudengan menghadapkan siswa pada suatu masalah, untuk menemukan penyebabnya dengan melalui pelacakan data atau informasi pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, denganmembuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

(22)

71

Langkah-langkah metode Discovery menurut Gilstrap (1975) (dalam Prayitno, 2008) adalah: (a) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

(23)

72

Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman (dalamPrayitno 2008) adalah :(a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode Discovery menurut Walter Klinger, SEQIP (1997) (dalamWahyudi, 2008) adalah sebagai berikut

1. Motivasi, bertujuan menuntun siswa kearah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa

2. Perumusan masalah, bertujuan memfokuskan perhatian siswa agar mengenali masalah yang akan dibahas.

3. Penyusunan opini-opini, siswa berdasarkan penagalaman atau iterpretasinya sehingga dapat memberikan dasar penyampaian materi.

4. Perencanaan dan kontruksi alat, bertujuan merencanakan dan mengkontruksi suatu perangkat percobaan yang berfungsi, yang memungkinkan verifikasi atau penolakan hipotesa dan penentuan salingketerkaitan antara parameter –parameter yang relevan 5. Pelaksanaan percobaan, langkah percobaan merupakan titik perhatian pengajaran

fisika. Jawaban terhadap pertanyaan ilmiah disini akhirnya akan ditemukan melalui pengalaman percobaan menggunakan peralatan yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini.

6. Kesimpulan, suatu generalisasi dari hasil percobaan yang akan membawa pengetahuan ilmiah yang baru

7. Abstraksi, abstraksi merupakan perumusan pengetahuan terperinci tertentu yan peroleh melalui kasus khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat umum. Abstraksi merupakan suatu idealisasi dan suatu generalisasi sejumlah pernyataan yang menggunakan istilah-istilah teknis terperinci dan konsep-konsep yang tepat.

(24)

73

8. Konsolidassi pengetahuan, bertujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Ketiga macam langkah-langkah tersebut peneliti menyusun mengkombinasikan dan menyimpulkan langkah- langkah penggunaan metode Discovery adalah sebagai berikut:

1. Memotivasi siswa

2. Mengidentifikasi dan Merumuskan masalah dari seleksi masalah yang ada.

3. Menyusun opini, problema serta tugas-tugasnya

4. Komunikasi dengan siswa untuk memperjelas problema yang akan dipelajari

5. Merencanakan dan konstruksi alat

6. Menyiapkan suatu kondisi yang mengandung masalah untuk di pecahkan

7. Mengecek pengertian dan pemahaman siswa 8. Memberi kesempatan siswa untuk menemukan

9. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, daninformasi yang ada

10. Siswa melakukan analisis sendiri 11. Memberi pujian pada siswa. 12. Merangsang interaksi antar siswa

13. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya

14. Menyimpulkan

15. Konsolidasi pengetahuan, untuk memungkinkan integrasi dan internalisasi pengetahuan itu kedalam struktur pengetahuan yang sudah ada.

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

sikap bersifat abstrak, oleh karena untuk melihat dan mengukur sikap seseorang dilakukan dengan melihat dan mengukur manifestasi dari sikapnya yaitu berupa tindakan

Larutan natrium sulfida + larutan asam klorida encer akan timbul gas yang dapat dibuktikan dengan : bau yang spesifik, kertas saring yang dibasahi dengan larutan plumbum nitrat

Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan sebelumnya, menarik minat peneliti untuk menggali lebih jauh mengenai “ hubungan antara tingkat pengetahuan dan peran orang

Menurut paham Ekonomi : “Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar yang dapat digunakan untuk membiayai

KEKUATAN HUKUM KESEPAKATAN DALAM PERJANJIAN GO-JEK SECARA ONLINE DALAM HAL TERJADI SENGKETA DI ANTARA PARA PIHAK.. Penulisan Hukum

Penguasaan Kompetensi Profesional Konselor terbentuk melalui latihan dalam menerapkan Kompetensi Akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dikuasai itu dalam

Persiapan sampai pengambilan data