MASALAH ADALAH BAGIAN DARI KARUNIA
Hidup adalah perpindahan dari satu masalah ke masalah yang lain, bahkan terkadang belum selesai satu masalah, Allah sudah menciptakan masalah yang lain.
Perkara masalah memiliki dua kemungkinan: pertama, masalah yang sudah ditetapkan oleh Allah dari azali di Lauhul Mahfudz, sudah dituliskan sejak kita umur tiga bulan dalam kandungan ibu; dan yang kedua, masalah/ujian hidup yang diundang oleh kita sendiri karena dosa-dosa yang telah kita perbuat.
Apapun yang terjadi semuanya akan baik jika kita tepat/baik dalam menyikapinya. Jadi yang menjadi masalah bagi bukan masalahnya tetapi sikap kita dalam menghadapi masalah.
Tidak mungkin hidup tanpa masalah, karena masalah adalah karunia dari Allah SWT. Dengan masalah kita tambah ilmu, pengalaman, amal, hikmah, dekat dengan Allah kalo tepat menyikapinya. Tapi kalo salah menyikapinya, dengan adanya masalah kita jadi stres, hina, berlumur dosa dan celaka dunia akhirat. Oleh karena itu kita sadar bahwa lulus ujian atau orang tidak lulus ujian bukan karena soalnya, melaikan karena salah jawabannya.
Jadi apakah permasalahan/persoalan hidup bahaya? Jelas tidak, tapi yang bahaya adalah salah dalam menyikapi permasalahan/persoalan hidup ini.
Ada dua resep sederhana yang paling peting dalam menghadapi hidup ini yaitu: Yang pertama, siap menghadapi yang cocok dengan keinginan dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan. Mengapa? Karena mustahil di dalam hidup ini semua keinginan kita akan terwujud. Contohnya saya ingin sehat, anda ingin sehat, mereka ingin sehat, kita semua ingin sehat. Kalo semuanya dikabulkan sehat oleh Allah, apa yang terjadi? Rumah sakit tidak ada pasien, dokter gak dapat rezeki, farmasi bangkrut, fakultas kedokterarn tutup. Berapa milyar orang yang oleh Allah diberi rizki syari’atnya lewat penyakit. Benar? Oleh karena itu sakit bukan masalah, yang menjadi masalah adalah salah menyikapi sakit dan salah menyikapi sehat. Berapa banyak orang yang sehat jauh lebih buruk karena kesehatannya bagus. Coba kalau para koruptor itu ilang ingatannya, pasti susah korupsinya ya?
Oleh karena itu kita boleh ada keinginan asal keinginan kita yang disukai oleh Allah. Tugas kita itu niat yang lurus, ikhtiar sempurnakan dan pasrahkan kepada Allah dengan tawakkal. Mengapa? Karena dalam QS. Al-Baqarah ayat 216:
Artinya:
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
Allah yang tahu, kita tidak tahu, makanya jangan sok tahu. :D
Keinginan akan sesuatu boleh asalkan niatnya bagus, ikhtiarnya sempurnakan di jalan Allah tetapi terserah ke Allah, mau terjadi atau tidak yang penting apa yang terbaik menurut Allah, bukan yang terbaik menurut kita, karena bisa jadi yang terbaik menurut kita karena nafsu kita. Oleh karena itulah kita harus siap, mau sekolah siap diterima, siap tidak diterima, kalo ini baik untuk dunia akhirat kita mudahkan kalo tidak jangan. Begitu juga ketika kita nanti mau dapat jodoh, batal nikah bukan berarti jelek siapa tahu karena batal itulah karena Allah akan memberi yang lebih cocok dalam pengetahuan Allah. Mana yang paling penting bagi kita yang terbaik menurut kita atau yang terbaik menurut Allah? Makanya jangan ngatur Allah, tetapi aturlah diri supaya hatinya lurus, ikhtiar maksimal selanjutnya serahkan ke Allah selebihnya Allah tidak akan pernah mengecewakan kita.