• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH

(Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu,

Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

OLEH WIRAWAN

H14103097

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

RINGKASAN

WIRAWAN. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Dana Zakat, Infaq, Dan Shodaqoh (Studi Kasus: Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh Jaenal Effendi, MA

Kemiskinan di Indonesia cenderung terjadi di daerah perdesaan. Berdasarkan data jumlah penduduk miskin, dari 39,30 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006, lebih dari 24,81 juta jiwa atau sekitar 63,13 persen dari total keseluruhan masyarakat miskin tinggal di daerah perdesaan. Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang mewajibkan umatnya untuk membayar zakat, pemberdayaan umat pada hakekatnya dapat dilakukan dengan sumber dana yang berasal dari zakat. Nilai zakat di Indonesia yang terkumpul sampai pertengahan tahun 2007 yang mencapai Rp 553,77 miliar dapat dialokasikan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat miskin.

Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa (MM-DD) meliputi pemberian modal usaha dan pendampingan. Pendampingan dilakukan bukan hanya sebagai penyalur modal tetapi juga sebagai agent of change dari program-program yang akan disampaikan dalam rangka peningkatan kualitas SDM pengrajin tahu di Kampung Iwul. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program yang ada dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, lalu penilaian masyarakat terhadap proses cross cultural innovation yang terjadi, dan juga akan dilihat apakah terjadi peningkatan pendapatan pada peserta program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka.

Secara umum dapat dilihat bahwa persepsi dari responden menunjukkan bahwa indikator kemandirian komunitas sasaran dinilai berhasil dan faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah jumlah tanggungan responden. Sementara masyarakat menilai indikator kemandirian manajemen komunitas sasaran belum berhasil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang berhubungan nyata dengan persepsi mereka adalah tingkat pendidikan. Untuk indikator kemandirian intelektual komunitas sasaran persepsi masyarakat menunjukkan keberhasilan program namun tidak ada satupun karakteristik responden yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhinya berhubungan nyata dengan persepsi mereka.

Dalam proses crosscultural innovation sebagian besar responden memberikan respon positif terhadap datangnya program. Hal ini mengindikasikan bahwa program terintegrasi dengan baik di masyarakat.

Setelah mengikuti program pemberdayaan, secara rata-rata pendapatan masyarakat mengalami peningkatan dan peningkatan pendapatan tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh besarnya pinjaman modal, besarnya pendapatan harian dari usaha tahu, dan besarnya pendapatan harian dari luar usaha tahu (usaha sampingan).

(3)

ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH

(Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa

terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa

Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

OLEH WIRAWAN

H14103097

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(4)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Wirawan

Nomor Registrasi Pokok : H14103097 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi :

ANALISIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Jaenal Effendi, MA. NIP. 132 317 142

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2008

Wirawan H14103097

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Wirawan, lahir 18 September 1985 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak bungsu dari enam bersaudara pasangan A.S. Kliwon dan Samiah. Jenjang pendidikan dimulai pada pendidikan Sekolah Dasar Negeri Pabrik Gas I, Kota Bogor pada tahun 1991. Pada tahun 1997 penulis masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 5 Bogor kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Bogor pada tahun 2000 hingga lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, antara lain Sharia Economics Students Club (SES-C) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis juga pernah mendapat penghargaan sebagai Penyaji Terbaik Tingkat Nasional pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XVIII melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penulisan Ilmiah (PKMI), pada tahun 2005 di Padang.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala berkat dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”Analisis Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Dana Zakat, Infaq, Dan Shodaqoh (Studi Kasus : Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa terhadap Komunitas Pengrajin Tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor)”. Pemberdayaan masyarakat merupakan topik yang menarik untuk dibahas mengingat masih tingginya angka kemiskinan di Indonesia terutama di daerah perdesaan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : 1. Jaenal Effendi, MA yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis

maupun teoritis selama penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. 2. Prof. Ir. Isang Gonarsyah, Ph.D yang telah memberikan bimbingan skripsi

baik secara teknis maupun teoritis.

3. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Sc. yang telah menguji hasil karya ini. 4. Toni Irawan, M.Ec. atas perbaikan dalam penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi IPB.

6. Mas Rano, Mbak Was, Mas Armie dan seluruh pihak di Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa.

7. Bapak Safri, Bapak Mursali, dan pengrajin tahu lain di Kampung Iwul atas bantuannya dalam pengisian kuesioner.

8. Orang tua, Hj Samiah dan alm. A.S. Kliwon serta kakak-kakakku, Kakak #1, Kakak #2, Kakak #3, Kakak #4, Kakak #5 dan ipar-iparku atas doa, dukungan dan kasih sayangnya.

9. Teman-teman di IE angkatan 40, Nofa, Ria, Fj, Yusuf, Tyas, Nur, Giri, Anna, Mimi, Aji, Wida, Wenia, Ratih, Heri, Aga, Yogi, Wawan, Meidy, Tanti, Dian

(8)

abang, Timor, Ani, Ao, Echa, Elly, Rio, Rico, Erick, dan angkatan 39, 41, serta 42 atas bantuan dan dukungan untuk terus semangat.

10. Kania, Sansa, Wondo, Niko, Utari, dan teman-teman IPB yang lain.

11. Ali, Rano, Deden, Risna, Shynta, Dayu, Rizman, dan teman-teman paguyuban Mojang Jajaka Kota Bogor yang lain.

12. Rahmat, Dena, Arya Adit, Ike, Imron, multipliers, dan semua teman atas bantuannya yang secara langsung maupun tidak langsung.

13. Terakhir, untuk para keponakan yang senantiasa menghibur.

Bogor, Juli 2008

Wirawan H14103097

(9)

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... x I. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Permasalahan ... 2 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Teori ... 6

2.1.1 Konsep Pemberdayaan ... 6

2.1.2 Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Domper Dhuafa ... 8

2.1.2.1 Kelompok Sasaran Program ... 8

2.1.2.2 Tahapan Pelaksanaan Program ... 10

2.1.3 Proses Crosscultural Innovation ... 13

2.1.4 Kemiskinan ... 21

2.1.5 Zakat ... 23

2.1.6 Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 28

2.1.6.1 Pembentukan Persepsi ... 29

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

2.3 Kerangka Pemikiran ... 33

2.3.1 Hubungan Modal, Pendampingan, Output, dan Pendapatan ... 33

2.3.2 Kerangka Pemikiran ... 36

(10)

III. METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.3 Metode Analisis Data ... 39

3.3.1 Artificial Nural Network System ... 39

3.3.2 Analisis Regresi Linear ... 41

3.4 Pengolahan Data ... 45

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 46

4.1 Kondisi Geografis ... 46

4.2 Kondisi Demografi ... 46

4.3 Kondisi Sarana dan Prasarana ... 46

4.4 Kondisi Ekonomi ... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

5.1 Karakteristik Umum Responden ... 49

5.2 Persepsi Peserta Program terhadap Keberhasilan Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 52

5.2.1 Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran ... 53

5.2.2 Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran ... 54

5.2.3 Persepsi Peserta Program terhadap Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran ... 55

5.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Peserta Program terhadap Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 56

5.3.1 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 57

5.3.2 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 59

(11)

5.3.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran

dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 60

5.4 Crosscultural Innovation ... 61

5.5 Perkembangan Pendapatan Mitra ... 63

5.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Masyarakat ... 64

5.7 Interpretasi Model ... 67

5.8 Perkembangan Program ... 70

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

6.1 Kesimpulan ... 72

6.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan ... 22

Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Menurut Litterer ... 29

Gambar 3. Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 4. Peta Desa Bojong Sempu ... 48

Gambar 5. Rata-rata Pendapatan Peserta Program ... 63

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Karakteristik Responden ... 49

Tabel 2. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran ... 53

Tabel 3. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran ... 55

Tabel 4. Persepsi Responden terhadap Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran ... 56

Tabel 5. Persepsi Responden terhadap Indikator-indikator Pencapaian Program ... 57

Tabel 6. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Material Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 57

Tabel 7. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Manajemen Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 59

Tabel 8. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Indikator Kemandirian Intelektual Komunitas Sasaran dalam Program Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa ... 60

Tabel 9. Crosscultural Innovation ... 61

Tabel 10. Hasil Estimasi Model ... 64

Tabel 11. Uji Multikolinearitas ... 65

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 adalah 222,2 juta jiwa atau bertambah sekitar 3,3 juta jiwa dibandingkan tahun 2005 yang mencapai 218,9 juta jiwa. Dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 222,2 juta jiwa pada tahun 2006, 17,69 persennya atau sekitar 39,30 juta jiwa adalah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2007).

Kemiskinan di Indonesia cenderung terjadi di daerah perdesaan. Berdasarkan data jumlah penduduk miskin, dari 39,30 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2006, lebih dari 24,81 juta jiwa atau sekitar 63,13 persen dari total keseluruhan masyarakat miskin tinggal di daerah perdesaan. Dalam upaya pengentasan kemiskinan di perdesaan maka diperlukan pemberdayaan sumber daya desa, baik alam maupun manusianya. Diperlukan suatu upaya dari pemerintah maupun pihak lain yang dapat membantu masyarakat desa dalam memberdayakan sumber daya yang dimilikinya.

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, yang mewajibkan umatnya untuk membayar zakat, pemberdayaan umat pada hakekatnya dapat dilakukan dengan sumber dana yang berasal dari zakat itu sendiri. Jika melihat besarnya jumlah penduduk yang menganut agama Islam maka dapat dibayangkan betapa besarnya potensi zakat yang dapat dikumpulkan dan digunakan untuk memberdayakan masyarakat miskin di Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tinggal di daerah perdesaan. Berdasarkan data dari Departemen Agama, dana

(15)

zakat yang diterima dari masyarakat se-Indonesia pada tahun 2007 mencapai 553,77 miliar. Data tersebut merupakan akumulasi penerimaan zakat dari setiap propinsi.

1.2 Permasalahan

Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa (MM-DD) sebuah organisasi nirlaba yang berdiri pada tahun 2000, mempunyai kegiatan inti pemberdayaan masyarakat yaitu berupa pengembangan masyarakat melalui pengembangan usaha mikro dan kecil secara berkelompok, saat ini tengah melakukan program pemberdayaan ekonomi bagi pengrajin tahu di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor dalam bentuk pembiayaan modal kerja dan pengadaan kerjasama bahan baku kedelai secara berkelompok. Modal yang diberikan kepada masyarakat adalah dana yang didapat dari hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shodaqoh (ZIS).

Pendampingan dimaksudkan untuk mengembangkan kapasitas para pengrajin tahu dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan usaha serta memberikan pembiayaan usaha melalui dana bergulir. Agar program pengembangan industri rumah tangga di kampung Iwul ini dapat berlangsung dan memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan mitra pengrajin tahu dan masyarakat yang tinggal di wilayah sasaran, maka MM-DD menjadi media penyaluran pembiayaan ekonomi produktif antara lembaga donor maupun lembaga keuangan dengan para pengrajin tahu mitra dampingan MM-DD. Dengan kata MM-DD bukan hanya menjadi pendamping dan pemberi modal saja, tetapi

(16)

juga membantu mitra berhubungan langsung dengan pihak-pihak lain, baik swasta maupun pemerintah. Sinergi tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan modal tambahan bagi para pengrajin tahu skala mikro dan kecil dengan proses mudah dan ringan melalui kegiatan pendampingan kelompok usaha.

Pendamping dalam menyampaikan program dari MM-DD kepada masyarakat tidak hanya berperan sebagai penyalur bantuan tetapi juga sebagai

agent of change dari program-program yang akan disampaikan dalam rangka

peningkatan kualitas SDM pengrajin tahu di Kampung Iwul. Dalam perannya sebagai agent of change pendamping harus siap mengatasi perilaku-perilaku masyarakat sasaran program. Peran pendamping dan perilaku masyarakat menjadi faktor penentu diterima atau ditolaknya program terkait dengan pengaruh yang ditimbulkan dari perilaku-perilaku mereka. Terkait dengan hal ini, maka diterima atau tidaknya program dapat dilihat melalui proses cross cultural innovation.

Langkah awal pemberdayaan masyarakat di Kampung Iwul Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor dimulai sejak awal Februari 2006. Pada awalnya sebanyak 36 kepala keluarga (KK) yang merupakan pengrajin tahu, ikut bergabung. Setelah 17 bulan proses pendampingan dilaksanakan sudah 165 KK yang bergabung dari 70 target KK pada awalnya. Hal ini, secara sekilas dapat menunjukkan bahwa program yang dibawa ke Kampung Iwul dapat menarik minat para sebagian besar pengrajin tahu, namun tidak seluruh pengrajin tahu yang menjadi target program pemberdayaan bergabung.

Dalam pelaksanaan program, ada beberapa indikator yang menjadi acuan MM-DD untuk menentukan keberhasilan program, diantaranya :

(17)

1. Kemandirian material komunitas sasaran, yang terdiri dari: rata-rata pendapatan harian mitra, omset usaha, kepemilikan aset produktif, kepemilikan tabungan, dan ada atau tidaknya usaha sampingan yang dilakukan mitra.

2. Kemandirian manajemen komunitas sasaran, yang terdiri dari: ada atau tidaknya wadah untuk diskusi mitra, kemampuan mitra untuk menyampaikan pendapat dalam forum resmi, dan jaringan pemasaran. 3. Kemandirian intelektual komunitas sasaran, yang terdiri dari: manajemen

usaha (kebersihan tempat, standardisasi produk, penanganan limbah, dan pengetahuan tentang bahan tambahan pada makanan).

Dengan besarnya dana zakat yang dapat terkumpul di Indonesia dan adanya penyaluran dana zakat ke masyarakat yang disertai dengan proses pendampingan, seharusnya indikator-indikator program yang menjadi acuan penentu keberhasilan program dapat tercapai. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, antara lain :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mereka itu ? 2. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap proses cross cultural innovation

yang terjadi ?

3. Apakah terjadi peningkatan pendapatan masyarakat pada peserta program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan pendapatan mereka?

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap indikator keberhasilan program dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi mereka. 2. Menganalisis penilaian masyarakat terhadap proses cross cultural

innovation yang terjadi.

3. Menganalisis peningkatan pendapatan peserta program dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini antara lain :

1. Membuka pandangan baru masyarakat bahwa zakat tidak lagi disalurkan berbentuk charity saja tetapi juga dapat disalurkan melalui bentuk pinjaman yang bersifat produktif.

2. Sebagai bahan acuan dalam menentukan kebijakan bagi lembaga-lembaga terkait.

3. Sebagai bahan pustaka bagi penelitian-penelitian yang berkaitan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terbatas pada program pemberdayaan yang dilakukan di Kampung Iwul Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung Kabupaten Bogor yang dimulai pada Bulan Januari 2006. Dana ZIS yang disalurkan merupakan dana yang diperoleh oleh masyarakat Mandiri.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Pemberdayaan

Dalam situsnya, world bank mendefinisikan bahwa pemberdayaan adalah proses peningkatan kapasitas individu atau kelompok untuk membuat aneka pilihan dan mengubahnya ke dalam tindakan dan hasil yang diinginkan. Inti dari proses ini adalah tindakan yang membangun individu dan aset-aset kolektif, dan meningkatkan efisiensi dan kewajaran dari konteks organisasi dan kelembagaan dalam mengurus penggunaan aset-aset tersebut. Dalam hal ini, world bank mengartikan bahwa orang-orang miskin turut aktif di dalam organisasi dan kelembagaan, dengan mengambil tindakan antara lain, merundingkan, mempengaruhi, mengendalikan, dan menjaga lembaga karena hal ini akan mempengaruhi hidup mereka.

Ada empat unsur kunci pemberdayaan yang harus mendasari perubahan kelembagaan, diantaranya :

1. akses informasi,

Informasi adalah salah satu kekuatan, tanpa informasi yang relevan, tepat waktu, dan disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, orang miskin akan kesulitan untuk mengambil tindakan yang efektif.

(20)

Keikutsertaan orang miskin dalam organisasi akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pelaksanaan kegiatan/program sesuai dengan batas kemampuan sumber daya publik.

3. akuntabilitas, dan

Akuntabilitas mengacu pada kemampuan pejabat publik, pegawai swasta atau penyedia jasa pelayanan dalam bertanggung jawab, termasuk untuk mempertanggungjawabkan kebijakan-kebijakan yang mereka keluarkan, tindakan dan penggunaan dana.

4. kapasitas organisatoris lokal.

Kapasitas organisatoris lokal mengacu pada kemampuan orang untuk bekerja sama, mengatur diri mereka, dan mengerahkan sumber daya untuk memecahkan masalah dari berbagai minat.

Salah satu upaya mengatasi kemiskinan adalah melalui upaya pengembangan kapasitas kelompok miskin. Konsep ini erat kaitannya dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan, dan kelompok yang terabaikan lainnya, didukung agar mampu meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Proses pemberdayaan masyarakat bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, mengoptimalkan sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. (Masyarakat Mandiri, 2007)

Pemberdayaan selanjutnya diarakan pada kegiatan pengembangan masyarakat. Pada kegiatan ini, bagian yang tertinggal dalam masyarakat harus

(21)

ditingkatkan kemampuannya dengan mengembangkan dan mendinamiskan potensinya.

2.1.2 Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Domper Dhuafa

2.1.2.1 Kelompok Sasaran Program Pemberdayaan

Kelompok sasaran program secara umum dibagi menjadi 3, dilihat dari segi pendapatan dan kepemilikan, segi potensi usaha, dan dilihat dari segi potensi sumber daya manusia.

Kriteria kelompok sasaran dilihat dari segi pendapatan dan kepemilikan, antara lain :

1. Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 20.000,00 (US$ 2 per hari) untuk wilayah pedesaan (rural). 2. Kepala keluarga yang mempunyai penghasilan per hari kurang dari sama

dengan Rp 30.000,00 (US$ 3 per hari) untuk wilayah pinggiran kota (sub urban) dan perkotaan (urban).

3. Kondisi rumah (milik sendiri/sewa/kontrak) kurang layak dan kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas, dideskripsikan dengan indeks rumah. Selain itu, ada penilaian (kesepakatan) dari masyarakat setempat bahwa yang bersangkutan termasuk miskin.

Kriteria kelompok sasaran dilihat dari segi potensi usaha, antara lain : 1. Usaha mampu untuk ditingkatkan baik dari sisi skala maupun ruang

(22)

a. ketersediaan bahan baku, b. kapasitas produksi, c. potensi pasar,

d. daya serap tenaga kerja.

2. Potensi pemberdayaan untuk menciptakaan usaha turunan, artinya dalam pengembangan usaha tersebut akan dimungkinkan untuk memberikan peluang pekerjaan dan atau manfaat ekonomi bagi para mustahik lainnya. 3. Potensi pemanfaatan sumber daya lokal.

Kriteria kelompok sasaran dilihat dari segi potensi sumber daya manusia, antara lain :

1. Usia produktif minimal 18 tahun atau telah menikah dan maksimal 60 tahun.

2. Mempunyai visi untuk pengembangan usahanya. 3. Mampu bekerja.

4. Tidak sedang menerima bantuan program yang sejenis dari pihak lain. Sementara program dilakukan di daerah perkotaan dan pedesaan. Ada kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam menentukan wilayah sasaran, antara lain : 1. untuk wilayah urban

a. daerah kumuh dan padat penduduk,

b. mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sentra produksi, c. kemudahan dalam akses transportasi dan pemasaran,

d. tidak sedang menjalankan program sejenis dari pihak lain. 2. untuk wilayah rural

(23)

a. mempunyai potensi komoditas unggulan yang komparatif,

b. memiliki potensi sumber daya alam dimana kelompok miskin mempunyai aksesibilitas dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut,

c. memiliki potensi sumber daya manusia yang mendukung, baik dalam kualitas maupun kuantitas,

d. tidak temasuk daerah konflik atau daerah yang mempunyai potensi konflik yang tinggi.

2.1.2.2 Tahapan Pelaksanaan Program

Dalam melaksanakan program-program pemberdayaan, ada beberapa tahapan program, antara lain persiapan program, pelaksanaan program, dan pelepasan program

1. Persiapan Program (maksimal 3 bulan)

Persiapan program meliputi pendataan aspek pemanfaatan sumber daya pada setiap proses produksi dan kebutuhannya dari aspek ekonomi, penyiapan konsep teknis dan pelatihan pendamping, penyiapan rekening program, serta sosialisasi awal pada level komunitas maupun pemerintahan lokal tentang program “Kampung Hayati Tahu”.

a. Sosialisasi Program

Sosialisasi Program dimaksudkan untuk menyampaikan informasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat dalam mewujudkan Kampung hayati tahu.

(24)

b. Identifikasi Wadah Swadaya Lokal

Wadah Swadaya Lokal, seperti: Kelompok Pengajian dan sejenisnya akan lebih difungsikan sebagai simpul-simpul kegiatan pembelajaran bersama dalam rangka mewujudkan program, wadah tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai cikal bakal komunitas zero waste.

c. Teknik Penggalian Informasi

Teknik penggalian informasi digunakan melalui diskusi kelompok terarah, wawancara mendalam, observasi lapangan, serta kajian data sekunder.

2. Pelaksanaan (maksimal 21 bulan)

a. Fase perintisan dan penumbuhan (7 bulan).

Proses menumbuhkan rasa saling percaya antar anggota kelompok, serta membangun konsensus atau komitmen bersama. Melakukan proses penyadaran menyangkut keberadaan diri serta potensi keswadayaan.

Proses penyadaran meliputi: penyadaran diri, penyadaran pentingnya kelompok dan cara berkelompok, penyadaran pentingnya pencatatan, penyadaran pentingnya manajemen, penyadaran pentingnya orientasi pasar, penyadaran pentingnya pembuatan kelayakan usaha, penyadaran pentingnya pengelolaan rumah tangga.

Pada fase ini mulai dilakukan pembentukan kelompok, proses pembiayaan usaha, penerapan sistem aturan disiplin kelompok dan disiplin pinjaman, serta perintisan penerapan teknologi tepat guna dan aspek dukungan teknis lainnya.

(25)

b. Fase penguatan (7 bulan):

1) penguatan usaha (manajemen usaha, penanganan produk dan teknologi produksi),

2) alternatif pengembangan usaha baru atau usaha turunan,

3) penguatan manajemen organisasi/ kelembagaan (tertib pencatatan; kepemimpinan dan rotasi pengurus; pemahaman peran, fungsi dan tanggung jawab dalam organisasi; tersusun aturan-aturan secara tertulis),

4) penguatan jaringan (fasilitasi dalam akses pemasaran dan akses informasi),

5) penguatan permodalan (fasilitasi dengan sumber-sumber permodalan), 6) penguatan aplikasi teknologi tepat guna yang berbasis zero waste,

7) penataan kawasan dengan arsitektur lansekap yang mempertimbangkan etika dan norma lingkungan.

c. Fase pemandirian (7 bulan): 1) stabilitas usaha,

2) standarisasi mutu produk,

3) pemantapan manajemen lembaga kelembagaan ekonomi lokal, 4) legalitas kelembagaan,

5) terbangun jaringan dengan multistakeholder dalam akses pemasaran, informasi, dan pelayanan keuangan,

6) kemampuan pembiayaan operasional lembaga, 7) standarisasi sanitasi lingkungan.

(26)

3. Pelepasan (Terminasi Program)

Peran-peran yang selama ini dilakukan oleh pendamping telah ditransformasikan kepada kader komunitas.

Ada beberapa indikator keberhasilan program pemberdayaan menurut Sumodiningrat (1999), yaitu :

1. berkurangnya jumlah penduduk miskin;

2. berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia;

3. meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya;

4. meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat;

5. meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya.

2.1.3 Proses Crosscultural Innovation

Menurut Niehoff dan Anderson (1964) dalam proses penyampaian program pemberdayaan kepada masyarakat akan terjadi sikap-sikap saling

(27)

mempengaruhi antara pemberi bantuan program dan masyarakat penerima program, atau dapat kita sebut proses crosscultural innovation (proses inovasi antar-budaya). Inovasi antar-budaya akan dipengaruhi oleh perilaku-perilaku dari

agent of change (dalam program ini disebut pendamping program) dan dari

masyarakat. Inovasi yang akan dibahas selanjutnya adalah program yang dibawa oleh pendamping. Perilaku dari masyarakat dibedakan berdasarkan motivasi dan budaya tradisional. Hal ini menjadi faktor yang menjadi pendukung diterimanya program dan ada pula yang akan menjadi penghalang. Perilaku-perilaku ini dapat saja tidak memiliki pengaruh apa-apa namun bisa juga menjadi pengaruh positif, pengaruh negatif, ataupun kedua-duanya.

Ada perilaku yang dilakukan pendamping sebagai proses dalam mengimplementasikan program kepada masyarakat. Perilaku itu dilakukan semata-mata dari sudut pandang dan pengenalan pendamping terhadap masyarakat yang menjadi sasaran program. Perilaku tersebut, antara lain :

1. Communication, yang berarti proses tukar pikiran antara pendamping dan masyarakat untuk merencanakan dan mengimplementasikan program. Dalam proses pendampingan, communication merupakan bagian dari proses penyadaran masyarakat. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengenali potensi diri dan lingkungan.

Pada awalnya, pendamping melakukan proses pendataan sumber daya dan pengenalan program di Desa Bojong Sempu melalui pemerintahan setempat, antara lain, kantor desa, RW, dan RT. Dalam mengenalkan program pada masyarakat, pendamping tidak melakukan pengumpulan

(28)

masa secara sengaja namun dengan memanfaatkan perkumpulan-perkumpulan yang diadakan warga, seperti pengajian warga dan acara yang diadakan oleh tokoh masyarakat setempat. Hal ini dinilai lebih efektif untuk mengenalkan diri pribadi pendamping, Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, dan juga mengenalkan program yang dibawa oleh pendamping.

2. Role of change agent, gambaran tentang pendamping menurut masyarakat penerima program, berdasarkan kecakapan dalam berbahasa, pemahaman akan budaya, kecakapan secara teknis, dan interaksi dengan orang yang berpengaruh di tempat tersebut.

Dengan memanfaatkan kegiatan pengajian yang ada di masyarakat, pendamping dapat menciptakan citra yang baik mengenai dirinya di mata masyarakat. Pemanfaatan acara yang diadakan oleh tokoh masyarakat dalam pengenalan program pun dapat memudahkan masayarakat lebih menerima dan untuk berpartisipasi pada program yang dikenalkan. Bukan hanya karena masyarakat menghargai tokoh mereka, namun dengan memanfaatkan simpul-simpul masyarakat seperti itu maka pendamping dengan mudah dapat melakukan interaksi dengan seluruh masyarakat yang ada.

3. Demonstration, menunjukkan ide atau teknik baru kepada penerima program sebagai metode dalam meyakinkan masyarakat untuk menerima program yang akan diberikan.

(29)

Melalui kegiatan pengajian yang ada di masyarakat itu juga, pendamping melakukan pengenalan terhadap metode dan teknis pelaksanaan program kepada masyarakat. Media pengajian digunakan sebagai cara pendamping dan masyarakat untuk saling bertukar pikiran serta untuk memberikan keyakinan pada masyarakat agar bergabung bersama dengan program. Setelah program dikenal oleh masyarakat, pendamping melakukan latihan wajib kelompok (LWK) pada pengrajin tahu yang siap untuk bergabung bersama program. Pada saat inilah segala materi yang menyangkut dengan teknis pelaksanaan program diberikan kepada mereka secara mendetil dan juga materi mengenai peningkatan kapabilitas individu dan kelompok. Pada masa ini, masyarakat calon peserta program diberikan materi mengenai kesadaran dalam berkelompok dan pentingnya kerapian dalam manajemen usaha mereka. Masyarakat juga mulai dikenalkan pada budaya menabung dan berinfak, mengingat budaya menabung di masyarakat yang masih kurang. Tabungan masyarakat digunakan untuk cadangan modal yang ada di Ikhtiar Swadaya Mandiri (ISM), yang merupakan lembaga lokal bentukan program, dan juga untuk pengembangan usaha bersama yang dilakukan ISM. Sementara infak dikumpulkan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kepedulian sosial di lingkungan masyarakat Desa Bojong Sempu.

4. Participation, keikutsertaan masyarakat secara sukarela dalam merencanakan dan mengimplementasikan program. Hal ini dilakukan

(30)

agar masyarakat dapat langsung mencoba. Proses ini dengan kata lain dapat disebut sebagai kaderisasi. Dalam kaderisasi, kader-kader yang berpartisipasi berasal dari masyarakat lokal dan dipilih berdasarkan musyawarah. Tugas kader bukan hanya sebagai pengurus lembaga bentukan program tetapi juga memainkan peran sebagai pendamping ketika program sudah berakhir.

5. Timeliness, pengenalan program dalam waktu yang menguntungkan atau kurang menguntungkan terkait dengan budaya lokal atau kejadian yang terjadi di masyarakat.

Keberadaan program yang datang pada saat industri tahu sedang mengalami penurunan produksi dapat dikatakan sangat tepat. Pada saat program mulai dikenalkan kepada masyarakat, Februari 2006, industri tahu mengalami penurunan produksi akibat dampak isu penggunaan bahan pengawet formalin pada produk tahu. Banyak dari mereka yang harus berhenti berproduksi untuk sementara akibat permintaan terhadap tahu turun sangat drastis. Bantuan pinjaman modal yang datang, saat itu sangat diperlukan pengrajin tahu untuk memulai kembali usaha mereka.

6. Flexibility, kesediaan pendamping untuk mengubah programnya disesuaikan dengan kondisi yang tidak terduga (tidak sesuai dengan rencana semula). Pembentukan lembaga lokal, ataupun Latihan Wajib Kelompok (LWK) yang diberikan kepada masyarakat dimungkinkan

(31)

untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan, baik kondisi masyarakat maupun pendamping program.

Proses penerimaan pengrajin tahu sebagai peserta program sempat ada perubahan. Hal ini terjadi pada tahap penerimaan peserta program tahap ke-5 yang hanya dilakukan satu kali pertemuan LWK, normalnya LWK dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan secara berturut-turut setiap harinya. Pada saat itu, pendamping program rehabilitasi akibat gempa di Yogyakarta yang dirasa lebih mendesak. Fleksibilitas ini benar dimanfaatkan oleh para pengrajin tahu yang benar-benar ingin menjadi mitra yang telah gagal pada periode perekrutan mitra pada tahap sebelumnya.

7. Continuity dan maintenance, kekonsistenan kelanjutan rencana dalam unit sosial yang sewaktu-waktu akan ditinjau kembali.

Untuk menjamin hal ini, ISM dirubah menjadi koperasi yang berbadan hukum serta akan dilakukan evaluasi terhadap akuntabilitas keuangan dan kelembagaan ekonomi lokal pasca pendampingan. Evaluasi bukan hanya akan dilakukan oleh MM-DD namun juga akan dilakukan oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti pemerintah yang sudah melegalisasikan ISM menjadi badan hukum koperasi dan juga Bank Danamon yang sudah memberikan bantuan pinjaman berbentuk

qurdhul hasan kepada ISM sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR).

(32)

1. Berdasarkan motivasi.

a. Felt need, suatu kebutuhan untuk perubahan yang sudah dirasakan atau dikenali oleh masyarakat sebelum adanya pengaruh dari pendamping.

Masyarakat Kampung Iwul, terutama pengrajin tahu, memiliki motivasi yang sama dalam menerima bantuan program, yaitu untuk memenuhi kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah untuk meneruskan usaha tahu mereka yang sempat terhenti karena adanya isu pemakaian pengawet formalin pada tahu. Program yang datang memberi pinjaman, baik dalam bentuk uang maupun bahan baku, sangat diperlukan untuk memulai kembali usaha yang sempat terhenti.

2. Berdasarkan budaya tradisional, terbagi berdasarkan struktur sosial, pola ekonomi, kepercayaan, pola rekreasi, pola konsumsi, dan nilai sistem.

a. Struktur sosial.

1) Vested interest, reaksi dari individu-individu atau kelompok-kelompok terhadap program yang akan mempengaruhi minat mereka secara kuat baik secara positif maupun negatif.

2) Religious fraternity, kelompok terorganisasi dari suatu kependetaan, pemimpin agama yang formal.

(33)

Keberadaan program yang menggunakan dana zakat dalam menyalurkan bantuan pinjaman relatif mudah diterima karena seluruh masyarakat yang menjadi target peserta program beragama Islam. Hal ini disebabkan masyarakat tidak terlalu merasa asing dengan sistem yang diberlakukan program walaupun pada prakteknya masyarakat masih harus belajar mengenai tata cara peminjaman.

b. Pola Ekonomi.

Sistem lokal dari hubungan-hubungan ekonomi. Mayoritas mata pencaharian yang sama di kampung Iwul, memudahkan pendamping untuk melaksanakan program. Sebagai contoh, dengan seragamnya mata pencaharian masyarakat, sebagai pengrajin tahu, pendamping dapat menentukan waktu yang tepat untuk LWK (latihan wajib kelompok). Sistem peminjaman dan usaha yang dilakukan lembaga dapat berjalan dengan baik karena semua pengrajin tahu membutuhkan kacang kedelai sebagai bahan baku utama produksi.

c. Pola rekreasi.

Pola dari rekreasi atau perilaku yang menyenangkan. Kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan rekreasi dapat dimanfaatkan pendamping untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dalam rangka mengenalkan keberadaan program kepada masyarakat.

(34)

2.1.4 Kemiskinan

Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai aspek, Bank Dunia menetapkan kemiskinan dari segi pendapatan, yaitu yang tergolong miskin adalah mereka yang memiliki pendapatan kurang dari $2 perhari (Todaro, 2002).

Bank Dunia pun melakukan pendekatan relatif untuk melihat penduduk miskin, yaitu diarahkan pada 40 persen lapisan penduduk terbawah dari total penduduk suatu negara. Sedangkan kemiskinan menurut Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) adalah kekurangan aset-aset penting dan kesempatan yang menjadi hak setiap manusia. Indikator-indikator untuk mengukur kemiskinan, yaitu pendidikan dasar, kesehatan, gizi, air, sanitasi, pendapatan, pekerjaan, dan upah. Selain itu ada juga indikator yang bersifat intangibles (tidak tampak), antara lain rasa ketidakberdayaan dan kurangnya kebebasan dalam berpartisipasi. Kemiskinan dapat dilihat dari dua besaran, yaitu absolut dan relatif. Kemiskinan absolut adalah tingkat kemiskinan di bawah batas minimum kebutuhan untuk bertahan hidup atau biasa diukur dengan kalori yang diperlukan ditambah dengan komponen-komponen penting lainnya yang bukan makanan. Sementara kemiskinan relatif biasanya didefinisikan dalam hubungannya dengan beberapa rasio garis kemiskinan absolut atau sebagai porsi dari rata-rata pendapatan nasional (Susanto, 2006).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan. Chamber dalam Susanto, melihat kemiskinan secara multi-dimensional yang disebutnya sebagai jebakan perampasan. Dalam hal ini kemiskinan dilihat dari dua sisi, yaitu kemiskinan kewilayahan dan kemiskinan individu. Sementara itu perangkap

(35)

MISKIN

Kemiskinan Kelemahan

Jasmani

Isolasi Kerentanan

Ketidakberdayaan

Gambar 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan

kemiskinan diklasifikasikan ke dalam lima aspek ketidakberuntungan, yaitu kemiskinan, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan.

Menurut Effendi (2006), dalam Islam ada beberapa unsur kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, yakni :

1. hifdzu al-Din, yaitu terpenuhinya pemeliharaan iman.

2. hifdzu al-Aql, yaitu tercukupkannya pendidikan untuk setiap warga negara, sehingga semakin cerdaslah warga negara tersebut.

3. hifdzu al-Mal, yaitu tercukupkannya kebutuhan fisik untuk pangan, sandang, dan perumahan serta harta yang kepemilikannya dijamin oleh hukum.

4. hifdzu al-Nafs, yaitu tercukupkannya pelayanan kesehatan, kesempatan untuk menyatakan harga diri, lingkungan yang sehat dan terjamin kelestariannya, ketentraman, dan pertahanan negara.

(36)

5. hidzu al-Nasl, yaitu terpeliharanya rumah tangga menuju keluarga yang

sakinah (tentram), mawaddah (penuh kasih sayang), dan warahmah

(mendapat karunia Allah) dengan adanya keturunan melalui sebuah perkawinan.

Kriteria miskin yang ditetapkan oleh Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, berdasarkan kriteria kelompok sasaran program, antara lain :

1. Memiliki penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 20.000,00 (US$ 2 per hari) untuk wilayah pedesaan (rural);

2. Memiliki penghasilan per hari kurang dari sama dengan Rp 30.000,00 (US$ 3 per hari) untuk wilayah pinggiran kota (sub urban) dan perkotaan (urban);

3. Kondisi rumah (baik milik sendiri, sewa, maupun kontrak) kurang layak dan kepemilikan harta (peralatan hidup) terbatas, dideskripsikan dengan indeks rumah.

2.1.5 Zakat

Zakat dapat diartikan tumbuh, berkembang, kesuburan, atau bertambah (HR At-Tirmidzi). Dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 10, zakat dapat berarti membersihkan atau mensucikan. Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhuddin, 1998).

(37)

1. Al-milk at-tam yang berarti harta itu dikuasai secara penuh dan dimiliki secara sah, yang didiapat dari usaha, bekerja, warisan, atau pemberian yang sah.

2. An-namaa adalah harta yang berkembang jika diusahakan atau memiliki potensi untuk berkembang, misalnya harta perdagangan, peternakan, pertanian, deposito mudharabah, usaha bersama, dan obligasi.

3. Telah mencapai ukuran tertentu (nisab). Misalnya untuk emas sudah mencapai 85 gram.

4. Telah melebihi kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarganya yang menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidupnya.

5. Telah mencapai satu tahun (haul) untuk harta-harta tertentu. Namun untuk tanaman, zakatnya dikeluarkan pada saat memanennya.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh karena itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) kepada setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain muslim, aqil, baligh, milik sempurna, memiliki harta yang mencapai nishab dan mencapai haul.

Ada beberapa golongan orang yang berhak menerima zakat, yaitu :

1. Fakir dan miskin.. Dana zakat yang diberikan untuk golongan ini dibagi menjadi dua peruntukkan, yaitu berupa santunan sosial baik untuk lembaga maupun perorangan dan pemberian modal usaha produktif.

(38)

2. Amil. Dana zakat bagi amil dipergunakan untuk keperluan administrasi dan operasional pengelola zakat termasuk untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat.

3. Muallaf. Zakat bagi kelompok ini diterapkan berupa bantuan untuk pembinaan orang yang baru masuk Islam serta untuk lembaga dakwah. 4. Riqab. Zakat riqab dipergunakan untuk membantu membebaskan

pedagang, pengusaha, petani, nelayan kecil, dan sebagainya dari pemerasan dan tekanan lintah darah dan pengijon.

5. Gharimin. Untuk membantu orang yang jatuh pailit atau lembaga Islam yang mempunyai hutang untuk kegiatan pembangunan atau aktivitas lainnya.

6. Sabilillah. Termasuk dalam kategori sabilillah adalah peruntukkan zakat bagi peribadatan, pendidikan, dakwah, penelitian, penerbitan buku pelajaran, dan majalah ilmiah.

7. Ibnu sabil. Bantuan untuk membiayai perjalanan, beasiswa pelajar dan mahasiswa Islam serta biaya misi ilmiah keagamaan baik dalam maupun luar negeri. (Prihatna, 2005)

Zakat terdiri dari dua macam, yaitu zakat nafs (jiwa), yang disebut juga zakat fitrah dan zakat maal (harta).

1. Zakat fitrah adalah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu laki-laki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kata fitrah merujuk pada keadaan manusia

(39)

pada saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah akan kembali fitrah.

Zakat fitrah dikeluarkan pada bulan Ramadhan, paling lambat sebelum orang-orang menunaikan salat ied. Jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk kategori zakat melainkan sedekah biasa.

2. Zakat maal adalah zakat yang dikenakan terhadap harta. Adapun pengertian harta yang dimaksud (menurut bahasa) adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan, dan menyimpannya. Menurut syar’a, harta adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut lazimnya. Harta (maal) yang wajib dizakati, antara lain :

a. Binatang ternak; b. emas dan perak; c. harta perniagaan; d. hasil pertanian;

e. ma’din (hasil tambang) dan kekayaan laut; f. rikaz (harta temuan).

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Jika zakat ada nishabnya, infaq tidak mengenal nishab. Infaq dikeluarkan oleh orang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, baik di saat lapang maupun sempit (QS: Ali Imran: 134). Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu, maka tidak demikian dengan

(40)

infaq. Infaq dapat diberikan kepada siapa saja, misalnya kepada kedua orang tua dan anak-anak yatim.

Shodaqoh secara bahasa berarti benar. Pengertian shodaqoh sama dengan infaq, perbedaannya adalah bentuk yang diberikannya. Shodaqoh tidak hanya berupa materi yang diberikan tapi bisa juga hal yang bersifat non-materiil, yaitu perbuatan baik kepada orang lain.

Menurut Ali dalam Ismail (2005), pemanfaatan alokasi harta zakat dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

1. Konsumtif tradisional

Zakat dimanfaatkan dan digunakan langsung oleh mustahik untuk pemenuhan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari.

2. Konsumtif kreatif

Zakat yang digunakan dalam bentuk lain dari jenis barang semula, misalnya beasiswa.

3. Produktif tradisional

Zakat dimanfaatkan dalam bentuk barang-barang produksi, seperti mesin jahit, sapi, dan lain-lain.

4. Produktif kreatif

Pendayagunaan zakat diwujudkan dalam bentuk modal, baik untuk membangun suatu proyek sosial maupun proyek ekonomi, seperti memberikan modal kepada pedagang untuk berwirausaha.

(41)

2.1.6 Persepsi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Menurut Robbin (1988), persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi selain juga memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi antar individu terhadap obyek yang sama. Faktor-faktor tersebut, antara lain :

1. Keadaan pribadi orang yang mempersepsi

Adalah faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempersepsikan. Misalnya kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lalu, dan karakteristik lain yang terdapat dalam diri individu. Adanya faktor fungsional yang dapat menyebabkan perbedaan persepsi pada setiap orang terhadap suatu obyek yang sama.

2. Karakteristik target yang dipersepsi

Karena target tidak dilihat sebagai suatu yang terisolasi maka hubungan antar target dan latar belakang serta kedekatan/kemiripan dan hal-hal yang dipersepsi dapat mempengaruhi persepsi seseorang.

3. Konteks terjadinya persesi

Waktu dipersepsinya suatu kejadian juga dapat mempengaruhi persepsi, demikian pula dengan lokasi, cahaya, panas, atau faktor situasional lainnya.

(42)

Mekanisme Pembentukan Persepsi Pengalaman Masa Silam Selectivity Interpretation Persepsi Informasi sampai ke Individu Perilaku Closure 2.1.6.1 Pembentukan Persepsi

Menurut Litterer dalam Fauzi (2004), terdapat tiga mekanisme pembentukan persepsi, yaitu selectivity (selektivitas), closure (pemaknaan), dan

interpretation (interpretasi). Pada awalnya individu akan menanggapi secara

selektif stimuli yang ada sebelum proses pemaknaan. Setelah stimuli diseleksi dan kemudian disusun sedemikian rupa kemudian proses pemberian makna berlangsung, dan akhirnya terjadilah interpretasi-interpretasi tertentu secara menyeluruh tentang stimuli tersebut. Pada fase interpretasi, informasi yang sudah tersusun dan telah memberikan sedikit arti atau makna, mulai diberi penilaian yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Menurut Litterer (Fauzi, 2004)

2.2 Penelitian Terdahulu

Rahmawati (2005) melakukan penelitian mengenai dampak pendistribusian zakat melalui kredit terhadap pendapatan mustahik. Dalam penelitian ini, ditunjukkan faktor-faktor apa saja yang penting dalam peningkatan

(43)

pendapatan mustahik. Penelitian ini dianalisis menggunakan metode regresi eksponensial dan data kualitatif disajikan secara deskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa setelah adanya kredit dari dana zakat, pendapatan mustahik penerima dana kredit meningkat. Berdasarkan hasil analisisnya menunjukkan bahwa laju dari pendapatan per kapita mustahik dipengaruhi secara signifikan oleh jumlah dana pembiayaan dan penambahan jumlah pembinaan yang diterima mustahik. Jumlah tanggungan keluarga mustahik berpengaruh secara signifikan dan berhubungan secara negatif dengan laju pendapatan per kapita mustahik. Terdapat perbedaan pendapatan per kapita mustahik secara signifikan antara mustahik dengan tingkat pendidikan yang berbeda dan juga antar mustahik dengan jangkauan pasar yang berbeda.

Pada penelitian ini, rata-rata jumlah pinjaman tiap tahunnya meningkat, namun terjadi penurunan jumlah mustahik penerima pinjamannya. Hal ini disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :

1. Dengan bertambahnya jumlah dana yang diterima mustahik, maka waktu pengembaliannya pun lebih lama.

2. Ada perubahan sistem pembiayaan qordhul hasan ke bentuk sistem bagi hasil dan sebagian mustahik belum bisa menerima sistem tersebut, alasannya mustahik belum paham dengan sistem bagi hasil dan mustahik enggan dan kesulitan melakukan pencatatan usaha karena dalam menerapkan sistem bagi hasil dibutuhkan pencatatan usaha.

(44)

3. Adanya tenggang waktu, yaitu jeda waktu tertentu sejak mustahik menyelesaikan pengembalian dana, mengajukan pembiayaan, dan pencairan dana.

Fauzi (2004) melakukan penelitian mengenai persepsi dan partisipasi masyarakat sasaran dalam program pengembangan usaha kelompok kecil di Desa Bantar Karet dan Desa Kalongliud, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini menganalisis persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat sasaran program Pengembangan Usaha Kelompok Kecil (PUKK). Dalam penelitian ini juga dianalisis hubungan karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi terhadap manfaat dan partisipasi dalam program PUKK, serta hubungan persepsi masyarakat sasaran terhadap manfaat PUKK dan tingkat partisipasinya dalam program tersebut.

Dalam penelitian ini, persepsi masyarakat terhadap manfaat program PUKK dilihat berdasarkan sepuluh indikator. Berdasarkan skornya, indikator-indikator tersebut dirangking, yang terdiri atas :

1. meningkatkan pendapatan masyarakat; 2. sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

3. dapat dilaksanakan pelatihan kewirausahaan; 4. program PUKK merupakan bentuk pinjaman lunak; 5. mengatasi masalah permodalan usaha kecil di desa;

6. keberadaan konsultan dan pendamping dalam PUKK berguna sebagai transfer pengetahuan dan informasi bagi masyarakat;

(45)

8. secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja;

9. menciptakan hubungan harmonis antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat setempat;

10. membantu dalam pemasaran usaha kecil.

Sementara dalam penelitian ini disebutkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan program PUKK termasuk tinggi. Sementara memasuki tahapan pelaksanaan tingkat partisipasi masyarakat sasaran menjadi rendah. Tingkat pengembalian pinjaman PUKK juga tergolong rendah, yaitu sekitar 10 persen.

Karakteristik individu responden yang berperan dengan persepsinya dalam program PUKK adalah tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Sementara karakteristik umur dan pengalaman berwirausaha responden tidak berperan dengan persepsi terhadap manfaat program PUKK. Partisipasi responden dalam program PUKK dipengaruhi karakteristik internal, yang terdiri dari umur, tingkat pendapatan, pengalaman berwirausaha. Selain itu partisipasi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu penilaian responden tentang peranan tenaga konsultan, peranan pemerintah, dan sarana prasarana yang diberikan dalam pengembangan usaha responden.

Persepsi responden berhubungan nyata dengan tingkat partisipasinya dalam program PUKK. Responden yang memiliki persepsi tinggi cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pula, sebaliknya responden yang termasuk dalam kategori persepsi rendah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang rendah pula.

(46)

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan Modal, Pendampingan, Output, dan Pendapatan

Bantuan yang diberikan oleh MM-DD berupa pinjaman modal dan pendampingan. Modal merupakan salah satu faktor produksi utama, di samping tenaga kerja, yang menentukan tingkat output. Hubungan antara jumlah output (Q) yang dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi modal (K) dan tenaga kerja (L) dalam suatu produksi dapat dilihat dalam fungsi sebagai berikut :

Pendapatan masyarakat diperoleh dengan melihat keuntungan dari penjualan harian tahu ditambahkan dengan pendapatan dari usaha sampingan di luar produksi tahu. Dimana keuntungan merupakan hasil dari total penerimaan (TR) setelah dikurangi dengan biaya-biaya produksi (TC). Secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut :

dimana Q Q P Q R TR = ( )= ( ). dan vK wL TC = + dengan

a. P(Q) merupakan harga setiap output b. w merupakan harga tenaga kerja c. v merupakan harga modal

)

,

(

K

L

f

Q

=

TC

TR

=

π

(47)

d. L merupakan jumlah pemakaian tenaga kerja e. K merupakan jumlah pemakaian modal

f. wL merupakan pengeluaran untuk pemakaian tenaga kerja g. vK merupakan pengeluaran untuk untuk pemakaian modal

Sementara pendampingan yang ada pada program dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas mitra, baik secara individu maupun kelompok dan pembinaan usaha, yang meliputi strategi peningkatan skala usaha, peningkatan mutu dan citra produk, dan juga usaha turunan yang dihasilkan.

Dengan adanya pembinaan usaha, peserta program dapat mengembangkan usaha mereka. Peningkatan skala usaha tidak hanya dilakukan untuk penambahan output pada usaha tahunya saja namun juga dengan menambah usaha sampingan untuk meningkatkan pendapatannya. Pemanfaatan usaha turunan dari tahu diperoleh dengan memanfaatkan ampas kedelai yang sudah digiling. Ampas tersebut bisa dijual langsung kepada peternak untuk menjadi pakan ternak ataupun diproduksi menjadi oncom. Dengan demikian pendapatan yang diperoleh peserta program tidak hanya berasal dari keuntungan usaha tahu (π(Tahu)) tetapi juga diperoleh dari peningkatan skala usaha di luar tahu (π(PL)), sehingga

) ( ) (Tahu π PL π π = + .

Selain itu pembinaan usaha yang dilakukan juga memberikan cara kepada peserta untuk mengurangi biaya produksi (TC) dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibayar (L). Sebagai penggantinya, peserta dianjurkan untuk menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga sendiri, seperti istri, anak,

(48)

atau orang tua. Dengan demikian biaya produksi akan berkurang dari sisi tenaga kerja.

Dalam rangka peningkatan mutu dan citra produk, pendamping mengadakan pembinaan dan penyuluhan produksi makanan secara sehat (Cara Mengolah Makanan yang Baik / CPBM) dan mengajukan sertifikasi produk dari dinas kesehatan dan juga sertifikasi kehalalan dari BP POM MUI.

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Pemberdayaan Masyarakat Pinjaman Modal Pendampingan Proses Crosscultural Innovation Peningkatan Pendapatan Masyarakat Responden (peserta program) Analisis Regresi Linear Crosstabulation Analisis Analisis Deskriptif Integrasi yang terjadi akibat Innovator dan Recipients Behaviour Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan Persepsi Masyarakat

Peserta Program dan yang Mempengaruhinya Implikasi Penelitian dan Rekomendasi Pengentasan Kemiskinan Peningkatan Kapasitas Usaha & Pembinaan

Usaha Peningkatan Total Revenue & Pengurangan Total Cost Karakteristik Responden

(49)

2.3.2 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana mekanisme penyaluran bantuan program dari MM-DD kepada masyarakat terkait dengan adanya proses

crosscultural innovation. Dalam proses ini terjadi sikap-sikap saling

mempengaruhi antara pendamping (innovator behaviour) dan masyarakat penerima bantuan program (recipients behaviour) terkait dengan program yang diberikan, baik itu pengaruh negatif, positif, atau netral. Perilaku-perilaku atau sikap yang dilakukan pendamping antara lain communication (established), role

(image created), demonstration of innovation, participation, traditional culture, environment, timing, flexibility, continuity, dan maintenance. Sementara perilaku

atau sikap yang diberikan masyarakat terhadap bantuan program dilakukan berdasarkan motivasi dalam menerima program dan budaya tradisional yang sudah mengendap dalam diri mereka. Sikap saling mempengaruhi yang terjadi akan menimbulkan suatu integrasi antara masyarakat dan pendamping apakah program dapat diterima atau tidak oleh masyarakat.

Selanjutnya akan dilihat bagaimana persepsi masyarakat, yang merupakan peserta program, terhadap program yang diberikan oleh MM-DD. Persepsi masyarakat terhadap indikator-indikator pencapaian program akan dianalisis secara deskriptif dan akan dilihat faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Tujuan program untuk mengentaskan kemiskinan dapat dilihat melalui terjadi atau tidaknya peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program. Bantuan modal yang diberikan dan pendampingan diadakan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan pembinaan usaha yang selanjutnya akan

(50)

berdampak pada peningkatan total revenue (TR) dan atau penurunan total cost (TC).

Kemudian penambahan modal, pemakaian tenaga kerja, serta faktor-faktor lainnya, seperti pendapatan dari usaha tahu dan di luar usaha tahu, akan dianalisis apakah akan mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat atau tidak. Hal ini terkait dengan bantuan pinjaman modal dan pendampingan yang merupakan bentuk bantuan program yang diberikan. Sehingga akan terlihat keefektifan dana pinjaman dan pembinaan yang diberikan terhadap peningkatan pendapatan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Program yang ada terintegrasi dengan baik di masyarakat.

2. Karakteristik responden diduga berhubungan nyata dengan persepsi responden terhadap indikator-indikator keberhasilan program.

3. Terjadi peningkatan pendapatan peserta program setelah program dilaksanakan.

4. Modal pinjaman, pemakaian tenaga kerja, pendapatan usaha tahu, dan pendapatan usaha lain menjadi faktor yang berpengaruh secara positif terhadap peningkatan pendapatan peserta program.

(51)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampung Iwul, Desa Bojong Sempu, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Daerah tersebut merupakan salah satu desa binaan Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah jarak yang relatif dekat dengan tempat tinggal peneliti. Dekatnya jarak dipilih karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pengrajin tahu yang ada di Kampung Iwul, yang menjadi peserta program. Data primer yang dikumpulkan berupa data mengenai keadaan sosial dan ekonomi pengrajin tahu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 36 pengrajin tahu yang juga merupakan kepala keluarga dari setiap rumah tangganya. Teknik penarikan contoh yang dilakukan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling-purposive (judgement)

sampling. Teknik ini dilakukan karena responden yang diambil adalah responden

yang bergabung bersama program dari awal datangnya program di Kampung Iwul dan responden yang sudah genap satu tahun mengikuti program dengan tujuan untuk melihat pengaruh program terhadap peserta program.

(52)

Sedangkan data sekunder didapatkan dari Masyarakat Mandiri Dompet Dhuafa, Departemen Agama, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi lain yang terkait. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan-laporan evaluasi program dari pendamping, data jumlah penduduk, angka kemiskinan, jumlah mitra, dan jumlah modal yang disalurkan.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan ekonometrika. Analisis deskriptif dilakukan dengan dua bentuk pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dengan sajian data yang ditampilkan dalam bentuk tabel/grafik dan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan fakta-fakta di lapangan hasil wawancara dengan responden. Sementara untuk analisis ekonometrika dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat (peserta program).

3.3.1 Artificial Neural Network System

Turban dan Aronson dalam Effendi (2005) Artificial Neural Network bertujuan untuk dapat menghitung nilai dari suatu output. Sistem ini memberikan nilai 1 untuk jawaban ”yes” dan nilai 0 untuk jawaban “no”. Dalam penelitian ini atribut yang dinilai dengan menggunakan sistem Artificial Neural Network adalah persepsi masyarakat mengenai indikator-indikator keberhasilan program.

(53)

Selanjutnya nilai 1 (yes) akan diberikan pada jawaban ”berhasil” dan nilai 0 (no) akan diberikan pada jawaban ”belum berhasil”.

Dari keseluruhan nilai jawaban responden akan dibuat rata-rata yang kemudian akan diinterpretasikan secara menyeluruh. Nilai rata-rata jawaban antara 0 – 0,54 akan diinterpretasikan sebagai jawaban ”belum berhasil”. Sementara nilai rata-rata jawaban antara 0,55 – 1 akan diinterpretasikan sebagai jawaban ”berhasil”.

Analisis Chi-Kuadrat

Analisis chi-kuadrat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara beberapa populasi dan dapat mengukur ketergantungan antara dua variabel. Rumus chi-kuadrat :

(

)

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − Σ = ij ij ij E E O 2 2 χ

dimana Oij merupakan simbol observasi dari tiap sel sedangkan Eij adalah hasil

ekspektasinya.

Dalam pemakaian rumus chi-kuadrat terdapat beberapa ketentuan, yaitu : a. Nilai Eij tiap sel minimal 10.

b. Untuk derajat bebas lebih dari satu, frekuensi minimum 1 diperkenankan bila frekuensi harapan yang kurang dari lima maksimum 20 persen saja.

c. Penggunaan tabel chi-kuadrat hanya memadai untuk derajat bebas kurang dari 30 dan frekuensi harapan minimum 2.

(54)

e. Baris-baris atau kolom-kolom bersebelahan dalam suatu tabel kontingensi boleh digabungkan guna mendapatkan frekuensi-frekuensi sel harapan yang disyaratkan.

3.3.2 Analisis Regresi Linear

Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan masyarakat :

Y = α0 + α1 M + α2 TK + α3 PL + α4 PT +ε

dimana nilai α1>0, α2>0, α3>0, α4>0

Dengan :

Y = nilai peningkatan pendapatan mustahik, yaitu besar pendapatan mustahik setelah mendapatkan bantuan dikurangi dengan besar pendapatan sebelum mendapatkan bantuan (dalam satuan rupiah)

M = modal pinjaman dari MM-DD (rupiah) TK = pemakaian tenaga kerja (rupiah)

PL = pendapatan harian lain-lain di luar usaha tahu (rupiah) PT = pendapatan harian dari usaha tahu (rupiah)

α0 = konstanta

α1, α2, α3, α4 = koefisien masing-masing variabel

Uji R2

Penjelasan persentase variasi total peubah tidak bebas yang disebabkan oleh peubah bebas digunakan dengan pengujian R2. Uji ini dilakukan untuk

(55)

mengukur sejauh mana besar keragaman yang dapat diterapkan oleh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Uji t-statistik

Uji t ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari suatu variabel independen secara individu atau masing-masing berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas.

Hipotesis : H0 : bi = 0 i = 1, 2, 3, .... k H1 : bi ≠ 0 H1 : bi ≠ 0 ) (b S b thitung = i ) ( 2 / n k tabel t t = α dimana :

S(b) = simpangan baku koefisien dugaan Kriteria uji :

t-hitung > t α / 2(n-k) , maka tolak H0

t-hitung < t α / 2(n-k) , maka terima H0

Jika H0 ditolak berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebas (output) dalam model dan sebaliknya jika H0 diterima maka variabel

(56)

Uji F-Statistik

Uji F ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh peubah bebas terhadap peubah tidak bebas secara keseluruhan.

Hipotesis : H0 : β1 = β2 = β3

H1 : minimal terdapat satu βi ≠ 0, i = 1, 2, ...., n.

k n R k R Fhitung − − − = / ) 1 ( 1 / 2 2 ) , 1 (k n k tabel F F = α Kriteria uji :

F-hitung > Fα (k-1, n-k) , maka tolak H0

F-hitung < Fα (k-1, n-k) , maka terima H0

Dimana :

R : Koefisien determinasi n : Banyaknya data

k : Jumlah koefisien regresi dugaan

Jika H0 ditolak berarti minimal ada satu variabel yang berpengaruh nyata

terhadap total besar output, dan sebaliknya jika H0 diterima maka tidak ada satu

pun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap output.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear di antara beberapa atau semua variabel bebas

(57)

dari model regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi, diantaranya :

1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh namun kesalahan standarnya mungkin akan cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara pengingkatan variabel.

2. Standar error dari parameter diduga sangat besar sehingga selang keyakinan untuk parameter yang relevan cenderung lebih besar.

3. Jika multikolinearitasnya tinggi kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi besar.

4. Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif bila ada perubahan data.

5. Tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan.

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat korelasi antar peubah bebasnya (X). Multikolinearitas dapat dilihat dengan nilai VIF (variance inflation

factor). Jika nilai VIF yang lebih besar dari 10, maka diindikasikan adanya

multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat juga dideteksi melalui uji

correaltion matrix. Jika korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi

kurang dari 0,8 (rule of thumbs) maka dapat disimpulkan bahwa dalam persamaan regresi tidak terjadi gejala multikolinearitas, dan sebaliknya jika korelasi antar variabel bebas dalam persamaan regresi lebih dari 0,8 maka disimpulkan dalam persamaan regresi terjadi gejala multikolinearitas.

Gambar

Gambar 1. Lingkaran Penyebab Kemiskinan
Gambar 2. Proses Pembentukan Persepsi Menurut Litterer (Fauzi, 2004)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Peta Desa Bojong Sempu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini yang sedang dirintis dan dikerjakan oleh JOGJA DIGITAL VALLEY (JDV) sebagai pusat pengembangan system informasi yang berada di Yogyakarta untuk

pasarnya telah dikuasai oleh sensualitas otak, perempuan yang ditampilkan disini selalu menggunakan perempuan yang cantik dan seksi sehingga dalam dunia tesebut

Volume air yang harus ditampung didapatkan dari hasil debit banjir kala ulang 50 tahun pada kondisi eksisting (Q 0 ) dibandingkan dengan kondisi setelah adanya pengembangan

Ragam hias bangunan candi dalam bentuk relief yang dipahatkan pada bagian bidang datar yang terdapat di dinding luar candi, baik pada bagian kaki, tubuh, atap

Motivasi yang berasal dari kata motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan- kegiatan tertentu guna mencapai suatu

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang

98 40 Klik button Rute Pendakian (jalur Swanting) - Aplikasi akan menampilan deskripsi Rute Pendakian ke puncak Gunung Merbabu Aplikasi berhasil menampilkan

Kota Bandung merupakan kota yang terkenal akan wisata kulinernya termasuk kuliner bakso, pecinta bakso khususnya di tanah air mengalami meningkatan dari tahun ke