• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Penyerapan Karbondioksida dengan Kultur Fitoplankton pada Fotobioreaktor* Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknologi Penyerapan Karbondioksida dengan Kultur Fitoplankton pada Fotobioreaktor* Abstract"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Teknologi Penyerapan Karbondioksida dengan Kultur Fitoplankton pada Fotobioreaktor*

A. Setiawan.1 , Kardono1, R.A. Darmawan1, A.D. Santoso1, A.H. Stani1, Prasetyadi1,

L. Panggabean2, D. Radini2, S. Sapulete2

1 Pusat Teknologi Lingkungan – BPPT

BPPT Gedung Lt. 19 Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta

2 Pusat Penelitian Oseanologi – LIPI

Jl. Pasir Putih 1 Ancol, Jakarta

Abstract

Global warming has become an increasingly important issue around the world today due to the rise of anthropogenic greenhouse gases emission, which gives several negative impacts on human life. Although Indonesia is not included in the world's biggest contributors to greenhouse gas emissions, it will be affected by the global warming such as decreased in rainy days, increase in rain intensity occurring in a short period but more frequently. It will cause the decrease of surface land carrying capacity and increases the potential of run-off. Finally, it will result in flood and dry catastrophe in some areas.

So far, an international regulation for global warming mitigation has been arranged through the Kyoto Protocol in order to reduce the emission of anthropogenic greenhouse gases from developed countries. Indonesia, as a developing country which is not included in the list of countries who should reduce the greenhouse gases emission, it can give contributions through Clean Development Mechanism (CDM) as a host country for greenhouse gases reduction projects. Indonesia has ratified this protocol via UU No.17 year 2004. Therefore, it is very important for Indonesia to assess the potential of natural resources as well as industrial activities as sink or source for greenhouse gases.

Technological capability of Indonesia to adapt, mitigate, and control the impact of global warming needs further assessment, particularly through monitoring, modeling, and technology for greenhouse gas sink activation. Nowadays, research and development of sink activation technology, especially for carbon dioxide, has been started in developed countries. There are some techniques have been studied and assessed i.e. physical mechanism by injected CO2 to the geological formations below the sea floor,

chemical mechanism with artificial tree technology and biological mechanism by increasing the primary production through iron enrichment in high nutrient-low chlorophyll (HNLC) waters as well as mixing of water column below the sea surface. Those technologies, which are well known as Carbon Capture Storage (CCS) technology, are expected to be applied to reduce the concentration of anthropogenic CO2 in the

atmosphere and to minimize the global warming.

Over the next three years, the Center of Environmental Technology, Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) will carry out a research concerning CO2 reduction by a phytoplankton

culture in a photobioreactor. The main objective of this research is to assess the CO2 uptake capability of

tropical phytoplankton. The first step of this study is to assembly a photobioreactor that is equipped with sensors for CO2 measurement. The next step of this study will be preparation of media and pure

phytoplankton culture. Experimental set up will be started by injecting a certain concentration of CO2 to

the photobioreactor. Finally, biomass, CO2 concentration (inlet and outlet from the photobioreactor) and

several environmental parameters will be measured and analyzed. At the end of this study, an optimal photobioreactor hopefully can be assembled and installed in the outlet of the exhaust gas in an industrial activity.

Keywords: global warming, greenhouse gas, carbon dioxide, photobioreactor, phytoplankton

∗ Disajikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan V Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dengan tema “Kontribusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan dalam Memenuhi Kebutuhan Energi Terbaharukan, Pangan dan Obat-obatan di Indonesia”, ITB, 11 November 2008.

(2)

I. Pendahuluan

Saat ini, pemanasan global telah menjadi isu global yang semakin penting di dunia dan diketahui telah menyebabkan beberapa dampak negatif bagi kehidupan manusia. Salah satu indikator yang digunakan dalam menganalisis isu pemanasan global adalah bertambahnya gas rumah kaca, terutama gas CO2, secara cepat akibat kegiatan manusia.

Sejauh ini, berbagai upaya telah mulai dilakukan oleh manusia untuk mengurangi dampak pemanasan global, seperti program penanaman kembali (reboisasi), penghematan energi, penggunaan energi baru dan terbarukan, dan pemanfaatan berbagai teknologi

carbon capture and storage (CCS).

Selain potensinya yang besar sebagai sumber bahan baku bagi energi baru dan terbarukan, mikroalga (fitoplankton) juga dapat berperan dalam menurunkan emisi gas CO2 di atmosfer. Mikroalga sebagai tumbuhan mikroskopis bersel tunggal yang hidup di

lingkungan yang mengandung air, tumbuh dan berkembang dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi dan nutrien anorganik sederhana seperti CO2, komponen

nitrogen terlarut dan fosfat.

Kemampuan fitoplankton untuk berfotosintesis, seperti tumbuhan darat lainnya, dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk menyerap CO2. Diketahui bahwa reaksi

fotosintesis adalah sebagai berikut:

2 6 12 6 2 2 6 H O C H O 6 O CO 6   

Berdasarkan persamaan reaksi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah CO2

yang dipakai oleh fitoplankton untuk fotosintesis adalah sebanding dengan jumlah materi organik C6H12O6 yang dihasilkan.

Alasan utama pemilihan fitoplankton sebagai biota yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengurangi emisi CO2 adalah karena meskipun jumlah biomasa

fitoplankton hanya 0,05% biomassa tumbuhan darat namun jumlah karbon yang dapat digunakan dalam proses fotosintesis sama dengan jumlah C yang difiksasi oleh tumbuhan darat (~50-100 PgC/th) (Bishop & Davis, 2000). Selain itu, sistem alga diketahui mampu menghilangkan CO2 (dan NOx) dari cerobong asap dimana untuk keperluan itu

(3)

diperlukan teknologi pembudidaya alga berupa fotobioreaktor. Dengan teknologi fotobioreaktor ini, tingkat produktivitas alga dapat ditingkatkan menjadi 2 hingga 5 kali lebih tinggi dari kondisi normalnya. Gas CO2 yang keluar dari cerobong asap selanjutnya

dapat langsung disambungkan ke fotobioreaktor dan dimanfaatkan oleh alga untuk pertumbuhannya melalui mekanisme fotosintesis.

Dalam kegiatan penelitian ini, jenis fitoplankton yang dibudidayakan dipilih berdasarkan pada kelimpahannya di perairan Indonesia dan kecepatan tumbuhnya. Berdasarkan pada kedua kriteria ini maka dipilihlah Chaetoceros gracilis sebagai species yang diuji coba.

II. Metodologi

2.1. Media Kultur

Media yang digunakan pada kegiatan ini adalah air laut alami Teluk Jakarta yang diperkaya dengan stok f2. Media air laut ini diatur salinitasnya sekitar 27-28 psu kemudian disterilkan secara kimia dengan penambahan Chlorine.

2.2. Operasional Fotobioreaktor

Pada kegiatan ini, CO2 dengan konsentrasi sekitar 12% diinjeksikan ke dalam

fotobioreaktor skala batch untuk diketahui kecepatan penyerapannya selamat satu siklus hidup fitoplankton (sekitar 14 hari). Dua fotobioreaktor, masing-masing berkapasitas 50 liter diisi dengan 40 liter media kultur dan selama percobaan media diambil untuk keperluan analisis sebanyak 4 liter. Gas CO2 dialirkan ke dalam reaktor dengan sistem

tertutup dari dasar reaktor dengan menggunakan air distributor berpori halus. Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan tes kebocoran gas pada seluruh komponen fotobioreaktor.

Konsentrasi gas CO2 di dalam gas holder dan yang terlarut di dalam media kultur diukur

secara kontinu selama percobaan berlangsung dengan menggunakan CO2 gas analyzer

dan dissolved CO2 analyzer. Sumber cahaya untuk penyinaran digunakan daylight lamp

dengan intensitas penyinaran antara 1500 dan 2000 luks selama 12 jam dari pukul 06.00 hingga 18.00. Skema fotobioreaktor diperlihatkan pada Gambar 1.

(4)

Gambar 1. Skema fotobioreaktor

2.4. Pengukuran Konsentrasi Gas CO2 dan CO2 terlarut

Konsentrasi gas CO2 dalam rangkaian sistem fotobioreaktor diukur sebanyak 3 kali

sehari, yaitu pukul 09.00, 14.00 dan 19.00, dengan menggunakan Portable Combination

Gas Detector RIKEN Model RX-515. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui

perubahan konsentrasi gas CO2 di dalam gas holder terhadap waktu Sedangkan

konsentrasi CO2 yang terlarut di dalam media kultur diukur sehari sekali pada pukul

(5)

mengetahui besarnya kelarutan CO2 di dalam media kultur. Dari pengukuran ini

diharapkan dapat diketahui kemampuan fotobioreaktor dalam mereduksi gas CO2.

III. Hasil dan Pembahasan

3.1.Kepadatan dan Populasi Fitoplankton

Pada percobaan pertama, fitoplankton dengan kepadatan 10.000 sel/ml dimasukkan ke dalam media kultur. Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh bahwa pertumbuhan fitoplankton mencapai puncaknya di hari ke-9, dengan kepadatan sekitar 2.400.000 sel/ml.

Gambar 2. Pertumbuhan fitoplankton percobaan I dengan kepadatan awal 10.000 sel/ml

Dari hari pertama hingga ke-7 percobaan, kepadatan fitoplankton masih di bawah 500.000 sel/ml (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa selama selang waktu tersebut fitoplankton masih mencoba untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang memiliki konsentrasi CO2 terlarut yang relatif besar, yaitu >50 ppm, yang mengakibatkan turunnya

pH media kultur hingga lebih kecil dari 7. Besarnya konsentrasi CO2 terlarut dalam

15 sept.2008 17 sept. 2008 19 sept. 2008 21 sept. 2008 23 sept. 2008 25 sept. 2008 27 sept. 2008 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000

Kelimpahan Fitoplankton pada Fotobioreaktor Eksperimen 1 (15/9/08 - 28/9/08) Reaktor 1 Reaktor 2 waktu ju m la h ( s e l/ m l)

(6)

media kultur terjadi karena sejak dari awal percobaan, konsentrasi CO2 yang dialirkan

melalui gas holder adalah 10%, sehingga pH di dalam media kultur menjadi lebih rendah daripada saat inokulasi yang berada pada kisaran 8.

Namun demikian, dari hasil percobaan ini dapat ditunjukkan bahwa fitoplankton memiliki kemampuan yang cukup baik dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang baru, meskipun diperlukan waktu yang relatif lama dan berdampak pada rendahnya laju pertumbuhan.

3.2. Penyerapan Gas CO2 oleh Fitoplakton

Salah satu tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui kemampuan fotobioreaktor dalam menyerap gas CO2 yang diberikan melalui proses fotosintesis. Dari hasil percobaan

pertama yang dilakukan, didapatkan bahwa konsentrasi awal gas CO2 sebesar 10%

berkurang menjadi di bawah 5% setelah hari ke-5, dan pada hari ke-10 telah berada di bawah 3% (Gambar 3a).

(a) (b)

Gambar 3 Konsentrasi gas (a) CO2 dan (b) O2 di dalam gas holder

Sebelumnya konsentrasi awal 10% ini berkurang menjadi sekitar 6% karena sebagian terlarut di dalam media kultur. Sementara itu, gas O2 yang pada awal percobaan

konsentrasinya 0% meningkat menjadi 6,5% pada fotobioreaktor 1, dan bahkan menjadi 18,5% pada fotobioreaktor 2, di hari ke-10 (Gambar 3b). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum percobaan awal dari fotobioreaktor ini telah memberikan hasil yang positif.

15 sept.2008 17 sept. 2008 19 sept. 2008 21 sept. 2008 23 sept. 2008 25 sept. 2008 26 sept. 2008 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Konsentrasi CO2 pada Fotobioreaktor Eksperimen-1

Reaktor 1 Reaktor 2 waktu C O 2 ( % ) w aktu 16 sept. 2008 18 sept. 2008 20 sept. 2008 22 s ept. 2008 24 sept. 2008 27 sept. 2008 28 s ept. 2008 0 5 10 15 20 25

Konsentrasi O2 pada Fotobioreaktor Eksperimen-1 Reaktor 1 Reaktor 2 waktu ko n se n tr a si O 2 ( p p m )

(7)

IV. Kesimpulan dan Saran

Percobaan pertama fotobioreaktor telah memberikan hasil dan indikasi yang positif akan kemampuan fitoplankton dalam mereduksi kandungan CO2 yang diinjeksikan ke dalam

fotobioreaktor. Fitoplankton jenis Chaetoceros gracilis ini terbukti mampu beradaptasi dengan pH yang lebih rendah dari kondisi inokulasinya. Namun demikian karena percobaan ini masih dalam tahap awal, maka percobaan-percobaan selanjutnya serta penyempurnaan-penyempurnaan masih perlu dilakukan agar dapat dihasilkan data yang lebih baik sehingga tujuan dari studi ini dapat dicapai.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini didanai DIPA Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT dan merupakan bagian (work package) dari kegiatan Global Warming BPPT Tahun Anggaran 2008. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Balai Teknologi Lingkungan BPPT serta P2O-LIPI atas bantuan berbagai fasilitas dan sarana laboratorium selama penelitian berlangsung.

Daftar Pustaka

Bishop, J.K.B. and R.E. Davis. 2000. Autonomous Observing Strategies for the Ocean Carbon Cycle. Lawrence Berkeley National Laboratory. Paper LBNL-46860. http://repositories.cdlib.org/lbnl/LBNL-46860

Gambar

Gambar 1. Skema fotobioreaktor
Gambar 2. Pertumbuhan fitoplankton percobaan I dengan kepadatan awal 10.000 sel/ml
Gambar 3 Konsentrasi gas (a) CO 2  dan (b) O 2  di dalam gas holder

Referensi

Dokumen terkait

Selain mendekatkan kantor pemerintah kecamatan tujuan dari pemekaran kecamatan adalah untuk lebih memberikan pelayanan kepada masyarakat secara cepat, efektif, dan

Adapun saran adalah suatu bagian dalam laporan yang pen- cantumannya bergantung pada penulis. Jika penulis merasa per lu memberikan saran sehubungan dengan masalah yang diha-

Matakuliah ini membahas tentang pengetahuan sejarah, alat dan fasilitas pertandingan, mempelajari teknik dasar pertandingan pencak silat yang terdiri dari kemampuan

Data pengamatan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 dapat dideskripsikan variabel kualitas volume resistivity dalam produksi DOP, berdasarkan hasil analisis statistika

Seorang mukmin mengetahui bahwa jika ia tidak ikut mengatur bersama Alloh, Alloh akan mengaturnya dengan baik, sebagaimana firman Alloh : “ Siapa yang bertawakkal kepada

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan sehat, dengan demikian sampah harus

Penelitian ini berjudulSistem Informasi Penjualan BarangPada PT. Kalbe Farma Tbk. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari sistem yang sedang berjalan khususnya sistem

Pengolahan kayu Gmelil1a arborea Roxb dengan penggunaan natrium sulfit (Na2S03) dengan proses kimia panas l11ekanis (CTMP) pada penelitian ini menghasilkan pulp