• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelyaanan kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelyaanan kesehatan"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2011-2015 adalah ”Kepulauan Anambas Sehat”, sedangkan untuk mencapai visi tersebut diperlukan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas. Visi tersebut dapat dicapai melalui upaya-upaya yang terangkum dalam misi sebagai berikut :

1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan guna menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

2) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang proaktif dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan dalam rangka upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. 3) Meningkatkan kualitas maupun kuantitas sumberdaya kesehatan guna mendukung upaya

peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat secara cepat, tepat, nyaman dan terjangkau dengan dilandasi etika profesi.

4) Meningkatkan manajemen kesehatan secara professional secara efektif dan efisien.

Dalam mengimplementasikan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas tersebut, sangat dibutuhkan adanya data dan informasi yang merupakan salah satu cara untuk menggambarkan keberhasilan program kesehatan yang telah dilakukan dalam satu tahun terakhir serta untuk membandingkan tingkat derajat kesehatan di masyarakat khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas dari tahun ke tahun.

Menurut WHO, dalam Sistem Kesehatan selalu harus ada Subsistem Informasi yang mendukung subsistem lainnya. Sistem Informasi Kesehatan tersebut tidak mungkin berkeja sendiri melainkan harus bersama subsistem lain. Di dalam SKN 2009 terdapat Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan, yang menaungi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan.

Salah satu keluaran dari penyelenggaraan sistem informasi kesehatan adalah Profil Kesehatan, yang merupakan suatu paket penyajian data/informasi kesehatan yang lengkap. Profil Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas memuat berbagai data tentang kesehatan, yang meliputi derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan sumber daya kesehatan. Profil kesehatan juga menyajikan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan dan data lingkungan. Keseluruhan data yang ada merupakan gambaran tingkat pencapaian penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan yang diukur melalui Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja SPM bidang Kesehatan. Tujuan utama diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2014 ini adalah agar diperoleh gambaran keadaan kesehatan di Kabupaten Kepulauan Anambas, khususnya untuk tahun 2014 dalam bentuk narasi, tabel dan gambar. Profil Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun 2014 ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu:

Bab I – Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas serta sistematika penulisannya.

Bab II – Gambaran Umum Kabupaten Kepulauan Anambas. Bab ini menyajikan informasi meliputi letak geografis, administratif serta faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya seperti kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.

Bab III – Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang infikator mengenai angka kematian, angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.

Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menyajikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan

(2)

yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan serta upaya pelyaanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Bab V – Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab VI – Kesimpulan dan Saran. Bab ini menggambarkan secara umum tentang hal-hal yang berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI), pencapaian pembangunan kesehatan, kinerja pembangunan kesehatan, serta saran berupa rekomendasi dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada.

(3)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Kabupaten Kepulauan Anambas secara georgrafis berada antara 2O10’0” LU s/d 105O15’0” – 106O45’0” BT (Sumber: UU No 33 Tahun 2008) dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Vietnam, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bintan, sebelah barat berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Malaysia, serta sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Natuna. Jumlah seluruh pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas sebanyak 238 pulau dimana 26 diantaranya berpenghuni dan 212 pulau tidak berpenghuni. Selain itu, Kabupaten Kepulaun Anambas memiliki 5 pulau terluar dengan total luas wilayah sebesar 634,37 km2.

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan kesehatan lingkungan dan keadaan perilaku penduduk.

A. KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Anambas, jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah 46.517 jiwa (data per Januari 2014) yang terdiri dari 24.169 jiwa laki-laki dan 22.348 perempuan dengan rasio jenis kelamin 108,15 dalam arti terdapat 108 laki-laki diantara 100 perempuan. Rincian menurut kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

GAMBAR XX

KEPADATAN PENDUDUK MENURUT WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Sumber: Proporsi Kepadatan Penduduk Menurut Wilayah Kecamatan

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Anambas, 2014

Pada gambar kepadatan penduduk diatas, terlihat bahwa penduduk paling banyak berada di Kecamatan Siantan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Kepulauan Anambas

(4)

18.028 21.551 21.214 21.370 22.348 19.465 23.452 23.074 23.334 24.169 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 2010 2011 2012 2013 2014 Perempuan Laki-Laki yaitu dengan kepadatan penduduk sebesar 289,4 penduduk per km2. Kecamatan Jemaja Timur dan Kecamatan Siantan Selatan memiliki kepadatan penduduk yang kecil dimana Kecamatan Jemaja Timur memiliki kepadatan penduduk sebesar 25,71 penduduk per km2 dan Kecamatan Siantan Selatan sebesar 29,26 penduduk per km2. Hal ini juga berpengaruh terhadap luas wilayah dimana Kecamatan Jemaja Timur memiliki luas wilayah daratan terbesar yaitu seluas 154,2 km2, sementara Kecamatan Siantan Tengah memiliki luas wilayah terkecil yaitu sebesar 22,1 km2 namun memiliki kepadatan penduduk terbesar kedua setelah Kecamatan Siantan yaitu sebesar 112,4 penduduk per km2.

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 terus meningkat. Jika dilihat berdasarkan proporsi menurut jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin laki-laki sejak tahun 2010 lebih banyak dibanding dengan penduduk berjenis kelamin perempuan. Pertumbuhan jumlah penduduk diantara keduanya sampai dengan tahun berikutnya juga terlihat setara. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas dan tersebarnya penduduk yang tidak merata antar kecamatan, hal ini akan berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah khususnya bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat.

GAMBAR XX

TREN JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Sumber: Subbag Penyusunan Program

Dinas Kesehatan Kabupaten Keulauan Anambas, 2014

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida sebelah kiri menunjukkan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan badan piramida sebelah kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Informasi yang didapat dari piramida penduduk tersebut merupakan gambaran tentang kondisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia muda, dewasa dan tua dimana informasi tersebut akan menjadi dasar bagi kebijakan kependudukn, sosial, budaya, dan ekonomi.

Piramida penduduk dibawah ini menggambarkan keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2014. Berdasarkan proporsi menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki 108 lebih banyak berbanding dengan 100 penduduk perempuan. Penduduk terbanyak menurut kelompok umur berada panda rentang usia 5-9 tahun dan usia 25-34 tahun dimana jumlah penduduk semakin diatas 35 tahun semakin berkurang. Usia bayi 0-4 tahun masih berjumlah lebih rendah dibandingkan dengan usia 5-9 tahun, begitu pula pada usia sekolah produktif (usia 10-24 tahun).

(5)

GAMBAR XX

PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Sumber: Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Kep. Anambas, 2014

Indikator lain yang berhubungan dengan jumlah penduduk adalah Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 15-64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban anggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur non produktif dengan kata lain semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk nonproduktif yang ditanggung oleh penduduk umur produktif. Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Kepulauan Anambas menunjukkan angka 48 per 100 penduduk yang berarti 100 orang yang masih produktif akan menanggung 48 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Jika ditelaah menurut jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggunan perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu 51% untuk perempuan dan 46% untuk laki-laki.

TABEL XX

JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN

MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN TIDAK PRODUKTIF KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Umur Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki +

0-14 6.738 6.539 13.277

15-64 16.578 14.841 31.419

65 tahun ke atas 853 968 1.821

Jumlah 24.169 22.348 46.517

Angka Beban Tanggungan 45,8 50,6 48,1

Sasaran program kesehatan menyangkut siklus kehidupan, sangat bervariasi, kompleks, berkesinambungan dan dikerjakan dalam satu kurun waktu. Pelayanan yang diberikan mencakup seseorang sejak masih menjadi janin didalam kandungan ibu hamil, lahir menjadi bayi, berkembang menjadi balita, memasuki masa prasekolah, tumbuh dewasa dan bereproduksi untuk memperoleh keterurunan sampai menjadi tua hingga hidup berkomunitas.

3.000 2.000 1.000 0 1.000 2.000 3.000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 7475+ Perempuan Laki-Laki

(6)

TABEL XX

ESTIMASI SASARAN PROGRAM KESEHATAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

No Sasaran Program Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Bayi 0-12 Bulan 556 514 1.070

2 Anak Balita 12-59 Bulan 2.586 2.391 4.977

3 Balita 0-59 Bulan 3.142 2.905 6.047

4 Pra Sekolah 5-6 Tahun 3.819 3.531 7.350

5 Usia Sekolah 7-19 Tahun 5.075 4.693 9.768

6 Remaja 10-19 Tahun 3.384 3.129 6.513

7 WUS 15-49 Tahun 12.606 12.606

8 Lansia <60 Tahun 1.813 1.676 3.489

9 Lansia >75 Tahun 7.976 7.375 15.351

10 Ibu Hamil 1,1 x Lahir Hidup 1.177 1.177

11 Ibu Bersalin 1,05 x Lahir Hidup 1.123 1.123

12 Ibu Nifas 1,05 x Lahir Hidup 1.123 1.123

Sumber: Sasaran Program Kesehatan

Sub. Bagian Penyusunan Program Dinas Kesehatan, 2014 B. KEADAAN PENDIDIKAN

Peran penting pendidikan terhadap keberhasilan program kesehatan berkaitan sangat erat dimana penyerapan informasi yang disampaikan kepada masyarakat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan yang diperoleh, terlebih teknologi yang semakin berkembang pada saat sekarang ini tentunya akan sangat memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi terutama di bidang kesehatan. Beberapa upaya pemerintah yang telah berjalan adalah program wajib belajar 9 tahun dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

GAMBAR XX

PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN MENURUT JENIS KELAMIN

Sumber: Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi Badan Pusat Statustik Kabupaten Kepulauan Anambas, 2014

0,01 6,48 9,53 6,23 10,03 32,76 28,45 0,38 4,37 6,76 11,71 11,13 23,55 28,52 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 DIPLOMA I/II DIII/IV/S1/S2/S3 SLTP/MTs/Sederajat Tidak/Belum Pernah Sekolah SMU/SMK/MA/Sederajat SD/MI/ Sederajat Tidak/Belum Tamat SD % Laki-Laki Perempuan

(7)

Berdasarkan grafik tersebut diatas, diketahui bahwa persentase penduduk usia lebih dari 10 tahun yang belum tamat SD berada pada proporsi yang paling dominan yaitu sebesar 28,48% dimana penduduk laki-laki sebesar 28,45% dan penduduk perempuan sebesar 28,52%. Penduduk yang telah menamatkan pendidikan Diploma I/II memiliki persentase lebih kecil yaitu sebesar 0,19% (laki-laki 0,01% dan perempuan 0,38%) dibandingkan dengan pendidikan DIII/DIV/S1/S2/S3 yaitu sebesar 5,47% (laki-laki 6,48% dan perempuan 4,37%).

C. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Kerjasama lintas sektor dalam menangani kesehatan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Anambas sangat diperlukan. Perlunya sarana dan prasarana serta pembinaan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemerintah dalam mencapai salah satu indikator Millenium Development Goals

(MDG’s) indikator ke 7 yaitu menjamin kelestarian lingkungan.

1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum Berkualitas

Dalam penyediaan sarana air bersih yang berkualitas, Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki 1.209 sarana perpipaan dan 5.254 sarana bukan perpipaan yang terdiri dari sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindung dan penampungan air hujan. Mayoritas penduduk dalam mendapatkan akses air minum berkualitas lebih banyak menggunakan sumber air bukan perpipaan yaitu mata air terlindung dengan jumlah penduduk pengguna sebesar 23.688 penduduk dari 5.171 sarana mata air terlindung yang tersedia, yang berarti rata-rata satu mata air terlindung digunakan oleh empat penduduk. Persentase ketersediaan sarana air bersih dan air minum yang digunakan oleh penduduk antara bukan jaringan perpipaan dan jaringan perpipaan sebesar 81,3% atau berjumlah 5.254 sarana untuk bukan jaringan perpipaan dan 18,7% atau berjumlah 1.209 sarana untuk jaringan perpipaan. Persentase ketersediaan sarana air dari yang ada tersebut diantaranya 49,2% atau berjumlah 2.584 sarana air bersih bukan jaringan perpipaan dan 100% atau 1.209 sarana air bersih yang bersumber dari jaringan perpipaan dinyatakan memenuhi syarat, dengan total persentase dari ketersediaan sarana air bersih yang memenuhi syarat sebesar 58,7% atau berjumlah 3.793 sarana.

Sehubungan dengan penduduk yang menggunakan seluruh sarana air bersih yang tersedia tersebut, rata-rata pengguna untuk setiap sarana terdapat 5 penduduk dimana 55,2% atau 19.498 penduduk diantaranya menggunakan sarana air bersih dan air minum yang memenuhi syarat dan 44,8% atau 15.809 penduduk lainnya menggunakan sarana air bersih dan air minum yang belum memenuhi syarat. Hal ini sangat berdampak langsung kepada masyarakat, dimana beberapa penyakit dapat ditimbulkan dari air yang sehari-hari digunakan.

GAMBAR XX

PERSENTASE KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM MEMENUHI SYARAT

Sumber: Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi

Sanitasi sangat erat berhubungan dengan manusia yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dua elemen penting yaitu air bersih dan sanitasi menjadi salah satu tolok ukur dari masyarakat yang sehat. Kotoran manusia harus keluar dari tubuh karena mengandung zat-zat yang tidak dipakai lagi, namun akan berdampak buruk bagi masyarakat yang tidak mengelola kotorannya tersebut karena akan berkontaminasi terhadap lingkungan. Pembuangan tinja sesuai Millenium Development Goals (MDG’s) adalah penggunaan jamban sendiri/bersama dengan jenis kloset leher angsa/latrine dan pembuangan akhir tinjanya adalah tangki septik atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Di Kabupaten Kepulauan Anambas, persentase sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat sebesar 59,81% dimana jenis sarana sanitasi dasar yang paling banyak digunakan adalah

(8)

leher angsa yaitu sebesar 39,7% dari seluruh sarana sanitas dasar yang ada, cemplung sebesar 17,5%, plengsengan sebesar 2,4%, dan komunal sebesar 0,1%. Jumlah penduduk pengguna sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat sebanyak 20.137 jiwa atau sebesar 43,3% dari jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas diantaranya pengguna leher angsa sebesar 28,07%, cemplung sebesar 12,72%, plengsengan sebesar 1,58%, dan komunal sebesar 0,93%. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sanitasi dasar terhadap status kesehatan khususnya untuk lingkungan di sekitarnya.

GAMBAR XX

PERSENTASE SARANA DAN AKSES TERHADAP SANITASI Sumber: Penduduk Dengan Sanitasi Memenuhi Syarat

Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014 D. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan) minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. Dalam pelaksanaan STBM, mencakup lima (5) pilar yaitu:

a. Stop buang air besar sembarangan, b. Cuci tangan pakai sabun,

c. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, d. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Kabupaten Kepulauan Anambas yang memiliki karakteristik daerah perairan, menghadapi tantangan akan pola perilaku masyarakat dalam hal pembuangan, dimana tempat akhir pembuangan yang paling mudah adalah dilaut. Pemicuan STBM di tingkat desa dan dusun terus dilaksanakan sejak 3 tahun terakhir yang dimotori oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan serta menitikberatkan pada lintas sektor yaitu camat, lurah, sampai kepala desa dan kepala dusun. Pada tahun 2014, desa yang telah melaksanakan STBM berjumlah 12 desa (22,2%) , sedangkan Desa STOP BABS berjumlah 0 desa (0%) dan Desa STBM berjumlah 0 desa (0%). Meningkatkan pengetahuan masyarakat yang diharapkan dapat merubah perilaku agar menjadi lebih baik menjadi tantangan tersendiri khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas dimana dalam hal pelaksanaan STBM itu sendiri tidak hanya melibatkan lintas sektor di kecamatan dan kelurahan, namun perlunya melibatkan dinas terkait.

2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya kesehatan promotif melalui pencanagan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) menjadi fokus prioritas dari Bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pembinaan PHBS di rumah tangga yang melibatkan kader kesehatan di lapangan, guru UKS di sekolah serta media-media promosi kesehatan khususnya PHBS terus dilakukan sepanjang tahun 2014. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, antara lain:

a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, b. Memberi bayi ASI Ekslusif,

c. Menimbang balita setiap bulan, d. Menggunakan air bersih,

e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, f. Menggunakan jamban sehat,

g. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, h. Makan sayur dan buah setiap hari,

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, j. Tidak merokok didalam rumah.

(9)

Tahun 2014, persentase rumah tangga ber-PHBS tertinggi di Kecamatan Jemaja Timur yaitu sebesar 22,7%, dan terendah terdapat di Kecamatan Siantan Tengah yaitu sebesar 3,2%. Rendahnya cakupan PHBS di Kabupaten Kepulauan Anambas menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban sehat, serta perilaku merokok yang masih banyak ditemukan dalam keluarga khususnya yang memiliki bayi/balita dirumah.

GAMBAR XX

PROPORSI RUMAH TANGGA BER PHBS

Sumber: Rumah Tangga Ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bidang Promosi Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan, 2014 3. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota.

Pada tahun 2014, Kabupaten Kepulauan Anambas sudah menyelenggarakan program KKS khususnya di seluruh fasilitas kesehatan namun untuk melaksanakan program KKS di fasilitas pelayanan publik sedang dalam proses penyusunan. Diharapkan pada tahun selanjutnya, program KKS sudah dapat terlaksana sehingga mampu menciptakan lingkungan pelayanan publik yang nyaman bebas asap rokok.

(10)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Kabupaten Kepulauan Anambas secara georgrafis berada antara 2O10’0” LU s/d 105O15’0” – 106O45’0” BT (Sumber: UU No 33 Tahun 2008) dengan wilayah sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Vietnam, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bintan, sebelah barat berbatasan dengan Laut Cina Selatan dan Malaysia, serta sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Natuna. Jumlah seluruh pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas sebanyak 238 pulau dimana 26 diantaranya berpenghuni dan 212 pulau tidak berpenghuni. Selain itu, Kabupaten Kepulaun Anambas memiliki 5 pulau terluar dengan total luas wilayah sebesar 634,37 km2.

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum tentang Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi keadaan penduduk, keadaan pendidikan, keadaan kesehatan lingkungan dan keadaan perilaku penduduk.

E. KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Anambas, jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah 46.517 jiwa (data per Januari 2014) yang terdiri dari 24.169 jiwa laki-laki dan 22.348 perempuan dengan rasio jenis kelamin 108,15 dalam arti terdapat 108 laki-laki diantara 100 perempuan. Rincian menurut kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

GAMBAR XX

KEPADATAN PENDUDUK MENURUT WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Sumber: Proporsi Kepadatan Penduduk Menurut Wilayah Kecamatan

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Kepulauan Anambas, 2014

Pada gambar kepadatan penduduk diatas, terlihat bahwa penduduk paling banyak berada di Kecamatan Siantan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Kepulauan Anambas

(11)

18.028 21.551 21.214 21.370 22.348 19.465 23.452 23.074 23.334 24.169 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 2010 2011 2012 2013 2014 Perempuan Laki-Laki yaitu dengan kepadatan penduduk sebesar 289,4 penduduk per km2. Kecamatan Jemaja Timur dan Kecamatan Siantan Selatan memiliki kepadatan penduduk yang kecil dimana Kecamatan Jemaja Timur memiliki kepadatan penduduk sebesar 25,71 penduduk per km2 dan Kecamatan Siantan Selatan sebesar 29,26 penduduk per km2. Hal ini juga berpengaruh terhadap luas wilayah dimana Kecamatan Jemaja Timur memiliki luas wilayah daratan terbesar yaitu seluas 154,2 km2, sementara Kecamatan Siantan Tengah memiliki luas wilayah terkecil yaitu sebesar 22,1 km2 namun memiliki kepadatan penduduk terbesar kedua setelah Kecamatan Siantan yaitu sebesar 112,4 penduduk per km2.

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 terus meningkat. Jika dilihat berdasarkan proporsi menurut jenis kelamin, penduduk berjenis kelamin laki-laki sejak tahun 2010 lebih banyak dibanding dengan penduduk berjenis kelamin perempuan. Pertumbuhan jumlah penduduk diantara keduanya sampai dengan tahun berikutnya juga terlihat setara. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas dan tersebarnya penduduk yang tidak merata antar kecamatan, hal ini akan berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah khususnya bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat.

GAMBAR XX

TREN JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Sumber: Subbag Penyusunan Program

Dinas Kesehatan Kabupaten Keulauan Anambas, 2014

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida sebelah kiri menunjukkan jumlah penduduk laki-laki, sedangkan badan piramida sebelah kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Informasi yang didapat dari piramida penduduk tersebut merupakan gambaran tentang kondisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, usia muda, dewasa dan tua dimana informasi tersebut akan menjadi dasar bagi kebijakan kependudukn, sosial, budaya, dan ekonomi.

Piramida penduduk dibawah ini menggambarkan keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Kepulauan Anambas pada tahun 2014. Berdasarkan proporsi menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki 108 lebih banyak berbanding dengan 100 penduduk perempuan. Penduduk terbanyak menurut kelompok umur berada panda rentang usia 5-9 tahun dan usia 25-34 tahun dimana jumlah penduduk semakin diatas 35 tahun semakin berkurang. Usia bayi 0-4 tahun masih berjumlah lebih rendah dibandingkan dengan usia 5-9 tahun, begitu pula pada usia sekolah produktif (usia 10-24 tahun).

(12)

GAMBAR XX

PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Sumber: Jumlah Penduduk Kabupaten Kepulauan Anambas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Kep. Anambas, 2014

Indikator lain yang berhubungan dengan jumlah penduduk adalah Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio), yaitu angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 15-64 tahun). Secara kasar perbandingan angka beban anggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur produktif terhadap umur non produktif dengan kata lain semakin tinggi rasio beban tanggungan, semakin tinggi pula jumlah penduduk nonproduktif yang ditanggung oleh penduduk umur produktif. Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Kepulauan Anambas menunjukkan angka 48 per 100 penduduk yang berarti 100 orang yang masih produktif akan menanggung 48 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Jika ditelaah menurut jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggunan perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu 51% untuk perempuan dan 46% untuk laki-laki.

TABEL XX

JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN

MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN TIDAK PRODUKTIF KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Umur Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki +

0-14 6.738 6.539 13.277

15-64 16.578 14.841 31.419

65 tahun ke atas 853 968 1.821

Jumlah 24.169 22.348 46.517

Angka Beban Tanggungan 45,8 50,6 48,1

Sasaran program kesehatan menyangkut siklus kehidupan, sangat bervariasi, kompleks, berkesinambungan dan dikerjakan dalam satu kurun waktu. Pelayanan yang diberikan mencakup seseorang sejak masih menjadi janin didalam kandungan ibu hamil, lahir menjadi bayi, berkembang menjadi balita, memasuki masa prasekolah, tumbuh dewasa dan bereproduksi untuk memperoleh keterurunan sampai menjadi tua hingga hidup berkomunitas.

3.000 2.000 1.000 0 1.000 2.000 3.000 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 - 64 65 - 69 70 - 7475+ Perempuan Laki-Laki

(13)

TABEL XX

ESTIMASI SASARAN PROGRAM KESEHATAN DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

No Sasaran Program Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Bayi 0-12 Bulan 556 514 1.070

2 Anak Balita 12-59 Bulan 2.586 2.391 4.977

3 Balita 0-59 Bulan 3.142 2.905 6.047

4 Pra Sekolah 5-6 Tahun 3.819 3.531 7.350

5 Usia Sekolah 7-19 Tahun 5.075 4.693 9.768

6 Remaja 10-19 Tahun 3.384 3.129 6.513

7 WUS 15-49 Tahun 12.606 12.606

8 Lansia <60 Tahun 1.813 1.676 3.489

9 Lansia >75 Tahun 7.976 7.375 15.351

10 Ibu Hamil 1,1 x Lahir Hidup 1.177 1.177

11 Ibu Bersalin 1,05 x Lahir Hidup 1.123 1.123

12 Ibu Nifas 1,05 x Lahir Hidup 1.123 1.123

Sumber: Sasaran Program Kesehatan

Sub. Bagian Penyusunan Program Dinas Kesehatan, 2014 F. KEADAAN PENDIDIKAN

Peran penting pendidikan terhadap keberhasilan program kesehatan berkaitan sangat erat dimana penyerapan informasi yang disampaikan kepada masyarakat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan yang diperoleh, terlebih teknologi yang semakin berkembang pada saat sekarang ini tentunya akan sangat memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi terutama di bidang kesehatan. Beberapa upaya pemerintah yang telah berjalan adalah program wajib belajar 9 tahun dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

GAMBAR XX

PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN MENURUT JENIS KELAMIN

Sumber: Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi Badan Pusat Statustik Kabupaten Kepulauan Anambas, 2014

0,01 6,48 9,53 6,23 10,03 32,76 28,45 0,38 4,37 6,76 11,71 11,13 23,55 28,52 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 DIPLOMA I/II DIII/IV/S1/S2/S3 SLTP/MTs/Sederajat Tidak/Belum Pernah Sekolah SMU/SMK/MA/Sederajat SD/MI/ Sederajat Tidak/Belum Tamat SD % Laki-Laki Perempuan

(14)

Berdasarkan grafik tersebut diatas, diketahui bahwa persentase penduduk usia lebih dari 10 tahun yang belum tamat SD berada pada proporsi yang paling dominan yaitu sebesar 28,48% dimana penduduk laki-laki sebesar 28,45% dan penduduk perempuan sebesar 28,52%. Penduduk yang telah menamatkan pendidikan Diploma I/II memiliki persentase lebih kecil yaitu sebesar 0,19% (laki-laki 0,01% dan perempuan 0,38%) dibandingkan dengan pendidikan DIII/DIV/S1/S2/S3 yaitu sebesar 5,47% (laki-laki 6,48% dan perempuan 4,37%).

G. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Kerjasama lintas sektor dalam menangani kesehatan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Anambas sangat diperlukan. Perlunya sarana dan prasarana serta pembinaan kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemerintah dalam mencapai salah satu indikator Millenium Development Goals

(MDG’s) indikator ke 7 yaitu menjamin kelestarian lingkungan.

3. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum Berkualitas

Dalam penyediaan sarana air bersih yang berkualitas, Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki 1.209 sarana perpipaan dan 5.254 sarana bukan perpipaan yang terdiri dari sumur gali terlindung, sumur gali dengan pompa, sumur bor dengan pompa, terminal air, mata air terlindung dan penampungan air hujan. Mayoritas penduduk dalam mendapatkan akses air minum berkualitas lebih banyak menggunakan sumber air bukan perpipaan yaitu mata air terlindung dengan jumlah penduduk pengguna sebesar 23.688 penduduk dari 5.171 sarana mata air terlindung yang tersedia, yang berarti rata-rata satu mata air terlindung digunakan oleh empat penduduk. Persentase ketersediaan sarana air bersih dan air minum yang digunakan oleh penduduk antara bukan jaringan perpipaan dan jaringan perpipaan sebesar 81,3% atau berjumlah 5.254 sarana untuk bukan jaringan perpipaan dan 18,7% atau berjumlah 1.209 sarana untuk jaringan perpipaan. Persentase ketersediaan sarana air dari yang ada tersebut diantaranya 49,2% atau berjumlah 2.584 sarana air bersih bukan jaringan perpipaan dan 100% atau 1.209 sarana air bersih yang bersumber dari jaringan perpipaan dinyatakan memenuhi syarat, dengan total persentase dari ketersediaan sarana air bersih yang memenuhi syarat sebesar 58,7% atau berjumlah 3.793 sarana.

Sehubungan dengan penduduk yang menggunakan seluruh sarana air bersih yang tersedia tersebut, rata-rata pengguna untuk setiap sarana terdapat 5 penduduk dimana 55,2% atau 19.498 penduduk diantaranya menggunakan sarana air bersih dan air minum yang memenuhi syarat dan 44,8% atau 15.809 penduduk lainnya menggunakan sarana air bersih dan air minum yang belum memenuhi syarat. Hal ini sangat berdampak langsung kepada masyarakat, dimana beberapa penyakit dapat ditimbulkan dari air yang sehari-hari digunakan.

GAMBAR XX

PERSENTASE KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM MEMENUHI SYARAT

Sumber: Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014

4. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi

Sanitasi sangat erat berhubungan dengan manusia yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Dua elemen penting yaitu air bersih dan sanitasi menjadi salah satu tolok ukur dari masyarakat yang sehat. Kotoran manusia harus keluar dari tubuh karena mengandung zat-zat yang tidak dipakai lagi, namun akan berdampak buruk bagi masyarakat yang tidak mengelola kotorannya tersebut karena akan berkontaminasi terhadap lingkungan. Pembuangan tinja sesuai Millenium Development Goals (MDG’s) adalah penggunaan jamban sendiri/bersama dengan jenis kloset leher angsa/latrine dan pembuangan akhir tinjanya adalah tangki septik atau Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Di Kabupaten Kepulauan Anambas, persentase sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat sebesar 59,81% dimana jenis sarana sanitasi dasar yang paling banyak digunakan adalah

(15)

leher angsa yaitu sebesar 39,7% dari seluruh sarana sanitas dasar yang ada, cemplung sebesar 17,5%, plengsengan sebesar 2,4%, dan komunal sebesar 0,1%. Jumlah penduduk pengguna sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat sebanyak 20.137 jiwa atau sebesar 43,3% dari jumlah penduduk di Kabupaten Kepulauan Anambas diantaranya pengguna leher angsa sebesar 28,07%, cemplung sebesar 12,72%, plengsengan sebesar 1,58%, dan komunal sebesar 0,93%. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya sanitasi dasar terhadap status kesehatan khususnya untuk lingkungan di sekitarnya.

GAMBAR XX

PERSENTASE SARANA DAN AKSES TERHADAP SANITASI Sumber: Penduduk Dengan Sanitasi Memenuhi Syarat

Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014 H. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

4. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan) minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. Dalam pelaksanaan STBM, mencakup lima (5) pilar yaitu:

f. Stop buang air besar sembarangan, g. Cuci tangan pakai sabun,

h. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, i. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

j. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Kabupaten Kepulauan Anambas yang memiliki karakteristik daerah perairan, menghadapi tantangan akan pola perilaku masyarakat dalam hal pembuangan, dimana tempat akhir pembuangan yang paling mudah adalah dilaut. Pemicuan STBM di tingkat desa dan dusun terus dilaksanakan sejak 3 tahun terakhir yang dimotori oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan serta menitikberatkan pada lintas sektor yaitu camat, lurah, sampai kepala desa dan kepala dusun. Pada tahun 2014, desa yang telah melaksanakan STBM berjumlah 12 desa (22,2%) , sedangkan Desa STOP BABS berjumlah 0 desa (0%) dan Desa STBM berjumlah 0 desa (0%). Meningkatkan pengetahuan masyarakat yang diharapkan dapat merubah perilaku agar menjadi lebih baik menjadi tantangan tersendiri khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas dimana dalam hal pelaksanaan STBM itu sendiri tidak hanya melibatkan lintas sektor di kecamatan dan kelurahan, namun perlunya melibatkan dinas terkait.

5. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Upaya kesehatan promotif melalui pencanagan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) menjadi fokus prioritas dari Bidang Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas. Pembinaan PHBS di rumah tangga yang melibatkan kader kesehatan di lapangan, guru UKS di sekolah serta media-media promosi kesehatan khususnya PHBS terus dilakukan sepanjang tahun 2014. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau, antara lain:

k. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, l. Memberi bayi ASI Ekslusif,

m. Menimbang balita setiap bulan, n. Menggunakan air bersih,

o. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, p. Menggunakan jamban sehat,

q. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu, r. Makan sayur dan buah setiap hari,

s. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, t. Tidak merokok didalam rumah.

(16)

Tahun 2014, persentase rumah tangga ber-PHBS tertinggi di Kecamatan Jemaja Timur yaitu sebesar 22,7%, dan terendah terdapat di Kecamatan Siantan Tengah yaitu sebesar 3,2%. Rendahnya cakupan PHBS di Kabupaten Kepulauan Anambas menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya jamban sehat, serta perilaku merokok yang masih banyak ditemukan dalam keluarga khususnya yang memiliki bayi/balita dirumah.

GAMBAR XX

PROPORSI RUMAH TANGGA BER PHBS

Sumber: Rumah Tangga Ber Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bidang Promosi Kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan, 2014 6. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota.

Pada tahun 2014, Kabupaten Kepulauan Anambas sudah menyelenggarakan program KKS khususnya di seluruh fasilitas kesehatan namun untuk melaksanakan program KKS di fasilitas pelayanan publik sedang dalam proses penyusunan. Diharapkan pada tahun selanjutnya, program KKS sudah dapat terlaksana sehingga mampu menciptakan lingkungan pelayanan publik yang nyaman bebas asap rokok.

(17)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Derajat Kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Beberapa indikator yang digunakan untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah antara lain angka kematian (Mortalitas), angka kesakitan (Morbiditas), dan status gizi.

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan derajat kesehatan, ada beberapa faktor yang tidak dapat dipisahkan diantaranya ketersediaan sumber daya kesehatan baik sarana, prasarana, maupun tenaga medis, serta faktor-faktor yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

A. MORTALITAS

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat berupa penyakit maupun sebab lainnya. Angka kematian yang kami uraikan pada bab ini yaitu Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Ibu (AKI).

1. Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahin 2014 di Kabupaten Kepulauan Anambas terdapat 20 kematian balita dari 1.041 kelahiran hidup, atau dengan kata lain Angka Kematian Balita di Kabupaten Kepulauan Anambas sebesar 19 kematian bayi dari 1.000 kelahiran hidup, sedangkan sasaran MDG’s untuk Angka Kematian Balita adalah 32 per 1.000 kelahiran hidup.

GAMBAR….

ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009-2014

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Kep. Anambas, 2014

Berdasarkan kurva di atas, diketahui bahwa terjadi penurunan kematian balita dari tahun 2013 ke tahun 2014, dimana pada tahun 2013 terdapat 23 kematian balita dari 683 kelahiran hidup atau sebesar 33 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Kurva tersebut juga menunjukkan belum stabilnya penanganan masalah tingginya kematian balita yang ditandai bahwa terdapat peningkatan pada tahun 2011, menurun pada tahun 2012, kembali meningkat pada tahun 2013 dan menurun pada tahun 2014. Dengan demikian, perlu adanya peningkatan program dalam rangka menurunkan angka kematian balita yang berkesinambungan, sehingga diharapkan setiap tahunnya angka kematian balitadi Kabupaten

5,1 28,4 35,1 14,4 33,7 19 32 0 10 20 30 40 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Per 1.000 K e lah ir an Hi d u p Tahun AKABA Target MDG's 2015

(18)

Kepulauan Anambas akan terus mengalami penurunan. Untuk rincian kematian balita menurut kecamatan, dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Dari 19 kematian balita yang ada, 84.21% atau berjumlah 16 bayi diantaranya merupakan kematian bayi.

GAMBAR…

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009-2014

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Kep. Anambas, 2014

Berdasarkan kurva diatas, diketahui bahwa tren angka kematian bayi pada tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Anambas mengalami penurunan, dimana sebelumnya terjadinya peningkatan pada tahun 2013. Target MDG’s 2015 untuk Angka Kematian Bayi sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi diantaranya fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, tingkat pengetahuan/pendidikan masyarakat tentang kesehatan bayi (usia 0-11 bulan), serta kondisi perekonomian masyarakat dalam rangka perbaikan gizi di keluarga, sehingga akan berpengaruh bagi tumbuh kembang bayi. Untuk rincian kematian bayi menurut kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh. Angka Kematian Ibu merupakan indikator yang menjadi perhatian penting dalam pencapaian MDG’s di Kabupaten Kepulauan Anambas. Faktor yang mempengaruhi kematian antara lain status kesehatan ibu selama hamil secara umum, pendidikan ibu tentang kesehatan pada masa hamil hingga nifas, serta pelayanan kesehatan. 3,1 25,8 35,1 14,4 24,9 16 23 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2009 2010 2011 2012 2013 2014 p e r 1.0 00 ke lah ir an h id u p Tahun AKB Target MDG's 2015

(19)

GAMBAR

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009-2014

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Kep. Anambas, 2014

Pada kurva diatas, diketahui bahwa angka kematian ibu dihitung berdasarkan per 100.000 kelahiran hidup, dimana target MDG’s secara nasional untuk tahun 2015 mendatang sebesar 102 kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kepulauan Anambas mencapai 96 per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah ? kematian ibu dari 1.041 kelahiran hidup pada tahun 2014.Untuk rincian kematian ibu dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6.

B. STATUS GIZI 1. Status Gizi Balita

Salah satu indikator yang menjadi pusat perhatian pemerintah dalam pembangunan kesehatan adalah status gizi pada balita. Status gizi diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Adapun indikator antropometri yang digunakan antara lain berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

GAMBAR…

BALITA DENGAN BERAT BADAN DI BAWAH GARIS MERAH (BGM) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Kep. Anambas, 2014

Balita dengan berat badan di bawah garis merah yaitu berat badan balita hasil penimbangan yang dititikkan dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) dan berada di garis merah. Menurut gambar diatas pada tahun 2014 balita dengan berat badan di bawah garis merah

0 902 281 288 293 96 102 0 200 400 600 800 1000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 p e r 100. 000 ke lah ir an h id u p Tahun AKI Target MDG's 2015 298 Balita 8.37% 32 Balita 1.11% 401 Balita 13.20% 83 Balita 4.9% 100 Balita 3.9% 0 100 200 300 400 500 2010 2011 2012 2013 2014

(20)

dibandingkan tahun 2013 sedikit mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 sebanyak 83 balita atau 4.9% dari 3.171 jumlah balita yang ada, sedangkan pada tahun2014 sebanyak 100 balita atau 3,9% dari 4.978 jumlah seluruh balita yang ada.

GAMBAR..

TREN PERSENTASE GIZI BURUK

KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBASTAHUN 2009-2014

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Kab. Kep. Anambas, 2014

Ditinjau dari tahun sebelumnya, persentase kasus gizi buruk mengalami perubahan yang signifikan. Dari tahun 2013 lalu sampai tahun 2014persentase gizi buruk dapat ditekan hingga tidak lagi ditemukan kasus gizi buruk di Kabupaten Kepulauan Anambas, melalui pembinaan kepada keluarga tentang pentingnya gizi serta kerjasama dengan sektor terkait yang diharapkan dapat berkelanjutan sampai dengan tahun berikutnya.

C. MORBIDITAS

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalensi dari suatu penyakit. Mobiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat.

1. Pola 10 Penyakit Terbanyak di Unit Pelayanan Kesehatan

Pola 10 penyakit terbanyak pada pasien yang diberikan pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit yang dihimpun dari laporan bulanan dapat dilihat pada gambar berikut.

GAMBAR….

10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN SE KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

0,47% 0% 0,14% 1,16% 0% 0% 0,00% 0,20% 0,40% 0,60% 0,80% 1,00% 1,20% 1,40% 2009 2010 2011 2012 2013 2014 676 797 988 989 1.004 1.101 1.129 1.300 1.915 8.525 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 Multiple Injury

Infeksi Pada Pulpa & Jaringan Apikal Kelainan Dermatitis, Eksim & Papulosquama Infeksi Pernafasan atas lainnya Penyakit Pada Gaster Gastritis & Duodenitis Arthropatiens Diare & Gastroenteritis oleh sebab lainya Hypertensi Infeksi Pernafasan Atas Akut

(21)

Infeksi pernafasan atas akut masih menduduki peringkat pertama pada 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2014, yaitu sebanyak 8.525 kasus. Selanjutnya diikuti dengan Penyakit Hipertensi sebanyak 1.915 kasus, Diare dan Gastroenteritis oleh sebab lainnya sebanyak 1.300 kasus dan Arthropatiens sebanyak 1.129 kasus.

2. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium Tuberculosis, yang menular melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam pengendalian Millenium Development Goals 2015 bersama dengan HIV/AIDS dan Malaria.

Tahun 2014, penderita TB Paru berjumlah 57 penderita dengan Angka Penemuan Kasus/CNR (Case Notification Rate)sebesar 122,54 per 100.000 penduduk. Menurut jenis kelamin 58% seluruh kasus TB diderita oleh laki-laki dengan jumlah 33 penderita, sedangkan 42% diderita oleh perempuan dengan jumlah 24 penderita. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2013 dimana penderita TB berjumlah 74 penderita dengan perevalensi 165 per 100.000 penduduk. Penderita TB lebih banyak ditemukan di Kecamatan Siantan, dengan jumlah 20 penderita.

Sedangkan TB Paru BTA (+) yang ditemukan pada tahun 2014 berjumlah 50 penderita, dengan Angka Penemuan Kasus/CNR (Case Notification Rate) TB BTA (+) sebesar 107,49 %. Menurut jenis kelamin, 62 % TB Paru BTA (+) diderita oleh laki-laki dengan jumlah 31 penderita, 38 % diderita oleh perempuan dengan jumlah 19 penderita. Pada TB Paru BTA (+) yang ditemukan dan diobati pada tahun 2014 dari 49 penderita, 35 diantaranya diderita oleh laki-laki dan 14 penderita adalah perempuan, dengan perbandingan 1 penderita perempuan terdapat 2 penderita TB Paru BTA (+) laki-laki.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, penderita TB Paru BTA (+) laki-laki mengalami penurunan, dimana pada tahun 2013 penderita TB Paru BTA (+) laki-laki berjumlah 47, sedangkan perempuan berjumlah 27 dengan Angka Penemuan Kasus (CDR) 64,31 %.

Menurut kelompok umur penderita TB BTA (+) 37 penderita, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompok umur 15-44 tahun yaitu sebesar 62.1% dengan jumlah 23 penderita, diikuti kelompok umur 45-64 tahun sebesar 32.4% dengan jumlah 12 penderita, sedangkan umur 65 tahun ke atas yaitu sebesar 5.4% dengan jumlah 2 penderita.

Proporsi pasien baru TB BTA (+) di antara semua kasus adalah persentase pasien baru TB BTA (+) diantara semua pasien TB Paru tercatat. Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB yang menular di antara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak lebih rendah dari 65%, apabila proporsi pasien baru TB BTA (+) dibawah 65% maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien TB BTA positif).

GAMBAR…

PROPORSI PENDERITA TB BTA (+) MENURUT UMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

(22)

Proporsi Kasus TB Anak

Proporsi kasus TB anak adalah persentase pasien TB anak umur 0-14 tahun di antara seluruh pasien TB tercatat. Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan dalam mendiagnosis TB pada anak. Tahun 2014 kasus TB anak 0-14 hanya 1 kasus atau 2% diantara seluruh pasien TB tercatat. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2013, dimana terdapat 19 kasus atau 26% diantara seluruh pasien TB tercatat.

Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)

Adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.

Pada awal tahun 1995 WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) sebagar strategi dalam penanggulangan TB dan telah terbukti sebagar strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif, yang terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu (1) Komitmen politis, (2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya, (3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan, (4) Jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu, dan (5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

b. HIV/AIDS

HIV / AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquarired Immunodefiency Syndrome) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Dari Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Anambas, sudah pernah melaksanakan skrining HIV bersama dengan Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau di beberapa tempat yang beresiko terjadinya penularan HIV.

Pada tahun 2014 kasus HIV sebanyak 8 kasus, 75% atau 6 kasus berjenis kelamin laki-laki sedangkan 25% atau 2 kasus berjenis kelamin perempuan. Untuk kasus AIDS pada tahun 2013 dan tahun 2014 sebanyak 6 kasus, 66.67% atau 4 kasus berjenis kelamin laki-laki sedangkan 33.33% atau 2 kasus berjenis kelamin perempuan.

23 penderita 12 penderita 2 penderita 15-44 tahun 45-64 tahun 65 tahun keatas

(23)

Dibandingkan tahun 2013, jumlah kasus HIV mengalami penurunan dimana kasus HIV sebanyak 9 kasus, 77.78% atau 7 kasus berjenis kelamin perempuan sedangkan 22.22% atau 2 kasus berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11. c. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit pneumonia ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, maupun terserap bahan kimia yang beracun. Pada tahun 2014 pusat perhatian penanganan pneumonia yaitu pada anak Balita. Pneumonia pada tahun 2013 yang ditemukan dan ditangani sebanyak 12 kasus, atau sebesar 2,1% dari perkiraan penderita. Sedangkan pada tahun 2014 Pneumonia pada Balita yang ditemukan dan ditangani sebanyak 6 kasus, atau sebesar 0,99 % dari perkiraan penderita. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10.

GAMBAR…

PERSENTASE CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PNEMONIA BALITA DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Dari grafik tersebut diatas, terlihat bahwa cakupan penanganan dan penemuan penderita pneumonia masih rendah, akan tetapi jika dibandingkan tahun 2013 pneumonia pada balita penderita ditemukan dan ditangani di tahun 2014 ini mengalami penurunan. Perlu adanya peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua tentang bahaya pneumonia pada bayi dan balita, serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan tentang tatalaksana pneumonia.

d. Kusta

Kusta atau Lepra adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium Leprae. Kasus yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan penderita menjadi cacat baik pada kulit, anggota gerak, hingga kerusakan saraf. Tahun 2000, Indonesia telah berhasil mencapai status eliminasi yang didefinisikan sebagai pencapaian jumlah penderita terdaftar kurang dari 1 kasus per 10.000 penduduk.

Dengan demikian, sejak tahun tersebut kusta bukan lagi menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia maupun di dunia. Namun demikian, pelacakan dan tatalaksana kasus tetap harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

GAMBAR…

ANGKA PREVALENSI DAN PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR) KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

0.0% 0.2% 0.5% 2.1% 0.99% 0 0,5 1 1,5 2 2,5 2010 2011 2012 2013 2014 %

(24)

Tahun 2014, terdapat 6 penderita kusta yang terdiri dari penderita kasus tipe Pausi Basiler (Kusta Kering) dengan jenis kelamin penderita perempuan, sedangkan New Case Detection Rate (NCDR) sebesar 12,89 per 100.000 penduduk. Dibandingkan tahun 2013 jumlah penderita kusta di tahun 2014 mengalami peningkatan, tahun 2013 terdapat 3 penderita kusta yang terdiri dari 1 penderita kasus tipe Pausi Basiler dengan jenis kelamin laki-laki, dan 2 penderita kasus tipe Multi Basiler jenis kelamin perempuan dengan Newly Case Detection Rate (NCDR) sebesar 6,71 per 100.000 penduduk.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI menetapkan 33 provinsi di Indonesia ke dalam 2 kelompok beban kusta, yaitu provinsi dengan beban kusta tinggi (high endemic) dan beban kusta rendah (low endemic).

Provinsi dengan high endemic jika NCDR > 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low endemic jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk atau jumlah kasus baru kurang dari 1.000 kasus. Dengan demikian, pada gambar tersebut di atas terlihat bahwa Kabupaten Kepulauan Anambas masuk dalam beban kusta rendah (low endemic).Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel Lampiran 14.

e. Diare

Di Kabupaten Kepulauan Anambas, diare masih menjadi masalah kesehatan dimana kasus ini menempati urutan ke 3 dalam 10 penyakit terbesar tahun 2014 dengan tidak ditemukan penderita yang meninggal. Cakupan penemuan dan penanganan penderita diare tahun 2014 mengalami peningkatan dari 63,2% pada tahun 2013 menjadi 80,0%. Perlu penguatan sistem surveilans diare dalam melakukan pelacakan kasus di lapangan serta penanganannya. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel Lampiran 13.

GAMBAR..

TREND CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN DIARE KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009-2013

5,33 8,89 2,26 6,71 12,89 0,53 0,89 1,13 0,67 2,36 0 2 4 6 8 10 12 14 2010 2011 2012 2013 2014 p er 100 .00 0 p en d u d u k NCDR Prev 81,20% 53,20% 74,10% 80,90% 63,20% 80,00% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(25)

3. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD31) a. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan oleh basil Clostridium Tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Sasaran dari penyakit ini adalah bayi baru lahir dengan pemotongan tali pusat yang tidak steril. Sejak tahun 2010, kasus Tetanus Neonatorum tidak pernah ditemukan di Kabupaten Kepulauan Anambas, yang didukung juga tenaga pelayanan kesehatan yang tersedia hingga di pedesaan.

b. Campak

Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak golongan Paramyxovirus dengan cara penularan melalui droplet di udara. Pada umumnya, penyakit campak lebih banyak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Namun demikian, anak yang sudah pernah menderita campak maka secara otomatis ia telah mendapatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut seumur hidupnya.

Pada tahun 2014, jumlah penderita campak berjumlah 46 orang dan tidak ditemukan penderita meninggal sejak tahun 2010 hingga sekarang. Jumlah kasus pada tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berjumlah 2 kasus pada tahun 2013.Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Tabel Lampiran 20.

GAMBAR..

JUMLAH KASUS PENEMUAN CAMPAK

KABUPATEN KELULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Dari grafik tersebut, terlihat bahwa jumlah kasus campak di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2014 mengalami peningkatan dengan 46 kasus, karena belum semua desa di Kabupaten Kepulauan Anambas masuk dalam katagori desa UCI (Universal Child Immunisation), hal ini disebabkan Kabupaten Kepulauan Anambas masih dalam proses pemekaran, tenaga kesehatan belum sampai ke desa-desa dan pelaksanaan imunisasi masih dilakukan di puskesmas tarempa.

Kabupaten Kepualauan Anambas terdiri dari beberapa pulau yang sangat dipengaruhi cuaca untuk menuju ke puskesma tarempa dan melakukan imunisasi campak, apabila cuaca buruk maka orang tua enggan membawa anak mereka untuk melakukan imunisasi campak. Sedangkan tahun 2014 Case Fatality Rate 0 atau tidak ditemukan penderita campak yang meninggal.

c. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun. Jumlah kasus difteri di Kabupaten Kepulauan Anambas berjumlah 0 kasus. Hal ini

3 4 3 2 46 0 10 20 30 40 50 2010 2011 2012 2013 2014

(26)

juga didukung dengan program Imunisasi khususnya DPT-HB dalam rangka menekan terjadinya kasus difteri.

d. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)

Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem saraf dimana dapat membuat penderita mengalami kelumpuhan. Acute Flaccid Paralysis (AFP) merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan menetapkan kasus Non Polio AFP

ditemukan minimal 2 dari 100.000 penduduk berusia dibawah 15 tahun. Sejak tahun 2010, kasus AFP di Kabupaten Kepulauan Anambas tidak pernah ditemukan.

4. Penyakit Bersumber Binatang

Terdapat beberapa penyakit yang penularannya bersumber dari binatang. Penyakit bersumber dari binatang yang akan dijelaskan dibawah ini antara lain Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan Rabies.

a. Malaria

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium melalui nyamuk betina Anopheles, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Penanganan penyakit Malaria masuk penanganan masalah global dalam Millenium Development Goals (MDG’s).

Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan telah menetapkan stratifikasi endemisitas malaria suatu wilayah menjadi 4 strata, yaitu:

1. Endemis Tinggi bila API (Annual Parasit Incident) >5 per 1.000 penduduk. 2. Endemis Sedang bila API berkisar antara 1-5 per 1.000 penduduk.

3. Endemis Rendah bila API 0-1 per 1.000 penduduk.

4. Non Endemis adalah daerah yang tidak terdapat penularan malaria (Daerah pembenasan malaria) atau API=0.

GAMBAR..

TREND ANNUAL PARASIT INCIDENT (API) MALARIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

16,8 15,9 16,1 10,5 3,00 0 5 10 15 20 2010 2011 2012 2013 2014 p er 1.000 p en d u d d u k

(27)

Dari grafik tersebut di atas, diketahui bahwa Annual Parasite Incident (API) Malaria di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2014 sebesar 3,00 per 1.000 penduduk. Angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,5 per 1.000 penduduk dengan kata lain masuk dalam strata Endemis Sedang. Jumlah penderita yang meninggal tahun 2014 tidak ditemukan.

b. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular oleh virus Dengue yang menyerang sistem peredaran darah melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau

Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vector yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.

Virus tersebut dibawa oleh nyamuk dari darah orang yang telah terinfeksi sebelumnya lalu mentransmisikan kepada orang yang sehat setelah masa inkubasi virus Dengue selama 8-10 hari di dalam nyamuk tersebut. Pada tahun 2014 penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Kepulauan Anambas berjumlah 12 kasus dengan Incidence Rate 25.8 per 100.000 penduduk. . Jumlah ini menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 4 kasus dengan Incidence Rate 8.9 per 100.000 penduduk.

GAMBAR…

INCIDENCE RATE DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Walaupun insiden DBD tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 berjumlah 12 kasus dengan Incidence Rate 25.8 per 100.000 penduduk , namun upaya penanggulangan kasus,pengendalian vektor dan upaya-upaya pemutusan rantai penularan penyakit terus ditingkatkan dan dioptimalkan dengan mengedepankan upaya promotif dan preventif antara lain dengen meningkatkan peran serta masyarakat untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3 M Plus.

c. Chikungunya

Chikungunya merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chik melalui nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus yang telah terinfeksi virus tersebut. Tanda dan gejala demam Chikungunya ini antara lain demam, ruam/bercak kemerahan di kulit dan nyeri pada persendian, seperti pada umumnya Demam Berdarah Dengue. Pada tahun 2014 demam Chikungunya tidak pernah ditemukan di Kabupaten Kepulauan Anambas, begitu pula pada tahun-tahun sebelumnya.

d. Rabies

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang didalam tubuhnya mengandung virus rabies.

13,34 0,00 54,19 8,90 25,80 0 10 20 30 40 50 60 2010 2011 2012 2013 2014 p er 100.00 0 p en d u d u k

(28)

Terdapat beberapa indicator yang digunakan dalam mamantau upaya pengendalian rabies, yaitu GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), kasus yang divaksinasi dengan Vaksin Anti Rabies (VAR), dan kasus yang positif rabies dan mati berdasarkan uji Lyssa.

Sejak tahun 2010 sampai tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Anambas tidak ditemukan kasus rabies.

5. Penyakit Tidak Menular

a. Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi

Dalam 10 Terbesar Penyakit Tidak Menular tahun 2014 didapatkan bahwa penyakit Hipertensi menempati urutan pertama dengan 1176 penderita. Hipertensi dapat disebabkan oleh faktor usia, berat badan, keturunan, serta pola hidup yang tidak sehat.

GAMBAR…

GRAFIK 10 TERBESAR PENYAKIT TIDAK MENULAR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Perlu adanya peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya di Kabupaten Kepulauan Anambas tentang bahaya Hipertensi, karena tatalaksana yang terlambat dapat menyebabkan penyakit yang lebih kompleks.

b. Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan penyakit tidak menular yang disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat baik nutrisi, aktivitas fisik, dan stress. Penyakit ini menjadi faktor penyebab kematian yang cukup banyak karena sangat mudah menimbulkan penyakit komplikasi yang lain seperti hipertensi dan gagal ginjal. Diabetes mellitus berada di urutan ke lima pada 10 terbesar penyakit tidak menular Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2014 setelah stroke dan cedera akibat lain.

1 1 2 13 50 114 115 126 212 1176 0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Cedera Akibat Kekerasan Ginjal Kronik Osteoporosis PPOK Cedera Akibat Kecelakaan Diabetes Melitus Stroke Cedera Akibat Lain Asma Hipertensi

(29)

GAMBAR..

PROPORSI PENDERITA DIABETES MELLITUS MENURUT USIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Menurut gambar diatas jumlah penderita diabetes mellitus tertinggi pada kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 47 penderita, diikuti kelompok usia 20-44 tahun sebanyak 27 penderita dan kelompok usia 55-59 tahun sebanyak 21 penderita. Tiga urutan tertinggi penderita diabetes mellitus berada di kelompok usia produktif, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan menjaga pola hidup sehat, dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang. Hal ini juga bisa disebabkan kurang berminatnya masyarakat untuk mengkonsumsi buah dan sayur, dikarnakan harga buah dan sayur di Kabupaten Kepulauan Anambas tergolong tinggi. 0 0 0 0 0 0 0 27 47 21 13 6 0 10 20 30 40 50 0-7 hr 8-28 hr <1 th 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 th 20-44 th 45-54 th 55-59 th 60-69 th >70 th

Gambar

GAMBAR XX
GAMBAR XX
TABEL XX
GAMBAR XX
+7

Referensi

Dokumen terkait

Relasional jejaring entrepreneur yang baik akan membantu perusahaan untuk tetap eksis dalam bisnisnya karena pasokan sumber daya akan tercukupi dan produk yang dihasilkan akan

“ Perancangan dan Pembuatan Sistem Emergency Kendaraan Bermotor dengan Komunikasi Vehicular Ad-hoc Network (VANET) mengunakan HC- 12 Berbasis Atmega8”.. Peneliti

 Waste Water Treatment Plant untuk mengolah air limbah sebelum dibuang ke laut. Sejak awal beroperasi, PLTU Perak telah mengalami beberapa kali proses perbaikan

Hasil pengujian nilai CBR sebelum pencampuran Kapur Cangkang Kerang sebesar 4,6 %, dan setelah pencampuran kapur didapat nilai sebesar 9 %, maka disini terjadi kenaikan

Penelitian ini telah menghasilkan produk media pembelajaran 3 dimensi pada materi polinasi dan fertilisasi tumbuhan berbiji yang memperoleh kriteria sangat layak dari

Pengembalian investasi adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilias atau disebut juga dengan rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi mengenahi perencanaan supervisi akademik kepala.. sekolah di SDN Pongangan berdasarkan uraian- uraian di atas dapat disimpulkan

Jadi secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini