• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakter Lunafreya Nox Fleuret di Film Animasi Kingsglaive: Final Fantasy XV melalui Pendekatan Feminisme Novi Dwi Gitawati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Karakter Lunafreya Nox Fleuret di Film Animasi Kingsglaive: Final Fantasy XV melalui Pendekatan Feminisme Novi Dwi Gitawati"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Karakter Lunafreya Nox Fleuret di Film Animasi Kingsglaive: Final Fantasy XV melalui Pendekatan Feminisme

Novi Dwi Gitawati

Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Gunadarma, Jakarta Jl.Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat

novidwigitawati@gmail.com Abstrak

Bahasan mengenai feminisme selalu menjadi bahasan yang menarik untuk diteliti, utamanya karena hingga saat ini masih sering ditemukan adanya ketidaksetaraan hak dan kewajiban antara pria dan wanita dalam berbagai hal. Tulisan ini membahas karakter Lunafreya Nox Fleuret dalam film Animasi Kingsglaive: Final Fantasy XV dengan menggunakan pendekatan feminisme. Tulisan ini mencoba menganalisis karakter Lunafreya dengan melihat dari sudut pandang feminisme menurut Simone de Beauvoir. Berdasarkan analisis yang dilakukan, Lunafreya dalam film ini digambarkan sebagai feminis yang mencoba memperjuangkan kebebasannya untuk memenuhi potensi dirinya di dunia. Ia digambarkan sebagai wanita yang tangguh dan mulia yang berusaha untuk membantu menghentikan peperangan yang didominasi oleh kaum pria dengan kemampuan dan kapasitasnya sebagai ‘wanita’.

Kata kunci: feminisme, Simone de Beauvoir, Lunafreya

Ketidaksetaraan hak dan kewajiban yang diterima oleh pria dan wanita dalam berbagai hal dan bidang selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Tidak terkecuali dalam karya sastra fiksi seperti film. Karya fiksi seperti film sangat menarik untuk dianalisis karena karya fiksi dipandang sebagai representasi keadaan sosial yang dapat menggambarkan situasi nyata yang ada di masyarakat.

Meskipun Kingsglaive: Final Fantasy XV merupakan film animasi yang mengambil latar tempat dunia yang agak berbeda dengan dunia nyata, film ini tetap menarik untuk diteliti dari sisi feminismenya yang tetap dapat merepresentasikan perjuangan feminis di dunia nyata terutama dengan adanya karakter yang bernama Lunafreya Nox Fleuret yang merupakan salah satu karakter utama dalam film ini.

Kingsglaive: Final Fantasy XV merupakan film animasi komputer Jepang yang dirilis pada tahun 2016. Disutradai oleh Takeshi Nozue, dan skripnya ditulis oleh Takashi Hasegawa. Film ini dibuat di studio Square Enix, salah satu studio yang menghasilkan banyak “game” berkualitas. Film ini merupakan sebuah prequel dari Final Fantasy XV. Beberapa aktor kawakan hollywood menjadi pengisi suara dalam film yang mendapatkan poin 7.0 dari Imdb.com, diantaranya Aaron Paul dan Sean Bean.

Dalam permainan video dan terutama dalam film ini, karakter Lunafreya ditampilkan menjadi sosok yang bahkan lebih penting dibandingkan dengan para Glaives (sebutan untuk pasukan elit pelindung kerajaan). Meskipun pada awalnya Lunafreya diobjektifkan sebagai alat perjanjian damai antara kedua kerajaan Lucis dan Niflheim yang saling berperang, pada akhirnya tokoh Lunafreya dimunculkan sebagai tokoh penting dalam alur cerita yang membawa dan menjaga The Ring of the Lucii atau Cincin Lucii yang dikisahkan memiliki

(2)

kekuatan untuk mengendalikan kekuatan Crystal (Kristal sakti) yang dapat menyelamatkan kerajaan Lucis dari perang. Dalam perannya sebagai pembawa Cincin Lucii, para Glaives bahkan rela mengorbankan nyawa mereka demi keselamatan Lunafreya. Peran dan usaha Lunafreya inilah yang kemudian ingin dianalisis dalam tulisan ini melalui sudut pandang feminisme.

Kritik sastra melalui pendekatan feminisme

Kritik sastra sederhananya merupakan kritik terhadap karya sastra yang mana analisis dapat dilakukan melalui berbagai sudut pandang atau pendekatan yang berbeda, salah satunya melalui pendekatan feminisme. Berbagai teori sastra feminis, seperti yang dinyatakan Carter (2006) memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk meningkatkan kesadaran akan peran-peran wanita dalam semua aspek produksi karya sastra (seperti pengarang, karakter dalam karya sastra, para pembaca, dll.) dan untuk mengungkap seberapa jauh dominasi pria dalam aspek-aspek tersebut. Carter (2006) lebih lanjut menambahkan bahwa secara general kritik feminis dalam karya sastra muncul karena ingin memperlihatkan bahwa banyak kritik dan teori sastra yang ada kebanyakan didominasi oleh kepentingan kaum pria.

Kritik sastra melalui pendekatan feminisme, seperti yang dipaparkan oleh Mikics (2007) memiliki banyak pengaruh dalam gerakan feminisme. Contoh kritik karya satra melalui pendekatan feminisme yang berpengaruh seperti yang disebutkan oleh Mikics (2007) salah satunya seperti esai yang ditulis oleh Laura Mulvey yang berjudul Visual Pleasure in Narative Cinema yang menjelaskan posisi tokoh wanita sebagai pemuas visual laki-laki. Esai ini dikemudian menjadi bahan perbincangan dan kritikan dari berbagai tokoh salah satunya oleh William Rothman.

Melalui karya sastra, para feminis juga dapat menunjukkan adanya ketidaksetaraan gender yang terjadi di karya sastra. Dengan menggunakan pendekatan feminisme, ketidaksetaraan gender dalam karya sastra yang mungkin luput dari perhatian dapat terungkap yang kemudian dapat menyadarkan pembaca akan praktik ketidaksetaraan gender yang terjadi di dunia nyata dalam masyarakat.

Ketidaksetaraan gender menurut Simone de Beauvoir

Salah satu sosok penting dalam gerakan feminisme, Simone de Beauvoir (dalam Tyson, 2006) menjelaskan bahwa berdasarkan pengamatannya, masyarakat patrairki melihat bahwa laki-laki sebagai individu yang sangat esensial, bebas, tidak bergantung, dan bisa menentukan sendiri kemana hidupnya akan diarahkan. Kebebasan dan kemandirian pria ini membuatnya, menurut istilah Beauvoir (1989), sebagai ‘subjek’. Tentunya hal ini akan kembali dibandingkan dengan fungsi dan peranan perempuan yang biasanya dalam masyarakat diperlakukan sebagai ‘objek’. Hal ini karena banyak perempuan di masyarakat dilihat oleh Beauvoir (1989) tidak bisa menentukan arah hidupnya, selalu dipengaruhi bahkan terseret oleh keadaan disekitarnya. Masyarakat patriarki cenderung melihat tindakan prialah yang dapat berpengaruh, mengubah, dan memberi arti terhadap dunia, sementara perempuan hanya bisa melakukan hal tersebut apabila tindakannya itu masih berhubungan dengan kepentingan pria.

Berdasarkan pengamatannya inilah, Beauvoir kemudian menyebut wanita sebagai ‘the second sex’ yang mengimplikasikan bahwa posisi wanita berada tidak sejajar dengan pria dan

(3)

seringkali dinomorduakan dalam berbagai hal di masyarakat. Melalui pernyataan terkenalnya, “one is not born, but rather becomes, a woman”, Beauvoir (1989, hal. 273) menjelaskan bahwa konsep dan pengertian tentang wanita yang berkembang di masyarakat dibentuk dan ditetapkan oleh peradaban, yang akhirnya membuat orang menjadi ‘wanita’, bukan karena perbedaan biologisnya.

Ketidaksejajaran posisi wanita dengan pria ini dijelaskan oleh Beauvoir (1989) terjadi dalam banyak aspek kehidupan, beberapa di antaranya adalah dalam hal percintaan dan pernikahan. Dengan mengutip pernyataan dari beberapa tokoh terkenal seperti Neitzche dan Cecile Sauvage, Beauvoir (1989) menjelaskan bahwa dalam hal percintaan, pria dapat memiliki perasaan cinta yang menggebu terhadap wanita yang ia sayangi, namun pria tidak akan menyerahkan seluruh hidupnya untuk wanita yang disayanginya. Berbeda dengan pria, wanita dalam hal percitaan akan dengan rela menyerahkan dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk pria yang ia cintai dan keluarga yang mereka bina, mengikhlaskan dirinya menjadi ‘milik’ sang pria. Pria akan tetap menjadi individu yang merdeka dan bagi mereka, wanita yang mereka cintai hanyalah satu dari beberapa hal berharga dalam hidup mereka. Sebaliknya, seperti yang dinyatakan lebih lanjut oleh Beauvoir (1989), bagi wanita, mencintai berarti menyerahkan semua hidup mereka untuk sang pria.

Pernikahan juga dianggap oleh Beauvoir sebagai ‘nasib’ yang ditawarkan secara tradisi oleh masyarakat pada wanita. Dengan kata lain, wanita dalam masyarakat diharapkan untuk menikah. Jika wanita memilih untuk tidak menikah, maka seperti yang dinyatakan Beauvoir (1989) lebih lanjut, akan dianggap atau dinyatakan sebagai wanita yang frustrasi, pemberontak, tak acuh akan pernikahan.

Ketidaksetaraan gender berlanjut juga pada kedudukan pria dan wanita dalam pernikahan. Beauvoir (1989) menjelaskan bahwa wanita dalam pernikahan berkedudukan seperti budak atau pengikut yang posisinya dalam keluarga didominasi oleh figur ayah ataupun saudara laki-laki. Bahkan dalam masyarakat primitif, lebih lanjut Beauvoir (1989) menjelaskan bahwa wanita dalam suku patriarki diperlakukan hampir layaknya benda yang sering menjadi hal yang ditawarkan dalam kesepakatan.

Meskipun pendiskriminasian akan kaum wanita banyak dilakukan oleh kaum pria, menurut Beauvoir (1989), wanita juga memiliki andil dalam ketidaksetaraan gender yang terjadi di masyarakat. Wanita, menurutnya, dapat gagal menggapai status sebagai ‘subjek’ atau individu mandiri karena beberapa hal, yaitu: kurangnya sumber daya, keterikatan wanita yang merasa dirinya membutuhkan pria dalam beberapa hal, dan karena wanita sendiri sangat senang dengan perannya sebagai ‘the Other’ atau gender yang dianggap tidak terlalu penting seperti pria.

Alur cerita dan penokohan Lunafreya dalam film Final Fantasy: Kingsglaive

Lunafreya Nox Fleuret dikisahkan dalam film Final Fantasy: Kingsglaive sebagai seorang puteri dari keluarga bangsawan Tenebrae, dan juga merupakan teman sewaktu anak-anak dari Noctis, pangeran dan pewaris tahta kerajaan Lucis. Mereka berdua terpisahkan akibat perang yang terjadi antara kerajaan Lucis (kerajaan yang memiliki kekuatan magis) dan Niflheim.

Pada mulanya Lunafreya adalah tahanan negara Niflheim. Ia menjadi tahanan setelah kerajaanya diserang secara mendadak oleh Niflheim yang mana juga menewaskan kedua

(4)

orang tuanya. Setelah serangan tersebut, Lunafreya hidup dalam kungkungan dan pengawasan ketat dari kerajaan Niflheim.

Setelah perang yang tidak berkesudahan selama 12 tahun kedua pihak yang berseteru Niflheim dan Lucis sepakat untuk melaksanakan penandatanganan perjanjian damai dengan menjadikan Lunafreya sebagai bagian dari perjanjian damai. Lunafreya, layaknya barang yang dapat dipertukarkan, ditawarkan oleh kerajaan Niflheim untuk menikah dengan Noctis. Sebagai gantinya, Niflheim dapat berkuasa atas beberapa bagian wilayah kerajaan Lucis. Berdasarkan alur cerita ini, Lunafreya merepresentasikan seperti apa yang dijelaskan Beauvoir (1989) sebagai wanita tertindas yang diperlakukan sebagai objek.

Jenderal Glauca, salah satu prajurit terkuat yang dimiliki oleh armada tempur Niflheim kemudian diam-diam menculik Lunafreya sebagai upaya pengalih perhatian dan menggunakan momentum ini untuk menyerang kota Insomnia secara habis-habisan karena setelah Raja Regis mengetahui Lunafreya diculik, dia memerintahkan semua Glaive untuk menyelamatkan Lunafreya. Upaya penyelematan Lunafreya oleh pasukan elit pelindung kerajaan membuat kota Insomnia sebagai pusat dari pemerintahan negara Lucis hancur akibat direbutnya kristal suci yang membuat perisai pelindung bagi seluruh daratan di Kota Insomnia tidak lagi kebal akan serangan yang dilancakan oleh Niflheim. Penculikan dan penyelamatan Lunafreya ini kembali merepresentasikan wanita sebagai gender yang lemah yang dianggap oleh para kaum laki-laki yang direpresentasikan oleh karakter pria seperti Raja Regis dan para Glaive tidak dapat melindungi dirinya sendiri.

Cerita berlanjut dengan menampilkan Raja Regis yang sekarat akibat serangan Jenderal Glauca dan kemudian memberikan Cincin Lucii kepada Lunafreya agar ia dapat memberikannya pada Noctis. Meskipun Lunafreya dipercaya oleh sang raja untuk menjaga dan membawa cincin sakti tersebut kepada anaknya, Raja Regis tidak menganggap Lunafreya dapat menjalankannya seorang diri. Sekali lagi, Lunafreya dianggap oleh Raja Regis sebagai sosok lemah dan patut dilindungi yang membuat sang Raja hingga memohon pada salah satu Glaive-nya yang bernama Nyx Ulric untuk mendampingi dan melindungi Lunafreya dalam mengemban amanatnya. Nyx Ulric yang akhirnya turut gugur demi melindungi Lunafreya pun melakukan hal serupa seperti yang dilakukan Raja Regis dengan meminta temannya Libertus, seorang mantan Glaive, untuk menggantikan dirinya mengawal sang puteri.

Analisis karakter Lunafreya Nox Fleuret melalui pendekatan feminisme

Narasi awal yang disampaikan dari sudut pandang Lunafreya mengindikasikan pentingnya karakter Lunafreya dalam film ini. Pemilihan Lunafreya sebagai penyampai narasi di film ini juga membuatnya spesial karena pada kelanjutan cerita yang terdapat di permainan video, alur cerita akan berpusat pada karakter Noctis.

Selain itu, pada keseluruhan cerita dalam film ini, hanya terdapat sedikit karakter wanita yang ditampilkan. Karakter Lunafreya pun menjadi satu-satunya karakter wanita yang menjadi karakter utama dalam film ini, sedangkan beberapa karakter wanita lain seperti Crowe (salah satu anggota Glaive) ditampilkan hanya dalam beberapa cuplikan di menit awal film dan ibu Lunafreya hanya ditampilkan sekilas.

Penyampaian narasi dari sudut pandang Lunafreya dan penokohannya menjadi salah satu karakter utama film ini merepresentasikan adanya semangat feminisme yang ingin ditampilkan di film melalui tokoh Lunafreya. Sosoknya yang dihadirkan ditengah banyak

(5)

karakter utama pria yang lain mengindikasikan bahwa wanita juga dapat berperan penting dalam suatu teks dengan dominasi karakter pria pada narasinya.

Kemudian, dilihat dari alur ceritanya, Lunafreya dari awal alur cerita juga ditokohkan sebagai tokoh yang memiliki keteguhan hati untuk menjadi subjek mandiri. Di saat Lunfreya di umurnya yang masih belum dewasa mencoba diselamatkan oleh Raja Regis, Lunafreya memilih melepaskan tangan Raja Regis karena ia tidak ingin meninggalkan keluarga dan bangsanya dari serangan Niflheim seperti yang tergambar dalam cuplikan berikut:

Sebagai konsekwensi pilihannya itu, ia menjadi tahanan Niflheim selama 12 tahun. Keteguhan hati Lunafreya untuk menentukan jalan hidupnya ini membuatnya menjadi sosok feminis yang kuat.

Akan tetapi, terlepas dari status sosialnya sebagai seorang puteri, perlakuan yang ia terima dari berbagai karakter lain membuatnya menjadi sosok yang lemah. Hal ini tercermin salah satunya dari sikap kakak laki-lakinya, Ravus Nox Fleuret, yang mendominasi kehidupan Lunafreya dengan mengurungnya dan memerintahkan Lunafreya apa yang harus ia lakukan sesuai kehendak dirinya yang justru memihak Niflheim. Ravus pun juga mengobjektifikasi Lunafreya dengan memerintahkannya untuk pergi ke Insomnia, ibukota kerajaan Lucis, dan menikah dengan Noctis tanpa meminta persetujuan Luna terlebih dahulu. Meski demikian, Lunafreya tidak hanya pasrah dan mencoba mengonfrontasi Ravus seperti yang digambarkan dalam cuplikan berikut:

Walaupun pada akhirnya Lunafreya tidak bisa mengelak untuk mematuhi perintah Ravus dan kerajaan Niflheim, terlihat bahwa ia ditokohkan bukan sebagai wanita yang lemah yang hanya bisa pasrah dengan aturan dan standar sosial di tempat ia hidup. Ia bahkan sebelumnya sempat mencoba untuk kabur sebelum Ravus kembali menyuruhnya untuk tetap tinggal.

Sikap Lunafreya yang mencoba untuk menjadi subjek mandiri juga tercermin dari penolakannya atas permohonan Raja Regis yang memintanya untuk pergi ke tempat Noctis demi keselamatan Luna. Sebagai tawanan Niflheim, ia menyadari bahwa kepergiannya

(6)

menuju tempat di mana Noctis berada hanya akan memberi Niflheim petunjuk akan tempat keberadaan Noctis dan membuatnya dalam bahaya. Oleh karena itu, meskipun ia ditawari untuk mendapatkan pengawalan dan tempat yang lebih aman, Lunafreya dengan bijaksana menolak tawaran tersebut karena tidak ingin memberikan masalah bagi Noctis. Lunafreya bahkan menyatakan bahwa dirinya sanggup menerima hal buruk yang mungkin akan ia dapatkan atas penolakannya tersebut seperti yang dinyatakan dalam cuplikan film berikut:

Meskipun pada akhirnya Lunafreya pergi untuk menemui Noctis, keputusan itu ia lakukan bukan karena ia ingin menyelamatkan dirinya, namun demi tujuan menyelamatkan masa depan bangsanya dan masa depan kerajaan Lucis yang bergantung pada Cincin Lucii. Cincin Lucii merupakan cincin sakti turun temurun para raja Lucis yang dapat memberikan kekuatan magis yang hebat bagi yang dianggap layak oleh para pemakai pendahulunya untuk memakainya, yang Raja Regis titipkan pada Lunafreya untuk dapat disampaikan dan dipakai oleh Noctis sebagai penerus kerajaan Lucis. Walaupun Lunafreya bisa saja mengabaikan permintaan Raja Regis untuk membawa Cincin Lucii kepada Noctis, menjadi subjek mandiri dan tidak lagi terikat oleh Niflheim yang akan memburunya untuk merebut cincin tersebut, Lunafreya memilih untuk tetap melakukannya. Penggambaran sikap karakter Lunafreya seperti narasi di atas merepresentasikan semangat wanita yang mempunyai inisiatif untuk menentukan bagaimana ia harus menjalankan hidupnya tanpa adanya pembatasan dan standardisasi oleh pria. Terlepas dari berhasil atau tidaknya usaha dari Lunafreya tersebut, setidaknya ia tetap berusaha menjadi subjek atas dirinya sendiri di tengah masyarakat patriarki yang mengagungkan pria dan menganggap wanita sebagai gender yang lebih lemah sebagaimana yang digambarkan oleh Beauvoir.

Kemudian, dalam perjalanannya mengantarkan Cincin Lucii ke Noctis, Lunafreya yang dianggap oleh Raja Regis tidak memiliki kemampuan bertarung dan lemah diserahkan ke salah satu Glaive yang bernama Nyx Ulric untuk dilindungi. Mendekati akhir cerita, Nyx pun harus gugur dalam pertempuran dan membuat Lunafreya diserahkan ke Libertus, seorang mantan Glaive, untuk dijaga. Akan tetapi, Lunafreya memilih untuk meneruskan perjalanan sendiri menuju Noctis karena ia merasa membebani Libertus akan tugas yang bukan lagi menjadi kewajibannya.

Berdasarkan pilihan-pilihannya tersebut, Lunafreya kembali merepresentasikan sosok seorang feminis yang ingin mandiri meskipun ia ditawari banyak bantuan dari kaum pria yang dapat memudahkan perjalanan hidupnya. Dari hal ini, sikap Lunafreya mencerminkan sikap wanita yang ingin mengemansipasi dirinya dengan menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab dan bersedia menanggung konsekwensi atas pilihannya meskipun lingkungannya berusaha mengukuhkan dirinya sebagai ‘the second sex’ atau gender yang lebih lemah.

(7)

Kesimpulan

Di tengah dominasi kaum pria seperti kakaknya Ravus dan Raja Regis yang berusaha mengatur jalan hidupnya, Lunafreya ditampilkan sebagai sosok yang selalu ingin menjadi subjek atas hidupnya. Hal ini tercermin dari sikapnya yang memilih untuk menentukan sendiri apa yang menurutnya benar dan seharusnya ia lakukan terlepas dari berbagai dominasi pria yang ia dapatkan.

Kemudian, meskipun ia ditokohkan sebagai manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan magis dan dapat bertarung seperti Raja Regis dan Nyx Ulric ataupun sumber daya lainnya yang dapat membuatnya setara dengan mereka dan para tokoh pria lainnya, Lunafreya tetap berusaha dengan kemampuannya mengemban amanat Raja Regis yang ia pilih untuk laksanakan dengan tidak bergantung pada karakter lain. Hal ini dapat terlihat dari penolakan Lunafreya terhadap bantuan Libertus untuk mengawalnya menuju tempat Noctis berada. Sikapnya ini merepresentasikan sikap seorang feminis yang berusaha untuk tetap mandiri.

Daftar Pustaka

Abrams, M. (1999). A glossary of literary terms (7th ed.). Fort Worth: Harcourt, Brace College.

Beauvoir, S. D. (1989). The Second Sex (H. M. Parshley, Ed.). South Yarra, Vic., England: Louis Braille Productions.

Carter, David. ( 2006). Literary Theory. Harperden: Pocket Essential.

Mikics, David. (2007). A New Handbook of Literary Terms. London: Yale University Press. Tyson, Lois. ( 2006). Critical Theory a User Friendly Guide (2 th ed). New York: Routledge.

Sumber Film

Nozue, T. (Director). (2016). Kingsglaive: Final Fantasy XV [Motion picture on DVD]. Japan: Square Enix Studio.

Referensi

Dokumen terkait

1) Perusahaan adalah badan hukum yang menyelenggarakan operasional contact center di wilayah Indonesia, baik yang menyelenggarakan contact center sendiri

[r]

Kuasa Pertambangan yang selanjutnya disingkat KP adalah wewenang yang diberikan oleh Bupati sesuai kewenangannya kepada Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, badan

Visi, Misi, Tujuan, sasaran, Kebijakan, Strategi, program dan Kegiatan yang terkandung dalam Rencana Kinerja Tahunan 2019 ini hendaknya dipahami dan dihayati

Selanjutnya, Sumarlam dalam Teori dan Praktik Analisis Wacana (2013: 41) menyatakan bahwa pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang

Komunikasi pemasaran (marketing communication) merupakan kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang ditujukan untuk memberikan informasi kepada orang

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa diperlukan perancangan data warehouse untuk mendukung PT.Inti Cakrawala Citra dalam pengambilan keputusan dimana data warehouse

Menggunakan kain tenun yang diwarna dengan bahan alam adalah salah satu gagasan yang tengah terus digodok dan diupayakan oleh Lawe, meski harus ditukar dengan hilangnya ciri