• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN

MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI

PEGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV

Ni Putu Inggrid Dewi Galung

1

,

Made Putra

2

, Ni Nyoman ganing

3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: inggridewi17@gmail.com

1

, putramd3112@yahoo.co.id

2

,

nyomanganing@yahoo.co.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasan kompetensi pengetahuan IPS siswa dengan penerapan model discovery learning berbantuan media grafis pada tema cita-citaku. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdapat tahapan-tahapan kegiatan yaitu rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVB SD Negeri 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 39 siswa. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dikumpulkan melalui tes berbentuk pilihan ganda biasa berjumlah 20 soal. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan statistik deskriptif, deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, penerapan model discovery learning berbantuan media grafis terbukti dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Dari refleksi awal diketahuai ata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa sebesar 68,8 dengan ketuntasan klasikal 56,41%. Pada akhir siklus I rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 70,42 dengan ketuntasan klasikal 66,7%. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kembali meningkat pada silus II yaitu menjadi 83,03% dengan ketuntasan klasikal 89,74%. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning berbantuan media grafis terbukti mampu meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci : discovery learning, media grafis, kompetensi pengetahuan IPS

Abstract

This study aims to improve student’s mastery of competencies IPS with the application of discovery learning model aided by media graphics on the theme of my ideals. This type of research is classroom action research conducted in two cycles. Each cycle there are stages of activity that is the plan of action, action, observation and reflection. Subject were students in grade IVB at 9 Pedungan Elementary School 2015/2016 academic year consisting of 39 students. Data social study students' is mastery of competencies knowledge gathered through the usual multiple choice tests are 20 questions. The data were analyzed using descriptive statistics, quantitative and qualitative descriptive. The results showed that, the application discovery learning model aided by media graphic to improve mastery of competencies student’s knowledge in IPS. From the early reflections known average IPS mastery of competencies knowledge is 68.8 and classical completeness 56,41%. At the end of the first cycle of the average value of students increased to 70.42 with classical completeness 66.7%. Mastery knowledge of competencies IPS increased again in

(2)

2

cycle II that became 83.03% and classical completeness 89.74%. Based on the results of the data analysis can be concluded that the application model discovery learning aided by media graphic proven to increase mastery of competencies of social studies in grade IV in SD Negeri 9 Pedungan the academic year 2015/2016.

Keywords: discovery learning, graphic media, knowledge of IPS competencies

PENDAHULUAN

Guru adalah sosok yang menjadi panutan dalam mendidik siswa, keberhasilan siswa dalam belajar tidak bisa dipungkiri gurulah salah satu komponen pendukung yang diperlukan oleh siswa. Apalagi seorang guru sekolah dasar yang menjadi guru kelas memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam mengelola kelas dan pembelajaran. Oleh karena itu, sudah selayaknya para guru dituntut memiliki kompetensi profesionalisme yang tinggi sehingga proses belajar mengajar menjadi kondusif, menyenangkan dan bermakna bagi siswa.

Melihat situasi masyarakat yang saat ini selalu berubah. Idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi melihat jauh ke depan serta memikirkan apa yang akan dihadapi siswa di masa yang akan datang. Pendidikan hendaknya tidak hanya mempersiapkan siswa untuk suatu profesi dan jabatan, melainkan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah adanya pengembangan kurikulum yaitu kurikulum tingkat satuan pedidikan (KTSP) yang dikembangkan menjadi kurikulum 2013 sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik ; (1) interaktif dan inspiratif; (2) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; (3) kontekstual dan kolaboratif; (4) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian peserta didik; dan (5) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendikbud No.103 tahun 2014).

Pada pembelajaran kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran tematik terintegratif, materi ajar disampaikan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Kompetensi dari berbagai mata pelajaran diintegrasikan ke dalam berbagai tema. Mata pelajaran di sekolah dasar dikelompokkan atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B (Permendikbud Nomor 57 Tahun 2013). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran umum kelompok A yang merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Permendikbud (Pasal 5:2013).

Pada kurikulum 2013 IPS berubah istilah menjadi muatan pelajaran IPS. Muatan materi IPS salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa. Maryani (2013:6) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk: 1) mengembangkan pengetahuan dasar ilmu-ilmu social; 2) mengembangkan kemampuan berpikir inquiry, pemecahan masalah, dan keterampilan social; 3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan; dan 4) meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun skala internasional.

Dari hasil wawancara dan observasi awal dengan Bapak I Made Adi Prasaja,

(3)

3 S.Pd. yang dilakukan pada tanggal 26 November 2015 di SDN 9 Pedungan, penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa masih tergolong sedang dengan persentase rata-rata 68,8% , sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 70. Berdasarkan analisis data yang didapat dari 39 siswa, 17 siswa mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal dan 22 siswa mendapat nilai di atas kriteria ketuntasan minimal. Ini berarti siswa hanya mampu mencapai ketuntasan belajar sebesar 56,41%. Hasil belajar dikatakan tuntas atau berhasil apabila telah memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu 70 baik secara individu maupun klasikal.

Hasil belajar IPS siswa yang belum maksimal tentu berbanding lurus dengan rendahnya tingkat pemahaman dan penguasaan materi siswa terhadap pelajaran IPS. Kurang disiplinnya siswa dalam mengikuti pelajaran terlihat sangat jelas ketika melakukan observasi, misalnya : (1) Siswa asik sendiri, (2) siswa tidak bisa diam di tempat duduk, (3) Suka melamun saat pembelajaran berlangsung, (4) keterbatasan fasilitas pembelajaran dan (5) membuat kegaduhan serta keluar masuk kelas. Suasana seperti itu sangat kurang mendukung proses pembelajaran sehingga mempengaruhi penguasaan kompetensis pengetahuan siswa. Dari berbagai masalah tersebut, model pembelajaran yang kurang efisien mempengaruhi rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan siswa khususnya pada mata pelajaran IPS sehingga siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan pemaparan tersebut, tampaknya dibutuhkan suatu pola atau model pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran muatan materi IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa.

Dengan diterapkannya kurikulum 2013, dikembangkan pula tiga model

pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi aktif, kontekstual, memecahkan masalah serta siswa yang membangun pengetahuannya sendiri. Salah satunya adalah model discovery learning, model pembelajaran ini tetap berlangsung dalam kerangka pendekatan saintifik, yakni diawali dengan pengamatan objek atau sumber pembelajaran dan diakhiri dengan kegiatan mengkomunikasikan. Model discovery learning ini mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang ilmuan, mereka tidak hanya bisa menggunakan pengetahuan yang di dapatkannya tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif bahkan sebagai pencipta dari pengetahuan itu sendiri (Kosasih, 2015:81). Peran guru disini sebagai motivator, fasilitator dan pembimbing siswa agar pembelajaran menjadi lebih aktif dan kreatif sehingga dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa.

Menurut Kurniasih (2014:69) dengaplikasikan model discovery learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut: (1)Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri dengan cara membaca atau mendengar uraian yang memuat

permasalahan. (2)

Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis

(jawaban sementara atas

pertanyaanmasalah). (3)

Data collection (pengumpulan data), guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. (4) Data processing (pengolahan data), guru memberikan kesempatan

(4)

4 kepada siswa untuk mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. (5) Verification (pembuktian), guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang di jumpai dalam kehidupannya. (6) Generalization (menarikkesimpulan/general isasi), siswa menyimpulkan apa yang telah mereka temukan, sehingga siswa dapat mengetahui kebenaran dari temuan tersebut.

Model discovery learning memiliki beberapa keunggulan. Adapun keunggulan dari model discovery learning menurut Roestiyah (2008:20) adalah sebagai berikut. (a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses pengetahuan. (b) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. (c) Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. (d) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. (e) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

Discovery learning adalah suatu

pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai penemu, penemu yang akan menggali pengetahuannya sendiri. Bentuk penemuan yang dimaksud tidak selalu identik dengan suatu teori ataupun benda yang di lakukan oleh ilmuan sesungguhnya. Penemuan yang dimaksud berarti pula sesuatu yang sederhana, namun memiliki makna dengan kehidupan siswa itu sendiri. Penemuan itu tetap berkerangka pada kompetensi-kompetensi dasar (KD) yang ada pada kurikulum. Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan model discovery learning yaitu media grafis. Media grafis termasuk media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan yang dituangkan kedalam simbol komunikasi dengan simbol visual, Sanaky (2011:71).

Selain model discovery learning, untuk meningkatkan suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif, seorang guru juga harus menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Kedudukan media dalam proses pembelajaran sebagai alat bantu dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar sehingga hasil belajar siswa pun akan mengalami peningkatan, (Sudjana, 2009:2). Salah satu media yang dapat digunakan yaitu media grafis. Sanaky (2011:71) mengatakan bahwa “media grafis termasuk media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan yang dituangkan ke dalam simbol komunikasi dengan simbol visual”. Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta yang cepat dilupakan.

Menurut Sadiman (2006:29) ada beberapa keunggulan dari media grafis itu antara lain sebagai berikut. (1) media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan visual. Misalnya: Negara-negara di dunia yang tidak dapat kita lihat secara langsung dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto; (2) foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman; (3) foto berharga murah dan mudah di dapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. Gambar atau foto yang baik untuk media pembelajaran adalah gambar atau foto yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Model discovery learning berbantuan media grafis adalah model pembelajaran penemuan yang dirancang dengan penggunaan media grafis berupa gambar serta foto sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik perhatian siswa. Penerapan model discovery learning yang dikombinasikan dengan bantuan penggunaan media grafis mampu meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang

(5)

5 mengkaji berbagai disiplin ilmu. Dalam kurikulum 2013 mata pelajaran IPS diintegrasikan dengan mata pelajaran lain. IPS adalah salah satu mata pelajaran umum kelompok A dalam kurikulum 2013. Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan siswa sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pembelajaran IPS bukan hanya sekedar menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan siswa, melainkan lebih jauh yaitu kebutuhannya sendiri dan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu muatan materi IPS harus pula menggali materi-materi yang bersumber kepada masyarakat. Gejala dan masalah yang ada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan tempat tinggal siswa.

Hamalik (2010:5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai ”tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes”. Hasil belajar menurut Kunandar (2014:62) adalah ”kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar”. Sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa sehingga menguasai kompetensi atau kemampuan tertentu baik pengetahuan, sikap dan keterampilan akibat kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Kompetensi menurut Mulyasa (2006:33) adalah “perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Menurut Uno (2014:78) bahwa “kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi”. Berdasarkan pengertian kompetensi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan perpaduan

dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Pengetahuan menurut Susanto (2014:25) adalah “kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan ide-ide. Setyosari (2010:2) “pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah dikenali atau diketahui dan kesimpulan yang ditarik dari hal-hal yang dikenali oleh manusia”. Arifin (2013:21) berpendapat bahwa pengetahuan adalah jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengenali atau mengetahuai adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Berdasarkan pengertian pengetahuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang berupa konsep, prinsip, fakta yang berkenaan dengan hal dalam bidang kognitif.

Kompetensi pengetahuan adalah merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus di kuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar. Pada kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI-3). Dalam ranah kompetensi pengetahuan terdapat enam jenjang proses berpikir, yakni: (1) kemampuan menghafal, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mensintesis, dan (6) mengevaluasi (Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Dalam penelitian ini kompetensi pengetahuan IPS difokuskan pada tahap berpikir mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4) dengan dimensi faktual dan konseptual.

Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dengan menerapkan model discovery learning berbantuan media grafis pada siswa kelas IV SD Negeri 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016. Melalui pelaksanaan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya penggunaan model discovery learning

(6)

6 berbantuan media grafis. Dari penelitian ini, memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk menemukan dan mengalami sendiri materi yang dipelajari, sehingga berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa.

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan media grafis yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam merencanakan suatu proses pembelajaran di sekolah. Dan dapat menjadi informasi yang berguna bagi para peneliti lain untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja, meningkatkan pengusaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dan hasilnya tidak digeneralisasi. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus.

Penelitian dilaksanakan di SD negeri 9 Pedungan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 39 siswa. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian dikarenakan ditemui permasalahan-permasalahan seperti yang dipaparkan pada pembahasan. Objek yang diteliti dari penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB semester II tahun ajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes. Tes yang diberikan pada siswa berupa tes objektif. Tes objektif yang dipilih adalah tes pilihan ganda biasa berjumlah

20 soal yang berkaitan dengan muatan materi IPS, tes ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sampai tercapainya persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.

Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif, deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dengan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median

(Me), modus (Mo), serta

menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon. Analisis deskriptif kuantitatif pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan deskriftif kualitatif menggambarkan suatu objek/variabel dalam bentuk sifat-sifat, kategori, kriteria serta klasifikasi dengan berpedoman pada PAP skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebelum penelitian adalah 68,8% yang berada pada kriteria rendah dan ketuntasan klasikal 56,41% yaitu 17 siswa tuntas dan 22 siswa belum tuntas. Pada siklus I meningkat dengan persentase nilai rata-rata sebesar 70,42% berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan klasikal 66,7% yaitu 26 siswa tuntas dan 13 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 1,62%. Pada siklus II persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 83,03% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 89,74% yaitu 35 siswa tuntas dan 4 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan persentase rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 12,61%. Berikut tabel rekapitulasi penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.

(7)

7 Gambar 1. Grafik Rekapitulasi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS

68,80% 70,42% 83,03% 56,41% 66,70% 89,74% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00%

Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Persentase rata-rata Ketuntasan Klasikal

Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilaksanakan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari persentase rata-rata dan ketuntasan klasikalnya. Dari data awal diperoleh persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 68,8% meningkat pada siklus I menjadi 70,42% dengan kriteria sedang dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 83,03% dengan kriteria tinggi. Dan ketuntasan klasikal pada data prasiklus sebesar 56,41% dengan kriteria rendah meningkat pada siklus I menjadi 66,67%

dengan kriteria sedang dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 89,74% dengan kriteria tinggi. Peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS serta ketuntasan klasikal siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Sehingga pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus saja, yaitu siklus I dan siklus II.

Pembahasan

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang diperoleh melalui penerapan model discovery learning berbantuan media grafis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB SD Negeri 9 Pedungan tahun pelpelajaran 2015/2016 pada tema cita-citaku. Sebelum menerapkan model discovery learning berbantuan media grafis terlebih dahulu dilakukan refleksi awal dengan mencatat data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa sebelum melaksanakan tindakan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga untuk pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning berbantuan media grafis dan pertemuan keempat untuk pemberian tes evaluasi akhir siklus. Penerapan model discovery learning berbantuan media grafis mengarahkan siswa untuk membiasakan diri aktif da berinteraksi bersama kelompoknya.

Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 9 Pedungan

Data

Pra-Siklus

Siklus I

Siklus II

Persentase

Rata-rata

Kompetensi

Pengetahuan

IPS

Ketuntasan

Klasikal

68.80%

56.41%

70.42%

66.70%

83.03%

89.74%

(8)

8 Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan Siklus II terlihat pencapaian kompetensi pengetahuan siswa pada muatan materi IPS sudah mengalami peningkatan dari prasiklus. Adapun data yang diperoleh pada siklus I meliputi data nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS serta ketuntasan klasikal siswa. Adapun persentase nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I yakni rata-rata nilai siswa meningkat menjadi 70,41 dengan ketuntasan klasikal 66,7%. Walaupun telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I, namun hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan pada penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala atau kekurangan yang ditemui pada saat melaksanakan tindakan atau proses pembelajaran pada siklus I. Secara umum kendala-kendala tersebut yaitu, (1) Siswa masih malu-malu dalam bertanya dan menjawab, (2) Siswa belum terbiasa bekerja berkelompok, (3) Perlunya peningkatan media. Berbagai kendala atau kekurangan tersebut, diatasi dengan melakukan berbagai macam perbaikan yang telah diuraikan pada refleksi siklus I. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilanjutkan pada siklus II.

Setelah melakukan berbagai macam perbaikan terhadap kekurangan yang dialami pada siklus I, maka terjadi peningkatan pada siklus II. Persentase rata-rata pada siklus II menjadi 83,03% dengan ketuntasan klasikal 89,74%.Rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS ini sudah mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 12,61%. Secara umum, pada pelaksanaan tindakan siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala atau hambatan seperti pada siklus I.

Dibandingkan dengan Siklus I pada Siklus II, terlihat bahwa siswa mulai terbiasa belajar dengan model discovery learning berbantuan media grafis. Siswa mulai senang jika bekerja dalam kelompok dan setelah diberikan masalah mengenai pembelajaran semua siswa antusias mencari dan menemukan sendiri

jawaban-jawabannya, sesuai dengan pendapat Kurniasih (2014:63) ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan demikian belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. dengan bantuan media grafis berupa gambar-gambar mengenai materi memudahkan siswa dalam membentuk pengetahuannya dan bisa membantu dalam pemecahan masalah. Hal ini didukung oleh pendapat Sanaky (2011:71) bahwa “media grafis termasuk media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari sumber pesan ke penerima pesan yang dituangkan ke dalam simbol komunikasi dengan simbol visual”. Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, dan mengilustrasikan fakta yang cepat dilupakan. Setelah akhir pembelajaran siswa masih mengingat konsep-konsep yang tadi mereka temukan bersama dengan kelompoknya sehingga model discovery learning berbantuan media grafis ini, siswa sudah mampu mengemukakan ide-idenya dalam memecahkan suatu permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran, antusias dalam mengikuti pembelajaran, mampu bekerjasama dengan kelompok, berani mengajukan pertanyaan dan terampil dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Dengan demikian penerapan model discovery learning berbantuan media grafis yang sesuai dengan pelaksanaan penelitian ini dapat dikatakan berhasil mencapai kriteria keberhasilan dan meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas IVB SD Negeri 9 Pedungan sehingga penelitian ini dapat dihentikan pada siklus II. Keberhasilan penelitian yang menerapkan model discovery learning berbantuan media grafis ini didukung dengan adanya penelitian lain yang sejenis yaitu penelitian oleh Putri Permatasari (2015) terhadap siswa kelas V SDN 08 Metro tahun pelajaran 2014/2015 mengenai

(9)

9 peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS melalui discovery learning dengan media visual menyatakan bahwa pembelajaran pengetahuan IPS dengan menerapkan model Discovery Learning dengan media visual dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Hal ini terbukti dengan tercapainya keberhasilan model Discovery Learning pada siklus I mencapai 61,53% dan meningkat menjadi 76,92% pada siklus II.

Berdasarkan data penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model discovery learning berbantuan media grafis dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada tema cita-citaku siswa kelas IVB SD Negeri 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan model discovery learning berbantuan media grafis dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan muatan materi IPS tema Cita-citaku pada siswa kelas IV di SD Negeri 9 Pedungan pelajaran 2015/2016. Dengan model discovery learning membuat siswa lebih aktif dan mampu bekerjasama dengan kelompok dan bantuan media grafis yang dapat membuat pemahaman konsep yang lebih dalam pada siswa mengenai muatan materi IPS khususnya pada tema cita-citaku. Peningkatan ini dapat dilihat dari persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I sebesar 70,42% dan persentase ketuntasan klasikal 66,7%, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata menjadi 83,03% dan ketuntasan klasikal siswa 89,74%. Penelitian mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS ini telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian yaitu persentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa minimal 80% berada pada kriteria tinggi dan ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu minimal 80% siswa mencapai KKM.

Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, 1) kepada guru sekolah

dasar yang memiliki kondisi kelas yang sama disarankan agar menerapkan model discovery learning berbantuan media grafis dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa; 2) kepada kepala sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam mengambil suatu kebijakan dan keputusan yang paling tepat dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah; dan 3) kepada peneliti lain hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Gede. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Depdikbud. 2014a. Lampiran I Peraturan

Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 20014 Tentang

Pembelajaran pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah ---. 2014. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Singaraja: Jurusan

Teknologi Pendidikan FIP Undiksha.

---. 2014b. Lampiran I Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum

2013 Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah.

---. 2014c. Lampiran I Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor104

Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Bumi Aksara.

(10)

10 Kosasih. 2015. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta

Didik Berdasarkan Kurikulum

2013). Jakarta: Rajawali Pers. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.

Sukses Mengimplementasikan

Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Permatasari, Putri. 2012. “Peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS Melalui Discovery learning Dengan Media Visual Pada Siswa Kelas IV di SDN 08 Metro Selatan”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Lampung.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sadiman,Arif dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sanaky, Hujair. 2011. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. Sani,Ridwan Abdullah.2014. Pembelajaran

Saintifik untuk Implementasi

Kurikulum 2013. Jakarta: Bimi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SD  Negeri 9 Pedungan

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi pembelajaran mutlak dilakukan karena dapat mengetahui sejauh mana peserta didik mampu menyerap apa yang telah diajarkan oleh gurunya selama proses

Dalam penelitian Nurhayati (2007) mengatakan bahwa mekanisme toleransi tanaman terhadap cekamam kekeringan berbeda-beda tergantung kemampuan genetiknya, kekurangan defisit

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai F hitung pada profitabilitas atau R/C- ratio usahatani padi dengan usahatani ikan air tawar, lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel

Gambar 4.2.3 Grafik Average Last Update Time pada protokol Gossip Push Coin K dibanding Epidemic Pada protokol Gossip Push Coin jumlah residue semakin sedikit dengan naiknya nilai

volume urin akhir pada tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus dengan mengatur reabsorpsi dan permeabilitas tubulus. Hormon

kerja, apabila tata kerjanya tidak diatur dengan rinci dan dilaksanakan secara konsisten, karena adanya duplikasi komando terhadap sekretaris desa. Oleh karena itu

parallel R  R  2(b 2(b. Tegangan ttal U berpengaruh pada tahanan ttal.. Pen)ebabn)a( bah3a melalui tahanan beban maka tahanan ttal rangkaian mengecil( dengan begitu

Menanam bunga dengan batang biasa disebut dengan stek batang dengan memilih batang yang sehat adapun beberapa nama tanaman Bungan ditanam dengan batang yaitu mawar, kamboja,