• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pendekatan Kontekstual

1. Definisi bahan ajar kontekstual

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan ke permasalahan yang lainnya. ( Nanang Hanafiah : 2010 )

Sedangkan Menurut Freudenthal (1991: 161) dalam buku Revisiting Mathematics Education, mengemukakan makna “developmental research” yakni:

experiencing the cyclic process of development and research so consciously, and reporting on it so candidly that it justifies itself, and that this experience can be transmitted to others to become like their own experienceFreudenthal (1991: 161).

“Pengalaman dalam penelitian r&d adalah siklus atau proses yang

(2)

Penelitian dan pengembangan dapat bermanfaat bagi orang lain karena secara sadar orang yang melakukan penelitian akan mengalami proses yang sama dalam kurun waktu tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah salah satu metode yang digunakan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal atau tugas dengan mengaitkannya dengan kehidupan nyata siswa.

2. Karakteristik bahan ajar kontekstual

Karakteristik bahan ajar dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting , yaitu mengaitkan (realiting), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring).

a. Mengaitkan (Realiting) adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti pendekatan Kontekstual. Guru menggunakan strategi ini ketika ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

b. Mengalami (experiencing) merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

(3)

memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.

d. Kerjasama (Cooperating) adalah kegiatan siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

e. Mentransfer (transferring) merupakan peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hafalan.

Berdasarkan pengertian diatas hendaknya dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, siswa mampu menggunakan lima karakteristik dengan dibantu oleh guru sebagai fasilitatornya.

3. Prinsip-prinsip Pendekatan Kontekstual

Prinsip pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran. Berikut adalah uraian mengenai ketujuh komponen utama tersebut, yaitu :

a) Konstruktivisme (constructivism)

(4)

siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya. Pada LKS ini setiap soal akan membantu siswa untuk mengkonstruksikan sendiri contoh-contoh soal yang diberikan misalkan segala soal yang bertuliskan diskusi halaman 5, halaman 7 dan halaman 9.

b) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi

(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis),

pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion). Pada LKS ini yang menjadi patokan adanya proses inquiry terdapat pada soal kelompok halaman 14 dan halaman 17.

c) Bertanya (Questioning)

(5)

pertanyaan dari siswa, 8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Proses bertanya dalam LKS ini terdapat pada soal-soal diskusi berkelompok.

d) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari „sharing‟ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Pada LKS ini yang menjadi patokan adanya proses Learning Community atau masyarakat belajar terdapat pada soal diskusi kelompok halaman 14 dan halaman 17. e) Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. Pemodelan yang ada dalam LKS ini berada pada gurunya sendiri.

f) Refleksi (Reflection)

(6)

dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu. Refleksi dalam LKS ini berada pada halaman terakhir LKS kegiatan 1 dan kegiatan 2 yaitu halaman 10 dan 20 denang cara guru memberikan pertanyaan kepada siswa.

g) Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil. Penilaian sebenarnya ada dalam lembar soal evaluasi halaman 10, halaman 20 dan uji kompetensi halaman 21 yang dikerjakan siswa kemudian akan dinilai oleh guru.

B. Nilai-nilai Keislaman

Matematika dalam islam dapat dilihat dari fakta bahwa matematika dalam tradisi ilmiah seringkali dikaitkan dengan soal pendidikan moral. (Kartanegarra : 2009)

(7)

Melalui model integrasi ini guru dapat mengembangkannya menjadi perangkat pengembangan dengan tetap memperhatikan pendekatan kontekstual dan pengembangan nilai yang sesuai dengan nilai islam yang akan di tanamkan.

Beberapa strategi pengembangan LKS yang dikaitkan dengan penanaman nilai-nilai ajaran islam yang dapat dilakukan dalam pengembangan mata pelajaran matematika, yaitu melalui tiga kerangka dasar islam antara lain : (a) Aqidah, (b) Ibadah, (c) Akhlak. Bilamana kerangka dasar Islam ini dapat dikembangkan dalam LKS maka membuat pondasi (Akidah) yang kuat kemudian mendorong siswa untuk selalu menjalankan perintah Allah dan Rosullulah (Ibadah) sehingga akan memunculkan karakter (Akhlak) siswa yang mulia.

Adapun Indikator-indikator dalam mengembangkan LKS terintegrasi dengan nilai-nilai Islam adalah sebagai berikut :

Nilai Islami Indikator

1. Akidah a) Takut Kepada Allah

(Q.S Fathir : 28)

b) Ikhlas dalam segala Hal (Q.S Al-bayyinah : 5) c) Muraqabah

(Al-An‟am : 59)

2. Ibadah a) Menunaikan Zakat

(8)

d) Tawadhu

(Q.S An Nahl : 53) e) Amanah

(Q.S Al-Ahzab : 72)

C. Bahan ajar kontekstual terintegrasi nilai keislaman

Integrasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti berpadu (bergabung supaya menjadi kesatuan yang utuh). Pada konteks ini, terintegrasi berarti bahan ajar LKS yang akan dikembangkan mempunyai perbedaan dengan bahan ajar yang lain yaitu berpadu nilai-nilai keislaman di dalamnya, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat lebih memahami nilai islam yang harus mereka aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bahan ajar kontekstual harus memenuhi prinsip dari pendekatan itu sendiri, diantaranya :

1) Konstruktivisme (constructivism) 2) Menemukan (Inquiri)

3) Bertanya (Questioning)

4) Bekerjasama (Learning community) 5) Pemodelan (Modeling)

6) Refleksi (Reflektion)

7) Penilaian sebenarnya (Authentic assesment)

Sedangkan, bahan ajar yang terintegrasi dengan nilai-nilai keislaman harus memenuhi ciri-ciri dari nilai islami , yaitu :

(9)

2) Gambar-gambar ilustrasi untuk mendukung nilai-nilai islam dalam penyampaian materi.

3) Materi diawali dengan narasi yang mengandung nilai-nilai islam.

4) Dalam soal terdapat tokoh atau kisah nabi ataupun para sahabat yang dapat menarik siswa untuk lebih mengenal tokoh tersebut.

5) Dalam proses penyelesaian soal harus bisa membuat wawasan siswa tentang keislaman bertambah.

Gambar 2.1 contoh LKS kontekstual terintegrsi nilai islami

Berdasarkan prinsip pendekatan kontekstual dan ciri-ciri LKS islami di atas, maka dalam pembuatan produk LKS matematika kontekstual terintegrasi dengan nilai keislaman memuat semua prinsip sekaligus ciri-ciri nilai-nilai keislamannya. Hal ini dimaksudkan agar transfer nilai-nilai yang disampaikan guru dapat tersampaikan ke siswa.

D. Model pengembangan Thiagarajan

Model pengembangan 4-D (Four D) yang dikembangkan oleh Thiagarajan merupakan sebuah model pengembangan perangkat pembelajaran. Secara garis besar model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: 1) Pengidentifikasian (Define); 2) Perancangan (Design); 3) Pengembangan (Develop); dan 4) Penyebaran (Disseminate)

(10)

Diagram 1.1 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D Thigarajan, Semmel & Semmel (Trianto : 2014)

Uji Coba

Analisis Tugas Analisis Konsep

(11)

Adapun penjelasan mengenai diagram di atas menurut Thiagarajan dapat kita pahami sebagai berikut :

1. Tahap Pengidentifikasian (Define)

Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a) analisis ujung depan; (b) analisis siswa; (c) analisis tugas; (d) analisis konsep; dan (e) perumusan tujuan pembelajaran.

a) Analisis Ujung Depan (front-end analysis)

Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

b) Analisis Siswa (learner analysis)

(12)

lain: (1) tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya; (2) keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

c) Analisis konsep (concept analysis)

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.

Analisis konsep sangat diperlukan guna mengidentifikasi pengetahuan-pengetahuan deklaratif atau prosedural pada materi matematika yang akan dikembangkan. Analisis konsep merupakan satu langkah penting untuk memenuhi prinsip kecukupan dalam membangun konsep atas materi-materi yang digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi.

(13)

d) Analisis Tugas (task analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji oleh peneliti dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.

e) Perumusan Tujuan Pembelajaran (formulation of learning objectives) Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (a) penyusunan standar tes (criterion-test construction); (b) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran; (c) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan; (d) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai

(14)

a) Penyusunan tes acuan patokan (constructing criterion-referenced test) Penyusunan tes acuan patokan merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap perancangan (design). Tes acuan patokan disusun berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.

b) Pemilihan media (media selection)

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini berguna untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada pembelajaran di kelas.

c) Pemilihan format (format selection)

(15)

belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran matematika realistik. d) Rancangan awal (initial design)

Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar. 3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: (a) penilaian ahli (expert appraisal) yang diikuti dengan revisi, (b) uji coba pengembangan (developmental testing).

Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a) Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)

(16)

b) Uji coba pengembangan (developmental testing)

Ujicoba lapangan dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon, reaksi, komentar siswa, dan para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. ujicoba, revisi dan ujicoba kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat yang konsisten dan efektif.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk yang tepat. Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna produk.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan diseminasi adalah: (a) analisis pengguna; (b) menentukan strategi dan tema; (c) pemilihan waktu; dan (d) pemilihan media.

(17)

Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan. Pengguna produk bisa dalam bentuk individu/perorangan atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas/program studi kependidikan, organisasi/lembaga persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua siswa, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite kurikulum, atau lembaga pendidikan yang khusus menangani anak cacat.

b) Penentuan strategi dan tema penyebaran

Strategi penyebaran adalah rancangan untuk pencapaian penerimaan produk oleh calon pengguna produk pengembangan. Beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan asumsi pengguna diantaranya adalah: (1) strategi nilai; (2) strategi rasional; (3) strategi didaktik; (4) strategi psikologis; (5) strategi ekonomi; dan (6) strategi kekuasaan.

c) Waktu

Selain menentukan strategi dan tema, peneliti juga harus merencanakan waktu penyebaran. Penentuan waktu ini sangat penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan apakah produk akan digunakan atau tidak (menolaknya).

d) Pemilihan media penyebaran

(18)

pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam berbagai jenis serta melalui pengiriman lewat e-mail.

E. Lembar Kerja Siswa

1) Pengertian Lembar Kerja Siswa

Kata lembar kerja siswa terdiri dari tiga bagian, yaitu lembar, kerja dan siswa. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian dari LKS :

a) Lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan, alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan–pertanyaan untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.

b) Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran.

c) Menurut Hamdani (2011) LKS merupakan perangkat pembelajaran sebaga pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran (RP), lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal – soal (pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa).

(19)

2) Manfaat dan fungsi Lembar Kerja Siswa

Menurut tim pengembang sertifikasi guru dalam jabatan Universitas Pasundan Bandung (2012) manfaat Lembar kerja siswa ( LKS ) dalam proses belajar mengajar , yaitu :

a) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran b) Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar

c) Sebagai pedoman guru dan siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis

d) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang akan dipelajari melalui kegiatan belajar

e) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

f) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses, dan

g) Mengaktifkan siswa dalam mengembangkan konsep

Menurut tim pengembang sertifikasi guru dalam jabatan Universitas Pasundan Bandung (2012) fungsi Lembar kerja siswa (LKS) dalam proses belajar mengajar ada dua sudut pandang, yaitu :

(20)

b) Dari sudut pandang guru, melalui lembar kerja siswa dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sudah menerapkan metode membelajarkan siswa, dengan kadar keaktifan peserta didik yang tinggi. LKS merupana salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberi tanggung jawab moril untuk menyelesaikan suatu tugas dan merasa harus mengerjakannya, terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut. Guru tidak memberi jawaban akan tetapi siswa diharapkan dapat menyelesaikan dan memecahkan masalah yang ada dalam LKS tersebut dengan bimbingan atau petunjuk dari guru.

3) Karakteristik Lembar Kerja Siswa

Menurut tim pengembang sertifikasi guru dalam jabatan Universitas Pasundan Bandung (2012), lembar kerja siswa (LKS) harus memiliki karakteristik yang berupa :

a) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan.

(21)

c) Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik.

d) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dll.

4) Jenis Lembar Kerja Siswa

Menurut tim pengembang sertifikasi guru dalam jabatan Universitas Pasundan Bandung (2012), lembar kerja siswa (LKS) terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah :

a) LKS yang bersifat eksperimental adalah LKS yang mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan, berbuat, berpikir, dan membangun pengetahuan yang dilakukan secara eksperimen.

b) LKS verifikatif adalah LKS yang mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan untuk penguatan atau membuktikan teori.

c) LKS yang melatih keterampilan adalah LKS yang mengarahkan siswa untuk berlatih yang menekankan membangun kemampuan psikomotor. 5) Langkah Menyusun LKS

b) Melakukan Analisis Kurikulum c) Menyusun Peta Kebutuhan LKS d) Menentukan judul LKS

e) Perencanaan isi LKS

(22)

(2) Nilai-nilai keislaman (3) Isi LKS

(4) Bahasa (5) Format f) Penyusunan LKS

6) Materi yang dimuat dalam LKS

Materi yang dimuat dalam LKS ini adalah materi Aritmatika sosial kelas VII SMP semester ganjil

Gambar

Gambar 2.1 contoh LKS kontekstual terintegrsi nilai islami

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan informasi yang di hasilkan dari sistem yaitu Info data induk pegawai yang diverifikasi, info kehadiran yang diverifikasi, info pendapatan yang diverifikasi, info gaji

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Pengembangan media pembelajaran papan analisis

masalah mengenai peran pendidikan kewarganegaraan dalam menumbuhkan nasionalisme generasi muda yang b u k a n merupakan hal baru ini dimaksudkan untuk memberikan

Peranan koperasi wanita dalam penyediaan kemampuan dana bagi perempuan sangat di perlukan , melihat masih banyaknya perempuan yang sangat membutuhkan kredit yang nantinya

4 Penentuan kategori jumlah skor berdasarkan persentase kategori jawaban 16 5 Variabel, indikator penelitian dan landasan teori yang digunakan dalam 18 6 Sebaran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa perangkat pembelajaran model POGIL dapat melatihkan keterampilan proses

Adanya pengaruh dari luar (ekstrinsik) membuat beragamnya tema-tema yang diangkat di atas kanvas tidak melulu pemandangan tetapi juga tema-tema binatang, juga potret keluarga. Hal

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan keuangan daerah yang mencakup: perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan dan