• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 Kemampuan Proses Berpikir Analogi Matematis - Sitta Ukhti Falasifah BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1 Kemampuan Proses Berpikir Analogi Matematis - Sitta Ukhti Falasifah BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Deskripsi Konseptual

1 Kemampuan Proses Berpikir Analogi Matematis

Santrock (2008) mengemukakan, berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransfer informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar, dan bepikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Pendapat lain disampaikan oleh Ling dan Catling (2012:81) bahwa berpikir merupakan proses dimana persepsi-persepsi indra muncul dan dimanipulasi. Berpikir memungkinkan kita untuk mampu meniru lingkungan sekeliling kita dan merepresentasikannya sesuai rencana-rencana dan keinginan-keinginan kita.

Ahmadi (2009:83) mengemukakan pengertian berpikir yang merupakan aktivitas psikis yang intesional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai masalah yang harus dipecahkan. Dengan demikian dalam berpikir itu seseorang menghubungkan pengertian satu dengan yang lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi.

(2)

suatu konsep dan mencari analoginya berdasarkan sifat tersebut. Sebelum memulai pembelajaran analogi, sebaiknya guru memeriksa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, dan dilaksanakan setelah sejumlah konsep dipelajari. Ada baiknya diberikan di kelas-kelas akhir karena banyak konsep yang telah dipelajari oleh siswa. Berikut gambaran pembelajaran analogi matematika. Pertama-tama guru memberikan contoh soal analogi matematika, selanjutnya melalui dialog, siswa dibimbing untuk mengembangkan daya nalarnya.

Soekadijo (1985) menyatakan analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang lain. Apabila dalam perbandingan tersebut hanya diperhatikan persamaannya saja tanpa melihat perbedaannya, timbullah analogi, persamaan dari dua hal yang berbeda. Berpikir analogi adalah berpikir yang didasarkan pada pengenalan kesamaan. Sehingga, Berpikir Analogi adalah suatu proses penarikan kesimpulan dengan menggunakan perbandingan dua hal yang berbeda dengan cara melihat persamaan dari dua hal yang di perbandingkan tersebut, sehingga dapat digunakan untuk memperjelas suatu konsep.

Novick (English, 2004: 5-6) mengatakan bahwa seseorang dikatakan melakukan penalaran analogi dalam memecahkan masalah, jika:

(3)

2) Siswa dapat mengidentifikasi suatu struktur masalah sumber yang sesuai dengan masalah target.

3) Siswa dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan masalah sumber dalam memecahkan masalah target.

Gambar Penalaran dengan Analogi dalam memecahkan masalah Berpikir analogi adalah cara berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah target dengan menggunakan masalah sumber.

Sternberg (English, 2004) menyusun komponen dari proses berpikir analogi untuk mendeskripsikan proses yang lebih spesifik dalam memecahkan masalah analogi matematis, yaitu:

1) Encoding (pengkodean)

(4)

2) Inferring (penyimpulan)

Mencari hubungan atau kesamaan antara masalah sumber dan masalah target dengan jalan menyelesaikan masalah sumber.

3) Mapping (pemetaan)

Menyelesaikan masalah target berdasarkan hubungan atau kesamaan dengan masalah sumber.

4) Applying (penerapan)

Melakukan pemilihan jawaban yang benar. Hal ini dilakukan untuk memberikan konsep yang cocok (membangun keseimbangan antara masalah sumber dengan masalah target.

Berdasarkan komponen dari berpikir analogi yang dikemukakan oleh Sternberg, dapat ditentukan indikator proses berpikir analogi matematis sebagai berikut:

1) Menentukan struktur soal yaitu apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah sumber dan masalah target ke dalam simbol.

2) Menyelesaikan masalah sumber sehingga diperoleh hubungan (konsep) yang sama dengan masalah target.

3) Menggunakan hubungan (konsep) yang sama dalam penyelesaian masalah target.

4) Menentukan pilihan jawaban yang benar.

(5)

2 Spiritual Quotient (SQ)

Kecerdasan Spiritual ditemukan oleh Dahar dan Marshall (2001) menegaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah landasan untuk membangun kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional.Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa latin, spiritus, yang berarti napas. Roh bisa diartikan sebagai energi kehidupan yang membuat manusia dapat hidup, bernapas dan bergerak. Spiritual berarti pula segala sesuatu di luar fisik, termasuk pikiran, perasaan, dan karakter yang dikenal dengan kodrat (Yaumi dan Ibrahim, 2013:22). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.

(6)

adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan yang memberi makna, yang melakukan kontekstualisasi, dan bersifat trasnformatif. Mereka mengatakan kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Kecerdasan itu untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan denganyang lain. (Agustian, 2001:57).

Sedangkan Agustian (2001:57) menambahkan bahwa kecerdasan spiritual sebagai kemampuan seseorang dalam memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip “hanya karena Allah”.

Adapun Sukmadinata (2005) mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan rohaniah yang menuntun diri kita memungkinkan kita utuh. Kecerdasan spiritual berada pada bagian yang paling dalam dari diri kita, terkait dengan kebijaksanaan (wisdom) yang berada di atas ego. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bukan saja mengetahui nilai yang ada tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.

(7)
(8)

selalu ingin tahu jika terdapat bentuk kehidupan lain di alam, sering mendapatkan perspektif baru dari hasil belajar sejarah dan peradaban kuno.

Maka, kecerdasan Spiritual/ Spiritual Quotient (SQ) mempunyai arti yang sangat spesifik dan penting yaitu kecerdasan untuk memecahkan suatu masalah dan mempelajari makna sesuai dengan keyakinan dalam kehidupan. Kecerdasan rohaniah seseorang berdasarkan kemampuan pada dirinya sendiri untuk memahami nilai yang terkandung di dalamnya. Serta kecerdasan yang mengutamakan aspek spiritual atau keagaman yang berhubungan dengan kehidupan manusia dengan manusia dan kehidupan manusia dengan sang pencipta.

3 Materi Pelajaran

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi segitiga atau pythagoras untuk siswa SMP kelas VIII semester gasal. Adapaun Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator kelas VIII yang memuat materi Segitiga.

SK : Menggunakan teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah.

(9)

B. Penelitian Relevan

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang relevan terkait kemampuan proses berpikir analogi matematis. Alamsyah (2000) terhadap siswa MAN kelas 2 di Lampung, dengan menggunakan tes analogi, melaporkan bahwa kemampuan penalaran analogi matematika siswa meningkat secara signifikan setelah mendapat suatu pembelajaran yang menekankan pada penanaman konsep-konsep dan mengaitkan antar konsep. Selanjutnya, Kariadinata (2001) melalui penelitiannya terhadap siswa SMA kelas 1 di Bandung, melaporkan bahwa kemampuan analogi siswa mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan analogi, dan terdapat assosiasi yang cukup kuat antara pemahaman konsep matematika dan kemampuan analogi matematika siswa.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang kemampuan berpikir analogi. Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah indikator kemampuan proses berpikir analogi dalam matematika dan ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) siswa.

C. Kerangka Pikir

(10)

dihadapi siswa sering menuntut siswa untuk dapat menyelesaikan soal tersebut dengan cepat. Namun terkadang siswa tidk dapat menyelesaikan dengan cepat. Karena itu siswa perlu memiliki kemampuan berpikir agar daapat menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan soal matematika yang dihadapi.

Kemampuan berpikir analogi merupakan salah satu bentuk penalaran yang bermanfaat bagi ssiwa untuk mempelajari hal-hal baru dengan membandingkan dan mencari persamaan dengan hal-hal yang sudah dipelajari siswa sebelumnya. Sehingga ketika dihadapkan dengan soal-soal matematka yang belum diketahui penyeleaiannya dengan berpikir analogi siswa dapata menenukan penyelesaiannya.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

SESUAI DENGAN PLATFORM YANG KELIMA DARI SISTEM EKONOMI PANCASILA: KEADILAN SOSIAL, MAKA MORAL PEMBANGUNAN BERDASARKAN PLATFORM KELIMA INI HARUSLAH MENYANGKUT HAL BERIKUT

A100: Kalau itu pernah, agak pernah juga sering tapi kalau misalnya saya terpaksa nggak bisa mengerjakan ini saya sering menunggu untuk bagaimana gurunya, kapan gurunya untuk

[r]

Kepuasan kerja dibentuk oleh beberapa aspek yang berkaitan dengan pekerjaan karyawan sebagai berikut: Pekerjaan itu sendiri (penilaian pekerjaan berorientasi kepada apakah kerja

Hasil Analisis Fasies dan Lingkungan Pengendapan pada Formasi Talang Akar, Sumur AF-03...66.

Kelompok Wa nita Tani “Sari Makmur” dalam pemberdayaan wanita pada kelompok melakukan pemanfaatan sumber daya alam dengan kelompok dan anggota melakukan kegiatan berupa

dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil

Karya Tulis Ilmiah ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR, NIFAS DAN KELUARGA BERENCANA.. (KONTRASEPSI MAL) PADA NY.Y UMUR 29 TAHUN G 3 P 1 A 1