• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Atas - Mistiani BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Atas - Mistiani BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 1. Definisi Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Infeksi saluran pernafasan atas adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di struktur saluran nafas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring, dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laryngitis, dan influenza tanpa komplikasi (Corwin, 2009). ISPA adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma) atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan atas (Wong, 2003 dalam Putri, 2011). ISPA merupakan suatu kelompok infeksi pada system pernafasan yang dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, berlangsung kurang lebih 14 hari (Sari, 2010 dalam putri, 2011).

2. Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(2)

3. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Atas Saluran pernafasan atas terdiri dari (Hidayat, 2006) :

a. Hidung

Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

b. Faring

Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari sasar tenggorok sampai dengan esophagus yang terletak di belakang naso faring (di belakang hidung), dibelakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).

c. Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligament dan membran, yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

d. Epiglottis

(3)

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Edi, 2011) : a. Batuk

Merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu dan asap.

b. Pilek

Merupakan penyakit menular dan salah satu infeksi yang sering terjadi pada manusia, terutama anak-anak. Sakit pilek yang sangat parah dapat menyebabkan rasa tidak nyaman selama beberapa hari sampai beberapa minggu.

c. Demam

Merupakan salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling umum dan ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang memu peningkatan tonus otot serta menggigil. Rata-rata suhu tubuh normal yang diukur secara oral adalah 36,5ºC sampai 37,5ºC.

d. Sesak nafas

Adalah infeksi virus menular yang terjadi pada saluran pernafasan atas yang menimbulkan batuk dan terkadang disertai dengan sulitnya bernafas, terutama pada saat menarik nafas.

(4)

Sakit saat menelan atau yang disebut dengan radang tenggorokan (faringitis) merupakan suatu kondisi dimana terjadinya suatu infeksi atau peradangan pada bagian tenggorokan (faring), hampir 80% radang di tenggorokan disebabkan karena infeksi virus strepcoccus dan 20% lainnya disebabkan oleh bakteri, alergi dan rokok.

5. Cara Penularan

Cara penularan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Pranata, 2013) :

Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dapat menular melalui udara dengan cara batuk atau bersin.

B. Pendidikan

1. Definisi pendidikan

(5)

lebih besar dibandingkan ibu dengan pendidikan yang lebih rendah yang lebih banyak mengobati sendiri atau tidak berobat jalan (Djaja, 2001). Tingkat pendidikan berhubungan erat dengan keadaan sosial ekonomi, dan juga berkaitan dengan pengetahuan orang tua. Kurangnya pengetahuan menyebabkan sebagian kasus ISPA tidak diketahui oleh orang tua dan tidak diobati (Rahajoe, 2010).

2. Jenjang pendidikan formal

Menurut Undang-Undang RI tentang pendidikan No 20 Tahun 2003, jenjang pendidikan formal terdiri dari :

a. Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah seperti SD, MI, SMP, MTS atau yang sederajat. b. Pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari

pendidikan menengah kejuruan seperti SMA, MA, SMK atau yang sederajat.

(6)

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan dipengaruhi oleh berbagai tingkat faktor yaitu :

a. Umur

Umur merupakan indikator kedewasaan seseorang, semakin bertambah umur pendidikan yang didapat akan lebih banyak. Baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadi perubahan kemampuan, penampilan atau perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap atau keterampilannya.

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Rata – rata keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang baik dan bermutu.

c. Lingkungan

(7)

akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk metasakan bangku sekolah.

C. Ekonomi

Sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Pemenuhan kebutuhan tersebut berkaitan dengan penghasilan. Status ekonomi da pendidikan dianggap sebagai faktor resiko penting untuk ISPA. Ekonomi adalah sebuah kegiatan yang biasa menghasilkan uang. Standar dalam menentukan tinggi rendahnya status ekonomi seseorang dapat digunakan standar Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang telah ditetapkan. Adapun tingkat ekonomi yang teliti adalah penghasilan lebih dari Rp. 877.500/ bulan dan kurang dari 877.500/ bulan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi hampir semua penyakit. Kemiskinan berpengaruh terhadap kejadian penyakit menular di Indonesia, prevalensi tinggi tiap jenis penyakit menular sebagian besar terjadi pada daerah kabupaten/kota miskin, yaitu yang mempunyai presentase penduduk miskin >16% , hambatan utama adalah keterbatasan dana masyarakat untuk dapat mengakses pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat terhadap cara dan budaya hidup sehat yang masih belum memadai (Trihono, 2009). Status ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan faktor-faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, dan penerimaan layanan kesehatan.

(8)

Atas pada balita sebanyak 12 responden (80%), dan presentase terbesar responden dengan ekonomi < UMR memiliki kejadian ISPA Pneumonia pada balita sebanyak 17 responden (68%). Dari hasil analisis data didapatkan nilai odds ratio 0,118 yang artinya sosial ekonomi > UMR mempunyai peluang resiko 0,1 kali untuk mendapatkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dibandigkan dengan ekonomi < UMR. Kemiskinan didefinisikan sebagai suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dimasyarakat yang bersangkutan.

D. Pengetahuan

(9)

objek yang diketahuinya (Rustandi & Sulistyoningsih, 2010). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan. (Notoatmodjo, 2010), yaitu :

1. Tahu (know) :

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelunya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa seseorang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension) :

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang dapat memahami cara pengobatan ISPA.

3. Aplikasi (aplication) :

(10)

4. Analisis (analysis) :

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat.

5. Sintesis (syntesis) :

Sintesis menujukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentanng artikel yang telah dibaca.

6. Evaluasi (evaluation) :

(11)

E. Pertolongan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Menurut Direktorat Jendral P2M dan PL (2010), untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang dapat dilakukan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA yaitu :

a. Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi dengan pemberian parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah dua bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan sehari empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara kain dicelupkan pada air.

b. Mengatasi batuk

Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok dicampur dengan kecap atau madu setengah sendok the diberikan tiga kali sehari.

c. Pemberian makanan

(12)

d. Pemberian minuman

Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita. e. Tidak dianjurkan menggunakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, terutama pada anak yang demam. f. Membersihkan hidung

Membersihkan hidung pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. g. Lingkungan tempat tinggal

(13)

F. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, pengaruh pendidikan, ekonomi, dan pengetahuan terhadap pertolongan pertama ibu pada balita ISPA maka disusun dalam kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi dari Notoatmodjo (2010), Rahajoe (2010), Rustandi & Sulistyoningsih (2010), dan Trihono (2009).

(14)

G. Kerangka Konsep

Untuk mengetahui kerangka konsep dalam penelitian pengaruh pendidikan, sosial ekonomi, dan pengetahuan terhadap pertolongan pertama ibu pada balita ISPA di Puskesmas Karanglewas Kabupaten Banyumas. Dapat dilihat pada bagan berikut ini :

Variabel bebas (Independent) Variabel Terikat (Dependent) Pendidikan

Ekonomi Pengetahuan

Gambar 2.2 Kerangka konsep

H. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan, dugaan atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikkan dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara Pendidikan, Ekonomi, dan Pengetahuan terhadap Pertolongan Pertama Ibu pada Balita ISPA.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

Tersedia library yang sangat banyak untuk menghubungkan Arduino dengan macam-macam sensor, actuator maupun modul komunikasi.Misalnya library untuk mouse, keyboard,

Berdasarkan pemaparan data dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran fisika topik optika geometri yang dikembangkan dengan berorientasi pada

Selain itu, pada tahun depan, Perseroan juga berencana untuk menerbitkan kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-E BA) sebesar Rp750 miliar hingga Rp1 triliun..

karakter termasuk upaya yang dilakukan oleh guru sejarah di SMA Negeri 1 Tibawa.. SMA Negeri 1 Tibawa dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian karena

diperoleh dari hasil ulangan tengah semester I hanya 7 siswa atau 42% siswa yang berhasil memperoleh nilai minimal 60. Untuk itulah guru perlu mempelajari dan

Oleh karena itu, seringkali perlu untuk memperluasnya ke seluruh sumbu

dan hutan menjadi mata pencaharian bagi yang berhak. Tanah dalam pengertian status yang ada didalam sertipikat sesuai dengan kelasnya. masing-masing yaitu ada beberapa klasifikasi

Dalam penelitian ini masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah mengeanai pembentukan karakter disiplin siswa melalui keteladanan guru aqidah akhlak kelas VIII