• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - KEEFEKTIFAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kebasen Tahun 2012) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - KEEFEKTIFAN MODEL KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kebasen Tahun 2012) - repository perpustakaan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aspek membaca dan menulis merupakan aspek yang dipelajari oleh

anak setelah ia masuk sekolah. Kedua kemampuan ini harus dikuasai sejak

dini karena kedua keterampilan ini menjadi dasar dalam hal memahami dan

mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Seperti diungkapkan oleh Syafi’e (1998: 22)

bahwa keterampilan membaca dan menulis harus dikuasai oleh siswa karena

kemampuan keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan semua

program belajar siswa. Keberhasilan belajar mereka dalam mengikuti program

belajar mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan

membaca yang mereka miliki, sedangkan menulis merupakan aktivitas sosial

dan kolaboratif. Kedua keterampilan tersebut harus dimiliki oleh siswa untuk

dapat memahami, mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat

meyerap dan menyampaikan ilmu yang mereka dapatkan kepada orang lain.

Syamsuddin (2011: 2) menyebutkan bahwa menulis adalah salah satu

aspek keterampilan berbahasa yang dimiliki dan digunakan oleh manusia

sebagai alat komunikasi tidak langsung antara mereka. Hal ini terjadi karena

dalam kenyataan hidup bermasyarakat, kontak komunikasi tidak selalu

dilakukan dengan tatap muka. Menulis adalah membuat huruf, angka, dan

sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau

(2)

Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan, pendapat, perasaan,

keinginan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan kemudian

“mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie, 1998: 45).

Di samping itu, menulis merupakan suatu keterampilan yang

kompleks dan unik yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Akhadiah dalam Rusman (2011: 171) mengungkapkan bahwa untuk menulis

sebuah karangan sederhana sekalipun, kita dituntut memenuhi persyaratan

dasar, sama seperti bila kita menulis karangan yang rumit. Kita harus tetap

memilih topik, membatasi topik, mengembangkan gagasan, serta

menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang baik.

Menulis ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan.

Perbuatan menulis sekurang-kurangnya ada tiga komponen, yaitu: (1)

penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai media tulisan, meliputi:

kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik, dan sebagainya, (2)

penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis, dan (3)

penguasaan tentang jenis -jenis tulisan, yaitu bagaimana merangkai isi tulisan

dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi

yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan sebagainya.

Jika peneliti melihat dari komponen tersebut, menulis bukanlah suatu

hal yang mudah untuk dilaksanakan. Menulis tidaklah semudah keterampilan

berbahasa yang lain seperti mendengar, berbicara. Kadang banyak hal yang

(3)

kertas saja kadang terasa ragu karena bingung bagaimana memulai sebuah

tulisan.

Ada beberapa kesulitan yang kita dapati saat siswa sedang

melaksanakan pembelajaran terutama menulis narasi. Di antara

kesulitan-kesulitan yang dirasakan adalah (1) menemukan gagasan yang ingin

disampaikan, (2) mengorganisasikan gagasan dengan kata-kata, (3) memilih

kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan gagasan yang telah dipilih, (4)

memulai mengungkapkan gagasan dan bagaimana mengakhirinya. Dalam

kegiatan menulis narasi siswa bingung mau menuliskan apa, lalu bagaimana

mengembangkan kerangka tulisannya dalam kalimat-kalimat yang dirangkai

menjadi sebuah paragraf. Selain itu, terlihat pada struktur kalimat dan

termasuk juga ejaan yang digunakan masih terdapat kekeliruan, sehingga pada

saat pembelajaran menulis habis, tugas menulis belum terselesaikan bahkan

kertas yang dihadapi siswa masih utuh dalam keadaan kosong.

Kesulitan siswa dalam menulis sebuah wacana narasi terjadi karena

menulis narasi memerlukan pengetahuan yang sangat kompleks. Selain

pengetahuan pengungkapan gagasan, penulis harus memiliki pengetahuan

tentang topik, tujuan menulis, pengumpulan bahan dan pemilihan bentuk

karangan serta penggunaan kalimat efektif. Bila melihat dari hal di atas, tidak

heran apabila menulistidak disukai oleh siswa, seperti yang disampaikan oleh

Yunus (2003: 14) bahwa aktivitas menulis atau yang sering disebut

(4)

Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan

pembelajaran atau latihan yang dapat membantu menyelesaikan

kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh siswa. Selain itu, siswa harus dibekali dengan

pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulis. Adapun modal pengetahuan

saat pembelajaran narasi yang perlu diberikan kepada siswa diantaranya

adalah ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang.

Dalam pembelajaran menulis narasi, masih banyak dijumpai guru

yang menggunakan model-model pembelajaran konvensional. Model

pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional yang

diantaranya ada metode ceramah. Menurut Djamarah (2010: 97) metode

ceramah adalah metode yang boleh dikatakan tradisional, karena sejak dulu

metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru

dengan anak didik dalam proses belajar dan mengajar. Pembelajaran

menggunakan model konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi

dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

Apabila dilihat dari segi pembelajaran, kurang berhasilnya

pembelajaran keterampilan menulis di sekolah disebabkan oleh model ajar

yang digunakan masih bersifat teoritis dan kurangnya kreativitas guru dalam

menggunakan model pembelajaran. Keberhasilan pengajaran dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang terdiri atas guru, siswa, model pembelajaran, dan materi

atau bahan pelajaran. Dalam hal ini, guru harus memiliki kreativitas yang

(5)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu faktor yang bisa

meningkatkan pembelajaran menulis narasi adalah penggunaan metode dan

teknik. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan

pendekatan kontekstual atau CTL (Contextual Teaching And Learning).

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Adapun

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu

konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Comunity), Pemodelan (Modeling), penilaian sebenarnya (Authentic Assement), dan refleksi (Reflection) (Depdiknas, 2002: 6).

Dari uraian di atas, maka penulis mengkaji keefektifan model

kontekstual untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi.

B. Rumasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.“Apakah penerapan model pembelajaran

kontekstual efektif dapat meningkatkan secara signifikan keterampilan

(6)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan model

pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan keterampilan menulis narasi

siswa kelas VIII SMPN 1 Kebasen.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut.

1. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

a. pengembangan materi dan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa, menguatkan teori menulis yang ada,

hkususnya menulis narasi.

b. bahan perbandingan dan pertimbangan pada penelitian yang sejenis di

masa mendatang,mengembangkan model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a. memberikan masukan bagi guru untuk dapat menerapkan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran khususnya pembelajaran menulis;

b. memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan

kualitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa, khususnya dalam

(7)

E. Asumsi Penelitian

Anggapan dasar (asumsi) adalah pernyataan yang diyakini

kebenarannya oleh peneliti tanpa perlu dibuktikan terlebih dahulu sebagai titik

tolak untuk melakukan rencana dan aktivitas. Penelitian ini bertitik tolak dari

anggapan dasar bahwa proses belajar akan sangat efektif bila pengetahuan

baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki

siswa sebelumnya (Kasihani, 2003: 1). Bertitik tolak dari keyakinan dengan

pengalaman yang dimiliki siswa dan kenyataan hidup di sekitar siswa yang

sangat efektif untuk proses belajar mengajar, peneliti memilih untuk

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Model pembelajaran ini peneliti anggap tepat digunakan untuk siswa tingkat

SMP. Dengan pengetahuan dan pengalaman dalam belajar bahasa sejak SD,

siswa SMP kelas VIII memiliki kemampuan untuk menulis dan berhasil

memproduksi karya yang berupa tulisan. Banyak benda sekitar kehidupan

siswa (local materials) untuk diangkat menjadi karya dalam bentuk tulisan, sehingga model pembelajaran kontekstual memungkinkan untuk dapat

meningkatkan keterampilan menulis narasi.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Sesuai dengan judul yang penulis angkat, dan untuk menjaga kemungkinan

adanya kekaburan pemahaman terhadap judul ini, maka perlu penulis

(8)

membatasi permasalahan yang diteliti sehingga penelitian yang dilakukan

tidak akan menyimpang dari tujuan. Ruang lingkup penelitian ini adalah

penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran narasi kelas

VIII. Ada dua variabel yang termaktub dalam penelitian, yaitu model

pembelajaran kontekstual sebagai variabel terikat dan menulis narasi sebagai

variabel bebas. Penulis akan menggunakan 7 langkah dalam model

pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran menulis yang difokuskan pada

menulis karangan narasi. Data penelitian adalah hasil karya siswa yang berupa

karangan narasi.

2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan masalah penelitian ini adalah hal-hal yang membatasi

masalah yang berhubungan dengan penelitian. Untuk lebih jelasnya,

keterbatasan dalam penelitian ini penulis rinci sebagai berikut.

a. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2012-2013. Dengan demikian

data yang diperoleh juga merupakan cerminan keadaan pada saat penelitian

dilakukan. Jika dilaksanakan pada waktu yang lain dimana kondisi sudah

berubah, kemungkinan juga berubah pula hasilnya.

b. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah model pembelajaran

kontekstual untuk pembelajaran menulis narasi.

c. Obyek yang diteliti adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kebasen

(9)

narasi. Hasil pembelajaran menulis narasi yang dilakukan guru

menunjukkan bahwa nilai siswa masih tergolong rendah.

G.Definisi Operasional

1. Model Kontekstual

Dalam Wina (2011: 255) Kontekstual atau Contextual Tecahing and Learning(CTL) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari

pendapat tersebut, dapat didefinisikan bahwa model kontekstual adalah model

pembelajaran yang menekankan pada kebermaknaan materi dalam kehidupan

siswa secara nyata.

2. Keterampilan Menulis

Menulis diartikan sebagai keterampilan berbahasa yang menuntut

seseorang menghasilkan sesuatu (karangan) sebagai ungkapan pikiran,

perasaan, dan kemampuannya dalam bahasa tertulis (Sapani, 1990: 2). Dari

pengertian ini, menulis dapat didefinisikan sebagai keterampilan menuangkan

ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang dihasilkan siswa tentu

memperhatikan syarat menulis, yaitu keterpaduan dan kesatuan, baik antar

kalimat maupun antar paragraf. Selain itu, siswa juga harus memperhatikan

tata tulis yang benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

(10)

dalam bentuk tulisan yang padu dengan memperhatikan aturan atau kaidah

penulisan yang benar.

3. Narasi

Menurut Semi (2003: 29) narasi merupakan bentuk percakapan atau

tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa

atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Narasi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan

yang rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal,

tengah, dan akhir. Dari pengertian tersebut dapat didefinisikan narasi adalah

tulisan yang berisi kisah atau cerita mengenai perjalanan yang telah dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

Assalamu ’ alaikum Wr. Setelah melakukan pembimbingan, telaahan, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi berjudul: PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR

This research aims at recognizing the characteristics of local governments consisting of the size of the local governments, total assets, general allocation fund,

Dengan bimbingan guru siswa membahas tentang berbagai pekerjaan yang menjadi cita-cita antara lain menjadi seorang guru, arsitek, dokter hewan, penyanyi, dan pilot.. Guru

semakin tinggi bahan organic tanah maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil (Trijoko,2006)... Besar derajat kerut tanah pada masing-masing jenis

Berdasarkan hasil pembuatan alat pengukur kadar garam dalam kuah makanan pada proyek akhir ini, dapat disimpulkan bahwa:?. Perubahan tegangan pada dalam air garam dan air murni

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

Ditemukan penyakit yang disebabkan oleh virus paling sedikit pada 55 genera anggrek, tetapi ini bukan berarti bahwa terdapat 55 jenis virus yang berbeda, karena virus yang sama

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih