• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Pendekatan

Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, laksana pakai kacamata merah-semua tampak kemerah-merahan (Ujang Sukandi, 2003:39). Sedangkan Wardani (2001:6:4) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007) mengemukakan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan hakikat bahasa, hakikat pengajaran bahasa serta hakikat apa yang diajarkan. Pendekatan bersifat aksiomatis artinya bahwa kebenaran itu tidak dipersoalkan atau tidak perlu dibuktikan lagi.

Setelah melihat pendapat dari beberapa ahli diatas maka kesimpulannya pendekatan adalah cara untuk melihat masalah-masalah yang ada yang berkaitan dengan bahasa ataupun cara pengajarannya.

2.1.1.1 Pengertian Pembelajaran

Muhammad Surya (2001:15) berpendapat bahwa pembelajaran itu ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20 “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Jadi bisa disimpulkan pembelajaran adalah produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Lebih lanjut Muhammad Surya mengemukakan ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu :

1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan perilaku individu merupakan hasil pembelajaran.

(2)

bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif ,afektif dan motorik.

3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.

4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus di puaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.

5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang ternyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman diri situasi nyata.

Kelima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran tersebut sebagai kondisi pembelajaran yang berkualitas. Sudjana (1991:5) mengatakan bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi pengajaran yang tepat dan cara penilaian yang baik. Di dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar, dimana metode mengajar dan media pengajaran ini merupakan salah satu lingkungan belajar yang di kondisikan oleh guru dan dapat memberikan motivasi dalam mengikuti pelajaran.

2.1.1.2 Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu” (Depdikbud, 1990: 180). Sedangkan menurut Syaifuddin Sagala (2005:68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”.

(3)

2.1.1.3 Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran

Fungsi pendekatan pembelajaran adalah memberikan suatu pemahaman tentang sesuatu atau cara pembelajaran yang dianggap efektif dan memberi panduan yang dapat diuji kecocokannya dengan kondisi nyata.

Mohammad Surya ( 2004 ) memberikan penjelasan secara praktis mengenai fungsi pendekatan seperti berikut :

1. Memberikan garis – garis rujukan untuk perancangan pembelajaran 2. Menilai hasil – hasil pembelajaran yang telah dicapai

3. Mendiagnosis masalah – masalah belajar yang timbul, dan

4. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan 2.1.1.4 Macam-macam pendekatan pembelajaran

Menurut Surya (2015), Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yaitu : 1. Pendekatan Kontruktivisme

Pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir dan mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat.

2. Pendekatan Deduktif-Induktif

Pendekatan Deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduktif adalah cara berfikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Pendekatan Induktif adalah pendekatan dimana cara berfikir ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.

3. Pendekatan Konsep dan Proses

Pendekatan Konsep adalah dimana guru memberikan konsep tertentu kepada siswa, lebih kepada konsepnya saja.Sedangkan pendekatan proses adalah dimana siswa diberikan keleluasaan untuk mencari konsep itu sendiri.

4. Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat

(4)

5. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yangg dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dari lima pendekatan diatas dalam penelitian ini akan lebih mendalami pada pendekatan kontekstual.

2.1.2.Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan benda nyata.Metode ini juga merupakan salah satu metode yang cocok dipakai dalam pembelajaran kelas rendah maupun kelas tinggi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam pembelajaran menulis.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari suatu konteks ke konteks lain. Pengalaman awal siswa merupakan material yang sangat berharga.Pengalaman awal ini dapat tumbuh dan berkembang dari lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar. Dengan layanan guru yang memadai melalui berbagai bentuk penugasan, siswa belajar bekerja sama untuk menyelesaikan masalah (problem-based learning) dan saling menghargai sehingga hubungan antarsiswa akan lebih harmonis. Siswa yang merasa "kurang" dapat belajar bersama-sama siswa yang pandai mengerjakan dan mempertanggung jawabkan proyek yang ditugaskan menurut Zaenuri Mastur, (2004).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2007: 253).

(5)

penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, proses penemuan jawaban pertanyaan, dan rekontruksi pemahaman melalui refleksi yang berlangsung secara dinamis.

Suatu proses belajar mengajar dikatakan bermakna jika siswa dapat mengaitkan pelajaran yang didapatnya dengan kehidupan nyata yang mereka alami. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajar).Konteks memberikan makna pada isi.Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermaknalah isinya bagi mereka.

Strategi pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2007: 253). Siswa didorong untuk mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Di sini guru bukan sebagai penyampai bahan belajar melainkan sebagai pembimbing apabila siswa megalami kesulitan.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menuntut siswa yang belajar untuk aktif dan kreatif. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung (Wina Sanjaya, 2007: 253). Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik.

Pendekatan kontekstual juga menuntut guru untuk aktif dalam mengaitkan antara materi dengan situasi dunia luar yang dijalani oleh siswa. Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL), merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dilihat dari berbagai pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa strategi atau pendekatan kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang membawa situasi dunia nyata ke dalam pembelajaran di kelas sehingga belajar akan lebih mudah dan menyenangkan. Selain itu, belajar akan lebih bermakna.

2.1.2.1 Asas –asas Pembelajaran Kontekstual

Menurut Wina Sanjaya (2007: 262) CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Sering kali asas-asas ini disebut juga komponen-komponen CTL.Selanjutnya ketujuh asas dijelaskan di bawah ini:

(6)

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir CTL. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar yang membuat siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, dengan dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan itu menjadi milik mereka sendiri.

2. Menemukan (Inquiry)

Asas inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan. Langkah-langkah inkuiri dengan merumuskan masalah, melakukan observasi, analisis data, kemudian mengomunikasikan hasilnya.

3. Bertanya (Questioning)

Berguna bagi guru untuk : mendorong, membimbing dan menilai peserta didik, menggali informasi tentang pemahaman, perhatian, dan pengetahuan peserta didik. Berguna bagi peserta didik sebagai salah satu teknik dan strategi belajar.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif dan belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang.

5. Pemodelan (Modelling)

Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.

6. Refleksi (Reflection)

Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari, Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru. Hasil konstruksi pengetahuan yang baru dan bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya

7. Penilaian Sebenarnya (Autentic Assesment)

(7)

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan konstektual, jika menerapkan konsep utama pembelajaran konstektual ini di dalam pembelajarannya.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan itu menjadi milik mereka sendiri.

Sedangkan menurut Soedjono (1999:20) dalam Wina Sandjaya 2011. Asas –asas pembelajaran kontekstual adalah

1. Konstruktivisme

Konstruksivisme adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

2. Inkuiri

Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:

a. Merumuskan masalah b. Mengajukan hipotesis c. Mengumpulkan data

d. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan e. Membuat kesimpulan

3. Bertanya (Questioning)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a. menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran b. membangkitkan motvasi siswa untuk belajar

c. merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu d. memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan

e. membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu 4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

(8)

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian Nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.

Setelah diamati dari dua ahli tersebut maka bisa disimpulkan bahwa asas asas pendekatan pembelajaran kontekstual itu sama hanya ada sedikit perbedaan dalam pngertiannya. Ada 7 asas yaitu : Kontruktivisme, Inkuiry, Bertanya, Masyarakat bertanya, Pemodelan, Refleksi, dan yang terakhir penilaian nyata. Ketujuh asas itu yang melandasi proses pembelajaran.

2.1.2.2 Karakteristik pembelajaran kontekstual

Nurhadi (dalam Muslich, 2009) mendiskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci, yaitu: Kerja sama, Saling menunjang, Menyenangkan tidak membosankan, Belajar dengan gairah, Pembelajaran terintegrasi, Menggunakan berbagai sumber, Siswa aktif, Sharing dengan teman, Siswa kritis, dan Guru kreatif

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2005 : 109) ada lima karakteristik pembelajaran dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu :

1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.

(9)

meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetehauan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Jadi bisa disimpulkan karakteristik CTL yang mendasar adalah pembelajaran harus selalu melakukan refleksi agar dalam pembelajaran agar pembelajaran bersifat menyenangkan dan menggairahkan sehingga siswa akan aktif dan bersifat kritis dan guru akan menjadi lebih kreatif.

2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks kekonteks lainnya. Transfer dapat juga terjadi di dalam suatu konteks melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran. Hasil pembelajaran kontekstual diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk melaksanakan pengamatan serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya (Depdiknas, 2007:4)

2.1.2.4 Langkah – langkah CTL dalam Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Wina Sanjaya (2011:124) : A.Pendahuluan

1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

1. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL:

a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa

b. Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.

(10)

d. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

B.Inti

Di lapangan

1) Siswa melakukan observasi keluar kelas sesuai dengan pembagian tugas kelompok

2) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Di dalam kelas

1) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

2) Siswa melaporkan hasil diskusi.

3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

C.Penutup

1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah lingkungan sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “ lingkungan sekitar”.

Sedangkan Rendy Purwanto (2013) mengatakan dalam Langkah-langkah pembelajaran CTL adalah :

1. Kegiatan Awal

- Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

- Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari

(11)

2. Kegiatan Inti

- Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk melihat hasil pekerjaan siswa.

- Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.

- Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kerja sama, - Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok

yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat tugas,

- Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat,

- Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran.

3. Kegiatan Akhir

- Guru dan siswa membuat kesimpulan cara menyelesaikan soal cerita, - Siswa mengerjakan lembar tugas.

- Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus dapat memberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil (ini dapat dilakukan apabila waktu masih tersedia.)

Setelah diamati langkah-langkah pembelajaran kontekstual diatas bahwa persamaannya adalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tidak hanya itu dalam pembelajaran CTL guru harus membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk mereka belajar, dan guru bersama siswa melakukan refleksi kegiatan atas pembelajaran yang dilakukannya.Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendapat dari Wina Sanjaya dalam penelitiannya.

2.2. Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

(12)

Sedangkan menurut Winkel (Purwanto, 2011:45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Winkel (Soedjijarto ,2011:46) hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Purwanto (2011 : 44) Hasil belajar adalah dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Begitu pula dengan kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.

Dengan memperhatikan berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Akibat dari belajar itu mendapatkan hasil yaitu bisa dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Menurut Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

(13)

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.Wasliman (2007: 158 (Drs. Ahmad Susanto 2013:12)), menyebutkan faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar,sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi : kecerdasan, minat dan motivasi belajar, perhatian, ketekunan sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar peserta didik. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Selanjutnya, dikemukakan oleh Wasliman (2007:159) dalam Drs. Ahmad Susanto 2013: 13 bahwa sekolah merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran disekolah, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.

Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar diatas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan pendekatan pembelajaran CTL (Kontekstual). Faktor eksternal disini adalah faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar adalah : a. Metode mengajar, b. Kurikulum, c. Relasi guru dengan siswa, d. Disiplin sekolah, e. Alat pelajaran, f. Waktu sekolah, g. Standar pelajaran di atas ukuran, h. Keadaan gedung, i. Metode belajar, j. Tugas rumah. Pada dasarnya hasil belajar itu dipengaruhi baik oleh faktor internal dan faktor eksternal, tetapi dalam penelitian ini tekanannya pada faktor eksternal, khususnya metode belajar, alat pelajaran dan metode mengajar. Metode mengajar adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar.

(14)

2.3. Bahasa Indonesia

2.3.1 Pengertian Bahasa Indonesia

Banyak para ahli yang tidak mendefiniskan pengertian bahasa Indonesia. Para ahli lebih banyak mendefinisikan secara umum pengertian Bahasa. Menurut Harimurti Kridaklaksana (1997) bahwa bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama dan berkomunikasi untuk mengidentifikasi diri dihadapan orang lain. Sedangkan menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Sedangkan (UUSPN Bab VII pasal 33 ayat 1) mendefinisikan bahwa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Bahasa Indonesia ialah bahasa yang dibuat, dimufakati, dan diakui serta digunakan oleh masyarakat seluruh Indonesia, sehingga sama sekali bebas dari unsur-unsur bahasa daerah yang belum umum dalam bahasa kesatuan kita (Amin Singgih (Budhi Setiawan 2010; 2). Dikatakan pula pada UU RI pasal 36 bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia.

Setelah diamati dari beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia adalah suatu sistem lambang atau bunyi yang mempunyai makna secara lengkap dan teratur dan digunakan sebagai alat komunikasi secara resmi diseluruh tanah air indonesia, mulai dari sabang sampai merauke.

2.3.2 Pentingnya Bahasa Indonesia

(15)

niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan bahasa media massa.

Pada bagian kedua penggunaan bahasa Indonesia pasal 26 UU RI No 24 th 2009 “ Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan”. Dalam pasal 29 ayat (1) “ Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. Ayat (2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. Dan ayat (3) mengatakan bahwa “ Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang mendidik warga negara asing.” Di dalam pasal 30 “ Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi publik di Instansi pemerintahan. Sedangkan dalam pasal 35 ayat (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia.

Setelah membaca dari beberapa pasal diatas , bisa disimpulkan bahwa bahasa Indonesia mempunyai arti penting dalam Indonesia.

2.3.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Menurut Budhi Setiawan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia antara lain : 1. Konsep Dasar Kedudukan dan fungsi bahasa

Kedudukan dan fungsi bahasa yang diapakai oleh pemakainya perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan „label‟ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang bersangkutan.

2. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Kehadiran bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan itu dimulai sebelum kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-bukti prasasti yang ada. Misalnya: Sumpah pemuda, karang brahi serta batu nisan di aceh. Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia memancarkan nilai nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia.

3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara/resmi

(16)

2.3.4 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan KTSP tertuju pada pengembangan aspek fungsional bahasa, yaitu peningkatan kompetensi Berbahasa Indonesia. Ketika kompetensi berbahasa yang dijadikan sasaran, para guru harus lebih fokus pada empat aspek ketrampilan berbahasa, yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia dirumuskan karena, diharapkan mampu menjadikan: (1) siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesusastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan di sekolah, (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dengan sumber belajar yang tersedia, dan (6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional (BSNP:2006).

2.3.5 Tujuan dan fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Berdasarkan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI (2006 : 22) mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

(17)

Sedangkan fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah satu alat penting untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, antara lain:

1. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa,

2. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia lisan dan tulisan, 3. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis, rasional, dan praktis, 4. Memupuk dan mengembangkan ketrampilan untuk memahami, mengungkapkan dan

menikmati keindahan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan (Depdikbud,1995/1996:2).

2.3.6 Standart Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran telah tercantum dalam kurikulum yang sekarang digunakan yaitu kurikulum SD 2006, walaupun guru harus menjabarkan lebih dahulu menjadi tujuan-tujuan yang lebih khusus yang disebut indikator.

Adapun kompetensi dasar Bahasa Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dalam buku kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI oleh Refandi (2006:47) terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini:

Standart

8.1. Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang disekitar secara sederhana dengan bahasa tulis

8.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung yang rapi.

Dalam penelitian ini terkait dengan SK-KD 8.1. dengan materi pokok/Pembelajaran yaitu tentang Mendeskripsikan Ciri-Ciri Tumbuhan.

2.3.7 Menulis

(18)

karena diperlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus-menerus menurut Dawson, dkk, dalam Nurchasanah (1997:68).Secara garis besar, menulis adalah bentuk dari komunikasi yang membutuhkan keterampilan agar menghasilkan tulisan yang baik.

Menurut Johana Pantow, dkk.(2002) menyebutkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh orang yang menggunakan bahasa atau yang mempelajari suatu bahasa.

Puji Arya Yanti, (2007) mengatakan bahwa dengan menulis seorang anak dapat membenamkan diri ke dalam proses kreatif, yakni anak dapat menciptakan sesuatu yang juga berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, mengalami keraguan dan kebingungan, sampai akhirnya menemukan pemecahan.

Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis (Depdikbud, 1997).

Puji Arya Yanti (2007) menyebutkan bahwa dengan kegiatan menulis anak dapat memperoleh manfaat, antara lain:

1. Anak dapat menyatakan perasaannya tentang apa yang dialami dalam bentuk tulisan.

2. Anak dapat menyatukan pikiran ketika menuangkan ide dengan kata-kata.

3. Anak dapat menunjukkn kasih kepada sesama, misalnya dengan menulis surat ucapan terimakasih atau ulang tahun kepada orang tua, teman, bahkan guru. 4. Anak dapat meningkatkan daya ingat dengan cara membuat dan menulis

informasi tentang sesuatu.

Berdasarkan jenis tulisannya menulis dibedakan menjadi empat yaitu menulis deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Disini lebih dalam akan membahas tentang menulis deskripsi.

2.3.8 Menulis Deskripsi

Menulis deskripsi menurut Puji Arya Yanti, (2007) dapat dilakukan dengan cara menuliskan kalimat-kalimat deskripsi dari gambar-gambar yang mereka miliki.Kegiatan menulis deskripsi ini dapat merangsang anak untuk mengungkapkan suatu bentuk/benda yang dipahami anak melalui tulisan.

(19)

gambar-gambar tersebut. Sebagai kreasi dalam pelajaran, anak-anak dapat menulis deskripsi tentang binatang-binatang dan memasangkannya dengan foto binatang yang tersedia.

2.4.Media Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Sedangkan Ali (1992) berpendapat bahwa “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar”. Heinich, Molenida, dan Russel (1993) juga memberikan pendapatnya bahwa “teknologi atau media pembelajaran sebagai penerapan ilmiah tentang proses belajar pada manusia dalam tugas praktis belajar mengajar”.

Jadi dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan pembelajaran.

2.4.2 Jenis-jenis Media Pembelajaran

Menurut Heinich and Molenda (2009) ada enam jenis dasar dari media pembelajaran, yaitu :

1) Teks

Teks merupakan elemen dasar dalam menyampaikan suatu informasi yang mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan yang berupaya memberi daya tarik dalam penyampaian informasi.

2) Media audio

Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan dan membantu meningkatkan daya tarikan terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara, dan lainnya.

3) Media Visual

Media yang dapat memberikan rangsangan-rangsangan visual seperti gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan buletin, dan lainnya.

4) Media proyeksi gerak

Termasuk di dalamnya film gerak, fil gelang, program, TV, video kaset (CD, VCD, atau DVD).

5) Benda-benda tiruan/miniatur

(20)

6) Manusia

Termasuk di dalamnya guru, siswa, atau pakar/ahli di bidang/ materi tertentu. Dalam penelitian ini media gambar termasuk dalam media visual.

2.4.3 Fungsi Media Pembelajaran

Levie dan Lentz (2012), media pembelajaran memiliki 4 fungsi yaitu : 1. Fungsi atensi

Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2. Fungsi afektif

Media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbol visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.

3. Fungsi kognitif

Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut.

4. Fungsi kompensatoris

Media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks.

Jadi media pembelajaran mempunyai fungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks.

2.4.4 Media gambar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 329) Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Hamalik (dalam Subhan:2003) dalam media pendidikan yang menyatakan bahwa media gambar juga dapat digunakan baik oleh perseorangan maupun kelompok.

Maka dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media gambar mempunyai beberapa keunggulan yaitu : bersifat konkrit, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, murah dan dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok.

(21)

pendekatan kontekstual model ada beberapa komponen salah satunya modeling (pemodelan) yaitu dalam sebuah pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa gambar yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

2.5.Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Adapun Pembelajaran dengan model CTL ini juga pernah diteliti oleh Ery Retnaning Wilujeng (2010). Hasil penelitiannya yaitu sebagai berikut: Penilitian ini dilatar belakangi oleh (1). guru hanya ceramah, sedangkan siswa hanya mendengar dan mencatat apa yang dikatakan guru, (2). proses pembelajaran menjadi membosankan dan siswa menjadi kurang aktif, (3). hasil belajar siswa kelas II yang masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) di kelas II SDN Klampis Ngasem IV No. 560 Surabaya. Upaya yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan cara Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam Pembelajaran Tematik Tema Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II SDN Klampis Ngasem IV No. 560 Surabaya”. Dalam kegiatan pembelajaran CTL penulis memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan IPA. Dalam penelitian diperoleh hasil bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa sebesar 11,25% dari 64,29% pada siklus I naik menjadi 85,71% pada siklus II. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik tema lingkungan.

2.6 Kerangka Berfikir

Masalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas 2 SDN 01 Dukuh 1 Salatiga dalam mendeskripsikan pekerjaan di lingkungan sekitar dengan bahasa tulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ditindaklanjuti oleh guru dengan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini, siswa diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam mendeskripsikan tumbuhan dengan bahasa tulis menggunakan media gambar tumbuhan.Penelitian tindakan kelas (PTK) tersebut dilakukan dalam dua siklus.Setiap siklus terdiri dari perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

(22)

untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam menulis puisi deskripsi. Selain itu juga sebagai alat bantudalam meningkatkan kemampuan siswa dalam medeskripsikan tumbuhan dalam bentuk tulisan. Dengan penelitian tindakan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dalampencapaian tujuan tersebut di atas 75 dan dalam pembelajaran menulis setiap siswa diharapkan dapat memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bahasa Indonesia aspek menulis Kelas 2 semester II yang telah dibuat dan ditentukan oleh SDN Dukuh 01 Salatiga, yakni 75.

Rendahnya hasil berlajar

Siswa dibagi dalam kelompok Melatih kerjasama siswa

Tiap kelompok melakukan

(23)

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, diduga melalui pendekatan Kontekstual dengan menggunakan media gambar yang dilaksanakan dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis siswa Kelas 2 SDN Dukuh 01 Salatiga.

2.7. Hipotesis Tindakan

Gambar

gambar (sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan) yang dipasang di kelas. Untuk
gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibaan siswa secara penuh untuk dapat menemukan

Contextual teaching and learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi

Pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

Contextual Teaching and Learning CTL Contextual Teaching and Learning CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

Pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya