PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
PADA MATERI KESEBANGUNAN
(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
INDRI INDHA HARDIYANTI 0903167
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
INDRI INDHA HARDIYANTI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN
(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I,
Drs. DADAN DJUANDA, M.Pd. NIP. 196311081988031001
Pembimbing II,
Drs. YEDI KURNIADI NIP. 195910221989031003
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN
(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)
Oleh:
INDRI INDHA HARDIYANTI 0903167
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Penguji I
Drs. ALI SUDIN, M.Pd. NIP. 195703021980031006
Penguji II
Drs. YEDI KURNIADI NIP. 195910221989031003
Penguji III
Drs. DADAN DJUANDA, M.Pd. NIP. 196311081988031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang
Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman
Siswa pada Materi Kesebangunan
(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)
Oleh
Indri Indha Hardiyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Indri Indha Hardiyanti 2013 Unuversitas Pendidikan Indonesia
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul judul
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA
MATERI KESEBANGUNAN (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD
Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan sya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya pabila
dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,
i
2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 9
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD ... 9
B. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 11
1. Pengertian Model Pembelajaran CTL ... 11
2. Prinsip CTL ... 12
3. Karakteristik CTL ... 13
4. Penerapan CTL di Kelas ... 13
5. Komponen CTL ... 15
6. Langkah-langkah Pemebelajaran CTL ... 16
7. Perbedaan Pembelajaran CTL dan Konvensional ... 18
8. Keunggulan dan Kelemahan CTL ... 18
C. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 19
D. Kesebangunan ... 21
1. Pengertian Kesebangunan ... 21
2. Postulat Kesebangunan Segitiga (Sudut, Sudut, Sudut) ... 21
3. Teorema Kesebangunan Dua Segitiga ... 21
E. Teori Belajar-Mengajar Matematika di SD ... 22
1. Teori Perkembangan Mental dari Piaget ... 22
2. Teori Belajar Konstruktivisme ... 25
3. Teori Perkembangan Geometri Van Hiele ... 25
ii
G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28
H. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Subjek penelitian ... 31
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ... 41
3. Tahap Analisis Data ... 41
4. Tahap Penarikan Kesimpulan ... 42
E. Pengolahan dan Analisis Data ... 43
1. Pengolahan dan Analisis Data Kuantitatif ... 43
2. Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Analisis Data Kuantitatif ... 48
1. Analisis Hasil Pretes... 48
2. Analisis Hasil Postes ... 52
3. Analisis Data Kualitas Peningkatan Pemahaman Siswa ... 57
B. Analisis Data Kualitatif ... 61
1. Analisis Data Hasil Lembar Observasi ... 61
2. Analisis Jurnal Siswa ... 64
3. Analisis Wawancara ... 66
C. Pengujian Hipotesis ... 68
1. Uji Hipotesis 1 ... 68
2. Uji Hipotesis 2 ... 69
3. Uji Hipotesis 3 ... 70
4. Uji Hipotesis 4 ... 70
D. Deskripsi Pembelajaran ... 71
E. Temuan dan Pembahasan ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78
iii
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 84
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Kelas V Semester 2 ... 10
2.2. Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Konvensional ... 18
3.1. Daftar Populasi Penelitian ... 32
3.2. Daftar Sampel Penelitian ... 33
3.3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas ... 34
3.4. Analisis Validitas Tiap Butir Soal ... 35
3.5. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 36
3.6. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 36
3.7. Analisis Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal ... 37
3.8. Klasifikasi Daya Pembeda ... 38
3.9. Analisis Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 38
3.10. Klasifikasi Indeks Gain ... 46
4.1. Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes ... 48
4.2. Uji Normalitas Data Hasil Pretes ... 49
4.9. Analisis Deskriptif Data Skor Gain Normal ... 57
4.10. Uji Normalitas Data Gain ... 58
4.11. Uji Homogenitas Data Gain ... 60
4.12. Uji Perbedaan Rata-rata Gain ... 82
4.13. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 62
4.14. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 62
4.15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 63
4.16. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 63
4.17. Hasil Rangkuman Wawancara Kelas Eksperimen ... 66
4.18. Hasil Rangkuman Wawancara Kelas Kontrol ... 67
4.19. Uji Hipotesis 1 ... 68
4.20. Uji Hipotesis 2 ... 69
v
DAFTAR HISTOGRAM
Diagram
4.1. Normalitas Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 50
4.2. Normalitas Data Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 50
4.3. Abnormalitas Data Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 54
4.4. Abnormalitas Data Nilai Postes Kelas Kontrol ... 55
4.5. Abnormalitas Data N-Gain Kelas Eksperimen ... 59
vi
DAFTAR BAGAN
Bagan
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 84 C.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kelas Eksperimen ... 128
C.2 Pedoman Wawancara Kelas Eksperimen ... 129
C.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kelas Kontrol ... 130
C.4 Pedoman Wawancara Kelas Kontrol ... 131
C.5 Kisi-kisi Format Penilaian Perencanaan Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 132
C.6 Lembar Penilaian Perencanaan Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 134
C.7 Kisi-kisi Format Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 135
C.8 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 140
C.9 Kisi-kisi Format Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 142
C.10 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 147
C.11 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 149
C.12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 150
C.13 Kisi-kisi Jurnal Siswa ... 151
C.14 Lembar Jurnal Siswa ... 152
D.HASIL UJI COBA INSTRUMEN D.1 Hasil Uji Coba Soal Instrumen ... 153
D.2 Validitas Soal Uji Coba ... 155
D.3 Reliabilitas Soal Uji Coba ... 157
D.4 Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Uji Coba Instrumen ... 159
D.5 Daya Pembeda Tiap Butir Soal Uji Coba Instrumen ... 161
viii
E.6 Hasil Penilaian Perencanaan Kelas Eksperimen ... 168
E.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperiman Pertemuan I ... 169
E.8 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperiman Pertemuan II ... 170
E.9 Hasil Penilaian Perencanaan Kelas Kontrol ... 171
E.10 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol Pertemuan I ... 172
E.11 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol Pertemuan II ... 173
E.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I ... 174
E.13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ... 176
E.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ... 178
E.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ... 180
F. TABEL STATISTIK F.1 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 182
F.2 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 184
ix
F.12 Uji Hipotesis 2 ... 200
G.SURAT IZIN PENELITIAN ... 201
H.DAFTAR MONITORING BIMBINGAN ... 206
I. BUKTI FISIK PENELITIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada
apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi
belajar-mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil jika kemampuan guru dalam
menentukan model pembelajaran tepat dengan materi dan tujuan pembelajaran
tercapai serta ditentukan oleh minat belajar siswa.
Guru tidak selamanya menjadi satu-satunya sumber belajar, sumber
belajar bisa diperoleh dari buku, lingkungan, pengalaman, dan sumber apapun
yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Menurut
Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Proses pembelajaran masih berpusat pada guru atau teacher center.
Pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa menjadi pasif karena
hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Pada pembelajaran teacher center,
guru lebih banyak melakukan proses belajar-mengajar dalam bentuk ceramah.
Sehingga, siswa kurang aktif dan siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengkonstruk pengetahuan dan pemahamannya.
Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif. Dengan melibatkan
siswa pada proses pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran yang
dilakukan akan lebih bermakna. Dahar (Trianto, 2007: 25) menjelaskan bahwa
belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada
2
Pembelajaran yang melibatkan siswa sering disebut dengan student center
atau berpusat pada siswa. Kelebihan dari student center adalah pembelajaran lebih
aktif, pembelajaran lebih menyenangkan, melibatkan siswa dengan dunia nyata
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan siswa dituntut untuk
mengkonstruksi pengalaman dan pemahaman.
Hal ini sejalan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh David Ausubel
yaitu tentang belajar bermakna. Teori ini membedakan antara belajar menerima
dan belajar menemukan. Pada belajar menerima, bentuk akhir dari yang diajarkan
itu diberikan oleh guru. Sedangkan pada belajar menemukan, bentuk akhir dari
yang diajarkan itu harus dicari oleh siswa. Ia juga membedakan antara belajar
menghafal dan belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh
David Ausubel yaitu belajar untuk memahami apa yang sudah diperolehnya,
kemudian dikaitkan dan dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya
lebih mengerti (Maulana, 2008b).
Dalam teori Konstruktivisme, guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi, siswa harus membangun sendiri
pengetahuannya dengan cara menemukan ide-ide mereka sendiri yang diperoleh
dari pengalaman mereka. Dalam hal ini, John Dewey (Maulana, 2008b)
menjelaskan bahwa guru tidak hanya memberikan konsep begitu saja, namun
harus mementingkan pemahaman terhadap proses terbentuknya konsep tersebut.
Teori ini lebih menekankan pada proses daripada hasil.
Banyak model-model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
pembelajarannya dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu model
pembelajaran tersebut adalah Contextual Teacing and Learning (CTL).
Contextual Teaching and Learning (CTL) dilandasi oleh filosofi Konstruktivisme,
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi
mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman. Dengan menggunakan model
pembelajaran CTL, pembelajaran akan lebih bermakna karena materi pelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Sehingga siswa bisa mengkonstruksi
3
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari siswa, siswa banyak menemukan hal-hal
yang berkaitan dengan mata pelajaran terutama matematika. Matematika memang
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, karena hampir dalam
setiap aktivitas sehari-hari entah disadari atau tidak siswa pasti menggunakan
Matematika. Selain memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari, mata
pelajaran matematika pun memiliki tujuan yaitu sebagai berikut (Depdiknas,
2006: 30).
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dalam kehidupan sehari-hari, siswa sering melihat foto yang ukuran besar
dan foto yang berukuran kecil. Bahkan mungkin siswa sering menggambar suatu
bangun atau benda yang sama dengan ukuran yang berbeda. Tanpa disadari
mereka sudah menggunakan konsep kesebangunan. Akan tetapi, foto atau benda
yang digambar siswa belum tentu sebangun. Karena untuk menentukan
kesebangunan suatu benda, bangun, atau suatu bentuk tertentu kita harus paham
terlebih dahulu tentang konsep kesebangunan.
Untuk menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa dan
pembelajaran menjadi lebih bermakna, maka penulis tertarik melakukan penelitian
4
and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Kesebangunan” (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan).
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan secara
signifikan?
2. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas V pada materi kesebangunan secara signifikan?
3. Apakah pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan yang mengikuti
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional secara signifikan?
4. Apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman siswa kelas V kelompok
unggul, papak, dan asor pada materi kesebangunan yang menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) secara signifikan?
5. Bagaimana aktivitas siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada materi kesebangunan?
6. Bagaimana respon siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) dan respon siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional pada materi kesebangunan?
Penelitian ini difokuskan pada penggunaan model pembelajaran CTL untuk
meningkatkan pemahaman siswa pada materi kesebangunan. Penelitian ini
dibatasi hanya pada siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Pasawahan
Kabupaten Kuningan semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan
Memahami Sifat-sifat Bangun dan Hubungan Antarbangun dengan subpokok
bahasan Menyelidiki Sifat-sifat Kesebangunan. Kemampuan pemahaman yang
5
dikemukakan oleh Polya yaitu pemahaman induktif dan indikator pemahaman
yang dikemukakan oleh Pollatsek yaitu pemahaman fungsional. Dasar pemilihan
materi tersebut karena kesebangunan merupakan salah satu materi yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dalam pembelajarannya
cocok menggunakan model pembelajaran CTL dan materi kesebangunan dapat
meningkatkan kemampuan tilikan ruang siswa.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan pemahaman siswa pada
materi kesebangunan adalah sebagai berikut ini.
1. Untuk mengetahui peningkatkan pemahaman siswa kelas V secara signifikan
pada materi kesebangunan dengan menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Untuk mengetahui peningkatkan pemahaman siswa kelas V secara signifikan
pada materi kesebangunan dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
3. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas V secara signifikan
pada materi kesebangunan yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional.
4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman siswa kelas V secara
signifikan pada kelompok unggul, papak, dan asor pada materi kesebangunan
yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL).
5. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada materi kesebangunan.
6. Untuk mengetahui respon siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dan respon siswa yang mengikuti
6
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memiliki kepentingan, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengetahui adanya pengaruh pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap peningkatan pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan.
2. Bagi Guru
Guru matematika bisa menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) sebagai alternatif pembelajaran yang dapat menghadirkan
pengalaman baru, dan wawasan yang baru dalam pembelajaran matematika
sekaligus dapat mengurangi kejenuhan belajar siswa.
3. Bagi Siswa
Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, menarik, menyenangkan,
dan dapat meningkatkan pemahaman siswa karena berkaitan dengan kehidupan
nyatanya.
4. Bagi Sekolah
Sekolah yang menjadi tempat penelitian akan lebih maju dan memperoleh
peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya di kelas V pada materi
kesebangunan.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang
lain terkait dengan pembelajaran matematika yang menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
E. Batasan Istilah
Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian
agar tidak terjadi salah penafsiran adalah sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam
7
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Maulana,
2008b: 89).
2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Blanchard (Trianto, 2007: 102) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya”.
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
model pembelajaran yang menghubungkan antara materi pembelajaran dengan
situasi dunia nyata. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL juga
menekankan adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga
siswa dapat mengaplikasikan secara langsung konsep matematika yang mereka
pelajari.
3. Kemampuan Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
keadaan dimana siswa mengerti terhadap konsep kesebangunan. Kemampuan
pemahaman yang ingin dicapai mengambil dua indikator yakni, salah satu
indikator yang dikemukakan oleh Polya yaitu pemahaman induktif dan salah
satu indikator yang dikemukakan oleh Pollatsek yaitu pemahaman fungsional.
Adapun penjelasan dari indikator yang diambil adalah sebagai berikut
(Maulana 2008b: 57).
a. Pemahaman induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam
kasus sederhana atau dalam kasus serupa.
b. Pemahaman fungsional, yaitu ditandai dengan mengaitkan suatu konsep
dengan konsep lainnya, atau suatu prinsip atau prinsip lainnya, dan
menyadari proses yang dikerjakannya.
4. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam kelas kontrol adalah proses
pembelajaran yang sering digunakan atau dilaksanakan oleh guru di sekolah
tersebut. Proses pembelajaran yang dilakukan guru pada kelas kontrol sebagian
besar berpusat pada guru, dimana guru lebih banyak menerangkan materi,
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (Riduwan, 2009: 54) memberikan pengertian bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal serupa dinyatakan juga oleh
Maulana (2009a: 25-26), bahwa populasi merupakan:
a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,
b. wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memilki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,
c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu,
d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah dirumuskan secara jelas.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD
se-Kecamatan Pasawahan yang peringkat sekolahnya termasuk kelompok sekolah
sedang. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari UPTD Pendidikan
Kecamatan pasawahan yang pengelompokannya berdasarkan rekapitulasi rata-rata
nilai Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah SD se-Kecamatan
Pasawahan berjumlah 15 SD yang dibagi menjadi tiga kelompok dengan cara
menentukan kelompok sekolah tinggi dan kelompok sekolah rendah 27% dari
jumlah seluruh SD yaitu 27% dari 15 adalah 4,05 dan dibulatkan menjadi 4.
Kemudian didapat empat SD kelompok sekolah tinggi, empat SD kelompok
sekolah rendah, dan sisanya termasuk ke dalam SD kelompok sedang. Kelompok
sekolah tinggi (urutan 1-4), sekolah sedang (urutan 5-11), dan sekolah bawah
32
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian
No. Nama SD Rata-rata Nilai Akhir Ujian tahun 2011/2012
Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan
2. Sampel
Arikunto dalam Riduwan (2009), mengatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”.Tidak semua data dan informasi akan diproses, dan tidak semua orang atau benda harus diteliti,
melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Oleh karena
itu, pengambilan sampel pada penelitian harus sampai pada suatu titik optimal
(Maulana, 2009a). Artinya, setiap sampel harus bisa mewakili populasi. Dalam
hal ini, sampel harus representatif agar penelitian bisa teruji generalisasinya. Sudjana (Setiadi, 2005: 41) mengemukakan bahwa “Supaya distribusi populasi mendekati normal, maka ukuran sampel yang diambil dalam penelitian
minimal 30 subjek, meskipun hal ini bukanlah suatu ketentuan yang mutlak”. Hal
33
ketentuan sampel untuk penelitian eksperimen yaitu minimum 30 subjek per
kelompok.
Berdasarkan kebutuhan penelitian agar distribusi populasi mendekati
normal, sampel yang diambil minimal 30 siswa perkelompok. Kelas V sekolah
dasar se-Kecamatan Pasawahan yang memiliki jumlah siswa ≥ 30 orang hanya
ada dua SD. SD tersebut adalah SDN Cimara dan SDN 2 Paniis yang termasuk ke
dalam kelompok SD sedang. Karena keterbatasan data, sampel yang diambil
adalah SDN Cimara dan SDN 2 Paniis. Setelah menentukan sampel, kemudian
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan didapat SDN Cimara sebagai
kelas eksperimen dan SDN 2 Paniis sebagai kelas kontrol. Lebih jelasnya bisa
Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan
B. Instrumen
Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap maka dibuatlah
seperangkat instrumen yang meliputi instrumen tes dan instrumen nontes. Adapun
penjelasan dari kedua instrumen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Instrumen Tes
Soal tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian. Tes ini terdiri
dari pretes dan postes. Hal ini dilakukan untuk mengamati perbedaan kelas
eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model CTL dan kelas
34
konvensional. Pretes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa yang
dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, sementara itu postes dilakukan setelah
pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa.
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu soal tes diujicobakan
kepada siswa untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran dari tiap butir soal.
a. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman dan Sukjaya,
1990: 135). Untuk menguji validitas instrumen dapat digunakan jenis statistika
korelasi product-moment dari Pearson, yaitu sebagai berikut (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 154).
= − ( )
( 2− 2) ( 2−( )2)
Keterangan : = koefisien korelasi antara x dan y
n = banyaknya peserta tes
X = skor setiap butir soal
Y = skor total butir soal
Guilford menjelaskan tentang kriteria nilai koefisien korelasi ( ) yaitu
sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147).
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < ≤1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤0,80 Validitas tinggi 0,40 < ≤0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤0,40 Validitas rendah 0,00 < ≤0,20 Validitas sangat rendah
35
Berdasarkan rumus di atas, hasil uji coba soal menunjukkan bahwa secara
keseluruhan soal tersebut memiliki validitas sedang dengan koefisien korelasi
0,46. Sementara itu, validitas tiap soal dapat dilihat dalam Tabel 3.4 berikut ini.
(perhitungan validitas keseluruhan dan tiap butir soal terlampir).
Tabel 3.4
Analisis Validitas Tiap Butir Soal
Nomor
7 0,90 Validitas sangat tinggi
8 0,86 Validitas sangat tinggi
9 0,37 Validitas rendah
10 0,90 Validitas sangat tinggi
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.
Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika hasil evaluasi selalu memberikan hasil yang
sama bila diberikan pada subjek yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda (Arifin, 2009). Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas yaitu
menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu sebagai berikut (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 194).
11 = −
1 1−
�2
2
Keterangan : 11 = koefisien korelasi reliabilitas
= banyak butir soal
�2= jumlah varians skor setiap item
36
Untuk menginterpretasikan reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak
ukur yang dibuat oleh Guilford sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990:
177).
Tabel 3.5
Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitas rendah
≤0,20 Reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan perhitungan, hasil uji coba instrumen yang telah dilaksanakan
menunjukkan bahwa instrumen atau soal yang digunakan memiliki reliabilitas
tinggi dengan koefisien korelasi 0,76. (perhitungan reliabilitas instrumen
terlampir).
c. Tingkat kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran atau indeks kesukaran setiap butir
soal, digunakan rumus sebagai berikut.
�� =
� �
Keterangan : IK = tingkat/indeks kesukaran
= rata-rata skor tiap butir soal
� � = skor maksimum ideal
Klasifikasi tingkat/indeks kesukaran menurut Guilford adalah sebagai
berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).
37
Berdasarkan rumus di atas, tingkat kesukaran tiap butir soal yang telah
telah diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut. (perhitungan
tingkat kesukaran terlampir).
Tabel 3.6
Analisis Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal
Nomor
Suherman dan Sukjaya (1990: 199-192) menjelaskan bahwa daya
pembeda sebuah butir soal adalah seberapa jauh kemampuan butir soal itu untuk
membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang
berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai
berikut.
= −
� �
Keterangan : DP = daya pembeda
= rata-rata skor kelompok atas
= rata-rata skor kelompok bawah
� � = skor maksimum ideal
Klasifikasi untuk daya pembeda adalah sebagia berikut (Suherman dan
38
Berdasarkan rumus di atas, daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada
Tabel 3.8 berikut. (perhitungan daya pembeda tiap butir soal terlampir).
Tabel 3.8
Analisis Daya Pembeda Tiap Butir Soal
Nomor
Soal Daya Pembeda Keterangan
1 0,52 Baik
Berdasarkan hasil perhitungan, dari sepuluh soal yang ada memiliki
validitas sedang. Adapun validitas dari tiap butir soal semuanya valid tidak ada
yang tidak valid. Sehingga, semua soal tersebut digunakan dalam penelitian.
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, jurnal siswa, dan wawancara. Adapun penjelasan dari instrumen nontes
yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagi berikut.
a. Observasi
Maulana (2009a: 35) menjelaskan bahwa “Observasi merupakan
pengamatan langsung menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan
39
ini adalah observasi kinerja guru dan observasi aktivitas siswa. Observasi kinerja
guru pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru dan untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran selama pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran CTL. Sedangkan observasi aktivasi siswa,
digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran CTL. Observasi kinerja guru dan aktivitas
siswa dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Alat yang digunakan untuk
melakukan observasi adalah format observasi.
b. Jurnal Siswa
Jurnal merupakan salah satu bentuk tulisan atau komentar yang disusun
oleh siswa tentang kegiatan yang dilakukannya (Maulana, 2008b: 116). Jurnal
siswa bertujuan untuk mengetahui respon, komentar/kesan siswa terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam mengisi jurnal siswa bebas
memberikan tanggapan, kritikan atau komentar tentang pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran CTL.
c. Wawancara
Pada penelitian ini, wawancara dilaksanakan untuk melengkapi data jika
ada data yang diperoleh belum jelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Ruseffendi (2005) bahwa “Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data
yang sering digunakan untuk melengkapi data yang belum terungkap jelas oleh
cara pengumpulan data yang lainnya”. Wawancara merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan dialog dengan subjek
yang bersangkutan. Alat yang digunakan pada wawancara ini adalah pedoman
wawancara untuk siswa.
C. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat dengan
melibatkan dua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Berdasarkan karakteristik tersebut, penelitian ini termasuk
kedalam penelitian yang menggunakan metode eksperimen. Pada penelitian
40
pada variabel terikat (Maulana, 2009a: 20). Variabel bebas pada penelitian ini
adalah penerapan model pembelajaran CTL, sedangkan variabel terikatnya adalah
pemahaman siswa terhadap materi kesebangunan.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol
pretes-postes (pretest-posttest control group design). Karena pada penelitian ini terdiri
dari dua kelompok yaitu kelas kontrol dan eksperimen yang dipilih secara acak.
Kemudian untuk mengetahui kelompok tersebut berdistribusi normal atau tidak
maka dilakukan tes awal (pretest). Setelah diberikan perlakuan, untuk mengetahui
peningkatan pemahaman siswa pada materi kesebangunan, maka dilakukan tes
hasil belajar (posttest). Sebagaiaman yang dijelaskan oleh Ruseffendi (2005: 50)
bahwa:
Pada jenis disain eksperimen ini terjadi pengelompokan secara acak (A), adanya pretes (0) dan adanya postes (0). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan yang biasa (X2) sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan (X1).
Berdasarkan penjelasan di atas, pada penelitian ini kelompok pertama
adalah kelompok eksperimen yang memperoleh perlakuan dengan model
pembelajaran CTL, sedangkan kelompok kedua yaitu kelompok kontrol yang
memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Adapaun
gambar desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes (Ruseffendi, 2005: 50)
adalah sebagai berikut.
A 0 X1 0
A 0 X2 0
Keterangan: A = Pengambilan sampel secara acak
0 = Pretes dan postes
X1 = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran CTL
X2 = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran
41
D. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan pembelajaran, analisis data, dan penarikan kesimpulan.
Adapun uraian dari setiap tahapan adalah sebagai berikut.
1. Tahap persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan perijinan
penelitian ke UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan.
Kemudian, melakukan pengembangan bahan ajar dan merancang instrumen yang
akan digunakan. Setelah itu, Melakukan ujicoba instrumen untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen. Kemudian,
Melakukan pengolahan terhadap instrument. Jika perlu direvisi, maka diuji coba
ulang sampai valid. Jika instrumen sudah valid, maka penulis memilih sampel
untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Setelah itu, mengurus perizinan
penelitian ke sekolah dasar yang dituju.
2. Tahap pelaksanaan pembelajaran
Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan pretes
kemampuan pemahaman siswa yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal
kedua kelas tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai dengan jadwal
yang sudah ditetapkan. Untuk kelas eksperimen pembelajaran menggunakan
model CTL dan untuk kelas control menggunakan model pembelajaran
konvensional.
Pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas pembelajaran akan
diobservasi oleh observer. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
yang menggunakan model CTL dan respon siswa terhadap pembelajaran yang
menggunakan model konvensional, diakhir pembelajaran siswa akan mengisi
jurnal siswa. Setelah pembelajaran berakhir, akan dilaksanakan tes kemampuan
pemahaman siswa untuk kedua kelas.
3. Tahap analisis data
Analisis data yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data kuantitatif dan
data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif berupa hasil pretes dan postes
42
hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji normalitas data, uji
homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Kemudian pengolahan data kualitatif
berupa lembar observasi, jurnal siswa, dan hasil wawancara.
4. Tahap penarikan kesimpulan
Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang
telah dilaksanakan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan hipotesis yang telah
dirumuskan.
Prosedur penelitian yang telah diuraikan di atas dapat dilihat dalam bagan
3.1 sebagai berikut.
43
E.Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Adapun data
kualitatif diperoleh dari hasil observasi, jurnal siswa, dan wawancara. Berikut
dijelaskan pengolahan dan analisis data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Pengolahan dan analisis data kuantitatif
a. Uji Normalitas
Menghitung uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data skor
postes kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan ini
menggunakan rumus chi-kuadrat sebagai berikut (Maulana, 2009a: 91).
ℎ� �
Langkah-langkah pelaksanaan uji normalitas adalah sebagai berikut.
1) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.
2) Menentukan derajat kebebasan dk = j-3 dengan j = banyaknya kelompok
interval.
3) Menentukan nilai ℎ�2 � dengan rumus di atas.
4) Pengambilan kesimpulan dengan cara membandingkan nilai ℎ�2 �
dengan 2 � . Jika ℎ�2 � ≤ 2 � , maka data berdistribusi normal.
Selain menggunakan rumus chi-kuadrat di atas, uji normalitas data juga
dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi SPSS (Statistic Pakcage
for Social Study) 16 for windows. Uji normalitas data yang digunakan yaitu
Kolmogorov-Smirnov.
44
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman varians dari
sampel.
1) Jika data berdistribusi normal, maka digunakan Uji F dengan rumus sebagai
berikut (Maulana, 2009a: 92).
ℎ� � =
2 � 2 � �
Keterangan : ℎ� � = nilai statistik uji Fisher
2 � = simpangan baku terbesar dari kedua kelompok
2 � � = simpangan baku terkecil dari kedua kelompok
Langkah-langkah pelaksanaan uji homogenitas adalah sebagai berikut.
(1) Merumuskan hipotesis.
(2) Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.
(3) Menentukan kriteria pengujian dengan aturan menerima H0 apabila
nilai ℎ� � < � .
(4) Menentukan nilai Fhitung dengan menggunakan rumus di atas.
Selain menggunakan rumus tersebut, uji homogenitas juga dapat dilakukan
dengan menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows. Uji
homogenitas yang digunakan adalah Uji F.
2) Jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametrik
dengan menggunakan Chi-Square pada SPSS 16 for windows.
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dibuat. Cara untuk melakukan uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut.
1) Jika data berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan dua rata-rata
dalam pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan
45
1 = jumlah siswa kelompok satu
2 = jumlah siswa kelompok dua
1 = simpangan baku kelompok satu
2 = simpangan baku kelompok dua
Selain menggunakan rumus tersebut, dalam menguji perbedaan dua
rata-rata dari data yang berdistribusi normal dan homogen dapat dilakukan
dengan aplikasi SPSS 16 for windows dengan uji independent sample
t-test.
2) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji perbedaan
dua rata-rata dalam pengujian hipotesis mengunakan SPSS 16 for windows
dengan uji independent sample t’ atau uji Mann-Whitney U.
3) Jika data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji
homogenitas menggunakan SPSS 16 for windows dengan uji
nonparametrik Chi-Square kemudian dilakukan uji perbedaan dua rata-rata
dengan uji Mann-Whitney U.
d. Gain Normal
Menghitung kualitas peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran menggunakan rumus gain yang dinormalisasi ( � � ) menurut
Meltzer (Fauzan, 2012: 81) yaitu sebagai berikut.
46
Indeks gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Untuk mengetahui terdapat perbedaan peningkatan antara siswa kelompok
unggul, papak, dan asor menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows
dengan uji One-Way ANOVA.
2. Pengolahan dan analisis data kualitatif
a. Observasi
Format observasi dibuat untuk mendukung penelitian ini. Format
observasi terdiri dari format observasi untuk kinerja guru dan format observasi
untuk aktivitas siswa. Observasi untuk aktivitas siswa terdiri dari partisipasi, kerja
sama, dan ketepatan. Setiap aspek memilki indikator yang harus dicapai, setiap
aspek yang diukur diberikan rentang 0 – 3. Skor yang telah diberikan untuk
masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk
perilaku baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Sama seperti observasi aktivitas
siswa, pada observasi kinerja guru juga diukur melalui format observasi. Setiap
kegiatan diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah
disusun. Skor yang telah diberikan untuk masing-masing kegiatan dijumlahkan
dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran sangat baik (A),
baik (B), cukup (C), atau kurang (D). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan
47
Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%
Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%
Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%
Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%
Sangat Kurang (SK) = indikator yang muncul 0 - 20%
b. Jurnal siswa
Jurnal dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran. Data
yang terkumpul dari jurnal ini, selanjutnya dikelompokkan dalam kategori positif,
netral, dan negatif. Jika respon siswa yang terkumpul termasuk ke dalam kategori
positif, berarti model pembelajaran CTL lebih baik daripada pembelajaran
konvensional. Jika termasuk ke dalam kategori netral, berarti model pembelajaran
CTL sama dengan konvensional. Jika negatif, berarti model pembelajaran
konvensional lebih baik daripada CTL.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara merekam. Data hasil rekaman
wawancara kemudian diubah kedalam bentuk tulisan atau rangkuman hasil
wawancara, kemudian dianalisis dengan cara melengkapi data mana yang belum
lengkap atau belum jelas karena wawancara hanya digunakan untuk melengkapi
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB
IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika menggunakan model
pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi kesebangunan
secara signifikan. Hal ini terlihat pada nilai signifikansi (One Tailed)
perbedaan rata-rata data pretes dan postes pada kelas eksperimen adalah 0,000.
Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka H0
ditolak atau H1 diterima. Sebagaimana hipotesis yang telah dirumuskan bahwa
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatan
pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan secara signifikan.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi kesebangunan
secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (One Tailed)
perbedaan rata-rata data pretes dan postes pada kelas kontrol adalah 0,0135.
Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau H1
diterima. Sebagaimana hipotesis yang telah dirumuskan bahwa pembelajaran
konvensional dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V pada materi
kesebangunan secara signifikan.
3. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa pada materi kesebangunan yang
memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL lebih baik
daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi (Sig.2-tailed) adalah 0,007. Karena uji
hipotesis 3 menggunakan uji hipotesis satu pihak (One Tailed), jadi 0,007
dibagi dua adalah 0,0035. Nilai signifikansi tersebutlebih kecil dari0,05, maka
H0 ditolak atau H1 diterima. Sebagaimana rumusan hipotesisnya adalah
79
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas V
pada materi kesebangunan.
4. Peningkatan pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan yang
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa kelompok unggul, papak, dan
asor. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil
uji One-Way ANOVA yaitu 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Sebagaimana hipotesisnya adalah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman siswa kelas V kelompok
unggul, papak, dan asor pada materi kesebangunan yang menggunakan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
5. Aktivitas siwa dalam mengikuti pembelajaran CTL dan pembelajaran
konvensional keduanya mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat pada
rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan ke-1 dan pertemuan k-2. Pada kelas
eksperimen, pertemuan ke-1 memiliki rata-rata aktivitas siswa 62,37% menjadi
88,90%. Pada kelas kontrol, pertemuan ke-1 mencapai rata-rata 62,15% dan
pada pertemuan ke-2 mencapai 86,47%.
6. Setelah melakukan analisis dari jurnal siswa dan hasil wawancara, respon
siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CTL dan
Konvensional menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif. Terlebih
lagi terhadap pembelajaaran yang menggunakan model pembelajaran CTL
semua siswa memberikan respon yang positif.
B.Implikasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa model pembelajaran
CTL untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi
kesebangunan dilihat dari hasil uji statistik meningkat. Akan tetapi, dilihat dari
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) bahwa model pembelajaran CTL kurang
80
C.Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang
diajukan yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Guru
Dengan banyaknya model pembelajaran saat ini, sebaiknya guru
menggunkannya dalam pembelajaran sehari-hari agar siswa tidak merasa jenuh
saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, model pembelajaran CTL
bisa meningkatkan pemahaman siswa, dan membuat siswa menjadi aktif maka
guru sebaiknya memahami secara lebih mendalam tentang model pembelajaran
CTL.
2. Bagi Siswa
Dapat mengaplikasikan pembelajaran yang diperoleh ke dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bagi Sekolah
Dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan pembelajaran.
Sebaiknya sekolah bisa meningkatkan kualitas guru dengan melakukan
observasi kinerja guru minimal seminggu sekali agar kualitas guru lebih bagus.
Selain itu, dapat meningkatkan kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan.
4. Bagi Peneliti Lain
Penelitian terhadap model pembelajaran CTL ini direkomendasikan untuk
dilanjutkan dengan kajian yang lebih luas. Selain itu, penelitian ini dapat
dijadikan bahan referensi yang berhubungan dengan pembelajaran
81
DAFTAR PUSTAKA
Adjie, N. dan Maulana (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI
Press.
Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer
dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatihurip dan SDN Cilengkrang di Kabupaten Sumedang). Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Sumedang: Tidak dipublikasikan.
Jabar, J. M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/ upload/s_fis_060865_chapter2.pdf. [21 Maret 2012].
Johnson, E. B. (2012). Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.
Khususwanto. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa (Suatu penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 15 Bandung). Proposal Penelitian pada FMIPA UPI: Tidak Dipublikasikan.
Maulana. (2008a). Konsep Dasar Statistika dan Aplikasi Statistika serta Teori Distribusi Peluang. Subang: Royyan Press.
Maulana. (2008b). Pendidikan Matematika 1: Bahan Belajar untuk Guru, Calon Guru, dan Mahasiswa PGSD. Bandung: Tidak Dipublikasikan.
Maulana. (2009a). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian
Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.
Maulana. (2009b). “Pembelajaran Matematika yang Konstruktif di Sekolah
Dasar”. Dalam Djuanda, dkk. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: Kuliah Kerja Nyata 2009.
82
Nalurita, L., Siroj, R.A., dan Putri, R.I. (2010). Bahan Ajar Kesebangunan dan
Simetri Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Menggunakan
Macromedia Flash di Kelas V. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika. [Offline], Vol 4 (1), 8 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.id/ 834/1/4__Liya_45-52.pdf. [3 Januari 2012].
Ramdani, R. (2011). Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan. [Online], Vol 2 (1), 10 halaman.
Tersedia: http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/
download/84/pdf. [3 Januari 2012].
Riduwan.2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito
Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Setiadi, Y. (2005). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasis Teknologi Komputer Tipe Tutorial untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Proposal Penelitian pada FMIPA UPI: Tidak Dipublikasikan.
Sobartini, I. (2010). Penerapan Model Kontekstual untuk Meningkatkan
Pemahaman dalam Pembelajaran Konsep Keliling dan Luas pada Bangun Persegi dan Persegipanjang” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SDN Citimun 1 Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Sumedang: Tidak dipublikasikan.
83
Sumanto, Y. D., Kusumawati, H., dan Aksin, N. (2008). Gemar Matematika 5: untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Supinah. (2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual
dalam Melaksanakan KTSP. [Online]. Tersedia:
http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/11-pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah.pdf. [21 Maret 2012].
Trianto.(2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Windayana, H., P. Oyon H., dan Supriyadi. (2010). Geometri dan Pengukuran. Bandung: UPI Press
Yani,N. (2011). Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning dalam
Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di Kelas 2 SD Negeri Soka 34/4 Kota Bandung.
[Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0651_
0810238_chapter2.pdf. [21 Maret 2012].
Dokemen
Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI.
Jakarta: Dharma Bakti.
Undang-Undang Republik Indonesia. (2005). Guru dan Dosen. [Online].
Tersedia: http://sa.itb.ac.id/Ketentuan%20Lain/UUNo142005(Guru%20% 26%20Dosen).pdf. [5 Januari 2012].
UPT Pendidikan Kecamatan Pasawahan. (2012). Daftar Sekolah Dasar