• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

PADA MATERI KESEBANGUNAN

(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

INDRI INDHA HARDIYANTI 0903167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

INDRI INDHA HARDIYANTI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN

(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I,

Drs. DADAN DJUANDA, M.Pd. NIP. 196311081988031001

Pembimbing II,

Drs. YEDI KURNIADI NIP. 195910221989031003

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN

(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)

Oleh:

INDRI INDHA HARDIYANTI 0903167

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Penguji I

Drs. ALI SUDIN, M.Pd. NIP. 195703021980031006

Penguji II

Drs. YEDI KURNIADI NIP. 195910221989031003

Penguji III

Drs. DADAN DJUANDA, M.Pd. NIP. 196311081988031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang

(4)

Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman

Siswa pada Materi Kesebangunan

(Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)

Oleh

Indri Indha Hardiyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Indri Indha Hardiyanti 2013 Unuversitas Pendidikan Indonesia

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul judul

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA

MATERI KESEBANGUNAN (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD

Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan sya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya pabila

dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam

karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Sumedang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

(6)
(7)

i

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ... 9

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD ... 9

B. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 11

1. Pengertian Model Pembelajaran CTL ... 11

2. Prinsip CTL ... 12

3. Karakteristik CTL ... 13

4. Penerapan CTL di Kelas ... 13

5. Komponen CTL ... 15

6. Langkah-langkah Pemebelajaran CTL ... 16

7. Perbedaan Pembelajaran CTL dan Konvensional ... 18

8. Keunggulan dan Kelemahan CTL ... 18

C. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 19

D. Kesebangunan ... 21

1. Pengertian Kesebangunan ... 21

2. Postulat Kesebangunan Segitiga (Sudut, Sudut, Sudut) ... 21

3. Teorema Kesebangunan Dua Segitiga ... 21

E. Teori Belajar-Mengajar Matematika di SD ... 22

1. Teori Perkembangan Mental dari Piaget ... 22

2. Teori Belajar Konstruktivisme ... 25

3. Teori Perkembangan Geometri Van Hiele ... 25

(8)

ii

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 28

H. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Subjek penelitian ... 31

2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

3. Tahap Analisis Data ... 41

4. Tahap Penarikan Kesimpulan ... 42

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 43

1. Pengolahan dan Analisis Data Kuantitatif ... 43

2. Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Analisis Data Kuantitatif ... 48

1. Analisis Hasil Pretes... 48

2. Analisis Hasil Postes ... 52

3. Analisis Data Kualitas Peningkatan Pemahaman Siswa ... 57

B. Analisis Data Kualitatif ... 61

1. Analisis Data Hasil Lembar Observasi ... 61

2. Analisis Jurnal Siswa ... 64

3. Analisis Wawancara ... 66

C. Pengujian Hipotesis ... 68

1. Uji Hipotesis 1 ... 68

2. Uji Hipotesis 2 ... 69

3. Uji Hipotesis 3 ... 70

4. Uji Hipotesis 4 ... 70

D. Deskripsi Pembelajaran ... 71

E. Temuan dan Pembahasan ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

(9)

iii

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 84

(10)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Matematika Kelas V Semester 2 ... 10

2.2. Perbedaan Pembelajaran CTL dengan Pembelajaran Konvensional ... 18

3.1. Daftar Populasi Penelitian ... 32

3.2. Daftar Sampel Penelitian ... 33

3.3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas ... 34

3.4. Analisis Validitas Tiap Butir Soal ... 35

3.5. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 36

3.6. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 36

3.7. Analisis Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal ... 37

3.8. Klasifikasi Daya Pembeda ... 38

3.9. Analisis Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 38

3.10. Klasifikasi Indeks Gain ... 46

4.1. Statistik Deskriptif Data Hasil Pretes ... 48

4.2. Uji Normalitas Data Hasil Pretes ... 49

4.9. Analisis Deskriptif Data Skor Gain Normal ... 57

4.10. Uji Normalitas Data Gain ... 58

4.11. Uji Homogenitas Data Gain ... 60

4.12. Uji Perbedaan Rata-rata Gain ... 82

4.13. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 62

4.14. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 62

4.15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 63

4.16. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 63

4.17. Hasil Rangkuman Wawancara Kelas Eksperimen ... 66

4.18. Hasil Rangkuman Wawancara Kelas Kontrol ... 67

4.19. Uji Hipotesis 1 ... 68

4.20. Uji Hipotesis 2 ... 69

(11)

v

DAFTAR HISTOGRAM

Diagram

4.1. Normalitas Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen ... 50

4.2. Normalitas Data Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 50

4.3. Abnormalitas Data Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 54

4.4. Abnormalitas Data Nilai Postes Kelas Kontrol ... 55

4.5. Abnormalitas Data N-Gain Kelas Eksperimen ... 59

(12)

vi

DAFTAR BAGAN

Bagan

(13)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A.1 RPP Kelas Eksperimen ... 84 C.1 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kelas Eksperimen ... 128

C.2 Pedoman Wawancara Kelas Eksperimen ... 129

C.3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kelas Kontrol ... 130

C.4 Pedoman Wawancara Kelas Kontrol ... 131

C.5 Kisi-kisi Format Penilaian Perencanaan Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 132

C.6 Lembar Penilaian Perencanaan Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 134

C.7 Kisi-kisi Format Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 135

C.8 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 140

C.9 Kisi-kisi Format Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 142

C.10 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 147

C.11 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 149

C.12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 150

C.13 Kisi-kisi Jurnal Siswa ... 151

C.14 Lembar Jurnal Siswa ... 152

D.HASIL UJI COBA INSTRUMEN D.1 Hasil Uji Coba Soal Instrumen ... 153

D.2 Validitas Soal Uji Coba ... 155

D.3 Reliabilitas Soal Uji Coba ... 157

D.4 Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal Uji Coba Instrumen ... 159

D.5 Daya Pembeda Tiap Butir Soal Uji Coba Instrumen ... 161

(14)

viii

E.6 Hasil Penilaian Perencanaan Kelas Eksperimen ... 168

E.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperiman Pertemuan I ... 169

E.8 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperiman Pertemuan II ... 170

E.9 Hasil Penilaian Perencanaan Kelas Kontrol ... 171

E.10 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol Pertemuan I ... 172

E.11 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol Pertemuan II ... 173

E.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I ... 174

E.13 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan II ... 176

E.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ... 178

E.15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol Pertemuan I ... 180

F. TABEL STATISTIK F.1 Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 182

F.2 Uji Homogenitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 184

(15)

ix

F.12 Uji Hipotesis 2 ... 200

G.SURAT IZIN PENELITIAN ... 201

H.DAFTAR MONITORING BIMBINGAN ... 206

I. BUKTI FISIK PENELITIAN

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan

satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada

apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi

belajar-mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses

pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil jika kemampuan guru dalam

menentukan model pembelajaran tepat dengan materi dan tujuan pembelajaran

tercapai serta ditentukan oleh minat belajar siswa.

Guru tidak selamanya menjadi satu-satunya sumber belajar, sumber

belajar bisa diperoleh dari buku, lingkungan, pengalaman, dan sumber apapun

yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Menurut

Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Proses pembelajaran masih berpusat pada guru atau teacher center.

Pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa menjadi pasif karena

hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. Pada pembelajaran teacher center,

guru lebih banyak melakukan proses belajar-mengajar dalam bentuk ceramah.

Sehingga, siswa kurang aktif dan siswa tidak diberi kesempatan untuk

mengkonstruk pengetahuan dan pemahamannya.

Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif. Dengan melibatkan

siswa pada proses pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan pembelajaran yang

dilakukan akan lebih bermakna. Dahar (Trianto, 2007: 25) menjelaskan bahwa

belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada

(17)

2

Pembelajaran yang melibatkan siswa sering disebut dengan student center

atau berpusat pada siswa. Kelebihan dari student center adalah pembelajaran lebih

aktif, pembelajaran lebih menyenangkan, melibatkan siswa dengan dunia nyata

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan siswa dituntut untuk

mengkonstruksi pengalaman dan pemahaman.

Hal ini sejalan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh David Ausubel

yaitu tentang belajar bermakna. Teori ini membedakan antara belajar menerima

dan belajar menemukan. Pada belajar menerima, bentuk akhir dari yang diajarkan

itu diberikan oleh guru. Sedangkan pada belajar menemukan, bentuk akhir dari

yang diajarkan itu harus dicari oleh siswa. Ia juga membedakan antara belajar

menghafal dan belajar bermakna. Belajar bermakna yang dikemukakan oleh

David Ausubel yaitu belajar untuk memahami apa yang sudah diperolehnya,

kemudian dikaitkan dan dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya

lebih mengerti (Maulana, 2008b).

Dalam teori Konstruktivisme, guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi, siswa harus membangun sendiri

pengetahuannya dengan cara menemukan ide-ide mereka sendiri yang diperoleh

dari pengalaman mereka. Dalam hal ini, John Dewey (Maulana, 2008b)

menjelaskan bahwa guru tidak hanya memberikan konsep begitu saja, namun

harus mementingkan pemahaman terhadap proses terbentuknya konsep tersebut.

Teori ini lebih menekankan pada proses daripada hasil.

Banyak model-model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses

pembelajarannya dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu model

pembelajaran tersebut adalah Contextual Teacing and Learning (CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) dilandasi oleh filosofi Konstruktivisme,

yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi

mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman. Dengan menggunakan model

pembelajaran CTL, pembelajaran akan lebih bermakna karena materi pelajaran

dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Sehingga siswa bisa mengkonstruksi

(18)

3

CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari siswa, siswa banyak menemukan hal-hal

yang berkaitan dengan mata pelajaran terutama matematika. Matematika memang

memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari, karena hampir dalam

setiap aktivitas sehari-hari entah disadari atau tidak siswa pasti menggunakan

Matematika. Selain memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari, mata

pelajaran matematika pun memiliki tujuan yaitu sebagai berikut (Depdiknas,

2006: 30).

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dalam kehidupan sehari-hari, siswa sering melihat foto yang ukuran besar

dan foto yang berukuran kecil. Bahkan mungkin siswa sering menggambar suatu

bangun atau benda yang sama dengan ukuran yang berbeda. Tanpa disadari

mereka sudah menggunakan konsep kesebangunan. Akan tetapi, foto atau benda

yang digambar siswa belum tentu sebangun. Karena untuk menentukan

kesebangunan suatu benda, bangun, atau suatu bentuk tertentu kita harus paham

terlebih dahulu tentang konsep kesebangunan.

Untuk menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa dan

pembelajaran menjadi lebih bermakna, maka penulis tertarik melakukan penelitian

(19)

4

and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Kesebangunan” (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri Cimara dan SD Negeri 2 Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan).

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan secara

signifikan?

2. Apakah pembelajaran konvensional dapat meningkatkan pemahaman siswa

kelas V pada materi kesebangunan secara signifikan?

3. Apakah pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan yang mengikuti

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional secara signifikan?

4. Apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman siswa kelas V kelompok

unggul, papak, dan asor pada materi kesebangunan yang menggunakan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) secara signifikan?

5. Bagaimana aktivitas siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional pada materi kesebangunan?

6. Bagaimana respon siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) dan respon siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional pada materi kesebangunan?

Penelitian ini difokuskan pada penggunaan model pembelajaran CTL untuk

meningkatkan pemahaman siswa pada materi kesebangunan. Penelitian ini

dibatasi hanya pada siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Pasawahan

Kabupaten Kuningan semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan

Memahami Sifat-sifat Bangun dan Hubungan Antarbangun dengan subpokok

bahasan Menyelidiki Sifat-sifat Kesebangunan. Kemampuan pemahaman yang

(20)

5

dikemukakan oleh Polya yaitu pemahaman induktif dan indikator pemahaman

yang dikemukakan oleh Pollatsek yaitu pemahaman fungsional. Dasar pemilihan

materi tersebut karena kesebangunan merupakan salah satu materi yang erat

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dalam pembelajarannya

cocok menggunakan model pembelajaran CTL dan materi kesebangunan dapat

meningkatkan kemampuan tilikan ruang siswa.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) untuk meningkatkan pemahaman siswa pada

materi kesebangunan adalah sebagai berikut ini.

1. Untuk mengetahui peningkatkan pemahaman siswa kelas V secara signifikan

pada materi kesebangunan dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL).

2. Untuk mengetahui peningkatkan pemahaman siswa kelas V secara signifikan

pada materi kesebangunan dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional.

3. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa kelas V secara signifikan

pada materi kesebangunan yang mengikuti pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional.

4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan pemahaman siswa kelas V secara

signifikan pada kelompok unggul, papak, dan asor pada materi kesebangunan

yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL).

5. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional pada materi kesebangunan.

6. Untuk mengetahui respon siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan respon siswa yang mengikuti

(21)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memiliki kepentingan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Bagi Penulis

Penulis dapat mengetahui adanya pengaruh pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap peningkatan pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan.

2. Bagi Guru

Guru matematika bisa menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) sebagai alternatif pembelajaran yang dapat menghadirkan

pengalaman baru, dan wawasan yang baru dalam pembelajaran matematika

sekaligus dapat mengurangi kejenuhan belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Siswa memperoleh pengalaman belajar yang baru, menarik, menyenangkan,

dan dapat meningkatkan pemahaman siswa karena berkaitan dengan kehidupan

nyatanya.

4. Bagi Sekolah

Sekolah yang menjadi tempat penelitian akan lebih maju dan memperoleh

peningkatan mutu pembelajaran matematika khususnya di kelas V pada materi

kesebangunan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti yang

lain terkait dengan pembelajaran matematika yang menggunakan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

E. Batasan Istilah

Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian

agar tidak terjadi salah penafsiran adalah sebagai berikut.

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam

(22)

7

yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Maulana,

2008b: 89).

2. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Blanchard (Trianto, 2007: 102) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya”.

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu

model pembelajaran yang menghubungkan antara materi pembelajaran dengan

situasi dunia nyata. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL juga

menekankan adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga

siswa dapat mengaplikasikan secara langsung konsep matematika yang mereka

pelajari.

3. Kemampuan Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

keadaan dimana siswa mengerti terhadap konsep kesebangunan. Kemampuan

pemahaman yang ingin dicapai mengambil dua indikator yakni, salah satu

indikator yang dikemukakan oleh Polya yaitu pemahaman induktif dan salah

satu indikator yang dikemukakan oleh Pollatsek yaitu pemahaman fungsional.

Adapun penjelasan dari indikator yang diambil adalah sebagai berikut

(Maulana 2008b: 57).

a. Pemahaman induktif, yaitu dapat menerapkan rumus atau konsep dalam

kasus sederhana atau dalam kasus serupa.

b. Pemahaman fungsional, yaitu ditandai dengan mengaitkan suatu konsep

dengan konsep lainnya, atau suatu prinsip atau prinsip lainnya, dan

menyadari proses yang dikerjakannya.

4. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam kelas kontrol adalah proses

pembelajaran yang sering digunakan atau dilaksanakan oleh guru di sekolah

tersebut. Proses pembelajaran yang dilakukan guru pada kelas kontrol sebagian

besar berpusat pada guru, dimana guru lebih banyak menerangkan materi,

(23)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (Riduwan, 2009: 54) memberikan pengertian bahwa

populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang

menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal serupa dinyatakan juga oleh

Maulana (2009a: 25-26), bahwa populasi merupakan:

a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,

b. wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memilki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,

c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu,

d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah dirumuskan secara jelas.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD

se-Kecamatan Pasawahan yang peringkat sekolahnya termasuk kelompok sekolah

sedang. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari UPTD Pendidikan

Kecamatan pasawahan yang pengelompokannya berdasarkan rekapitulasi rata-rata

nilai Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah SD se-Kecamatan

Pasawahan berjumlah 15 SD yang dibagi menjadi tiga kelompok dengan cara

menentukan kelompok sekolah tinggi dan kelompok sekolah rendah 27% dari

jumlah seluruh SD yaitu 27% dari 15 adalah 4,05 dan dibulatkan menjadi 4.

Kemudian didapat empat SD kelompok sekolah tinggi, empat SD kelompok

sekolah rendah, dan sisanya termasuk ke dalam SD kelompok sedang. Kelompok

sekolah tinggi (urutan 1-4), sekolah sedang (urutan 5-11), dan sekolah bawah

(24)

32

Tabel 3.1

Daftar Populasi Penelitian

No. Nama SD Rata-rata Nilai Akhir Ujian tahun 2011/2012

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan

2. Sampel

Arikunto dalam Riduwan (2009), mengatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”.Tidak semua data dan informasi akan diproses, dan tidak semua orang atau benda harus diteliti,

melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Oleh karena

itu, pengambilan sampel pada penelitian harus sampai pada suatu titik optimal

(Maulana, 2009a). Artinya, setiap sampel harus bisa mewakili populasi. Dalam

hal ini, sampel harus representatif agar penelitian bisa teruji generalisasinya. Sudjana (Setiadi, 2005: 41) mengemukakan bahwa “Supaya distribusi populasi mendekati normal, maka ukuran sampel yang diambil dalam penelitian

minimal 30 subjek, meskipun hal ini bukanlah suatu ketentuan yang mutlak”. Hal

(25)

33

ketentuan sampel untuk penelitian eksperimen yaitu minimum 30 subjek per

kelompok.

Berdasarkan kebutuhan penelitian agar distribusi populasi mendekati

normal, sampel yang diambil minimal 30 siswa perkelompok. Kelas V sekolah

dasar se-Kecamatan Pasawahan yang memiliki jumlah siswa ≥ 30 orang hanya

ada dua SD. SD tersebut adalah SDN Cimara dan SDN 2 Paniis yang termasuk ke

dalam kelompok SD sedang. Karena keterbatasan data, sampel yang diambil

adalah SDN Cimara dan SDN 2 Paniis. Setelah menentukan sampel, kemudian

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan didapat SDN Cimara sebagai

kelas eksperimen dan SDN 2 Paniis sebagai kelas kontrol. Lebih jelasnya bisa

Sumber: UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan

B. Instrumen

Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap maka dibuatlah

seperangkat instrumen yang meliputi instrumen tes dan instrumen nontes. Adapun

penjelasan dari kedua instrumen tersebut adalah sebagai berikut.

1. Instrumen Tes

Soal tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian. Tes ini terdiri

dari pretes dan postes. Hal ini dilakukan untuk mengamati perbedaan kelas

eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model CTL dan kelas

(26)

34

konvensional. Pretes digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa yang

dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, sementara itu postes dilakukan setelah

pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemahaman siswa.

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu soal tes diujicobakan

kepada siswa untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran dari tiap butir soal.

a. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut

mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman dan Sukjaya,

1990: 135). Untuk menguji validitas instrumen dapat digunakan jenis statistika

korelasi product-moment dari Pearson, yaitu sebagai berikut (Suherman dan

Sukjaya, 1990: 154).

= − ( )

( 2− 2) ( 2−( )2)

Keterangan : = koefisien korelasi antara x dan y

n = banyaknya peserta tes

X = skor setiap butir soal

Y = skor total butir soal

Guilford menjelaskan tentang kriteria nilai koefisien korelasi ( ) yaitu

sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 147).

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < ≤1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤0,80 Validitas tinggi 0,40 < ≤0,60 Validitas sedang 0,20 < ≤0,40 Validitas rendah 0,00 < ≤0,20 Validitas sangat rendah

(27)

35

Berdasarkan rumus di atas, hasil uji coba soal menunjukkan bahwa secara

keseluruhan soal tersebut memiliki validitas sedang dengan koefisien korelasi

0,46. Sementara itu, validitas tiap soal dapat dilihat dalam Tabel 3.4 berikut ini.

(perhitungan validitas keseluruhan dan tiap butir soal terlampir).

Tabel 3.4

Analisis Validitas Tiap Butir Soal

Nomor

7 0,90 Validitas sangat tinggi

8 0,86 Validitas sangat tinggi

9 0,37 Validitas rendah

10 0,90 Validitas sangat tinggi

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen.

Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika hasil evaluasi selalu memberikan hasil yang

sama bila diberikan pada subjek yang sama pada waktu atau kesempatan yang

berbeda (Arifin, 2009). Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas yaitu

menggunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu sebagai berikut (Suherman dan

Sukjaya, 1990: 194).

11 = −

1 1−

�2

2

Keterangan : 11 = koefisien korelasi reliabilitas

= banyak butir soal

�2= jumlah varians skor setiap item

(28)

36

Untuk menginterpretasikan reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak

ukur yang dibuat oleh Guilford sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990:

177).

Tabel 3.5

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi 0,40 < ≤ 0,60 Reliabilitas sedang 0,20 < ≤ 0,40 Reliabilitas rendah

≤0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan perhitungan, hasil uji coba instrumen yang telah dilaksanakan

menunjukkan bahwa instrumen atau soal yang digunakan memiliki reliabilitas

tinggi dengan koefisien korelasi 0,76. (perhitungan reliabilitas instrumen

terlampir).

c. Tingkat kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran atau indeks kesukaran setiap butir

soal, digunakan rumus sebagai berikut.

�� =

� �

Keterangan : IK = tingkat/indeks kesukaran

= rata-rata skor tiap butir soal

� � = skor maksimum ideal

Klasifikasi tingkat/indeks kesukaran menurut Guilford adalah sebagai

berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990: 213).

(29)

37

Berdasarkan rumus di atas, tingkat kesukaran tiap butir soal yang telah

telah diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut. (perhitungan

tingkat kesukaran terlampir).

Tabel 3.6

Analisis Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor

Suherman dan Sukjaya (1990: 199-192) menjelaskan bahwa daya

pembeda sebuah butir soal adalah seberapa jauh kemampuan butir soal itu untuk

membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang

berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai

berikut.

= −

� �

Keterangan : DP = daya pembeda

= rata-rata skor kelompok atas

= rata-rata skor kelompok bawah

� � = skor maksimum ideal

Klasifikasi untuk daya pembeda adalah sebagia berikut (Suherman dan

(30)

38

Berdasarkan rumus di atas, daya pembeda tiap butir soal dapat dilihat pada

Tabel 3.8 berikut. (perhitungan daya pembeda tiap butir soal terlampir).

Tabel 3.8

Analisis Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor

Soal Daya Pembeda Keterangan

1 0,52 Baik

Berdasarkan hasil perhitungan, dari sepuluh soal yang ada memiliki

validitas sedang. Adapun validitas dari tiap butir soal semuanya valid tidak ada

yang tidak valid. Sehingga, semua soal tersebut digunakan dalam penelitian.

2. Instrumen Nontes

Instrumen nontes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, jurnal siswa, dan wawancara. Adapun penjelasan dari instrumen nontes

yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagi berikut.

a. Observasi

Maulana (2009a: 35) menjelaskan bahwa “Observasi merupakan

pengamatan langsung menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan

(31)

39

ini adalah observasi kinerja guru dan observasi aktivitas siswa. Observasi kinerja

guru pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja guru dan untuk

mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran selama pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran CTL. Sedangkan observasi aktivasi siswa,

digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran CTL. Observasi kinerja guru dan aktivitas

siswa dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Alat yang digunakan untuk

melakukan observasi adalah format observasi.

b. Jurnal Siswa

Jurnal merupakan salah satu bentuk tulisan atau komentar yang disusun

oleh siswa tentang kegiatan yang dilakukannya (Maulana, 2008b: 116). Jurnal

siswa bertujuan untuk mengetahui respon, komentar/kesan siswa terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam mengisi jurnal siswa bebas

memberikan tanggapan, kritikan atau komentar tentang pembelajaran matematika

dengan menggunakan model pembelajaran CTL.

c. Wawancara

Pada penelitian ini, wawancara dilaksanakan untuk melengkapi data jika

ada data yang diperoleh belum jelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Ruseffendi (2005) bahwa “Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data

yang sering digunakan untuk melengkapi data yang belum terungkap jelas oleh

cara pengumpulan data yang lainnya”. Wawancara merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan dialog dengan subjek

yang bersangkutan. Alat yang digunakan pada wawancara ini adalah pedoman

wawancara untuk siswa.

C. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat dengan

melibatkan dua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Berdasarkan karakteristik tersebut, penelitian ini termasuk

kedalam penelitian yang menggunakan metode eksperimen. Pada penelitian

(32)

40

pada variabel terikat (Maulana, 2009a: 20). Variabel bebas pada penelitian ini

adalah penerapan model pembelajaran CTL, sedangkan variabel terikatnya adalah

pemahaman siswa terhadap materi kesebangunan.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain kelompok kontrol

pretes-postes (pretest-posttest control group design). Karena pada penelitian ini terdiri

dari dua kelompok yaitu kelas kontrol dan eksperimen yang dipilih secara acak.

Kemudian untuk mengetahui kelompok tersebut berdistribusi normal atau tidak

maka dilakukan tes awal (pretest). Setelah diberikan perlakuan, untuk mengetahui

peningkatan pemahaman siswa pada materi kesebangunan, maka dilakukan tes

hasil belajar (posttest). Sebagaiaman yang dijelaskan oleh Ruseffendi (2005: 50)

bahwa:

Pada jenis disain eksperimen ini terjadi pengelompokan secara acak (A), adanya pretes (0) dan adanya postes (0). Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan atau memperoleh perlakuan yang biasa (X2) sedangkan kelompok yang satu lagi memperoleh perlakuan (X1).

Berdasarkan penjelasan di atas, pada penelitian ini kelompok pertama

adalah kelompok eksperimen yang memperoleh perlakuan dengan model

pembelajaran CTL, sedangkan kelompok kedua yaitu kelompok kontrol yang

memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Adapaun

gambar desain penelitian kelompok kontrol pretes-postes (Ruseffendi, 2005: 50)

adalah sebagai berikut.

A 0 X1 0

A 0 X2 0

Keterangan: A = Pengambilan sampel secara acak

0 = Pretes dan postes

X1 = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran CTL

X2 = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran

(33)

41

D. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan pembelajaran, analisis data, dan penarikan kesimpulan.

Adapun uraian dari setiap tahapan adalah sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan perijinan

penelitian ke UPTD Pendidikan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan.

Kemudian, melakukan pengembangan bahan ajar dan merancang instrumen yang

akan digunakan. Setelah itu, Melakukan ujicoba instrumen untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen. Kemudian,

Melakukan pengolahan terhadap instrument. Jika perlu direvisi, maka diuji coba

ulang sampai valid. Jika instrumen sudah valid, maka penulis memilih sampel

untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Setelah itu, mengurus perizinan

penelitian ke sekolah dasar yang dituju.

2. Tahap pelaksanaan pembelajaran

Pada tahap ini, kegiatan awal yang dilakukan adalah memberikan pretes

kemampuan pemahaman siswa yang bertujuan untuk mengukur kemampuan awal

kedua kelas tersebut. Selanjutnya melakukan pembelajaran sesuai dengan jadwal

yang sudah ditetapkan. Untuk kelas eksperimen pembelajaran menggunakan

model CTL dan untuk kelas control menggunakan model pembelajaran

konvensional.

Pada saat pembelajaran berlangsung, aktivitas pembelajaran akan

diobservasi oleh observer. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran

yang menggunakan model CTL dan respon siswa terhadap pembelajaran yang

menggunakan model konvensional, diakhir pembelajaran siswa akan mengisi

jurnal siswa. Setelah pembelajaran berakhir, akan dilaksanakan tes kemampuan

pemahaman siswa untuk kedua kelas.

3. Tahap analisis data

Analisis data yang akan dilakukan yaitu pengumpulan data kuantitatif dan

data kualitatif. Pengolahan data kuantitatif berupa hasil pretes dan postes

(34)

42

hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji normalitas data, uji

homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata. Kemudian pengolahan data kualitatif

berupa lembar observasi, jurnal siswa, dan hasil wawancara.

4. Tahap penarikan kesimpulan

Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang

telah dilaksanakan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan hipotesis yang telah

dirumuskan.

Prosedur penelitian yang telah diuraikan di atas dapat dilihat dalam bagan

3.1 sebagai berikut.

(35)

43

E.Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes. Adapun data

kualitatif diperoleh dari hasil observasi, jurnal siswa, dan wawancara. Berikut

dijelaskan pengolahan dan analisis data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Pengolahan dan analisis data kuantitatif

a. Uji Normalitas

Menghitung uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data skor

postes kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Perhitungan ini

menggunakan rumus chi-kuadrat sebagai berikut (Maulana, 2009a: 91).

ℎ� �

Langkah-langkah pelaksanaan uji normalitas adalah sebagai berikut.

1) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

2) Menentukan derajat kebebasan dk = j-3 dengan j = banyaknya kelompok

interval.

3) Menentukan nilai ℎ�2 dengan rumus di atas.

4) Pengambilan kesimpulan dengan cara membandingkan nilai ℎ�2

dengan 2 . Jika ℎ�2 ≤ 2 , maka data berdistribusi normal.

Selain menggunakan rumus chi-kuadrat di atas, uji normalitas data juga

dapat dilakukan dengan menggunakan program aplikasi SPSS (Statistic Pakcage

for Social Study) 16 for windows. Uji normalitas data yang digunakan yaitu

Kolmogorov-Smirnov.

(36)

44

Uji homogenitas dilakukan untuk melihat keseragaman varians dari

sampel.

1) Jika data berdistribusi normal, maka digunakan Uji F dengan rumus sebagai

berikut (Maulana, 2009a: 92).

ℎ� � =

2 2 � �

Keterangan : ℎ� = nilai statistik uji Fisher

2 = simpangan baku terbesar dari kedua kelompok

2 � � = simpangan baku terkecil dari kedua kelompok

Langkah-langkah pelaksanaan uji homogenitas adalah sebagai berikut.

(1) Merumuskan hipotesis.

(2) Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05.

(3) Menentukan kriteria pengujian dengan aturan menerima H0 apabila

nilai ℎ� < .

(4) Menentukan nilai Fhitung dengan menggunakan rumus di atas.

Selain menggunakan rumus tersebut, uji homogenitas juga dapat dilakukan

dengan menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows. Uji

homogenitas yang digunakan adalah Uji F.

2) Jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji nonparametrik

dengan menggunakan Chi-Square pada SPSS 16 for windows.

c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah

dibuat. Cara untuk melakukan uji perbedaan dua rata-rata adalah sebagai berikut.

1) Jika data berdistribusi normal dan homogen, uji perbedaan dua rata-rata

dalam pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Rumus yang digunakan

(37)

45

1 = jumlah siswa kelompok satu

2 = jumlah siswa kelompok dua

1 = simpangan baku kelompok satu

2 = simpangan baku kelompok dua

Selain menggunakan rumus tersebut, dalam menguji perbedaan dua

rata-rata dari data yang berdistribusi normal dan homogen dapat dilakukan

dengan aplikasi SPSS 16 for windows dengan uji independent sample

t-test.

2) Jika data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji perbedaan

dua rata-rata dalam pengujian hipotesis mengunakan SPSS 16 for windows

dengan uji independent sample t’ atau uji Mann-Whitney U.

3) Jika data yang diperoleh berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji

homogenitas menggunakan SPSS 16 for windows dengan uji

nonparametrik Chi-Square kemudian dilakukan uji perbedaan dua rata-rata

dengan uji Mann-Whitney U.

d. Gain Normal

Menghitung kualitas peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah

pembelajaran menggunakan rumus gain yang dinormalisasi ( � � ) menurut

Meltzer (Fauzan, 2012: 81) yaitu sebagai berikut.

(38)

46

Indeks gain Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g ≤ 0,3 Rendah

Untuk mengetahui terdapat perbedaan peningkatan antara siswa kelompok

unggul, papak, dan asor menggunakan program aplikasi SPSS 16 for windows

dengan uji One-Way ANOVA.

2. Pengolahan dan analisis data kualitatif

a. Observasi

Format observasi dibuat untuk mendukung penelitian ini. Format

observasi terdiri dari format observasi untuk kinerja guru dan format observasi

untuk aktivitas siswa. Observasi untuk aktivitas siswa terdiri dari partisipasi, kerja

sama, dan ketepatan. Setiap aspek memilki indikator yang harus dicapai, setiap

aspek yang diukur diberikan rentang 0 – 3. Skor yang telah diberikan untuk

masing-masing aspek dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk

perilaku baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Sama seperti observasi aktivitas

siswa, pada observasi kinerja guru juga diukur melalui format observasi. Setiap

kegiatan diukur dengan skor pada rentang 0 – 3 dengan indikator yang telah

disusun. Skor yang telah diberikan untuk masing-masing kegiatan dijumlahkan

dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk nilai dengan ukuran sangat baik (A),

baik (B), cukup (C), atau kurang (D). Lebih jelasnya tafsiran jumlah perolehan

(39)

47

Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%

Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%

Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%

Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%

Sangat Kurang (SK) = indikator yang muncul 0 - 20%

b. Jurnal siswa

Jurnal dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran. Data

yang terkumpul dari jurnal ini, selanjutnya dikelompokkan dalam kategori positif,

netral, dan negatif. Jika respon siswa yang terkumpul termasuk ke dalam kategori

positif, berarti model pembelajaran CTL lebih baik daripada pembelajaran

konvensional. Jika termasuk ke dalam kategori netral, berarti model pembelajaran

CTL sama dengan konvensional. Jika negatif, berarti model pembelajaran

konvensional lebih baik daripada CTL.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara merekam. Data hasil rekaman

wawancara kemudian diubah kedalam bentuk tulisan atau rangkuman hasil

wawancara, kemudian dianalisis dengan cara melengkapi data mana yang belum

lengkap atau belum jelas karena wawancara hanya digunakan untuk melengkapi

(40)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB

IV, dapat disimpulkan mengenai pembelajaran matematika menggunakan model

pembelajaran CTL adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi kesebangunan

secara signifikan. Hal ini terlihat pada nilai signifikansi (One Tailed)

perbedaan rata-rata data pretes dan postes pada kelas eksperimen adalah 0,000.

Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka H0

ditolak atau H1 diterima. Sebagaimana hipotesis yang telah dirumuskan bahwa

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatan

pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan secara signifikan.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi kesebangunan

secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi (One Tailed)

perbedaan rata-rata data pretes dan postes pada kelas kontrol adalah 0,0135.

Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak atau H1

diterima. Sebagaimana hipotesis yang telah dirumuskan bahwa pembelajaran

konvensional dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V pada materi

kesebangunan secara signifikan.

3. Peningkatan kemampuan pemahaman siswa pada materi kesebangunan yang

memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL lebih baik

daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini

dapat dilihat dari nilai signifikansi (Sig.2-tailed) adalah 0,007. Karena uji

hipotesis 3 menggunakan uji hipotesis satu pihak (One Tailed), jadi 0,007

dibagi dua adalah 0,0035. Nilai signifikansi tersebutlebih kecil dari0,05, maka

H0 ditolak atau H1 diterima. Sebagaimana rumusan hipotesisnya adalah

(41)

79

pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas V

pada materi kesebangunan.

4. Peningkatan pemahaman siswa kelas V pada materi kesebangunan yang

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa kelompok unggul, papak, dan

asor. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil

uji One-Way ANOVA yaitu 0,000. Nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Sebagaimana hipotesisnya adalah terdapat perbedaan peningkatan pemahaman siswa kelas V kelompok

unggul, papak, dan asor pada materi kesebangunan yang menggunakan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

5. Aktivitas siwa dalam mengikuti pembelajaran CTL dan pembelajaran

konvensional keduanya mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat pada

rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan ke-1 dan pertemuan k-2. Pada kelas

eksperimen, pertemuan ke-1 memiliki rata-rata aktivitas siswa 62,37% menjadi

88,90%. Pada kelas kontrol, pertemuan ke-1 mencapai rata-rata 62,15% dan

pada pertemuan ke-2 mencapai 86,47%.

6. Setelah melakukan analisis dari jurnal siswa dan hasil wawancara, respon

siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CTL dan

Konvensional menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif. Terlebih

lagi terhadap pembelajaaran yang menggunakan model pembelajaran CTL

semua siswa memberikan respon yang positif.

B.Implikasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa model pembelajaran

CTL untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi

kesebangunan dilihat dari hasil uji statistik meningkat. Akan tetapi, dilihat dari

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) bahwa model pembelajaran CTL kurang

(42)

80

C.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang

diajukan yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Dengan banyaknya model pembelajaran saat ini, sebaiknya guru

menggunkannya dalam pembelajaran sehari-hari agar siswa tidak merasa jenuh

saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, model pembelajaran CTL

bisa meningkatkan pemahaman siswa, dan membuat siswa menjadi aktif maka

guru sebaiknya memahami secara lebih mendalam tentang model pembelajaran

CTL.

2. Bagi Siswa

Dapat mengaplikasikan pembelajaran yang diperoleh ke dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Bagi Sekolah

Dijadikan bahan untuk memotivasi guru dalam mengembangkan pembelajaran.

Sebaiknya sekolah bisa meningkatkan kualitas guru dengan melakukan

observasi kinerja guru minimal seminggu sekali agar kualitas guru lebih bagus.

Selain itu, dapat meningkatkan kualitas sekolah sebagai lembaga pendidikan.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian terhadap model pembelajaran CTL ini direkomendasikan untuk

dilanjutkan dengan kajian yang lebih luas. Selain itu, penelitian ini dapat

dijadikan bahan referensi yang berhubungan dengan pembelajaran

(43)

81

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, N. dan Maulana (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI

Press.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fauzan. (2012). Pengaruh Kombinasi Media Pembelajaran Berbasis Komputer

dan Permainan Berbasis Alam dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar terhadap Materi Kesebangunan (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatihurip dan SDN Cilengkrang di Kabupaten Sumedang). Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Sumedang: Tidak dipublikasikan.

Jabar, J. M. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/ upload/s_fis_060865_chapter2.pdf. [21 Maret 2012].

Johnson, E. B. (2012). Contextual Teaching & Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Bandung: Kaifa.

Khususwanto. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

Pendekatan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa (Suatu penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 15 Bandung). Proposal Penelitian pada FMIPA UPI: Tidak Dipublikasikan.

Maulana. (2008a). Konsep Dasar Statistika dan Aplikasi Statistika serta Teori Distribusi Peluang. Subang: Royyan Press.

Maulana. (2008b). Pendidikan Matematika 1: Bahan Belajar untuk Guru, Calon Guru, dan Mahasiswa PGSD. Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Maulana. (2009a). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live n Live2Learn.

Maulana. (2009b). “Pembelajaran Matematika yang Konstruktif di Sekolah

Dasar”. Dalam Djuanda, dkk. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: Kuliah Kerja Nyata 2009.

(44)

82

Nalurita, L., Siroj, R.A., dan Putri, R.I. (2010). Bahan Ajar Kesebangunan dan

Simetri Berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) Menggunakan

Macromedia Flash di Kelas V. Dalam Jurnal Pendidikan Matematika. [Offline], Vol 4 (1), 8 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.id/ 834/1/4__Liya_45-52.pdf. [3 Januari 2012].

Ramdani, R. (2011). Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematika Tingkat Tinggi melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitiandan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan. [Online], Vol 2 (1), 10 halaman.

Tersedia: http://prosiding.lppm.unisba.ac.id/index.php/Sains/article/

download/84/pdf. [3 Januari 2012].

Riduwan.2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Ruseffendi, E. T., dkk. (1992). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu

Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Setiadi, Y. (2005). Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasis Teknologi Komputer Tipe Tutorial untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Proposal Penelitian pada FMIPA UPI: Tidak Dipublikasikan.

Sobartini, I. (2010). Penerapan Model Kontekstual untuk Meningkatkan

Pemahaman dalam Pembelajaran Konsep Keliling dan Luas pada Bangun Persegi dan Persegipanjang” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III SDN Citimun 1 Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UPI. Sumedang: Tidak dipublikasikan.

(45)

83

Sumanto, Y. D., Kusumawati, H., dan Aksin, N. (2008). Gemar Matematika 5: untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Supinah. (2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP. [Online]. Tersedia:

http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/11-pembelajaran-matematika-kontekstual-sd-ktsp-supinah.pdf. [21 Maret 2012].

Trianto.(2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Windayana, H., P. Oyon H., dan Supriyadi. (2010). Geometri dan Pengukuran. Bandung: UPI Press

Yani,N. (2011). Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning dalam

Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di Kelas 2 SD Negeri Soka 34/4 Kota Bandung.

[Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0651_

0810238_chapter2.pdf. [21 Maret 2012].

Dokemen

Depdiknas. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI.

Jakarta: Dharma Bakti.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2005). Guru dan Dosen. [Online].

Tersedia: http://sa.itb.ac.id/Ketentuan%20Lain/UUNo142005(Guru%20% 26%20Dosen).pdf. [5 Januari 2012].

UPT Pendidikan Kecamatan Pasawahan. (2012). Daftar Sekolah Dasar

Gambar

Tabel
Daftar Populasi PenelitianTabel 3.1  Rata-rata Nilai Akhir Ujian
Daftar Populasi Penelitian Tabel 3.2 Rata-rata Nilai Akhir
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan SDM yang dilaksanakan setidaknya didasarkan pada kesepakatan pemahaman berikut (Prasetya, 2002). Pertama, pengembangan SDM dapat dilakukan baik melalui

Ditemukan penyakit yang disebabkan oleh virus paling sedikit pada 55 genera anggrek, tetapi ini bukan berarti bahwa terdapat 55 jenis virus yang berbeda, karena virus yang sama

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Dalam hal ini yang dapat dijadikan sebagai ujung tombak dari jaminan yang lebih mencerminkan terhadap kepuasan pelanggan adalah indikator jaminan yang mempunyai bobot

semakin tinggi bahan organic tanah maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil (Trijoko,2006)... Besar derajat kerut tanah pada masing-masing jenis

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas melakukan pengamatan pelaksanaan tindakan kelas untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa ketika mengikuti pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Kondisi Fasilitas, Pengaruh Sosial, Kualitas Layanan dan Intensi PenggunaanSecara Kontinyu pada adopsi SIAK, khususnya

Soewandi (2000: 53)mengutarakan bahwa kalimat-kalimat yang memberi penjelasan lebih lanjut itu disebut sebagai kalimat penjelas, sedangkan ide pokok yang terletak pada