• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung - PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PURWOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung - PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE PRE SOLUTION POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PURWOKERTO "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Langsung

a. Pengertian Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung menurut Arends (Trianto, 2009) adalah salah satu model pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah. Selain itu model pembelajaran langsung ditunjukkan pula untuk membantu siswa mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat dikerjakan selangkah demi selangkah.

(2)

Menurut Kardi (Trianto, 2009) ciri – ciri pengajaran langsung adalah sebagai berikut :

1) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian belajar.

2) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran 3) Sistem pengolahan dan lingkungan belajar model yang diperlukan

agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

b. Sintaks pembelajaran langsung Tabel 1

(3)

2. Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing a. Pengertian Problem Posing

Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa inggris,

menurut kamus bahasa Inggris – Indonesia (Echols, 2003) problem artinya masalah, soal, persoalan dan posing berasal dari kata pose yang artinya mengajukan. Problem posing dapat diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah. Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan ditahun 1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pada pelajaran – pelajaran yang lain. Sesungguhnya problem posing bukan ide baru dalam pembelajaran matematika, melainkan telah diperkenalkan dan diteliti di berbagai negara seperti Amerika, Inggris, Australia, Jepang, dan Singapura pada beberapa dekade yang lalu.

Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

(4)

penemuan alternatif penyelesaian, dan (3) pembuatan soal dari suatu situasi yang diberikan.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan model problem posing merupakan suatu pendekatan yang efektif karena kegiatan

problem posing itu sesuai dengan pola pikir matematis dalam arti :

1) Pengembangan matematika sering terjadi dari problem posing 2) Problem posing merupakan salah satu tahapan dalam berfikir

matematis

Dalam pembelajaran matematika, problem posing menempati posisi yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan urutan penyelesaian soal secara mendetail. Hal tersebut akan dicapai jika siswa memperkaya pengetahuannya tak hanya dari guru melaiankan perlu belajar secara mandiri.

Dalam problem posing, relasi yang dihidupkan bukanlah monolog melainkan dialogis. Dalam relasi dialogis ini para siswa tidak diperlukan sebagai obyek dan guru tidak diakui sebagai satu – satunya subyek. Keduanya mempunyai posisi yang sejajar.

(5)

1) Membentuk soal dari soal yang sudah ada atau memperluas soal yang sudah ada.

2) Membentuk soal dari situasi atau berdasarkan gambar di majalah, surat kabar, atau membuat soal mengenai benda – benda kongkrit yang dapat dimodifikasi.

3) Memberikan contoh terbuka.

4) Membentuk sejumlah soal yang mirip, tetapi taraf kesulitan yang bervariasi.

Selanjutnya menurut Silver dan Cai (Mahmudi) mengklasifikasikan tiga aktivitas kognitif dalam pembuatan soal sebagai berikut :

1) Pre Solution Posing yaitu pembuatan soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan. Jadi, siswa membuat soal dari situasi yang diadakan dan guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

(6)

3) Post Solution Posing yaitu jika siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal – soal baru yang lebih menantang. Jadi, seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru dah sejenis.

Menurut Asikin (2009) langkah – langkah pembelajaran problem posing sebagai berikut :

1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa, penggunaan peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan. 2) Guru memberikan latihan soal secukupnya.

3) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat dilakukan secara berkelompok.

4) Pada pertemuan berikutnya secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.

5) Guru memberi tugas rumah secara individual. b. Manfaat Model Pembelajaran Problem Posing

(7)

1) Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya konsep – konsep dasar melalui pembelajaran mandiri.

2) Melatih siswa meningkatkan kemampuan individu.

3) Orientasi pembelajaran adalah infestasi dan penemuan yang ada, dasarnya adalah pemecahan masalah.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem Posing

Model pembelajaran dengan pendekatan problem posing mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari model pembelajaran ini antara lain:

1) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2) Mendidik siswa berpikir sistematis.

3) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.

4) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi.

5) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang dibuat tidak mampu diselesaikan oleh kelompok lain.

6) Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan.

(8)

8) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Selain mempunyai beberapa kelebihan, model pembelajaran ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

1) Pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama.

2) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal.

3) Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan problem posing suasana kelas cenderung agak gaduh karena siswa diberi kebebasan oleh guru pengajar.

4) Menurut hasil penelitian Silver dan Cai (Chairani, 2007) kelemahan utama dari penerapan problem posing berkaitan dengan penguasaan bahasa dimana siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya.

3. Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing

Model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing adalah model pembelajaran problem posing dengan memilih tipe pre solution posing. Artinya titik beratnya pada model pembelajaran problem

posing dengan pengajuan soal oleh siswa untuk membuat pertanyaan

(9)

Menurut Chairani (2007) langkah – langkah dalam pembelajaran dengan model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing adalah adanya kegiatan perumusan soal yang dibuat oleh setiap siswa setelah selesai pembahasan suatu materi. Terlebih dahulu guru memberi contoh tentang cara membuat soal dan memberikan beberapa situasi (informasi) yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang sudah disajikan. Selanjutnya berdasarkan situasi tersebut siswa diminta untuk membuat soal yang berkaitan dengan situasi tersebut dan diminta untuk menyelesaikan soal mereka sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas pembelajaran problem posing tipe pre solution posing dapat disimpulkan yaitu pembelajaran dimana siswa

dituntut untuk mengajukan (membuat) soal berdasarkan pernyataan yang diberikan guru namun siswa tidak hanya dituntut untuk membuat tapi juga harus dapat menyelesaikan dan mempresentasikan di depan kelas.

Langkah – langkah pembelajaran dengan model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing seraca garis besar sebagai berikut :

Tabel 2

Langkah – langkah model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing

Kegiatan Guru Kegiatan siswa

(10)

2. Menyajikan materi pembelajaran dengan strategi yang sesuai dan berusaha selalu melibatkan siswa untuk menanyakan hal – hal yang dirasa belum jelas

Bertanya mengenai hal – hal yang belum dipahami 5. Memberi kesempatan kepada

siswa membuat soal dari situasi yang diberikan. Kegiatan dapat

Kelebihan model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing adalah :

1. Meningkatkan kemampuan kognitif (kritis dan analisa) terhadap informasi yang sudah ada.

2. Mengingkatkan keterlibatan aktif siswa karena model yang inovatif dan tidak monoton.

(11)

Kekurangan model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing :

1. Siswa akan mengalami kesulitan jika menemui tipe soal baru. 2. Kemampuan kritis dan analisa siswa masih kurang sehingga model

ini susah diterapkan.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah

Menurut Solso (2007) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Menurut Wena (2009) pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan – aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan – kegiatan belajar terdahulu, melainkan lebih dari itu merupakan proses untuk mendapatkan seperangkat aturan pada tingkat yang lebih tinggi.

(12)

Berdasarkan pendapat – pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah matematika adalah kegiatan memecahkan masalah matematika yang tidak rutin sehingga diperlukan penelusuran pola dan hubungan, kreatifitas, dan kemampuan menggabungkan antar materi serta kemampuan untuk menginterpretasikan atau mengkomunikasikannya. Soal non rutin adalah soal yang lebih banyak menggabungkan antar materi atau materi – materi yang sudah dipelajari sebelumnya sehingga dapat untuk melatih kemampuan siswa berfikir kreatif serta melatih siswa untuk menggunakan berbagai strategi untuk memecahkan masalah atau soal tersebut.

Guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola untuk menentukan hubungan, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara, mendorong siswa menarik kesimpulan, membantu siswa menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya. Mendorong inisiatif siswa dan memberikan kesempatan berfikir berbeda. Mendorong rasa ingin tahu, keinginan, bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan memperkirakan.

(13)

Beberapa ketrampilan untuk mengingkatkan kemampuan memecahkan masalah antara lain : 1) memahami soal, 2) memilih pendekatan atau strategi pemecahan, 3) menyelesaikan model, 4) menafsirkan solusi.

Lenchner (Wardhani, 2008) menyatakan setiap penugasan dalam belajar matematika dapat digolongkan menjadi dua hal yaitu latihan (exercise) dan masalah (problem). Latihan merupakan tugas yang langkah penyelesaiannya sudah diketahui siswa. Pada umumnya suatu latihan dapat diselesaikan dengan menerapkan secara langsung atau lebih algoritma. Masalah lebih kompleks dari pada latihan karena strategi untuk menyelesaikannya tidak langsung tampak.

Menurut Polya (Wardhani, 2008) memberikan langkah–langkah umum pemecahan masalah, yaitu : (1) memahami soal atau masalah, (2) membuat suatu rencana, (3) melaksanakan rencana itu, (4) menelaah kembali.

(14)

Menurut peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 (Wardhani, 2008) dicantumkan indikator pemecahan masalah sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut yaitu :

1. Menunjukan pemahaman masalah.

2. Mengorganisai data dan memilih yang relevan

3. Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk 4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah

5. Mengembangkan strategi pemecahan masalah

6. Membuat dan menafsir model matematika dari suatu masalah 7. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin

Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah digunakan tes pemecahan masalah yang pensekorannya tidak saja mengukur hasil tetapi juga memperlihatkan proses bagaimana cara untuk mendapatkan penyelesaian suatu masalah. Berdasarkan uraian di atas,dapat disimpulkan indikator – indikator pemecahan masalah sebagai berikut : memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan memeriksa proses dan hasil.

B. Materi Fungsi Kuadrat

Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi dan fungsi kuadrat.

(15)

Indikator : 1.3.1 Menentukan titik potong grafik fungsi dengan sumbu koordinat.

Menentukan titik potong terhadap sumbu x Menentukan titik potong terhadap sumbu y

1.3.2 Menentukan sumbu simetri, nilai ekstrim dan titik ekstrim dari suatu fungsi.

Menentukan nilai ekstrim suatu fungsi kuadrat Menentukan sumbu simetri dari suatu fungsi kuadrat Menentukan titik ekstrim

1.3.3 Menggambarkan grafik fungsi kuadrat.

1.4.1 Menentukan persamaan fungsi kuadrat jika diketahui grafik atau unsur – unsurnya.

Apabila diketahui minimal 3 titik

Apabila diketahui minimal 3 titik dan titik potong potong terhadap sumbu x

Apabila diketahui titik puncaknya C. Kerangka Berfikir

(16)

Pembelajaran problem posing tipe pre solution posing diawali dengan guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang bertujuan agar siswa lebih siap dalam menerima pembelajaran. Langkah selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran dengan strategi yang sesuai dan berusaha selalu melibatkan siswa dalam pembelajaran. Langkah ini menuntut siswa untuk aktif bekerja.

Langkah berikutnya membahas kegiatan dengan menggunakan model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing dengan memberi kesempatan siswa membuat soal dari situasi yang diberikan. Tahap ini menuntun siswa untuk membuat perencanaan dan menyelesaikan soal yang dibuat sehingga kondisi siswa terbiasa dengan soal non rutin. Menyusun soal tentu saja tidak asal tetapi harus bisa menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu supaya soal yang dibuat mempunyai bobot.

Berikutnya guru mempersilahkan siswa untuk menyelesaikan soal yang sudah dibuat. Pada tahap ini siswa dituntut untuk mempresentasikan soal bahkan menyanggah dan berkomentar sehingga kondisi siswa menjadi aktif.

Dengan alternatif model pembelajaran problem posing tipe pre solution posing yang mampu menfasilitasi siswa melatih ketrampilan dengan beragam

(17)

D. Hipotesis Penelitian

Gambar

Tabel 1 Sintaks pembelajaran langsung
grafik atau unsur – unsurnya.

Referensi

Dokumen terkait

Makanan Khas Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara,3.

perpindahan kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip kerucut dengan diameter sebagai fungsi posisi pada keadaan tak tunak serta memvariasikan nilai koefisien perpindahan

Simulasi peningkatan kestabilan lereng pada lereng HW 3 dengan memperkecil sudut kemiringan lereng menjadi 60 0 dan menurunkan muka air tanah pada lereng sebesar 2 meter.. Simulasi

Sifat fenotip yangg terlihat pada To Balo nampak sama dengan orang normal pada umumnya yang berbeda hanya karena mereka memilki kulit yang berbercak putih

1) Satuan organisasi (sekolah atau dinas pendidikan) yang mengelola sumber daya manusia yang bertugas mengidentifikasi kebutuhan organisasi secara keseluruhan, baik

Namun demikian, terdapat berbagai persoalan dalam pengembangan hutan kota DKI Jakarta, antara lain yaitu: (1) aspek teknis, seperti konsep dasar pemilihan jenis pohon hutan kota

Konsentrasi pupuk organik Super Nasa berpengaruh sangat nyata terhadap bobot biji kering per plot netto dan bobot biji kering per hektar, berpengaruh nyata

[r]