• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan - PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan - PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANE"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Sagala (2006:61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Teori pembelajaran menurut Snelbecker (dalam Taniredja dan Mustafidah, 2011:191) sebagai seperangkat prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam mengatur kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran disekolah yang termasuk dalam pendidikan formal dipelajari berbagai mata pelajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan, dan salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

(2)

Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bagsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari pada peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan prosedur yang diterapkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi, yaitu :

a) Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral.

b) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. c) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai relijius, norma dan moral luhur (Sudjana, 2003).

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

a. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

(3)

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006, dalam Abdul Muis, 2010).

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

(4)

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama. Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar Negara dengan kostitusi.

6) Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat dernokarasi.

(5)

kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP, 2006, dalam Abdul Muis, 2010).

B. LKS (Lembar Kerja Siswa)

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, LKS merupakan kependekan dari Lembar Kegiatan Siswa, yang mempunyai arti bagian pokok dari modul yang berisi tujuan umum dari topik-topik yang dibahas. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Sudiati, 2003:11). Dalam lembar kegiatan ini memuat materi yang harus dikuasai oleh siswa. Materi dalam lembar kegiatan siswa itu disusun secara khusus sedemikian rupa sehingga dengan mempelajari materi tersebut tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Materi pelajaran disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematik sehingga siswa dapat mengikutinya dengan mudah dan tepat. Dalam lembar kegiatan juga dicantumkan kegiatankegiatan (observasi, percobaan dan lain-lain) yang harus dilakukan oleh siswa.

(6)

dicantumkan kegiatan-kegiatan, dalam lembar kegiatan siswa tersebut juga dicantumkan pertanyaan pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab oleh siswa. Lembar kerja yang menyertai lembar kegiatan siswa dipergunakan untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Setelah siswa mengerjakan atau menjawab pertanyaan yang ada pada LKS, kemudian jawabanya akan dibahas (dievaluasi) oleh guru dan siswa atau biasanya setelah siswa selesai mengerjakan LKS dikumpulkan untuk dikoreksi dan dinilai oleh guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban tersebut benar atau salah ataupun kurang sempurna dan apabila ada kesalahan dalam menjawab pertanyaan, siswa bisa langsung membetulkannya. Untuk itulah dalam setiap LKS biasanya disertakan dengan kunci jawaban, yang mana kunci jawaban tersebut hanya dipegang oleh guru.

(7)

Sejalan dengan hal tersebut “LKS” merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 1993:78). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.

Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran PKn yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep PKn. LKS sebagai salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.

Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung, jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar.

(8)

menyatakan secara tegas “salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS”. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran.

2. Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003: 11-12), manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:

a) Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu.

b) Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar.

c) Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat menggunakan alat bantu secara bergantian.

3. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)

(9)

bersamaan dengan penyususnan Satpel, sebab gurulah yang tahu apakah dalam penyajian Satpel itu diperlukan LKS atau tidak.

Guru tidak harus susah-susah membuat LKS sendiri, karena saat ini sudah banyak LKS yang diterbitkan oleh para penerbit dan tentu saja dalam pembuatanya tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sesuai denagn buku paket. Akan tetapi, guru juga bisa membuat LKS sendiri, dengan tanpa keluar dari perencanaan pengajaran yang telah dibuatnya dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada serta buku paket yang digunakan sebagai bahan acuan pembuatan LKS. Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari LKS yaitu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar.

Azhar (1993:78) mengatakan bahwa “LKS” dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan”.

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003:11), tujuan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:

(10)

b) Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.

Selain tujuan tersebut, LKS juga mempunyai fungsi, yang mana fungsi tersebut menyangkut guru dan siswa. Adapun fungsi LKS (Azhar, 1993:78) yaitu sebagai berikut:

a) Bagi siswa LKS berfungsi untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat.

b) Bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa

4. Langkah-Langkah Penulisan LKS

a) Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran.

b) Menyusun peta kebutuhan LKS c) Menentukan judul LKS

d) Menulis LKS

e) Menentukan alat penilaian

5. Struktur Lembar Kerja Siswa (LKS)

Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: a) Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat

b) Petunjuk belajar

(11)

d) Indikator

e) Informasi pendukung

f) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja g) Penilaian

C. Hakikat Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Spears (dalam Sardiman, 2000:20) mengemukakan bahwa belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti perintah. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi seseorang dengan lingkungan. Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2005) mengatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar.

2. Definisi Hasil Belajar

(12)

pembelajaran. Menurut Benjamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2005: 22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil 10 belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Tiga ranah yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik merupakan ranah yang dapat dilakukan oleh siswa. Ketiga ranah tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini yang diukur adalah ranah kognitif saja karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi pelajaran.

3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

(13)

belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan.

4. Jenis-jenis hasil belajar

Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Yang dijabarkan pada poin berikut ini :

a) Ranah Kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:

1) Pengetahuan (knowledge)

Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran, misalnya hafalan suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut.

2) Pemahaman

Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan.

3) Aplikasi

(14)

4) Analisis

Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunanya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.

5) Sintetis

Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintetis. Berpikir sintetis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas. 6) Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, dan pemecahan metode.

b) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

c) Ranah Psikomotor

(15)

5. Tes hasil belajar

Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subyek dalam melakukan atau menjawab tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai untuk merekam kemajuan siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur sampai dimana suatu bagian pelajaran tertentu dalam buku pelajaran. Tes dapat berupa pertanyaan kuis atau tes unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran dan tidak semata-mata untuk memberi nilai. Tujuan tes ini adalah untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar.

(16)

D. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagaimana dilakukan oleh Zumrotul Muflakhah (2009) dengan mengangkat permasalahan pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA AL-Karimi Tebuwung Dukun Gresik. Dari hasil penelitianya menunjukan bahwa penggunaan lembar kerja siswa mampu merangsang siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran dengan aktif dan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai akan mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan ditandai semakin meningkatnya nilai sebagai hasil dari proses belajar.

E. Hipotesis

Berdasarkan pendapat, kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan ini sebagai berikut: “Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar siswa kelas XII pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Yos Sudarso Majenang”.

F. Kerangka Pemikiran

(17)

Dimana variabel bebas (Independent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah penggunaan Lembar Kerja Siswa (X) dan variabel terikatnya (dependent Variable) adalah hasil belajar siswa (Y). Menurut Arikunto (2006:121) memecah-mecah variabel menjadi sub-variabel disebut kategorisasi, yakni memecah sub-variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti.

Bagan 2.1 Paradigma Pemikiran

Keterangan :

Keterangan:

X = Lembar Kerja Siswa Y = Hasil Belajar Siswa

Ɛ = Residual (Variabel sisa/lain)

LEMBAR

KERJA

SISWA (X)

LEMBAR

KERJA

SISWA (X)

Ry.x

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti hipotesis alternatif diterima, terdapat perbedaan derajad disfungsi ereksi yang signifikan ditinjau dari tingkat stres pada pria dewasa awal.. Hasil

Bilamana contohnya baik, maka peserta didik akan mejadi baik, namun jika orang dewasa yang ada di lingkungan sekolah justru tidak menunjukkan sikap yang seharusnya, maka ini

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ Pengaruh Waktu Penyimpanan Beku dan Thawing Terhadap Sifat Fisikokimiawi Daging Halus Ikan Lele (Clarias

Parameters that will be tested are moisture content and water activity of premix powder, batter characteristic (density and viscosity), and cake characteristic

Berbeda dengan uji cicip dingin, uji cicip panas dilakukan dalam kondisi elemen bakar diiradiasi di teras reaktor dan radionuklida hasil fisi yang digunakan sebagai

Sebagai contoh, jika suatu perusahaan pelayaran memiliki 3.000 TEUs untuk salah satu rutenya, maka dapat dilihat yang paling efisien pada rute tersebut dengan jumlah

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.