• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan pendampingan iman bagi para siswa di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe Kabupaten Karo, Sumatera Utara - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Usulan pendampingan iman bagi para siswa di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe Kabupaten Karo, Sumatera Utara - USD Repository"

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI PARA SISWI DI ASRAMA PUTRI SANTA THERESIA KABANJAHE

KABUPATEN KARO, SUMATRA UTARA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Tarmilla Br Tarigan NIM: 071124031

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan khusus kepada Tuhanku yang Maha Segalanya Ayahku tercinta, Ibuku tersayang

Abang, kakak, adikku terkasih Dan seluruh keluargaku yang aku cintai

Teman-teman angkatan 2007

(5)

MOTTO

Orang tidak akan mengecap indahnya kebahagiaan bila ia tidak pernah mengalami pahitnya penderitaan.

(Penulis)

Terang sudah terbit bagi orang benar dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.

(Mazmur 97:11)

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul USULAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI PARA SISWI DI ASRAMA PUTRI SANTA THERESIA KABANJAHE KABUPATEN KARO, SUMATRA UTARA. Judul skripsi ini dipilih bertitik tolak dari keprihatinan penulis akan kehidupan kaum muda yang hidup di tengah arus zaman yang semakin berubah dan memberikan tawaran-tawaran yang menggiurkan serta menjanjikan kenikmatan sesaat. Oleh karena itu yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana kegiatan pendampingan iman dapat membantu kaum muda di asrama menjadi kaum muda katolik yang beriman dan dewasa.

Pendampingan iman merupakan suatu usaha yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan iman seseorang, sedangkan pendampingan iman kaum muda adalah usaha yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan iman kaum muda agar iman mereka menjadi lebih berkembang dan lebih hidup. Dampak yang diharapkan dari pendampingan iman kaum muda adalah kaum muda semakin mengenal dan mencintai Tuhan Yesus Kristus dalam hidup serta mengamalkan ajaran-Nya. Pendampingan iman kaum muda ini diharapkan semakin mengembangkan kemauan dan kemampuan mereka untuk menempatkan diri dalam pergaulan dengan sesama agar dengan demikian kaum muda dapat menjadi kaum muda katolik seperti yang diharapkan Gereja maupun masyarakat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengkaji masalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Untuk itu menggunakan studi pustaka dan penelitian lapangan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran, masukan-masukan yang selanjutnya direfleksikan, sehingga diperoleh gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan dalam upaya menemukan pendampingan iman yang cocok bagi kaum muda di asrama. Jumlah responden dalam penelitian adalah 28 responden yang terdiri dari para siswi yang tinggal di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendampingan iman di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe belum terlaksana dengan baik karena belum menggunakan program pendampingan iman sebagai acuan dan arahan. Selain itu ditemukan juga bahwa kaum muda di asrama menghendaki kegiatan pendampingan iman yang kreatif, menarik dan tidak membosankan. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis mengusulkan sebuah program pendampingan iman bagi kaum muda di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe yang lebih bervariasi dengan model Shared Christian Praxis (SCP).

(9)

ABSTRACT

This thesis is titled FAITH MENTORING FOR STUDENTS IN SANTA THERESIA GIRL DORMITORY KABANJAHE, KARO, NORTH SUMATRA. The title of this thesis was chosen based on the author’s concern of the lives of young people who live in the flow of increasingly changing and giving lucrative offers and promises pleasure for a moment. Therefore, the main issue is how faith guidance can help the young people living in the dormitory become faithful Catholics and adults.

Faith mentoring is a venture that is implemented in order to develop one's faith, while faith mentoring to young people is the work carried out in order to develop the faith of young people to grow their faith and become more and more alive. The expected impact of faith mentoring to young people is that young people get to know and love the Lord Jesus Christ in life and practice His teachings. Faith mentoring young people is also expected to further develop their ability and willingness to put themselves in relationship with others so that they can be young people like that what the Catholic Church and society hope.

In writing this thesis, the author has analyzed the problem by using a descriptive approach. For that purpose a literature study and a field research to gain insights, inputs and further reflection, in order to obtain ideas were used in an effort to find a suitable accompaniment of faith for young people in the hostel. The number of respondents in the study were 28 people consisting of students who lived in the dormitory Princess Santa Teresa Kabanjahe.

The research results showed faith guidance in Santa Theresia Girl Dormitory Kabanjahe has not been done well because they have not used faith as a mentoring program guidelines and directives. In addition it was found that young people also need faith require assistance activities in the dormitories in creative, interesting and not boring ones. Therefore in this paper the author has proposed a faith mentoring program for these young people in Santa Theresia Girl Dormitory Kabanjahe by using Shared Christian Praxis model (SCP).

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul USULAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI PARA SISWI DI ASRAMA PUTRI SANTA THERESIA KABANJAHE KABUPATEN KARO, SUMATRA UTARA. Skripsi ini terinspirasi dari pengalaman penulis berkaitan dengan kegiatan pendampingan iman yang berlangsung di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe. Disadari bahwa pendampingan iman kaum muda sangat diperlukan supaya kaum muda terbantu untuk semakin mampu mengembangkan diri menuju kedewasaanya. Kaum muda dibantu untuk semakin mampu menghayati iman dan mampu bersaksi akan imannya.

Pendampingan iman yang diberikan di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe merupakan salah satu upaya yang hendak dilakukan oleh penulis terhadap situasi dan kondisi yang dialami oleh kaum muda zaman sekarang. Hal ini dilakukan supaya kaum muda di asrama ini semakin mampu mengembangkan diri dan iman yang dewasa.

Banyak pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dengan berbagai peran dalam penyusunan skripsi ini. Menyadari itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing memberikan bantuan dan dukungan hingga skripsi ini dapat selesai terutama kepada:

(11)

1. Rm. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J. selaku Kaprodi IPPAK Universitas Sanata Dharma dan sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang selalu mendampingi, mebimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd. selaku dosen penelitian dalam penulisan skripsi ini yang telah berkenan mendampingi dan memberikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto. Y. M. Hum. Selaku dosen penguji sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung selalu memberikan dorongan kepada penulis.

5. Keluarga tercinta: bapak, ibu, kakak, adik yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

6. Suster pendamping Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe yang memberikan tempat dan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian serta memberi dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Sahabat-sahabatku: Tika, Paska, Ika, Imalia, yang selalu mendorong dan memberikan motivasi serta doa yang tulus kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHANa ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... . ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... 2

1 ... 11

... ... ... ... ... ... 1. Pengertian Kaum Muda ... 13

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Manfaat Penulisan ... 3

E. Metode Penulisan ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II. KATEKESE SEBAGAI UPAYA PENDAMPINGAN IMAN KAUM MUDA 6

A. Pendampingan Iman ... 6

1. Pengertian Pendampingan ... 6

2. Tujuan Pendampingan ... 7

3. Pengertian Iman ... 8

4. Pengertian Pendampingan Iman... B. Kaum Muda ... ... ... ... ... ... 13

(14)

2. Identitas Kaum Muda ... 15

3. Kaum Muda dan Dewasa Instant ... 16

24

4 6 4. Perkembangan dan Permasalahan Kaum Muda ... 18

a. Pertumbuhan Fisik Kaum Muda ... 18

b. Perkembangan Mental Dan Intelektual Kaum Muda ... 19

c. Perkembangan Emosional Kaum Muda ... 20

d. Perkembangan Sosial Kaum Muda... 21

e. Perkembangan Moral Kaum Muda... 21

f. Perkembangan Religius Kaum Muda ... 22

C. Pendampingan Iman Kaum Muda ... 1. Pengertian Pendampingan Iman Kaum Muda ... 2

2. Tujuan Pendampingan Iman Kaum Muda ... 24

3. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda ... 25

a. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda di Bidang Kepribadian ... 25

b. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda di Bidang Kebersamaan dengan Orang Lain ... 2

c. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda di Bidang Peranaan dalam Masyarakat, Bangsa dan Dunia ... 27

4. Macam-macam Pendampingan Iman Kaum Muda ... 27

D. Gambaran Umum Katekese ... 28

1. Pengertian Katekese ... 28

2. Tujuan dan Manfaat Katekese ... 30

3. Tugas dan Tanggung Jawab Dalam Berkatekese ... 31

4. Pendamping Katekese ... 33

5. Peserta Katekese ... 34

6. Isi Katekese ... 35

7. Ciri-ciri Katekese... 36

E. Katekese Sebagai Salah Satu Cara Pendampingan Iman Kaum Muda... 37

(15)

B AB III. PENELITIAN PENDAMPINGAN IMAN KAUM MUDA DI ASRAMA PUTRI ST. THERESIA KABANJAHE 39

A. Gambaran Singkat Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe... 39

B. Latar Belakang Penelitian... 41

4. Bentuk-bentuk Pendampingan Iman dan Manfaa erkembangan Iman Di Asrama... 52

5. Kesulitan/Hambatan dalam Mengikuti Kegiatan Pendampingan Iman ...

4. Bentuk-bentuk Pendampingan Iman dan Manfaatnya bagi Perkembangan Iman di Asrama... 72

5. Kesulitan/Hambatan dalam Mengikuti Kegiatan Pendampingan Iman ... 74

6. Faktor Pendukung Kegiatan Pendampingan Iman... 76

(16)

L. Kesimpulan Hasil Penelitian... 79

ATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS (SCP) BAB IV. K SEBAGAI USULAN PENDAMPINGAN IMAN KAUM MUDA DI RAMA PUTRI ST. THERESIA KABANJAHE 83

A. Katekese Model SCP untuk kaum muda katolik di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe... 83

1. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)... 84

a. Shared... b. Christian... 85

2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP) ... a. Langkah Pertama: Pengungkapan pengalaman hidup faktual... 87

b. Langkah Kedua: Refleksi kritis atas sharing pengalaman hidup faktual... 88

c. Langkah Ketiga: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani lebih terjangkau... 90

d. Langkah Keempat: Interpretasi atau tafsir dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan Tradisi dan Visi peserta.. 91

e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di dunia... 93

B. Usulan program pendampingan iman kaum muda di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe... ... 94

1. Latar Belakang Situasi ... 94

2. Alasan Pemilihan SCP... 95

3. Tujuan Program SCP ... 4. Usulan Program... 98

5. Contoh-contoh Persiapan Pendampingan Melalui Model Shared Christian Praxis (SCP) bagi Para Siswi di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe ... 107

(17)

BAB V. PENUTUP 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 152

.... (1)

Lam ... (5)

Lampira DAFTAR PUSTAKA 154

LAMPIRAN 156

Lampiran 1: Cerita Gembel yang tak Seagama ... piran 2: Teks Bacaan Kitab Suci ... (2)

Lampiran 3: Teks Lagu Pembuka dan Penutup ... n 4: Panduan Pertanyaan Kuesioner ... (7)

Lampiran 5: Panduan Pertanyaan Wawancara ... (13)

(18)

DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

gk A. Sin KS

B. Sing AA

C. Singkat

Art : Artikel

LB LC M

atan Kitab Suci : Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deutrokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

katan Dokumen Resmi Gereja

: Apostolicam Actuocitatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awam, 18 November 1965.

CT : Catechesi Tradandae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada Para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman ketekese masa kini, 16 Oktober 1979.

an Lain

Cergam : Cerita Bergambar Dsb : Dan Sebagainya Hal : Halaman.

KWI : Konfrensi Waligereja Indonesia. I : Lembaga Biblika Indonesia D : Liquid Crystal Display. B : Madah Bakti

(19)

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Sbb : Sebagai berikut

S1 : Strata satu

SCP : Shared Christian Praxis SFD : Suster Fransiskus Dina SKP : Sekolah Kepandaian Putri SMTA : Sekolah Menengah Tingkat Atas

St : Santa

OFM : Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum

D. Istilah

Analisis : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Deskriptif : Bersifat menggambarkan apa adanya

evosi : Kebaktian yang tidak resmi, misalnya doa rosario, penghormatan kepada santo/santa.

Dogmatis : Bersifat mengikuti atau enjabarkan suatu ajaran tanpa kritik li.

um n dipakai untuk mengerjakan sesuatu

Interpretasi

sesuatu.

Kristosentris : Berpusat pada Kristus .

D

m sama seka

Instr e : Alat yang

: Pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap

(20)

xx

u kalimat yang ada hubungannya dengan

Transendental : anian

Kontekstual : Bagian suatu uraian ata suatu kejadian.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asrama Putri Santa Theresia merupakan satu-satunya asrama putri yang dikelola oleh para suster SFD (Suster Fransiskus Dina) di Kota Kabanjahe, Sumatera Utara. Asrama Putri St. Theresia didirikan pada tahun 1957 karena pada saat itu banyak siswi dari desa yang ingin masuk ke Sekolah Kepandaian Putri (SKP). Maka asrama ini memberikan tempat dan fasilitas bagi para siswi putri yang hendak menuntut ilmu di sekolah yang jaraknya lumayan jauh dari daerah asal mereka (Buku Kenangan 70 Tahun SFD di Indonesia, 1993: 40).

Para siswi itu kebanyakan berdomisili di berbagai desa di sekitar Tanah Karo, seperti; Desa Kubucolia, Sukajulu, Barusjahe, Tigajumpa, Paribun, Serdang, Penampen, Berastagi, Naman, Merek, Aek Popo, Kabanjahe, Samosir, dan masih banyak lagi. Mereka yang diprioritaskan dapat tinggal di asrama adalah mereka yang beragama Katolik dan Kristen. Kegiatan sehari-hari asrama hampir sama seperti kebanyakan asrama yang ada di Indonesia (pengalaman penulis).

Kebanyakan orang tua dari para siswi tersebut mempercayakan anaknya ke bawah bimbingan para suster SFD di asrama ini, dari pada mereka tinggal di kos. Disamping itu para orang tua juga berharap agar anak mereka tidak hanya tercukupi di bidang jasmani, melainkan juga tercukupi di bidang rohani.

Para siswi yang baru masuk ke asrama mempunyai pola pikirnya masing-masing, sesuai dari budaya mana mereka berasal. Mereka mempunyai harapan-harapan ataupun cita-cita yang ingin dicapai melalui pendidikan, dan untuk ini

(22)

mereka juga ingin mendapat pendampingan dalam hal-hal rohani (iman). Beberapa dari siswi yang tinggal di asrama berada disana karena kemauannya sendiri, tetapi ada juga yang dipaksa orang tuanya. Karena para siswi ini berasal dari berbagai daerah di luar kota Medan, maka mereka yang beragama katolik jarang mengikuti Perayaan Ekaristi di tempat tinggal mereka. Ada yang mengikuti Perayaan Ekaristi dua minggu sekali, sebulan sekali, tiga bulan sekali, bahkan ada pula yang hanya setahun sekali, demikian pula dalam hal pembinaan iman.

Kegiatan-kegiatan di asrama seperti doa harian, doa rosario, rekoleksi (jika ada), ibadat, misa harian dan misa hari Minggu merupakan kegiatan yang bertujuan memperkembangkan iman para siswi selain pelajaran agama yang mereka terima di sekolah.

Dalam kehidupan para siswi di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe, Kabupaten Karo Sumatera Utara, baik dari segi iman dan juga pengalaman hidup sehari-hari, terasa bahwa mereka masih membutuhkan berbagai macam bentuk bimbingan untuk mendekatkan mereka kepada Yesus Kristus. Berkaitan dengan hal ini, masalahnya ialah, bagaimana menemukan pendampingan iman kaum muda yang cocok bagi para siswi di Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe, Kabupaten Karo Sumatera Utara.

B. Rumusan Masalah

(23)

1. Pendampingan iman macam apa yang cocok bagi para siswi di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara?

2. Manakah hal-hal yang mendukung ataupun menghambat pendampingan iman kaum muda di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini antara lain adalah:

1. Menemukan pendampingan iman yang cocok bagi para siswi di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

2. Manemukan hal-hal yang mendukung ataupun menghambat pendampingan iman di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagi para pendamping di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe.

(24)

2. Bagi para pendamping asrama putri pada umumnya.

Manfaat yang diberikan bagi para pendamping asrama putri pada umumnya adalah mendapat masukan untuk melakukan pendampingan iman kaum muda di asrama putri.

3. Bagi Penulis

Mengetahui lebih mendalam tentang pendampingan iman kaum muda, khususnya kaum muda di asrama putri yang meliputi kendala dan pendukungnya.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa data-data yang diperoleh melalui pengalaman lapangan maupun studi pustaka.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai tulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok gagasan sebagai berikut:

BAB I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(25)

perkembangan dan permasalahan yang dihadapi kaum muda seperti: Pertumbuhan fisik kaum muda, perkembangan mental dan intelektual kaum muda, perkembangan emosional kaum muda, perkembangan sosial kaum muda, perkembangan moral kaum muda, perkembangan religius kaum muda, pengertian katekese sebagai upaya pendampingan iman kaum muda yakni membahas mengenai katekese, pendampingan iman dan kaum muda. Pada bab ini, penulis akan memaparkan pula beberapa hal antara lain, gambaran umum katekese, pengertian katekese, tugas dan tanggung jawab dalam berkatekese, pendamping katekese, peserta katekese, isi katekese, tujuan dan manfaat katekese, ciri-ciri katekese.

BAB III, penulis memaparkan tentang penelitian pelaksanaan pendampingan iman di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe.

BAB IV, membahas tentang usulan program pendampingan iman kaum muda di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe melalui katekese. Yakni mengenai: katekese model katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai bentuk pendampingan iman kaum muda di asrama putri st. Theresia kabanjahe

BAB V, membahas tentang kesimpulan dan saran.

(26)

BAB II

KATEKESE SEBAGAI UPAYA PENDAMPINGAN IMAN KAUM MUDA

A. Pendampingan Iman 1. Pengertian Pendampingan

Kegiatan pendampingan biasanya diberikan oleh orang yang lebih berpengetahuan atau lebih berketerampilan kepada mereka yang ingin mendapatkan pengetahuan atau keterampilan lebih. Pendampingan secara umum adalah bentuk hubungan yang memungkinkan terjadinya proses berbagi keterampilan atau pengalaman, baik yang personal yang mendorong proses tumbuh dan berkembang sepanjang proses yang terjadi. Pendampingan juga merupakan suatu bentuk hubungan antar personal antara seseorang yang dipandang lebih berpengalaman atau lebih professional dan seseorang yang diposisikan masih kurang berpengalaman atau kurang professional

(http://apakabarpsbg.wordpress.com/2009/11/14/pendampingan-kunci-sukses-membangun-kemitraan-dan-kebersamaan-menuju-pendidikan-berkualitas/. diakses: 2011-04-27. 16.17).

Berkaitan dengan kata pendampingan seperti pada “pendampingan kepada kaum muda Katolik”, Mangunhardjana mengatakan:

Kata pembinaan kami hindari, karena kata itu mengandung pengertian usaha penyiapan kaum muda, yang bersifat satu arah, dari pembina kepada kaum muda yang dibina, dan mempunyai asumsi bahwa pada diri kaum muda ada suatu hal yang tidak beres yang perlu diperbaiki. Sedang usaha yang dibayangkan dalam buku ini merupakan usaha dua arah dari pendamping kepada kaum muda yang didampingi dan sebaliknya, dan

(27)

bertitik tolak dari keyakinan bahwa kaum muda mempunyai potensi yang dapat tumbuh menjadi kenyataan (Mangunhardjana, 1986a: 21).

Dengan pernyataan diatas ditegaskan, bahwa “pendampingan” lebih baik daripada “pembinaan”. Pendampingan lebih mengarah kepada dua sisi yakni kepada responden dan pendampingnya sendiri, sehingga akan lebih memperkaya ke dua sisi tersebut. Pendampingan menurut Mangunhardjana adalah:

Suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal yang baru yang belum dimiliki sebelumnya, dengan tujuan membantu orang agar semakin mampu mengembangkan diri secara lebih baik (Mangunhardjana, 1986a:12).

Melalui sebuah pendampingan terjadi suatu proses belajar dan para peserta diharapkan untuk tidak sekedar mempelajari ilmu murni yang diberikan pada teori tetapi juga peserta didampingi untuk mempelajari ilmu yang dipraktekkan. Dalam sebuah pendampingan peserta diajak untuk mengenal kemampuan atau potensi yang dimilikinya dan mengembangkannya agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik dan lebih efisien.

2. Tujuan pendampingan

Selain pengertian di atas, kita juga akan melihat apakah tujuan dari pendampingan. Pendampingan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

a) Pertama, tujuan pendampingan mencakup segala daya dan segi hidup kaum muda: budi, hati, kehendak, sikap, kecakapan, perbuatan, perilaku, hidup. Pendampingan bukan menghasilkan orang-orang teorotis, tetapi juga praktis. Sebaliknya, tujuan pendampingan itu tidak hanya “menciptakan” kaum muda-mudi yang hanya dapat melaksanakan sesuatu dan bersikap praktis-praktis saja, tetapi juga mengetahui latar belakang hal yang dilakukan dan alasan-alasannya yang lebih dalam.

(28)

bermaksudkan mengembangkan ilmu, menambah pengetahuan, dan mendapatkan informasi baru.

c) Ketiga, tujuan pendampingan jangkauannya tidak hanya terbatas pada lingkup pribadi dan kelompok yang terbatas, tetapi mencakup lingkup sosial dan ada dampaknya bagi masyarakat. Pendampingan juga bertujuan untuk menempa orang muda menjadi para muda-mudi yang mampu berperan demi kemajuan masyarakat (Mangunhardjana, 1986a: 26).

Atas dasar ketiga tujuan di atas, kita dapat menarik kesimpulan, akan pentingnya pendampingan iman kepada kaum muda. Selain semakin mendekatkan mereka dengan Tuhan, pendampingan juga bertujuan membantu kaum muda untuk mewujudnyatakan imannya akan Yesus Kristus melalui tindakan nyata kepada sesama dalam hidupnya. Kaum muda yang dapat terlibat dalam mengatasi permasalahan sosial yang ada di tengah masyarakat, baik dengan memberikan sumbangan pemikiran ataupun terlibat langsung. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, menjalin relasi dengan sesama tanpa membeda-bedakan dan mengambangkan talenta yang dimilikinya.

3. Pengertian iman

Setiap orang yang hidup di dunia ini mempunyai iman dan kepercayaan mereka masing-masing. Banyak sekali agama tetapi hanya satu yang dimuliakan oleh berbagai agama itu yaitu Tuhan, agama merupakan sarana untuk mendekatkan umat kepada Tuhan dalam iman mereka.

Iman berarti bertemu dengan Allah dan hidup dalam kesatuan dengan-Nya. Iman bukanlah pertama-tama berarti menerima aturan, khususnya untuk bidang moral, melainkan menghayati hidup secara otonom dan bertanggung jawab dalam kesatuan pribadi dengan Allah. (KWI, 1996: 15).

(29)

dengan bebas. Iman itu bersifat teologis, karena obyek iman itu ialah Tuhan sendiri, sedangkan Yesus Kristus merupakan kepenuhan Sabda Tuhan (Goretti, 1999: 1). Iman berakar dalam ajaran yang kokoh. Orang tidak bisa percaya tanpa mengetahui apa yang dipercayai, oleh sebab itu agama harus membawa umatnya untuk sampai kepada iman yang benar, karena iman bukanlah hanya pengenalan akan perwahyuan Ilahi, tetapi juga persatuan hidup yakni hidup Ilahi. Hidup dalam iman itu membebaskan seseorang dari kegelapan ke terang, dari perbudakan setan dan dosa ke kebebasan anak-anak Allah (Goretti, 1999: 2).

Iman juga merupakan pertemuan manusia dengan Allah, dimana manusia menyerahkan dirinya kepada Allah yang memberi dan menjumpai manusia. Iman merupakan sikap batin terhadap Allah yang telah menyerahkan diri-Nya kepada manusia melalui Yesus Putera-Nya. Iman adalah jawaban pribadi manusia terhadap sapaan kasih Allah yang terwujud dalam pribadi Yesus Kristus, hubungan cinta antara manusia dengan Tuhan. Manusia menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan, karena manusia mengalami cinta dari Tuhan.

(30)

Berbicara mengenai iman tidak terlepas dari wahyu, karena dilihat dari pihak Allah yang menjumpai dan memberikan diri-Nya kepada manusia. Wahyu merupakan pertemuan Allah dengan manusia. Pengertian iman dalam pandangan dogmatis pertama-tama bertitik tolak dari pengertian wahyu. Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum), merumuskan wahyu sebagai berikut:

“Dalam kebijakan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan Diri-Nya (bdk.Ef 1:9). Berdsarkan kehendak ini, manusia melalui Kristus, sabda yang menjadi daging, di dalam Roh Kudus, menemukan jalan kepada Bapa dan mengambil bagian dalam kodrat Ilahi (bdk. Ef 2:81; 2 Pt 1:4). Maka dengan wahyu ini Allah yang tak kelihatan (bdk. Kol 1:15 ; 1 Tim 1:17), karena cinta kasih-Nya yang melimpah ruah, menyapa manusia sebagai sahabat (bdk.kel 33:11 ;Yoh 15:14-15) dan bergaul dengan mereka ke dalam persekutuan-Nya (Hardawiryana, 1993: 318).

Dari artikel di atas, wahyu berbicara tentang kebaikan Allah yang menyapa manusia secara terlebih dahulu. Setelah kita mengetahui tentang wahyu, baru kemudian kita berbicara tentang iman. Di sini iman diartikan sebagai tanggapan manusia atas wahyu yang disampaikan oleh Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini:

Kepada Allah yang mewahyukan harus diberikan ketaatan iman (bdk. Rom. 16:26; Rom. 1:5; 2 Kor. 10:5-6). Dengannya manusia secara bebas menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, sambil mempersembahkan ketaatan akal budi dan kehendak sepenuhnya kepada Allah pewahyu dan menyetujuinya dengan rela wahyu yang diberikan-Nya. (Hardawiryana, 1993: 320).

(31)

karya Roh Kudus berperan sangat besar. Mengenai peranan Karya Roh Kudus dalam menyempurnakan iman, KV II dalam Konstitusi tentang Wahyu Ilahi (Dei Verbum) menyatakan sebagai berikut:

“Supaya orang dapat percaya sedemikian itu perlulah rahmat Allah yang mendahului serta menolong, dan bantuan batin Roh Kudus, yang harus menggerakkan hati dan membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi dan memberikan kepada semua rasa dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran (Hardawiryana, 1993: 320).

Antara wahyu yang disampaikan oleh Allah dan iman yang dinyatakan oleh manusia terjadi proses komunikasi yang mendalam antara Allah dan manusia. Pada akhirnya manusia diajak untuk memasuki kehidupan Ilahi. Proses komunikasi tersebut merupakan usaha manusia dan juga sekaligus rahmat Allah. Allah secara istimewa membantu dan mengundang manusia agar mampu menjawab ajakan Allah (DV, art 6). Iman adalah penyerahan diri kepada Allah, yang telah mewahyukan diri dan rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia.

4. Pengertian pendampingan iman

Mengingat kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendampingan iman adalah pendampingan yang bertolak atas iman akan Tuhan. Pendampingan yang Kristosentris: berpusat pada Kristus, artinya pendampingan yang mengajak pesertanya untuk semakin mengenal dan mendekatkan diri kepada Kristus.

(32)

pendampingan iman tercapai ketika iman dapat diwujudnyatakan di tengah-tengah masyarakat. Konkritnya seperti membantu sesama yang sedang mengalami musibah; bencana alam ataupun masalah di tengah masyarakat serta sesama yang mengalami kesusahan.

Kaitannya dengan pendampingan iman kaum muda adalah, dengan pemahaman iman dan sikap iman ditanamkan sejak dini, maka iman mereka akan berkembang dan hidup lebih baik, daripada bila ditanamkan saat mereka sudah dewasa. Kegiatan pendampingan iman yang di laksanakan di Asrama Putri Santa Theresia juga bermaksud untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, refleksi dan aksi para penghuninya agar mereka juga memiliki ketulusan, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok dalam menanggapi Sabda Allah.

(33)

Perkembangan iman seseorang selalu tidak lepas dari campur tangan Allah, karena Dialah yang memberikan iman kepada manusia. Sedangkan manusia menyiapkan ladang untuk menerima curahan iman Allah oleh Roh Kudus ke dunia sehingga iman tersebut dapat berkembang dan berbuah banyak. Untuk menjaga supaya iman manusia lestari, manusia membutuhkan pendampingan yang dapat membantunya memperdalam iman mereka. Untuk itulah pendampingan iman diperlukan, terlebih oleh kaum muda sebagai generasi penerus Gereja yang sedang mengalami pancaroba dan sedang dalam masa pertumbuhan.

B. Kaum Muda

1. Pengertian kaum muda

(34)

Kaum muda perlu dilihat sebagai pribadi yang sedang berada pada taraf perkembangan diri tertentu yang sedang mengalami banyak perubahan, baik dari segi fisik, mental, sosial, maupun psikis dalam perkembangan hidup seorang manusia, dengan kualitas dan ciri tertentu dengan potensi dan kebutuhan tertentu pula (Philip, 1984: 6).

Sedangkan Sri Paus Yohanes Paulus II dalam ajaran apostolik Catechesi

Tradendae (CT) artikel 39, menyebutkan tentang kaum muda sebagai berikut.

Disebutkannya, bahwa masa muda adalah masa di mana seseorang menghadapi periode keputusan-keputusan penting yang pertama. Dalam hal ini masa muda merupakan masa dimana seseorang harus dapat membedakan “yang baik” dan “yang jahat”. Walaupun dalam keseharian mereka mendapat dukungan dari para anggota keluarga dan teman-teman, tetapi mereka tetap harus mengandalkan diri sendiri serta suara hati mereka, dan makin sering memikul tanggung jawab atas masa depan mereka sendiri (Yohanes Paulus II, 1979: 41).

Dekrit Konsili Vatikan II tentang kerasulan awam “Apostolicam Actuocitatem (AA)” art 12 memandang kaum muda sebagai kekuatan yang amat penting dalam masyarakat. Kaum muda sebagai pembawa perubahan dalam masyarakat. Tantangan bagi Gereja adalah bagaimana Gereja bisa ikut menciptakan lingkungan tempat nilai-nilai dasar manusiawi dijunjung, sehingga kaum muda dapat bercermin dan dapat mengolah proses untuk menemukan identitas diri (Konsili Vatikan II, 1993: 357).

(35)

yang jahat ataukah hidup yang baik (dalam arti dekat dengan Tuhan dan Gereja). Dengan ini kaum muda membutuhkan pendampingan, untuk semakin meyakinkan dan memantapkan hidup dan imannya akan Tuhan.

2. Identitas Kaum Muda

Kaum muda mulai menyadari akan banyak hal yang mereka temui. Karena kesadaran ini mereka cenderung menolak upaya orang lain untuk membentuk diri mereka. Kaum muda mau mencari dan membentuk pribadinya, identitasnya sendiri. Tetapi itu tidak selalu berarti, bahwa mereka menolak campur tangan dari luar. Kaum muda membutuhkan dan mau menerima bimbingan yang penuh pengertian dari generasi tua, sekaligus juga mengharapkan perlakuan sebagai teman yang sederajat, baik dalam ide ataupun gagasan. Mereka mau dihargai sebagai pribadi yang sedang mempribadi, yang dalam proses mencari identitas dirinya. Begitupun kaum muda yang tinggal di asrama, mereka butuh pendampigan untuk semakin membentuk pribadi mereka menjadi pribadi yang utuh dan berlandaskan iman.

(36)

maupun tata hidup moral dan tata keagamaan umumnya. Untuk itulah pendampingan besar perannya dalam mengolah pribadi mereka menjadi lebih baik.

Bebas dan lepas yang diinginkan oleh kaum muda tidak lain daripada ketidak terikatan pada aturan-aturan ketat dalam adat dan norma. Bebas dan lepas yang diinginkan mereka tidak lain dari pada dambaannya untuk menentukan sendiri sikap, tindakannya dan masa depannya, terlepas dari kemampuan mereka untuk itu. Mereka mau mendapatkan pengakuan, yang berupa dorongan ego sebagai salah satu dorongan terkuat dalam diri orang muda, dan karena itu membutuhkan kesempatan untuk menyatakan diri dan membuktikan diri bisa berbuat sesuatu. Mereka tidak mau bahwa segalanya ditentukan hanya oleh orang tua, orang dewasa umumnya, dan Gereja saja (http://robertusredi.blogspot.com/. diakses: 2011-05-09. 10.36).

Harapan kaum muda seperti yang disebutkan diatas akan menjadi baik apabila didukung dengan diadakannya pendampingan terlebih dahulu. Pendampingan dapat membantu mereka dalam menentukan bebas dan lepas seperti apa yang akan dipilih dan dijalankan oleh kaum muda itu sendiri. Dengan demikian, bebas dan lepas yang mereka inginkan adalah menentukan sendiri sikap, tindakannya dan masa depannya dalam terang iman.

3. Kaum Muda dan Dewasa Instant

(37)

gejala-gejala pertumbuhan fisik-biologis, khususnya gejolak-gejolak seksualitas dalam dirinya. Kebingungan ini menjadi semakin rawan berhadapan dengan transisi nilai sosio-budaya yang melanda masyarakat.

Sementara itu, laju pembangunan dan modernisasi serta derasnya arus komunikasi media massa, kemudahan-kemudahan dalam kontak antar suku dan bangsa telah menggoyahkan tata nilai dan norma-norma lama. Kaum muda cenderung melepaskan nilai-nilai tradisional yang acapkali disamakan begitu saja dengan kekolotan, dan sering dengan mudah mengambil alih apa saja yang “berbau barat”. Kecenderungan itu lebih kuat lagi melanda kaum muda, bahkan seringkali tanpa sikap kritis, baik terhadap nilai-nilai tradisional adat maupun terhadap hal-hal baru yang tanpa pikir mereka terima begitu saja. Di tempat yang masyarakatnya masih menghormati nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai adat biasanya nilai-nilai ini masih mengikat mereka sehingga terkadang cukup menghambat dalam berhubungan dengan nilai-nilai Kristiani.

(38)

kurang bermoral, kurang bertanggung jawab, dan sebagainya (http://robertusredi.blogspot.com/. diakses: 2011-05-09. 10.36).

Pribadi kaum muda seperti telah diungkapkan, sangatlah umum. Mereka ingin mencari jati diri mereka sendiri dan banyak hal lain yang ingin mereka ketahui dan pelajari sendiri. Bila kaum muda tidak mendapatkan pendampingan yang memadai, dapat kita lihat ekses-eksesnya seperti membuat “geng”, menjadi pecandu miras (minuman keras), terjerumus narkoba ataupun ikut-ikut menjalani “seks bebas”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah itu tentu untuk membantu dan membuat agar mereka bisa menjalani “hidup bermanfaat” bagi masyarakat sekitar (Mangunhardjana, 1986a: 24).

4. Perkembangan dan Permasalahan Kaum Muda

Permasalahan yang dialami oleh kaum muda cukup banyak, dan permasalahan itu antara lain disebabkan oleh adanya perkembangan yang mereka alami dalam diri mereka, yakni perubahan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Perubahan yang membawa masalah tersebut antara lain adalah:

a. Pertumbuhan Fisik Kaum Muda

(39)

antara lain karena kadang-kadang perkembangan itu tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Selain daripada itu mereka juga mengalami permasalahan-permasalahan yang tidak ringan misalnya tentang seks dan pergaulan dengan lawan jenis. Dewasa ini masalah berkaitan dengan ini sangatlah banyak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pendampingan yang di berikan sejak dini terhadap mereka. Kalaupun mereka merasa sudah siap untuk melakukan hubungan seks, tetapi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh hubungan sex belumlah mereka ketahui atau sadari sepenuhnya. Mereka belum sanggup bertanggung jawab atas kelangsungan hidup perkawinan yang akan mereka jalani (Mangunhardjana, 1986a: 12).

b. Perkembangan Mental dan Intelektual Kaum Muda

Mangunhardjana dalam bukunya “Pendampingan Kaum Muda” mengungkapkan bahwa perkembangan mental kaum muda nampak pada gejala-gejala perubahan dalam perkembangan intelektual, perubahan cara berfikir, yakni dari cara berfikir anak-anak menjadi cara berfikir dewasa. Kaum muda mulai berfikir lebih kritis dan mulai menggali tentang diri mereka sendiri dan berusaha pula menemukan panggilan hidupnya dan siapakah diri mereka sebenarnya. Maka tidak mengherankan bila banyak kaum muda yang sering berkhayal perihal pilihan hidupnya, sehingga terkadang hal ini menyebabkan keresahan dan kekhawatiran mereka sendiri (Mangunhardjana, 1986a: 13).

(40)

abstrak. Mereka bahkan mulai mampu berpikir melampaui kehidupannya, baik dalam dimensi ruang maupun waktu. Berpikir abstrak ini sering disebut sebagai berpikir formal operasional.

Berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada kaum muda ditandai dengan tiga hal, yaitu: mereka mulai mampu melihat tentang kemungkinan-kemungkinan; mereka mampu berpikir ilmiah: dari mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesa, mengumpulkan dan mengolah data sampai dengan menarik kesimpulan; mereka mampu memadukan ide-ide secara logis, dan memadukan ide-ide tersebut ke dalam kesimpulan yang logis. (http://robertusredi.blogspot.com/. diakses: 2011-05-09. 10.36).

c. Perkembangan Emosional Kaum Muda

Perkembangan emosional ada hubungan yang erat dengan perkembangan fisik. Ketika terjadi perubahan fisik hormon-hormon dalam tubuh mereka, secara psikologis terjadi pula perubahan-perubahan emosional yang tidak stabil, terkadang memuncak dan kadang lemah sekali. Perkembangan emosional nampak dalam kecakapan mereka dalam menggunakan kata-kata dalam pergaulan hidupnya sehari-hari dan semangat yang membara, perpindahan gejolak hati yang cepat, muncullah sikap-sikap masa bodoh, keras kepala, dan tingkah laku yang sering aneh.

(41)

masyarakat. Karena itu pula kaum muda kerap nampak mengambil berbagai cara bertingkah laku, entah untuk mengatasi atau sekedar menghindari dan melupakannya (Mangunhardjana, 1986a: 13).

d. Perkembangan Sosial Kaum Muda

Dalam masa perkembangan menuju usia dewasa, pergaulan kaum muda tidak hanya berhenti pada komunitas keluarga, akan tetapi juga dalam lingkup sekitarnya (berkaitan dengan meluasnya relasi dengan orang lain). Maka pada usia yang demikian kaum muda harus pandai-pandai memilih pergaulan, karena teman pergaulan biasanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan mereka. Dalam lingkup formal kaum muda dapat berinteraksi dengan teman sebaya mereka di lingkungan sekolah atau asrama sedangkan dalam lingkup non formal meraka berinteraksi dengan keluarga, dalam hal ini bapak, ibu, kakak, adik dan masyarakat pada umumnya, di manapun ia berdomisili. Maka tidak tertutup kemungkinan munculnya permasalahan-permasalahan pada kaum muda, seperti munculnya kelompok-kelompok atau geng-geng atau teman sebaya yang terkadang hanya karena masalah kecil terjadi tawuran antar “geng”. (Mangunhardjana, 1986a: 14).

e. Perkembangan Moral Kaum Muda

(42)

daya intelektual mereka mulai mengarah ke usia dewasa dan perkembangan moral kaum muda akan mengarah kepada pilihan yang di tetapkan di awal masa pertumbuhan mereka (Mangunhardjana, 1986a: 14).

Oleh karena itu sangatlah penting diberikan pendampingan iman bagi kaum muda untuk membantu mereka dalam membangun kepribadian mereka secara matang. Selain itu perkembangan akan kesadaran moral mereka akan timbul seiring dengan berjalannya pendampingan. Sehingga mereka dapat memilah mana yang baik untuk perkembangan kepribadian mereka dan mana yang tidak baik.

f. Perkembangan Religius Kaum Muda

Perkembangan pemikiran orang muda mempengaruhi perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama yang dianut. Pada tahap kanak-kanak pemikiran agama bersifat dogmatis, masih dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat konkret dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya, sedangkan pada orang muda hal ini sudah berkembang lebih jauh. Mereka mendasarkan pemikiran-pemikiran agama dengan pemikiran rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau gaib dan meliputi hal-hal yang lebih luas.

(43)

Perlahan-lahan mereka mengembangkan pemikiran tentang Tuhan yang sesungguhnya, melepaskan diri dari gambaran Tuhan yang berciri manusia (http://robertusredi.blogspot.com/. diakses: 2011-05-09. 10.36).

Perkembangan religius menyangkut hubungan dengan pribadi yang mutlak. Pada masa kanak-kanak kegiatan keagamaan dilakukan karena mereka tergantung atau meneladani orang tua dan para tokoh yang berpengaruh pada diri mereka. Pada umur menjelang dewasa praktek ajaran mulai dipertanyakan karena mereka ingin mencapai taraf kesejatian diri. Mereka belum mengerti masalah-masalah yang berat sehingga masalah-masalah keagamaan juga cenderung diabaikan.

Permasalahan yang utama adalah bagaimana konsep pendampingan yang sekarang dikembangkan oleh Gereja Katolik maupun Lembaga Pendidikan swasta Katolik seperti Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe, Kabupaten Karo Sumatera Utara? Pendampingan perlu dilihat tidak hanya sekedar untuk menemani dan mengembangkan iman semata. Pendampingan juga perlu dilihat guna menemukan serta menanggapi permasalahan kontekstual yang terjadi di masyarakat.

(44)

mampu mendampingi dan bagaimanakah sosok pendamping yang bisa secara total memberikan pendampingan. (Mangunhardjana, 1986a: 15).

C. Pendampingan Iman Kamu Muda

1. Pengertian Pendampingan Iman Kaum Muda

Pendampingan kaum muda merupakan suatu usaha untuk membantu kaum muda dalam menyiapkan diri menuju ke masa depan. Pendampingan iman kaum muda dapat membantu kaum muda untuk menemukan kemampuan diri mereka, dan memungkinkan mereka mendapatkan kecakapan untuk mengembangkan kemampuan itu hingga mencapai kepenuhan. Kegiatan pendampingan ini dapat membantu kaum muda untuk menumbuhkan dan mengembangkan diri dari segi fisik, mental, emosional, sosial, moral dan religius. Kemampuan fisik yang segar dapat mendukung kaum muda melakukan tugas-tugas besar dan berat, cara berfikir lebih kritis. Melalui pendampingan yang memadai dari segi tujuan, materi, metode dan tekniknya, kaum muda dapat dibantu untuk pada waktunya menjadi pribadi-pribadi yang bermutu dan memiliki ilmu pengetahuanm kecakapan, sikap, perbuatan dan perilaku hidup yang optimal sehingga mampu memberi sumbangan nyata bagi masyarakat, bangsa dan dunia ((Mangunhardjana, 1986a: 25)

2. Tujuan Pendampingan Iman Kaum Muda

(45)

mempraktekkan pengetahuan dan teori itu. Pendampingan tidak hanya menciptakan kaum muda yang hanya dapat melaksanakan sesuatu dan bersikap praktis-praktis saja, tetapi juga mengetahui latar belakang hal yang dilakukan dan alasan-alasannya yang lebih dalam. Kedua, pendampingan memberi tekanan khusus kepada latihan penguasaan metode dan kecakapan. Selain mengembangkan pengetahuan peserta juga dikembangkan dalam daya cari, daya pikir dan daya kreatif. Pendampingan tidak hanya menyampaikan ilmu, melainkan mampu megembangkan ilmu, menambah pengetahuan, mencari dan mendapatkan informasi baru serta mengolahnya lebih lanjut. Ketiga, pendampingan jangkauannya tidak hanya terbatas pada lingkup pribadi dan kelompok yang terbatas, tetapi mencakup lingkup sosial dan ada dampaknya bagi masyarakat. Pendampingan tidak hanya membantu kaum muda menjadi orang baik, tetapi orang yang mampu berperan bagi kemajuan masyarakat (Mangunhardjana, 1986a: 25-28).

3. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda

Banyak sekali manfaat dari pendampingan kaum muda. Manfaat tersebut dapat terlihat dalam berbagai bidang kehidupan kaum muda, seperti di bidang kepribadian, bidang kebersamaan dengan orang lain, dan di bidang peranan dalam masyarakat, bangsa dan dunia.

a. Manfaat Pendampingan Kaum Muda di Bidang Kepribadian

(46)

muda mampu mengenal dan menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kaum muda mampu menemukan identitas diri, memiliki gambaran diri yang sehat dan mempunyai kepercayaan diri serta harga diri yang seimbang. Berkat pendampingan kaum muda juga mampu mengenal, mengolah, dan mengarahkan segala perasaan hati yang positif dan negatif yang muncul dalam hati mereka. Pendampingan kaum muda juga membantu mereka untuk mampu mengenal, menjernihkan dan mengembangkan pandangan, keyakinan dan filsafat hidup. Kaum muda mampu mengenal, menjernihkan dan mengembangkan nilai-nilai, dan membentuk sistem nilai yang benar dan seimbang. Mampu mengenal, menjernihkan, dan mengembangkan motivasi, cita-cita dan idealisme hidup. Mampu mengenal dan mengembangkan potensi diri secara maksimal dan ke arah yang tepat. Kaum muda mampu mengenal dan mengembangkan perilaku, cara dan gaya hidup yang produktif (Mangunhardjana, 1986: 28).

b. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda di Bidang Kebersamaan dengan Orang Lain

(47)

c. Manfaat Pendampingan Iman Kaum Muda di Bidang Peranan Dalam Masyarakat, Bangsa dan Dunia.

Di bidang peranan dalam masyarakat, bangsa dan dunia, pendampingan kaum muda bermanfaat bagi mereka supaya mammpu memiliki pengetahuan dan membentuk pandangan yang seimbang tentang masyarakat, bangsa dan dunia yang memadai. Pendampingan kaum muda juga bermanfaat bagi mereka supaya memilikii pengetahuan, pandangan, kecakapan dan sikap kerja yang benar dan memadai. Tidak hanya itu, pendampingan kaum muda juga bermanfaat bagi mereka supaya memiliki pengetahuan, kecakapan, dan sikap kerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dalam rangka hidup bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa serta berdunia (Mangunhardjana, 1986: 28).

4. Macam-macam Pendampingan Iman Kaum Muda

Macam-macam kegiatan pendampingan iman yang dapat diberikan kepada kaum muda dapat melalui katekese, rekoleksi, retret, kemping rohani, outbond, ziarah dan kegiatan kerohanian lainnya. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi kaum muda dalam mengembangkan imannya dan dalam membentuk keperibadian kaum muda, karena kegiatan ini dapat membantu kaum muda dalam merefleksikan segala pengalaman hidupnya, memperkembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, serta dapat membantu kaum muda dalam menemukan dirinya dan menemukan Tuhan dalam hidupnya.

(48)

atau dalam masa tenggang waktu yang cukup lama. Hal ini dikarenakan kegiatan tersebut memerlukan waktu dan persiapan yang cukup banyak, berbeda dengan katekese yang dapat dilakukan dalam waktu yang cukup singkat.

D. Gambaran Umum Katekese 1. Pengertian Katekese

Katekese berasal dari kata Yunani “katechein” bentukan dari akar kata “kat” yang berarti pergi atau meluas, dan “echo” yang artinya menggemakan atau menyuarakan keluar. Berdasarkan bentukan kata tersebut, kata “katechein” berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Segala usaha penyampaian ajaran, pendidikan oleh gereja disebut katekese (Papo, 1988:11). Menekankan pada kegiatan pengajaran dan pendidikan yang dilangsungkan oleh gereja kepada umatnya demi perkembangan iman umat.

Katekese dimaksudkan untuk menghidupkan iman, mengingkatkan kesadaran iman, menggairahkannya dengan terang pengajaran. Katekese harus diilhami oleh kehidupan Gereja, missionya, hubungannya dengan Bapa, Putera dan Roh Kudus, hakekatya sakramentil dan tradisinya. Kd.A.Lorscheider dalam buku sinode para uskup menguraikan katekese sebagai peristiwa gerejani dalam enam unsurnya:

a. Katekese termasuk pelaksanaan tugas profetis Gereja;

b. Katekese mengusahakan supaya iman dan sakramen-sakramen diterapkan dalam hidup sehari-hari;

c. Katekese mengajak orang mengenal sabda dan karya perwahyuan Ilahi dalam hidupnya sehari-hari;

d. Katekese menyampaikan kitab suci dan syahadat iman dengan mengindahkan situasi konkrit penerimanya;

(49)

f. Tugas berkatekese adalah tugas seluruh Gereja. (R. Hardawiryana, SJ, 1977: 8).

Dengan melihat unsur di atas, dikatakan bahwa katekese merupakan tugas Gereja yang mengusahakan supaya iman dan sakramen-sakramen diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, katekese juga selayaknyalah mengajak umat mengenal sabda dan karya perwahyuan Ilahi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga semakin jelas terlihat bahwa Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah-tengah umatNya.

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostoliknya yang dimuat dalam buku Catechesi Tradendae art. 18 mengatakan:

“Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup pemyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen” (Yohannes Paulus II, 1979: 23).

(50)

Akhirnya katekese harus dijalankan di bawah dorongan dan naungan Roh Bapa dan Putera yaitu Roh Kudus. Karena itu supaya berhasil setiap katekis wajib membiarkan dirinya dibimbing dan diilhami Roh Kudus dengan mencontoh Santa Maria, Bunda dan teladan murid Kristus yang sejati (Johannes Paulus II, 1980: v).

Pembinaan iman bagi semua orang beriman tanpa ada diskriminasi ras, budaya, dsb. Yang pokok adalah penyampaian ajaran Kristen terus menerus dan teratur kepada anak-anak, kaum muda dan orang dewasa agar mereka maju dan semakin dewasa imannya. Katekese merupakan salah satu usaha Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mengembangkan imannya serta mewujudkannnya dalam tindakan konkrit, diharapkan dapat membantu umat untuk membangun diri sendiri menuju kematangan hidup beriman.

2. Tujuan dan Manfaat Katekese

Katekese bertujuan untuk membangun, memelihara dan memperdalam dan menyempurnakan pertobatan pertama dengan jalan membuatnya makin bersifat pribadi dan berbuah dalam tindakan (Amalorpavadass. 1972: 8). Dengan kata lain bahwa katekese dapat membawa seseorang mencapai pertobatan dan akhirnya dapat mewujudnyatakannya dalam kehidupan sehari-hari.

(51)

ditujukan untuk mereka yang imannya baru mulai tumbuh, katekese berfungsi membantu umat mengembangkan imannya menuju kepenuhan hidup Kristen.

Diharapkan kematangan iman memungkinkan mereka untuk semakin menerima Roh Kudus dan mengupayakan pertobatan mereka sehingga berani menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat. Tujuan katekese menurut Sinode Para Uskup di Roma tahun 1977 adalah:

“Membawa jemaat maupun anggota perorangan kepada kematangan iman, memupuk pengertian lebih hidup mendalam tentang Allah dan rencana keselamatanNya, membantu orang memahami rencana Allah dalam hidupnya”.

Katekese hendaknya memampukan umat untuk lebih memupuk pengertian lebih mendalam tentang Allah dan mematangkan imannya. Lebih tepat dikatakan bahwa katekese harus membantu menyiapkan orang untuk menyambut karya Roh Suci dan memperdalam pertobatannya. Katekese juga berusaha membantu orang supaya memahami rencana Allah dalam hidupnya.

3. Tugas dan Tanggung Jawab dalam Berkatekese

(52)

keberhasilan dalam proses pelaksanaannya senantiasa didukung oleh beberapa elemen tertentu baik dalam Gereja maupun awam.

Dalam Gereja katekese menjadi tanggung jawab utama para uskup sebagai katekis yang utama. Dalam hubungannya dengan kegiatan katekese, para uskup memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan pendampingan imam-imam baru dan jemaat-jemaat awam. Kewajiban sebagai uskup memanggil mereka untuk memberikan pendampingan sakramen-sakramen yang penuh semarak dan keanggunan serta melaksanakan peribadatan hingga kepedulian terhadap pengembangan manusiawi dan pembelaan hak-hak manusia mengalami perkembangan (Yohannes Paulus II, 1979: 60).

Begitu juga dengan para imam. Para imam sebagai pembantu uskup disebut sebagai “guru iman”. Mereka senantiasa perlu membaktikan diri bagi pengembangan jemaat dalam iman, baik dalam paroki, sekolah maupun dalam kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat seperti juga kelompok kaum muda katolik. Gereja mempunyai harapan yang besar supaya para imam tidak mengabaikan tugas dan tanggung jawab mereka dalam memberikan katekese yang teratur dan terencana dengan baik (Yohannes Paulus II, 1979: 60-61).

(53)

membantu pengembangan iman jemaat. Contohnya peran para katekis di dalam paroki terutama dalam mempersiapkan bagi mereka yang akan menerima sakramen permandian, krisma dan lai sebagainya (Yohannes Paulus II, 1979: 61).

Oleh karena itu selayaknyalah para pendamping iman, dalam hal ini para katekis perlu menjalin relasi yang baik dan mampu bekerja sama dengan semua pihak. Para anggota Gereja ini perlu menyelenggarakan pendampingan iman untuk semakin mematangkan kehidupan beriman warganya.

4. Pendamping Katekese

(54)

pengalaman hidup dan pengalaman imannya secara terbuka, untuk selanjutnya menimba terang dan semangat Injili.

5. Peserta Katekese

Gereja memandang bahwa pewartaan iman akan Yesus Kristus melalui katekese kepada semua umat merupakan kewajiban Gereja yang paling hakiki. Jika dilihat lebih jauh lagi, kewajiban Gereja dalam melaksanakan katekese bukan hanya karena didorong oleh kepentingan orang perorangan saja melainkan menaati perintah yang disampaikan oleh Yesus Kristus Sang Guru sendiri kepada para muridNya sebelum Ia naik ke surga, yakni “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan babtislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat 28:19-20). Atas dasar perintah inilah Gereja wajib mewartakan Yesus Kristus kepada semua umat manusia.

Gereja berkewajiban untuk melaksanakan kegiatan katekese, sedangkan peserta yang mengikuti kegiatan katekese, ditinjau dari segi teologi setiap orang yang telah dibabtis dan diterima secara resmi dalam anggota Gereja, memiliki hak untuk mendapat pengajaran dan pendidikan iman yang memadai dan beraneka ragam, yang disesuaikan dengan situasi hidup konkrit para peserta, yang akhirnya memungkinkan peserta untuk semakin mampu menghayati kepenuhan hidup Kristiani yang sejati (Yohannes Paulus II, 1979: 20).

(55)

(Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia) II, yaitu ditegaskan bahwa yang berkatekese adalah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus sebagai penyelamat hidupnya dan menjadikanNya sebagai pola hidup pribadi maupun pola kehidupan kelompoknya. Penekanan pada seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada katekese sekarang (Lalu, 2005: 69).

6. Isi Katekese

Katekese merupakan momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain isi pewartaan injil sendiri secara menyeluruh (Yohannes Paulus II, 1979: 30). Jadi isi katekese yang hendak disampaikan dalam katekese adalah warta keselamatan tentang Sabda Allah dan hidup Yesus Kristus sendiri. Warta keselamatan yang telah disampaikan oleh Allah dalam diri Yesus Kristus kepada umat manusia melalui perantaraan para nabi dan para rasul bisa diperoleh dari sumbernya yang utama yaitu Kitab Suci. Katekese akan selalu menggali sumbernya dari Kitab sumbernya dari Kitab Suci. Sabda Allah yang terdapat dalam Kitab Suci menjadi sumber atau inspirasi kehidupan iman umat dan inilah yang diolah bersama dalam proses katekese.

(56)

cocok sehingga sabda Allah yang hidup sungguh dapat dialami dalam kehidupan manusia. Adapun pendekatan yang mungkin bisa diupayakan adalah pendekatan antropologis. Katekese antropologis dalam pewartaan kristani dilaksanakan dengan bertitik tolak dari pengalaman dan kehidupan sehari-hari kelompok sebagai manusia (Adisusanto, 2000: 2). Pengalaman hidup manusia yang nyata menjadi ladang katekese itu sendiri, artinya bahwa katekese harus mampu mengolah seluruh pengalaman hidup manusia yang nyata itu kemudian dikonfirmasikan dengan pengalaman iman akan Yesus Kristus yang terdapat dalam Kitab Suci.

7. Ciri-ciri Katekese

Katekese adalah salah satu bentuk pelayanan sabda yang memiliki kekhasan dibandingkan dengan pelayanan sabda lainnya, yakni:

a) Sistematis, bukan improvisasi melainkan terencana pada suatu tujuan tertentu.

b) Katekese harus mengkaji hal-hal pokok tanpa bermaksud menangani soal yang diperdebatkan dan menjadi teologi.

c) Lengkap, tidak membatasi diri pada pewartaan awal misteri kristen. d) Katekese harus merupakan inisiasi Kristen integral, terbuka bagi faktor

hidup Kristen lainnya (Yohannes Paulus II, 1979: 26).

(57)

Katekese tidak pertama-tama menyuguhkan sederet pengajaran melainkan kegiatan menolong peserta untuk meneguhkan dan menghayati iman, mengembangkan dan menghayati nilai-nilai hidup mereka serta membaharui seluruh jemaat beriman. Maka, katekese bukan semata-mata pengajaran melainkan harus memungkinkan terjadinya komunikasi iman antar peserta dan juga dengan pendamping katekese.

E. Katekese sebagai Salah Satu Cara Pendampingan Iman Kaum Muda Katekese kaum muda merupakan komunikasi iman antar kaum muda Kristiani mengenai hidup mereka yang digali atau diungkapkan maknanya sehingga kaum muda terbantu untuk menjadi kaum muda Kristiani yang utuh. Katekese kaum muda membantu mereka memiliki iman yang tangguh dalam hidupnya selalu percaya dan berharap serta mengandalkan Tuhan dalam menghadapi segala perkara hidupnya.

(58)

Katekese kaum muda dapat membantu mereka menjadi kaum muda yang bermoral, baik dalam mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh. Katekese kaum muda juga dapat membantunya mengembangkan moral dalam hubungannya dengan sesama dan juga dalam peranannya di masyarakat, bangsa dan dunia.

Berkat katekese kaum muda Kristiani dapat mengembangkan keterbukaan terhadap sesama. Kaum muda dapat menerima segala perbedaan yang ada di muka bumi ini sebagai suatu keberagaman. Perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi suatu penghalang bagi dirinya untuk menjalin relasi dengan sesama. Dengan demikian kaum muda dapat menghargai orang lain yang berbeda dengan dirinya. Katekese dapat digunakan sebagai pendampingan kaum muda karena katekese dapat membantu kaum muda untuk memiliki harapan dalam menghadapi segala perkara yang menimpa dirinya. Harapan tersebut menumbuhkan suatu semangat bagi mereka bahwa Allah tidak pernah membiarkan mereka jatuh terpuruk dalam suatu keadaan yang buruk, meraka percaya bahwa dalam Dia segala permasalahan pasti ada penyelesaiannya. Katekese kaum muda juga sangat cocok sebagai suatu pendampingan bagi mereka dalam mengembangkan cinta baik cinta terhadap Tuhan, diri sendiri dan sesama. Katekese dapat membawa kaum muda untuk siap menjadi pelaksana Sabda Allah demi terwujudnya Kerajaan Allah. Dalam hidupnya dengan orang lain kaum muda dapat membawa dan ikut serta dalam mewartakan kabar gembira bagi umat Allah (Rukiyanto, 2012: 387)

(59)

BAB III

PENELITIAN PENDAMPINGAN IMAN

KAUM MUDA DI ASRAMA PUTRI ST. THERESIA KABANJAHE

A. Gambaran Singkat Asrama Putri Santa Theresia Kabanjahe

Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe merupakan karya yang dikelola oleh para Suster Fransiskus Dina (SFD).Asrama ini didirikan pada tahun 1957, pada tahun ini banyak anak putri dari desa di sekitar Tanah Karo yang ingin sekolah di Sekolah Kepandaian Putri (SKP). Ini merupakan alasan para suster SFD mendirikan asrama tersebut.

Asrama puri ini berdomisili di Jl. Letnan Rata Perangin-angin No. 11, Kelurahan Gung Leto, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo. Daerah ini adalah daerah dingin atau sejuk. Lokasi ini cukup strategis mudah dijangkau dari mana-mana dan berada di dalam kota. Asrama ini satu kompleks dengan TK, SD St. Yoseph dan Susteran SFD dan batas-batasnya adalah:

Di sebelah Timur : Gereja Paroki Santa Perawan Maria diangkat ke Surga dan SD. Saverius 1-3.

Di sebelah Barat : Balai Pengobatan SFD dan perumahan masyarakat. Di sebelah Utara : Perumahan masyarakat

Di sebelah Selatan : Jalan Let. Rata Perangin-angin dan SLTP Maria Goreti. Para siswi yang tinggal di asrama ini 75% berasal dari Stasi-stasi yang ada di Paroki Kabanjahe dan Berastagi, 25% lagi berasal dari luar daerah ini. Penghasilan masyarakat di daerah ini kebanyakan dari hasil kebun jeruk, sayur dan bunga. Sebagian lagi adalah pedangang dan PNS. Latar belakang para siswi

(60)

yang masuk asrama berbeda-beda. Ada dari keluarga Broken Home, ada dari keluarga yang baik dan kebanyakan dari mereka masuk asrama karena nakal (sulit diatur) orang tuanya.

Asrama termasuk karya andalan SFD, karena menyangkut perwujudan dari misi kongregasi yakni:

Siap dan terbuka bagi kebutuhan zaman seraya meneladan Yesus Kristus dalam keprihatinan-Nya terhadap manusia dengan mendampingi, memberdayakan, menghimpun: Kaum muda, perempuan, orang kecil dan sakit, bersama saudari lain (Buku Kapitel Kongregasi SFD Indonesia, 2007: 16).

Dari sini diharapkan setiap suster yang berkarya di asrama menjadi ibu yang siap mendampingi dan teladan bagi para siswi di asrama. Para pendamping siap melayani dan membina para siswi sehingga semakin berkembang dalam kepribadian dan iman.

Dari misi Kongregasi ini dijabarkan Visi asrama yakni: “Menjadi wadah dan sarana untuk mewujudkan cinta Tuhan yang meninggikan martabat manusia melalui pelayanan yang penuh cinta kasih dan persaudaraan yang sejati” (Buku Kapitel SFD Indonesia, 2007: 17).

(61)

pendampingan-pendampingan dan pengembangan keterampilan putri. Asrama merupakan tempat penanaman nilai-nilai religius dan sekaligus merupakan lahan subur benih panggilan. Maka lewat pelayanan para pendamping mewartakan kabar gembira.

B. Latar Belakang Penelitian

Kaum muda merupakan pribadi yang dinamis, mereka selalu berpikir dan bergerak maju seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman. Potensi, bakat dan kreatifitas yang dimiliki kaum muda dapat diaktualisasikan di tengah-tengah Gereja. Dalam lingkup internal Gereja, diharapkan kaum muda Katolik menjadi penggerak atau motivator kehidupan menggereja saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan demikian, kaum muda Katolik merupakan aset berharga bagi Gereja. Oleh sebab itu sangat pentinglah untuk menjaga dan membimbing mereka dengan ajaran-ajaran Katolik yang diharapkan dapat membawa mereka kepada kedewasaan iman akan Yesus Kristus.

Perkembangan zaman dan budaya konsumerisme yang semakin merajalela dapat dengan mudah merasuki kaum muda, khususnya kaum muda yang tinggal di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe yang dikelola suster-suster SFD. Mereka menggunakan telepon genggam (handphone) di asrama tanpa sepengetahuan pendamping asrama, membeli barang-barang mahal, mengenakan pakaian

glamour supaya terlihat trendy.

(62)

asrama yang belum dapat mengendalikan diri dengan baik ataupun belum dewasa dalam iman. Oleh karena itu para pembimbing asrama dan orangtua harus bisa menjadi teladan utama bagi kaum muda demi memperkembangkan iman mereka.

Mengingat berbagai persoalan di atas maka upaya yang ingin ditawarkan oleh Gereja adalah pendampingan iman dalam bentuk katekese, rekoleksi, retret, dan sebagainya. Pendampingan iman bertujuan agar kaum muda mengolah pengalaman iman sehingga dapat menjauhi berbagai kemungkinan negatif yang merusak hidupnya. Mereka perlu dibantu untuk semakin mengenal Tuhan lewat pendampingan iman. Hal ini merupakan salah satu usaha Gereja agar generasi muda bersikap positif dan beriman sehingga terhindar dari hal-hal negatif dalam hidup. Kegiatan pendampingan iman di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe menjadi salah satu cara bagi Gereja untuk mendidik mereka menjadi generasi muda Gereja yang dapat diandalkan di kemudian hari.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengalaman dan pemahaman para siswi di Asrama Putri St. Theresia, Kabanjahe, Kabupaten Karo Sumatera Utara berkaitan dengan pendampingan iman bagi umat pada umumnya.

(63)

3. Mengetahui model pendampingan iman yang pernah dialami para siswi di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe Kabupaten Karo Sumatera Utara, baik di asrama maupun di tempat asal mereka masing-masing.

4. Mengetahui model pendampingan iman yang diharapkan bagi siswi di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang menjadi obyek penelitian ini adalah Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe, Kab. Karo, Medan - Sumatra Utara, dan penelitian akan dilaksanakan pada November 2011.

E. Metode Penelitian

(64)

Dalam penelitian kualitatif penekanannya lebih pada proses. Ada berbagai metode yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif antara lain wawancara, kuesioner, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Juliansyah Noor, 2011: 33).

Alasan penulis memilih jenis penelitian ini karena untuk memperoleh data penelitian, penulis menggunakan angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penekanan penelitian mengarah pada kualitas dengan lebih mementingkan proses dari pada hasil penelitian. Melalui penelitian kuantitatif dan kualitatif ini penulis terlibat secara langsung dalam proses penelitian, hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penulis untuk berproses bersama responden di mana penelitian diadakan, dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.

F. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner semi tertutup, yang akan ditujukan kepada kaum muda Katolik di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe. Data yang diperoleh melalui penggunaan kuesioner adalah data yang dikategorikan sebagai data faktual.

Kuesioner bersifat semi tertutup artinya setiap pertanyaan telah disediakan jawaban yang dapat dipilih, tetapi juga memberi peluang kepada responden untuk menyampaikan usulan-usulan (Saifudin Azwar, 2009:101).

G. Responden Penelitian

(65)

berjumlah 40 orang. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan kegiatan pendampingan iman di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe dan dapat menemukan pendampingan yang cocok bagi kaum muda di zaman modern ini khususnya di Asrama Putri St. Theresia Kabanjahe.

H. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini diuraikan dalam bentuk tabel seperti yang terungkap di bawah ini:

Tabel 1. Variabel Penelitian

No Variabel No. Item Jumlah

1 Identitas responden 1, 2, 3, 4

2 Pemahaman tentang kegiatan pendampingan iman

4, 5, 6, 7 4 3 Pelaksanaan pendampingan iman 8, 9, 10 3 4 Bentuk-bentuk pendampingan iman dan

manfaatnya bagi perkembangan iman di asrama

11, 12, 13, 14, 15,

16, 17

7

5 Kesulitan/hambatan dalam mengikuti kegiatan pendampingan iman

18, 19, 20, 21 4 6 Faktor pendukung kegiatan

pendampingan iman

22, 23 2

7 Harapan dan usulan tentang model pendampingan

24, 25, 26 3

Total item 26

I. Hasil Penelitian

(66)

responden, pemahaman tentang kegiatan pendampingan iman, pelaksanaan pendampingan iman, bentuk-bentuk pendampingan iman dan manfaatnya bagi perkembangan iman di asrama, kesulitan/hambatan dalam mengikuti kegiatan pendampingan iman, faktor pendukung kegiatan pendampingan iman, serta harapan dan usulan tentang model pendampingan.

1. Identitas Responden

Tabel berikut ini akan memaparkan tentang identitas responden sesuai dengan data yang di peroleh dalam penelitian.

Tabel 2. Identitas Responden (N=28) No.

Item

Identitas responden Alternatif jawaban Jumlah %

Gambar

Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel berikut ini akan memaparkan tentang identitas responden sesuai
Tabel 3. Pemahaman tentang kegiatan pendampingan iman (N=28)
Tabel 4. Pelaksanaan pendampingan iman
+6

Referensi

Dokumen terkait