DI SEKOLAH DASAR
(Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Di susun oleh :
Theresia Adita Candra Laksmi 041114049
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
DI SEKOLAH DASAR
(Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Di susun oleh :
Theresia Adita Candra Laksmi 041114049
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iii
iv
v
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya
atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Januari 2011
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : Theresia Adita Candra Laksmi
NIM : 041114049
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:
“KETERLAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD DALAM
RANGKA PENYUSUNAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DI SEKOLAH DASAR (Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan hak kepada Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya, selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 27 Januari 2011
Yang menyatakan,
vii
Berdirilah teguh, jangan goyah, sebab kamu tahu bahwa dalam
persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia
(1 Korintus 15:58)
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil
Anggaplah kesulitan sebagai bagian dari kehidupan yang tak terelakkan
dan bila kesulitan itu datang, bukalah mata, pandanglah kesulitan itu
lekat-
lekat dan berteriaklah “Aku lebih besar dari kamu!! Kamu tidak
mungkin mengalahkanku!!”
viii
Dengan penuh kasih, skripsi ini aku persembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan St. Joseph terima
kasih telah membimbing, memberkati dan melindungi serta
karunia yang tak pernah berhenti menyertaiku
Kedua orang tuaku : Bp. Y. Suhartin Hadi Purnomo & Ib.
Helena, T.BA terima kasih atas doa yang tak pernah putus
untukku
Kedua kakak’ku yang terkasih (mas Tunjung dan mas Topan)
terimakasih atas dukungan, bimbingan dan semangat yang
tiada henti
ix
KETERLAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD DALAM RANGKA
PENYUSUNAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DI SEKOLAH DASAR
(Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)
Theresia Adita Candra Laksmi Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk; (1) mendeskripsikan profil tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro) dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010, (2) mendeskripsikan tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa putra dan putri kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro) dan yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010, (3) mengidentifikasi butir-butir tugas perkembangan yang relatif rendah tingkat keterlaksanaannya dalam rangka penyusunan topik bimbingan klasikal di SD K Baciro dan SD N Tlogo.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Baciro dan SD N Tlogo tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 52 orang. Instrumen penelitian ini berupa skala keterlaksanaan tugas perkembangan yang terdiri dari 70 item pernyataan yang bersifat favorable yang dikembangkan peneliti berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert, dengan empat alternatif jawaban yang disusun dengan sistem summated rating scale. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan kategorisasi berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan kriteria Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.
x
THE ACCOMPLISHMENT OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS’
DEVELOPMENTAL TASK INTENDED FOR DESIGNING TOPIC FOR CLASS GUIDANCE IN ELEMANTARY SCHOOL
(Descriptive Study on Grade 5 Students of SD Kanisius Baciro and SDN Tlogo, School year 2009/2010)
Theresia Adita Candra Laksmi Sanata Dharma University
2011
This thesis is a descriptive study which aims are: (1) describing the accomplishment level of grade 5 elementary school students’ developmental task which has counselor (SD Kanisius Baciro) and school without counselor (SDN Tlogo), school year 2009/2010, (2) describing the accomplishment level of male and female of grade 5 students’ developmental task in school which has counselor (SD Kanisius Baciro) and without counselor (SDN Tlogo), school year 2009/2010, (3) identifying the development tasks items which has relatively low accomplishment used for designing class guidance topics in SD K Baciro and SD N Tlogo.
The subject of this thesis are 52 grade 5 students of SD K Baciro and SD N Tlogo, school year 2009/2010. The instrument of this thesis is the accomplishment level of students’ developmental task consisting of 70 questionnaire items which is favorable and extended based on Likert model, with 4 alternative options using summated rating scale system. The data analysis technique of this thesis is using classification based on normal distribution with continuum level, derived from Azwar (1999:108). This classification consists of five level of low, medium, high, and very high.
xi
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan cinta kasih dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skrispsi
dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan mengesahkan skripsi ini
2. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
3. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku dosen pembimbing, yang senantiasa selalu dengan
sabar membimbing penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma,
yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang
berguna bagi penulis selama ini dan untuk dukungan dalam menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma
5. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu pengurusan
segala administrasi yang dibutuhkan penulis
6. SMP BOPKRI 3, SMA GAMA Yogyakarta dan Panti Asuhan Wira Karya Tama
Kutoarjo, yang telah memberikan pengalaman berharga kepada penulis untuk
merasakan indahnya persahabatan bersama teman kelompok, siswa/anak panti,
guru/pamong, dan karyawan.
7. Bapak, Ibu, mas Tunjung dan mas Topan yang selalu memberikan dukungan kepada
xii
dalam kehidupan penulis sehingga penulis tidak merasa jenuh dalam proses
menyelesaikan penulisan skripsi ini
9. Semua teman-teman seperjuangan di program studi Bimbingan dan Konseling yang
selalu memberikan dukungan, semangat, dan persaudaraan selama masa kuliah (Rm.
Agus, kak Epy, Lina, Modes, Maria, Anting, Ardhi, Sepri, Simbah, Tian, Natalia,
Winggi, Tina, Trias, Irna, Acha, Phimphom, Koemis, Leni, Priska, dan semua teman
kelas A dan kelas B angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu)
10.Rekan-rekan Mudika paroki, PIA paroki gereja St. Maria Assumpta Gamping,
Mudika Scholastika, yang selalu memberikan perhatian dan canda tawa kepada
penulis selama ini
11.Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, maka dengan
hati yang terbuka dan tulus praktikan mengharapkan berbagai kritik dan saran yang nantinya
berguna dalam penyempurnaan skripsi ini
Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan penulis berharap
skripsi ini kelak bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan Konseling di dunia
pendidikan.
Yogyakarta, 27 Januari 2011
xii
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v
HALAMAN MOTTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii A. Karakteristik Kebutuhan Perkembangan Siswa SD ... 7
B. Tugas-tugas Perkembangan Siswa SD... 18
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan SD ... 23
D. Masalah-masalah yang Muncul Bagi Siswa SD ... 28
E. Pentingnya Program BK di SD ... 31
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
C. Subyek Penelitian... 36
D. Instrumen Penelitian 1. Jenis Alat Ukur ... 36
xiii
E. Deskripsi Kualitas Instrumen
1. Validitas Alat Ukur ... 40 2. Reliabilitas Alat Ukur ... 41 F. Teknik Analisis Data
1. Penentuan Skor ... 41 2. Pengolahan Data ... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa SD yang Memiliki Konselor Sekolah dan
yang Tidak Memiliki Konselor Sekolah……… 47 B. Rata-rata Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan
Siswa Perempuan dan Laki-laki kelas V SD
di SD Baciro dan SD N Tlogo……….. 51 C. Profil Pencapaian Skor Butir-butir Angket
Keterlaksanaan Tugas Perkembangan pada
SD Baciro dengan SD N Tlogo………. 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
xiv
Halaman
Tabel 1 Ukuran Pencapaian Tingkat Perkembangan pada Jenjang Pendidikan ... 22
Tabel 2 Subjek Penelitian ... 36
Tabel 3 Kisi-kisi Keterlaksanaan Tugas-tugas Perkembangan Murid
(murid kelas V SD) ... 38
Tabel 4 Norma Kategorisasi Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan
Siswa SD Kanisius Baciro dan SD N Tlogo kelas V
Tahun Ajaran 2009/2010 ... 44
Tabel 5 Norma Kategorisasi Skor Item Keterlaksanaan Tugas Perkembangan
Siswa SD Kanisius Baciro dan SD N Tlogo kelas V
Tahun Ajaran 2009/2010 ... 46
Tabel 7 Rekapitulasi Profil Katerlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa
pada kedua SD ... 48
Tabel 8 Data Profil Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa
SD Kanisius Baciro Kelas V Tahun Ajaran 2009/2010 ... 51
Tabel 9 Data Profil Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa
SD N Tlogo Kelas V Tahun Ajaran 2009/2010 ... 52
Tabel 10 Rekapitulasi profil Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa SD
dalam Penyusunan Topik Bimbingan Klasikal di Sekolah Dasar
(Berdasarkan Jenis Kelamin) ... 53
Tabel 11 Rekapitulasi Pencapaian Skor Butir-butir Angket
Keterlaksanaan Tugas Perkembangan
pada SD Kanisius Baciro dengan SD N Tlogo ... 56
xv
Halaman
Lampiran 1 Contoh Inventori Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Murid SD... 69
Lampiran 2 Tabulasi Penelitian SD N Tlogo ... 72
Lampiran 3 Tabulasi Penelitian SD K Baciro ... 75
Lampiran 4 Tabulasi Penelitian Item Pernyataan SD N Tlogo dan SD K Baciro ... 78
Lampiran 5 Hasil Penelitian Tiap-tiap Item Dalam Norma Kategori ... 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh orang
yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaanya. Proses pendidikan berlangsung sepanjang hidup seseorang
dan dapat dilakukan di dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat. Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 1 merumuskan bahwa “pendidikan adalah usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik (siswa) melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.”
Pendidikan dasar merupakan fondasi untuk pendidikan selanjutnya
dan pendidikan nasional. Aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada
sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya
manusia yang berkualitas. Diperlukan peningkatan sumber daya manusia
sebagai kekayaan negara dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan
bangsa. Peningkatan sumber daya manusia harus dimulai dari pendidikan
dini (dalam keluarga dan masyarakat) dan dilanjutkan ke pendidikan
formal.
Di SD, kegiatan bimbingan dan konseling tidak diberikan oleh
guru pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan
SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik
tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan
Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan kepada semua siswa
dikelas asuhannya (SK Menpan No. 84, tahun 1993).
Prayitno (2004 : 254 – 255) mengatakan bahwa pemberian layanan
bimbingan dan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling kelompok,
konseling perorangan, bimbingan kelompok, instrumentasi bimbingan dan
konseling. Guru kelas SD diharapkan mampu melaksanakan ketujuh
layanan bimbingan dan konseling tersebut, agar setiap permasalahan yang
dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.
Realitas di lapangan, khususnya di SD menunjukkan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara optimal
sehingga belum dapat diketahui dampaknya bagi peningkatan prestasi
belajar maupun perkembangan pribadi-sosial peserta didik. Meskipun
demikian, perbaikan dan peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling
ke arah yang lebih baik, khususnya di jenjang pendidikan SD, semakin
mendesak dan penting untuk diperhatikan. Desakan kebutuhan ini sangat
dirasakan karena berbagai faktor di antaranya adalah, meningkatnya
kemajuan teknologi yang memaksa peserta didik untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi tersebut, banyaknya peserta
didik yang semakin aktif dan kritis dalam menghadapi kejadian – kejadian
yang sedang terjadi di sekitarnya, meningkatnya permasalahan –
permasalahan yang terjadi di lingkungan peserta didik yang berasal dari
dalam diri, lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain peserta didik
itu sendiri. Untuk menyikapi desakan – desakan tersebut, diharapkan
program bimbingan dan konseling di SD dapat diorientasikan ke arah
tujuan – tujuan yang lebih bersifat developmental – komprehensif.
Profesionalitas program BK yang bersifat developmental-komprehensif
diharapkan dapat memberikan solusi terhadap ketimpangan – ketimpangan
yang terjadi dalam proses pendidikan yang berlangsung di SD yang selama
ini hanya menitikberatkan pada pencapaian aspek kognitif (hanya pada
level hafalan saja) dan tanpa memperdulikan pencapaian perkembangan
yang harmonis dengan aspek – aspek sosial psikis lainnya (Barus, 2010).
Perubahan dunia di sekitar lingkungan peserta didik menuntut
perlunya kehadiran konselor di SD. Perubahan – perubahan tersebut antara
lain: (1) keanekaragaman budaya yang menuntut konselor untuk lebih
kreatif dan lebih efektif dengan keanekaragaman budaya tersebut; (2)
perubahan struktur keluarga, banyak anak yang terpaksa menghadapi
kenyataan bahwa orang tuanya bercerai, banyak orang tua yang menjadi
single parent untuk mendidik anak mereka; (3) ancaman bahaya
penyalahgunaan obat – obat terlarang (narkoba) yang dewasa ini semakin
banyak kita jumpai dan sudah menjamah dunia anak – anak; (4)
penyalahgunaan, penelantaran, dan kekerasan terhadap anak, baik secara
anak – anak; (5) meningkatnya jumlah anak yang mempunyai kelainan –
kelainan tertentu dan anak – anak tersebut harus memenuhi kebutuhan –
kebutuhan khusus, yang menuntut konselor untuk mampu menyediakan
atau menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak – anak
tersebut; (6) kemajuan teknologi dan informasi (dunia maya) yang
menuntut konselor untuk membantu peserta didik dalam menyikapi
kemajuan teknologi tersebut dengan penyesuaian sosial dan emosional
yang lebih tepat.
Realitas di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas
perkembangan siswa di SD diduga belum terlaksana dengan optimal, yang
disebabkan karena tidak ada pendampingan secara khusus yang diberikan
kepada para siswa. Diduga selama ini yang menjadi perhatian bagi para
guru hanyalah sebatas perkembangan akademis siswa tanpa
memperhatikan perkembangan aspek yang lain. Kehadiran seorang
konselor dalam mengoptimalkan perkembangan siswa dalam berbagai
aspek sangat diperlukan.
Berdasarkan informasi tentang pentingnya kehadiran program
bimbingan dan konseling di SD, maka peneliti ingin mengadakan
penelitian mengenai “Profil Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SD
dalam Implikasinya terhadap Penyusunan Topik Bimbingan Klasikal di
Sekolah Dasar”. Penelitian ini difokuskan pada para siswa kelas V di SD
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok diatas dijabarkan menjadi:
1. Sejauh mana profil tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa
pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro) dan yang sekolah
yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010?
2. Sejauhmana rata-rata tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan
siswa putra dan putri kelas V pada sekolah yang memiliki konselor
sekolah (SD K Baciro) dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SD
N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010?
3. Butir-butir tugas perkembangan manakah yang masih relatif rendah
tingkat keterlaksanaannya pada kedua sekolah tersebut implikasinya
terhadap penyusunan topik bimbingan klasikal ?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendiskripsikan profil tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan
siswa kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro )
dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran
2009/2010.
2. Mendeskripsikan tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa
putra dan putri kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K
Baciro) dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SDN Tlogo) tahun
3. Mengidentifikasi butir-butir tugas perkembangan yang relatif rendah
tingkat keterlaksanaannya dalam rangka penyusunan topik bimbingan
klasikal di SD K Baciro dan SD N Tlogo.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah wacana
konseptual dalai rangka memahami pengungkapan keterlaksanaan
tugas-tugas perkembangan siswa SD yang berdampak implikatif pada
penyusunan program bimbingan klasikal di SD.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat bagi :
a. Guru Kelas/Guru BK
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi guru kelas/guru BK untuk menyusun program-program
bimbingan konseling dalam rangka meningkatkan mutu dan
kualitas siswa SD.
b. Peneliti
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan
peneliti dalam melakukan penelitian dan mengetahui sejauhmana
c. Peneliti Lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi peneliti lain mengenai topik keterlaksanaan tugas
perkembangan siswa SD.
E. Batasan Istilah
a. Keterlaksanaan adalah keberhasilan dalam melakukan suatu usaha
untuk mencapai suatu tujuan.
b. Tugas perkembangan adalah tugas – tugas yang menjadi harapan
masyarakat dalam diri setiap orang dan harus dipenuhi dalam masa
periode tertentu dalam kehidupan seseorang yang apabila berhasil
maka individu tersebut akan bahagia namun jika gagal akan
mengalami ketidakbahagian untuk perkembangan yang selanjutnya.
c. Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa SD adalah keberhasilan
siswa SD dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya yang sejalan dengan harapan masyarakat, yang jika
berhasil atau sesuai maka individu tersebut akan berkembang optimal
dan merasa bahagia, sebaliknya jika individu tersebut gagal melakukan
tugas tersebut maka dapat menganggu perkembangan selanjutnya dan
mengakibatkan individu tidak bahagia. Adapun tugas-tugas
perkembangan yang termasuk dalam penelitian ini adalah sebagaimana
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Kebutuhan Perkembangan Siswa SD
Proses perkembangan peserta didik menekankan bahwa
perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu. Dalam teori
psikologi, tata urutan tersebut dinamakan tugas perkembangan. Havighurts
(dalam Yusuf, 2009:65) mengatakan bahwa tugas perkembangan
merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang
kehidupan manusia, apabila tugas tersebut berhasil dilaksanakan dapat
membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menentukan tugas
perkembangan berikutnya. Dengan kata lain tugas perkembangan diartikan
sebagai perangkat perilaku yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam
periode kehidupan tertentu, dimana keberhasilan pada tingkat tertentu akan
mempengaruhi tingkat berikutnya, sedangkan kegagalan menguasai tugas
perkembangan periode kehidupan sebelumnya akan membawa peserta
didik dalam kekecewaan, penolakan masyarakat, kesulitan dalam
menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan selanjutnya dan
bahkan mungkin ketidakbahagiaan.
Keberhasilan peserta didik dalam penguasaan tugas perkembangan
ini akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu
dapat menguasai mata pelajaran pada kelas-kelas yang lebih tinggi.
Kegagalan dalam menguasai tugas perkembangan akan menimbulkan
kesulitan dalam menguasai mata pelajaran di kelas-kelas yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, apabila siswa SD di kelas-kelas rendah dapat menguasai
tugas membaca, menulis, berhitung dengan benar, maka siswa tersebut
tidak akan mengalami kesulitan untuk menguasai mata pelajaran di
kelas-kelas yang lebih tinggi.
Perkembangan siswa pada usia sekolah dasar terarah kepada
perolehan perilaku yang berkaitan dengan sikap, kebiasaan, dan kesadaran
akan keberadaan dirinya sebagai bagian dari lingkungan dan memiliki
kecakapan tertentu yang berbeda dengan orang lain. Strategi untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan dan menguasai perilaku
yang diharapkan terletak pada pengembangan lingkungan belajar peserta
didik, yaitu lingkungan yang memungkinkan peserta didik memperoleh
perilaku yang lebih efektif. Di dalam lingkungan belajar ini, peserta didik
dapat memenuhi kebutuhan dan dapat mendorong peserta didik untuk
mengubah atau menyesuaikan kebutuhan kepada perilaku dan nilai-nilai
yang berkembang di lingkungan belajar (Kartadinata, 2002). Disinilah
letak peranan bimbingan dan konseling sebagai upaya menciptakan
lingkungan yang mendukung perkembangan peserta didik secara optimal.
Di dalam konsep bimbingan perkembangan, lingkungan belajar
seperti digambarkan di atas dirumuskan dalam konsep lingkungan
perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia (Kartadinata,
2002). Pada pembelajaran di kelas SD, lingkungan perkembangan manusia
kearah terjadinya interaksi pertukaran pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai
antara guru kepada peserta didik maupun peserta didik kepada peserta
didik yang dioperasionalkan dalam pengkondisian suasana kelas yang
kondusif, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan perkembangan yang
memudahkan aktualisasi tugas-tugas perkembangan peserta didik usia SD.
Ahman (dalam Kartadinata, 2002) mengoperasionalkan tugas-tugas
perkembangan anak SD sebagai seperangkat kemampuan perilaku yang
seyogyanya ditampilkan oleh anak usia SD, yang meliputi: (1) sikap dan
kebiasaan dalam beriman dan bertakwa, (2) pengembangan kata hati,
moral dan nilai-nilai, (3) pengembangan ketrampilan dasar dalam
membaca, menulis dan berhitung, (4) pengembangan konsep-konsep yang
perlu dalam kehidupan sehari-hari, (5) belajar bergaul dan bekerja sama
dalam kelompok teman sebaya, (6) belajar menjadi pribadi yang mandiri,
(7) belajar ketrampilan fisik yang sederhana, (8) membina hidup sehat, (9)
belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, dan (10)
pengembangan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.
Secara khusus Ahman (dalam Barus, 2010) mengungkapkan bahwa
layanan bimbingan di SD bertujuan untuk membantu peserta didik dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan intelektual, emosional, sosial-personal
agar dapat mengaktualisasikan tugas-tugas perkembangannya yang
meliputi aspek pribadi-sosial, akademik/pendidikan dan karier sesuai
Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan
membantu peserta didik agar : (1) memiliki pemahaman diri, (2)
mengembangkan sikap-sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain,
(3) membuat pilihan kegiatan secara sehat, (4) mampu menghargai orang
lain, (5) memiliki rasa tanggung jawab, (6) mengembangkan ketrampilan
hubungan antarpribadi, (7) memiliki ketrampilan memecahkan
masalah-masalah sederhana yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, (8)
dapat membuat keputusan secara baik.
Dalam perkembangan aspek akademik/pendidikan, layanan
bimbingan membantu peserta didik agar dapat: (1) mengembangkan sikap,
kebiasaan, dan cara-cara belajar yang baik, (2) berlatih menetapkan tujuan
(cita-cita) dan rencana pendidikan (lanjutan), (3) mencapai prestasi belajar
secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya, (4) memiliki
ketrampilan untuk menghadapi tes atau ujian.
Dalam aspek perkembangan karier, layanan bimbingan membantu
peserta didik agar dapat: (1) mengenali macam dan ciri berbagai jenis
pekerjaan, (2) mengembangkan kesadaran dan pengharapan terhadap
berbagai jenis pekerjaan yang ada dalam masyarakat, (3) mengekplorasi
arah pekerjaan, (4) mengembangkan cita-cita terhadap berbagai pilihan
pekerjaan dan belajar merencanakan masa depan, (5) menyesuaikan
pengembangan kemampuan, ketrampilan, dan minat dengan
Abraham Maslow, sebagai tokoh Humanistic Theory of
Development (dalam Desmita, 2009: 62-65) menggambarkan urutan secara
hirarkis kebutuhan-kebutuhan peserta didik (dan manusia pada umumnya)
sebagai berikut:
Kebutuhan akan aktulalisasi diri
Kebutuhan akan rasa harga diri
Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang
Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling dasar dan
mendesak untuk dipenuhi bagi kehidupan manusia karena berkaitan
langsung dengan kondisi fisik manusia. Manusia seringkali tidak akan
memuaskan kebutuhan yang lain sebelum kebutuhan fisiologi
terpenuhi. Kebutuhan fisiologis antara lain berupa: kebutuhan akan
makan, minuman, sandang, tidur, dan lain-lain. Aplikasi pemenuhan
kebutuhan fisiologis siswa di sekolah yaitu:
a) Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis,
b) Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan
c) Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
d) Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang
representatif
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan
Kebutuhan rasa aman muncul setelah kebutuhan fisiologis
terpenuhi, kebutuhan rasa aman akan mendorong manusia untuk
memperoleh ketentraman, jaminan keamanan, terlindungi dari bahaya
dan ancaman penyakit, dan lain-lain. Misalnya pada bayi dan
anak-anak, kebutuhan rasa aman adalah kebergantungan. Anak-anak akan
memperoleh rasa aman yang cukup apabila mereka berada dalam
ikatan keluarga, jika ikatan ini lemah maka anak akan merasa kurang
aman, cemas dan kurang percaya diri. Aplikasi pemenuhan kebutuhan
rasa aman dan perlindungan siswa di sekolah yaitu:
a) Sikap guru menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan
terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat
menghakimi.
b) Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan
sistem pendisiplinan siswa secara adil.
c) Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement)
melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada
3. Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang
Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang
mendorong individu untuk membangun hubungan afektif atau ikatan
emosi dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam bentuk:
kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai,
kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan dalam kelompok, kerja
sama, rasa setia kawan, dan sebagainya. Menurut Maslow, cinta
merupakan hubungan kasih sayang yang sehat antara dua orang atau
lebih, yang didalamnya terkandung muatan sikap saling percaya dan
saling menghargai. Ketiadaan cinta dan kasih sayang akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan individu. Terhambatnya
pemenuhan kebutuhan cinta dan kasih sayang menjadi penyebab utama
terjadinya tingkah laku maladjustment. Aplikasi pemenuhan kebutuhan
cinta dan kasih sayang siswa di sekolah yaitu:
a. Hubungan guru dengan siswa
1) Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli
terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi
pendengar yang baik.
2) Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat
memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik
kepribadian dan latar belakangnya)
3) Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik
4) Guru dapat menghargai dan menghormati pemikiran, pendapat
dan keputusan setiap siswanya.
5) Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan
memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
b. Hubungan siswa dengan siswa
1) Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan
terciptanya kerja sama dan saling percaya di antara siswa
2) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting melalui
berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.
3) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk
kepentingan pembelajaran.
4) Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang
beragam.
4. Kebutuhan akan rasa harga diri
Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan kebutuhan untuk
merasa berharga dalam hidupnya. Maslow membagi kebutuhan akan
rasa harga diri menjadi dua yaitu, (1) kebutuhan akan self-respect atau
penghargaan dari diri sendiri, yaitu hasrat dari individu untuk
memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi,
akademik, kemandirian, kebebasan, prestasi, dan lain-lain. (2) esteem
atau penghargaan dari diri sendiri dan orang lain, yaitu penghargaan
perhatian, kedudukan atau status, pangkat, nama baik, dan sebagainya.
Kegagalan untuk diakui oleh diri sendiri atau oleh orang lain akan
menimbulkan perasaan rendah diri dan kehilangan semangat atau putus
asa. Aplikasi pemenuhan kebutuhan akan rasa harga diri siswa di
sekolah yaitu:
a. Mengembangkan harga diri siswa
1) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar
pengetahuan yang dimiliki siswanya
2) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa
3) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap
siswa
4) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi
5) Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami
kesulitan
6) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan
bertanggung jawab.
7) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin
dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum
b. Penghargaan dari pihak lain
1) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif
dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan
2) Mengembangkan program “star of the week”
3) Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha
dan prestasi yang diperoleh siswa.
4) Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap
sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar
yang baik.
5) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan
keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu
sendiri.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan manusia yang
paling tinggi. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk
memenuhi dorongan hakiki manusia untuk menjadi orang yang sesuai
dengan keinginan dan potensi dirinya. Self-actualization adalah
kecenderungan untuk berjuang menjadi seseorang yang lebih baik atau
lebih unggul sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
Maslow (dalam Brown & Trusty, 2005) menyarankan agar peserta
didik memiliki energi untuk belajar, maka kebutuhan-kebutuhan dasar
mereka harus dipenuhi. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar,
seperti rasa aman, rasa memiliki, rasa dicintai, rasa dihormati, dan rasa
diri berharga akan memotivasi individu untuk mencapai meta-needs,
yaitu kebutuhan berprestasi (berolah pikir, berilmu pengetahuan,
keseimbangan) dan beraktualisasi diri. Aplikasi pemenuhan kebutuhan
akan aktualisasi diri siswa di sekolah yaitu:
a. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan hal
yang terbaik untuk dirinya
b. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan
menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya
c. Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan
kehidupan nyata.
d. Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas
meta kognitif siswa.
Apabila guru dapat mengenali dan memenuhi kebutuhan dasar
peserta didiknya, maka semakin terbuka jalan bagi peserta didik untuk
mengukir prestasi. Kegagalan akademik dan munculnya berbagai masalah
perilaku peserta didik adalah konsekuensi dari tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.
Anak-anak usia sekolah lebih senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan
sesuatu secara langsung. Guru diharapkan mampu mengembangkan
pembelajaran yang mengandung unsur permainan di dalamnya.
Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya di selang-seling antara mata
pelajaran serius seperti Sains, Matematika, IPS dengan mata pelajaran
yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau SBK
siswa berpindah atau bergerak, secara periodik sangat disarankan. Orang
dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan
tenang paling lama sekitar 30 menit, oleh sebab itu menyuruh anak duduk
rapi selama berjam-jam merupakan suatu siksaan bagi anak. Implikasinya
adalah guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak untuk berpindah atau bergerak.
Pemenuhan kebutuhan anak dapat dilakukan dengan
mengkondisikan anak bekerja atau belajar dalam kelompok. Dalam
pergaulan dengan teman kelompok, anak belajar memenuhi aturan-aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar bekerja sama dengan orang lain,
belajar menghargai pendapat orang lain, belajar mengeluarkan pendapat,
oleh karena itu diharapkan guru dapat merancang model pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan
anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas dari
kelompok.
Memberikan kesempatan untuk telibat langsung dalam pembelajaran, bagi
anak SD dapat membantu penjelasan guru tentang materi pelajaran akan
lebih mudah dipahami dibandingkan jika anak hanya melaksanakan sendiri
tentang materi yang telah diberikan oleh guru.
Brown dan Trusty (dalam Barus, 2010) mendeskripsikan
bimbingan di SD (elementary school) meliputi kebutuhan-kebutuhan
untuk memperlancar pelaksanaan tugas perkembangan sebagai berikut :
a. Mengembangkan konsep diri:
1) Pemahaman diri sendiri : kesadaran menyangkut kelebihan,
kelemahan, minat, gambaran tubuh, perbedaan, dan kesamaan
dengan oran lain
2) Penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif terhadap diri
sendiri, penerimaan diri
3) Mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, berlatih
mengungkapkan gagasan sendiri
b. Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya dan belajar sabar:
1) Keterampilan berkomunikasi
2) Keterampilan bergaul
3) Keterampilan mengelola rasa takut
4) Keterampilan untuk menolak dan ketegasan
5) Keterampilan bekerjasama
c. Mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan sikap-sikap positif
terhadap kelompok:
1) Kesadaran terhadap perbadaan dan menghargai perbedaan
2) Toleransi terhadap perbedaan budaya, suku, ras, agama
d. Belajar bersikap/berperilaku sesuai dengan peran jenis (sex role):
1) Mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai
harapan masyarakat
2) Mengenal berbagai macam pilihan karier bagi laki-laki dan
perempuan
3) Mengetahui perkembangan seksualitas seumuran dan berperilaku
sehat terhadap seksnya
e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar akademik:
1) Berkemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai dengan
tuntutan kurikulum
2) Keterampilan mendengarkan (listening)
3) Keterampilan mengikuti petunjuk/instruksi
4) Keterampilan mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas
sekolah, dan kegiatan lainnya
5) Keterampilan belajar (study skill) yang efektif
6) Keterampilan menghadapi ulangan-ulangan/tes
f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu dalam
kehidupan sehari-hari:
1) berlatih dan membiasakan diri dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari
2) berlatih mengambil keputusan-keputusan sederhana
3) belajar berperilaku dan mengembangkan kebiasaan pola hidup
g. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan nilai-nilai sebagai pedoman
berperilaku:
1) membiasakan bersikap jujur dan berperilaku jujur, santun rendah
hati dan menaati norma-norma yang berlaku
2) memahami dan mampu mengenali perilaku baik dan buruk,
perbuatan salah dan benar
h. Belajar mengembangkan pribadi mandiri:
1) berlatih mengatur dan mengelola keperluan sendiri, perawatan diri
dan kegiatan pribadi
2) belajar menyusun dan melaksanakan rencana, pilihan-pilihan dan
prioritas-prioritas sendiri
3) mengembangkan daya tahan terhadap tekanan-tekanan dari teman
sebaya
Kebutuhan-kebutuhan perkembangan seperti terurai diatas akan
menjadi muatan program bimbingan di SD yang terdapat dalam empat
bidang bimbingan, yaitu (1) bimbingan pribadi, (2) bimbingan sosial, (3)
bimbingan belajar, (4) bimbingan karier yang penyajiannya dapat
dilakukan melalui layanan bimbingan kelompok, bimbingan klasikal,
konseling kelompok, konseling individual, layanan orientasi, pemberian
B. Tugas – tugas Perkembangan Siswa SD
Havighurst (dalam Yusuf, 2009) mengartikan tugas perkembangan
sebagai berikut :
A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society dan difficulty with later task.
Maksudnya adalah bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu,
yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa
kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya
sebaliknya jika gagal akan menimbulkan ketidakbahagiaan individu
tersebut.
Tugas-tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku atau
ketrampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia
atau fase perkembangannya (Syamsu, 2009). Aristoteles (dalam Abu
Ahmadi, 2005) merumuskan perkembangan anak dengan 3 fase
perkembangan yaitu :
1. Fase I : umur 0,0 – 7;0 tahun disebut masa anak kecil, kegiatan
anak pada waktu ini hanya bermain.
2. Fase II : umur 7;0 – 14;0 tahun disebut masa anak atau masa
sekolah di mana kegiatan anak mulai belajar di sekolah
3. Fase III : umur 14;0 – 21;0 tahun disebut masa remaja atau pubertas,
masa ini adalah masa peralihan transisi) dari anak menjadi
dewasa
Tugas-tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak menurut
Havighurst (dalam Hurlock 1980)
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan yang umum
Pada masa sekolah anak sudah dapat menguasai gerak otot, sehingga
sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi, permainan-permainan
seperti bermain bola, berenang, loncat tali, dan lain-lain.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahkluk
yang sedang tumbuh.
Mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, menjaga
kesehatan, mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya
(pria atau wanita), dan menerima dirinya secara positif (rupa wajah
atau postur tubuh).
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Pergaulan ada
dalam suasana menyenangkan apabila teman-temannya baik, namun
ada suasana yang tidak menyenangkan karena salah satu atau beberapa
teman ada yang suka mengganggu atau nakal.
Apabila anak sudah mulai memasuki usia sekolah, perbedaan jenis
kelamin sudah mulai tampak, misalnya dari segi permainan, sangat
jelas tampak bahwa permainan antara anak perempuan dengan
laki-laki berbeda.
5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari
Bertambahnya pengalaman anak maka semakin bertambah pula
pengertian-pengertian tentang sesuatu hal pada diri anak. Tugas
sekolah adalah menanamkan konsep-konsep (pengertian) yang jelas
dan benar pada anak.
6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan
nilai
Mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan
norma-norma agama, disertai dengan perasaan senang dan tidak
senang untuk melakukan dan tidak melakukannya. Hal ini berkaitan
dengan benar-salah, boleh-tidak boleh, jujur atau bohong, dan
lain-lain.
7. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga-lembaga
Mengembangkan sikap sosial dan menghargai orang lain. Misalnya
sikap saling tolong menolong, kerja sama, menghargai pendapat orang
lain, dan lain-lain.
Mengembangkan sikap mandiri tanpa bergantung pada orang lain.
Loevinger (dalam Kartadinata, dkk, 2003) merumuskan bangun
perkembangan diri ke dalam sembilan tingkat yang dimulai dari tingkat
yang terendah, yaitu pra-sosial di mana individu belum mampu
membedakan diri dengan lingkungan sampai pada tingkat terakhir, yaitu
tingkat integrated, merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh manusia.
Tingkat yang realistik dicapai manusia pada umumnya terentang dalam
tujuh tingkatan, yaitu (1) tingkat impulsif, (2) tingkat perlindungan diri,
(3) tingkat konformistik, (4) tingkat sadar diri, (5) tahap seksama, (4)
tingkat individualistik, dan (7) tahap otonomi. Apabila dikaitkan dengan
jenjang pendidikan, maka tingkat-tingkat perkembangan tersebut
Tabel 1.
Ukuran Pencapaian Tingkat Perkembangan pada Jenjang Pendidikan
Tingkat Perkembangan Ukuran Pencapaian pada Jenjang Pendidikan
(7) Tahap Otonomi
(6) Tingkat Individualistik
(5) Tahap Seksama
(4) Tingkat Sadar Diri
(3) Tingkat Konformistik
(2) Tingkat Perlindungan Diri
(1) Tingkat Impulsif
Berdasarkan gambar diatas, pencapaian tugas-tugas perkembangan
peserta didik SD terentang antara tingkat impulsif sampai dengan tingkat
sadar diri, artinya peserta didik SD pada kelas tinggi (kelas V-VI )
sebagian besar seharusnya sudah mencapai sekurang-kurangnya tingkat
perkembangan konformistik atau sadar diri dalam semua aspek tugas
perkembangan.
Karakteristik pencapaian tingkat-tingkat perkembangan pada
peserta didik dideskripsikan oleh Lovinger (dalam Kartadinata, dkk,
2003:3-4)sebagai berikut :
1) Tingkat Impulsif, menempatkan identitas diri sebagai bagian yang
terpisah dari orang lain.
Siswa SD
Siswa SLTP
2) Tingkat Perlindungan Diri, peduli terhadap kontrol dan keuntungan
yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain.
3) Tingkat konformistik, (1) peduli terhadap penampilan diri dan
penerimaan sosial, (2) cenderung berpikir stereotip dan klise, (3)
peduli terhadap aturan eksternal, (4) bertindak dengan motif dangkal
(untuk memperoleh pujian), (5) menyamakan diri dengan ekspresi
emosi, (6) kurang introspeksi, (7) perbedaan kelompok didasarkan atas
cirri-ciri eksternal, (8) takut tidak diterima kelompok, (9) tidak sensitif
terhadap individuasi, dan (10) merasa berdosa jika melanggar aturan.
4) Tingkat Sadar Diri, dengan ciri-ciri: (1) mampu berpikir alternatif, (2)
melihat harapan dan berbagai kemungkinan situasi, (3) peduli untuk
mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, (4) orientasi
pemecahan masalah, (5) memikirkan cara hidup, dan (6) penyesuaian
terhadap situasi dan peranan.
Hasil penelitian Kartadinata, dkk. (dalam Syamsyu Yusuf
dan Juntika Nurihsan, 2003) menunjukkan tingkat perkembangan
peserta didik SD dalam aspek tugas perkembangan landasan hidup
religius, landasan perilaku etis, kematangan emosional, penerimaan,
dan pengembangan diri, wawasan persiapan karier dan kematangan
hubungan dengan teman sebaya berada pada tahap sadar diri;
sedangkan dalam aspek-aspek tugas perkembangan kesadaran
kemandirian perilaku ekonomis masih berada pada tingkat
konformitas.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan Siswa SD
Perkembangan yang dialami oleh setiap siswa tidaklah sama. Setiap
siswa adalah pribadi yang unik, artinya siswa yang satu berbeda dengan
siswa yang lainnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan
lingkungan sebagai komponen yang utama bagi terbentuknya keunikan
masing-masing siswa tersebut. Perbedaan pembawaan akan
memungkinkan perbedaan individu, meskipun mereka tinggal dalam
lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan yang berbeda akan
memungkinkan timbulnya perbedaan individu, meskipun pembawaannya
sama (Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2010).
Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan ( 2010 : 197)
munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan
otot-otot kaki, (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda,
dan (3) belajar merawat diri sendiri.
b. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (1) belajar membaca,
(2) belajar menulis, (3) belajar berhitung, dan (4) belajar bermain
c. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu itu sendiri, misalnya
(1) memilih sekolah lanjutan, dan (2) memilih cita-cita yang sesuai
dengan dirinya
d. Tuntutan norma agama, misalnya (1) taat beribadah kepada Allah, dan
(2) berbuat baik kepada sesama manusia.
Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika faktor-faktor tersebut
bisa saling melengkapi. Perkembangan fisik anak merupakan dasar
perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,
baik ukuran tinggi, berat dan kekuatannya memungkinkan anak untuk
dapat mengembangkan ketrampilan fisik dan eksplorasinya terhadap
lingkungan tanpa bantuan orang tua dan orang lain di sekitarnya.
Secara umum perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam
individu yang dapat mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
individu adalah faktor keturunan (hereditas). Hereditas adalah totalitas
karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau
segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak
masa konsepsi (masa pembuahan ovum dan sperma) sebagai pewarisan
dari pihak orang tua melalui gen-gen, Syamsu Yusuf dan Juntika
dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya.
Warisan tersebut antara lain :
1) Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir
adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak
yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti
ayahnya, rambut keriting dan kulit putih seperti ibunya.
2) Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu
aspek yang diwarisi dari ibu atau ayah bahkan kakek atau
neneknya. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia,
misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan
sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada
yang dapat dilihat atau diketahui selagi anak masih kecil dan ada
pula yang diketahui sesudah ia besar.
3) Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara
berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan
tersebut misalnya dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga,
matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosial, agama, dan
sebagainya. Bakat merupakan warisan dari kedua orang tuanya atau
kakek/neneknya. Misalnya anak yang mempunyai suara bagus
dikembangkan melalui latihan teratur dengan dukungan dari
orang-orang terdekat.
4) Penyakit atau cacat tubuh
Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari
keturunan, seperti hemophilia (darah sukar membeku), asma, buta
warna, alergi dan albino. Penyakit yang dibawa sejak lahir akan
terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani anak.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar
individu yang dapat mempengaruhi perkembangan, antara lain adalah :
a. Lingkungan
Anak-anak dapat menerima pengaruh dari lingkungan,
memberi respon kepada lingkungan, mencontoh atau belajar
tentang berbagai hal dari lingkungan. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan
sangat mempengaruhi.
Urie Bronfrenbrenner (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika
Nurihsan, 2010 : 176) mengemukakan tentang lingkungan, yaitu
sebagai berikut: (1) Microsystem, merupakan lingkungan yang
paling dekat dengan individu (keluarga, sekolah, dan kelompok
microsystem (hubungan orang tua dengan guru, dan hubungan anak
dengan teman tetangga), (3) Exosystem, seperti tempat kerja orang
tua dan lembaga-lembaga kemasyarakatan, (4) Macrosystem,
lingkungan dalam konteks kebudayaan yang lebih luas, seperti
menyangkut keyakinan atau sistem kepercayaan, sikap-sikap dan
tradisi.
Lingkungan yang berhubungan dengan keterlaksanaan
tugas perkembangan siswa adalah lingkungan yang paling dekat
dengan siswa yaitu lingkungan keluarga dan sekolah.
1) Lingkungan keluarga
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam
membantu tugas perkembangan anak. Fungsi keluarga menurut
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2010 : 178) adalah (1)
pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya, (2)
sumber pemenuhan kebutuhann, baik fisik maupun psikis, (3)
sumber kasih sayang dan penerimaan, (4) model perilaku yang
tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang
baik , (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku
yang secara sosial dianggap tepat, (6) membantu anak dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam rangka
menyesuiakan diri terhadap kehidupan, (7) memberi bimbingan
dalam belajar keterampilan, motorik, verbal, dan sosial yang
perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik
di sekolah maupun di masyarakat, (9) membimbing dan
mengembangkan aspirasi anak, (10) sumber persahabatan anak,
sampai anak cukup usia untuk mendapatkan teman di luar
rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak
memungkinkan.
Kedudukan anak dalam keluarga juga mempengaruhi
tugas perkembangan anak. Bila anak merupakan anak tunggal,
biasanya perhatian orang tua tercurah pada anaknya yang lebih
besar, sehingga anak cenderung memiliki sifat-sifatnya seperti,
manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya,
sebaliknya seorang anak yang banyak saudaranya akan kurang
mendapat perhatian dari orang tua karena perhatian orang tua
terbagi pada anak-anak yang lain.
2) Lingkungan sekolah
Hurlock (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan,
2010 : 185) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor
penentu bagi perkembangan kepribadian siswa, baik dalam cara
berpikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian
siswa karena beberapa hal yaitu: (a) para siswa harus hadir di
sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh bagi anak sejak
banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada tempat lain di
luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meraih sukses, (e) sekolah memberikan kesempatan
kepada anak untuk dapat menilai dirinya sendiri secara
realistik. Sehubungan dengan hal tersebut maka sekolah
diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk
dapat membantu keterlaksanaan tugas perkembangan siswa.
D. Masalah – masalah yang Muncul dalam Aktualisasi Tugas
Perkembangan Siswa SD
Keluarga adalah lingkungan pertama yang paling berperan dalam
aktualisasi tugas perkembangan siswa. Siswa berinteraksi dengan keluarga
(ayah, ibu, kakak, adik, dan lain-lainnya) dalam kehidupan kesehariannya.
Beberapa peserta didik ada yang sering mengalami konflik dengan
keluarga (orang tua dan saudara-saudara). Sehingga dapat dikatakan
bahwa keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam munculnya
masalah-masalah bagi siswa.
Disamping keluarga, sekolah juga dapat menjadi salah satu sumber
masalah bagi peserta didik. Hal itu disebabkan karena peserta didik
menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Mereka dihadapkan
pada pekerjaan PR yang banyak, batas waktu tugas dan ujian, kecemasan
dan kebingungan menentukan sekolah lanjutan, kebingungan dalam
usia SD juga mendapat tuntutan untuk memperhatikan penampilan agar
dapat diterima dalam suatu kelompok.
Individu atau peserta didik yang kebutuhan psikososialnya tidak
terpenuhi akan mengalami ketegangan batin dan terus menerus berusaha
mencari pelepasan, baik dalam perilaku sosial yang normal, wajar, dan
realistik ataupun dalam perilaku yang kurang realistik dalam beragam
bentuk mekanisme pertahanan diri (Winkel dan Sri Hastuti, 2004).
Demikian pula, ditinjau dari Havighurst, individu yang tugas-tugas
perkembangannya kurang terlaksana secara memuaskan akan mengalami
gangguan-gangguan dan kesulitan-kesulitan dalam menjangkau
tugas-tugas perkembangan berikutnya, bahkan dapat mengalami
ketidakbahagiaan.
Individu yang kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi dan
aktualisasi tugas-tugas perkembangannya kurang lancar akan mengalami
berbagai masalah bahkan hidupnya menjadi tidak bahagia (Havighurst
dalam Sink, 2005). Jenis masalah yang dihadapi siswa bisa beragam.
Prayitno (dalam Erman Amti, 1992) menyusun daftar 50 item masalah
yang potensial dialami oleh siswa sekolah dasar (terlampir). Daftar
masalah tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam 6 bidang, yaitu
masalah-masalah: (1) perkembangan jasmani dan kesehatan, (2) keluarga
dan rumah tangga, (3) psikologis, (4) sosial, (5) kesulitan dalam belajar,
Menurut Kiselica (dalam Desmita, 2009) ketidakmampuan siswa
dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah akan memicu
terjadinya stres. Tuntutan sekolah tersebut diantaranya adalah norma, nilai,
peraturan dan tuntutan belajar yang harus dipenuhi oleh siswa. Tuntutan
tersebut dapat mempengaruhi penyesuaian akademik dan sosial siswa.
Desmita (2009) mengidentifikasi adanya empat tuntutan sekolah yang
menjadi sumber stres bagi siswa, yaitu :
1. Physical demands (tuntutan fisik)
Maksudnya adalah stress siswa yang bersumber dari lingkungan fisik
sekolah yang meliputi: keadaan iklim ruang kelas, pencahayaan dan
penerangan, perlengkapan atau sarana/prasarana penunjang
pendidikan, daftar pelajaran, kebersihan dan kesehatan sekolah, dan
sebagainya.
2. Task demands (tuntutan tugas)
Siswa juga dihadapkan pada tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Tugas-tugas yang dihadapi siswa berkaitan dengan proses dan pencapaian
tujuan pembelajaran. Dengan kata lain task demands dalam konteks ini
adalah tugas-tugas pelajaran (academic work) yang harus dihadapi dan
dikerjakan oleh siswa yang dapat menimbulkan perasaan tertekan atau
stress. Aspek-aspek task demands meliputi: tugas-tugas yang
dikerjakan di sekolah dan di rumah, mengikuti pelajaran di kelas,
memenuhi tuntutan kurikulum, menghadapi ulangan atau ujian,
ekstrakurikuler. Adanya tuntutan tugas sekolah ini, di satu sisi
merupakan aktivitas sekolah yang bermanfaat bagi perkembangan dan
kemajuan siswa, tetapi di sisi lain tuntutan tugas tersebut justru
menimbulkan kecemasan dan perasaan tertekan.
3. Role demands (tuntutan peran)
Pelayanan BK yang beorientasi dalam pemberian bantuan kepada
peserta didik agar dapat memahami peranannya sebagai laki-laki atau
perempuan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada umumya.
Agar peserta didik dapat terbantu dan dapat memecahkan masalah
yang dihadapi dalam menjalankan perannya sebagai laki-laki dan
perempuan sesuai dengan harapan masyarakat.
4. Interpersonal demands (tuntutan interpersonal)
Pelayanan BK di SD yang dikemas dalam program BK perkembangan
berorientasi pada upaya-upaya memberi bantuan kepada semua peserta
didik agar berdaya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
perkembangannya, dan terhindar dari berbagai problem atau terbantu
dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka alami di sekolah
maupun di rumah.
E. Program BK di SD
Dalam kenyataan yang ada pada saat ini, khususnya dalam
pelaksanaan program BK di SD, kita masih menggunakan pola guru kelas
program atau fungsi – fungsi layanan bimbingan. Winkel dan Sri Hastuti
(2004) menjelaskan bahwa dalam pola generalis, layanan bimbingan
tersebar secara luas, dengan melibatkan banyak tenaga kependidikan;
tenaga – tenaga pengajar yang selalu berhubungan langsung dengan
peserta didik memegang peranan penting dalam menyisipkan aneka unsur
bimbingan dalam menyampaikan pelajaran di kelas; konselor (tenaga ahli
bimbingan) dapat diangkat sebagai koordinator seluruh program BK dan
kepadanya diserahi tanggung jawab terhadap pelayanan tertentu, seperti
layanan testing, konseling, dan konsultasi.
Materi bimbingan yang diberikan di SD adalah
pengalaman-pengalaman, seperti keprihatinan, perasaan mengenai pandangan diri dan
minat peserta didik. Bimbingan diberikan secara kelompok disetiap kelas
pada jam tertentu dengan tetap terfokus pada tugas perkembangan tertentu.
Setiap peserta didik diminta untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
kepada teman-temannya, dengan berbagai macam kegiatan misalnya
dengan simulasi, cerita lisan, gambar, permainan yang melibatkan
kelompok kecil.
Segi – segi keunggulan yang ditawarkan pada pelaksanaan
program BK dengan pola generalis adalah: menekankan pada pelayanan
bimbingan perkembangan yang optimal dalam semua aspek pada setiap
peserta didik, melibatkan partisipasi dari seluruh tenaga pendidik (guru di
sekolah) dalam melaksanakan program bimbingan, guru kelas sekaligus
perjumpaan guru dengan setiap peserta didik di kelas memungkinkan guru
dapat lebih mengenal pribadi setiap peserta didik secara lebih mendalam;
kedekatan hubungan emosional antara guru dengan peserta didik
memberikan peluang terciptanya bimbingan yang lebih efektif (Winkel &
Sri Hastuti, 2004).
Meskipun demikian, dalam kenyataannya pelaksanaan program
bimbingan tersebut terdapat keterbatasan/kelemahan, misalnya: belum
tentu semua tenaga pengajar mampu dalam semua cara pelayanan
bimbingan (profesional), padahal ada layanan bimbingan yang menuntut
keahlian khusus, seperti layanan testing, instrumentasi bimbingan, studi
kasus, dan konseling; ide dasar yang menempatkan bahwa setiap guru
harus mampu sepenuhnya untuk memberikan pelayanan bimbingan akan
menimbulkan bahaya pada pelayanan bimbingan yang kurang bermutu
(Winkel & Sri Hastuti, 2004). Oleh sebab itu perlu ditemukan upaya –
upaya konkrit ke arah peningkatan profesionalisasi pelayanan BK di SD,
antara lain dengan memperkenalkan/menerapkan pendekatan Bimbingan
dan Konseling Perkembangan di SD. Kebutuhan ini sungguh nyata,
mengingat semakin meningkatnya permasalahan peserta didik di SD,
tingginya tingkat kebutuhan para peserta didik terhadap bantuan untuk
kelancaran aktualisasi dan pencapaian kompetensi tugas perkembangan
mereka, yang tampaknya sudah sulit diakomodir oleh pelayanan
bimbingan berdasarkan pendekatan remidial/kuratif dengan pendekatan