• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlaksanaan tugas perkembangan siswa SD dalam rangka penyusunan topik bimbingan klasikal di sekolah dasar : studi diskriptif pada murid kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keterlaksanaan tugas perkembangan siswa SD dalam rangka penyusunan topik bimbingan klasikal di sekolah dasar : studi diskriptif pada murid kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

DI SEKOLAH DASAR

(Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Di susun oleh :

Theresia Adita Candra Laksmi 041114049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

DI SEKOLAH DASAR

(Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Di susun oleh :

Theresia Adita Candra Laksmi 041114049

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya

atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Januari 2011

Penulis

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Theresia Adita Candra Laksmi

NIM : 041114049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:

“KETERLAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD DALAM

RANGKA PENYUSUNAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DI SEKOLAH DASAR (Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan hak kepada Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet

atau media lain untuk keperluan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya, selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 27 Januari 2011

Yang menyatakan,

(7)

vii

Berdirilah teguh, jangan goyah, sebab kamu tahu bahwa dalam

persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia

(1 Korintus 15:58)

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,

karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun

kesempatan untuk berhasil

Anggaplah kesulitan sebagai bagian dari kehidupan yang tak terelakkan

dan bila kesulitan itu datang, bukalah mata, pandanglah kesulitan itu

lekat-

lekat dan berteriaklah “Aku lebih besar dari kamu!! Kamu tidak

mungkin mengalahkanku!!”

(8)

viii

Dengan penuh kasih, skripsi ini aku persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, dan St. Joseph terima

kasih telah membimbing, memberkati dan melindungi serta

karunia yang tak pernah berhenti menyertaiku

Kedua orang tuaku : Bp. Y. Suhartin Hadi Purnomo & Ib.

Helena, T.BA terima kasih atas doa yang tak pernah putus

untukku

Kedua kakak’ku yang terkasih (mas Tunjung dan mas Topan)

terimakasih atas dukungan, bimbingan dan semangat yang

tiada henti

(9)

ix

KETERLAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD DALAM RANGKA

PENYUSUNAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DI SEKOLAH DASAR

(Studi Diskriptif Pada Murid Kelas 5 SD Kanisius Baciro dan SDN Tlogo Tahun ajaran 2009/2010)

Theresia Adita Candra Laksmi Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk; (1) mendeskripsikan profil tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro) dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010, (2) mendeskripsikan tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa putra dan putri kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro) dan yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010, (3) mengidentifikasi butir-butir tugas perkembangan yang relatif rendah tingkat keterlaksanaannya dalam rangka penyusunan topik bimbingan klasikal di SD K Baciro dan SD N Tlogo.

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD K Baciro dan SD N Tlogo tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 52 orang. Instrumen penelitian ini berupa skala keterlaksanaan tugas perkembangan yang terdiri dari 70 item pernyataan yang bersifat favorable yang dikembangkan peneliti berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert, dengan empat alternatif jawaban yang disusun dengan sistem summated rating scale. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan kategorisasi berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang yang disusun berdasarkan kriteria Azwar (1999:108). Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi.

(10)

x

THE ACCOMPLISHMENT OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS’

DEVELOPMENTAL TASK INTENDED FOR DESIGNING TOPIC FOR CLASS GUIDANCE IN ELEMANTARY SCHOOL

(Descriptive Study on Grade 5 Students of SD Kanisius Baciro and SDN Tlogo, School year 2009/2010)

Theresia Adita Candra Laksmi Sanata Dharma University

2011

This thesis is a descriptive study which aims are: (1) describing the accomplishment level of grade 5 elementary school students’ developmental task which has counselor (SD Kanisius Baciro) and school without counselor (SDN Tlogo), school year 2009/2010, (2) describing the accomplishment level of male and female of grade 5 students’ developmental task in school which has counselor (SD Kanisius Baciro) and without counselor (SDN Tlogo), school year 2009/2010, (3) identifying the development tasks items which has relatively low accomplishment used for designing class guidance topics in SD K Baciro and SD N Tlogo.

The subject of this thesis are 52 grade 5 students of SD K Baciro and SD N Tlogo, school year 2009/2010. The instrument of this thesis is the accomplishment level of students’ developmental task consisting of 70 questionnaire items which is favorable and extended based on Likert model, with 4 alternative options using summated rating scale system. The data analysis technique of this thesis is using classification based on normal distribution with continuum level, derived from Azwar (1999:108). This classification consists of five level of low, medium, high, and very high.

(11)

xi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat

dan cinta kasih dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skrispsi

dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan mengesahkan skripsi ini

2. Dr. M.M Sri Hastuti, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

3. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku dosen pembimbing, yang senantiasa selalu dengan

sabar membimbing penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi ini

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma,

yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, dukungan dan juga ilmu yang

berguna bagi penulis selama ini dan untuk dukungan dalam menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma

5. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu pengurusan

segala administrasi yang dibutuhkan penulis

6. SMP BOPKRI 3, SMA GAMA Yogyakarta dan Panti Asuhan Wira Karya Tama

Kutoarjo, yang telah memberikan pengalaman berharga kepada penulis untuk

merasakan indahnya persahabatan bersama teman kelompok, siswa/anak panti,

guru/pamong, dan karyawan.

7. Bapak, Ibu, mas Tunjung dan mas Topan yang selalu memberikan dukungan kepada

(12)

xii

dalam kehidupan penulis sehingga penulis tidak merasa jenuh dalam proses

menyelesaikan penulisan skripsi ini

9. Semua teman-teman seperjuangan di program studi Bimbingan dan Konseling yang

selalu memberikan dukungan, semangat, dan persaudaraan selama masa kuliah (Rm.

Agus, kak Epy, Lina, Modes, Maria, Anting, Ardhi, Sepri, Simbah, Tian, Natalia,

Winggi, Tina, Trias, Irna, Acha, Phimphom, Koemis, Leni, Priska, dan semua teman

kelas A dan kelas B angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu)

10.Rekan-rekan Mudika paroki, PIA paroki gereja St. Maria Assumpta Gamping,

Mudika Scholastika, yang selalu memberikan perhatian dan canda tawa kepada

penulis selama ini

11.Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, maka dengan

hati yang terbuka dan tulus praktikan mengharapkan berbagai kritik dan saran yang nantinya

berguna dalam penyempurnaan skripsi ini

Akhir kata penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan penulis berharap

skripsi ini kelak bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan Konseling di dunia

pendidikan.

Yogyakarta, 27 Januari 2011

(13)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii A. Karakteristik Kebutuhan Perkembangan Siswa SD ... 7

B. Tugas-tugas Perkembangan Siswa SD... 18

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan SD ... 23

D. Masalah-masalah yang Muncul Bagi Siswa SD ... 28

E. Pentingnya Program BK di SD ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subyek Penelitian... 36

D. Instrumen Penelitian 1. Jenis Alat Ukur ... 36

(14)

xiii

E. Deskripsi Kualitas Instrumen

1. Validitas Alat Ukur ... 40 2. Reliabilitas Alat Ukur ... 41 F. Teknik Analisis Data

1. Penentuan Skor ... 41 2. Pengolahan Data ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa SD yang Memiliki Konselor Sekolah dan

yang Tidak Memiliki Konselor Sekolah……… 47 B. Rata-rata Tingkat Pencapaian Tugas Perkembangan

Siswa Perempuan dan Laki-laki kelas V SD

di SD Baciro dan SD N Tlogo……….. 51 C. Profil Pencapaian Skor Butir-butir Angket

Keterlaksanaan Tugas Perkembangan pada

SD Baciro dengan SD N Tlogo………. 55 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(15)

xiv

Halaman

Tabel 1 Ukuran Pencapaian Tingkat Perkembangan pada Jenjang Pendidikan ... 22

Tabel 2 Subjek Penelitian ... 36

Tabel 3 Kisi-kisi Keterlaksanaan Tugas-tugas Perkembangan Murid

(murid kelas V SD) ... 38

Tabel 4 Norma Kategorisasi Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan

Siswa SD Kanisius Baciro dan SD N Tlogo kelas V

Tahun Ajaran 2009/2010 ... 44

Tabel 5 Norma Kategorisasi Skor Item Keterlaksanaan Tugas Perkembangan

Siswa SD Kanisius Baciro dan SD N Tlogo kelas V

Tahun Ajaran 2009/2010 ... 46

Tabel 7 Rekapitulasi Profil Katerlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa

pada kedua SD ... 48

Tabel 8 Data Profil Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa

SD Kanisius Baciro Kelas V Tahun Ajaran 2009/2010 ... 51

Tabel 9 Data Profil Tingkat Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa

SD N Tlogo Kelas V Tahun Ajaran 2009/2010 ... 52

Tabel 10 Rekapitulasi profil Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa SD

dalam Penyusunan Topik Bimbingan Klasikal di Sekolah Dasar

(Berdasarkan Jenis Kelamin) ... 53

Tabel 11 Rekapitulasi Pencapaian Skor Butir-butir Angket

Keterlaksanaan Tugas Perkembangan

pada SD Kanisius Baciro dengan SD N Tlogo ... 56

(16)

xv

Halaman

Lampiran 1 Contoh Inventori Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Murid SD... 69

Lampiran 2 Tabulasi Penelitian SD N Tlogo ... 72

Lampiran 3 Tabulasi Penelitian SD K Baciro ... 75

Lampiran 4 Tabulasi Penelitian Item Pernyataan SD N Tlogo dan SD K Baciro ... 78

Lampiran 5 Hasil Penelitian Tiap-tiap Item Dalam Norma Kategori ... 83

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pemberian bantuan oleh orang

yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk mencapai

kedewasaanya. Proses pendidikan berlangsung sepanjang hidup seseorang

dan dapat dilakukan di dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun

masyarakat. Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 1 merumuskan bahwa “pendidikan adalah usaha

sadar untuk menyiapkan peserta didik (siswa) melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.”

Pendidikan dasar merupakan fondasi untuk pendidikan selanjutnya

dan pendidikan nasional. Aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada

sumber daya alam yang melimpah, tetapi terletak pada sumber daya

manusia yang berkualitas. Diperlukan peningkatan sumber daya manusia

sebagai kekayaan negara dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan

bangsa. Peningkatan sumber daya manusia harus dimulai dari pendidikan

dini (dalam keluarga dan masyarakat) dan dilanjutkan ke pendidikan

formal.

Di SD, kegiatan bimbingan dan konseling tidak diberikan oleh

guru pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan

SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik

tugas menyampaikan semua materi pelajaran (kecuali Agama dan

(18)

Penjaskes) dan memberikan layanan bimbingan kepada semua siswa

dikelas asuhannya (SK Menpan No. 84, tahun 1993).

Prayitno (2004 : 254 – 255) mengatakan bahwa pemberian layanan

bimbingan dan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,

penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling kelompok,

konseling perorangan, bimbingan kelompok, instrumentasi bimbingan dan

konseling. Guru kelas SD diharapkan mampu melaksanakan ketujuh

layanan bimbingan dan konseling tersebut, agar setiap permasalahan yang

dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak

mengganggu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat

mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan

permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

Realitas di lapangan, khususnya di SD menunjukkan bahwa

pelayanan bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara optimal

sehingga belum dapat diketahui dampaknya bagi peningkatan prestasi

belajar maupun perkembangan pribadi-sosial peserta didik. Meskipun

demikian, perbaikan dan peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling

ke arah yang lebih baik, khususnya di jenjang pendidikan SD, semakin

mendesak dan penting untuk diperhatikan. Desakan kebutuhan ini sangat

dirasakan karena berbagai faktor di antaranya adalah, meningkatnya

kemajuan teknologi yang memaksa peserta didik untuk dapat

menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi tersebut, banyaknya peserta

didik yang semakin aktif dan kritis dalam menghadapi kejadian – kejadian

(19)

yang sedang terjadi di sekitarnya, meningkatnya permasalahan –

permasalahan yang terjadi di lingkungan peserta didik yang berasal dari

dalam diri, lingkungan keluarga maupun lingkungan bermain peserta didik

itu sendiri. Untuk menyikapi desakan – desakan tersebut, diharapkan

program bimbingan dan konseling di SD dapat diorientasikan ke arah

tujuan – tujuan yang lebih bersifat developmental – komprehensif.

Profesionalitas program BK yang bersifat developmental-komprehensif

diharapkan dapat memberikan solusi terhadap ketimpangan – ketimpangan

yang terjadi dalam proses pendidikan yang berlangsung di SD yang selama

ini hanya menitikberatkan pada pencapaian aspek kognitif (hanya pada

level hafalan saja) dan tanpa memperdulikan pencapaian perkembangan

yang harmonis dengan aspek – aspek sosial psikis lainnya (Barus, 2010).

Perubahan dunia di sekitar lingkungan peserta didik menuntut

perlunya kehadiran konselor di SD. Perubahan – perubahan tersebut antara

lain: (1) keanekaragaman budaya yang menuntut konselor untuk lebih

kreatif dan lebih efektif dengan keanekaragaman budaya tersebut; (2)

perubahan struktur keluarga, banyak anak yang terpaksa menghadapi

kenyataan bahwa orang tuanya bercerai, banyak orang tua yang menjadi

single parent untuk mendidik anak mereka; (3) ancaman bahaya

penyalahgunaan obat – obat terlarang (narkoba) yang dewasa ini semakin

banyak kita jumpai dan sudah menjamah dunia anak – anak; (4)

penyalahgunaan, penelantaran, dan kekerasan terhadap anak, baik secara

(20)

anak – anak; (5) meningkatnya jumlah anak yang mempunyai kelainan –

kelainan tertentu dan anak – anak tersebut harus memenuhi kebutuhan –

kebutuhan khusus, yang menuntut konselor untuk mampu menyediakan

atau menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak – anak

tersebut; (6) kemajuan teknologi dan informasi (dunia maya) yang

menuntut konselor untuk membantu peserta didik dalam menyikapi

kemajuan teknologi tersebut dengan penyesuaian sosial dan emosional

yang lebih tepat.

Realitas di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas

perkembangan siswa di SD diduga belum terlaksana dengan optimal, yang

disebabkan karena tidak ada pendampingan secara khusus yang diberikan

kepada para siswa. Diduga selama ini yang menjadi perhatian bagi para

guru hanyalah sebatas perkembangan akademis siswa tanpa

memperhatikan perkembangan aspek yang lain. Kehadiran seorang

konselor dalam mengoptimalkan perkembangan siswa dalam berbagai

aspek sangat diperlukan.

Berdasarkan informasi tentang pentingnya kehadiran program

bimbingan dan konseling di SD, maka peneliti ingin mengadakan

penelitian mengenai “Profil Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SD

dalam Implikasinya terhadap Penyusunan Topik Bimbingan Klasikal di

Sekolah Dasar”. Penelitian ini difokuskan pada para siswa kelas V di SD

(21)

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok diatas dijabarkan menjadi:

1. Sejauh mana profil tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa

pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro) dan yang sekolah

yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010?

2. Sejauhmana rata-rata tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan

siswa putra dan putri kelas V pada sekolah yang memiliki konselor

sekolah (SD K Baciro) dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SD

N Tlogo) tahun ajaran 2009/2010?

3. Butir-butir tugas perkembangan manakah yang masih relatif rendah

tingkat keterlaksanaannya pada kedua sekolah tersebut implikasinya

terhadap penyusunan topik bimbingan klasikal ?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendiskripsikan profil tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan

siswa kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K Baciro )

dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SD N Tlogo) tahun ajaran

2009/2010.

2. Mendeskripsikan tingkat keterlaksanaan tugas perkembangan siswa

putra dan putri kelas V pada sekolah yang memiliki konselor (SD K

Baciro) dan sekolah yang tidak memiliki konselor (SDN Tlogo) tahun

(22)

3. Mengidentifikasi butir-butir tugas perkembangan yang relatif rendah

tingkat keterlaksanaannya dalam rangka penyusunan topik bimbingan

klasikal di SD K Baciro dan SD N Tlogo.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah wacana

konseptual dalai rangka memahami pengungkapan keterlaksanaan

tugas-tugas perkembangan siswa SD yang berdampak implikatif pada

penyusunan program bimbingan klasikal di SD.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat bagi :

a. Guru Kelas/Guru BK

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi guru kelas/guru BK untuk menyusun program-program

bimbingan konseling dalam rangka meningkatkan mutu dan

kualitas siswa SD.

b. Peneliti

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan

peneliti dalam melakukan penelitian dan mengetahui sejauhmana

(23)

c. Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

bagi peneliti lain mengenai topik keterlaksanaan tugas

perkembangan siswa SD.

E. Batasan Istilah

a. Keterlaksanaan adalah keberhasilan dalam melakukan suatu usaha

untuk mencapai suatu tujuan.

b. Tugas perkembangan adalah tugas – tugas yang menjadi harapan

masyarakat dalam diri setiap orang dan harus dipenuhi dalam masa

periode tertentu dalam kehidupan seseorang yang apabila berhasil

maka individu tersebut akan bahagia namun jika gagal akan

mengalami ketidakbahagian untuk perkembangan yang selanjutnya.

c. Keterlaksanaan Tugas Perkembangan Siswa SD adalah keberhasilan

siswa SD dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan tingkat

perkembangannya yang sejalan dengan harapan masyarakat, yang jika

berhasil atau sesuai maka individu tersebut akan berkembang optimal

dan merasa bahagia, sebaliknya jika individu tersebut gagal melakukan

tugas tersebut maka dapat menganggu perkembangan selanjutnya dan

mengakibatkan individu tidak bahagia. Adapun tugas-tugas

perkembangan yang termasuk dalam penelitian ini adalah sebagaimana

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Kebutuhan Perkembangan Siswa SD

Proses perkembangan peserta didik menekankan bahwa

perkembangan berlangsung dalam tata urutan tertentu. Dalam teori

psikologi, tata urutan tersebut dinamakan tugas perkembangan. Havighurts

(dalam Yusuf, 2009:65) mengatakan bahwa tugas perkembangan

merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang

kehidupan manusia, apabila tugas tersebut berhasil dilaksanakan dapat

membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menentukan tugas

perkembangan berikutnya. Dengan kata lain tugas perkembangan diartikan

sebagai perangkat perilaku yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam

periode kehidupan tertentu, dimana keberhasilan pada tingkat tertentu akan

mempengaruhi tingkat berikutnya, sedangkan kegagalan menguasai tugas

perkembangan periode kehidupan sebelumnya akan membawa peserta

didik dalam kekecewaan, penolakan masyarakat, kesulitan dalam

menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan selanjutnya dan

bahkan mungkin ketidakbahagiaan.

Keberhasilan peserta didik dalam penguasaan tugas perkembangan

ini akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik yaitu

dapat menguasai mata pelajaran pada kelas-kelas yang lebih tinggi.

Kegagalan dalam menguasai tugas perkembangan akan menimbulkan

(25)

kesulitan dalam menguasai mata pelajaran di kelas-kelas yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, apabila siswa SD di kelas-kelas rendah dapat menguasai

tugas membaca, menulis, berhitung dengan benar, maka siswa tersebut

tidak akan mengalami kesulitan untuk menguasai mata pelajaran di

kelas-kelas yang lebih tinggi.

Perkembangan siswa pada usia sekolah dasar terarah kepada

perolehan perilaku yang berkaitan dengan sikap, kebiasaan, dan kesadaran

akan keberadaan dirinya sebagai bagian dari lingkungan dan memiliki

kecakapan tertentu yang berbeda dengan orang lain. Strategi untuk

membantu peserta didik dalam mengembangkan dan menguasai perilaku

yang diharapkan terletak pada pengembangan lingkungan belajar peserta

didik, yaitu lingkungan yang memungkinkan peserta didik memperoleh

perilaku yang lebih efektif. Di dalam lingkungan belajar ini, peserta didik

dapat memenuhi kebutuhan dan dapat mendorong peserta didik untuk

mengubah atau menyesuaikan kebutuhan kepada perilaku dan nilai-nilai

yang berkembang di lingkungan belajar (Kartadinata, 2002). Disinilah

letak peranan bimbingan dan konseling sebagai upaya menciptakan

lingkungan yang mendukung perkembangan peserta didik secara optimal.

Di dalam konsep bimbingan perkembangan, lingkungan belajar

seperti digambarkan di atas dirumuskan dalam konsep lingkungan

perkembangan manusia atau ekologi perkembangan manusia (Kartadinata,

2002). Pada pembelajaran di kelas SD, lingkungan perkembangan manusia

(26)

kearah terjadinya interaksi pertukaran pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai

antara guru kepada peserta didik maupun peserta didik kepada peserta

didik yang dioperasionalkan dalam pengkondisian suasana kelas yang

kondusif, pemenuhan kebutuhan-kebutuhan perkembangan yang

memudahkan aktualisasi tugas-tugas perkembangan peserta didik usia SD.

Ahman (dalam Kartadinata, 2002) mengoperasionalkan tugas-tugas

perkembangan anak SD sebagai seperangkat kemampuan perilaku yang

seyogyanya ditampilkan oleh anak usia SD, yang meliputi: (1) sikap dan

kebiasaan dalam beriman dan bertakwa, (2) pengembangan kata hati,

moral dan nilai-nilai, (3) pengembangan ketrampilan dasar dalam

membaca, menulis dan berhitung, (4) pengembangan konsep-konsep yang

perlu dalam kehidupan sehari-hari, (5) belajar bergaul dan bekerja sama

dalam kelompok teman sebaya, (6) belajar menjadi pribadi yang mandiri,

(7) belajar ketrampilan fisik yang sederhana, (8) membina hidup sehat, (9)

belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, dan (10)

pengembangan sikap terhadap kelompok dan lembaga-lembaga sosial.

Secara khusus Ahman (dalam Barus, 2010) mengungkapkan bahwa

layanan bimbingan di SD bertujuan untuk membantu peserta didik dalam

memenuhi kebutuhan-kebutuhan intelektual, emosional, sosial-personal

agar dapat mengaktualisasikan tugas-tugas perkembangannya yang

meliputi aspek pribadi-sosial, akademik/pendidikan dan karier sesuai

(27)

Dalam aspek perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan

membantu peserta didik agar : (1) memiliki pemahaman diri, (2)

mengembangkan sikap-sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain,

(3) membuat pilihan kegiatan secara sehat, (4) mampu menghargai orang

lain, (5) memiliki rasa tanggung jawab, (6) mengembangkan ketrampilan

hubungan antarpribadi, (7) memiliki ketrampilan memecahkan

masalah-masalah sederhana yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, (8)

dapat membuat keputusan secara baik.

Dalam perkembangan aspek akademik/pendidikan, layanan

bimbingan membantu peserta didik agar dapat: (1) mengembangkan sikap,

kebiasaan, dan cara-cara belajar yang baik, (2) berlatih menetapkan tujuan

(cita-cita) dan rencana pendidikan (lanjutan), (3) mencapai prestasi belajar

secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya, (4) memiliki

ketrampilan untuk menghadapi tes atau ujian.

Dalam aspek perkembangan karier, layanan bimbingan membantu

peserta didik agar dapat: (1) mengenali macam dan ciri berbagai jenis

pekerjaan, (2) mengembangkan kesadaran dan pengharapan terhadap

berbagai jenis pekerjaan yang ada dalam masyarakat, (3) mengekplorasi

arah pekerjaan, (4) mengembangkan cita-cita terhadap berbagai pilihan

pekerjaan dan belajar merencanakan masa depan, (5) menyesuaikan

pengembangan kemampuan, ketrampilan, dan minat dengan

(28)

Abraham Maslow, sebagai tokoh Humanistic Theory of

Development (dalam Desmita, 2009: 62-65) menggambarkan urutan secara

hirarkis kebutuhan-kebutuhan peserta didik (dan manusia pada umumnya)

sebagai berikut:

Kebutuhan akan aktulalisasi diri

Kebutuhan akan rasa harga diri

Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang

Kebutuhan akan rasa aman

Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis

1. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling dasar dan

mendesak untuk dipenuhi bagi kehidupan manusia karena berkaitan

langsung dengan kondisi fisik manusia. Manusia seringkali tidak akan

memuaskan kebutuhan yang lain sebelum kebutuhan fisiologi

terpenuhi. Kebutuhan fisiologis antara lain berupa: kebutuhan akan

makan, minuman, sandang, tidur, dan lain-lain. Aplikasi pemenuhan

kebutuhan fisiologis siswa di sekolah yaitu:

a) Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis,

b) Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan

(29)

c) Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.

d) Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang

representatif

2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan

Kebutuhan rasa aman muncul setelah kebutuhan fisiologis

terpenuhi, kebutuhan rasa aman akan mendorong manusia untuk

memperoleh ketentraman, jaminan keamanan, terlindungi dari bahaya

dan ancaman penyakit, dan lain-lain. Misalnya pada bayi dan

anak-anak, kebutuhan rasa aman adalah kebergantungan. Anak-anak akan

memperoleh rasa aman yang cukup apabila mereka berada dalam

ikatan keluarga, jika ikatan ini lemah maka anak akan merasa kurang

aman, cemas dan kurang percaya diri. Aplikasi pemenuhan kebutuhan

rasa aman dan perlindungan siswa di sekolah yaitu:

a) Sikap guru menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan

terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat

menghakimi.

b) Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan

sistem pendisiplinan siswa secara adil.

c) Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement)

melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada

(30)

3. Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang

Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah kebutuhan yang

mendorong individu untuk membangun hubungan afektif atau ikatan

emosi dengan orang lain, yang diaktualisasikan dalam bentuk:

kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai,

kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan dalam kelompok, kerja

sama, rasa setia kawan, dan sebagainya. Menurut Maslow, cinta

merupakan hubungan kasih sayang yang sehat antara dua orang atau

lebih, yang didalamnya terkandung muatan sikap saling percaya dan

saling menghargai. Ketiadaan cinta dan kasih sayang akan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan individu. Terhambatnya

pemenuhan kebutuhan cinta dan kasih sayang menjadi penyebab utama

terjadinya tingkah laku maladjustment. Aplikasi pemenuhan kebutuhan

cinta dan kasih sayang siswa di sekolah yaitu:

a. Hubungan guru dengan siswa

1) Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli

terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi

pendengar yang baik.

2) Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat

memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik

kepribadian dan latar belakangnya)

3) Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik

(31)

4) Guru dapat menghargai dan menghormati pemikiran, pendapat

dan keputusan setiap siswanya.

5) Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan

memberikan kepercayaan terhadap siswanya.

b. Hubungan siswa dengan siswa

1) Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan

terciptanya kerja sama dan saling percaya di antara siswa

2) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting melalui

berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.

3) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk

kepentingan pembelajaran.

4) Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang

beragam.

4. Kebutuhan akan rasa harga diri

Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan kebutuhan untuk

merasa berharga dalam hidupnya. Maslow membagi kebutuhan akan

rasa harga diri menjadi dua yaitu, (1) kebutuhan akan self-respect atau

penghargaan dari diri sendiri, yaitu hasrat dari individu untuk

memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi,

akademik, kemandirian, kebebasan, prestasi, dan lain-lain. (2) esteem

atau penghargaan dari diri sendiri dan orang lain, yaitu penghargaan

(32)

perhatian, kedudukan atau status, pangkat, nama baik, dan sebagainya.

Kegagalan untuk diakui oleh diri sendiri atau oleh orang lain akan

menimbulkan perasaan rendah diri dan kehilangan semangat atau putus

asa. Aplikasi pemenuhan kebutuhan akan rasa harga diri siswa di

sekolah yaitu:

a. Mengembangkan harga diri siswa

1) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar

pengetahuan yang dimiliki siswanya

2) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan siswa

3) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap

siswa

4) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi

5) Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami

kesulitan

6) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan

bertanggung jawab.

7) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin

dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum

b. Penghargaan dari pihak lain

1) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif

dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan

(33)

2) Mengembangkan program “star of the week”

3) Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha

dan prestasi yang diperoleh siswa.

4) Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap

sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar

yang baik.

5) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan

keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu

sendiri.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah kebutuhan manusia yang

paling tinggi. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk

memenuhi dorongan hakiki manusia untuk menjadi orang yang sesuai

dengan keinginan dan potensi dirinya. Self-actualization adalah

kecenderungan untuk berjuang menjadi seseorang yang lebih baik atau

lebih unggul sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

Maslow (dalam Brown & Trusty, 2005) menyarankan agar peserta

didik memiliki energi untuk belajar, maka kebutuhan-kebutuhan dasar

mereka harus dipenuhi. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar,

seperti rasa aman, rasa memiliki, rasa dicintai, rasa dihormati, dan rasa

diri berharga akan memotivasi individu untuk mencapai meta-needs,

yaitu kebutuhan berprestasi (berolah pikir, berilmu pengetahuan,

(34)

keseimbangan) dan beraktualisasi diri. Aplikasi pemenuhan kebutuhan

akan aktualisasi diri siswa di sekolah yaitu:

a. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan hal

yang terbaik untuk dirinya

b. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan

menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya

c. Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan

kehidupan nyata.

d. Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas

meta kognitif siswa.

Apabila guru dapat mengenali dan memenuhi kebutuhan dasar

peserta didiknya, maka semakin terbuka jalan bagi peserta didik untuk

mengukir prestasi. Kegagalan akademik dan munculnya berbagai masalah

perilaku peserta didik adalah konsekuensi dari tidak terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.

Anak-anak usia sekolah lebih senang bermain, senang bergerak,

senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan

sesuatu secara langsung. Guru diharapkan mampu mengembangkan

pembelajaran yang mengandung unsur permainan di dalamnya.

Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya di selang-seling antara mata

pelajaran serius seperti Sains, Matematika, IPS dengan mata pelajaran

yang mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau SBK

(35)

siswa berpindah atau bergerak, secara periodik sangat disarankan. Orang

dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan

tenang paling lama sekitar 30 menit, oleh sebab itu menyuruh anak duduk

rapi selama berjam-jam merupakan suatu siksaan bagi anak. Implikasinya

adalah guru hendaknya merancang model pembelajaran yang

memungkinkan anak untuk berpindah atau bergerak.

Pemenuhan kebutuhan anak dapat dilakukan dengan

mengkondisikan anak bekerja atau belajar dalam kelompok. Dalam

pergaulan dengan teman kelompok, anak belajar memenuhi aturan-aturan

kelompok, belajar setia kawan, belajar bekerja sama dengan orang lain,

belajar menghargai pendapat orang lain, belajar mengeluarkan pendapat,

oleh karena itu diharapkan guru dapat merancang model pembelajaran

yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.

Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan

anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas dari

kelompok.

Memberikan kesempatan untuk telibat langsung dalam pembelajaran, bagi

anak SD dapat membantu penjelasan guru tentang materi pelajaran akan

lebih mudah dipahami dibandingkan jika anak hanya melaksanakan sendiri

tentang materi yang telah diberikan oleh guru.

Brown dan Trusty (dalam Barus, 2010) mendeskripsikan

(36)

bimbingan di SD (elementary school) meliputi kebutuhan-kebutuhan

untuk memperlancar pelaksanaan tugas perkembangan sebagai berikut :

a. Mengembangkan konsep diri:

1) Pemahaman diri sendiri : kesadaran menyangkut kelebihan,

kelemahan, minat, gambaran tubuh, perbedaan, dan kesamaan

dengan oran lain

2) Penghargaan terhadap diri sendiri, pandangan positif terhadap diri

sendiri, penerimaan diri

3) Mengembangkan rasa percaya diri, berani tampil, berlatih

mengungkapkan gagasan sendiri

b. Belajar membangun hubungan dengan teman sebaya dan belajar sabar:

1) Keterampilan berkomunikasi

2) Keterampilan bergaul

3) Keterampilan mengelola rasa takut

4) Keterampilan untuk menolak dan ketegasan

5) Keterampilan bekerjasama

c. Mengembangkan toleransi terhadap orang lain dan sikap-sikap positif

terhadap kelompok:

1) Kesadaran terhadap perbadaan dan menghargai perbedaan

2) Toleransi terhadap perbedaan budaya, suku, ras, agama

(37)

d. Belajar bersikap/berperilaku sesuai dengan peran jenis (sex role):

1) Mempelajari peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan sesuai

harapan masyarakat

2) Mengenal berbagai macam pilihan karier bagi laki-laki dan

perempuan

3) Mengetahui perkembangan seksualitas seumuran dan berperilaku

sehat terhadap seksnya

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar akademik:

1) Berkemampuan membaca, menulis, berhitung sesuai dengan

tuntutan kurikulum

2) Keterampilan mendengarkan (listening)

3) Keterampilan mengikuti petunjuk/instruksi

4) Keterampilan mengorganisasi aktivitas belajar, tugas-tugas

sekolah, dan kegiatan lainnya

5) Keterampilan belajar (study skill) yang efektif

6) Keterampilan menghadapi ulangan-ulangan/tes

f. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang perlu dalam

kehidupan sehari-hari:

1) berlatih dan membiasakan diri dalam melakukan pekerjaan

sehari-hari

2) berlatih mengambil keputusan-keputusan sederhana

3) belajar berperilaku dan mengembangkan kebiasaan pola hidup

(38)

g. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan nilai-nilai sebagai pedoman

berperilaku:

1) membiasakan bersikap jujur dan berperilaku jujur, santun rendah

hati dan menaati norma-norma yang berlaku

2) memahami dan mampu mengenali perilaku baik dan buruk,

perbuatan salah dan benar

h. Belajar mengembangkan pribadi mandiri:

1) berlatih mengatur dan mengelola keperluan sendiri, perawatan diri

dan kegiatan pribadi

2) belajar menyusun dan melaksanakan rencana, pilihan-pilihan dan

prioritas-prioritas sendiri

3) mengembangkan daya tahan terhadap tekanan-tekanan dari teman

sebaya

Kebutuhan-kebutuhan perkembangan seperti terurai diatas akan

menjadi muatan program bimbingan di SD yang terdapat dalam empat

bidang bimbingan, yaitu (1) bimbingan pribadi, (2) bimbingan sosial, (3)

bimbingan belajar, (4) bimbingan karier yang penyajiannya dapat

dilakukan melalui layanan bimbingan kelompok, bimbingan klasikal,

konseling kelompok, konseling individual, layanan orientasi, pemberian

(39)

B. Tugas – tugas Perkembangan Siswa SD

Havighurst (dalam Yusuf, 2009) mengartikan tugas perkembangan

sebagai berikut :

A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society dan difficulty with later task.

Maksudnya adalah bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas

yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu,

yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya

sebaliknya jika gagal akan menimbulkan ketidakbahagiaan individu

tersebut.

Tugas-tugas perkembangan berkaitan dengan sikap, perilaku atau

ketrampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia

atau fase perkembangannya (Syamsu, 2009). Aristoteles (dalam Abu

Ahmadi, 2005) merumuskan perkembangan anak dengan 3 fase

perkembangan yaitu :

1. Fase I : umur 0,0 – 7;0 tahun disebut masa anak kecil, kegiatan

anak pada waktu ini hanya bermain.

2. Fase II : umur 7;0 – 14;0 tahun disebut masa anak atau masa

sekolah di mana kegiatan anak mulai belajar di sekolah

(40)

3. Fase III : umur 14;0 – 21;0 tahun disebut masa remaja atau pubertas,

masa ini adalah masa peralihan transisi) dari anak menjadi

dewasa

Tugas-tugas perkembangan pada akhir masa kanak-kanak menurut

Havighurst (dalam Hurlock 1980)

1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk

permainan-permainan yang umum

Pada masa sekolah anak sudah dapat menguasai gerak otot, sehingga

sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi, permainan-permainan

seperti bermain bola, berenang, loncat tali, dan lain-lain.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahkluk

yang sedang tumbuh.

Mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, menjaga

kesehatan, mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya

(pria atau wanita), dan menerima dirinya secara positif (rupa wajah

atau postur tubuh).

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Pergaulan ada

dalam suasana menyenangkan apabila teman-temannya baik, namun

ada suasana yang tidak menyenangkan karena salah satu atau beberapa

teman ada yang suka mengganggu atau nakal.

(41)

Apabila anak sudah mulai memasuki usia sekolah, perbedaan jenis

kelamin sudah mulai tampak, misalnya dari segi permainan, sangat

jelas tampak bahwa permainan antara anak perempuan dengan

laki-laki berbeda.

5. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari

Bertambahnya pengalaman anak maka semakin bertambah pula

pengertian-pengertian tentang sesuatu hal pada diri anak. Tugas

sekolah adalah menanamkan konsep-konsep (pengertian) yang jelas

dan benar pada anak.

6. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan

nilai

Mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan

norma-norma agama, disertai dengan perasaan senang dan tidak

senang untuk melakukan dan tidak melakukannya. Hal ini berkaitan

dengan benar-salah, boleh-tidak boleh, jujur atau bohong, dan

lain-lain.

7. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan

lembaga-lembaga

Mengembangkan sikap sosial dan menghargai orang lain. Misalnya

sikap saling tolong menolong, kerja sama, menghargai pendapat orang

lain, dan lain-lain.

(42)

Mengembangkan sikap mandiri tanpa bergantung pada orang lain.

Loevinger (dalam Kartadinata, dkk, 2003) merumuskan bangun

perkembangan diri ke dalam sembilan tingkat yang dimulai dari tingkat

yang terendah, yaitu pra-sosial di mana individu belum mampu

membedakan diri dengan lingkungan sampai pada tingkat terakhir, yaitu

tingkat integrated, merupakan tingkat yang jarang dicapai oleh manusia.

Tingkat yang realistik dicapai manusia pada umumnya terentang dalam

tujuh tingkatan, yaitu (1) tingkat impulsif, (2) tingkat perlindungan diri,

(3) tingkat konformistik, (4) tingkat sadar diri, (5) tahap seksama, (4)

tingkat individualistik, dan (7) tahap otonomi. Apabila dikaitkan dengan

jenjang pendidikan, maka tingkat-tingkat perkembangan tersebut

(43)

Tabel 1.

Ukuran Pencapaian Tingkat Perkembangan pada Jenjang Pendidikan

Tingkat Perkembangan Ukuran Pencapaian pada Jenjang Pendidikan

(7) Tahap Otonomi

(6) Tingkat Individualistik

(5) Tahap Seksama

(4) Tingkat Sadar Diri

(3) Tingkat Konformistik

(2) Tingkat Perlindungan Diri

(1) Tingkat Impulsif

Berdasarkan gambar diatas, pencapaian tugas-tugas perkembangan

peserta didik SD terentang antara tingkat impulsif sampai dengan tingkat

sadar diri, artinya peserta didik SD pada kelas tinggi (kelas V-VI )

sebagian besar seharusnya sudah mencapai sekurang-kurangnya tingkat

perkembangan konformistik atau sadar diri dalam semua aspek tugas

perkembangan.

Karakteristik pencapaian tingkat-tingkat perkembangan pada

peserta didik dideskripsikan oleh Lovinger (dalam Kartadinata, dkk,

2003:3-4)sebagai berikut :

1) Tingkat Impulsif, menempatkan identitas diri sebagai bagian yang

terpisah dari orang lain.

Siswa SD

Siswa SLTP

(44)

2) Tingkat Perlindungan Diri, peduli terhadap kontrol dan keuntungan

yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain.

3) Tingkat konformistik, (1) peduli terhadap penampilan diri dan

penerimaan sosial, (2) cenderung berpikir stereotip dan klise, (3)

peduli terhadap aturan eksternal, (4) bertindak dengan motif dangkal

(untuk memperoleh pujian), (5) menyamakan diri dengan ekspresi

emosi, (6) kurang introspeksi, (7) perbedaan kelompok didasarkan atas

cirri-ciri eksternal, (8) takut tidak diterima kelompok, (9) tidak sensitif

terhadap individuasi, dan (10) merasa berdosa jika melanggar aturan.

4) Tingkat Sadar Diri, dengan ciri-ciri: (1) mampu berpikir alternatif, (2)

melihat harapan dan berbagai kemungkinan situasi, (3) peduli untuk

mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, (4) orientasi

pemecahan masalah, (5) memikirkan cara hidup, dan (6) penyesuaian

terhadap situasi dan peranan.

Hasil penelitian Kartadinata, dkk. (dalam Syamsyu Yusuf

dan Juntika Nurihsan, 2003) menunjukkan tingkat perkembangan

peserta didik SD dalam aspek tugas perkembangan landasan hidup

religius, landasan perilaku etis, kematangan emosional, penerimaan,

dan pengembangan diri, wawasan persiapan karier dan kematangan

hubungan dengan teman sebaya berada pada tahap sadar diri;

sedangkan dalam aspek-aspek tugas perkembangan kesadaran

(45)

kemandirian perilaku ekonomis masih berada pada tingkat

konformitas.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan Siswa SD

Perkembangan yang dialami oleh setiap siswa tidaklah sama. Setiap

siswa adalah pribadi yang unik, artinya siswa yang satu berbeda dengan

siswa yang lainnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan

lingkungan sebagai komponen yang utama bagi terbentuknya keunikan

masing-masing siswa tersebut. Perbedaan pembawaan akan

memungkinkan perbedaan individu, meskipun mereka tinggal dalam

lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan yang berbeda akan

memungkinkan timbulnya perbedaan individu, meskipun pembawaannya

sama (Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, 2010).

Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan ( 2010 : 197)

munculnya tugas-tugas perkembangan bersumber pada faktor-faktor

sebagai berikut :

a. Kematangan fisik, misalnya (1) belajar berjalan karena kematangan

otot-otot kaki, (2) belajar bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda,

dan (3) belajar merawat diri sendiri.

b. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (1) belajar membaca,

(2) belajar menulis, (3) belajar berhitung, dan (4) belajar bermain

(46)

c. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu itu sendiri, misalnya

(1) memilih sekolah lanjutan, dan (2) memilih cita-cita yang sesuai

dengan dirinya

d. Tuntutan norma agama, misalnya (1) taat beribadah kepada Allah, dan

(2) berbuat baik kepada sesama manusia.

Perkembangan dapat berhasil dengan baik jika faktor-faktor tersebut

bisa saling melengkapi. Perkembangan fisik anak merupakan dasar

perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh,

baik ukuran tinggi, berat dan kekuatannya memungkinkan anak untuk

dapat mengembangkan ketrampilan fisik dan eksplorasinya terhadap

lingkungan tanpa bantuan orang tua dan orang lain di sekitarnya.

Secara umum perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam

individu yang dapat mempengaruhi perkembangan. Faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri yang sangat berpengaruh dalam perkembangan

individu adalah faktor keturunan (hereditas). Hereditas adalah totalitas

karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau

segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak

masa konsepsi (masa pembuahan ovum dan sperma) sebagai pewarisan

dari pihak orang tua melalui gen-gen, Syamsu Yusuf dan Juntika

(47)

dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya.

Warisan tersebut antara lain :

1) Bentuk Tubuh dan Warna Kulit

Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir

adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya ada anak

yang memiliki bentuk tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti

ayahnya, rambut keriting dan kulit putih seperti ibunya.

2) Sifat-sifat

Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu

aspek yang diwarisi dari ibu atau ayah bahkan kakek atau

neneknya. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia,

misalnya: penyabar, pemarah, kikir, pemboros, hemat dan

sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada

yang dapat dilihat atau diketahui selagi anak masih kecil dan ada

pula yang diketahui sesudah ia besar.

3) Bakat

Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara

berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan

tersebut misalnya dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga,

matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosial, agama, dan

sebagainya. Bakat merupakan warisan dari kedua orang tuanya atau

kakek/neneknya. Misalnya anak yang mempunyai suara bagus

(48)

dikembangkan melalui latihan teratur dengan dukungan dari

orang-orang terdekat.

4) Penyakit atau cacat tubuh

Beberapa penyakit atau cacat tubuh bisa berasal dari

keturunan, seperti hemophilia (darah sukar membeku), asma, buta

warna, alergi dan albino. Penyakit yang dibawa sejak lahir akan

terus mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani anak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar

individu yang dapat mempengaruhi perkembangan, antara lain adalah :

a. Lingkungan

Anak-anak dapat menerima pengaruh dari lingkungan,

memberi respon kepada lingkungan, mencontoh atau belajar

tentang berbagai hal dari lingkungan. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan

sangat mempengaruhi.

Urie Bronfrenbrenner (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika

Nurihsan, 2010 : 176) mengemukakan tentang lingkungan, yaitu

sebagai berikut: (1) Microsystem, merupakan lingkungan yang

paling dekat dengan individu (keluarga, sekolah, dan kelompok

(49)

microsystem (hubungan orang tua dengan guru, dan hubungan anak

dengan teman tetangga), (3) Exosystem, seperti tempat kerja orang

tua dan lembaga-lembaga kemasyarakatan, (4) Macrosystem,

lingkungan dalam konteks kebudayaan yang lebih luas, seperti

menyangkut keyakinan atau sistem kepercayaan, sikap-sikap dan

tradisi.

Lingkungan yang berhubungan dengan keterlaksanaan

tugas perkembangan siswa adalah lingkungan yang paling dekat

dengan siswa yaitu lingkungan keluarga dan sekolah.

1) Lingkungan keluarga

Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam

membantu tugas perkembangan anak. Fungsi keluarga menurut

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2010 : 178) adalah (1)

pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya, (2)

sumber pemenuhan kebutuhann, baik fisik maupun psikis, (3)

sumber kasih sayang dan penerimaan, (4) model perilaku yang

tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang

baik , (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku

yang secara sosial dianggap tepat, (6) membantu anak dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dalam rangka

menyesuiakan diri terhadap kehidupan, (7) memberi bimbingan

dalam belajar keterampilan, motorik, verbal, dan sosial yang

(50)

perkembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi baik

di sekolah maupun di masyarakat, (9) membimbing dan

mengembangkan aspirasi anak, (10) sumber persahabatan anak,

sampai anak cukup usia untuk mendapatkan teman di luar

rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak

memungkinkan.

Kedudukan anak dalam keluarga juga mempengaruhi

tugas perkembangan anak. Bila anak merupakan anak tunggal,

biasanya perhatian orang tua tercurah pada anaknya yang lebih

besar, sehingga anak cenderung memiliki sifat-sifatnya seperti,

manja, kurang bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya,

sebaliknya seorang anak yang banyak saudaranya akan kurang

mendapat perhatian dari orang tua karena perhatian orang tua

terbagi pada anak-anak yang lain.

2) Lingkungan sekolah

Hurlock (dalam Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan,

2010 : 185) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor

penentu bagi perkembangan kepribadian siswa, baik dalam cara

berpikir, bersikap maupun cara berperilaku. Sekolah

merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian

siswa karena beberapa hal yaitu: (a) para siswa harus hadir di

sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh bagi anak sejak

(51)

banyak menghabiskan waktu di sekolah daripada tempat lain di

luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa

untuk meraih sukses, (e) sekolah memberikan kesempatan

kepada anak untuk dapat menilai dirinya sendiri secara

realistik. Sehubungan dengan hal tersebut maka sekolah

diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk

dapat membantu keterlaksanaan tugas perkembangan siswa.

D. Masalah – masalah yang Muncul dalam Aktualisasi Tugas

Perkembangan Siswa SD

Keluarga adalah lingkungan pertama yang paling berperan dalam

aktualisasi tugas perkembangan siswa. Siswa berinteraksi dengan keluarga

(ayah, ibu, kakak, adik, dan lain-lainnya) dalam kehidupan kesehariannya.

Beberapa peserta didik ada yang sering mengalami konflik dengan

keluarga (orang tua dan saudara-saudara). Sehingga dapat dikatakan

bahwa keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam munculnya

masalah-masalah bagi siswa.

Disamping keluarga, sekolah juga dapat menjadi salah satu sumber

masalah bagi peserta didik. Hal itu disebabkan karena peserta didik

menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Mereka dihadapkan

pada pekerjaan PR yang banyak, batas waktu tugas dan ujian, kecemasan

dan kebingungan menentukan sekolah lanjutan, kebingungan dalam

(52)

usia SD juga mendapat tuntutan untuk memperhatikan penampilan agar

dapat diterima dalam suatu kelompok.

Individu atau peserta didik yang kebutuhan psikososialnya tidak

terpenuhi akan mengalami ketegangan batin dan terus menerus berusaha

mencari pelepasan, baik dalam perilaku sosial yang normal, wajar, dan

realistik ataupun dalam perilaku yang kurang realistik dalam beragam

bentuk mekanisme pertahanan diri (Winkel dan Sri Hastuti, 2004).

Demikian pula, ditinjau dari Havighurst, individu yang tugas-tugas

perkembangannya kurang terlaksana secara memuaskan akan mengalami

gangguan-gangguan dan kesulitan-kesulitan dalam menjangkau

tugas-tugas perkembangan berikutnya, bahkan dapat mengalami

ketidakbahagiaan.

Individu yang kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi dan

aktualisasi tugas-tugas perkembangannya kurang lancar akan mengalami

berbagai masalah bahkan hidupnya menjadi tidak bahagia (Havighurst

dalam Sink, 2005). Jenis masalah yang dihadapi siswa bisa beragam.

Prayitno (dalam Erman Amti, 1992) menyusun daftar 50 item masalah

yang potensial dialami oleh siswa sekolah dasar (terlampir). Daftar

masalah tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam 6 bidang, yaitu

masalah-masalah: (1) perkembangan jasmani dan kesehatan, (2) keluarga

dan rumah tangga, (3) psikologis, (4) sosial, (5) kesulitan dalam belajar,

(53)

Menurut Kiselica (dalam Desmita, 2009) ketidakmampuan siswa

dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah akan memicu

terjadinya stres. Tuntutan sekolah tersebut diantaranya adalah norma, nilai,

peraturan dan tuntutan belajar yang harus dipenuhi oleh siswa. Tuntutan

tersebut dapat mempengaruhi penyesuaian akademik dan sosial siswa.

Desmita (2009) mengidentifikasi adanya empat tuntutan sekolah yang

menjadi sumber stres bagi siswa, yaitu :

1. Physical demands (tuntutan fisik)

Maksudnya adalah stress siswa yang bersumber dari lingkungan fisik

sekolah yang meliputi: keadaan iklim ruang kelas, pencahayaan dan

penerangan, perlengkapan atau sarana/prasarana penunjang

pendidikan, daftar pelajaran, kebersihan dan kesehatan sekolah, dan

sebagainya.

2. Task demands (tuntutan tugas)

Siswa juga dihadapkan pada tugas-tugas yang harus dikerjakan.

Tugas-tugas yang dihadapi siswa berkaitan dengan proses dan pencapaian

tujuan pembelajaran. Dengan kata lain task demands dalam konteks ini

adalah tugas-tugas pelajaran (academic work) yang harus dihadapi dan

dikerjakan oleh siswa yang dapat menimbulkan perasaan tertekan atau

stress. Aspek-aspek task demands meliputi: tugas-tugas yang

dikerjakan di sekolah dan di rumah, mengikuti pelajaran di kelas,

memenuhi tuntutan kurikulum, menghadapi ulangan atau ujian,

(54)

ekstrakurikuler. Adanya tuntutan tugas sekolah ini, di satu sisi

merupakan aktivitas sekolah yang bermanfaat bagi perkembangan dan

kemajuan siswa, tetapi di sisi lain tuntutan tugas tersebut justru

menimbulkan kecemasan dan perasaan tertekan.

3. Role demands (tuntutan peran)

Pelayanan BK yang beorientasi dalam pemberian bantuan kepada

peserta didik agar dapat memahami peranannya sebagai laki-laki atau

perempuan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada umumya.

Agar peserta didik dapat terbantu dan dapat memecahkan masalah

yang dihadapi dalam menjalankan perannya sebagai laki-laki dan

perempuan sesuai dengan harapan masyarakat.

4. Interpersonal demands (tuntutan interpersonal)

Pelayanan BK di SD yang dikemas dalam program BK perkembangan

berorientasi pada upaya-upaya memberi bantuan kepada semua peserta

didik agar berdaya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan

perkembangannya, dan terhindar dari berbagai problem atau terbantu

dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka alami di sekolah

maupun di rumah.

E. Program BK di SD

Dalam kenyataan yang ada pada saat ini, khususnya dalam

pelaksanaan program BK di SD, kita masih menggunakan pola guru kelas

(55)

program atau fungsi – fungsi layanan bimbingan. Winkel dan Sri Hastuti

(2004) menjelaskan bahwa dalam pola generalis, layanan bimbingan

tersebar secara luas, dengan melibatkan banyak tenaga kependidikan;

tenaga – tenaga pengajar yang selalu berhubungan langsung dengan

peserta didik memegang peranan penting dalam menyisipkan aneka unsur

bimbingan dalam menyampaikan pelajaran di kelas; konselor (tenaga ahli

bimbingan) dapat diangkat sebagai koordinator seluruh program BK dan

kepadanya diserahi tanggung jawab terhadap pelayanan tertentu, seperti

layanan testing, konseling, dan konsultasi.

Materi bimbingan yang diberikan di SD adalah

pengalaman-pengalaman, seperti keprihatinan, perasaan mengenai pandangan diri dan

minat peserta didik. Bimbingan diberikan secara kelompok disetiap kelas

pada jam tertentu dengan tetap terfokus pada tugas perkembangan tertentu.

Setiap peserta didik diminta untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

kepada teman-temannya, dengan berbagai macam kegiatan misalnya

dengan simulasi, cerita lisan, gambar, permainan yang melibatkan

kelompok kecil.

Segi – segi keunggulan yang ditawarkan pada pelaksanaan

program BK dengan pola generalis adalah: menekankan pada pelayanan

bimbingan perkembangan yang optimal dalam semua aspek pada setiap

peserta didik, melibatkan partisipasi dari seluruh tenaga pendidik (guru di

sekolah) dalam melaksanakan program bimbingan, guru kelas sekaligus

(56)

perjumpaan guru dengan setiap peserta didik di kelas memungkinkan guru

dapat lebih mengenal pribadi setiap peserta didik secara lebih mendalam;

kedekatan hubungan emosional antara guru dengan peserta didik

memberikan peluang terciptanya bimbingan yang lebih efektif (Winkel &

Sri Hastuti, 2004).

Meskipun demikian, dalam kenyataannya pelaksanaan program

bimbingan tersebut terdapat keterbatasan/kelemahan, misalnya: belum

tentu semua tenaga pengajar mampu dalam semua cara pelayanan

bimbingan (profesional), padahal ada layanan bimbingan yang menuntut

keahlian khusus, seperti layanan testing, instrumentasi bimbingan, studi

kasus, dan konseling; ide dasar yang menempatkan bahwa setiap guru

harus mampu sepenuhnya untuk memberikan pelayanan bimbingan akan

menimbulkan bahaya pada pelayanan bimbingan yang kurang bermutu

(Winkel & Sri Hastuti, 2004). Oleh sebab itu perlu ditemukan upaya –

upaya konkrit ke arah peningkatan profesionalisasi pelayanan BK di SD,

antara lain dengan memperkenalkan/menerapkan pendekatan Bimbingan

dan Konseling Perkembangan di SD. Kebutuhan ini sungguh nyata,

mengingat semakin meningkatnya permasalahan peserta didik di SD,

tingginya tingkat kebutuhan para peserta didik terhadap bantuan untuk

kelancaran aktualisasi dan pencapaian kompetensi tugas perkembangan

mereka, yang tampaknya sudah sulit diakomodir oleh pelayanan

bimbingan berdasarkan pendekatan remidial/kuratif dengan pendekatan

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2 Subjek Penelitian
gambaran tubuh, perbedaan dan
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa sensitive sensor warna sebagai sensor kekeruhan air.Berdasarkan dari permasalahan yang ada, untuk pendeteksi

Target pemenuhan rasio peserta prolanis rutin berkunjung ke FKTP oleh FKTP sesuai dengan kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan tingkat pertama,

Sebelum melaukan migrasi perlu disiapkan terlebih dahulu master data awal perusahaan sebagai saldo awal pembukuan yang akan diinput pada program Accurate.. Berikut master data

[r]

[r]

tujuan dari Bimbingan dan Konseling yaitu:” anak yeng mengalami berkebutuhan khusus agar bisa berkembang seperti anak pada usia lainya dan dapat bersosialisasi dengan

Banyaknya interaksi sosial antara individu dengan kelompok maupun antara individu dengan individu yang terjadi di dalam masyarakat Jepang, banyak mempengaruhi

Berdasarkan Hasil Evaluasi Kualifikasi yang tertuang dalam Berita Acara Evaluasi Kualifikasi Nomor : Kw.33.1/KS.01.7/437/TALUD-MANIC/2016 tanggal 14 September 2016 dinyatakan