• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk dan strategi dukungan sosial terhadap Psychological Well Being pada penderita kanker payudara - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bentuk dan strategi dukungan sosial terhadap Psychological Well Being pada penderita kanker payudara - USD Repository"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

i

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Intan Ayu Anggun Purwitasari NIM : 089114086

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTU

-

NYA”

“Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”

1 Petrus 5:7

“dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.”

Roma 5 : 4-5a

Segala usaha kerasku ini aku persembahakan kepada TUHAN YESUS sumber

segala kehidupan,

Papi dan Mami yang senantiasa mendukung dan mendoakan,

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Oktober 2013

Penulis,

(6)

vi

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

Intan Ayu Anggun Purwitasari

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bentuk dan strategi dukungan sosial yang dipersepsi mendukung dimensi psychological well being pada penderita kanker payudara. Penelitian ini penting dilakukan karena dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well being

dan tidak semua dukungan yang diberikan dapat diterima sebagai dukungan sosial oleh penerima dukungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 orang pasien kanker payudara stadium lanjut. Pemilihan subjek menggunakan teknik criterion sampling, dengan salah satu kriteria memiliki psychological well being yang baik. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada setiap subjek. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis dukungan sosial yang diterima adalah dukungan sosial emosional, dukungan sosial instrumental, dukungan sosial informatif, dukungan sosial penghargaan, dan dukungan sosial jaringan sosial. Adapun bentuk dukungan sosial yang diterima adalah semangat, perhatian, nasihat, informasi, dorongan untuk berobat, menerima apa adanya, dukungan beraktivitas, ajakan beraktivitas, bantuan tenaga dan waktu, menanyakan kabar, serta adanya bantuan materi. Dukungan tersebut diberikan dengan cara pendampingan, pengarahan, berbagi pengalaman, pemberian kebebasan, penerimaan, menemani, memotivasi, dan pemberian bantuan.

Kata kunci : kanker payudara, bentuk dukungan sosial, strategi dukungan sosial,

(7)

vii

THE SOSCIAL SUPPORT STRATEGIES AND FORMS FOR PSYCHOLOGICAL WELL BEING OF BREAST CANCER

PATIENTS

Intan Ayu Anggun Purwitasari

ABSTRACT

The purpose of this research is to seek the form of social support and to see the strategies of social support which may influence psychological well being dimension of breast cancer patient. This research is so important to do because social support is as one factors affect psychological well being and should be noted that not all supports could be accepted by the patient as social support. This research, descriptive qualitative approach is used. Here, there are 5 advanced breast cancer patients are selected as the subjects as well as used for the criterion sampling method. One of the criteria is that they should have good psychological well being. The data was collected by conducting in-depth interview for each subject. The results of this research indicate that the sort of accepted social supports are emotional, instrumental, informative, achievement sosial support, and social community support. Whereas, the forms of social support could be in the form of courage, care, advice, information, encouragement to seek treatment, acceptance, effort of time and energy, greeting, and material assistance. Those supports could be given by mentoring way, briefing, sharing experiences, giving discretion, acceptance, accompany, motivate, and giving assistance.

(8)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Intan Ayu Anggun Purwitasari

Nomor Mahasiswa : 089114086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

BENTUK DAN STRATEGI DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA PENDERITA KANKER

PAYUDARA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 29 Oktober 2013

Yang menyatakan,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang

Maha Esa yang telah melimpahkan kasih, berkat, rahmat, dan anugrah yang

melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Bentuk

dan Strategi Dukungan Sosial Terhadap Psychological Well Being pada Penderita

Kanker Payudara” dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah

satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Selain itu, penulisan

skripsi ini juga berguna bagi penulis untuk berlatih melakukan sebuah penelitian

dan menghasilkan sebuah karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,

sehingga dapat bermanfaat.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

hambatan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar. Namun, berkat

dukungan, bimbingan, saran dan masukan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun secara tidak langsung, penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih, nafas kehidupan, anugerah kebijaksanaan,

ketekunan, dan kesabaran yang tiada habisnya, terus mengalir dalam

kehidupan penulis.

2. Bapak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. selaku Dekan Fakultas

(10)

x

3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi dan Ibu Dewi Soerna

Anggraeni, M.Psi. selaku Wakaprodi.

4. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing

akademik.

5. Ibu Dr. Tjipto Susana, Psi. selaku dosen pembimbing skripsi atas

bimbingan, kesabaran, petunjuk, masukan, kritik yang diberikan selama

proses penulisan skripsi.

6. Mas Gandung, Pak Gik, Bu Nanik, Mas Doni, Mas Muji terima kasih atas

bantuan dan kerja samanya selama ini.

7. Direktur RS Bethesda atas perizinan yang diberikan untuk melakukan

penelitian. Staff RS Bethesda atas bantuan dan partisipasinya dalam

penelitian ini.

8. Ibu S, Ibu K, Ibu D, Ibu I, dan Ibu R, atas kesediaannya menjadi subjek

dan atas pengalaman hidup yang sudah dibagikan.

9. Keluarga, Papi, Mami, terima kasih atas bimbingannya selama ini. Terima

kasih untuk dukungan doa, materi, finansial, fasilitas, kasih sayang,

pengertian dan segala macam kebutuhan selama proses kuliah sampai

proses penulisan skripsi. Terima kasih telah menjadi pendukung terhebat

dan yang paling setia.

10. Mamas Agung, Lalak, Pampam atas keceriaan yang membahagiakan.

11. Bude Madi (Alm.) atas pengalaman tentang penyakit kanker. Bude itu

(11)

xi

12. Teman seperjuanganku Oshin, Tiwai, Ciput, Caecil, Vina, Dessi, Koh Be,

atas dukungan, bantuan, dan canda tawa yang kalian hadirkan dalam

hidupku.

13. Temen-teman Psikologi 2008 terima kasih untuk kebersamaannya selama

ini.

14. Teman satu bimbingan Evrisya, Cintya, Iness, Nopai, Puji, menggalau

bersama kalian itu mengesankan sekali. Suka duka skripsi kita lalui

bersama. Terima kasih teman untuk semuanya.

15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang

sudah turut membantu dan mendukung.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan laporan Skripsi ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan yang

disengaja maupun tidak selama proses penelitian dan penulisan laporan ini.

Sekali lagi, penulis mohon maaf dan terima kasih. Semoga hasil penelitian ini

dapat berguna bagi kita semua.

Yogyakarta, 29 Oktober 2013

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUANDOSEN PEMBIMBING……..………... ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT………... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………... viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI……….. xii

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

BAB I. PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah …….………. 1

B. Rumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan Penelitian ………. 9

D. Manfaat Penelitian ……… 9

1. Manfaat Teoretis ………... 9

(13)

xiii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……….. 11

A. Dukungan Sosial ……….. 11

1. Pengertian Dukungan Sosial ………..…… 11

2. Jenis Dukungan Sosial ………... 12

3. Faktor Penentu Dukungan Sosial ………... 15

4. Penelitian-penelitian tentang Dukungan Sosial ……… 17

B. Psychological Well Being………. 18

1. Pengertian Psychological Well Being……… 18

2. Dimensi-dimensi Psychological Well Being……….. 21

3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being ………. 24

4. Penelitian-penelitian tentang Psychological Well Being…….. 26

C. Penelitian-penelitian Tentang Dukungan Sosial dan Psychological Well Being……… 27

BAB III. METODE PENELITIAN ..………... 29

A. Jenis Penelitian ………. 29

B. Fokus Penelitian ………... 30

C. Etika Penelitian ……… 31

D. Definisi Operasional ………. 31

E. Subjek Penelitian ……….. 33

F. Metode Pengumpulan Data ……….. 34

1. Skala Item Tunggal ……… 34

(14)

xiv

G. Prosedur Analisis Data ………. 45

1. Organisasi Data …..……… 45

2. Koding …..………..… 46

3. Analisis Tema …..………... 46

4. Interpretasi …..……… 47

H. Kredibilitas Penelitian ……….. 47

1. Member Checking………..……… 48

2. Validitas Argumentatif ………..……… 48

3. Validitas Ekoligis ………..……… 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 49

A. Proses Penelitian ……….. 49

1. Persiapan Penelitian ………... 49

2. Pelaksanaan Penelitian ………... 52

3. Proses Analisis Data ……….. 54

4. Jadwal Pengambilan Data ……….. 55

B. Profil Subjek ………. 57

1. Subjek Pertama ……….. 57

2. Subjek Kedua ………. 57

3. Subjek Ketiga ………. 58

4. Subjek Keempat ………. 58

(15)

xv

C. Temuan Hasil Penelitian ……….. 59

1. Subjek Pertama ……….. 59

2. Subjek Kedua ………. 72

3. Subjek Ketiga ………. 87

4. Subjek Keempat ………. 100

5. Subjek Kelima ……… 113

D. Pembahasan ……….. 128

BAB V. PENUTUP……… 145

A. Kesimpulan ………... 145

B. Keterbatasan Penelitian ……… 147

C. Saran ………. 147

1. Bagi Peneliti Selanjutnya ………... 147

2. Bagi Pasien Kanker Payudara ……… 148

3. Bagi Keluarga Pasien Kanker Payudara ……… 148

4. Bagi Pihak Rumah Sakit atau Lembaga yang Bergerak di Bidang Kanker ……… 149

DAFTAR PUSTAKA ……… 150

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Survey Istilah Psychological Well Being………... 37

Tabel 2. Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara ……… 39

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 1 ……….. 55

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 2 ……….. 55

Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 3 ……….. 56

Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Pengambilan Data Subjek 4 ……….. 56

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Tryout Skala The Ryff’s Scale of Psychological Well

Being……… 154

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Statistik Tryout Skala The Ryff’s Scale of

Psychological Well Being ……… 159

Lampiran 3. Panduan Wawancara ……… 163

Lampiran 4. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 1

(Ibu S) ……….. 166

Lampiran 5. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 2

(Ibu K) ……….. 183

Lampiran 6. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 3

(Ibu D) ……….. 195

Lampiran 7. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 4

(Ibu I) ………... 212

Lampiran 8. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data Subjek 5

(Ibu R) ……….. 231

Lampiran 9. Surat Perizinan dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta ….. 247

Lampiran 10. Informed Consent ………. 248

Lampiran 11. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara …………...………. 250

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti. Hal ini

dikarenakan, kanker merupakan salah satu penyakit ganas yang mematikan.

Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Data World Health

Organization (WHO) dan Bank Dunia memperkirakan setiap tahun, 12 juta

orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta orang meninggal dunia.

Ironisnya, kasus ini mengalami perkembangan yang cepat pada negara miskin

dan berkembang (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Sebanyak dua pertiga dari penderita kanker di dunia tersebut berada di

negara-negara berkembang, termasuk Indonesia (Lubis, 2009). Menurut Prof.

Tjandra Yoga, prevalensi penyakit tumor atau kanker di Indonesia sebesar

4,3% per 1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2010). Data Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah penderita

kanker di Indonesia mencapai 6 persen dari populasi dan menempatkan

penyakit tersebut secara keseluruhan sebagai pembunuh nomor 6

dibandingkan dengan penyakit lainnya (Lubis, 2009).

Kanker bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan,

anak-anak, remaja maupun dewasa. Salah satu kanker yang banyak menyerang

kaum perempuan adalah kanker payudara. Penyakit ini terus mengalami

(19)

2008, kanker payudara menempati peringkat pertama penyakit kanker pada

pasien rawat inap di rumah sakit pada tahun 2004 – 2007. Pada tahun 2004

angka kejadian kanker payudara sebanyak 5.207 kasus, tahun 2005 sebanyak

7.850 kasus, tahun 2006 sebanyak 8.328 kasus, dan tahun 2007 sebanyak

8.277 kasus.

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007,

kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh

Rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 16,85%. Selain itu, kanker yang

paling banyak diderita oleh perempuan di Indonesia adalah kanker payudara

dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2010).

Kanker dapat menimpa semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan

pada semua golongan umur, namun lebih sering menimpa orang yang berusia

40 tahun. Sebesar 60-70% kasus kanker payudara yang terjadi di Indonesia

terdeteksi pada stadium lanjut (stadium 3 dan stadium 4). Sedangkan kasus

yang ditemukan pada stadium 1 sebesar kurang dari 10% (Yayasan Kanker

Indonesia, 2012). Hal ini dikarenakan gejala permulaan kanker payudara

tidak dirasakan ataupun tidak disadari oleh penderitanya.

Kanker payudara merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh kaum

perempuan. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan kondisi fisik, terutama

penampilan perempuan. Payudara memiliki nilai yang tinggi bagi perempuan.

(20)

memproduksi ASI, sebagai simbol peran seorang ibu, serta memiliki makna

seksual yang penting.

Seseorang yang menderita kanker payudara harus mengikuti beberapa

tahap pengobatan, yaitu operasi, radiasi, dan kemoterapi. Berbagai macam

pengobatan tersebut memberikan dampak fisik pada penderitanya. Dampak

tersebut adalah tubuh tidak lagi indah karena kehilangan salah satu anggota

tubuhnya, rambut menjadi rontok, kulit menghitam, mual, susah menelan, dan

terasa nyeri pada bekas luka operasi.

Manusia merupakan pribadi yang mempunyai sifat holistik, yaitu

makhluk fisik yang sekaligus psikologis. Kedua aspek ini saling berkaitan

satu sama lain dan saling mempengaruhi. Sehingga apa yang terjadi dengan

kondisi fisik manusia akan mempengaruhi pula kondisi psikologisnya (Lubis,

2009). Hal ini dapat dilihat pada penderita penyakit kronis, seperti kanker

payudara. Reaksi psikologis yang dapat muncul setelah pasien divonis kanker

payudara pada umumnya merasa shock, takut, tidak bisa menerima

kenyataan, sampai pada depresi (Hawari dalam Uila, 2009).

Seseorang yang menderita kanker akan mengalami suatu keadaan

mental yang tidak nyaman. Keadaan ini disebabkan oleh beban psikologis

yang harus ditanggung. Seseorang yang terdiagnosis menderita kanker akan

memiliki tekanan yang lebih besar dibandingkan seseorang yang terdiagnosis

penyakit lainnya (Saphiro dalam Ozkan & Ogee, 2008). Reaksi psikologis

yang dialami oleh penderita kanker sangatlah beragam. Hal tersebut

(21)

menghadapi penyakitnya. Walaupun begitu, ada enam reaksi psikologis yang

utama, yaitu kecemasan, depresi, perasaan kehilangan kontrol, gangguan

kognitif atau status mental, gangguan seksual, serta penolakan terhadap

kenyataan (Prokop dalam Lubis, 2009). Sedangkan menurut Taylor (dalam

Lubis, 2009) ada 3 bentuk respon emosional yang biasanya muncul pada

pasien penyakit kronis seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan

depresi.

Pasien yang mengalami kanker akan menunjukkan stress dan depresi

yang ditunjukkan dengan perasaan sedih, putus asa, pesimis, merasa gagal,

tidak puas dalam hidup, merasa lebih buruk dari orang lain, penilaian rendah

terhadap tubuhnya dan merasa tidak berdaya (Lubis, 2009). Selain depresi,

kecemasan merupakan respon yang umum terjadi setelah penyakit kanker

terdiagnosis. Seorang yang menderita kanker payudara akan terus mengalami

kecemasan. Kecemasan yang dialami akan mengalami peningkatan ketika

penderita membayangkan terjadinya perubahan dalam dirinya di masa depan

akibat dari penyakit yang di derita, maupun akibat dari proses penanganan

penyakit.

Kecemasan dan depresi merupakan gangguan psikologis yang sangat

umum terjadi pada pasien kanker payudara. Miller dan Rober (dalam Uila,

2009) mengungkapkan bahwa seorang penderita kanker payudara juga akan

mengalami kecemasan dan depresi. Hawari (dalam Uila, 2009) dalam

bukunya mengungkapkan bahwa pasien yang tidak bisa menyesuaikan diri

(22)

menyebabkan penurunan kekebalan tubuh dan memperparah penyakitnya.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Colegrave (dalam Anggraeni &

Ekowati, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat peningkatan level

kecemasan dan depresi pada wanita dengan kasus kanker payudara, sampai

pada fase klinis-patologis.

Karyono, Dewi, dan Lela (2008) berpendapat bahwa penyakit kanker

payudara juga berkaitan dengan kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup

tersebut terdiri atas empat dimensi, yaitu kesejahteraan fisik, psikologis,

fungsional, dan sosial. Halim (dalam Karyono, 2008) mengungkapkan bahwa

salah satu bentuk penurunan kualitas hidup yang dialami pasien kanker

payudara adalah terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kondisi

psikologis, seperti kecemasan dan depresi mempengaruhi kualitas hidup

penderita kanker payudara. Dalam keadaan yang seperti itu, penderita kanker

payudara sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang yang berarti

dalam hidupnya. Oleh sebab itu, seseorang yang menderita kanker payudara

tidak hanya perlu mendapatkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga

secara psikologis. Selain membutuhkan perawatan yang cepat dan diagnosis

secara akurat, pasien kanker juga sangat membutuhkan dukungan sosial

dalam menjalani perawatan kanker (Clark dalam Ozkan & Ogee, 2008).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya

psychological well being adalah faktor dukungan sosial. Seseorang yang

(23)

dukungan sosial dari lingkungannya, maka beban psikologis yang harus

ditanggung menjadi lebih ringan. Secara teoretis, dukungan sosial dapat

menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan

stress (Baziad dalam Anggraeni & Ekowati, 2010). Dukungan sosial yang

diterima menjadikan individu merasa nyaman dan tenang. Selain itu,

dukungan sosial juga dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan

oleh penyakit.

Dukungan sosial memiliki peran yang besar bagi seseorang yang

memiliki beban berat, seperti menderita penyakit kanker. Namun, dukungan

sosial yang diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu

dengan individu yang lainnya. Perbedaan dikarenakan setiap individu

memiliki pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan

tersebut (Salsabila, 2009). Pendapat tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Primadi dan Hadjam (2010), mereka meneliti mengenai

kualitas hidup dan dukungan sosial pada Orang Dengan Epilepsi (ODE).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara kedua hal tersebut. Hal ini dikarenakan subjek tidak merasakan

dukungan sosial dari keluarga. Dalam penelitian ini, keluarga salah satu ODE

memberikan dukungan berupa perlindungan, namum ODE tersebut menilai

bahwa keluarganya bersifat terlalu melindungi. Kekhawatiran keluarga akan

aktivitas membuat ODE menjadi tidak tenang dalam menjalani aktivitas.

Selama ini, penelitian mengenai dukungan sosial terhadap penderita

(24)

yang diberikan kepada penderita kanker payudara. Ozkan dan Ogee (2008)

mengungkapkan bahwa dukungan sosial memiliki peran penting dalam

mencegah masalah-masalah psikologis, seperti kecemasan dan depresi yang

umumnya terjadi pada penderita kanker. Selain itu, penelitian yang dilakukan

Sari (2011) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh

penderita kanker memberikan dampak positif, sehingga penderita kanker

payudara bisa mengatasi tekanan psikologisnya, seperti sedih, putus asa,

cemas, dan depresi. Dampak lain dari dukungan sosial pada pasien kanker

payudara adalah bahwa dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker

payudara menjadi tidak mudah putus asa terhadap penyakitnya, bersemangat

untuk pulih dari penyakit, lebih kuat, dan lebih rajin dalam beribadah kepada

Tuhan (Sari & Prasetyadi, 2005).

Selain itu, penelitian yang ditemukan mengenai dukungan sosial bagi

penderita kanker payudara hanya membahas bentuk dukungan sosial secara

umum, dan belum ditemukan penelitian yang meneliti mengenai bentuk dan

strategi dukungan sosial secara konkret. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anggraeni dan Ekowati (2010) menunjukkan bahwa dukungan yang

diberikan oleh keluarga berupa pemenuhan kebutuhan dasar, spiritual, afektif,

manajemen konflik keluarga, finansial dan berespon positif terhadap kondisi

pasien.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, diketahui

bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi

(25)

dalam Anggraeni & Ekowati, 2010). Selain itu, dukungan sosial memiliki

hubungan yang positif dengan psychological well being, salah satunya adalah

penderita kanker payudara memiliki harapan hidup yang tinggi (Denewer,

Farouk, Mostafa, & Elshamy, 2011; Sari & Prasetyadi, 2005). Namun,

dukungan sosial yang diberikan tidak selamanya mampu dimaknai sebagai

dukungan bagi penderita kanker payudara (Salsabila, 2009; Primadi &

Hadjam, 2010). Selain itu, penelitian mengenai bentuk konkret dukungan

sosial yang diberikan kepada penderita kanker payudara belum ditemukan.

Hal ini memberi peluang bagi peneliti-peneliti selanjutnya untuk mengungkap

lebih detail mengenai bentuk-bentuk dukungan sosial dan strategi yang

dipersepsi mendukung psychological well being berdasarkan pemaknaan

penderita kanker payudara.

Beberapa hal tersebut itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk

melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial menurut

penderita kanker payudara yang dipersepsi mendukung psychological well

being. Dengan melakukan penelitian mengenai pemaknaan dukungan sosial,

maka diharapkan akan memberikan jawaban mengenai bagaimana strategi

dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well

being pada penderita kanker payudara.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan

kualitatif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin memahami pemaknaan dukungan

sosial berdasarkan pengalaman penerima dukungan sosial, dalam hal ini

(26)

peneliti mampu memfasilitasi peneliti untuk melakukan penggalian data

secara langsung dari penderita kanker payudara, sehingga peneliti bisa

mendapatkan data mengenai strategi dan bentuk dukungan sosial yang

dipersepsi mendukung psychological well being penderita kanker payudara,

serta melihat jenis dukungan sosial yang paling mempengaruhi dalam

meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara.

B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana strategi

pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi mendukung

psychological well being pada penderita kanker payudara?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah peneliti ingin melihat

gambaran strategi pemberian dan bentuk dukungan sosial yang dipersepsi

mendukung psychological well being pada penderita kanker payudara.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis

Menambah pengetahuan mengenai strategi pemberian dan bentuk

dukungan sosial yang dipersepsi mendukung psychological well being

pada penderita kanker payudara, sehingga berguna bagi perkembangan

(27)

2. Manfaat Praktis

a. Membantu tenaga medis maupun psikolog kesehatan dalam memilih

pendekatan dan bantuan yang akan digunakan dalam menangani

pasien kanker payudara, terkait dengan bentuk dukungan sosial dan

strategi yang digunakan dalam meningkatkan psychological well

being.

b. Menambah pengetahuan bagi keluarga, sehingga keluarga mampu

memberikan dukungan yang sesuai dan menambah pengetahuan

mengenai strategi yang digunakan dalam meningkatkan psychological

(28)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DUKUNGAN SOSIAL

1. Pengertian Dukungan Sosial

Manusia sangat memerlukan kehadiran orang lain dalam

kehidupannya. Hal ini dikarenakan, setiap manusia tidak bisa

memenuhi sendiri kebutuhan fisik maupun psikologisnya.

Kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain

merupakan hal yang bermanfaat dan merupakan sesuatu yang sangat

efektif ketika seseorang mengalami stress (Frazier, dalam Baron &

Byrne, 2005). Maka dari itu, manusia membutuhkan dukungan sosial

yang berasal dari orang-orang di sekitarnya.

Menurut Kamus Psikologi (2008), dukungan atau support

adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain,

memberikan dorongan atau pengobatan, semangat dan nasihat kepada

orang lain dalam satu situasi pembuatan keputusan.

Dukungan sosial merupakan informasi dan umpan balik dari

orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai, diperhatikan,

dihargai dan dihormati, serta dilibatkan dalam jaringan komunikasi.

Dukungan sosial secara efektif mampu mengurangi tekanan psikologis,

termasuk depresi ataupun kecemasan (Kim, Sherman, & Taylor, 2008).

(29)

diberikan oleh orang lain atau kelompok lain, yang membuat penerima

merasa nyaman, dicintai dan dihargai. Sedangkan Gottlieb dalam Smet

(1994), mengungkapkan bahwa dukungan sosial terdiri dari informasi

atau nasihat verbal atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau yang didapat karena mempunyai

manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima. Dukungan sosial

merupakan jaringan yang terdiri dari orang-orang yang menyediakan

landasan bagi individu, menunjukkan perhatian dan kepedulian,

mengkomunikasikan penerimaan, memberikan bantuan secara

langsung, dan memberikan solusi mengenai suatu masalah (Wilson,

Nathan, O’ learny, & Clark, 1996).

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa

dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai bantuan dan informasi

verbal ataupun non-verbal yang berasal dari orang lain maupun

kelompok lain yang memiliki manfaat emosional atau efek perilaku

bagi penerima. Dengan mendapatkan dukungan sosial, seseorang

merasa bahwa dirinya dicintai, dihormati, diperhatikan, dihargai, dan

merasa nyaman sehingga mampu mengurangi tekanan psikologis yang

dialaminya.

2. Jenis Dukungan Sosial

Ada berbagai macam dukungan sosial yang bisa diberikan

(30)

House, 1984; Schaefer, Coyne, & Lazarus, 1981; Willa, 1984 dalam

Sarafino, 1994), mengungkapkan ada 5 jenis dukungan sosial, yaitu :

a. Dukungan emosional

Berupa perasaan empati, peduli, perhatian, memberikan hal

positif, dan dorongan terhadap yang bersangkutan, memberikan

kenyamanan dan kepastian dengan rasa memiliki dan dicintai pada

saat mengalami tekanan.

b. Dukungan penghargaan

Berupa penerimaan secara positif, menyetujui ide orang

lain, membandingkan dengan orang lain secara positif. Bantuan ini

bermanfaat untuk membangun perasaan individu, kemampuan, dan

menjadi bernilai. Dukungan penghargaan secara khusus digunakan

selama mengalami tekanan.

c. Dukungan instrumental

Mencakup bantuan langsung, seperti memberi pinjaman

uang kepada orang lain atau membantu pekerjaan pada waktu yang

bersangkutan sedang mengalami stress.

d. Dukungan informatif

Mencakup memberi nasihat, petunjuk-petunjuk,

saran-saran, atau umpan balik mengenai sesuatu yang sudah dikerjakan

(31)

e. Dukungan jaringan sosial

Ketersediaan seseorang untuk menghabiskan waktu dengan

orang lain, sehingga memberikan perasaan keanggotaan dalam

kelompok orang-orang dalam berbagai minat dan aktivitas sosial.

Stroebe, (dalam Chamberlain, 2006), mengklasifikasikan

dukungan sosial ke dalam 5 jenis, yaitu :

a. Dukungan emosional

Bantuan yang diberikan berupa sikap empati, kepedulian,

dan keprihatinan. Melalui dukungan emosional, pemberi dukungan

memberikan rasa nyaman, kepemilikan dan memberikan rasa cinta

kepada penerima.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan yang diberikan berupa reaksi atau menerima

secara posotif, seperti memberikan semangat, memahami perasaan

dan lain sebagainya. Dengan memberikan dukungan penghargaan,

seseorang akan merasa bahwa dirinya dihargai.

c. Bantuan langsung

Dukungan yang diberikan berupa bantuan secara langsung,

seperti memberikan pinjaman uang, ataupun membantu pekerjaan.

d. Dukungan informasi

Memberikan bantuana berupa informasi yang diperlukan.

(32)

e. Dukungan penilaian

Memberikan bantuan dengan membantu melihat sebuah

masalah dari sudut pandang yang berbeda.

Beberapa klasifikasi mengenai bentuk dukungan sosial tersebut

memberikan gambaran mengenai bentuk dukungan sosial yang pada

umumnya digunakan. Secara umum, bentuk-bentuk dukungan sosial

tersebut dapat digolongkan menjadi lima bentuk dukungan sosial yang

biasa digunakan, yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental,

dukungan informasi, dukungan penghargaan, dan dukungan jaringan

sosial.

Kelima bentuk dukungan tersebut bermanfaat bagi masyarakat,

terutama pemberi dukungan untuk menentukan dukungan seperti apa

yang akan diberikan yang sesuai dengan yang dibutuhkan penerima

dukungan. Pemberian dukungan ini ditentukan oleh kebutuhan dari

penerima, kondisi yang dialami oleh penerima, sehingga dukungan

yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi penerima dukungan.

3. Faktor Penentu Dukungan Sosial

Tidak setiap orang selalu mendapatkan dukungan sosial yang

diharapakannya. Banyak faktor yang mempengaruhi apakah seseorang

mendapatkan dukungan sosial atau tidak. Dukungan sosial yang

diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu dengan

(33)

pemaknaan yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan

tersebut (Salsabila, 2009).

Selain itu, perbedaan budaya yang ada juga mempengaruhi

dukungan sosial yang diterima. Masyarakat yang tinggal dalam budaya

yang berbeda, juga memiliki cara meminta dukungan yang

berbeda-beda. Orang-orang yang hidup di daerah yang memiliki individualitas

yang tinggi cenderung meminta dukungan secara tidak langsung (Kim,

Sherman, & Taylor, 2008).

Kesuksesan mendapatkan dukungan juga dipengaruhi oleh

kepribadian orang yang mencari dukungan sosial (Cohen, Sherrod, &

Clark, 1986, dalam Taylor 1999). Selain itu, keefektifan dukungan

sosial juga dipengaruhi oleh jenis dukungan yang diberikan dan juga

ditentukan oleh siapa dukungan sosial tersebut diberikan (Taylor,

1999).

Sarafino (1994) dalam bukunya mengungkapkan bahwa

terdapat faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menerima

dukungan sosial. Orang lain tidak mungkin memberikan dukungan

apabila dia tidak mengetahui bahwa orang lain membutuhkan

dukungan. Dalam hal ini, tidak semua orang mampu dengan mudah

meminta bantuan kepada orang lain. Hal ini dikarenakan mereka tidak

ingin menjadi beban bagi orang lain. Selain itu, seseorang

(34)

oleh pemberi dukungan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk

membantunya.

Selain itu, tipe dukungan sosial yang diterima dan dibutuhkan

juga tergantung dari kondisi tekanan psikologis yang dialami individu.

Contohnya adalah dukungan emosional dan informasi lebih

dibutuhkan oleh individu yang mengalami sakit yang parah (Wortman

& Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994).

4. Penelitian-penelitian tentang Dukungan Sosial

Terdapat beberapa penelitian mengenai dukungan sosial

terhadap penderita kanker payudara. Beberapa penelitian tersebut

menunjukkan dampak dari dukungan sosial terhadap penderita kanker

payudara. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Prasetyadi (2005)

pada pasien penderita kanker payudara stadium IIb berusia 48 tahun

dan stadium IV berusia 50 tahun menunjukkan bahwa dukungan sosial

yang diterima oleh penderita kanker membuat penderita tidak mudah

hilang harapan, memiliki keinginan untuk segera sembuh, lebih kuat,

dan menjadi lebih rajin beribadah kepada Tuhan. Selain itu, penelitian

yang dilakukan oleh Sari (2011) terhadap 2 orang penderita kanker

payudara berusia 40-60 tahun menunjukkan bahwa dukungan sosial

yang diterima subjek memberikan dampak positif, sehingga subjek

(35)

Selama ini, penelitian mengenai dukungan sosial bagi penderita

kanker payudara hanya meneliti mengenai bentuk dukungan secara

umum. Pada penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Ekowati

(2010) ditemukan 3 bentuk dukungan keluarga yang diberikan kepada

penderita kanker payudara, yaitu dukungan instrumental, psikologis,

dan finansial. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sari (2011)

juga tidak menunjukkan bentuk dukungan sosial secara konkret. Hasil

penelitian tersebut berupa bentuk dukungan sosial secara umum yang

diberikan, yaitu dukungan penghargaan, instrumental, dan informasi.

Hasil dari penelitian tersebut tidak menunjukkan bentuk

dukungan sosial secara konkret, melainkan hanya secara umum. Selain

itu, dalam penelitian tersebut juga tidak dijelaskan mengenai strategi

yang digunakan dalam memberikan dukungan. Sedangkan tidak semua

dukungan sosial yang diberikan mampu dimaknai sebagai dukungan.

Jadi, perlu diadakan penelitian mengenai bentuk dukungan sosial dan

strategi yang digunakan berdasarkan pemaknaan penderita kanker

payudara.

B. PSYCHOLOGICAL WELL BEING

1. Pengertian Psychological Well Being

Psychological well being merupakan penggambaran

kesejahteraan psikologis seseorang. Kesejahteraan psikologis

(36)

memenuhi kriteria fungsi psikologi positif (Ryff, 1989). Selain itu,

Ryan dan Deci (2001) mengungkapkan konsep well being mengacu

pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Terdapat dua

prinsip yang digunakan untuk mendefinisikan kesejahteraan, yaitu

hedonic dan eudaimonic.

Prinsip hedonic merupakan prinsip yang memiliki tujuan utama

adalah mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan secara optimal.

Berdasarkan prinsip ini, kebahagiaan seseorang terletak di dalam

keberhasilan mengejar keinginan manusia dan mempercayai bahwa

mengejar sensasi dan kesenangan adalah tujuan akhir dari sebuah

kehidupan. Aktivitas hedonic yang dilakukan dengan mengejar

kenikmatan dan menghindari rasa sakit akan menimbulkan well being

yang bersifat sementara dan berkembang menjadi sebuah kebiasaan,

sehingga lama-kelamaan akan kehilangan esensi sebagai sesuatu yang

bermakna.

Waterman, dalam Rahayu (2008) mengungkapkan bahwa

konsep well being dalam pandangan eudaimonic menekankan

bagaimana cara manusia untuk hidup dengan dirinya yang sejati. Diri

sejati ini terjadi ketika manusia melakukan aktivitas sesuai dengan

nilai-nilai yang dianutnya dan dilakukan secara menyeluruh, serta

benar-benar terlibat di dalamnya (Ryan & Deci, 2001). Pendekatan

eudaimonic berfokus pada realisasi diri, ekspresi pribadi, dan sejauh

(37)

Deci, dalam Rahayu, 2008). Aktivitas-aktivitas eudaimonic lebih dapat

mempertahankan kondisi well being dalam waktu yang relatif lama dan

konsisten.

Ryff dan Singer (1998) mengungkapkan bahwa kebahagiaan

dan kepuasan hidup dirasakan lebih besar ketika individu mengalami

pengalaman membina hubungan dengan orang lain dan merasa

menjadi bagian dalam kelompok tertentu, dapat menerima diri sendiri,

dan memiliki makna dan tujuan hidup. Konsep psychological well

being merujuk kepada perasaan seseorang mengenai aktivitasnya

sehari-hari. Hal tersebut ditandai dengan adanya kebahagiaan,

kepuasan hidup, dan tidak adanya gejala depresi (Ryff 1995).

Kebahagiaan yang dialami seseorang merupakan hasil dari

kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin

dicapai oleh setiap manusia (Bradburn dalam Ryff, 1989).

Orang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif

terhadap diri sendiri dan orang lain. Mereka membuat keputusan

mereka sendiri dan mengatur perilaku mereka sendiri, dan mereka

memilih atau membentuk lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan

mereka. Mereka memilih tujuan yang membuat hidup mereka

bermakna, dan mereka berjuang dan mengembangkan diri mereka

(38)

2. Dimensi-dimensi Psychological Well Being

Menurut Ryff dalam Papalia (2009), Psychological Well Being

memiliki enam dimensi, yaitu :

a. Dimensi penerimaan diri

Penerimaan diri dengan nilai yang tinggi ditandai dengan

memiliki nilai positif terhadap diri sendiri, mengakui dan

menerima berbagai aspek dalam diri termasuk yang baik maupun

yang buruk, dan memiliki perasaan positif terhadap kehidupan

yang sudah terjadi. Sedangkan dimensi penerimaan diri dengan

nilai yang rendah ditandai dengan memiliki perasaan tidak puas

terhadap diri sendiri, memiliki perasaan dikecewakan oleh apa

yang telah terjadi di masa lalu, merasa bersalah dengan beberapa

kualitas diri, dan memiliki keinginan untuk menjadi berbeda

dengan keadaan diri saat ini.

b. Dimensi hubungan positif dengan orang lain

Individu yang mampu menjalin hubungan positif dengan

orang lain merupakan individu yang memiliki kehangatan,

kepuasan, memiliki hubungan yang terpercaya dengan orang lain,

peduli dengan kesejahteraan orang lain, empati, memiliki afeksi

dan intimasi yang kuat, saling memberi dan menerima dalam

hubungan antar manusia. Namun, individu yang memiliki nilai

rendah untuk dimensi ini, ditandai dengan tidak adanya hubungan

(39)

juga mengalami kesulitan untuk bisa merasa hangat, terbuka, dan

peduli terhadap orang lain, merasa terisolasi dan frustasi dalam

hubungan interpersonal. Hal lain yang menunjukkan adanya

penilaian yang rendah dalam dimensi ini adalah tidak adanya

keinginan untuk membuat kompromi untuk mempertahankan

ikatan yang penting dengan orang lain.

c. Dimensi otonomi

Seorang dapat dikatakan memiliki nilai tinggi dalam

dimensi otonomi apabila dapat menentukan segalanya seorang diri

dan mandiri, serta mampu mengambil keputusan tanpa tekanan dan

campur tangan orang lain. Selain itu juga mampu mengatur

perilaku dari dalam diri dan mampu mengevaluasi diri dengan

standar. Sedangkan seorang yang memiliki nilai rendah dalam

dimensi otonomi apabila orang tersebut sangat memperhatikan dan

mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain,

tergantung kepada orang lain untuk membuat keputusan yang

penting.

d. Dimensi penguasaan lingkungan

Seorang dapat dikatakan memiliki penguasaan lingkungan

yang baik apabila mampu untuk memiliki keyakinan dan

kompetensi dalam mengatur lingkungannya, serta mampu

membuat atau memilih konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan

(40)

mengalami kesulitan dalam mengelola tugas sehari-hari, hanya

memiliki sedikit tujuan, tidak menyadari peluang yang ada di

sekeliling, dan kurang memiliki kontrol terhadap dunia luar.

e. Dimensi tujuan hidup

Seorang yang dikatakan memiliki nilai tinggi pada dimensi

ini, apabila ia memiliki tujuan dalam hidup dan perasaan

diarahkan, merasa memiliki makna pada kehidupan masa datang

dan masa lampau, serta memiliki tujuan dan objektivitas untuk

hidup. Sedangkan seorang yang memiliki nilai rendah dalam

dimensi ini, merupakan seorang yang kurang peka dalam

memaknai kehidupan, memiliki sedikit tujuan atau arah, tidak

melihat adanya tujuan dalam kehidupan masa lalu, serta tidak

memiliki pandangan atau keyakinan yang memberikan makna pada

kejadian kehidupan.

f. Dimensi pertumbuhan pribadi

Seorang yang memiliki pertumbuhan pribadi dengan nilai

yang tinggi, ditandai dengan adanya perasaan mengenai

pertumbuhan yang berlanjut dalam dirinya, melihat diri sendiri

bertumbuh dan berkembang, mau menerima pengalaman baru,

sadar akan potensi dalam diri, serta dapat berubah menjadi pribadi

yang efektif. Sedangkan seorang yang memiliki pertubuhan pribadi

yang rendah akan merasa dirinya mengalami stagnasi, tidak

(41)

tidak tertarik terhadap kehidupannya, serta tidak mampu

mengembangkan sikap dan tingkah laku yang lebih baik.

3. Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well Being a. Usia

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ryff,

ditemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan dan dimensi

otonomi serta dimensi penerimaan positif dengan orang lain, akan

mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia. Sedangkan

dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi cenderung menurun

seiring bertambahnya usia. Sedangkan untuk dimensi penerimaan

diri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

b. Jenis kelamin

Dimensi yang mengalami perbedaan antara laki-laki dengan

perempuan adalah dimensi hubungan positif dengan orang lain.

Sejak kecil, stereotype gender telah tertanam dalam diri manusia,

bahwa anak laki-laki digambarkan sebagai pribadi yang agresif dan

mandiri, sedangkan perempuan sebagai pribadi yang pasif dan

tergantung, serta sensitif terhadap perasaan orang lain. Hal inilah

yang menyebabkan wanita memiliki skor yang lebih tinggi dalam

(42)

c. Status sosial ekonomi

Pendidikan tinggi dan status pekerjaan akan meningkatkan

dimensi penerimaan diri dan tujuan hidup. Seorang yang memiliki

status tinggi maka akan memiliki perasaan yang positif terhadap

diri sendiri dan lebih memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya,

dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas sosial lebih

rendah.

d. Budaya

Sistem nilai individualisme-keloktivisme memberikan

dampak terhadap psychological well being. Budaya barat

menyebabkan perolehan skor yang tinggi dalam dimensi

penerimaan diri dan otonomi, sedangkan budaya timur

menyebabkan perolehan skor tinggi pada dimensi hubungan positif

dengan orang lain.

e. Dukungan sosial

Individu yang mendapat dukungan dari lingkungan sosial

akan memiliki Psychological well being yang tinggi dibandingkan

dengan individu yang tidak mendapat dukungan sosial. Dukungan

sosial dapat diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian,

(43)

4. Penelitian-penelitian tentang Psychological Well being

Seseorang yang terdiagnosis penyakit kanker memiliki beban

yang yang lebih berat dibandingkan dengan seseorang yang

terdiagnosis penyakit lainnya (Saphiro dalam Ozkan & Ogee, 2008).

Penyakit kanker payudara selain berkaitan dengan kondisi fisik pasien,

juga berkaitan dengan kondisi psikologis pasien, dalam hal ini

berkaitan dengan penurunan kualitas hidup penderitanya. Salah satu

bentuk penurunan kualitas hidup penderita kanker payudara adalah

terjadinya penurunan kesejahteraan psikologis (Halim, 2003).

Hawari (dalam Uila, 2009) mengungkapkan bahwa pasien yang

tidak bisa menyesuaikan diri dengan penyakitnya akan mengalami

kecemasan dan depresi yang akan menyebabkan penurunan kekebalan

tubuh dan memperparah penyakitnya. Penelitian yang dilakukan oleh

Colegrave (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan

bahwa terdapat peningkatan level kecemasan dan depresi pada wanita

dengan kasus kanker payudara, sampai pada fase klinis-patologis.

Berdasarkan penelitian tersebut, jelas diketahui bahwa

seseorang yang menderita penyakit parah, seperti kanker payudara

akan mengalami penurunan kesejahteraan psikologis (Halim, dalam

(44)

C. PENELITIAN-PENELITIAN TENTANG DUKUNGAN SOSIAL

DAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING

Salah satu faktor yang menentukan tinggi atau rendahnya tingkat

psychological well being seseorang adalah faktor dukungan sosial.

Menurut Davis (dalam Rahayu, 2008), individu yang mendapatkan

dukungan sosial memiliki tingkat psychological well being yang lebih

tinggi, dibandingkan dengan individu yang tidak mendapatkan dukungan

sosial.

Seseorang yang menderita kanker payudara tidak hanya

membutuhkan penanganan secara fisik saja, tetapi juga secara psikologis.

Pasien kanker payudara juga membutuhkan dukungan sosial dalam

menjalani perawatan kanker (Clark dalam Ozkan & Ogee, 2008).

Baziad (dalam Anggraeni & Ekowati, 2010) mengungkapkan

secara teoretis bahwa dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan

munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress. Dukungan sosial

yang diterima menyebabkan individu merasa tenang dan nyaman, serta

dapat mengurangi tekanan psikologis yang disebabkan oleh penyakit.

Dukungan sosial memiliki peran penting dalam mencegah

masalah-masalah psikologis pada penderita kanker payudara (Ozkan &

Ogee, 2008). Dukungan sosial yang diperoleh penderita kanker

memberikan dampak positif, sehingga penderita kanker bisa mengatasi

tekanan psikologis yang dialaminya (Sari, 2011). Selain itu, penelitian

(45)

dengan mendapatkan dukungan sosial, pasien kanker payudara menjadi

tidak mudah putus asa, bersemangat untuk sembuh, lebih kuat, dan lebih

rajin dalam beribadah kepada Tuhan.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan

psychological well being. Namun, dukungan sosial yang diberikan tidak

selamanya mampu dimaknai sebagai dukungan sosial bagi penderita

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode penelitian

kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan dan mengolah data

yang sifatnya deskriptif, seperti transkrip wawancara, catatan lapangan,

gambar, foto, rekaman video dan lain sebagainya (Poerwandari, 2005).

Menurut Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metodologi

penelitian kualitatif didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pemilihan metode penelitian menggunakan metode kualitatif ini

dinilai tepat karena sesuai dengan tujuan peneliti, yaitu ingin mengetahui

strategi pemberian dukungan sosial dan bentuk dukungan sosial dalam

rangka meningkatkan psychological well being penderita kanker payudara,

yang dilihat berdasarkan pengalaman dan pemaknaan penderita kanker

payudara terhadap dukungan sosial yang diterima. Hal ini dikarenakan

penelitian kualitatif berusaha untuk mengeksplorasi, memahami,

mendeskripsikan, maupun menginterpretasikan maksud dari suatu

fenomena maupun pengalaman personal dan sosial yang dialami oleh

(47)

Menurut Poerwandari (2005), di dalam perspektif teoretis

ilmu-ilmu sosial, peneliti kualitatif biasanya berada di bawah payung paradigma

interpretif atau fenomenologis. Tujuan dari penelitian fenomenologis

adalah hendak mengungkapkan secara detail bagaimana partisipan

memaknai dunia personal dan sosialnya. Pendekatan ini berusaha untuk

mengeksplorasi pengalaman personal serta menekankan pada persepsi atau

pendapat personal seorang individu tentang objek atau peristiwa (Smith,

2009). Alasan-alasan tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang

dimiliki peneliti, yaitu memahami kehidupan pribadi dan sosial subjek.

Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan adalah berupa transkrip

wawancara yang akan diolah menjadi bentuk deskripsi. Sehingga,

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.

B. FOKUS PENELITIAN

Pada penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah bentuk

dukungan sosial dan strategi yang digunakan untuk memberikan dukungan

kepada penderita kanker payudara. Kedua hal tersebut dilihat berdasarkan

sudut pandang penerima dukungan, yaitu penderita kanker payudara. Hal

ini dilakukan supaya mendapatkan data mengenai bentuk dukungan sosial

secara konkret dan strategi dukungan sosial yang benar-benar mampu

(48)

C. ETIKA PENELITIAN

1. Meminta ijin untuk mengadaptasi The Ryff’s Scale of Psychological

Well Being, dengan cara mengirim email kepada penyusun.

2. Tidak menggugurkan item yang tidak valid pada skala The Ryff’s

Scale of Psychological Well Being.

3. Meminta ijin kepada rumah sakit untuk meminta data pasien yang

akan dijadikan subjek, dengan mengajukan surat permohonan ijin

beserta proposal penelitian.

4. Pemberian informed consent kepada subjek penelitian sebelum

penelitian berlangsung.

5. Penandantanganan surat persetujuan wawancara sebelum wawancara

dilakukan.

6. Penandatanganan surat keabsahan wawancara setelah seluruh proses

wawancara berlangsung.

7. Menjaga kerahasiaan data dengan tidak menerbitkan atau

mempublikasikan dalam bentuk original. Dalam hal ini tidak

mencantumkan tanda tangan dan identitas asli subjek pada lampiran.

8. Mencantumkan data penulis dari referensi yang digunakan dalam

penelitian ini.

D. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dalam penelitian ini akan memberikan batasan

(49)

well being. Adapun definisi operasional psychological well being dalam

penelitian ini adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang

positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan

sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan

mengatur lingkungan yang kompatibel dengan kebutuhannya, memiliki

tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha

mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Psychological well being diukur berdasarakan 6 dimensi, yaitu :

1. Dimensi penerimaan diri

Dapat mengaktualisasikan diri, berfungsi optimal, memiliki

nilai positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima diri sendiri

apa adanya.

2. Dimensi hubungan positif dengan orang lain

Memiliki hubungan yang hangat, intim, dan terpercaya dengan

orang lain.

3. Dimensi otonomi

Dapat menentukan dan mengambil keputusan seorang diri

tanpa tekanan dan campur tangan orang lain, bebas, mampu untuk

menentukan nasib dan mengontrol perilaku sendiri.

4. Dimensi penguasaan lingkungan

Mampu memilih, menciptakan, dan mengelola lingkungan agar

(50)

5. Dimensi tujuan hidup

Memiliki tujuan dalam hidup dan memiliki makna pada

kehidupan masa datang.

6. Dimensi pertumbuhan pribadi

Mampu dan memiliki keinginan untuk terus berkembang dan

mengembangkan potensi, adanya perasaan menerima pengalaman

baru, sadar akan potensi dalam diri, serta dapat berubah menjadi

pribadi yang efektif.

Keenam dimensi tersebut akan digunakan untuk mengukur tinggi

rendahnya kondisi psychological well being seseorang yang menderita

kanker payudara, dengan menggunakan skala The Ryff’s Scale of

Psychological Well Being. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka

semakin baik kondisi psychological well beingnya.

E. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini berjumlah lima orang. Jumlah subjek

tersebut tidak terlalu banyak sehingga tidak menyulitkan peneliti dan

diharapkan akan memberikan jumlah kasus yang mencukupi untuk

kesamaan dan perbedaan antar partisipan (Smith, 2009).

Kelima subjek yang ditentukan menggunakan Criterion Sampling,

yaitu memilih subjek berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan

(51)

Kriteria tersebut adalah :

1. Wanita usia 35-65 tahun.

2. Dinyatakan kanker payudara stadium lanjut.

3. Memiliki Psychological Well Being yang baik.

Subjek dengan psychological well being yang baik ditentukan

dengan cara menilai rentang kebahagiaan.

F. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Skala Item Tunggal

Untuk melihat kondisi kesejahteraan psikologis subjek, pada

awalnya, peneliti akan menggunakan skala yang merupakan hasil

adaptasi dari skala The Ryff’s Scale of Psychological Well Being. Skala

ini terdiri dari 42 item yang masing-masing item memiliki rentang 1

sampai 6. Keseluruhan item pada skala ini merepresentasikan 6

dimensi psychological well being, sehingga masing-masing dimensi

terdiri dari 7 pernyataan. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu favorable dan unfavorable.

Namun, hasil yang didapat setelah dilakukan uji coba pada

skala ini adalah daru 42 item yang tersedia, terdapat 20 item yang

gugur. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, maka peneliti memutuskan

untuk tidak menggunakan The Ryff’s Scale of Psychological Well

(52)

menggunakan The Ryff’s Scale of Psychological Well Being

dikarenakan hanya sedikit item yang valid untuk digunakan, dan

sebaran item yang valid tidak seimbang pada setiap indikatornya.

Selain itu, karena skala tersebut merupakan skala yang diadaptasi dari

skala luar negeri, ada kemungkinan isi dari skala tersebut tidak sesuai

dengan budaya yang ada di Indonesia. Adapun distribusi item skala

pengukuran psychological well being beserta hasil uji coba skala dapat

dilihat pada lampiran. (lampiran 1)

Untuk tetap bisa melihat kondisi kesejahteraan psikologis yang

dimiliki subjek, maka peneliti membuat skala yang isi dari skala

tersebut sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia. Pengukuran

tersebut menggunakan Skala Item Tunggal. Untuk memperkuat hasil

skala item tunggal mengenai psychological well being ini, peneliti

menambahkan beberapa pertanyaan mengenai kondisi psychological

well being dalam proses wawancara.

Skala tersebut disusun dengan melakukan survey terlebih

dahulu. Survey tersebut dilakukan terhadap 73 orang (27 laki-laki, 46

perempuan) dengan rentang usia 19-38 tahun. Survey tersebut

dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada masyarakat dan

dengan menyebar kuesioner secara on line. Sebanyak 17 orang

dilakukan survey secara langsung, dan sisanya, yaitu sebanyak 56

(53)

Survey ini dilakukan untuk mencari padanan pengertian dari

psychological well being yang digunakan masyarakat di Indonesia.

Survey ini menggunakan 1 pertanyaan yang secara sederhana sudah

mencakup seluruh dimensi Psychological Well Being. Pertanyaan tersebut adalah “Jika ada seseorang, yang dalam kondisi apapun, dia

mampu menerima diri apa adanya, mampu berelasi dengan baik,

mandiri, bisa menguasai lingkungannya, mampu mengembangkan diri,

dan memiliki tujuan hidup, menurut Anda, apa yang orang tersebut

sudah alami/rasakan?”. Pada awalnya, dalam pertanyaan tersebut tidak

diberi pilihan jawaban, namun karena beberapa orang tidak

memahami, maka pertanyaan tersebut dilengkapi dengan 4 pilihan

jawaban. Adapun keempat pilihan jawab tersebut adalah

“kesejahteraan”, “kebahagiaan”,“ketentraman”, dan “lain-lain”.

Berdasarkan hasil survey ini, terdapat banyak istilah yang

digunakan oleh masyarakat dalam menggambarkan kondisi psikologis

seseorang. Istilah-istilah yang muncul dalam survey ini adalah

kesejahteraan, kebahagiaan, ketentraman, penerimaan diri, aktualisasi

diri, menemukan jati diri, kedamaian, sukses dalam hidup, pemahaman

diri, ketenangan, dan keharmonisan. Berdasarkan hasil survey,

sebagian besar menjawab dengan istilah Kebahagiaan (28 jawaban).

Sehingga, istilah “Kebahagiaan” akan dipakai dalam skala item

tunggal ini untuk melihat kondisi psychological well being subjek.

(54)

Tabel 1

Hasil Survey Istilah Psychological Well Being

No. Istilah yang Ditemukan Jumlah

1. Kesejahteraan 15

2. Kebahagiaan 28

3. Ketentraman 21

4. Penerimaan diri 2

5. Aktualisasi diri 1

6. Menemukan jati diri 1

7. Kedamaian 1

8. Sukses dalam hidup 1

9. Pemahaman diri 1

10. Ketenangan 1

11. Keharmonisan 1

Jumlah jawaban 73

Istilah yang ditemukan ini, digunakan peneliti untuk

menanyakan kepada subjek tentang kondisi psychological well being

saat ini. Untuk mengetahui kondisi psychological well being yang

dimiliki, subjek diminta untuk menilai dari 1-10 tingkat kebahagiaan

(55)

menggambarkan kondisi psycholocal well being yang dimiliki adalah “Silakan Anda menilai, dari 1 sampai 10, berapakah nilai kebahagiaan

Anda saat ini?” Subjek dengan nilai kebahagiaan di atas 5 akan

dijadikan subjek penelitian untuk selanjutnya akan dilakukan

wawancara.

2. Wawancara

Metode kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

melakukan wawancara. Wawancara adalah percakapan dan tanya

jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara

kualitatif dilakukan guna memperoleh pengetahuan tentang

makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang

diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu-isu atau

suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain

(Poerwandari, 2005).

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara dengan

pedoman umum. Dalam proses wawancara, peneliti dilengkapi dengan

pedoman wawancara yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti

mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar

pengecek (checklist) apakah aspek yang relevan telah dibahas atau

(56)

Proses wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk

menggali data mengenai bentuk dukungan sosial dan strategi yang

digunakan yang mampu meningkatkan psychological well being pada

penderita kanker payudara. Proses wawancara ini terdiri dari 4 tema

besar, yaitu riwayat penyakit, kondisi psikologis ketika divonis sampai

berobat, kondisi psychological well being berdasarkan 6 dimensi, dan

dukungan sosial yang diterima. Adapun panduan wawancara dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara

Tema Besar Pertanyaan Tujuan Pertanyaan

Riwayat Penyakit Bisakah Anda menceritakan

bagaimana awal mula Anda

dinyatakan menderita kanker

payudara?

Untuk mengetahui awal

mula diketahui terkena

kanker payudara.

Apakah ada tanda/gejala yang

lain yang Anda rasakan?

Untuk mengetahui

gejala yang dirasakan.

Apakah di dalam keluarga

Anda ada riwayat sakit

kanker payudara?

Sudah berapa lama Anda

menderita sakit kanker

Untuk mengetahui

sejarah penyakit kanker

dalam keluarga.

Untuk mengetahui

(57)

payudara? kanker.

Kondisi Psikologis Ketika pertama kali Anda

divonis kanker payudara, apa

yang Anda rasakan?

Untuk mengetahui

perasaan yang dialamai

ketika divonis kanker

payudara.

Apakah Anda mengalami

kesedihan mendalamketika

itu?

Untuk melihat

pengalaman kesedihan

mendalam karena

kanker payudara.

Selama sakit tersebut,

tindakan pengobatan apa saja

yang sudah Anda lakukan?

 Jenis obat, jangka waktu

Apakah ada pengobatan

lain selain pengobatan

medis?

Bagaimana perasaan Anda

ketika harus menjalani

berbagai pengobatan

tersebut?

Untuk mengetahui

usaha yang dilakukan

untuk pengobatan

kanker.

Untuk mengetahui

pengalaman yang

dialami selama

menjalani pengobatan.

Gambar

Tabel 1. Hasil Survey Istilah Psychological Well Being …………………..... 37
Tabel 1 Hasil Survey Istilah Psychological Well Being
Tabel 2 Daftar Pertanyaan Panduan Wawancara
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan yaitu menggunakan metode uji aktivitas daya hambat dan pengaplikasian langsung pada jagung dengan parameter penilaian yaitu pH, total plate count

Untuk mengetahui keanekaragaman digunakan perhitungan nilai kerapatan jenis dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, penutupan jenis dan penutupan relatif

Pada kondisi salah satu fasa terbuka pada rangkaian seimbang tiga fasa maka akan terjadi ketidakseimbangan dan arus tidak simetris mengalir. Demikian pula jenis

Intisari: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus buah sirsak terhadap kadar asam urat pada penderita hiperurisemia di Dusun Semarangan, Sidokarto,

Penelitian dengan metode survai dilakukan di lokasi pengembangan Kambing Saburai di Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus pada 2016 dengan tujuan untuk mengetahui pejantan

Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe stad (student team achievement division) yang dimodifikasi dengan tutor sebaya dalam pembelajaran matematika pada pokok

Berdasarkan Berita Acara Evaluasi Penawaran Administrasi dan Teknis Nomor : 02/17/91.04/PPBJ- NF/DJB/DBB/2012 tanggal 27 Agustus Juli 2012, pekerjaan Pembekalan

(1) wajib Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi tidak dapat membayar Retribusi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Wajib