EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS DI KECAMATAN
NGAWEN KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
BRIGITTA TIDORA MARLINTAYANTI
051324009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS DI KECAMATAN
NGAWEN KABUPATEN KLATEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
BRIGITTA TIDORA MARLINTAYANTI
051324009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Januari 2010 Penulis
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Brigitta Tidora Marlintayanti
Nomor Mahasiswa : 051324009
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Evaluasi Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 21 Januari 2010
Yang menyatakan
(Brigitta Tidora Marlintayanti)
vi
MOTTO
Kerjakanlah Pekerjaan yang Membawa Kebaikan Bagi Dirimu dan Orang yang Berarti Dalam Hidupmu
Kegagalan Dalam Hidupku adalah Semangat Untuk Mencapai Sukses
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini
kupersembahkan untuk:
Orang Tuaku Tercinta
Adikku, Febry dan Linda
Rara-ku
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas Di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten” disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim., M.E., Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si, selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Indra Darmawan S.E., M.Si, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing dan memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
7. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd selaku dosen matakuliah yang telah memberikan tambahan pengetahuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Mbak Titin, petugas sekretariat PE, yang telah memberikan pelayanan dan bantuan selama perkuliahan sampai penyelesaian skripsi.
9. Staf perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan pelayanan dan bantuan kepada penulis sehingga mendapatkan referensi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi.
10.Supervisor, yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian skripsi.
11.Kecamatan Ngawen, baik team leader dan warga penerima paket konversi, yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi.
12.Orang tuaku tercinta, terima kasih atas doa, biaya, dukungan dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan pendidikan.
13.Adik-adikku (Febri dan Linda), terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan.
14.Aulia Flara Ranita, terima kasih atas doa dan semangat yang diberikan. 15.Mbak Ningsih….terima kasih atas bantuan dan semangatnya ya…N buat
saudara-saudaraku, terima kasih atas dukungannya. Buat Mbak Irna…terima kasih atas bantuan, semangat dan semua yang diberikan…Ayo, cpt nyusul bu..aku siap membantu dan mendukungmu.
x
16.Teman-teman seperjuangaku….Ketrin, Kiki, Rinda, Meri, Prima, Josepin, Lia, Dwik, Nian, Andri, Lely, Lesty, Ika, Ige, Anton, Rinto, Jojo, Ari, dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan semua…terima kasih atas kebersamaan, dukungan dan bantuannya…ayo kita lulus dan kerja dulu trus besok reuni di Bali….hahaa..
17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca dan membutuhkan.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul... i
Lembar Persetujuan... ii
Lembar Pengesahan... iii
Pernyataan Keaslian Karya... iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi... v
Motto... vi
Persembahan... vii
Kata Pengantar... viii
Daftar Isi... xi
Daftar Tabel... xiv
Daftar Bagan... xv
Daftar Gambar... xvi
Abstrak...xvii
Abstrack...xviii
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Batasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
xii Bab II Tinjauan Pustaka
A. Gambaran Umum Tentang Produksi Gas Di Indonesia... 7
B. Konversi Energi ... 8
C. Program Konversi Minyak Tanah Ke Gas ... 9
D. Petunjuk Pelaksanaan Konversi Minyak Tanah Ke Gas... 12
E. Penelitian Terdahulu ... 17
F. Kerangka Pemikiran... 19
Bab III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian... 23
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 23
C. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan Lokasi... 24
D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel ... 25
E. Variabel dan Indikator Penelitian, Definisi dan Pengukurannya... 27
F. Data Yang Dicari dan Teknik Pengumpulan Data... 30
G. Teknik Analisis Data... 35
Bab IV Gambaran Umum Kecamatan Ngawen A. Letak Geografis... 37
B. Kelembagaan Desa dan Kependudukan... 40
Bab V Analisis Data Dan Kesimpulan A. Kesesuaian Proses Pendataan KK Penerima Paket Konversi ... 43
B. Kesesuaian Proses Penyaluran Paket Konversi ... 50
xiii Bab VI Penutup
A. Kesimpulan ... 63 B. Saran... 64 Daftar Pustaka
Lampiran
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Perbandingan Keuntungan dan Kerugian
LPG dengan Minyak Tanah ... 17
Tabel III. 1 Kisi-kisi Wawancara Untuk Konsultan... 31
Tabel III. 2 Kisi-kisi Wawancara Untuk Team Leader... 32
Tabel III. 3 Kisi-kisi Wawancara Untuk KK Penerima Paket Konversi... 33
Tabel IV. 1 Luas Wilayah Kecamatan Ngawen... 39
Tabel IV. 2 Status Petani Menurut Desa... 40
Tabel IV. 3 Kelembagaan Desa ... 41
Tabel IV. 4 Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin ... 42
Tabel V. 1 Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penerima Paket Konversi Untuk Ibu Rumah Tangga... 44
Tabel V. 2 Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penerima Paket Konversi Untuk Usaha Mikro... 46
Tabel V. 3 Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penerima Paket Konversi Untuk Penduduk Musiman... 49
Tabel V. 4 Perbandingan Petunjuk Pelaksanaan Dengan Hasil Wawancara Dengan Supervisor ... 51
Tabel V. 5 Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penyaluran Paket Konversi Menurut Team Leader... 53
Tabel V. 6 Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penyaluran Paket Konversi Menurut KK Penerima Paket Konversi ... 55
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan II. 1 Proses Pembagian Paket Konversi ... 14 Bagan II. 2 Jalur Distribusi Elpiji 3 kg ... 15
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV. 1 Peta Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten ... 37
xvii
ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS
DI KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN
Brigitta Tidora Marlintayanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pendataan penerima paket konversi, mengevaluasi proses penyaluran paket konversi dan mengevaluasi penggunaan paket konversi berupa gas sebagai substitusi minyak tanah.
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Ngawen, kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah evaluatif, dengan subjek penelitian adalah penerima paket konversi dan pihak terkait. Teknik pengambilan sample adalah cluster sampling, insidental quota, dengan mengambil sample sebanyak 13 desa dengan 230 responden dari penerima paket konversi, 13 team leader dan 1 supervisor. Teknik pengumpulan data dengan wawancara berpedoman dan dokumentasi. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan:
1. Dalam proses pendataan penerima paket konversi di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten terdapat 77,32% sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan 22,68% belum sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.
2. Dalam proses penyaluran paket konversi di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten terdapat 92,71% sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan 7,28% belum sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.
3. Dalam proses penggunaan paket konversi berupa gas sebagai substitusi minyak tanah terdapat 89,95% sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan 9,97% belum sesuai dengan petunjuk pelaksanaan karena paket konversi tersebut tidak digunakan.
xviii
ABSTRACT
THE EVALUATION ON PROGRAM IMPLEMENTATION OF THE CONVERSION OF KEROSENE TO GAS
IN NGAWEN SUBDISTRICT KLATEN REGENCY
Brigitta Tidora Marlintayanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
This research intends to evaluate the process of documentation of the acceptor of conversion package, the process of distribution conversion package and the use of gas conversion package as the substitution of kerosene.
This research was conducted in Ngawen Subdistrict, Klaten Regency. The type of this research was evaluative research. The subjects of research were the acceptors of conversion package and other related parties. The techniques of sample selection were cluster sampling and incidental quota, by taking 230 respondents of conversion package acceptor in 13 villages, 13 team leaders and 1 supervisor. The technique of data collection was conducted by standardized interview and documentation. The data analysis were reduction, presentation, and conclusion.
The result of this research shows:
1. In documenting process, the acceptors of conversion package in Ngawen Subdistrict Klaten Regency are 77,32% it has been appropriate with the direction of the implementation and 22,68% have not been appropriate with the direction of the implementation.
2. In process of conversion package distribution in Ngawen Subdistrict Klaten Regency there have been 92,71% appropriate with the direction of the implementation and 7,28% have not been appropriate with the direction of the implementation.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional, pemerintah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) secara bertahap, yaitu dengan mengeluarkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas (Satriya, 2007). Kebijakan konversi tersebut merupakan upaya pemerintah dalam rangka mengurangi subsidi BBM yang jumlahnya sekitar Rp54 triliun pada tahun 2006, terlebih mengurangi subsidi minyak tanah untuk rumah tangga yang nilainya Rp30 triliun (Suryama, 2007).
Program konversi ini dilaksanakan pemerintah dengan maksud untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia, selain itu bertujuan untuk mengurangi beban subsidi BBM yang terlalu besar sebesar Rp54 triliun, khususnya subsidi bagi minyak tanah. Program konversi minyak tanah ke gas ini antara lain didasarkan atas dasar pertama, Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga elpiji tabung 3 kg.
Kedua, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009. Ketiga, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01.K/DJM.S/2009 tentang penugasan PT Pertamina dan penetapan daerah tertentu dalam
penyediaan dan pendistribusian elpiji tabung 3 kg Tahun 2009 (www.esdm.go.id).
Dalam mewujudkan kebijakan konversi tersebut pemerintah menetapkan konversi minyak tanah ke gas di Indonesia, dengan target sasaran rumah tangga dan usaha mikro. Target sasaran rumah tangga dan usaha mikro yang dimaksud pemerintah adalah rumah tangga dan usaha mikro yang tidak menggunakan kompor gas dan menggunakan minyak tanah untuk memasak dan usahanya. Program konversi dilaksanakan dengan melibatkan beberapa institusi yaitu pertama, Kementerian Negara Koperasi dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sebagai institusi pengadaan kompor dan perlengkapannya. Kedua, PT Pertamina bertugas menyediakan tabung dan LPG (Liquified Petroleum Gas). Ketiga, Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan bertugas mensosialisasikan program konversi ini terhadap masyarakat luas.
3
Penggunaan gas elpiji diharapkan meningkatkan kesejahteraan
rakyat, karena dengan menggunakan gas elpiji maka masyarakat akan dapat menghemat pengeluaran rumah tangga. Pemerintah berpendapat bahwa program konversi minyak tanah ke gas akan sangat menguntungkan semua pihak, baik bagi pemerintah, masyarakat maupun pengusaha (Suradji, 2008). Usaha pemerintah untuk memperlancar program konversi minyak tanah ke gas ini yaitu dengan memberikan subsidi. Harga gas elpiji bersubsidi berkisar Rp4.250,00 per kg untuk gas elpiji ukuran 3 kg, jadi harga gas elpiji bersubsidi (3 kg) adalah Rp12.750,00, sedangkan untuk harga gas elpiji nonsubsidi (12 kg dan 50 kg) adalah Rp5.750,00 per kg. Sedangkan untuk harga minyak tanah bersubsidi adalah Rp2.500,00 per liter dan harga nonsubsidi adalah Rp5.000,00 per liter (Partowidagdo, 2008). Konversi ini akan menghemat pengeluaran sebesar Rp20.000,00 hingga Rp25.000,00 per bulan, dengan perhitungan kebutuhan minyak tanah per 8 hari adalah Rp20.000,00 (1 liter per hari) dan kebutuhan gas elpiji per 8 hari adalah Rp12.750,00 (0,4 kg per hari), jadi disini per 8 hari ada penghematan senilai Rp7.250,00 (Pertamina, 2007). Namun, untuk saat ini subsidi untuk minyak tanah sudah tidak diberikan oleh pemerintah karena dialihkan untuk subsidi gas elpiji, maka apabila dilihat dari segi keekonomian, pemakaian gas elpiji akan lebih hemat.
Adanya kebijakan pemerintah tentang penggunaan gas elpiji sebagai substitusi minyak tanah mendapat tanggapan dari berbagai kalangan masyarakat terlebih kalangan masyarakat bawah. Masyarakat
mau menerima paket konversi berupa kompor dan tabung gas secara gratis karena untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah tersebut gratis dan masyarakat saat ini sedang kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, masyarakat berusaha untuk menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Namun, masih ada beberapa warga yang belum berani menggunakan kompor gas dikarenakan adanya rasa takut akan kebakaran. Kebakaran itu terjadi juga di daerah kecamatan Ngawen kabupaten Klaten. Dalam pelaksanaan penyaluran paket konversi tersebut masih memunculkan banyak pertanyaan dalam masyarakat. Adapula yang merasakan pelaksanaan program konversi ini sudah sesuai dengan tujuan pemerintah dan ada yang belum sesuai dari hal inilah maka, peneliti tertarik untuk meneliti EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS DI KECAMATAN NGAWEN
KABUPATEN KLATEN.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah proses pendataan KK penerima paket konversi sesuai dengan ketentuan?
5
3. Apakah KK penerima paket konversi menggunakan gas sebagai
substitusi minyak tanah?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak terlalu luas, maka peneliti memberikan batasan untuk KK yang akan diteliti adalah KK di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten dan hal-hal yang akan diteliti tentang pendataan penerima paket konversi, proses penyaluran paket konversi dan penggunaan paket konversi yang sudah diberikan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah dengan mengeluarkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan diambil dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kesesuaian proses pendataan penerima paket konversi di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten dengan ketentuan. 2. Untuk menganalisis ketepatan proses penyaluran paket konversi di
kecamatan Ngawen kabupaten Klaten.
3. Untuk mengetahui penggunaan paket konversi berupa gas sebagai substitusi minyak tanah di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan memberi gambaran kepada pemerintah daerah tentang pelaksanaan program konversi minyak tanah ke gas di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten, dilihat dari proses pendataan penerima kompor gas, proses penyaluran sampai penggunaan gas sebagai substitusi minyak tanah tersebut.
2. Bagi Warga
Dari penelitian ini dapat diketahui secara objektif dan nyata, tentang pelaksanaan program konversi minyak tanah ke gas di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten.
3. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan penulis mendapatkan tambahan pengetahuan dengan membandingkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan nyata.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Tentang Produksi Gas di Indonesia
Pada tahun 1960-an gas alam di Indonesia mulai dimanfaatkan, dimana produksi gas alam dari ladang gas PT Stanvac di Pendopo, Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA dan PT pupuk Sriwidjaja di Palembang. Dalam perkembangannya, prosentase pemanfaatan gas untuk domestik di Indonesia meningkat dari tahun 2006 ke tahun 2007 yaitu dari 35,03% menjadi 37,02%, dimana Pertamina mulai memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih Sumatera Selatan ke pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang (www.esdm.go.id).
Produksi gas di Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 produksi gas diperkirakan mencapai 6050,2 MMSCFD (Million Metric Standard Cubic Foot per Day), naik dibandingkan tahun–tahun sebelumnya, tahun 2008 mencapai 4967,9 MMSCFD, tahun 2007 mencapai 3705,3 MMSCFD dan tahun 2006 hanya mencapai 2451,3 MMSCFD (www.esdm.go.id).
Menurut menteri ESDM, Purnamo Yusgiantoro, menyatakan bahwa penerimaan Negara yang cukup signifikan untuk saat ini adalah dari gas dan batubara sehingga menjadi pertimbangan dalam produksi.
Produksi minyak pernah menjadi andalan, namun untuk saat ini digantikan oleh gas dan batubara.
B. Konversi Energi
Konversi energi merupakan perubahan atau pengalihan bentuk energi dari yang satu menjadi bentuk energi lain. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat berubah bentuk dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya, misalnya energi listrik menjadi energi panas pada dispenser, energi listrik menjadi cahaya pada lampu dan masih dapat diubah ke bentuk lainnya (www.electroniclab.com). Konversi energi juga dapat terjadi pada jenis bahan bakar, seperti bahan bakar minyak tanah dapat diganti atau berubah menjadi bahan bakar gas atau batu bara. Dengan melakukan konversi pasti mempunyai maksud dan tujuan, seperti kebijakan energi dari minyak tanah ke gas. Kebijakan konversi minyak tanah ke gas merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mengalihkan subsidi minyak tanah ke bahan bakar gas dalam bentuk LPG.
9
bakar memasak. Sedangkan LPG mix merupakan campuran dari propane
dan butane, yang biasanya dipergunakan di industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong, untuk menyemprot cat dan lainnya (Pertamina, 2007).
C. Program Konversi Minyak Tanah ke Gas
Dalam rangka mengantisipasi penggunaan minyak tanah untuk rumah tangga dan mengurangi subsidi minyak tanah yang cukup besar, pemerintah melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas yang dimulai tahun 2007. Program konversi ini ditetapkan antara lain atas dasar
pertama, Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga elpiji tabung 3 kg. Kedua, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun anggaran 2009 yang didalamnya terdapat anggaran untuk subsidi elpiji tabung 3 kg dengan volume sebesar 1,6 juta MT. Ketiga,
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01.K.DJM.5/2009 tentang penugasan PT Pertamina dan penetapan daerah tertentu dalam penyediaan dan pendistribusian elpiji tabung 3 kg tahun 2009 (www.esdm.go.id)
Setiap tahun pemerintah menganggarkan dana kurang lebih Rp50 triliun untuk mensubsidi bahan bakar minyak (BBM): minyak tanah, premium dan solar. Dari ketiga jenis bahan bakar ini, minyak tanah adalah jenis bahan bakar yang mendapat subsidi terbesar (lebih dari 50%
anggaran subsidi BBM digunakan untuk subsidi minyak tanah) (Widytaurus, 2008). Dari tahun ke tahun anggaran subsidi BBM semakin meningkat dengan mengikuti trend harga minyak dunia yang cenderung meningkat kisaran USD 50-60 per barel (Satriya, 2007). Nilai subsidi BBM pada tahun 2005 cukup tinggi yaitu mencapai Rp89,2 triliun kemudian diperkirakan pada tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu Rp35 triliun, penurunan subsidi ini salah satunya disebabkan karena mengikuti naik turunnya harga minyak dunia (Bisnis Indonesia, 2005). Dalam APBNP tahun 2007 subsidi BBM mengalami kenaikan, subsidi tersebut naik menjadi Rp55,604 triliun dengan pembagian subsidi untuk minyak tanah Rp29,507 triliun, premium Rp17,056 triliun dan Rp9,041 triliun untuk solar, Sedangkan pada tahun 2008 mengalami penurunan, nilai subsidi BBM dalam APBN hanya mencapai Rp45,807 triliun dengan pembagian subsidi untuk minyak tanah Rp24,281 triliun, premium Rp15,108 triliun dan Rp6,418 triliun untuk solar (Salim, 2008). Penurunan subsidi tersebut disebabkan karena subsidi BBM sudah dialihkan untuk subsidi gas elpiji.
11
Program konversi minyak tanah ke gas merupakan program yang
dibuat pemerintah untuk mengantisipasi semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia dan terus melambungnya harga minyak dunia. Selain itu program konversi ini juga bertujuan mengurangi subsidi BBM, khususnya minyak tanah (Widytaurus, 2008). Dengan adanya pengalihan minyak tanah ke gas dapat mengurangi anggaran subsidi minyak tanah dari sekitar Rp35 triliun menjadi Rp17,5 triliun (Suryama, 2007). Pemerintah melakukan konversi minyak tanah ke gas ini juga mempunyai tujuan yaitu untuk menggurangi pengeluaran Negara untuk subsidi, subsidi tersebut dapat dialihkan untuk mengembangkan sektor-sektor lain, seperti sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan sektor lain yang dapat meningkatkan pemasukan keuangan Negara dan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat (Tabloidparle, 2008). Apabila sektor pendidikan dan kesehatan mendapatkan perhatian yang lebih baik maka dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas baik dari fisik maupun kemampuannya, sehingga dengan sumber daya manusia tersebut mampu mengolah dan mengembangkan sumber daya dalam negeri yang ada. Dengan pengolahan dan pengembangan sumber daya dalam negeri tersebut maka dapat meningkatkan pemasukan keuangan Negara.
D. Petunjuk Pelaksanaan Konversi Minyak Tanah Ke Gas
1. Kriteria Penerima Paket Konversi
Target program konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah rumah tangga dan usaha mikro yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak. Persyaratan rumah tangga dan usaha mikro yang berhak menerima paket konversi adalah sebagai berikut (Pertamina, 2007):
a. Rumah tangga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Ibu rumah tangga
2) Pengguna minyak tanah murni
3) Kelas sosial C1 ke bawah (pengeluaran<Rp1,5 juta/bulan) 4) Penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan
KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat b. Usaha mikro harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Usaha mikro tersebut merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan bakar memasak dalam usahanya
2) Penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan dari kelurahan setempat 3) Melampirkan surat keterangan usaha dari kelurahan
13
kriteria berhak mendapatkan paket konversi secara gratis (contoh:
penduduk musiman yang tidak memiliki KTP/KK/surat keterangan dari kelurahan setempat), maka dapat diberi paket konversi dengan melampirkan:
1) Surat keterangan dari kelurahan setempat, atau 2) Surat keterangan RT/RW setempat, atau
3) Terlampir dalam berita acara serah terima distribusi paket konversi antara konsultan dengan penerima paket dilampirkan fotokopi kartu identitas yang bersangkutan
2. Mekanisme Pengalihan Minyak Tanah ke Gas
Pemerintah membagikan gratis peralatan memasak kepada rumah tangga pengguna minyak tanah: 1 set kompor pit (berikut selang dan regulator) dan 1 tabung 3 kg dengan isi perdana. Pembagian peralatan memasak tersebut dilakukan untuk setiap wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan). Wilayah yang sudah dibagikan peralatan memasak dengan elpiji akan ditarik/dikurangi jatah minyak tanah yang disalurkan oleh pangkalan di daerah tersebut.
Target pertamina dengan pengalihan 9,9 juta keluarga pengguna minyak tanah menjadi elpiji selesai antara tahun 2007-2010. Jalur distribusi pengalihan menggunakan agen minyak tanah yang dikonversi menjadi agen elpiji 3 kg, dan pangkalan minyak tanah yang dijadikan pangkalan elpiji 3 kg.
3. Pembagian Paket Kompor Gas dan Tabung Elpiji 3 kg Bagan II.1
Proses Pembagian Paket Konversi
Proses pembagian paket konversi:
a. Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat mengenai pelaksanaan pembagian paket konversi
b. Pertamina melakukan sosialisasi dengan masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg dibantu oleh konsultan di daerah yang akan dikonversi
c. Agen elpiji 3 kg menyalurkan stok elpiji isi ulang ke pangkalan elpiji 3 kg
d. Konsultan membagikan paket konversi untuk masyarakat melalui wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan)
e. Masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar
Pertamina
Agen elpiji 3 kg Pangkalan elpiji 3 kg
Masyarakat Konsultan
15
4. Jalur Distribusi Elpiji 3 kg
Bagan II.2
Jalur Distribusi Elpiji 3 kg
Keterangan:
a. LPG FP (LPG Filling Plant) Pertamina adalah stasiun pengisian LPG milik Pertamina, yang mengisi elpiji curah ke dalam tabung elpiji 3 kg
b. Filling Plant Swasta/SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) adalah stasiun pengisian LPG milik swasta. Seperti halnya LPG FP Pertamina, SPPBE bertugas untuk mengisi elpiji curah ke dalam tabung elpiji 3 kg
c. Agen elpiji 3 kg membeli elpiji dalam kemasan tabung 3 kg ke Pertamina dan menjualnya kepada konsumen, langsung atau tidak langsung melalui pangkalan elpiji 3 kg
d. Agen elpiji 3 kg mendapatkan margin Rp100/kg dan transportation fee Rp390,10/kg, sedangkan pangkalan mendapatkan margin Rp300/kg
Pangkalan Pangkalan
Pangkalan
Konsumen Agen
LPG 3 kg LPG FP
SPPBE
5. Manfaat Konversi Minyak Tanah Ke Gas
Tujuan pemerintah melakukan konversi ini salah satunya juga untuk mengurangi kebutuhan masyarakat akan minyak tanah, kemudian digantikan atau disubstitusikan dengan gas. Gas merupakan barang substitusi. Barang substitusi adalah barang yang dapat menggantikan fungsi dari suatu barang lain (Sumarsono, 2006: 24). Suatu barang dapat menggantikan atau digantikan dengan barang lain apabila mempunyai fungsi yang sama, contohnya adalah daging sapi dapat digantikan atau menggantikan daging ayam, jagung dapat digantikan atau menggantikan sagu, begitu pula minyak tanah dapat digantikan gas.
Secara teori, pemakaian 1 liter minyak tanah setara dengan pemakaian 0,4 kg LPG. Dengan menghitung harga keekonomian minyak tanah dan LPG, subsidi yang diberikan untuk pemakaian 0,4 kg LPG akan lebih kecil daripada subsidi untuk 1 liter minyak tanah. Jadi, pemakaian elpiji ini akan menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp20.000,00–Rp25.000,00 dan pemerintah akan dapat menghemat Rp15-20 triliun untuk mensubsidi BBM per tahun (Pertamina, 2007).
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari konversi minyak tanah ke gas adalah:
17
c. Menghemat waktu memasak dan perawatan alat memasak
d. Dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar yang lebih komersil (misalnya bahan bakar pesawat atau avtur)
e. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Tabel II.1
Perbandingan Keuntungan Dan Kerugian LPG Dengan Minyak Tanah
LPG Minyak Tanah
Keuntungan a. Mudah digunakan dan dipindahkan
b. Bersih dan ramah
lingkungan
c. Pembakaran mudah
disesuaikan
d. Temperatur panas yang tinggi
e. Kompor tidak perlu dipanaskan terlebih dahulu
a. Perlu kompor, yang harganya relatif murah
b. Dapat dibeli secara eceran
Kerugian a. Memerlukan tabung yang harganya cukup mahal
b. Memerlukan peralatan seperti kompor gas yang harganya lebih mahal dibandingkan dengan kompor biasa
c. Harus dibeli dalam bentuk satuan tertentu (tidak dapat dibeli eceran)
a. Lebih repot dalam penggunan
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Tim Studi Pusat Kebijakan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal milik Pemerintah Indonesia pada bulan Januari 2008. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Quick Research dan sampel yang digunakan yaitu daerah Jakarta, Depok, Bandung, Cimahi, Semarang, Sleman, Tangerang dan Yogyakarta yang
terdiri dari 288 orang penerima paket konversi (Widytaurus, 2008). Hasil penelitian ini antara lain:
1. Penurunan perbandingan rata-rata pengeluaran untuk bahan bakar sebelum konversi sebesar 59,12% dan sesudah konversi sebesar 40,88%.
2. Pemakaian LPG lebih efisien dan ekonomis dibandingkan minyak tanah yaitu penggunaan minyak tanah sebelum konversi sebesar 59,3% menurun menjadi 40,7% sedangkan penggunaan LPG sebelum konversi sebesar 20,83% naik menjadi 79,17%.
3. Terdapat 71,18% responden menganggap telah diberikan sosialisasi dan 28,82% responden menganggap tidak diberikan sosialisasi dalam pelaksanaan program konversi ini.
5. Dalam proses pengambilan paket konversi terdapat 29,5% responden menyatakan dipungut biaya.
6. Dalam penggunaan paket konversi terdapat 83,3% responden menggunakan paket konversi.
7. Dalam hal keinginan responden untuk melakukan isi ulang LPG terdapat 81,6% responden menyatakan akan mengisi ulang LPG 3 kg dan 10,4% responden menyatakan tidak mengisi ulang LPG 3 kg dan 8% tidak memberikan jawaban yang jelas.
19
kesulitan mendapatkan gas LPG 3 kg dan 11,46% tidak memberikan
tanggapan.
9. Sehubungan dengan penerimaan kompor gas terdapat 84,46% responden menyatakan menerima kompor gas dengan kualitas baik dan 13,54% menyatakan menerima kompor gas dengan kualitas jelek. 10.Terdapat 92,36% responden menyatakan mendapatkan tabung gas
dengan kualitas baik dan 7,64% responden mendapatkan tabung dengan kualitas jelek.
F. Kerangka Pemikiran
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional, pemerintah bersama DPR bersepakat menghapuskan subsidi bahan bakar minyak secara bertahap, yaitu dengan mengeluarkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Kebijakan tersebut bertujuan mengurangi subsidi bahan bakar minyak yang semakin meningkat. Pengurangan subsidi minyak tanah tersebut akan digantikan untuk subsidi gas elpiji. Dasar hukum program konversi minyak tanah ini antara lain; Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 tentang penyediaan, pendistribusian dan penetapan harga elpiji tabung 3 kg, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun anggaran 2009 dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 01.K/DJM.S/2009 tentang penugasan PT Pertamina dan penetapan daerah tertentu dalam penyediaan dan pendistribusian elpiji tabung 3 kg tahun 2009. Pemerintah
mempertimbangkan 1 liter minyak tanah setara dengan 0,4 kg elpiji, jadi penggunaan gas akan dapat menghemat pengeluaran rumah tangga senilai Rp20.000,00 hingga Rp25.000,00 per bulan dan untuk pemerintah akan dapat menggurangi subsidi minyak tanah sebesar Rp30 triliun per tahun.
Kebijakan pemerintah mengenai kebijakan konversi ini menjadikan banyak kontroversi di masyarakat. Ada masyarakat yang mau menerima dengan senang hati kebijakan tersebut, tetapi ada sebagian masyarakat yang menolak kebijakan tersebut. Menurut pemerintah, dengan mengeluarkan kebijakan ini akan dapat meringankan beban penderitaan masyarakat.
21
Mekanisme pengalihan minyak tanah ke gas disini dengan jalan
pemerintah membagikan gratis peralatan memasak kepada rumah tangga pengguna minyak tanah berupa 1 set kompor pit dan 1 tabung 3 kg dengan isi perdana. Pembagian peralatan memasak tersebut dilakukan untuk wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan). Wilayah yang sudah dibagikan peralatan memasak dengan elpiji akan ditarik/dikurangi jatah minyak tanah yang disalurkan oleh pangkalan di daerah tersebut. Target pertamina dengan pengalihan ini adalah 9,9 juta keluarga pengguna minyak tanah menjadi elpiji selesai antara tahun 2007-2010. Jalur distribusi pengalihan dengan agen dan pangkalan minyak tanah dikonversi menjadi agen dan pangkalan elpiji 3 kg.
Pembagian paket konversi yaitu dengan pemerintah berkoordinasi dengan Pemda setempat mengenai pelaksanaan pembagian paket konversi, pertamina melakukan sosialisasi dengan masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg dibantu oleh konsultan di daerah yang akan dikonversi, agen elpiji 3 kg menyalurkan stok elpiji isi ulang ke pangkalan elpiji 3 kg, konsultan membagikan paket konversi untuk masyarakat melalui wilayah tertentu (Kecamatan/Kelurahan), dan masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar.
Jalur distribusi elpiji 3 kg adalah dari LPG FP Pertamina mengisi ulang tabung elpiji 3 kg dari agen elpiji 3 kg, agen elpiji 3 kg memberikan stok tabung isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg, pangkalan elpiji 3 kg menjual elpiji 3 kg kepada konsumen.
Penggunaan paket konversi ini bertujuan untuk mengurangi kebutuhan masyarakat akan minyak tanah, setelah paket konversi tersebut dibagikan maka penerima paket konversi diharapkan menggunakannya. Dengan menggunakan gas elpiji maka akan menghemat pengeluaran rumah tangga. Manfaat lain dari pemakaian paket konversi adalah mengurangi kerawanan dalam penyalahgunaan minyak tanah, menggurangi polusi udara, menghemat waktu dalam memasak, pengalokasian minyak tanah untuk bahan bakar lain dan untuk meningkatkan kualitas hidup.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian evaluatif. Penelitian evaluatif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan yang dilakukan tepat sasaran. Penelitian ini dengan menggunakan titik tolak kriteria proses yaitu memaparkan kejadian atau hal-hal yang dijadikan objek penelitian apa adanya tanpa menambah atau menguranginya (Furchan, 2004:58). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah program konversi minyak tanah ke gas di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten telah sesuai dengan petunjuk, baik dari proses pendataan, proses penyaluran dan proses penggunaan paket konversi.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek adalah orang atau tempat yang diamati untuk kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah KK penerima paket konversi dan pihak terkait sebagai penyalur paket konversi.
2. Objek Penelitian
Objek adalah orang atau perkara atau benda yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah proses pendataan penerima paket konversi, proses penyaluran paket konversi dan penggunaan paket konversi.
C. Lokasi Penelitian dan Alasan Pemilihan Lokasi
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah kecamatan Ngawen kabupaten Klaten. Kecamatan Ngawen merupakan daerah bagian dari penerima bantuan konversi.
2. Alasan Pemilihan Lokasi
25
D. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan sekumpulan subjek yang menjadi pusat perhatian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten yang menerima paket konversi. Jumlah KK di 13 kelurahan kecamatan Ngawen yang menerima paket konversi sejumlah 2324 KK.
2. Sampel Penelitian
Sampel atau sampling adalah proses pemilihan beberapa objek atau unsur dalam populasi untuk digunakan sebagai sampel yang akan diteliti sifat-sifatnya. Sampel yang diambil merupakan bagian dari populasi yang harus dapat mewakili populasinya sehingga dapat menggambarkan karakteristik atau sifat-sifat populasi yang bersangkutan (Nurastuti, 2006:159). Jadi, dalam pengambilan sampel ini tidak asal dicomot, melainkan hanya sebagai cermin yang dipandang menggambarkan secara maksimal (Hadi, 1982:139). Menurut Arikunto 1989: 120, dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian tersebut merupakan penelitian populasi. Sebaliknya, apabila subjeknya lebih dari 100 maka dapat diambil 10%-15%. Sesuai dengan rekomendasi dari Arikunto, sampel yang diambil adalah semua dari 13 kelurahan di kecamatan Ngawen yang menerima paket konversi. Tiga belas kelurahan tersebut adalah kelurahan Senden,
kelurahan Manjung, kelurahan Gatak, kelurahan Kahuman, kelurahan Ngawen, kelurahan Drono, kelurahan Kwaren, kelurahan Mayungan, kelurahan Pepe, kelurahan Candirejo, kelurahan Duwet, kelurahan Tempursari, dan kelurahan Manjungan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
27
kelurahan Tempursari 10% dari 149 adalah 15 KK, dan kelurahan
Manjungan 10% dari 221 adalah 22 KK. Jumlah keseluruhan sampel yang diteliti adalah 233 KK dan 13 TL dari masing-masing kelurahan.
E. Variabel dan Indikator Penelitian, Definisi dan Pengukurannya
1. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek pengamatan atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian proses pendataan penerima paket konversi b. Ketepatan proses penyaluran paket konversi
c. Penggunaan paket konversi 2. Definisi dan Pengukuran
a. Kesesuaian proses pendataan penerima paket konversi
Kesesuaian proses pendataan penerima paket konversi dapat diartikan jumlah penerima paket konversi, dengan cara menghitung kepala keluarga. Proses pendataan terdiri dari KK penerima paket konversi tersebut, yaitu: Rumah tangga, dengan kriteria: ibu rumah tangga, pengguna minyak tanah murni, kelas sosial C1 ke bawah dengan pengeluaran kurang dari Rp1,5 juta/bulan, penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau kartu keluarga atau surat keterangan lain dari kelurahan. Usaha mikro,
dengan kriteria: usaha mikro yang menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar memasak, penduduk legal dengan dibuktikan dengan KTP dan surat keterangan lain dari kelurahan setempat. Penduduk musiman, dengan kriteria: melampirkan surat keterangan dari kelurahan, surat keterangan RW/RT setempat dan foto kopi identitas. Dalam proses pendataan program konversi yang dilakukan di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten apabila telah sesuai dengan kriteria penerima konversi, berarti proses pendataan konversi minyak tanah ke gas di Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten sudah sesuai.
b. Ketepatan proses penyaluran paket konversi
29
mekanisme pengalihan minyak tanah ke gas terlebih dahulu dengan
jalan pemerintah membagikan gratis peralatan memasak kepada rumah tangga pengguna minyak tanah berupa 1 set kompor pit dan 1 tabung 3 kg dengan isi perdana. Pembagian peralatan memasak tersebut dilakukan untuk wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan). Wilayah yang sudah dibagikan peralatan memasak dengan elpiji akan ditarik/dikurangi jatah minyak tanah yang disalurkan oleh pangkalan di daerah tersebut. Target pertamina dengan pengalihan ini adalah 9,9 juta keluarga pengguna minyak tanah menjadi elpiji selesai antara tahun 2007-2010. Jalur distribusi pengalihan dengan agen dan pangkalan minyak tanah dikonversi menjadi agen dan pangkalan elpiji 3 kg.
c. Penggunaan paket konversi
Penggunaan paket konversi ini merupakan penggunaan paket konversi yang berupa kompor gas dan tabung gas elpiji 3 kg ini benar-benar diterima dan digunakan KK yang menerima paket konversi ini sebagai substitusi dari minyak tanah. Dengan penggunaan paket konversi yang dilakukan oleh KK penerima paket konversi maka dapat terlihat jelas mengenai pelaksanaan kebijakan konversi yang telah ditetapkan dapat berjalan dengan baik atau lebih lengkapnya semua KK penerima paket konversi menggunakan gas elpiji sebagai substitusi minyak tanah dan dapat merasakan manfaat dari penggunaan gas.
F. Data yang Dicari dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data yang Dicari
Berdasarkan variabel-variabel di atas tadi, maka data yang akan dicari sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer yaitu data-data atau keterangan yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Data-data itu, antara lain: 1. Proses pendataan penerima paket konversi
2. Proses penyaluran paket konversi 3. Penggunaan paket konversi b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh pihak lain, yaitu data yang tersedia di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten. Data tersebut yaitu jumlah KK penerima paket konversi di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten.
2. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara berpedoman
31
substitusi minyak tanah. Pertanyaan wawancara ditujukan untuk
konsultan, team leader dan KK penerima paket konversi.
Berikut adalah kisi-kisi penyusunan pertanyaan wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data tentang kesesuaian proses pendataan penerima paket konversi, ketepatan proses penyaluran paket konversi dan penggunaan paket konversi, antara lain:
Tabel III.1
Kisi-kisi Wawancara Untuk Supervisor Variabel
• Ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan dan rumah tangga merupakan pengguna minyak tanah murni
• Kelas sosial C1 ke bawah (pengeluaran<Rp1,5juta/bln)
• Merupakan penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan
Usaha mikro
• Usaha mikro merupakan
pengguna minyak tanah untuk bahan bakar usahanya
• Merupakan penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan
• Melampirkan surat keterangan usaha
Penduduk musiman
• Melampirkan surat keterangan dari tingkat RT, RW dan kelurahan
• Terlampir dalam berita acara penyerahan paket konversi
Ketepatan proses penyaluran paket konversi
• Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat mengenai pelaksanaan pembagian paket konversi
• Pertamina melakukan sosialisasi dengan masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg dibantu konsultan di daerah yang akan dikonversi
• Agen elpiji 3 kg menyalurkan stok elpiji isi ulang 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg
• Konsultan membagikan paket konversi melalui wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan)
• Masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar
9
• Paket konversi digunakan oleh penerima paket konversi
• Manfaat paket konversi bagi KK penerima paket konversi
14 15
Tabel III.2
Kisi-kisi Wawancara Untuk Team Leader Variabel
• Ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan dan rumah tangga merupakan pengguna minyak tanah murni
• Kelas sosial C1 ke bawah (pengeluaran<Rp1,5jt/bln)
• Merupakan penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan
Usaha mikro
• Usaha mikro merupakan pengguna minyak tanah untuk bahan bakar usahanya
• Merupakan penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melempirkan KTP atau KK atau
1
2 3
4
33
surat keterangan
• Melampirkan surat keterangan usaha
Penduduk musiman
• Melampirkan surat keterangan dari tingkat RT, RW dan kelurahan
• Terlampir dalam berita acara penyerahan paket konversi
• Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat mengenai pelaksanaan pembagian paket konversi
• Pertamina melakukan sosialisasi dengan masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg dibantu konsultan di daerah yang akan dikonversi
• Agen elpiji 3 kg menyalurkan stok elpiji isi ulang 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg
• Konsultan membagikan paket konversi melalui wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan)
• Masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar
• Paket konversi digunakan oleh penerima konversi
• Manfaat paket konversi bagi KK penerima paket konversi
14
15
Tabel III.3
Kisi-kisi Wawancara Untuk KK Penerima Paket Konversi Variabel
• Ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan
• Ibu rumah tangga merupakan pengguna minyak tanah murni
• Kelas sosial C1 ke bawah (pengeluaran<Rp1,5jt/bln)
• Merupakan penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan
1 2 3 4
melampirkan KTP atau KK atau surat keterangan
Usaha mikro
• Usaha mikro merupakan
pengguna minyak tanah untuk bahan bakar usahanya
• Merupakan penduduk legal setempat dengan dibuktikan dan melempirkan KTP atau KK atau surat keterangan
• Melampirkan surat keterangan usaha
Penduduk musiman
• Melampirkan surat keterangan dari tingkat RT, RW dan kelurahan
• Terlampir dalam berita acara penyerahan paket konversi
• Sebelum pembagian paket konversi diberi sosialisasi
• Pembagian peralatan memasak dilakukan untuk wilayah tertentu (kecamatan atau kelurahan)
• Masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar
10
11
12 Penggunaan paket
konversi
• Paket konversi digunakan oleh penerima konversi
• Penggunaan paket konversi dapat menggurangi pengeluaran rumah tangga
• Penggunaan paket konversi dapat mengurangi polusi udara di rumah (dapur)
• Penggunaan paket konversi dapat menghemat waktu memasak dan dapat merawat peralatan memasak
• Penggunaan paket konversi dapat mengalokasikan minyak tanah untuk bahan bakar lain
35
b. Teknik dokumentasi
Teknik Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari data-data yang telah ada. Data tersebut adalah data tentang jumlah KK yang menerima paket konversi di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten. Dengan data tersebut maka dapat diketahui berapa KK yang menerima paket konversi dan apakah sudah sesuai dengan apa yang ditentukan pemerintah.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diinginkan terkumpul, maka untuk selanjutnya dilakukan analisis data. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu melalui alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992: 16). 1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, keabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan-catatan tertulis yang terjadi di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung sampai laporan akhir tersusun. Proses reduksi dalam penelitian ini dapat dilakukan setelah wawancara kepada KK penerima paket konversi dan pihak terkait tentang proses pendataan penerima paket konversi, proses penyaluran paket konversi dan penggunaan paket konversi.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penerikan kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif. Hal ini ditujukan agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah-pisah.
3. Kesimpulan
37
BAB IV
GAMBARAN UMUM KECAMATAN NGAWEN
A. Letak Geografis
1. Peta Kecamatan Ngawen
Gambar IV. 1
Peta Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten
S u
m b e r :
Kecamatan Ngawen Dalam Angka 2007
2. Keadaan Geografi
Kecamatan Ngawen merupakan salah satu wilayah di kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif, Kecamatan Ngawen mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Jatinom dan Kecamatan Karanganom
b. Sebelah Timur : Kecamatan Ceper
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Kebonarum dan Kecamatan Klaten Utara
d. Sebelah Barat : Kecamatan Karangnongko
Kecamatan Ngawen mempunyai suhu maksimum 32ºC dan suhu minimum 22ºC. Bentuk daratan adalah daratan berombak 100%. Kecamatan Ngawen terdiri dari 13 kelurahan/desa yaitu kelurahan Duwet, kelurahan Gatak, kelurahan Manjung, kelurahan Senden, kelurahan Ngawen, kelurahan Kahuman, kelurahan Kwaren, kelurahan Pepe, kelurahan Manjungan, kelurahan Tempursari, kelurahan Mayungan, kelurahan Candirejo dan kelurahan Drono.
3. Luas Wilayah
39
Tabel IV. 1
Luas Wilayah Kecamatan Ngawen
No. Desa Lahan sawah
Sumber: Kecamatan Ngawen Dalam Angka 2007
Dari keseluruhan wilayah kecamatan Ngawen, wilayah yang paling luas adalah wilayah/lahan persawahan yaitu seluas 1154,4 km². Lahan persawahaan tersebut ditanami padi dan jagung, sedangkan lahan bukan persawahaan terdiri dari bagunan dan halaman, tegal, kebun, dan ladang yaitu seluas 543,3 km². Dengan lahan persawahaan yang cukup luas menjadikan penduduk di kecamatan Ngawen sebagian besar hidup bergantung pada sektor pertanian, baik sebagai pemilik, penggarap maupun buruh tani. Jumlah pemilik lahan persawahaan, penggarap maupun buruh tani dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.2
Status Petani Menurut Desa
No. Desa Pemilik
Sumber: Kecamatan Ngawen Dalam Angka 2007
Dari tabel IV.2 dapat diketahui jumlah pemilik lahan persawahan di kecamatan Ngawen yaitu sebanyak 2537 orang, penggarap sebanyak 470 orang dan buruh tani sebanyak 618 orang.
B. Kelembagaan Desa dan Kependudukan
1. Kelembagaan Desa
41
Tabel IV.3
Kelembagaan Desa
No. Desa Dukuh RW RT LKMD
1. Duwet 6 6 15 1
2. Gatak 6 6 17 1
3. Manjung 10 10 32 1
4. Senden 11 11 29 1
5. Ngawen 13 13 24 1
6. Kahuman 9 9 12 1
7. Kwaren 7 7 19 1
8. Pepe 10 10 17 1
9. Manjungan 8 8 26 1
10. Tempursari 11 11 22 1
11. Mayungan 10 10 35 1
12. Candirejo 13 13 31 1
13. Drono 8 8 47 1
Jumlah 122 122 326 13
Sumber: Kecamatan Ngawen Dalam Angka 2007
Dari tabel IV.3 dapat diketahui jumlah organisasi masyarakat/ kelembagaan desa terdapat 122 dukuh, 122 RW, 326 RT dan 13 LKMD.
2. Kependudukan
Jumlah penduduk di kecamatan Ngawen pada tahun 2007 tercatat sejumlah 44.338 jiwa, yang terdiri dari laki-laki berjumlah 21.956 jiwa dan perempuan berjumlah 22.382 jiwa dengan perincian sebagai berikut:
Tabel IV. 4
Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin No. Desa Laki-laki
(jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah (jiwa)
1. Duwet 994 1120 2114
2. Gatak 1161 1196 2357
3. Manjung 1579 1663 3242
4. Senden 1705 1890 3595
5. Ngawen 2326 2328 4654
6. Kahuman 1055 1029 2084
7. Kwaren 1365 1435 2800
8. Pepe 1694 1688 3382
9. Manjungan 1339 1266 2605
10. Tempursari 1686 1736 3422
11. Mayungan 2226 2299 4525
12. Candirejo 2370 2327 4697
13. Drono 2456 2405 4861
Jumlah 21956 22382 44338
43
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab V ini peneliti menguraikan pembahasan dari hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara. Wawancara dilakukan dengan pihak konsultan yaitu supervisor di tingkat kecamatan, team leader di tingkat desa/kelurahan dan KK penerima paket konversi. Wawancara tersebut berkaitan dengan kesesuaian proses pendataan penerima paket konversi, kesesuaian proses penyaluran paket konversi dan penggunaan paket konversi berupa gas sebagai substitusi minyak tanah di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten.
A. Kesesuaian Proses Pendataan KK Penerima Paket Konversi
Proses pendataan KK penerima paket konversi dapat dikatakan sesuai apabila sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (Juklak) konversi berkaitan dengan kriteria penerima paket konversi. Kriteria semua penerima paket konversi yaitu Ibu rumah tangga, usaha mikro dan penduduk musiman harus sesuai dengan kriteria penerima paket konversi yang ada pada petunjuk pelaksanaan konversi.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan supervisor, team leader dan penerima paket konversi berkaitan dengan kriteria penerima paket konversi di kecamatan Ngawen belum sesuai dengan petunjuk pelakasanaan konversi. Ketidaksesuaian ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari wawancara. Hasil wawancara tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel V. 1
Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penerima Paket Konversi Untuk Ibu Rumah Tangga (164 KK)
Kesesuaian KK Penerima Paket Konversi No
Dalam Juklak Konversi Minyak Tanah Ke Gas
1. Penerima paket konversi adalah ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan
41,46% 58,53%
2. Penerima paket konversi mempunyai pengeluaran < Rp1.500.000,00/bulan
77,43% 22,56%
3. Penerima paket konversi adalah pengguna minyak tanah murni
80,48% 19,51% 4. Penerima paket konversi adalah
penduduk legal (mempunyai KTP dan KK)
100% 0
Jumlah (rata-rata) 74,84% 25,15%
Sumber: Hasil Penelitian Evaluasi Konversi, 2009
45
uang lelah saja yaitu antara Rp40.000,00 sampai Rp70.000,00 per minggu,
dengan penghasilan tersebut tentu hanya digunakan sebagai tambahan penghasilan ibu rumah tangga daripada tidak mempunyai penghasilan sama sekali. Sedangkan untuk ibu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan adalah ibu rumah tangga yang bekerja penuh dan mempunyai penghasilan sesuai dengan UMR atau di atas UMR Klaten yaitu sebesar Rp607.000,00/bulan (Suara Merdeka, 2008).
Selanjutnya sesuai petunjuk pelaksanaan konversi pengeluaran ibu rumah tangga penerima paket konversi <Rp1.500.000,00/bulan. Dari hasil penelitian mendapatkan data 77,43% atau 127 ibu rumah tangga mempunyai pengeluaran <Rp1.500.000,00/bulan, ini menunjukkan sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi, sedangkan masih terdapat 22,56% atau 37 ibu rumah tangga yang mempunyai pengeluaran >Rp1.500.000,00/bulan. Menurut team leader ibu rumah tangga yang mempunyai pengeluaran >Rp1.500.000,00/bulan tetap mendapatkan paket konversi karena ibu rumah tangga tersebut ada yang sudah tidak mempunyai suami dan ada ibu rumah tangga yang mempunyai banyak anak.
Kriteria ibu rumah tangga yang berhak mendapatkan paket konversi yang lain adalah pengguna minyak tanah murni. Terdapat 80,48% atau 132 ibu rumah tangga yang menggunakan minyak tanah murni untuk memasak dan 19,51% atau 32 ibu rumah tangga menyatakan tidak menggunakan minyak tanah murni untuk memasak. Ibu rumah tangga yang tidak menggunakan minyak tanah murni untuk memasak dikarenakan pada
saat tertentu ibu rumah tangga menggunakan kayu bakar dan serbuk gergaji untuk memasak. Kayu bakar tersebut tidak di beli tetapi diperoleh dari sekitar rumah, jadi dimanfaatkan. Menurut team leader ibu rumah tangga yang menggunakan kayu bakar dan serbuk gergaji juga berhak mendapatkan paket konversi dikarenakan ibu rumah tangga tidak dapat membeli minyak tanah yang harganya mahal.
Kriteria yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi adalah ibu rumah tangga tersebut merupakan penduduk legal yang dibuktikan dengan KTP dan KK, kriteria ini sudah terpenuhi dari 164 ibu rumah tangga yang diteliti merupakan penduduk legal dengan KTP dan KK. Dari hasil wawancara dengan team leader dan KK penerima paket konversi menyatakan bahwa penduduk legal yang belum mempunyai KTP dan KK, disuruh membuat dengan dibantu oleh team leader.
Tabel V. 2
Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penerima Paket Konversi Untuk Usaha Mikro (56 Usaha Mikro)
Kesesuaian Penerima Paket Konversi No.
Dalam Juklak Konversi Minyak Tanah Ke Gas
Sesuai Dengan Juklak Konversi
Tidak Sesuai Dengan Juklak Konversi
1. Usaha mikro merupakan pengguna minyak tanah murni
73,21% 26,78%
2. Usaha mikro merupakan penduduk legal (mempunyai KTP dan KK)
100% 0
3. Usaha mikro mempunyai surat keterangan usaha
0 100%
Jumlah (rata-rata) 57,14% 42,85%
47
Dari tabel V.2 dapat dilihat bahwa 42,85% atau 24 usaha mikro
belum memenuhi kriteria penerima paket konversi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi, tetapi 57,14% atau 32 usaha mikro sudah memenuhi kriteria penerima paket konversi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi. Usaha mikro yang ada di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten antara lain, penjual nasi tumpang, penjual gorengan, penjual bakso, penjual soto, penjual mie ayam, penjual jamu dan penjual makanan ringan. Data yang didapat dari hasil wawancara akan diuraikan dibawah ini:
1. Usaha mikro merupakan pengguna minyak tanah
Usaha mikro yang memenuhi kriteria penerima paket konversi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi adalah usaha mikro yang menggunakan minyak tanah untuk melakukan usahanya. Data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah 73,21% atau 41 usaha mikro menggunakan minyak tanah murni, sedangkan 26,78% atau 15 usaha mikro tidak menggunakan minyak tanah murni. Usaha mikro yang tidak menggunakan minyak tanah murni dikarenakan usaha mikro tersebut harus memasak macam-macam makanan jadi membutuhkan banyak kompor minyak tanah untuk memasak dan usaha mikro juga menggunakan kayu bakar serta arang untuk mempercepat proses memasak. Jadi, dalam pelaksanaannya team leader memberikan paket konversi kepada usaha mikro yang bukan pengguna minyak tanah murni, karena usaha mikro tersebut sebenarnya juga menggunakan minyak tanah jadi berhak mendapatkan paket konversi.
2. Usaha mikro merupakan penduduk legal
Usaha mikro harus memenuhi kriteria penerima paket konversi yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi yaitu usaha mikro tersebut merupakan penduduk legal yang mempunyai KTP atau KK. Kriteria penerima paket konversi ini dapat dipenuhi semua, dari 56 usaha mikro tersebut merupakan penduduk legal yang mempunyai KTP dan KK.
3. Usaha mikro mempunyai surat keterangan usaha
Kriteria usaha mikro yang ketiga adalah usaha mikro harus mempunyai surat keterangan usaha. Dari hasil wawancara 100% usaha mikro yang ada di kecamatan Ngawen kabupaten Klaten belum mendapatkan surat keterangan usaha. Team leader tetap memberikan paket konversi untuk usaha mikro yang tidak mempunyai surat keterangan usaha karena usaha mikro menyatakan tidak tahu apa itu surat keterangan usaha dan apa fungsinya. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa kriteria ini tidak sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi.
Tabel V. 3
Hasil Persentase Kesesuaian Proses Penerima Paket Konversi Untuk Penduduk Musiman (10 KK)
Kesesuaian Penerima Paket Konversi No.
Dalam Juklak Konversi Minyak Tanah Ke Gas
Sesuai Dengan Juklak Konversi
Tidak Sesuai Dengan Juklak Konversi
1. Penduduk musiman
mempunyai surat keterangan
49
dari RT/RW dan kelurahan
2. Terlampir dalam berita acara serah terima pakt konversi
100% 0
Jumlah (rata-rata) 100% 0
Sumber: Hasil Penelitian Evaluasi Konversi, 2009
Dari tabel V.3 mengenai kriteria penerima paket konversi untuk penduduk musiman adalah harus mempunyai surat keterangan dari RT/RW dan kelurahan, dalam pelaksanaannya sudah dapat terpenuhi yaitu dari 10 penduduk musiman semua mempunyai surat keterangan dari RT/RW dan kelurahan. Kriteria lain yaitu penduduk musiman tersebut harus terlampir dalam berita acara penyerahan paket konversi dan hasilnya semua penduduk musiman sudah terlampir dalam berita acara penyerahan paket konversi.
Hasil wawancara dengan team leader dan KK penerima paket konversi berbeda dengan hasil wawancara dengan supervisor. Supervisor menyatakan bahwa kriteria penerima paket konversi untuk ibu rumah tangga, antara lain: ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan, ibu rumah tangga yang mempunyai pengeluaran <Rp1.500.000,00/bulan, ibu rumah tangga pengguna minyak tanah murni dan merupakan penduduk legal. Untuk usaha mempunyai kriteria, antara lain: pengguna minyak tanah murni, penduduk legal dan mempunyai surat keterangan usaha. Untuk penduduk musiman adalah mempunyai surat keterangan dari RT/RW dan kelurahan dan terlampir dalam berita acara serah terima paket konversi. Hal yang tidak sesuai dengan hasil wawancara, antara lain: ada beberapa ibu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan,
pengeluaran ibu rumah tangga >Rp1.500.000,00/bulan, ibu rumah tangga dan usaha mikro bukan pengguna minyak tanah murni, dan bahkan semua usaha mikro yang belum mempunyai surat keterangan usaha. Dari kriteria penerima paket konversi yang sudah sesuai dengan Juklak dan hasil wawancara dengan supervisor adalah penduduk legal dengan KTP dan KK, penduduk musiman mempunyai surat keterangan dari RT/RW dan kelurahan, dan semua penerima terlampir dalam berita acara penyerahan paket konversi.
B. Ketepatan Proses Penyaluran Paket Konversi
Proses penyaluran paket konversi dapat dikatakan tepat apabila sesuai dengan petunjuk pelaksanaan konversi. Berkaitan dengan proses penyaluran paket konversi, peneliti mendapatkan data dari supervisor, team leader dan KK penerima paket konversi, yang dapat dijelaskan dengan uraian sebagai berikut:
1. Supervisor
51
Tabel V. 4
Perbandingan Petunjuk Pelaksanaan Konversi Dengan Hasil Wawancara Dengan Supervisor Dalam Juklak Konversi Minyak Tanah
Ke Gas
Hasil Wawancara Dengan Supervisor
1. Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat mengenai pelaksanaan pembagian paket konversi
2. Pertamina melakukan sosialisasi dengan masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg dibantu oleh konsultan di daerah yang akan dikonversi
3. Agen elpiji 3 kg menyalurkan stok elpiji isi ulang ke pangkalan elpiji 3 kg
4. Konsultan membagikan paket konversi melalui wilayah tertentu (kecamatan/kelurahan)
5. Masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar
1. Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat untuk membagikan kompor gas dan tabung elpiji 3 kg
2. Pertamina dan konsultan melakukan sosialisasi dengan masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg di balai desa dan kantor konsultan 3. Agen elpiji 3 kg menyalurkan
stok elpiji isi ulang ke pangkalan elpiji 3 kg
4. Konsultan dan team leader membagikan paket konversi di kelurahan
5. Masyarakat melakukan isi ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di daerah sekitar Sumber: Hasil Penelitian Evaluasi Konversi, 2009
Dalam tabel V. 4 terlihat jelas bahwa dalam penyaluran paket konversi antara petunjuk pelaksanaan dan hasil wawancara dengan supervisor sudah sesuai dan tidak ada perbedaan. Pertama, Pertamina berkoordinasi dengan Pemda setempat mengenai pelaksanaan pembagian paket konversi, koordinasi tersebut mengenai daerah mana dahulu yang sudah siap dibagikan paket konversi yaitu dengan melihat data penerima paket konversi. Kedua, Pertamina bekerjasama dengan 4 konsultan di kabupaten Klaten, salah satunya yaitu PT Marketing Sentratama yang mengurusi 6 kecamatan antara lain kecamatan Ngawen, Jatinom, Karanganom, Ceper, Polanharjo dan Delanggu.
Dengan kerjasama tersebut pertamina memberikan perintah agar konsultan memberikan sosialisasi kepada masyarakat, agen dan pangkalan elpiji 3 kg. Ketiga, Agen elpiji 3 kg menyetok tabung isi ulang 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg. Keempat, Konsultan membagikan paket konversi untuk setiap kelurahan, dari gudang PT Marketing Sentratama Indonesia mengangkut paket konversi ke kelurahan-kelurahan dengan menggunakan truk kemudian sampai kelurahan-kelurahan diturunkan dan beberapa hari kemudian disalurkan ke KK penerima paket konversi. Kelima, KK penerima paket konversi melakukan pengisian ulang elpiji 3 kg ke pangkalan elpiji 3 kg di sekitar rumah. Keberadaan pangkalan elpiji 3 kg sangat diperhatikan dari stok dan jarak antara pangkalan dan masyarakat, hal ini diperhatikan dengan maksud agar masyarakat tidak kesulitan menggunakan gas elpiji. Dari uraian diatas terlihat bahwa antara petunjuk pelaksanaan paket konversi dan hasil wawancara dengan supervisor menunjukkan kesesuaian.
2. Team leader