• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - DOCRPIJM 15081319873.BAB III DOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) - DOCRPIJM 15081319873.BAB III DOK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan

Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Arahan yang harus

diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/

kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Kriteria:

i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan

internasional,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

(2)

provinsi, dan/atau,

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Kriteria:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa

kabupaten, dan/atau,

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Kriteria:

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas

dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional

yang menghubungkan dengan negara tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau,

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang

dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

i. Pertahanan dan keamanan,

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan

pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

b) Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah

pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang

amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan

(3)

c) Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil

terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau

laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a) Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b) Memiliki sector unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan

ekonomi nasional,

c) Memiliki potensi ekspor, didukung jaringan prasarana dan fasilitas

penunjang kegiatan ekonomi,

d) Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

e) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan

nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

f) Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi

dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau,

g) Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

iii. Sosial dan budaya

a) Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat

atau budaya nasional,

b) Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta

jati diri bangsa,

c) Merupakan asset nasional atau internasional yang harus

dilindungi dan dilestarikan,

d) Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

e) Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya,

atau;

f) Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala

nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a) Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya

alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga

(4)

b) Memiliki sumber daya alam strategis nasional;

c) Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan

antariksa;

d) Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir,

atau;

e) Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a) Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayat

b) Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna

yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus

dilindungi dan/atau dilestarikan,

c) Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang

setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

d) Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim

makro,

e) Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan

hidup,

f) Rawan bencana alam nasional,

g) Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan

mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN di Provinsi Aceh

NO PKN PKW

(1) (3) (4)

(5)

NO

KOTA / KABUPATEN *)

PROVINSI STATUS HUKUM

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kawasan Industri Lhokseumawe dan Pelabuhan Bebas Sabang

Ekonomi Kota Sabang Nanggroe

Aceh

Ekonomi Kota Banda Aceh

(Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Timur, dan Aceh Tamiang)

Nanggroe Aceh Darussalam

5 Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 2 pulau kecil terluar (Pulau Rondo dan Berhala) dengan negara India / Thailand / Malaysia

Pertahanan dan Keamanan

Kota Sabang Nanggroe

Aceh Darussalam dan Sumatera Utara

Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

NO Baru (Tahap I)

Nanggroe Aceh Darussalam

(6)

3.2. Arahan Strategi Nasional

3.2.1. Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara,

pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa

kepentingan, yaitu:

a. Pertahanan dan keamanan;

b. Pertumbuhan ekonomi;

c. Sosial dan budaya;

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;

e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah

dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.2.2. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau

PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong

pengembangan kawasan perbatasan negara. PenetapanPKSN dilakukan

berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai

berikut:

a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas

batas dengan negara tetangga;

b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang

internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya;

d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi

(7)

Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

3.2.3. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,

nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan

beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai

simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju

kawasan internasional;

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani

beberapa provinsi;

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul

utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan,

kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan

kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan

pada bab sebelumnya.

3.2.4. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung

sejak tahun. 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi

dokumen perencanaan.

(8)

yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra

produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas

dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi,

pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang

terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan;

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap

KPI;

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap

sentra-sentra produksi di masing-masing KPI;

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak

sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah

(Presiden RI).

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011

tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

(9)

Tabel 3.4. Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

NO KORIDOR KPI

(1) (2) (3)

1 Koridor Ekonomi (KE) Sumatera

Sei Mangkei, Tapanuli Selatan, Dairi

Dumai Tj Api-Api – Tj Carat Muaraenim – Pendopo Palembang Prabumulih

Bangka Barat, Babel, Batam

Bandar Lampung Lampung Timur Besi Baja Cilegon

2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten

DKI Jakarta Karawang Bekasi Purwakarta Cilacap Surabaya Gresik Lamongan Pasuruan

3 Koridor Ekonomi (KE) Bali – Nusa Tenggara

Badung, Buleleng, Lombok Tengah, Kupang Sumbawa Barat, Aegela

Nusa Penida

4 Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan

Kutai Kertanegara

Kutai Timur Rapak dan Ganal Kotabaru Ketapang

Kotawaringin Barat Kapuas Pontianak Bontang Tanah Bumbu Sanggau Penajam Paser Utara

5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi

Makassar Palopo (Luwu) Mamuju-Mamasa Parepare Kendari Kolaka Konawe Utara Morowali

Parigi Moutang Banggai Bitung

6 Koridor Ekonomi (KE) Papua – Kep. Maluku

Merauke (Mifee) Timika Halmahera

(10)

3.2.5. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi

perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau

beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan

teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut

dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah

kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan

Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah

sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga

pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat

merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada.

Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi

mengganggu kawasan lindung;

b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah

kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan

internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di

Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya

unggulan;

d. Mempunyai batas yang jelas.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun

2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus untuk Provinsi Aceh

(11)

Tabel 3.5. Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK di Kabupaten Aceh Barat

KSN

PKN PKSN

KPI MP3EI

KEK

KSN SUDUT

KEPENTINGAN

STATUS HUKUM RTRW

KSN

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Aceh Barat Ekonomi dan strategis PP 26 2008

3.3. Prioritas Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah satunya

mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan

perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta

Karya diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional.

Pada pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima)

klaster penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:

a.Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan

Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam

kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang

telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung.

b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang

termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan

Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam

kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang

telah memiliki Perda RTRW.

c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi

(12)

d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan

di perkotaan dan perdesaan.

e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi

baru Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.

3.3.1. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan

kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas,

sampai dengan akhir tahun 2013 diidentifikasi sebanyak 94 (sembilan puluh

empat) kabupaten/kota di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota

Prioritas Strategis Nasional Klaster A, yang dipaparkan pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A untuk Provinsi Aceh

NO KAB/KOTA

3.3.2. Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B

Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah

kabupaten/kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang

(13)

NO KAB/KOTA

2 ACEH TENGGARA V V

(delapan puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B yang

dipaparkan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B untuk Provinsi Aceh

3.3.3. Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Klaster C merupakan kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanganan

dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Cipta

Karya, yaitu kabupaten/kota di luar Klaster A dan Klaster B. Pemilihan prioritas

kabupaten/kota dalam pemenuhan SPM ditentukan berdasarkan karakteristik

masing-masing daerah, antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki

cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau

miskin. Selain memenuhi karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki

komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya

dan memiliki program yang responsif.

3.3.4. Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)

Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan masyarakat

Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan. Program

pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan

(14)

3.3.5. Kabupaten/Kota Klaster E Bagi Daerah Dengan Program dan Inovasii Yang Kreatif

Klaster E diperuntukkan untuk kabupaten/kota yang memiliki program yang kreatif

dan inovasi baru bagi pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dan

tercantum pada Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka

Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya. Pada Klaster E ini juga difasilitasi

daerah yang berprestasi dan memiliki inovasi baru.

Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan

kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus, antara lain

dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota tersebut

Gambar

Tabel 3.2 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
Tabel 3.5. Matriks Isian Lokasi KSN, PKSN, PKN, PKI MP3EI, dan KEK diKabupaten Aceh Barat
Tabel 3.6. Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster
Tabel 3.7. Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster Buntuk Provinsi Aceh

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa peranan arisan “Ibu Siti Rahmawati” dalam pemberdayaan keluarga di Desa Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten

56 Pada gambar tersebut, dapat dilihat bahwa halaman Main Menu memiliki enam menu di dalamnya, yaitu Play Sound untuk mendengarkan suara, See Spectrum

Hasil analisis regresi terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku pe- ngunjung TWA Punti Kayu memperli- hatkan bahwa faktor promosi, harga, pro- duk, dan

Harahap (2008 : 190) menjelaskan pengertian analisis laporan sebagai berikut: “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

1) Proses penggilingan dimulai ketika daun teh yang berada di stasiun pelayuan sudah siap untuk digiling. Proses turunnya teh dari stasiun pelayuan ke stasiun

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan metode deskriptif analisis untuk mendapatkan suatu simpulan mengenai penerapan pembelajaran tematik dalam

Hal ini semakin diperkuat dengan penjelasan dari gambar, dimana nilai kalor dengan perbandingan komposisi 0,5 lebih tinggi untuk setiap variasi penambahan Black

•• PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa jauh orang yang terkena dampak kebijakan publik jauh orang yang terkena dampak kebijakan