• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Perkembangan Telekomunikasi di Indonesia

Perkembangan telekomunikasi di Indonesia sudah mencapai tahap yang mengagumkan. Interaksi yang tercapai antara manusia dengan teknologi seperti telepon, komputer, camera, dan sistem digital telah berakibat terjadinya perubahan dalam pola hidup dari manusia modern bahkan sampai pada masyarakat pedesaan.

Perkembangan teknologi telekomunikasi menurut Harmoko (1992) dimungkinkan oleh adanya terobosan-terobosan di bidang elektronika dan komputer. Perkembangan masyarakat yang semakin menghendaki kemudahan- kemudahan hubungan dengan beraneka ragam jasa telekomunikasi ikut pula menjadi daya tarik berkembangnya teknologi telekomunikasi bahkan teknologi informasi juga ikut berkembang. Persaingan di bidang ekonomi, semakin memerlukan pengelolaan usaha yang efisien dan efektif untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas tinggi dengan biaya serendah mungkin.

2.1.1 Definisi dan Sejarah Singkat

Telekomunikasi berasal dari bahasa Yunani, artinya proses pertukaran informasi antar dua buah pihak pada jarak tertentu. Kini berkembang dengan melewatkan sinyal dari suatu pemancar ke penerima atau sebaliknya. Pemilihan perangkat transportasi untuk pengiriminan sinyal yang baik telah menjadi peranan mendasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. “Perusahaan Telekomunikasi sudah ada sejak masa Hindia Belanda dan yang menyelenggarakan adalah pihak swasta. Sedangkan perusahaan Telekomunikasi Indonesia sendiri juga termasuk bagian dari perusaahaan tersebut yang mempunyai bentuk badan usaha Post-en Telegraaflent dengan Staats blaad No.52 tahun 1884. Dan sejak tahun 1905 perusahaan Telekomunikasi sudah berjumlah 38 perusahaan. Namun setelah itu pemerintah Hindia Belanda mengambil alih perusahaan tersebut yang berdasar kepada Staatsblaad tahun 1906 dari sejak itu berdirilah Post, Telegraf en Telefoon

(2)

Dients (PTT-Dients),dan perusahaan ini ditetapkan sebagai Perusahaan Negara berdasar Staats blaad No.419 tahun 1927 tentang Indonesia Bedrijven Weet”. (I.B.W Undang-Undang Perusahaan Negara).

2.1.2 Peranan dan Aturan Telekomunikasi

Teknologi telekomunikasi yang ditulang punggungi teknologi elektronika merupakan sarana yang berguna untuk mengatasi problematika masyarakat pedesaan terutama petani. Masyarakat pedesaan menginginkan adanya kehidupan yang lebih baik. Konsep “Kehidupan Yang Baik” menurut Redfield (1982) disini melukiskan nilai-nilai masyarakat, validitas perbandingan yang didasarkan pada berbagai ragam jenis sumber informasi termasuk teknologi telekomunikasi yang begitu jauhnya terpisah, dan nilai generalisasi yang diberikan kepada masyarakat.

Salah satu peranan telekomunikasi adalah sebagai penunjang keberhasilan pembangunan Nasional yang merambah ke masyarakat dalam bentuk pertukaran informasi untuk kelancaran berkomunikasi. Peranan telekomunikasi pada masyarakat tidak hanya memfasilitasi dan melayani dalam perkembangan ekonomi di masyarakat tersebut, tetapi juga dapat memperbaiki infrastuktur masyarakat. hal ini menyebabkan diterbitkannya beberapa peraturan yang secara khusus menggabungkan beberapa aspek yaitu Undang-undang no.11/2008 tanggal 21 april 2008 tentang transaksi dan informasi elektronik (“UU no.11/2008”), memungkinkan Telekomunikasi untuk dapat menyelenggarakan dan memperluas usaha di bidang informasi dan transaksi elektronik, termasuk e-payment.

2.1.3 Trend Telekomunikasi di Dunia

Trend yang mendasari pertumbuhan sektor telekomunikasi yaitu:

1. Sektor telekomunikasi yang terus tumbuh berkesinambungan. Perserongan berharap industri telekomunikasi dan kebutuhan atas jasa telekomunikasi akan meningkat dalam jangka menengah bersamaan dengan berkembang dan

(3)

semakin moderen Indonesia dan juga meningkatnya penetrasi fixed wireless di Indonesia.

2. Migrasi trafik suara dan data ke layanan nirkabel. Perseroan memprediksikan layanan nirkabel akan semakin populer akibat dari jangkauan populasi yang lebih luas, meningkatnya kualitas jaringan, semakin terjangkaunya harga ponsel dan semakin banyaknya paket layanan prabayar. Munculnya paket data internet bagi kelas menengah ke bawah, yang memberikan penawaran layanan data dan suara dasar dengan harga yang kompetitif dan kecil pada khususnya, telah memperluas pasar yang dapat dilayani oleh operator.

3. Stabilnya tingkat pemakaian fasilitas telekomunikasi. Pertumbuhan atas penggunaan layanan data dan SMS diprediksikan akan mengalami peningkatan di tahun-tahun mendatang. Hal tersebut akan membantu menstabilisasi penurunan dari layanan suara.

4. Meningkatnya tingkat kompetisi jasa pelayanan telekomunikasi. Dengan adanya investasi yang dilakukan operator-operator telekomunikasi asing di Indonesia, persaingan akan semakin meningkat dalam jangka menengah apabila para pemain baru yang memasuki pasar mampu mengembangkan jaringan yang ekstensif dan menawarkan layanan yang berkualitas.

2.2 Sistem Telekomunikasi

Sistem telekomunikasi terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak yang mamancarkan informasi dari satu tempat ke tempat lain. Sistem ini dapat memancarkan teks, data, grafik, suara, dokumen, atau video. Komponen utama suatu sistem telekomunikasi meliputi hal- hal berikut:

1. Perangkat Keras Semua jenis komputer dan pengolah komunikasi (modems atau komputer kecil yang digunakan untuk komunikasi).

2. Media Komunikasi Media fisik, dimana sinyal elektronik dialirkan, termasuk media tanpa kawat (digunakan dengan Cell Phone dan satelit). -Jaringan Komunikasi Jalur antar komputer dan alat komunikasi Perangkat Lunak

(4)

Komunikasi Perangkat lunak yang mengendalikan sistem telekomunikasi dan keseluruhan proses transmisi.

3. Penyedia Komunikasi Data Suatu perusahaan yang menyediakan jasa atau layanan komunikasi data.

4. Protokol Komunikasi Aturan untuk mengirimkan informasi pada sistem Aplikasi Komunikasi Pertukaran data secara elektronik, teleconferencing, videconferencing, e-mail, reproduksi, dan perpindahan data secara elektronik untuk memancarkan dan menerima informasi, suatu sistem telekomunikasi harus melaksanakan sejumlah fungsi terpisah yang transparant kepada pengguna. Sistem telekomunikasi terdiri dari dua sisi :

1. Pengirim Informasi (Tansmitter of Information) 2. Penerima Informasi (Receiver of Information) 2.3 Layanan Data

Layanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun bukan materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri (Suparlan,2000). Menurut (Inmon,2005) data adalah kumpulan dari fakta, konsep, atau instruksi pada penyimpanan yang digunakan untuk komunikasi, perbaikan dan diproses secara otomatis yang mempresentasikan informasi yang dapat di mengerti oleh manusia.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa layanan data adalah menolong menyediakan segala apa yang diperlukan orang lain mengenai paket data. Salah satu nya paket layanan data Tri(3) yang beberapa tipe varian paket yang cocok, bisa orang lain pilih sesuai kebutuhan. setiap layanan data kartu perdana memiliki fokus layanan yang berbeda-beda. Misalnya, jika ingin menggunakan kartu perdana Tri(3) untuk berinternetan. mungkin bisa memilih kartu perdana get more yang akan mendapatkan kuota yang berlipat setiap kali perpanjang masa aktif. Pilihan lain salah satu nya untuk pengguna blackberry. tidak ada salahnya menggunakan kartu perdana Tri(3) yang khusus diperuntukan untuk pengguna blackberry atau untuk pengguna yang aktif menggunakan telpon,

(5)

sms dan internet maka ada baiknya pengguna menggunakan paket jumbo atau jagoan internet 1000.

2.4 Internet

Menurut (Supriyanto,2008) Internet merupakan merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda terhadap sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol).

Sedangkan menurut (Harjono,2009) Internet merupakan kumpulan dari beberapa komputer, bahkan jutaan komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan atau terkoneksi satu sama lainnya. Media yang digunakan bisa menggunakan kabel/serat optic, satelit atau melalui sambungan telepon.

Berdasarkan penjelasan diatas Internet merupakan perpustakaan multimedia yang sangat lengkap, bahkan internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya), dikatakan seluruh informasi bidang ilmu pengetahuan disuguhkan internet, seperti bisnis, hiburan, lembaga pemerintahan maupun swasta dari seluruh Negara yang ada di dunia.

2.5 Konsep Layanan

Istilah layanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan layanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa layanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. layanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung (Moenir, 2006). Membicarakan layanan berarti membicarakan suatu proses kegiatan yang konotasinya lebih kepada hal yang abstrak (Intangible). layanan merupakan suatu proses, proses tersebut menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan, yang kemudian diberikan kepada pelanggan.

(6)

dilakukan oleh siapapun, yaitu : 1. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas - petugas di bidang Hubungan Masyarakat ( HUMAS ), bidang layanan Informasi, dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar supaya layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat - syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan yaitu:

a. Memahami masalah - masalah yang termasuk ke dalam bidang tugasnya. b. Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan, dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah 2. Layanan dengan tulisan

Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam melaksanakan tugas. Sistem layanan pada abad Informasi ini menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam bentuk tulisan.

Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa petunjuk Informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang - orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan laporan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya. Adapun kegunaannya yaitu :

a. Memudahkan bagi semua pihak yang berkepentingan. b. Menghindari orang yang banyak bertanya kepada petugas

c. Mamperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak, baik petugas maupun pihak yang memerlukan pelayanan.

d. Menuntun orang ke arah yang tepat 3. Layanan dengan perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh petugas-petugas yang memiliki faktor keahlian dan ketrampilan. Dalam kenyataan sehari - sehari layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi antara layanan

(7)

perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini disebabkan karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan secara lisan kecuali khusus melalui hubungan tulis yang disebabkan oleh faktor jarak.

2.5.1 Kualitas Layanan

Kualitas Lelayanan merupakan sikap yang berhubungan dengan keunggulan suatu jasa pelayanan atau pertimbangan konsumen tentang kelebihan suatu perusahaan. (Parasuraman. et al, 1985). Kebanyakan layanan yang ditawarkan oleh peritel lebih hanya pada melengkapi informasi tentang barang dagangan yang ditawarkan, seharusnya pelayanan pada pelanggan (customer sevice) adalah satuan aktifitas yang dilakukan oleh peritel dalam membuat pengalaman berbelanja konsumen lebih bersifat memberikan penghargaan pada konsumen (Utami, 2010).

Kualitas layanan dalam perusahaan jasa maupun retail merupakan hal yang sangat penting dari sudut pandang konsumen karena kualitas pelayanan merupakan dasar dari pemasaran jasa dikarenakan produk utama yang ditawarkan adalah kinerja (performance) (Iskandar & Bemarto, 2007).

Terdapat lima atribut dan dimensi dalam kualitas layanan yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry yang dikutip dalam Utami (2010) dan menjadi dasar pengembangan telaah terhadap kualitas layanan, diantaranya :

1. Bukti fisik (Tangibles)

Merupakan penampilan fasilitas fisik perlengkapan seperti bangunan gerai, tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, serta penampilan karyawan.

2. Keandalan (Reliability)

Reliability merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Terdapat dua aspek dalam dimensi ini, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan, dan seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan akurat atau tidak ada error.

(8)

3. Daya tanggap (Responsiveness)

Responsiveness merupakan kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan. 4. Jaminan (Assurance)

Assurance meliputi kualitas keramahtamahan karyawan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf dan karyawan, ketrampilan dalam memberikan informasi. 5. Empati (Emphaty)

Perhatian secara individual yang diberikan kepada perusahaan - dalam hal ini pemilik usaha ritel–kepada pelanggan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya dan kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Dimensi emphaty sendiri meliputi : (1) komunikasi, merupakan kemampuan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau pun memperoleh masukan dari pelanggan. (2) pemahaman kepada pelanggan (understanding the customer),meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan serta keinginan konsumen.

2.6 Model Penerima Teknologi

2.6.1 Theory of Reasoned Action (TRA) Believes Attitude Toward And Behavior (A)

Behavioral Actual

Normative Believes Subjective Norms Intention (BI) Behavior

and Motivation ( S N ) to comply

Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action (TRA)

Sumber : Hill, Fishbein and Ajzen, 1977 dalam Winarko & Mahadewi, 2013

(9)

(Winarko & Mahadewi, 2013), merupakan model teori psikologi social yang secara fundamental menerangkan factor-faktor yang mendorong perilaku manusia. Dalam model teori TRA dikembangkan suatu konstruksi bahwa behaviors (perilaku) suatu individu bergantung dari beberapa variable yang saling berhubungan, yaitu keyakinan, sikap, norma dan niat. Dalam model ini dikatakan bahwa Actual Behavior (perilaku actual suatu individu) ditentukan langsung oleh niat untuk Behavioral Intention/BI (berperilaku). Niat untuk Behavioral Intention/BI (berperilaku) ditentukan oleh dua faktor secara bersamaan, yaitu:

1. Sikap seseorang terhadap suatu perilaku (Attitude Toward Behavior/ A) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif suatu individu terhadap pencapaian suatu perilaku.

2. Norma - norma subjectif (Subjective Norms/SN) didefinisikan sebagai persepsi seseorang dengan melihat bahwa bagi kebanyakan orang yang dianggap penting baginya, dirinya harus atau tidak harus melakukan suatu perilaku.

Menurut model teori TRA ini, sikap seseorang terhadap suatu perilaku (A) ditentukan oleh apa yang diyakini oleh orang itu (beliefs) sebagai konsekuensi atas perilakunya, dikalikan dengan penilaiannya (evaluations) terhadap konsekuensi tersebut. Sedangkan Subjective Norms (SN) secara langsung ditentukan oleh keyakinan normative (normative belief) dari seseorang dikalikan motivasi untuk memenuhi norma-norma tersebut (motivation to comply).

2.6.2 Technology Acceptance Model (TAM) Perceived

Usefulness

External Attitude Behaviora Actual Variables Toward l Intention System

Using to Use Use

Perceived Ease of Use

(10)

Gambar 2.2 Technology Acceptance Model (TAM) Sumber : Davis, 1989 dalam Winarko & Mahadewi, 2013

Teori Technology Acceptance Model (TAM) adalah adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) untuk konteks penerimaan pengguna terhadap Sistem Informasi. seperti yang dikutip oleh (Winarko Mahadewi, 2013) Tujuan dari pengembangan teori Technology Acceptance Model atau bisa disebut TAM ini adalah memberikan penjelasan terhadap faktor–faktor penentu penerimaan komputer yang bersifat umum, sehingga dapat dijelaskan perilaku pengguna dari berbagai ragam teknologi komputasi dan penggunanya. Dengan demikian dapat menjadi dasar faktor-faktor external pada keyakinan, sikap dan niat dalam penggunaa sistem informasi. TAM berbeda dengan teori TRA yang memasukkan elemen norma-norma subjektif (SN) teori ini mengatakan bahwa untuk Behavioral Intention (BI) menggunakan sistem yang bergantung pada dua faktor, yaitu: 1. Sikap terhadap pengguna (Attitude Toward Using, A)

2. Persepsi kegunaan sistem (Perceived Usefulness, U)

Sedangkan sikap seseorang terhadap pengguna sistem bergantung pada dua faktor yaitu:

1. Persepsi kegunaan sistem (Perceived Usefulness) didefinisikan sebagai tingkat keyakinan seseorang menggunakan sistem tertentu yang dapat membantu pekerjaan,

2. Persepsi kemudahan penggunaan suatu sistem (Perceived Ease of Use) didefinisikan sebagai tingkatan kepercayaan individu bahwa menggunakan sebuah teknologi akan terbebas dari usaha. Hal ini menggambarkan bahwa individu akan lebih suka untuk berinteraksi dengan teknologi jika mereka mempersepsikan bahwa usaha kognitif mereka relatif kecil selama berinteraksi (Venkathes & Morris, 2000). Persepsi kegunaan ditentukan oleh kemudahan penggunaan suatu

sistem dan variabel eksternal. Sedangkan variabel eksternal dapat menentukan dua hal, yaitu Perceived Usefulness (persepsi kegunaan sistem) dan Perceived Ease of Use (kemudahan penggunaan suatu sistem).

(11)

2.6.3 Motivational Model (MM)

Davis et al. (1992) mengadaptasi teori motivasional yang dapat menjelaskan perilaku untuk memahami adopsi teknologi pada individu yang kemudian mengklasifikasi motivasi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Perspektif motivasi ekstrinsik menjelaskan bahwa perilaku individu ditentukan oleh harapan akan perolehan manfaat dan keuntungan di kemudian hari sedangkan perspektif motivasi intrinsik menjelaskan bahwa perilaku individu ditentukan dengan timbulnya perasaan aman, nyaman, dan bahagia pada diri.

Davis et al. (1992) mengidentifikasi perceived usefulness sebagai motivasi ekstrinsik dan perceived enjoyment sebagai motivasi instrinsik pada konteks objek penggunaan teknologi komputer di lingkungan kerja. Hasil studi Davis et al. (1992) menyatakan bahwa perceived enjoyment dan perceived usefulness memediasi pengaruh dari perceived ease of use pada behavioral intention.

2.6.4 Theory of Planned Behavior (TPB)

Teori ini adalah pengembangan dan penyempurnaan keterbatasan dalam Theory of Reasoned Action (TRA) yang dibahas sebelumnya. Perbedaan mendasar model teori ini dengan sebelumnya adalah adanya tambahan satu elemen dalam model model konstruksi yang disebut sebagai persepsi terhadap Perceived Behavioral Control atau disebut PBC (kendali perilaku seseorang) didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap sejauhmana tingkat kemudahan atau kesulitan dalam melaksanakan suatu tindakan atau berperilaku dalam kutipan (Winarko & Mahadewi, 2013).

(12)

Gambar 2.3 Theory of Planned Behavior (TPB) Sumber : Taylor and Todd, 1995 dalam Winarko & Mahadewi, 2013

Model konstruksi ini menjelaskan adanya korelasi antara Perceived Behavioral Control (PBC) dengan sikap terhadap suatu perilaku (Attitude Toward Behavior and Attitude Toward Using) dan norma-norma subjektif (Subjective Norms) dalam mempengaruhi seseorang untuk melakukan dorongan untuk berperilaku. Seperti yang dikutip oleh (Winarko &Mahadewi, 2013) model teori TRA berbeda dengan TPB, dimana perilaku seseorang termotivasi dibawah kendali individu tersebut, model teori TPB menggunakan asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk yang rasional. Artinya perilaku yang dihasilkannya juga bergantung secara langsung oleh informasi-informasi yang diterimanya secara sistematis. Karena seseorang akan termotivasi serta berperilaku dengan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan, konsekuensi atau implikasi pelakunya sebelum memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan perilaku tertentu. Menurut TPB, PBC bersama-sama dengan Behavioral Intention (BI) dapat digunakan secara langsung untuk memprediksi perilaku seseorang yang sepenuhnya tidak dibawah kendali individu.

2.6.5. Combined TAM and TPB

Model ini sering disebut sebagai Decomposed Theory of Planned Behavior yang menerangkan perilaku seseorang dengan konstruksi model

(13)

multi dimensional. Model ini berbeda dengan TRA yang membedakannya terletak pada faktor penentu sikap (Attitude Toward Behavior and Attitude Toward Using) dimana Attitude Toward Using tidak hanya bergantung pada persepsi kegunaan (Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use) saja, tetapi juga dipengaruhi kecocokan (Compability).

Gambar 2.4 Combined TAM dan TPB

Sumber : Taylor and Todd, 1995 dalam Winarko & Mahadewi, 2013

Sedangkan perbedaan dengan model ini dengan model TPB ada dua hal yaitu:

1. Subjective Norm (SN) yang dipengaruhi dua faktor : - Pengaruh rekan (Peer Influence)

- Pengaruh atasan (Superior’s Influence)

2. Perceived Behavioral Control, PBC yang dipengaruhi tiga factor: - Keefektivitasan atau persepsi kemampuan diri sendiri (Self Efficiency)

- Kondisi sumber daya pendukung (Resource Facilitating Conditions)

- Serta kondisi teknologi pendukung (Technology Facilitating Conditions).

(14)

kendala-kendala atau hambatan–hambatan seseorang untuk menerima penggunaan suatu teknologi, namun kehadiran faktor-faktor ini tidak secara otomatis dapat mendorong individu tersebut untuk menerima penggunaan suatu teknologi. (Winarko & Mahadewi, 2013)

2.6.6 Model of PC Utilization (MPCU)

Teori ini dikembangkan dengan menggunakan pendekatan faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah perilaku yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013) dalam konteks sistem informasi untuk memprediksi pemanfaatan Teknologi Informasi. Teori Triandis digunakan dalam penelitian sosiologi dan psikologi yang menerangkan suatu model konstruksi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Triandis mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh apa yang orang ingin lakukan (Attitudes), apa yang mereka pikir harus dilakukan (Social Norms), apa yang mereka biasa lakukan (Habits), dan oleh konsekuensi–konsekuensi yang diharapkan atas tindakannya (Expected Consequences).

Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan (Utilization) Teknologi Informasi sangat dipengaruhi oleh norma-norma social (Social Norms), faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi menurut kutipan (Kasmana, 2013) :

1. Faktor sosial (Social Factors) merupakan internalisasi kultur subyektif kelompok dan persetujuan interpersonal tertentu yang dibuat antar individu dalam situasi sosial tertentu. Kultur subyektif berisi norma (norms), peran (role), dan nilai (values).

2. Pengaruh terhadap pengguna (Affect Toward Use) adalah yang berhubungan dengan perasaan senang, kegembiraan atau depresi, kemuakkan, ketidaksenangan atau kebencian, rasa suka atau tidak suka dalam melakukan pekerjaan individu menggunakan teknologi informasi atau dengan tindakan tertentu.

(15)

3. Kompleksitas (complexity). Sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk diartikan dan digunakan.

4. Kesesuaian tugas (job fit). Dapat di ukur dengan mengetahui apakah individu percaya bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja individu yang bersangkutan. Hubungan yang positif antara kesesuaian tugas dengan pemanfaatan teknologi informasi telah dibuktikan hasil penelitian.

5. Konsekuensi jangka panjang (long-term concequences). Konsekuensi jangka panjang dari keluaran yang dihasilkan apakah mempunyai keuntungan dimasa yang akan datang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini.

Gambar 2.5 Model of PC Utilization (MPCU)

Sumber : Thompson, Higgins and Howell, 1991dalam Winarko & Mahadewi, 2013

2.6.7 Innovation Diffusion Theory (IDT)

Teori ini dikembangkan berdasarkan Diffusion of Innovation oleh Rogers yang dikutip oleh (Winarko & Mahadewi, 2013). Menurut Rogers, ada beberapa kategori adopter terhadap inovasi teknologi baru. Kategori tersebut adalah Innovators, Early Adopters, Early Majority, Late Majority dan Laggards.

(16)

mengadopsi suatu inovasi. Ciri khas Innovators: 1. Mau menempuh resiko

2. Berusia muda

3. Memiliki kelas sosial yang tinggi

4. Memiliki kemampuan finansial yang cukup 5. Berjiwa sosial

6. Memiliki akses ke sumber-sumber pengetahuan dan 7. Berinteraksi dengan kelompok Innovator lainnya

2) Early Adopters adalah kategori kedua yang paling cepat mengadopsi adanya inovasi teknologi baru dan memiliki ciri yang hampir sama dengan Innovators. Mereka yang dalam kategori ini memiliki Opinion Leadership yang tinggi.

3) Early Majority adalah kategori orang yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan dua kategori sebelumnya untuk mengadopsi teknologi baru. Biasanya mereka berasal dari kategori yang memiliki kelas sosial diatas rata-rata, berhubungan dengan kategoti Early Adpoters dan jarang memiliki Opinion Leadership dalam suatu sistem.

4) Late Majority adalah kategori yang mengadopsi inovasi setelah rata- rata anggota masyarakat ingin mengadopsi teknologi baru. Kategori ini memiliki sikap ragu-ragu terhadap teknologi baru sampai masyarakat lain mau menerimannya.

5) Laggards adalah kategori yang terakhir yang mau mengadopsi teknologi baru. Ciri-cirinya:

1. Memiliki golongan sosial yang rendah 2. Kemampuan finansial yang rendah

3. Hampir tidak memiliki Opinion Leadership 4. Berusia relatif lebih tua dan

5. Memiliki pola berfikir yang konservatif

Dalam konstruksi model Innovation Diffusion Theory (IDT) dilakukan penelitan mendalam untuk mengukur persepsi terhadap pengadopsian

(17)

inovasi dalam Teknologi. Ada 8 konstruksi yang dijadikan sebagai alat ukur:

1. Voluntariness of Use yaitu sejauh mana pengguna suatu inovasi dipersepsikan secara sukarela atau bebas

2. Image yaitu sejauh mana penggunaan suatu inovasi dipersepsikan untuk meningkatkan citra atau status seseorang dalam sistem sosial.

3. Relative Advantage yaitu sejauh mana inovasi dipersepsikan unutk lebih baik dari sebelumnya.

4. Compatibility yaitu sejauh mana sebuah inovasi dipersepsikan konsisten dengan nilai-nilai, kebutuhan yang ada dan pengalaman masa lalu dari Potential Adopters.

5. Ease of Use yaitu sejauh mana sebuah inovasi dipersepsikan sulit atau mudah untuk digunakan.

6. Result Demonstrability yaitu hasil nyata dari pengguna inovasi, sehingga juga dapat diamati dan dikomunikasikan.

7. Trialability yaitu sejauh mana sebuah inovasi dapat dicoba lebih dulu sebelum benar-benar diadopsi

8. Visibility yaitu sejauh mana seseorang dapat melihat orang lain menggunakan sistem didalam organisasi.

2.6.8 Social Cognitive Theory (SCT)

Teori ini digunakan untuk menerangkan teori perilaku manusia. Social Cognitive Theory (SCT) dikembangkan dan diterapkan kedalam konteks penggunaan komputer. Dalam penelitian (Winarko & Mahadewi, 2013) menggembangkan suatu model konstruksi untuk menejelaskan peranan Self Efficiency. Self Efficiency yaitu penilaian tentang kemampuan seseorang untuk menggunakan suatu teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas tertentu. Penilaian ini tidak mempertimbangkan apa yang telah dilakukan oleh orang lain dimasa lalu, namun lebih mempertimbangkan pertimbangan apa yang dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Selain itu tidak hanya mempertimbangkan unsur-unsur dalam pengoperasian komputer

(18)

yang sederhana namun juga kemampuan dalam mengaplikasikan keterampilan komputer untuk tugas-tugas yang lebih bersifat kompleks.

Gambar 2.6 Social Cognitive Theory (SCT) Sumber : Compeau and Higgins, 1995 dalam Winarko & Mahadewi, 2013 2.7 Metode UTAUT

“UTAUT merupakan salah satu model penerimaan teknologi terkini yang dikembangkan oleh Venkatesh, dkk. UTAUT menggabungkan fitur-fitur yang berhasil dari delapan teori penerimaan teknologi terkemuka menjadi satu teori. Kedelapan teori terkemuka yang disatukan di dalam UTAUT adalah theory of reasoned action (TRA), technology acceptance model (TAM), motivational model (MM), theory of planned behavior (TPB), combined TAM and TPB, model of PC utilization (MPTU), innovation diffusion theory (IDT), dan social cognitive theory (SCT). UTAUT terbukti lebih berhasil dibandingkan kedelapan teori yang lain dalam menjelaskan hingga 70 persen varian pengguna Setelah mengevaluasi kedelapan model, Venkatesh, dkk. menemukan tujuh konstruk yang tampak menjadi determinan langsung yang signifikan terhadap behavioral intention atau use behavior dalam satu atau lebih di masing-masing model. Konstruk- konstruk tersebut adalah performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, attitude toward using technology, dan self-efficacy. Setelah melalui pengujian lebih lanjut, ditemukan empat konstruk utama yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu, performance

(19)

expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions. Sedangkan yang lain tidak signifikan sebagai determinan langsung dari behavioral intention. Disamping itu terdapat pula empat moderator: gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari empat konstruk utama pada behavioral intention dan use behavior.” (Trie Hadayani dan Sudiana,2012).

“Tujuan utama penelitian menggunakan UTAUT adalah membantu organisasi untuk memahami bagaimana penggunaan bereaksi terhadap pengenalan teknologi baru. Pada awalnya, UTAUT dikembangkan dari Technology Acceptance Model (TAM) pada tahun 2003 dengan empat konstruk yang mempengaruhi niat perilaku untuk menggunakan teknologi yaitu: performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions. Sampai saat ini UTAUT sudah dikembangkan kembali dari konteks organisasi menjadi konteks konsumen individu yang diberi nama Model UTAUT2 di mana habit, hedonic motivation dan price value ditambahkan sebagai konstruksi baru” Venkatesh,(2003) dalam Wangsi,(2005).

Model UTAUT memiliki 2 jenis yaitu UTAUT dan UTAUT2. UTAUT menjelaskan “empat konstruk yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu, performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating conditions. Disamping itu terdapat pula empat moderator: gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari konstruk-konstruk pada behavioral intention dan use behaviour”. Vankatesh,(2003)

(20)

Gambar 2.7 Model UTAUT Sumber: Venkatesh et al (2003)

UTAUT 2 menjelaskan menjelaskan “tujuh konstruk yang memainkan peran penting sebagai determinan langsung dari behavioral intention dan use behavior yaitu, performance expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions, hedonic motivation, price value, dan habit. Disamping itu terdapat pula tiga moderator: gender, age, dan experience yang diposisikan untuk memoderasi dampak dari konstruk-konstruk pada behavioral intention dan use behaviour”.

Gambar 2.8 Model UTAUT 2 Sumber: Venkatesh dkk, (2012) 2.8 Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya merupakan bahan referensi bagi penulis membuat tugas akhir mengenai performance expectancy, effort expectancy, social influence, dan facilitating condition.

No Nama Peneliti

Judul Objek yang

diteliti Variab el Hasil 1. Gioliano Putra dan Maya Pengaruh Faktor-faktor dalam Modified Unified Theory Home Digital Service Telkom PE, EE, SI, FC, HM, Hasil Penelitian ini yaitu Home Digital Service TELKOM

(21)

Ariyanti of Acceptance and Use of Technology 2 (UTAUT 2) terhadap niat Prospective Users untuk mengadopsi Home Digital Services PT. TELKOM di SURABAYA. sebanyak 200 responden seluruh masyarakat lokasi disekitar Telkom Surabaya PV, dan BI penelitian ini terbukti positif signifikan mempengaruhi niat prospective users untuk mengadopsi Home Digital Service di Surabaya. Faktor-faktor tersebut terdapat 6 variabel 2 Trie Handay ani dan Sudiana Analisis Penerapan Model UTAUT (Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology) Terhadap Perilaku Pengguna Sistem Informasi (Studi Kasus : Sistem Informasi Akademik pada STTNAS Yogyakarta). Sistem Informasi Akademik pada STTNAS sebanyak 325 responden antara lain Mahasiswa, Dosen, dan karyawan PE, EE SI dan FC Hasil Penelitian ini yaitu variabel PE, SI dan FC berpengaruh secara signifikan terhadap Behavioral Intention, sedangkan variabel EE memberikan hasil yang tidak signifikan.

(22)

3 I Gusti Nyoman Sedana dan St. Wisnu Wijaya Penerapan Model UTAUT untuk memahami penerimaan dan penggunaan learning management system studi kasus : experential e-learning of sanata dharma Learning Management System (LMS) berbasis web sebanyak 281 Responden untuk mahasiswa Sanata Dharma University PE, EE, SI, FC dan UB Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat variabel PE, EE, SI, FC, dan UB sementara tingkat variabel BI sebagian besar responden tergolong sedang. 4 Andre Mentaya, M.J.Dewi yani Sunarto, Sri Hari ani dan Eko Wul andari Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerimaan Aplikasi Brilian dengan Model UTAUT. Aplikasi Brilian sebanyak 43 Responden untuk pria dan wanita hobi belanja brilian PE, EE, SI, dan FC Berdasarkan pada hasil analisis deskriptif didapatkan bahwa aplikasi Brilian memiliki tanggapan penerimaan teknologi yang positif dari para dosen, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tiap variabel dan Penelitian ini menemukan hasil yang berlawanan

(23)

dengan teori Venkatesh pada tahun 2003. Keempat faktor (PE, EE, SI, dan

FC) tidak berpengaruh secara signifikan untuk meningkatkan UB. 2.9 Pengembangan Hipotesis

2.9.1 Performance Expectancy terhadap User Behavior

Performance expectancy adalah tingkat dimana pengguna percaya bahwa menggunakan sistem informasi dapat meningkatkan prestasi kerja (Venkantesh, 2003). Konsep performance expectancy sama dengan konsep perceived usefulness dalam TAM, motivation ekstrinsic dalam MM, job fit dalam MPCU, relative advantage dalam IDT, dan outcome expectations dalam SCT. Venkatesh et al. (2003) berpendapat bahwa efektivitas yang diharapkan mengacu pada "dapat memperoleh manfaat yang signifikan setelah menggunakan sistem". Konstruk performance expectancy seharusnya mempengaruhi minat perilaku (behavioral intention) individual untuk menggunakan teknologi baru. Maka yang dapat dibangun adalah:

H1 : Performance expectancy berpengaruh terhadap user behavior 2.9.2 Effort Expectancy terhadap User Behavior

Effort expectancy adalah tingkat kemudahan individual yang berhubungan dengan penggunaan system (Venkantesh, 2003). Konsep effort expectancy sama dengan konsep perceived ease of use dalam TAM, complexity dalam MPCU, dan ease of use dalam IDT. Effort expectancy

(24)

didasarkan pada pengguna akan menggunakan teknologi baru jika teknologi baru tersebut mudah digunakan. Maka yang dapat dibangun adalah:

H2 : Effort expectancy berpengaruh terhadap user behavior 2.9.3 Social Influence terhadap User Behavior

Social influence merupakan norma subjective untuk TRA, TAM2, dan TPB/DTPB. Social influence sama dengan social factor dalam MPCU dan image dalam IDT. Maka yang dapat dibangun adalah:

H3 : Social influence berpengaruh terhadap user behavior 2.9.4 Facilitiating Conditions terhadap User Behavior

Facilitating conditions didefenisikan sebagai tingkat kepercayaan bahwa dengan adanya infrastruktur teknis dan organisasi akan mendukung untuk penggunaan teknologi baru (Venkantesh, 2003). Konsepnya sama seperti perceived behavioral control dalam TPB/DTPB, facilitating conditions dalam MPCU, dan compatibility dalam IDT. Tidak seperti konstruk lain, facilitating conditions tidak memiliki pengaruh langsung pada behavioral intention. Model UTAUT menyatakan bahwa facilitating conditions lebih memiliki pengaruh positif pada penggunaan actual daripada behavioral intention. Maka yang dapat dibangun adalah:

Gambar

Gambar 2.1 Theory of Reasoned Action (TRA)
Gambar 2.4 Combined TAM dan TPB
Gambar 2.5 Model of PC Utilization (MPCU)
Gambar 2.6 Social Cognitive Theory (SCT)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peran umur dapat

Kegiatan guru dalam publikasi ilmiah berupa hasil penelitian ilmu bidang pendidikan formal harus dibuktikan dengan bukti fisik sebagai berikut.. 28 a) Buku asli atau

Disisi lain analisis kuantitatif memberikan solusi dengan hasil yang menunjukkan bahwa untuk mendorong UKM dalam penggunaan fintech pemerintah ataupun perusahaan

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

3.Setelah proses tahap no 2 selasai lambung kapal diberi tulang tulang fiber untuk memberi kekuatan pada lambung kapal, selanjutnya kepada tahap pembuatan ruangan-ruangan pada kapal

Secara umumnya hasil asesmen terhadap kemampuan anak diketahui bahwa: gerak senso-motorik anak tidak mengalami masalah: anak bisa menggunting kertas, melem

Menurut Parakkasi (1999) terdapat tiga hubungan kecernaan dan tingkat konsumsi yaitu : (1) tidak terdapat hubungan antara kecernaan dan tingkat konsumsi, jika ternak diberi

Peningkatan kurs (angka nominalnya) atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para