• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2.1.

KONSEP PERENCANAAN & PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA

Sesuai arahan Dirjen Cipta Karya, Rencana Tata Ruang Wilayah menjadi panglima bagi pemerintah di semua tingkat dalam membangun infrastruktur permukiman pada nasional, regional, kabupaten/kota, kawasan, hingga yang paling kecil, lingkungan/komunitas. Sudah saatnya pembangunan infrastruktur permukiman melalui keterpaduan dengan pendekatan berbasis kawasan dan entitas yang mengacu pada tata ruang.

Kedepan, Cipta Karya akan memprioritaskan program/kegiatannya pada kabupaten/kota strategis nasional. Kabupaten/kota tersebut yang tercakup dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI). Kabupaten/kota tersebut juga telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota Pusaka, dan Perdesaan Lestari dan telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di bidang Cipta Karya berupa Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten/Kota. Direktorat Jenderal Cipta Karya juga mendukung kabupaten/kota dalam pemenuhan Standart Pelayanan Minimal (SPM) bagi kabupaten kota yang telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas, memiliki komitmen tinggi dan responsif program serta usulan-usulan daerah yang bersifat inovasi baru (creative program) bagi kab/kota yang berprestasi.

RPIJM Kab/Kota merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode 5 (lima) tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota maupun oleh masyarakat/swasta. RPIJM Kab/Kota disusun mengacu pada rencana spasial dan sektoral dalam rangka mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan.

Konsep Perencanaan

Bidang Cipta Karya

(2)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Program/kegiatan Cipta Karya yang berjalan saat ini belum sepenuhnya sesuai dengan arahan strategis dari penataan ruang dan strategis sektoral. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan yang konsisten dan terus menerus oleh pemerintah dan pemerintah daerah (Provinsi dan Kab/Kota) untuk menghasilkan dokumen RPIJM Kab/Kota yang berkualitas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Konsep perencanaan dan pelaksanaan program Ditjen Cipta Karya kedepan secara terpadu disusun mengacu pada rencana spasial dan sektoral dalam rangka mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan serta untuk menyamakan dan memantapkan pemahaman tentang keterpaduan dokumen perencanaan bidang Cipta Karya; serta meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya yang mengedepankan keterpad uan program berbasis penataan ruang. Dengan demikian Rencana Program Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM), secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi yang ada agar dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal, pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan infrastruktur permukiman yang sesuai dengan kebutuhan nyata agar dapat dicapai, gambar 2.1.

(3)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2.2.

AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL

2.2.1. RPJP Nasional 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk : (a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025, Visi pembangunan nasional tahun 2005–2025 adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) Misi yang dijabarkan ke dalam sasaran pokok berdasarkan tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 yaitu mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Ne gara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian PU, maka tugas Kementerian PU yang secara eksplisit dinyatakan di dalam sasaran-sasaran pokok dan arahan pembangunan nasional secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun tahapan dan skala prioritas utama dalam RPJPN untuk RPJM tahap ke -2 (2010 – 2014) untuk bidang pekerjaan umum dan permukiman adalah :

a. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintahan.

b. Kesejahteraan rakyat terus meningkat yang ditunjukkan dari menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan antardaerah, dan dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial di luar Jawa.

(4)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

c. Daya saing perekonomian meningkat antara lain melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha yang antara lain didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, pengembangan sumber daya air dan pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman.

d. Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup yang ditandai dengan berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, menguatnya partisipasi aktif masyarakat; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; dan yang didukung dengan meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

(5)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

(6)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

(7)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2.2.2. RPJM Nasional 2010-2014 (Perpres No. 5 Tahun 2010)

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RPJPN, Visi Pembangunan Nasional jangka panjang adalah terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur.

Kerangka visi Indonesia 2014 dalam RPJM Nasional 2010-2014 adalah: TERWUJUDNYA INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Kerangka visi Indonesia 2014 ditekankan pada :

1. Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2. Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis,

berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia.

3. Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia.

2.2.2.1.Misi Pemerintah Tahun 2010-2014

Misi pembangunan 2010-2014 merupakan rumusan dari usaha-usaha yang diperlukan untuk mencapai visi Indonesia 2014 dan tidak dapat terlepas dari kondisi serta tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang mempengaruhinya. Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai dan meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis. Usaha-usaha perwujudan visi Indonesia 2014 akan dijabarkan dalam misi pemerintah tahun 2010-2014 sebagai berikut. 1. Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera.

2. Memperkuat pilar-pilar demokrasi.

(8)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014, ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional tahun 2010-2014, yaitu :

1. Agenda pertama, pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. 2. Agenda kedua, perbaikan tata kelola pemerintahan.

3. Agenda ketiga, penegakan pilar demokrasi.

4. Agenda keempat, penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. 5. Agenda kelima, pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

2.2.2.2.Arah Kebijakan Umum Pembangunan Nasional

Mengacu pada permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia baik dewasa ini maupun dalam 5 (lima) tahun mendatang, maka arah kebijakan umum pemerintah dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan bangsa dan negara yang telah dirumuskan sebelumnya, secara garis besar adalah sebagai berikut :

1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai Indonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan.

2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jawab.

3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan di semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antardaerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.

(9)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Adapun prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional 2010-2014 (11 prioritas) yang terkait erat dengan pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan permukiman adalah sebagai berikut :

1. Prioritas pembangunan infrastruktur 2. Prioritas Bidang Kesehatan

3. Prioritas Penanggulangan Kemiskinan 4. Prioritas Ketahanan Pangan.

5. Prioritas Pembangunan Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik 6. Prioritas Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan

7. Prioritas di Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 8. Prioritas Iklim Investasi dan Iklim Usaha.

Sebagai upaya percepatan pembangunan infrastruktur, maka fokus prioritas rencana pembangunan bidang sarana dan prasarana ditetapkan dengan :

1. Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana sesuai dengan SPM. 2. Mendukung peningkatan daya saing sektor riil.

3. Meningkatkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).

Sedangkan prioritas bidang dalam rencana pembangunan bidang sarana dan prasarana mencakup :

1. Menjamin ketersediaan infrastruktur dasar untuk mendukung peningkatan kesejahteraan.

2. Menjamin kelancaran distribusi barang, jasa, dan informasi untuk meningkatkan daya saing produk nasional.

2.2.3. MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011)

Dalam rangka mewujudkan visi sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2025, Indonesia bertekad mempercepat transformasi ekonomi. Untuk itu disusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang mengedepankan pendekatan not business as usual, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan terfokus pada prioritas yang konkrit dan terukur. Namun demikian, MP3EI

(10)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

tetap merupakan bagian yang integral dalam sistem perencanaan pembangunan nasional yang telah ada.

Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.

Gambar 2.2. MP3EI merupakan bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional Berdasarkan berbagai faktor di atas, maka kerangka desain dari MP3EI 2011 – 2025 dirumuskan sebagaimana pada Gambar 2.3 berikut ini.

(11)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Gambar 2.3. Kerangka Desain MP3EI

Berdasarkan ketiga strategi yang telah ditetapkan, disusun rencana pembangunan 6 koridor ekonomi yang multiplier-nya meliputi seluruh wilayah tanah air. Pada masing-masing koridor ekonomi akan difokuskan pada pengembangan sejumlah kegiatan ekonomi utama sesuai engan keunggulan masing-masing wilayahnya. Sejumlah indikasi investasi sampai dengan 2014, termasuk infrastruktur utama, diidentifikasi berdasarkan proses interaksi dengan seluruh pemangku kepentingan.

Dari rencana pembangunan 6 koridor ekonomi di Indonesia dimana Koridor Ekonomi Sulawesi sebagai salah satunya mempunyai tema Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan Pertambangan Nikel Nasional. Koridor ini diharapkan menjadi garis depan ekonomi nasional terhadap pasar Asia Timur, Australia, dan Amerika. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Meskipun demikian, secara umum terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di Koridor Ekonomi Sulawesi :

(12)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

• Rendahnya nilai PDRB per kapita di Sulawesi dibandingkan dengan pulau lain di Indonesia;

• Kegiatan ekonomi utama pertanian, sebagai kontributor PDRB terbesar (30 persen), tumbuh dengan lambat padahal kegiatan ekonomi utama ini menyerap sekitar 50 persen tenaga kerja;

• Investasi di Sulawesi berasal dari dalam dan luar negeri relatif tertinggal dibandingkan daerah lain;

• Infrastruktur perekonomian dan sosial seperti jalan, listrik, air, dan kesehatan kurang tersedia dan belum memadai.

Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama pertanian pangan, kakao, perikanan dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di koridor ini.

1. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama pertanian pangan memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :

• Perbaikan akses jalan untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak perantara dagang;

• Peningkatan fasilitas irigasi, dimana kemampuan produksi sangat rentan terhadap perubahan cuaca jika terus bergantung pada irigasi sederhana yang bergantung pada hujan;

• Revitalisasi dan peningkatan kapasitas gudang dan penyimpanan yang ada (saat ini BULOG membeli 5 persen produksi beras nasional, tetapi fasilitas penyimpanan yang dimiliki sudah tua dan memerlukan perbaikan) dapat meningkatkan umur pangan dalam penyimpanan dan mengurangi kerugian yang disebabkan oleh penyimpanan yang tidak baik (jumlah gudang BULOG di Sulawesi berada pada posisi kedua paling banyak di Indonesia);

• Peningkatan akses jalan antara lahan pertanian dan pusat perdagangan, untuk dapat memfasilitasi petani dalam melakukan penjualan dan mengurangi ketergantungan pada perantara yang menaikkan harga jual hingga 30 persen dari harga final (diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani);

(13)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

• Pembangunan/perbaikan jaringan irigasi teknis usaha tani (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), dan tata air mikro (TAM), pembangunan/perbaikan pompa, sumur, embung.

2. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama kakao memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :

• Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar, Mamuju dan Manado;

• Penambahan dan peningkatan kapasitas fasilitas penyimpanan di pusat-pusat perdagangan dan pelabuhan;

• Peningkatan akses jalan yang lebih baik dari lokasi perkebunan menuju industri pengolahan, pelabuhan dan pusat perdagangan regional maupun ekspor;

• Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi) pada seluruh kawasan produksi dan industri pengolahan kakao.

3. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama perikanan memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :

• Pembangunan balai benih ikan/hatchery untuk menghasilkan bibit unggul; • Pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan;

• Pengembangan Unit Pengolahan Ikan (UPI);

• Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar dan Manado;

• Akses jalan yang lebih baik dari lokasi perikanan menuju pelabuhan dan pusat perdagangan regional;

• Pembangunan fasilitas penyimpanan hasil laut , di tempat-tempat pelelangan maupun di pusat-pusat perdagangan;

• Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi).

4. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama nikel memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :

• Pembangkit listrik (ketersediaan energi) untuk memenuhi kebutuhan pemrosesan; • Akses jalan antara areal tambang dan fasilitas pemrosesan;

• Infrastruktur pelabuhan laut yang dapat melayani pengiriman peralatan dan bahan baku dari daerah lain, misalnya dari Papua – Kepulauan Maluku.

5. Konektivitas (infrastruktur) Pengembangan kegiatan ekonomi utama Migas memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa :

(14)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

• Peningkatan dan pengembangan infrastruktur minyak dan gas bumi untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan bakar gas;

• Peningkatan dan pengembangan akses ke daerah-daerah eksplorasi dan eksploitasi baru, baik di daratan maupun di lepas pantai;

• Pembangunan infrastruktur pengilangan migas; • Pembangunan fasilitas penimbunan bahan bakar.

Dalam program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) untuk mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara kekuatan ekonomi utama dunia di masa depan, maka Ditjen Cipta Karya melalui program pengembangan Infrastruktur permukiman dengan fokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat quick wins dan sekaligus mulai membuat landasan bagi tahapan implementasinya dalam jangka menengah dan panjang. Implementasi MP3EI akan menciptakan pusat pertumbuhan baik ekonomi maupun sosial dimana manusia memerlukan permukiman sebagai tempat tinggal. Bahkan dimungkinkan permukiman tersebut juga sekaligus tempat usaha jika kemudian industri yang dikembangkan dalam MP3EI ini dapat menumbukan industri kecil atau rumahan.

Bidang Cipta Karya akan fokus pada penyiapan permukiman baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang merupakan kawasan terkait dengan investasi dan kegiatan lainnya dalam MP3EI, melalui program atau kebijakan dalam bidang permukiman kota maupun desa. Untuk perkotaan, Ditjen Cipta Karya telah mempunyai strategi pengembangan permukiman di kawasan di kawasan prioritas yang dikenal dengan SPPIP (Strategi Pembangunan Permukiman Infrastruktur Perkotaan). Untuk kawasan perdesaan, sesuai dengan UU 17/2005, penanganan permukiman perdesaan diarahkan untuk penyediaan pelayanan dasar di perdesaan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) khususnya perdesaan transmigrasi, tertinggal, perbatasan, pesisir, pulau kecil terluar, serta untuk mendukung perdesaan yang menjadi pusat pertumbuhan melalui program PPIP yang difokuskan bagi perdesaan, serta program agropolitan dan PISEW untuk mendukung perdesaan yang berpotensi menjadi pusat pertumbuhan pengembangan pertanian dan perikanan. Selain itu juga, Ditjen Cipta Karya melalui program Infrastruktur penyediaan air mengembangkan kegiatan SPAM, dilakukan guna mendukung kegiatan di pusat kegiatan ekonomi dan juga pemukiman di sekitarnya.

(15)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2.2.4. MP3KI

MP3KI merupakan kebijakan afirmatif untuk mempercepat dan memperluas upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia. MP3KI akan berperan di dalam mendorong terwujudnya pembangunan yang lebih inklusif dan berkeadilan, khususnya dalam mengakomodir keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal untuk dapat terlibat langsung dan menerima manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan demikian, MP3KI dan MP3EI saling memperkuat dan melengkapi untuk mewujudkan pembangunan ekonomi yang pro-growth, pro-poor, pro-job, dan pro-environment.

MP3KI menjabarkan secara khusus konsep dan desain, arah kebijakan, dan strategi penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang (2012-2025), termasuk menggambarkan transformasi dari program-program penanggulangan kemiskinan yang telah ada saat ini menuju terwujudnya sistem Jaminan Sosial yang menyeluruh. MP3KI juga menguraikan konsep dan desain pengembangan sustainable livelihood (mata pencaharian yang mapan) bagi masyarakat untuk peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan secara berkelanjutan. Dengan MP3KI program-program penanggulangan kemiskinan pada klaster I-IV akan dilaksanakan secara sinergi dengan target yang jelas. Seluruh program penanggulangan kemiskinan akan bertransformasi ke dalam bentuk program yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dari seluruh masyarakat secara merata termasuk menjamin terciptanya pemenuhan pendapatan masyarakat (income generating) secara berkelanjutan, sinergi dari seluruh kelompok program (klaster) penanggulangan kemiskinan dan menjembatani transisi antar waktu, serta mewujudkan sistem jaminan sosial yang menyeluruh.

MP3KI juga menggambarkan pola kerjasama yang optimal dari para pihak (kementerian/lembaga, daerah, swasta, dan masyarakat) dalam mendayagunakan berbagai sumber dayanya untuk mendukung penanggulangan kemiskinan.

Keberadaan program-program penanggulangan kemiskinan yang ada saat ini, mulai dari klaster I (bantuan dan perlindungan sosial), klaster II (pemberdayaan masyarakat), klaster III (pengembangan usaha kecil dan mikro), dan klaster IV (program pro -rakyat) selama rentang waktu menengah dan panjang akan dikelola sedemikian rupa sehing ga

(16)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

efektifitasnya dalam menurunkan angka kemiskinan di masing -masing wilayah menjadi semakin tinggi.

Wilayah/kawasan yang secara khusus memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi dan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang rendah akan menjadi konsentrasi utama dari kebijakan afirmatif yang dilakukan dalam waktu dekat, seperti: kawasan-kawasan tertinggal, pesisir, dan perbatasan. Keunggulan wilayah/kawasan akan dikelola melalui kerjasama para pihak sehingga dapat mengangkat dan mengembangkan potensi-potensi wilayah/kawasan tersebut dan selanjutnya dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan ekonomi wilayah yang bertujuan untuk pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru sebagai hasil sinergi dengan konsep dan desain MP3EI akan dikembangkan dalam MP3KI dengan klaster wilayah: Sumatera-Jawa, Bali, NTT-NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua-Papua Barat. Pengembangan wilayah ini dengan menitikberatkan keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal dalam proses pembangunan wilayah maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunannya.

Dalam waktu yang bersamaan, pendekatan pembangunan kewilayahan juga diarahkan pada berbagai kebijakan dan program afirmatif untuk penanggulangan kemiskinan yang dikhususkan pada wilayah-wilayah perdesaan, perkotaan, perbatasan, terpencil dan tertinggal, pesisir dan pulau-pulau kecil.

Keberadaan program-program penanggulangan kemiskinan tesebut secara rinci akan dijelaskan tentang klaster-klaster yang ada dalam program MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia).

Klaster 1 : Bantuan dan Perlindungan Sosial

Klaster 1 diibaratkan sebagai ikan. Melalui program ini Pemerintah memberikan bantuan pada masyarakat miskin atau rumah tangga sasaran (RTS) berupa :

1. Bantuan Opersional Sekolah (BOS). Anggaran BOS tahun 2012 sebesar Rp 27,67 triliun. BOS per siswa untuk pelajar SD Rp 580 ribu per tahun dan siswa SMP Tp 710ribu per tahun;

(17)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2. Beras bersubsidi atau beras untuk rumah tangga miskin (raskin) 15 kg/RTS/bulan dengan harga Rp 1.600/kg;

3. Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM), setiap RTSM mendapat Rp 600.000 – Rp 2,2 juta per tahun;

4. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk berobat gratis di Puskesmas dan rumah sakit kelas III milik pemeintah. Tahun 2011 peserta Jamkesmas diperluas kepada gelandangan dan napi. Selain Jamkesmas diberikan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Rp 100 juta/Puskesmas/tahun. Anggaran Jamkesmas tahun 2011 sebesar Rp 6,3 triliun;

5. Bantuan sosial untuk pengungsi/ korban bencana; 6. Bantuan untuk penyandang cacat Rp 300ribu/bulan;

7. Bantuan untuk lanjut usia (lansia) terlantar Rp 300ribu/bulan. Klaster 2 : pemberdayaan masyarakat

Klaster 2 diibaratkan sebagai kail. Melalui program ini Pemerintah melaksanakan Program Nasional :

1. Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; 2. Dilaksanakan oleh 13 Kementrian dan 1 lembaga; 3. Anggaran PNPM Mandiri sebesar Rp 9,94 triliun;

4. Setiap Kecamatan memperoleh dana hingga Rp 3 miliar;

5. Untuk 2012 sasaran yang akan dicapai 6680 Kecamatan, 495 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi.

Klaster 3 : Kredit Usaha Rakyat

Klaster ini diibaratkan sebagai perahu. Melalui program ini usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mendapat Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 19 bank, yakni BRI, BNI, Bnak Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank DKI, Bank Nagari, Bank Jabar-Banten, Bank Jateng, BPD DIY, Bank Jatim, Bank NTB, Bank Kalbar, BPD Kalsel, Bank Kalteng, Bank Sulut, Bank Maluku dan Bank Papua. Maka pemberian bantuan berupa :

(18)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

1. Pemerintah memberikan jaminan melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) sebesar Rp 2 triliun/tahun. KUR tahun 2010 telah dikucurkan Rp 17,23 triliun dan tahun 2011 Rp 29 triliun Alokasi KUR tahun 2012 sebesar Rp 30 triliun

2. KUR Rp 20 juta diberikan tanpa agunan

3. Persyaratan memiliki usaha tetap, KTP, KK, dan Keterangan Usaha dari desa/ kelurahan

4. KUR untuk TKI dengan kredit maksimal Rp. 60 juta. KUR untuk perkebunan diberikan waktu hingga 13 tahun

Klaster 4 : Program Pro Rakyat

1. Program Rumah Sangat Murah dan Murah dilaksanakan pada tahun 2012 oleh Kemenpera dengan anggaran sebesar Rp 514,58 miliar mambangun 6.162 unit. Sedangkan tahun 2011 melalui PNPM Mandiri Perumahan dan Permukiman, telah dibangun 20.600 unit dan peningkatan kualitas 39.500 unit di 33 provinsi dengan anggaran sebesar Rp 812,88 miliar;

2. Program Kendaraan Umum Angkutan Murah pada tahun 2012 dengan anggaran APBN sebesar Rp 10 miliar;

3. Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (Pamsismas) tahun 2012 direncanakan di 15 provinsi, di 694 kabupaten dengan anggaran sebesar Rp 144,3 miliar dan tahun 2011 di 15 provinsi , 560 kawasan dengan anggaran sebesar Rp 240,8 miliar;

4. Program Listrik Murah dan Hemat dilaksanakan tahun 2012 dengan anggaran sebesar 288 miliar;

5. Peningkatan Kehidupan Nelayan akan dilaksanakan tahun 2012 dengan anggaran Rp 1,2 triliun;

6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Pinggir Kota dilaksanakan di tahun 2012 di DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang dan Makassar yang sebelumnya di tahun 2011 hanya tiga kota dengan anggaran Rp 112 miliar.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka desain dari MP3KI 2013 – 2025 dirumuskan sebagaimana pada Gambar 2.4 berikut ini.

(19)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Gambar 2.4. Kerangka Desain MP3KI

Dalam pelaksanaannya MP3KI dilaksanakan secara bertahap, dimana pentahapan pelaksanaan diuraikan sebagai berikut :

1. Periode 2013-2014 :

• Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% - 10% pada tahun 2014;

• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” • DI KANTONG2 KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU , SERTA

PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra); • Sustainable livelihood penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk

membangun keterkaitan dengan MP3EI;

• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 . 2. Periode 2015 –2019 :

(20)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;

• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja; • Penguatan sustainable livelihood. 3. Periode 2020-2025 :

• Pemantapan sistem penanggulangan kemiskinan secara terpadu; • Sistem jaminan sosial mencapai universal coverage.

Berdasarkan periode pentahapan pelaksanaan MP3KI di Indonesia, maka implementasi pelaksanaannya bersinergi dengan konsep dan desain MP3EI dan akan dikembangkan dalam MP3KI dengan klaster wilayah: Sumatera-Jawa, Bali, NTT-NTB, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Papua-Papua Barat. Pengembangan wilayah ini dengan menitikberatkan keterlibatan masyarakat miskin dan marjinal dalam proses pembangunan wilayah maupun dalam pemanfaatan hasil pembangunannya.

Adapun tujuan strategi kawasan khusus dalam implementasi pelaksanaan MP3KI berdasarkan klaster wilayah adalah “Masyarakat di beberapa kawasan perlu mendapat perhatian khusus karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan, dan mempunyai permasalahan yang bersifat spesifik. Oleh karenanya, P3KI secara khusus mencanangkan strategi dan kebijakan untuk percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan untuk masyarakat di kawasan kumuh dan di permukiman illegal, di perbatasan, di dalam hutan, di pesisir dan pulau-pulau terpencil, dan di masyarakat adat terpencil.”

Berdasarkan tujuan pelaksanaan strategi kawasan khusus tersebut sehingga dirumuskanlah program percepatan yang menjadi lokasi percontohan di Indonesia dalam pelaksanaan MP3KI melalui Quick Wins MP3KI.

Lokasi Quick Wins adalah wilayah/kawasan di Indonesia yang dipilih menjadi lokasi percontohan untuk menerapkan berbagai pendekatan MP3KI dalam rangka percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan. Lokasi Quick Wins merupakan simpul-simpul kemiskinan yang penanganannya dapat berpengaruh besar pada penurunan kemiskinan. Lokasi Quick Wins TA 2013 meliputi :

(21)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2. Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah 3. Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan Adapun strategi Penanganan Lokasi Quick Wins :

1. Identifikasi kebutuhan program-program penanggulangan kemiskinan akseleratif; 2. Pembahasan rencana dan anggaran kegiatan (pengarusutamaan PK);

3. Tindak lanjut pelaksanaan.

Pemilihan lokasi-lokasi yang menjadi prioritas penanganan–setidaknya-didasarkan pada dua variabel utama :

1. Jumlah penduduk miskin (absolut); dan 2. Tingkat/persentase penduduk miskin.

Selanjutnya ditentukan prioritas lokasi yang ditangani berdasarkan kedua variabel tersebut : 1. Prioritas I: bagi lokasi dengan Jumlah Penduduk dan Tingkat Kemiskinan yang tinggi; 2. Prioritas II: bagi lokasi dengan Jumlah Penduduk yang tinggi (upaya percepatan

pengurangan kemiskinan); dan

3. Prioritas III: bagi lokasi dengan Tingkat Kemiskinan yang tinggi (upaya perluasan pengurangan kemiskinan).

2.2.5. KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

Pada hakekatnya, Kawasan Ekonomi Khusus hampir sama dengan Kawasan Strategis. Perbedaannya, Kawasan Strategis pada umumnya tercipta dengan sendirinya sedangkan Kawasan Ekonomi Khusus harus ditetapkan oleh pemerintah untuk dapat dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus, suatu Provinsi setidaknya harus memiliki infrastruktur yang baik dan memadai untuk menopang lajunya aktivitas perekonomian

Didirikannya Kawasan Ekonomi Khusus antara lain bertujuan untuk: 1. Meningkatkan investasi,

2. Menyerap tenaga kerja,

(22)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

4. Meningkatkan kualitas produk ekspor sehingga dapat berkompetisi dengan produk asing,

5. Meningkatkan sumber daya lokal, pelayanan, serta modal guna meningkatkan ekspor, dan

6. Meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui alih teknologi.

2.2.6. Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

Direktif presiden merupakan respon terhadap permasalahan yang muncul. Adapun 10 direktif presiden yang dimaksud adalah :

1. Ekonomi harus tumbuh lebih tinggi;

2. Pengangguran harus menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih baik ; 3. Kemiskinan harus makin menurun;

4. Pendapatan per kapita harus makin meningkat; 5. Stabilitas ekonomi terjaga;

6. Pembiayaan (financing) dalam negeri makin kuat & meningkat 7. Ketahanan pangan dan air meningkat;

8. Ketahanan energi meningkat;

9. Daya saing ekonomi nasional menguat dan meningkat; 10. Kita perkuat “green economy” (ekonomi ramah lingkungan).

Arah dan Konsentrasi Pembahasan Terhadap 10 Direktif Presiden : 1. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi (Growth)

a. Sasaran : 7 % tahun 2014

b. Pertumbuhan yang merata (inklusif), termasuk pertumbuhan di provinsi –provinsi c. Investasi dan ekspor harus terus tumbuh (Y = C + G + I + NX)

d. Sumberdaya manusia & inovasi teknologi harus meningkat (Y = f(K,L,T)) 2. Pengurangan pengangguran & peningkatan lapangan kerja

a. Sasaran : 5 – 6 % (pada akhir 2014) b. Revitalisasi industri manufaktur

c. Pembangunan infrastruktur (termasuk PNPM) d. Pengembangan UKM

(23)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

3. Pengurangan Kemiskinan

a. Sasaran : 8 – 10 % (pada akhir tahun 2014)

b. Bantuan pemerintah dan pemberdayaan (program-program pro rakyat) c. Bantuan pendidikan & kesehatan untuk kelompok tidak mampu

d. Pengembangan UMKM (peningkatan pendapatan, termasuk pemberian KUR) e. Program CSR swasta untuk pemberdayaan

4. Peningkatan Pendapatan per Kapita a. Sasaran : lebih dari $4500 tahun 2014 b. Tingkat kesenjangan yang “acceptable”

c. Perhatian kepada kaum marginal (nelayan, buruh kecil, daerah tertinggal 5. Stabilitas ekonomi

a. Inflasi tidak tinggi

b. Harga bahan pokok “stabil” dan “terjangkau” c. Sisi hulu : keseimbangan “Supply – Demand” d. Nilai tukar tidak sangat berfluktuasi

e. Tidak terjadi “Capital Flight” yang tidak normal 6. Pembiayaan (Financing) dalam negeri

a. Ratio hutang terhadap GDP makin baik b. Komponen hutang LN makin kecil c. Penerimaan pajak meningkat d. Penerimaan migas tetap baik

e. Penerimaan sektor pariwisata meningkat

f. Tabungan masyarakat (saving) meningkat, dan dapat diinvestasikan 7. Ketahanan Pangan dan Air

a. Swasembada beras dipertahankan b. Komoditas pangan strategis makin cukup c. Penyediaan dan distribusi air minum makin baik d. Daerah rawan pangan teratasi

8. Ketahanan Energi

a. Listrik dapat memenuhi kebutuhan jangka menengah (jangka pendek pemadaman listrik dapat diatasi)

b. BBM cukup, distribusi baik

(24)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

d. Pengembangan Panas Bumi 9. Daya Saing Ekonomi

a. Peningkatan infrastruktur ekonomi diseluruh tanah air b. Pembangunan “connectivity” (Fisik dan ICT)

c. Inovasi Teknologi besar-besaran d. Iklim investasi yang makin baik e. Produktivitas nasional

10. Pembangunan Ramah Lingkungan (Green Economy) a. Pengelolaan hutan yang baik

b. Kerjasama, kemitraan & bantuan internasional c. “Energy efficiency”

d. Kampanye gaya hidup hemat & ramah lingkungan e. Kampanye nasional tanam & pelihara pohon

f. Pengawasan pada usaha pertambangan, kehutanan dan pertanian

Sejalan dengan kondisi tersebut dalam Rencana Kerja Pemerintah 2014, d irektif presiden berupa hal-hal yang sudah disampaikan pada tahun anggaran 2012 tetapi diperkirakan belum selesai tahun 2013, dan juga dapat berupa arahan baru. Arahan tersebut selanjutnya dikelompokkan atas tiga bagian yaitu arahan dalam rangka: (1) pemantapan perekonomian nasional; (2) peningkatan kesejahteraan rakyat; dan (3) pemeliharaan stabilitas politik. 1. Pemantapan Perekonomian nasional

a. Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung, kedelai

dan gula, yang akan dicapai antara lain melalui: (b) peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi primer, sekunder, tersier dan di tingkat usaha tani; (d) peningkatan kesesuaian lokasi sawah dan perbaikan jaringan irigasi; (p) penyelesaian Perda RTRW Daerah dan penetapan LP2B yang merupakan bagian dari RTRW; dan (q) penyelesaian draft Peraturan tentang tentang pengendalian alih fungsi lahan sawah.

b. Konektivitas yang menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan

industri dengan melaksanakan : (a) peningkatan kapasitas jalan tol melalui pengembangan sumber pendanaan baru, revisi PP No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol untuk memberikan peluang bagi pemerintah menugaskan BUMN/konsorsium untuk membangun jalan tol serta mendorong keterlibatan pemerintah daerah (pembebasan lahan dan sebagian konstruksi); (b) pembentukan unit khusus

(25)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

pengadaan lahan untuk kepentingan publik; (c) peningkatan dan pembangunan Jalan non tol pada lintas-lintas utama; (d) peningkatan dan pengektifan alokasi DAK prasarana Jalan; (e) mendorong terobosan baru sumber pembiayaan dari pusat untuk membiayai jalan provinsi/kabupaten; (f) penanganan dan intervensi pemerintah pada ruas-ruas jalan strategis Daerah (Inpres Penanganan Jalan Strategis Daerah).

c. Percepatan Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Papua dan Papua Barat

melalui : (e) strategi pembangunan jalan strategis papua sepanjang 3.488 km (80 ruas jalan) untuk membuka keterisolasian.

2. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

a. Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak melalui: (a) peningkatan

pengawasan sarana air minum; (b) mendorong Pemerintah Daerah untuk menyediakan akses air minum di perkotaan; (c) pembangunan sarana Teknologi Tepat Guna Air Minum di DTPK (Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan); (d) merehabilitasi sarana air bersih bukan jaringan perpipaan; (e) akselerasi STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) di desa/ kelurahan; (f) peningkatan akses air minum dan sanitasi di Sekolah; (g) penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di desa; (h) peningkatan kapasitas Sanitarian di Puskesmas; serta (i) penguatan kerjasama lintas sektor dalam penyediaan akses air bersih dan sanitasi yang berkualitas, a.l. dengan pemanfaatan PNPM Mandiri Perdesaan & Perkotaan.

b. Kesiapan infrastruktur dan kelembagaan penanganan bencana-mitigasi

bencana melalui : (a) pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi sementara); (d) peningkatan koordinasi oleh BNPB dengan kementerian/lembaga terkait; (e) pengendalian banjir di DKI Jakarta, pengamanan pantai dan penge ndali lahar; (f) pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS Prioritas; (g) percepatan proses alih status kawasan; dan (h) penyelesaian RTRW Provinsi.

2.3.

PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN BIDANG PU/CK

2.3.1. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan perwujudan keberpihakan Pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat terutama bagi Masyarakat

(26)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Berpenghasilan Rendah (MBR). Oleh karena itu, Kementerian Perumahan Rakyat yang diberi amanat untuk bertanggung jawab sebagai bagian yang menangani bidang perumahan dan kawasan permukiman mengadakan sosialisasi dalam rangka mengintegrasikan kebijakan dari pusat sampai dengan daerah serta menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, adalah salah satu bentuk penyebarluasan kebijakan sektor perumahan dan kawasan permukiman. Undang-Undang ini menjadi pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan Kawasan Permukiman yang terdiri dari 18 BAB dan 167 Pasal merupakan bukti keberpihakan pemerintah terhadap pemenuhan hak akan rumah bagi masyarakat. Terutama, bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebagaimana dalam Pasal 50 (1) yang berbunyi “(1) Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal atau menghuni rumah”. Berdasarkan UU ini, rumah berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga yang mendukung perikehidupan dan penghidupan juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan penyiapan generasi muda.

Pada dasarnya, pemenuhan kebutuhan rumah merupakan tanggung jawab masyarakat secara mandiri, namun dukungan pencapaiannya membutuhkan keterlibatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota serta para pemangku kepentingan bidang perumahan dalam merealisasikannya. Permasalahan yang muncul selama 18 tahun berlakunya UU No. 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, diantaranya, yaitu semakin meningkatnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh di daerah perkotaan yang tidak diikuti dengan kebijakan dan pengaturan untuk memperbaiki kawasan kumuh; belum jelasnya tugas dan wewenang Pemda baik di tingkat propinsi, maupun kabupaten/kota dalam penyelenggaraan perumahan dan kawsan permukiman yang berakibat pada lemahnya komitmen pemda dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman; ketidakseimbangan pembangunan desa-kota serta meningkatnya urbanisasi.

(27)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Selain itu, pembangunan perumahan dan kawasan permukiman saat ini juga dinilai belum mampu memberdayakan peran masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan rumahnya sendiri yang sehat, aman, serasi, dan produktifitas; dan dalam hal penyediaan/pas okan perumahan baru, yang secara resminya ditujukan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah, pada kenyataannya seringkali tidak tepat sasaran. Bahwa idealnya rumah memang harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah, tertuang dalam Pasal 54 Ayat (1) yang mewajibkan pemerintah dan/atau pemda untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, menurut Pasal 54 Ayat (3), adalah dengan memberikan kemudahan berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, subsidi perolehan rumah, stimulan rumah swadaya, insentif perpajakan, perizinan, asuransi dan penjaminan penyediaan atas tanah dan/ atau sertifikasi tanah.

Kebijakan pemabangunan perumahan dan permukiman yang aspiratif dan akomodatif, dengan memungkinkan terakomodasinya kebutuhan akan perumahan dan permukiman bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah; berupaya mengatasi meluasnya daerah kumuh khususnya di perkotaan (City Slump); memberikan jaminan dilakukannya revitalisasi perumahan dan permukiman yang telah ada dengan menyediakan sarana dan prasaran dasar perumahan dan permukiman oleh pemerintah; mengatasi ketidakadilan, konflik dan marjinalisasi yang dirasakan kelompok sebagian masyarakat yang rentan dan krang berdaya; dan menyediakan perumahan baru bagi MBR yang tidak diorientasikan kepada tipe kecil, tetapi pada upaya pemenuhan kebutuhan ruang.

1. Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Permukiman a. Air Minum

1) Meningkatkan kinerja pengelola air minum (PDAM) dengan melanjutkan kebijakan sebelumnya, yaitu restrukturisasi utang pokok dan peningkatan manajemen melalui penetapan tarif yang wajar serta penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air pada ambang batas normal (20%).

(28)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

2) Mendorong pengelolaan PDAM agar lebih profesional dan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air minum melalui uji kompetensi, pendidikan dan pelatihan.

3) Meningkatkan pembiayaan melalui Dana Alokasi Khusus yang diarahkan untuk membantu pelayanan air minum perdesaan serta insentif bagi PDAM, disamping mendorong pemerintah provinsi/kabupaten/kota untuk berinvestasi di bidang pengembangan air minum.

4) Meningkatkan peranserta seluruh pemangku kepentingan dalam upaya mencapai sasaran pembangunan air minum.

5) Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperan serta secara aktif dalam memberikan pelayanan air minum.

b. Air Limbah

1) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan air limbah, baik yang dikelola BUMD maupun yang dikelola secara langsung oleh masyarakat. 2) Meningkatkan pendanaan dengan mengembangkan alternatif sumber

pembiayaan yang murah dan berkelanjutan serta melalui kemitraan swasta dengan pemerintah.

3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan air limbah.

4) Mengembangkan kelembagaan dalam penanganan air limbah. c. Persampahan dan Drainase

1) Menciptakan kesadaran seluruh stakeholders terhadap pentingnya peningkatan pelayanan persampahan dan drainase.

2) Meningkatkan peranserta seluruh stakeholders dalam upaya mencapai sasaran pembangunan persampahan dan drainase.

3) Menciptakan iklim yang kondusif bagi dunia usaha (swasta) untuk turut berperanserta secara aktif dalam memberikan pelayanan persampahan, baik dalam handling-transportation maupun dalam pengelolaan TPA.

4) Menciptakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kemitraan pemerintah-swasta (public private partnership) dalam pengelolaan persampahan.

(29)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

5) Mendorong terbentuknya regionalisasi pengelolaan persampahan dan drainase.

6) Meningkatkan kinerja pengelola persampahan dan drainase melalui restrukturisasi kelembagaan dan revisi peraturan perundang -undangan yang terkait.

7) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola persampahan dan drainase melalui uji kompetensi, pendidikan, pelatihan, dan perbaikan pelayanan kesehatan.

2. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, dngan Outcome-Nya :

a. Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang menerapkan NSPK dalam pengembangan kawasan permukiman sesuai rencana tata ruang wilayah/kawasan bagi terwujudnya pembangunan permukiman, yang diukur dari indikator kinerja outcome :

1) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek Permukiman.

2) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek bangunan gedung dan lingkungan.

3) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek air limbah dan drainase.

4) Jumlah Kab/Kota yang menerbitkan produk pengaturan dan mereplikasi Bantek air minum.

5) Jumlah dukungan manajemen bidang permukiman.

6) Jumlah Kebijakan, Program Dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi. Serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.

7) Jumlah kab/kota yang menerapkan NSPK.

b. Berkurangnya kawasan kumuh perkotaan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah Kawasan kumuh di perkotaan yang ditangani.

c. Terlaksananya pembangunan rusunawa, yang diukur dari indikator kinerja outcome : Jumlah rusunawa terbangun.

d. Menurunnya kesenjangan antar wilayah, yang diukur dari indikator kinerja Outcome :

(30)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

1) Jumlah Kawasan Permukiman Perdesaan ditangani. 2) Jumlah Kawasan Pusat Pertumbuhan terbentuk.

e. Meningkatnya jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan, yang diukur dari indikator kinerja outcome:

1) Jumlah desa tertinggal yang ditangani.

2) Jumlah Kel/Desa yang yang meningkat kualitasnya melalui pembe rdayaan masyarakat.

f. Terwujudnya revitalisasi kawasan permukiman dan penataan bangunan, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah Kawasan yang meningkat fungsinya.

g. Meningkatnya jumlah pelayanan sanitasi, yang diukur dari indikator kinerja outcome:

1) Jumlah cakupan pelayanan sistem air limbah.

2) Luas kawasan potensi banjir di perkotaan yang tertangani.

h. Berkurangnya potensi timbunan sampah, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan persampahan

i. Terlaksananya pembinaan kemampuan Pemda/PDAM, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah Kab/Kota/PDAM yang memperoleh pembinaan kemampuan.

j. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah cakupan pelayanan (kawasan) SPAM.

k. Tersedianya infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak, yang diukur dari indikator kinerja outcome: Jumlah paket infrastruktur tanggap darurat/kebutuhan mendesak.

Indikator Kinerja Utama (IKU) yang dipilih dari indikator kinerja outcome Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman adalah :

1. Jumlah rusunawa yang dibangun.

2. Jumlah kawasan permukiman dan penataan bangunan yang direvitalisasi. 3. Peningkatan jumlah pelayanan air minum.

4. Peningkatan jumlah pelayanan sanitasi.

(31)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

6. Jumlah kelurahan/desa yang ditingkatkan infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan.

Nomenklatur kegiatan tupoksi untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman sebagai berikut :

1. Dukungan Manajemen dan Infrastruktur Direktorat Jenderal Cipta Karya.

2. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman.

3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Penataan Bangunan dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung dan Rumah Negara.

4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, dan Penyelenggaraan Sanitasi Lingkungan (Air Limbah, Drainase) serta Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi Persampahan.

5. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, dan Penyelenggaraan serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.

7. Dukungan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Sanitasi, dan Persampahan.

Kegiatan prioritas untuk Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman beserta output dan targetnya sebagaimana dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 - 2014 adalah merupakan prioritas Kementerian Pekerjaan Umum, meliputi :

1. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan dan Penyelenggaraan dalam Pengembangan Permukiman.

2. Pengaturan, Pembinaan, Dan Pengawasan Dalam Penataan Bangunan Dan Lingkungan Termasuk Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara, serta Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan Gedung dan Penataan Kawasan/Lingkungan Permukiman.

(32)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

3. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, serta Pengelolaan Pengembangan Infrastruktur Sanitasi Dan Persampahan.

4. Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan dan Pola Investasi, serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

5. Pelayanan Manajemen Bidang Permukiman.

6. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama Luar Negeri, Data Informasi serta Evaluasi Kinerja Infrastruktur Bidang Permukiman.

2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.

Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyelenggaraan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.

(33)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.

Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.

Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah. Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.

Undang-undang ini mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif, sedangkan ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya, termasuk Peraturan Daerah, dengan tetap

(34)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

mempertimbangkan ketentuan dalam undang-undang lain yang terkait dalam pelaksanaan undang-undang ini.

2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan. Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air, tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan s ejumlah (kuota) air sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah kepada pengguna air, baik untuk yang wajib memperoleh izin maupun yang tidak wajib izin. Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai air, sedangkan hak guna air untuk memenuhi kebutuhan usaha, baik penggunaan air untuk bahan baku produksi, pemanfaatan potensinya, media usaha, maupun penggunaan air untuk bahan pembantu produksi, disebut dengan hak guna usaha air. Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat mutlak dan harus dipenuhi sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat ditinjau kembali apabila persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin dan kondisi ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami

(35)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

perubahan yang sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan alokasi.

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air.

Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

2.3.4. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin b eragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end -of-pipe), yaitu

(36)

KEMENTRIAN PUPR DIREKTORAT BINA PROGRAM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DINAS TATA RUANG & PERMUKIMAN PROV. SULAWESI SELATAN

sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggungjawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum

Gambar

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya
Gambar 2.2. MP3EI merupakan bagian Integral Perencanaan Pembangunan Nasional
Gambar 2.3. Kerangka Desain MP3EI
Gambar 2.4. Kerangka Desain MP3KI
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melihat dari data lapangan di atas, dapat di analisis bahwa implementasi active debate untuk mengembangkan akselerasi intelegensi peserta didik pada pelajaran fiqih

Pegadaian (Persero) yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah. Harga emas dan tingkat inflasi adalah indikator yang tepat untuk

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Politeknik

melakukan sejumlah operasi pemotongan atau pembentukan dalam beberapa stasiun kerja pada setiap langkah penekanan menghasilkan beberapa jenis pengerjaan dan setiap

1.. Hasil pengujian menunjukan bahwa beban, waktu dan juga beban prony turut berpengaruh pada torsi, daya, dan pemakaian bahan bakar. jika beban prony semakin meningkat,

Supervisi akademik berpengaruh kepada kegiatan membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran baik dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian pembelajaran

Penelitian ini dimulai dengan melakukan analisa sistem berjalan pada bagian kepegawaian untuk mengetahui kebutuhan informasi yang diperlukan, dan melakukan perancangan basis

Tentunya banyak hal yang dapat dibahas, akan tetapi dalam buku ini hanya dibahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan (security), masalah lain seperti pajak