• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki era Asean Economic Community (AEC) pada awal tahun 2016 menjadi suatu kesempatan baru bagi seluruh pelaku ekonomi khususnya yang ada di kawasan Asia Tenggara untuk lebih berkompetisi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi antar negara di dalam kawasan tersebut mulai dari perdagangan antar negara, kegiatan investasi antar negara, sampai kepada transaksi kurs valuta asing. Perusahaan-perusahaan yang ada didalam kawasan ini mau tidak mau harus menampilkan kinerja terbaik atas perusahaannya untuk memenangkan persaingan antar perusahaan yang ada didalam kawasan Asean Economic Community ini guna memenangkan hati para investor baik dalam maupun luar negeri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner pada tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia dan Malaysia menjadi dua negara yang menduduki peringkat pertama dari tujuh negara yang menjadi sampel penelitian fraudulent financial statement di Asia Tenggara dengan angka kecurangan laporan keuangan yang paling tinggi. Oleh sebab itu, perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini.

Perbandingan angka kecurangan laporan keuangan diantara tujuh negara tersebut akan ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

(2)

Gambar 1.1

Fraud Cases in Southeast Asia 2012

Sumber : Oktaviani et al. (2014)

Laporan keuangan menjadi salah satu tolak ukur yang paling sering digunakan dalam menilai keadaan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Wolk (2002) karakteristik kualitatif informasi keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan harus meliputi manfaat lebih besar dari pada biaya, relevansi, nilai prediktif, nilai umpan balik, ketepatan waktu, keandalan, dapat diverifikasi, penyajian secara jujur (apa adanya) dan netralitas. Semua unsur-unsur diatas harus dimiliki oleh sebuah laporan keuangan sebagai syarat untuk menjadi laporan keuangan yang baik dan benar.

Menurut Sihombing (2014) laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang berguna bagi sebagian besar kalangan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 N umb er o f C as es Country

Fraud Cases in Southeast Asia 2012

(3)

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut IAI (PSAK 01), bagian-bagian dari suatu laporan keuangan yang lengkap antara lain :

1. Laporan Posisi Keuangan (neraca pada akhir periode); 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode; 3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode; 4. Laporan Arus Kas selama periode;

5. Catatan atas Laporan Keuangan berisi ringkasan informasi akuntansi penting dan informasi lain;

6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif ketika entitas : menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan dan mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Laporan keuangan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi seperti keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit bagi kreditor, pemerintah, analis, karyawan, lembaga keuangan serta masyarakat. Oleh sebab itu, unsur penyajian laporan keuangan secara jujur (faithfulness) sangatlah penting karena pengguna laporan keuangan sangatlah membutuhkan informasi keuangan yang sebenarnya yang disajikan dalam laporan keuangan, hal ini berguna agar para pengguna informasi atas laporan keuangan tidak salah langkah dalam pengambilan keputusan ekonominya. Karena kesalahan dalam pengambilan

(4)

keputusan ekonomi dapat membawa dampak negatif yang sangat besar secara terus-menerus.

Kenyataan yang ada di lapangan tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak sekali manajemen dalam perusahaan yang melakukan manipulasi terhadap laporan keuangannya dikarenakan berbagai faktor yang menyebabkan manajemen dalam perusahaan tersebut secara terpaksa maupun tidak melakukan kecurangan dalam penyajian laporan keuangan perusahaannya. Dimulai dari skandal korporasi luar biasa yang pernah terjadi di Amerika Serikat yang dilakukan oleh perusahaan Enron dalam memanipulasi laporan keuangannya. Perusahaan ini memanipulasi nilai rugi dalam laporan laba rugi menjadi laba.

Kasus ini ikut mencoreng nama besar KAP Arthur Andersen yang dimintai pertanggungjawabannya atas Unqualified Opinion yang diberikan kepada perusahaan Enron sehingga para pengguna informasi keuangan Enron benar-benar yakin atas informasi yang ada dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Terbongkarnya kasus ini telah mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat luas terhadap perusahaan raksasa milik Amerika ini, sehingga harga saham perusahaan ini menurun dari U$ 100 menjadi U$ 0,5 perlembar sahamnya. Tidak hanya itu, krisis kepercayaan ini juga mengakibatkan dikeluarkannya KAP Arthutr Andersen dari anggota The Big Five sehingga sekarang anggotanya menjadi The Big Four.

Kasus Enron bukan satu-satunya kasus kecurangan pelaporan keuangan besar yang pernah terjadi di suatu negara, kasus Olympus menjadi salah satu skandal kecurangan dalam korporasi yang ada di Jepang, perusahaan ini dengan

(5)

sengaja menutupi kerugian investasi dengan cara menyelewengkan dana yang seharusnya digunakan untuk mengakuisisi peralatan medis asal Inggris. Kecurangan ini akhirnya terbongkar setelah mantan direktur perusahaan ini meminta pada manajemen Olympus untuk menjelaskan aliran dana untuk mengakuisisi peralatan medis asal Inggris tersebut.

Tingginya angka kecurangan laporan keuangan dibandingkan jenis fraud yang lain menjadikan fraudulent financial statement menjadi sangat menarik untuk diteliti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) dari tiga jenis kecurangan yang sering terjadi, fraudulent financial statement adalah jenis fraud yang paling sering terjadi ditahun 2010 dan 2012, sehingga jenis kecurangan yang diteliti dalam penelitian ini adalah kecurangan pada laporan keuangan.

Gambar 1.2

Occupational Fraud Loss

Sumber : Oktaviani et al. (2014)

Financial Statement Fraud Corruption Asset Misappropriation

2012 2010

(6)

Agency Theory menjadi salah satu konsep yang dapat menjelaskan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan, teori ini menjelaskan bahwa pemegang saham (principal) memiliki kepentingan yang berbeda dengan manajemen dalam perusahaan (agent) sebagai pihak pengelola perusahaan. Disatu sisi principles menuntut pemaksimalan profit dalam perusahaan, namun disisi lain manajemen mengharapkan intensif atas tugas yang ia jalankan. Keadaan yang bertolak belakang antar agent dan principal ini membuat manajemen cenderung untuk melakukan tindak kecurangan dalam pelaporan keuangan, karena terkadang manajemen dalam perusahaan tidak mampu untuk memenuhi target yang ditetapkan oleh principles, akibatnya manajemen cenderung mengambil langkah pintas dalam penyajian laporan keuangannya, yaitu dengan melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan.

Teori lain yang dapat menjelaskan terjadinya fraudulent financial statement adalah Assymetri Information. Keadaan ini terjadi ketika pihak yang berada dalam internal perusahaan menerima dan memiliki informasi lebih banyak dari pada pihak yang ada di luar perusahaan. Karena keterbatasan informasi yang dimiliki pihak eksternal, pihak internal pun dengan leluasa dapat melakukan fraudulent financial statement. Keadaan ini dapat diatasi juga dengan ketersediaan dari pihak manajemen dalam perusahaan untuk memberikan informasi sebanyak mungkin kepada pihak eksternal perusahaan, untuk menghindari terjadinya ketimpangan informasi yang dimiliki oleh pihak internal dan pihak eksternal perusahaan.

(7)

Assymetri information seperti ini dapat diatasi dengan signalling theory. Menurut Wolk (2002), “Signalling theory explains why firms have an incentive to report voluntarily to the capital market even there were no mandatory reporting requirements.” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa signalling theory berguna untuk mengatasi assymetri information karena signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan dengan sukarela mengenai informasi tentang keadaan perusahaannya kepada pasar modal sekalipun tidak ada persyaratan untuk melaporkan.

Dewasa ini, hampir seluruh perusahaan yang ada di seluruh dunia berkompetisi secara ketat untuk dapat menampilkan performa terbaiknya. Dengan menampilkan performa terbaiknya, diharapkan pertumbuhan perusahaan akan meningkat dengan pesat dikarenakan keinginan besar investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, sehingga perusahaan memiliki modal yang jauh lebih banyak lagi untuk digunakan dalam pengembangan perusahaan.

Namun tidak jarang, keinginan untuk menjadi perusahaan yang lebih diminati oleh investor dibanding perusahaan lain menyebabkan banyak diantara perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia yang gagal untuk menerapkan prinsip faithfulness dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Kinerja yang diharapkan baik malah menyajikan hal yang tidak sebenarnya dalam laporan keuangan.

Banyak dari perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia dan Malaysia

memanipulasi penyajian laporan keuangannya dengan sengaja agar menarik dimata para investor, hal ini dapat dipastikan akan sangat merugikan para

(8)

pengguna informasi keuangan, karena mendapatkan informasi yang tidak sebenarnya mengenai keadaan perusahaan tersebut, informasi yang menyesatkan ini berkemungkinan besar akan menyebabkan para pengguna informasi keuangan salah dalam pengambilan keputusan keuangan.

Menurut Agoes (2011), mengingat bahwa laporan akuntansi diperlukan oleh masyarakat luas, maka kualitas laporan akuntansi tersebut menjadi sangat krusial. Sebelum laporan keuangan diterbitkan oleh manajemen sebagai alat pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, perlu ada jaminan bahwa laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar. Pihak yang paling tepat untuk memberikan jaminan ini adalah pihak diluar manajemen yang kompeten dan independen, pihak ini sering disebut sebagai akuntan publik. Akuntan publik memiliki fungsi pokok yaitu melakukan pemeriksan umum atas laporan keuangan perusahaan sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen.

Oleh karena jaminan dari akuntan publik merupakan hal yang sangat penting dalam penilaian atas kewajaran laporan keuangan, penulis pun memasukkan faktor “Auditor Switching” sebagai salah satu variabel independen yang mempengaruhi kemungkinan “fraudulent financial statement” dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Statement on Auditing Standard (SAS) 99 (2003) menyatakan bahwa :

Fraud is a broad legal concept and auditors do not make legal determinations of whether fraud has occurred. Rather, the auditor’s interest specifically relate to acts that result in material’s misstatement of the financial statements. The primary factor that distinguishes fraud from error is whether the underlying action that results in misstatements of financial statements is intentional or unintentional. For purposes of the statemet, fraud is an intentional

(9)

act that results in a material misstatement in financial statements that are the subject of an audit.

Dari penjelasan yang dicantumkan dalam SAS 99 dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan sebuah konsep luas yang sah dan auditor tidak membuat penentu yang sah apakah kecurangan telah terjadi. Kemudian, kepentingan auditor secara rinci mengarah pada tindakan menghasilkan kesalahan yang material. Disebutkan bahwa “Kepentingan auditor yang menghasilkan kesalahan yang material”, berarti ada kepentingan-kepentingan khusus yang menyebabkan auditor melakukan tindakan yang menghasilkan kesalahan yang material, baik disengaja maupun tidak dan baik karena keinginan untuk menguntungkan diri sendiri maupun karena adanya tekanan ekstrnal, pernyataan yang diungkapkan dalam SAS 99 ini sangat mendukung pendapat yang dinyatakan oleh “Soekrisno Agoes” bahwasanya pihak yang paling tepat untuk menjamin kewajaran penyajian laporan keuangan adalah akuntan publik (auditor).

Selanjutnya disebutkan dalam SAS ini bahwasanya faktor utama penentu tindakan kecurangan yang disebabkan oleh kesalahan (eror) adalah apakah tindakan yang mendasari terjadinya kesalahan dalam laporan keuangan adalah disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk tujuan pelaporan, kecurangan merupakan sebuah kesalahan material yang disengaja dalam laporan keuangan yang akan menjadi pembahasan dalam audit.

Selain fraudulent financial statement, menurut Association of Certified Fraud Examiner terdapat dua jenis kecurangan lagi yang menjadi perhatian khusus bagi organisasi ini. Dua jenis kecurangan yang lain itu adalah corruption

(10)

dan asset misappropriation. Korupsi (corruption) merupakan perilaku tidak jujur yang sering kali melibatkan tindakan yang tidak terlegitimasi, tidak bermoral atau tidak kompatibel dengan standar etis. Contohnya termasuk penyuapan dan persekongkolan tender.

Sementara itu penyalahgunaan aset (misappropriation asset) adalah tindakan pencurian aset oleh karyawan seperti pemalsuan tanda tangan atasan yang dilakukan oleh karyawan pada faktur yang tidak pernah dilakukan, mengajukan hutang tanpa persetujuan atasan, memalsukan pengesahan pada cek dan mendepositiokannya dalam rekening miliknya sendiri. Kemudian mengguakan aset yang ia curi untuk kepentingan pribadi. (Romney dan Steinbart, 2015)

Penelitian ini didasarkan kepada teori fraud diamond yang merupakan hasil dari pengembangan fraud triangle, sebuah konsep yang sudah lama kita ketahui sebelumnya, bahwa teori fraud triangle yang merupakan segitiga kecurangan memiliki tiga sisi yang menjelaskan mengapa seseorang/suatu badan bisa melakukan kecurangan. Dalam segitiga kecurangan disebutkan ada tiga unsur yang menjadi penyebab kecurangan terjadi diantaranya tekanan (pressure) kesempatan (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization). Pengembangan dalam teori fraud diamond memasukkan unsur kemampuan (capability) dalam penelitian ini sehingga menjadi sebuah penelitian baru dengan variabel dan sampel penelitian yang berbeda pula.

Penelitian ini juga memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, dimana dari semua penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan,

(11)

belum ada yang mencantumkan populasi dan sampel yang berasal dari lebih dari satu negara, kebanyakan penelitian sebelumnya hanya mencantumkan sampel penelitian yang berasal dari negara Indonesia saja dan hanya satu penelitian sebelumnya yang mencantumkan perusahaan yang berasal dari negara Malaysia sebagai populasi dan sampel dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan sampel perusahaan yang ada di Indonesia dan Malaysia.

Peneliti mengambil perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia sebagai populasi dari penelitian ini dikrenakan menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) perusahaan yang banyak melakukan kecurangan dalam laporan keuangan adalah perusahaaan industri manufaktur terkhusus yang berada di Indonesia dan Malaysia.

Selain itu, penelitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, baik variabel independen maupun variabel dependennya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2002) menggunakan variabel independen pertumbuhan tinggi, kerugian laba, arus kas negatif, kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (leverage), transaksi pihak istimewa dan pergantian KAP oleh perusahaan sebagai variabel independen, sementara untuk variabel dependen peneliti sebelumnya memproksikan kecurangan dalam pelaporan keuangan dengan penyajian kembali laporan keuangan (restatement). Sementara peneliti sekarang hanya menggunakan dua variabel yang sama dengan yang digunakan Kurniawati yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya (leverage) dan pergantian auditor (auditor switching), sementara

(12)

itu untuk variabel dependennya peneliti sekarang menggunakan manajeman laba sebagai proksi dari fraudulent financial statement.

Bila dibandingkan dengan penelitian Sihombing, penelitian ini selain memiliki perbedaan dari segi pengambilan sampel dan populasi penelitian, juga memiliki perbedaan variabel independen yang diteliti. Penelitian milik Sihombing menggunakan variabel independen sebanyak tujuh buah variabel yaitu financial target, financial stability, external pressure, nature of industry, ineffective monitoring, change in auditor, rationalization dan capability. Sementara penelitian yang peneliti lakukan sekarang ini menggunakan enam buah variabel independen yaitu return on asset (ROA), financial leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor switching, dan perubahan direksi. Sementara itu, untuk variabel dependen penelitian ini dan penelitian Sihombing sama-sama menggunakan fraudulent financial statement sebagai variabel dependen yang diproksikan dengan earning management.

Penelitian ini didasarkan banyak dari penelitian sebelumnya, baik yang ada di dalam maupun luar negeri. Penelitian sebelumnya ada yang masih menggunakan perspektif fraud triangle dan ada yang sudah menggunakan perspektif fraud diamond. Seperti penelitian yang dilakukan Rabi’u dan Noorhayati ditahun 2015 dengan judul : “Fraud Triangle Theory and Fraud Diamond Theory Understanding the Convergent and Divergent for Future Research” yang menggunakan variabel dependen berupa fraud financial statement dan variabel independen yaitu : Insentive/pressure, opportunity, realization dan

(13)

Penelitian sebelumnya yang mengambil tema yang hampir sama dengan penelitian ini adalah penelitian milik Rasha dan Andrew yang menggunakan variabel dependen yang sama yaitu fraud financial statement sementara untuk variabel independen menggunakan insentive/pressure, opportunity, realization dan capability. Penelitian milik Rasha dan Andrew ini telah menggunakan perspektif fraud diamond sehingga ada unsur capability didalamnya. Tidak hanya itu, penelitian milik Kurniawati dan Sihombing menjadi inspirasi bagi peneliti untuk membuat penelitian ini, ada beberapa variabel yang sama dengan kedua penelitian tersebut.

Penelitian terakhir yang paling mengisnpirasi peneliti dalam membuat penelitian ini adalah penelitian milik Dalnial, Kamaluddin, Sanusi dan Khairuddin yang berasal dari Malaysia, dengan judul “Accountability In Financial Reporting : Detecting Fraudulent Firms”. Menggunakan perspektif yang sama yaitu fraud diamond dengan variabel yang tidak jauh berbeda juga. Penelitian ini menggunakan populasi dan sampel yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia, sedangkan sebagian besar penelitian yang lain menggunakan perusahaan manufaktur yang go public juga.

Dari semua penelitian diatas akhirnya diambillah judul untuk penelitian ini berupa “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia dan Malaysia dalam Perspektif Fraud Diamond”. Perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia diambil sebagai populasi dalam penelitian ini karena menurut penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud

(14)

Examiner (ACFE) perusahaan manufaktur adalah industri yang paling banyak melakukan tindak kecurangan dalam laporan keuangan. Kemudian untuk memudahkan penelitian ini telah dibuat batasan operasional sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan sampel dari seluruh populasi yang ada dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah :

1. Apakah return on asset berpengaruh negatif secara parsial terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia?

2. Apakah financial leverage berpengaruh positif secara parsial terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia?

3. Apakah capital turnover berpengaruh negatif secara parsial terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia?

4. Apakah efektivitas pengawasan berpengaruh negatif secara parsial terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia?

5. Apakah auditor switching berpengaruh positif secara parsial terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go

(15)

6. Apakah perubahan direksi berpengaruh positif secara parsial terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia?

7. Apakah return on asset, financial leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor switching dan perubahan direksi berpengaruh secara simultan terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia? 8. Apakah ada perbedaan pengaruh dari return on asset, financial

leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor switching dan perubahan direksi antara perusahaan manufaktur yang go public yang ada di Indonesia dan Malaysia baik secara parsial maupun secara simultan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh return on asset terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

2. Pengaruh financial leverage terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

(16)

3. Pengaruh capital turnover terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

4. Pengaruh efektivitas pengawasan terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

5. Pengaruh auditor switching terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

6. Pengaruh perubahan direksi terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

7. Pengaruh return on asset, financial leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor siwtching dan perubahan direksi secara simultan terhadap terjadinya fraudulent financial statement pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

8. Perbedaan pengaruh return on asset, financial leverage, capital turnover, efektivitas pengawasan, auditor switching dan perubahan direksi terhadap fraudulent financial statement antara perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia dan Malaysia.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini selain berguna sebagai tiket bagi peneliti untuk mendapatkan gelar “Sarjana” juga akan menambah pengetahuan peneliti secara lebih mendalam dan menyeluruh lagi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Fraudulent Financial Statement. Selanjutnya pengetahuan baru yang peneliti peroleh dari penelitian ini akan dapat Peneliti bagikan kepada siapa saja yang berkeinginan memperoleh informasi lebih dalam serta menyeluruh mengenai penelitian ini.

2. Bagi Akademik dan Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan terhadap teori fraud triangle menjadi fraud diamond yang selama ini telah lama kita kenal sebagai suatu teori yang berguna untuk menjelaskan fraud . Dengan hadirnya penelitian ini diharapkan pemahaman para akademisi dan pembaca sekalian dapat berkembang mengenai perkembangan teori fraud yang sudah menambahkan unsur “Capability” dalam tindak kecurangan. 3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan panduan dan arahan bagi calon investor dalam perusahaan untuk mendeteksi perusahaan mana yang menyajikan laporan keuangannya secara jujur dan tidak, kemudian memberikan informasi tambahan tentang perushaan mana yang menjanjikan keuntungan yang lebih besar lagi dimasa depan.

(18)

4. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan manajemen dalam perusahaan tentang pentingnya menyajikan laporan keuangan secara jujur dan betapa banyaknya pihak yang akan dirugikan termasuk perusahaan yang melakukan kecurangan itu sendiri bila fraudulent financial statement terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

Peta pariwisata interaktif merupakan sebuah aplikasi peta digital yang bersifat interaktif yang diharapkan dapat menjadi media sarana yang sangat menarik

Kegiatan pendampingan teknologi pengembangan sapi Brahman Cross dilaksanakan di Kabupaten Lebong (1 kelompok peternak), Rejang Lebong, (2 kelompok peternak) dan

A: Anda dapat menggunakan format transkrip nilai yang kami berikan, pindahkan nilai dan minta cap basah sekolah untuk pengesahan. Namun, apabila hal itu juga tidak dapat

Berdasarkan hasil wawancara dengan IPDA Ketut Sidia selaku penyidik Pembantu Bidang KASUBNIT 12 RESKRIM POLRESTA Denpasar, upaya preventif yang dilakukan pihak POLRESTA

Namun, hingga saat ini belum ada informasi mengenai kepadatan tiram pada habitat mangrove yang dipengaruhi oleh sistem non muara sungai dan sistem muara sungai

Sebuah survei terbaru dari 96 lembaga NASPAA berafiliasi menunjukkan bahwa sekitar 40% dari mereka menawarkan kursus hibrida atau online, dan sekitar 24% memiliki

Beberapa konsekuensi dari kekurangan Iodium adalah kretin, gondok, kerusakan perkembangan kognitif yang tidak dapat diperbaiki, meningkatkan angka kesakitan dan kematian. 1)

Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini terbukti tidak memuaskan masyarakat, bahkan berdampak terhadap timbulnya berbagai pelanggaran hak asasi manusia, untuk itu