• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pendahuluan. Sejak memasuki abad ke-21, abad perubahan besar terhadap informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pendahuluan. Sejak memasuki abad ke-21, abad perubahan besar terhadap informasi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Sejak memasuki abad ke-21, abad perubahan besar terhadap informasi yang dulunya hanya dapat diakses melalui surat kabar, televisi, majalah, radio dan lainnya yang berkaitan dengan melibatkan transportasi fisik untuk menyebarkan sebelum era internet. Internet membawa perubahan yang sangat besar kaitannya digitalisasi masyarakat dalam konteks konsumsi dan kultural. Dengan terkoneksi internet, komputer perseorangan dapat mengakses informasi hingga berkomunikasi secara online. Seperti penggunaan internet dalam mencari informasi-informasi baik itu berita, gosip, buku, artikel, jurnal sampai konsumsi audio dan video dalam sebuah web atau sering dikenal dengan WWW (World Wide Web).

Dalam perkembangan situs, Web 2.01 pada tahun 2000an lebih memungkinkan pengguna dalam memproduksi konten (UGC - User Generated

Content, seperti contohnya format artikel pada Wikipedia, pembuatan profil

Facebook, profil penjual pada situs eBay) dari pada Web 1.0 sebelumnya di tahun 1990an yang bersifat halaman situs statis, seperti YellowPages.com dan Store.Apple.com yang mendikte konten dan pengguna hanya untuk browsing dan membeli. Web 2.0 memberikan keleluasaan untuk menulis dan memproduksi konten bagi pengguna (Ritzer, 2011: 232-233). Ritzer (233-234) menambahkan jika

1 Web 2.0 mendeskripsikan situs WWW (World Wide Web) yang menekankan pada UGC (User Generated Content), di mana Web 2.0 memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan yang pengguna lain dalam dialog di media sosial, komunitas virtual dari pada Web 1.0 yang terpusat pada pemproduksi konten. Disarikan dari artikel “Production, Consumption, Prosumption”, Ritzer dan Jurgenson (2010) hal. 19.

(2)

keadaan ini menjelaskan jika hadirnya konsumer dan produser dalam Web 2.0 menjadi prosumer2. Pengguna memproduksi apa yang mereka konsumsi

(contohnya dalam produksi dan konsumsi profil dan teman di Facebook).

Pada banyak komunitas berbasis produksi, aktivitas produktif bersifat sukarela dan nonmoneter. Mereka adalah pengguna yang sukarela berkontribusi kepada komunitas karena mereka ingin melakukannya. Mereka tidak dibayar saat menulis artikel pada Wikipedia atau berkontribusi kode pada sistem operasi Linux. Hal ini bersifat nonmoneter karena partisipan tidak mendapat bayaran atas kontribusinya, dan individu menentukannya dan mereka ingin memproduksinya (Tapscott dan Williams, 2006:67) atau ambil contoh lain seperti Kaskusers3 yang menerbitkan konten di situs Kaskus.co.id tanpa mengharapkan bayaran oleh pihak Kaskus. Menurut Cesareo (2011), ia mengungkapkan bahwa keaktifan dari konsumen dalam mencari, memilih dan menggunakan informasi, memungkinkan jika mereka dapat berposisi sebagai produsen dalam menuliskan kembali informasi tersebut atas persepsinya atas informasi yang telah mereka dapat atau secara radikalnya konsumen dapat memproduksi informasi baru setelahnya

Internet turut membentuk budaya baru, dalam kaitannya mengubah relasi pada konsumen yaitu mengkonsumsi dan pada saat yang sama memproduksi apa yang dikonsumsi. Sistem kapitalis mampu untuk menggali peluang dari tenaga kerja gratis dari prosumer dalam Web 2.0. Kapitalisme mampu mengeksploitasi konsumen dan pada proses ini bahkan dapat menghasilkan profit yang lebih besar

2 Ritzer merujuk pada istilah ‘prosumer’ yang diperkenalkan pertama kali oleh Alvin Toffler pada

bukunya The Third Wave (New York: Bantam Books, 1980).

(3)

dari pada mengeksploitasi pekerja (yang dibayar) (Fuchs, 2010; Rey, 2012; Ritzer & Jurgenson, 2010; Ritzer, Dean & Jurgenson, 2012:383). Dengan kata lain, banyak prosumer bekerja tanpa diberikan kompensasi finansial apa pun (Ritzer, Dean & Jurgenson, 2012).

Sejalan dengan perubahan internet, pada penelitian ini peneliti memilih fokus pada pemanfaatan e-book dalam sebuah situs yang merupakan bagian dari Web 2.0, yaitu pada e-bookSpeed Reading for Beginners4(Membaca Cepat untuk

Pemula) - Panduan Membaca Lebih Cepat, Lebih Cerdas Dan Pemahaman Yang

Lebih Baik dalam situs MembacaCepat.com. Sebagai dasarnya, peneliti

menemukan persoalan bagaimana pada situs ini memproblematisasi upaya pemilihan informasi membaca cepat menjadi penting hingga menjadi sebuah budaya baru yaitu membaca cepat untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dalam memilah dan menyerap informasi dihadirkan pada sebuah buku versi digital atau e-book.

Dalam praktiknya, situs ini memanfaatkan sebuah buku yang diterbitkan dalam versi e-book dikarenakan dapat diunduh dan ditransmisikan secara gratis melalui media Web 2.0 sebagai misi untuk memperkenalkan kegiatan membaca cepat untuk pemula. E-book ini sendiri telah diunduh sebanyak 30.0005 lebih dari sejak awal terbit bulan Juli 2009. Tautan (link) untuk mengunduh e-book hanya dapat diperoleh dengan syarat memasukkan nama dan email pada sebuah halaman situs http://MembacaCepat.com/e-book (atau dinamakan sebagai halaman opt-in)

4 Selanjutnya penggunaan judul Speed Reading for Beginners tetap digunakan untuk membedakan

penggunaan istilah ‘kegiatan membaca cepat’ dengan judul buku versi e-book atau fisiknya ini.

(4)

untuk terdaftar pada email newsletter (lihat gambar 1).

Gambar 1 – Formulir optin MembacaCepat.com

Peneliti berasumsi bahwa e-book ini telah dapat menarik perhatian banyak orang, akan tetapi pemanfaatan e-book ini menimbulkan kecurigaan terkait menguasakan pengunjung blog agar terlibat dalam situs MembacaCepat.com melalui email newsletter yang telah disiapkan. Terlebih e-book ini dapat diunduh gratis secara online. Menurut Anderson (2010:31) jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, semua ini terlihat gratis, tetapi itu lebih menyangkut kerabunan kita dalam mengukur nilai, bukannya tentang nilai apa yang dihasilkan. Peneliti setuju dengan hal ini. Jika dicermati secara detail, proses sampainya e-book gratis tersebut kepada pengunduh merupakan proses yang telah disiapkan secara rapi dalam sebuah sistem

email newsletter tentu saja data subscribers berpotensi sebagai nilai secara

tersembunyi.

Hal ini layak dilihat secara kritis, pasti ada maksud tertentu dari pengelola situs mensyaratkan mendaftar pada email newsletter daripada memberikan secara gratis dengan memberikan tautan unduh langsung. Dengan demikian, secara tersirat

(5)

terdapat hubungan antara pengelola situs ini dengan menjadikan pengunjung untuk melakukan ‘tugas’ yang tanpa disadarinya. Lebih lanjut, pengunduh e-book secara tidak langsung ‘diperintah’ untuk menjadi bagian dari komunitas ini dengan mendaftar email newsletter agar dapat mengunduh e-book Speed Reading for Beginners ini.

Oleh karena itu, pertama, penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi fenomena e-book gratis Speed Reading for Beginners dengan menggunakan bingkai sirkuit budaya dalam melihat e-book sebagai bagian dari produk budaya situs MembacaCepat.com. Paul du Gay dkk. menekankan jika pada proses produksi dan konsumsi saling berkaitan dan saling melingkupi (1997:52), kedua proses ini sebagai fondasi awal bagaimana pada proses e-book ini diciptakan, mengindikasikan pada proses produksi dan konsumsi merujuk pada kegiatan prosumsi yang dilakukan oleh pengelola situs.

E-book ini tidak akan berpotensi menarik banyak peminat jika tidak

adanya apresiasi dari konsumen terhadapnya. Sebab itu untuk poin kedua, penelitian ini mencoba mengkaji relasi antara pengelola situs dengan pengunduh e-book. Berlandaskan pada konsep sebelumnya atas keterlibatan pengunduh e-book sebagai prosumer, artinya apakah ada kaitannya aktivitas prosumer dengan kegiatan mengeksploitasi dan berorientasi pada profit, kaitannya pada hubungan antara pengelola situs dan pengunduh e-book dalam konteks prosumsi. Sebab, posisi keduanya tidak hanya melakukan aktivitas memproduksi konten, namun sekaligus mengkonsumsi pada waktu yang sama, dan begitu pula sebaliknya.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi fenomena e-book gratis dalam situs MembacaCepat.com pada satu rumusan masalah terkait aktivitas prosumer dalam bingkai sirkuit budaya di dunia digital pada pokok penelitian berikut:

1. Bagaimana praktik-praktik prosumsi yang berlangsung dalam situs MembacaCepat.com terkait dengan kajian media internet dalam bingkai sirkuit budaya?

2. Bagaimana implikasi praktik-praktik prosumsi tersebut dalam persebaran

e-book gratis Speed Reading for Beginners ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini fokus kepada dua tujuan pokok:

1. Mendeskripsikan praktik-praktik prosumsi melalui fasilitas internet Web 2.0 khususnya dilihat melalui media e-book dan dilihat melalui kacamata sirkuit budaya sebagai sebuah proses yang berangkaian layaknya sirkuit. 2. Memahami implikasi dari praktik-praktik prosumsi terhadap potensi yang

terjadi.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui tesis ini, pembaca diharapkan dapat mengambil manfaat terhadap penelitian ini mengenai kajian media saiber, melalui penelitian e-book Speed

(7)

bagi peneliti sendiri, analis media atau peneliti lain dalam memahami keterlibatan pencipta produk online, pengelola situs dan pengunduh e-book tidak hanya melakukan produksi atau konsumsi saja, namun melakukan keduanya, lebih tepatnya prosumsi, serta implikasi yang terjadi untuk dapat dijadikan refleksi pada pergeseran budaya melalui praktik-praktik prosumsi dalam media saiber. Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah perbendaharaan penelitian lainnya dalam prodi Kajian Budaya dan Media, terutama penelitian yang menyangkut media digital dalam dunia saiber.

1.5 Fokus Penelitian

Untuk mencapai analisis yang mendalam terhadap objek kajian, dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada area tertentu untuk membatasi agar pembahasan lebih rinci dan tidak melebar. Peneliti akan fokus kepada objek utama kajian sebagai artefak, yaitu situs MembacaCepat.com, dan pengelola situs yaitu Muhammad Noer. Sedangkan area fokus penelitian akan difokuskan pada pemanfaatan e-book Speed Reading for Beginner yang kemudian berkembang menjadi produk lanjutan dari situs MembacaCepat.com, yaitu 10 video gratis tentang membaca cepat, kursus online Speed Reading for Smart People, buku cetak

Speed Reading for Beginners dan yang terakhir training Intensif Membaca Cepat

secara offline pada situs ini, beserta aspek yang melingkupi atau peralatan (online), seperti hosting, autoresponder, formulir email newsletter, media sosial, blog dan situs online terkait, yang digunakan oleh pengelola situs dalam kegiatan menyebarkan misi memproblematisasi kegiatan membaca cepat sebagai kebutuhan

(8)

mendasar untuk pemahaman yang lebih baik dalam membaca informasi. Selanjutnya, pada praktiknya akan dilihat pada relasi antara pengelola situs dan pengunduh e-book, termasuk semua informasi yang terkandung di dalamnya seperti artikel, komentar, testimoni, dan blog pribadi yang berkaitan pada hubungan keduanya pada konteks prosumsi.

1.6 Metodologi Penelitian

Setiap objek kajian memiliki sebuah metode khusus dalam melihat dan mentransformasikan sebuah objek menjadi data penelitian. Metode selalu berbeda dan tergantung apa yang diteliti. Penelitian ini menggunakan etnografi virtual dalam mengkaji fenomena e-book di dunia siber. Peneliti menggunakan konsep dari etnografi ini untuk melihat bagaimana interaksi dari individu dengan menggunakan media internet.

Merujuk dari argumen Hine (2000) bahwa dalam melakukan etnografi yang termediasi internet, perlu melihat internet sebagai sebuah budaya di mana para pengguna menggunakan internet untuk dimanfaatkan bagi mereka. Namun perlu dilakukan dua pendekatan dalam melakukan etnografi ini, yaitu dengan melihat internet sebagai sebuah produk budaya: sebuah teknologi yang secara kontekstual diproduksi oleh individu tertentu untuk pemenuhan tujuan dan prioritas tertentu. Serta melihat bagaimana teknologi dibentuk melalui berbagai cara teknologi tersebut dipasarkan, diajarkan dan dipergunakan. Kedua, internet sebagai artefak budaya. Berkebalikan dengan pendekatan yang pertama, yaitu melihat teknologi apa yang diproduksi, dan bagaimana produk tersebut secara kultural diproduksi

(9)

dapat bermacam-macam. Oleh karena itu, kombinasi dengan dua pendekatan tersebut diperlukan tidak hanya melihat pendekatan internet sebagai produk budaya, namun juga beberapa aspek penting dalam melihat konstruksi dari internet sebagai artefak budaya dalam pemahamannya internet dipergunakan secara offline dan ruang sosial yang muncul dari penggunaannya secara online.

Hine menjelaskan jika teknologi menjadi bagian dari etnografi ini sebagaimana peneliti berinteraksi dengan teknologi. Interaksi dengan teknologi baru memungkinkan ketiadaan informan dan peneliti dalam menghadirkannya ke dalam etografi. Etnografi virtual ini memadai untuk tujuan praktis dalam mengeksplorasi hubungan interaksi yang termediasi.

Sosiologi teknologi dan sosiologi media memungkinkan teknologi, termasuk media komunikasi, secara menyeluruh dibentuk secara sosial. Oleh karenanya, konten dari media/teknologi terbuka untuk dianalisis menggunakan etnografi pada tataran produksi dan konsumsi. Lebih lanjut internet dapat dilihat sebagai artefak budaya yang dibentuk oleh proses sosial pada level produksi dan penggunaan/konsumsi (Hine, 2000:38-39).

Mengingat internet sebagai artefak budaya, maka etnografi virtual tidak perlu terlibat keterlibatan secara fisik. Fokus internet kepada pengalaman

(experiential), bukan kepada keberadaan fisik. Burnett (1996) berargumen jika

dimungkinkan seorang etnografer duduk di meja kerja untuk eksplorasi ruang sosial di internet (Hine, 2000:45). Artinya etnografi virtual dapat dilakukan secara langsung dengan termediasi perantara internet. Hine (2000:65) berpendapat bahwa saat melihat teknologi baru (internet) ini memungkinkan terjadinya interaksi antara

(10)

ketidakhadiran informan dan menghadirkan mereka dalam sebuah etnografi. Serta teknologi ini memungkinkan terjadinya hubungan antara informan dengan peneliti dalam menopang terpisahnya waktu dan ruang. Semua bentuk etnografi ini adalah valid dan tidak memerlukan untuk bertatap langsung (face-to-face). Hal ini menunjukkan jika untuk penelitian dengan media internet, menjadi valid menggunakan etnografi secara virtual melalui perantara internet. Jadi secara tersirat, ketika melakukan kajian media internet, maka data-data yang digunakan juga melalui internet tanpa memerlukan tatap langsung.

Penelitian ini menggunakan paradigma kritis terhadap peranan teknologi dalam kajian ini. Berdasarkan Critical Theory of Technology (CTT), teknologi tidaklah netral, di mana peranan teknologi ikut andil dalam membentuk perubahan sosial yang terjadi di masyarakat namun di balik itu teknologi dibentuk dan disediakan bias pada berbagai kepentingan (Bakardjieva, 2005:15-16). Melalui paradigma ini, peneliti mencoba mengeksplorasi agenda-agenda yang tersembunyi terhadap teknologi yang sedang digunakan dalam objek kajian ini.

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Sejalan dengan uraian di atas, metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah kualitatif. Pada metode kuantitatif diperlukan untuk memetakan bagaimana interpretasi dan menindak lanjuti pengalaman empiris dari pengelola dan pengguna (pengunduh e-book) pada proses produksi e-book Speed Reading for Beginners dan terhadap e-book yang telah diunduh melalui email newsletter dari MembacaCepat.com. Peneliti sadar jika penelitian ini dilakukan termediasi melalui

(11)

internet, sebab itu diperlukan sebuah kepercayaan pada saat melakukan interaksi dengan informan dikarenakan antara peneliti dan informan tidak mengenal satu sama lain. Oleh karenanya, diperlukan pendekatan dan strategi untuk berinteraksi dengan informan pertama kali, yaitu dimulai pada sebuah perkenalan dan dilanjutkan pada sebuah pertanyaan yang sesuai konteks objek penelitian tentang

e-book Speed Reading for Beginners sebelum dilontarkan beberapa pertanyaan

penelitian. Sedangkan untuk sumber data sendiri diperoleh melalui beberapa cara, yaitu wawancara online dan observasi komentar.

1.6.1.1 Sumber Data

1.6.1.1.a Pertama, wawancara online secara langsung akan dilakukan dengan menggunakan fasilitas online untuk menghubungi pengelola situs yaitu Muhammad Noer melalui email.

1.6.1.1.b Kedua, melalui media internet juga, yaitu melalui fasilitas pesan Whatsapp dan Blackberry Messenger, peneliti akan melakukan chatting kepada informan secara online terkait keterlibatan mereka dalam sebuah praktik prosumsi pada situs MembacaCepat.com dan beberapa informan lain didapatkan melalui blog yang menuliskan resensi tentang e-book Speed Reading for Beginners. Tercatat ada enam informan yang dapat diwawancara melalui fitur chatting di Facebook, Blackberry Messenger dan Whatsup. Jadi ada enam orang yang dijadikan informan. 1.6.1.1.c Ketiga, melakukan observasi komentar dari pengunjung situs maupun pengunduh e-book yang ada pada kolom komentar situs MembacaCepat.com dalam melihat relasi pengelola dan pengunduh e-book ini.

(12)

1.6.2 Gambaran Umum Sumber Data Penelitian 1. Situs MembacaCepat.com

Situs berbasis sumber informasi online gratis yang berbicara banyak tentang topik membaca cepat melalui artikel-artikel dan video yang ditulis dan diunggah oleh penulis sekaligus pemilik situs, Muhammad Noer. Situs ini membolehkan pembacanya untuk mengunduh informasi gratis terkait dengan teknik membaca cepat dalam bentuk e-book dengan cara memasukkan nama dan alamat email sebagai alat untuk berinteraksi lebih lanjut dengan calon pengunduh e-book. 2. Para pengunduh e-book

Pengunduh e-book merupakan khalayak yang terlibat secara langsung mengunduh konten dalam bentuk e-book yang berjudul ‘Speed Reading for

Beginners-Panduan membaca lebih cepat, lebih cerdas dan pemahaman yang lebih

baik’ melalui email newsletter. 3. Situs Terkait

Situs terkait dapat berupa blog-blog pribadi atau halaman Facebook yang menerbitkan artikel dan atau informasi terkait dengan situs MembacaCepat.com. Fungsi dari situs ini digunakan dalam menggali keterlibatan pengunduh e-book dengan situs MembacaCepat.com dalam hal reproduksi informasi atau persebaran

e-bookSpeed Reading for Beginners.

1.6.3 Metode Analisis Data

Setelah melakukan metode awal dalam langkah-langkah yang dilakukan saat mengumpulkan data, kemudian dilakukan tahapan pengkajian data di mana

(13)

data tersebut dikolaborasikan pada tahapan temuan yang kemudian dianalisis pada bagian analisis. Data yang diperoleh dianalisis melalui proses produksi-konsumsi (prosumsi) dari pengelola situs dan pengunduh e-book terkait segala aktivitas yang melingkupi e-book.

Gambar

Gambar 1 – Formulir optin MembacaCepat.com

Referensi

Dokumen terkait

Pada bunyi bip [1:11], gunakan spatula untuk menggaul masuk sebarang tepung yang tertinggal di dalam sekeliling periuk roti dan gaul rata2. Kembalikan periuk roti ke dalam

bahwa kesempurnaan manusia tidak mungkin dicapai kecuali dengan mempertemukan agama dann ilmu pengetahuan atau antara aliran pengetahuan Islam dengan filsafat Greek (Yunani Kuno).

Berdasarkan hasil penelitian, dari semua jenis obat yang mengalami DRPs penderita gagal menerima obat diambil sesuai dengan data rekam medik pasien dengan

Hasil pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan pada Institusi Kesehatan Resmi di luar Polri meliputi : Jantung, Paru-paru, tidak buta warna, bebas narkoba,

Proses pelatihan berjalan lancar dan sukses, hal ini ditunjukkan dengan respon peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan karena masyarakat Desa Lembongan sangat

Sistem yang akan dibangun dalam keamanan kandang ternak ini merupakan perancangan control otomatis dengan menggunakan koneksi jaringan GSM pada smartphone yang

Faktor pancetus (P : provacate) : perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi

Kompensasi finansial (X2)setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi Menurut Rivai