PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Pendidikan
Matematika
Oleh
AEZIRA ELSINKA DOMAS NPM: 1311050029
Jurusan: Pendidikan Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Pendidikan
Matematika
Oleh
AEZIRA ELSINKA DOMAS NPM: 1311050029
Jurusan: Pendidikan Matematika
Pembimbing I: Dr. H. R. Masykur, M.Pd. Pembimbing II: Dona Dinda Pratiwi, M.Pd.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII
Oleh
Aezira Elsinka Domas
Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dan perlu menjadi fokus perhatian dalam setiap pembelajaran matematika. Sebab, dalam proses pemahaman konsep peserta didik dapat menggunakan pemahamannya terhadap suatu konsep dan mampu mengingatnya secara detail untuk memecahkan suatu masalah. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaining (SFAE) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau Dari Motivasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII.
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Populasi yang digunakan adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat dengan Teknik pengambilan sampel ini yaitu teknik purposive sampling, Dengan sampel yang terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan instrumen tes, angket motivasi belajar, observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji anava dua jalan. Metode analisis data dilakukan dengan metode liliefors untuk uji normalitas dan bartlett untuk uji homogenitas.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa data hasil tes dari kedua kelompok tersebut normal dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji anava dua jalan. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama terdapat pengaruh model pembelajaran SFAE terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik dan model pembelajaran SFAE lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori. Hipotesis kedua terdapat pengaruh motivasi belajar matematika terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik dan peserta didik dengan motivasi belajar dengan kriteria tinggi lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar dengan kriteria sedang dan rendah. Hipotesis ketiga tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran SFAE dan motivasi belajar matematika terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik.
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Jl. Letkol H. EndroSuratminSukarame Bandar Lampung Telp. 0721-780887PENGESAHAN
Skripsi dengan judul: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII, disusun oleh : AEZIRA ELSINKA DOMAS, NPM: 1311050029, Jurusan: Pendidikan Matematika, telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada hari/tanggal: Senin, 31 Juli 2017 pukul 08.00 s.d 10.00 WIB.
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang : Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. (……..………….) Sekretaris : Dian Anggraini, M.Sc. (……..………….) Penguji Utama : Dr. Nanang Supriadi, M.Sc. (……..………….) Penguji Pendamping I : Dr. H. Rubhan Masykur, M.Pd. (....…..………….) Penguji Pendamping II: Dona Dinda Pratiwi, M.Pd. (……..………….)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat : Jl. Letkol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung telp (0721) 703260PERSETUJUAN
JudulSkripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING
(SFAE) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII
Nama : Aezira Elsinka Domas
NPM : 1311050029
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Jurusan : Pendidikan Matematika
MENYETUJUI
Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. R. Masykur, M.Pd. Dona Dinda Pratiwi, M.Pd.
NIP.19660402 199503 1 001 NIP. 19900410 201503 2 004 Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
MOTTO
MOTTO
RIWAYAT HIDUP
Aezira Elsinka Domas, lahir di Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung, pada tanggal 5 Maret 1996. Anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Ahmad Aidi dan Ibu Yumas.
KATA PENGANTAR
ِمْﯾِﺣﱠرﻟا ِنَﻣْﺣﱠرﻟا ِﷲ ِمــــــــــــــــــْﺳِﺑ
Rasa syukur senantiasa kucurahkan kepada Sang Pencipta, Sang Pemilik Cinta, Allah SWT. Jikalau tanpa kuasa-Nya penulis tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW manusia yang mengajarkan kepada umat manusia betapa indahnya iman dan Islam. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Nanang Supriyadi, M.Sc selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
4. Ibu Dona Dinda Pratiwi M.Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar membimbing, meluangkan waktunya, dan telah memberikan begitu banyak inspirasi kepada penulis untuk berkarya sebaik-baiknya.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (khusunya Jurusan Pendidikan Matematika) yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.
6. Bapak Dahlan, S.Pd, MM. selaku Kepala SMP Negeri 1 Abung Barat yang banyak membantu dan membimbing penulis selama mengadakan penulisan. 7. Ibu Lismawati, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 1
Abung Barat.
8. Sahabat-sahabatku tersayang di jurusan matematika (Resti YS, Arischa, Ani Widya, Himelda Dewi, Bayu Habibi, May Maya Sari, Dewi Surani dan Nindi Kurniawati), persahabatan dan kebersamaan kita tak akan kulupakan). Tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin saya sampai di sini, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. 9. Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya jurusan pendidikan
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan kontribusi dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi diri penulis pribadi dan bagi pembaca sekalian.
Bandar Lampung, Juni 2017 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 10
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 13
H. Definisi Operasional ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran ... 15
a. Langkah-langkah Model SFAE ... 17
b. Kelebihan dan Kekurangan Model SFAE ... 18
c. Tujuan Model SFAE ... 18
d. Prinsip Model SFAE ... 19
3. Definisi Pemahaman Konsep ... 21
a. Pemahaman Konsep Matematis ... 22
b. Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 25
c. Pembelajaran Matematika Untuk Kemampuan Pemahaman Konsep ... 28
4. Motivasi Belajar Peserta Didik ... 29
a. Pengertian Motivasi Belajar ... 29
b. Teori Motivasi Belajar ... 31
c. Aspek-aspek Motivasi Belajar ... 33
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 35
e. Motivasi Belajar Pada Anak Berbakat ... 36
5. Penelitian yang relevan ... 38
6. Kerangka Berfikir ... 40
7. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 46
B. Tempat, Waktu, Obyek, dan Subjek Penelitian ... 46
C. Jenis Penelitian ... 47
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 48
E. Teknik Pengumpulan Data ... 49
F. Variabel Penelitian ... 52
G. Instrument Penelitian ... 53
1. Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 53
H. Uji Coba Penelitian ... 58
1. Uji Validitas ... 58
2. Uji Tingkat Kesukaran ... 61
3. Uji Pembeda ... 62
4. Uji Reliabilitas ... 64
I. Analisis Data ... 65
1. Uji Coba Prasyarat ... 65
a. Uji Normalitas ... 65
b. Uji Homogenitas ... 66
J. Uji Hipotesis ... 67
K. Uji Lanjutan Scheefe’ ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 75
B. Deskripsi Data Amatan... 87
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 89
D. Uji Hipotesis ... 94
E. Pembahasan ... 99
F. Keterbatasan Penelitian ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Nilai Ulangan Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP N 1 Abung
Barat...6
Tabel 2 Kriteria Motivasi...37
Tabel 3 Desain Penelitian... 48
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis...57
Tabel 3.2 Skala Likert...58
Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal...63
Tabel 3.4 Interprestasi Daya Beda...65
Tabel 3.5 Rangkuman Analisis... 74
Tabel 4.1 Hasil dan Saran Dari Validator Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis...76
Tabel 4.2 Hasil dan Saran Dari Validator Instrumen Angket Motivasi Belajar Matematika...77
Tabel 4.3 Validitas Soal Tes Pemahaman Konsep Matematis... 79
Tabel 4.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Pemahaman Konsep Matematis... 80
Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Beda Soal...82
Tabel 4.6 Hasil Kesimpulan Uji Coba Tes Pemahaman Konsep Matematis...84
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar Matematika... 85
Tabel 4.8 Deskripsi Data Nilai Pemahaman Konsep Matematis... 87
Tabel 4.9 Deskripsi Data Nilai Angket Motivasi Belajar Matematika...88
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Tes PKM...90
Tabel 4.12 Rangkuman Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Matematika...91
Tabel 4.13 Normalitas Berdasarkan Motivasi Belajar...92
Tabel4.14 Sebaran Peserta Didik Ditinjau Dari Model Pembelajaran SFAE dan Motivasi Belajar Matematika...94
Tabel 4.15 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama...95
Tabel 4.16 Rataan Data dan Rataan Marginal...96
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama Responden Uji Coba Instrumen ... 107
Lampiran 2 Nama Responden Kelas Eksperimen ... 108
Lampiran 3 Nama Responden Kelas Kontrol ... 109
Lampiran 4 Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 110
Lampiran 5 Soal Uji Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 112
Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 114
Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika ... 118
Lampiran 8 Angket Motivasi Belajar Matematika ... 119
Lampiran 9 Tabel Validitas Uji Coba Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis... 122
Lampiran 10 Tabel Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematis... 126
Lampiran 11 Tabel Daya Beda Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 130
Lampiran 12 Tabel Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 136
Lampiran 13 Tabel Validitas Angket Motivasi Belajar Matematika ... 139
Lampiran 14 Tabel Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Matematika ... 142
Lampiran 15 Silabus Pembelajaran ... 144
Lampiran 16 RPP kelas Eksperimen... 146
Lampiran 18 Deskripsi Data Skor Pemahaman Konsep Matematis ... 162
Lampiran 19 Hasil Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ... 164
Lampiran 20 Hasil Uji Normalitas Tes Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol... 168
Lampiran 21 Hasil Homogenitas Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 171
Lampiran 22 Hasil Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen ... 174
Lampiran 23 Hasil Uji Normalitas Angket Motivasi Belajar Matematika Kelas Kontrol... 176
Lampiran 24 Pengelompokan Kelas Eksperimen Berdasarkan Motivasi Belajar Matematika ... 178
Lampiran 25 Pengelompokan Kelas Kontrol Berdasarkan Motivasi Belajar Matematika ... 179
Lampiran 26 Uji Normalitas Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen Berdasarkan Motivasi Belajar Matematika ... 180
Lampiran 27 Uji Normalitas Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol Berdasarkan Motivasi Belajar ... 182
Lampiran 28 Uji Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 187
Lampiran 29 Uji Komparansi Ganda Scheefe’ ... 201
Lampiran 30 Tabel Chi Kuadrat ... 203
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnyalah mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Pendidikan yang bermutu dan berkualitas dapat menunjang kemajuan suatu bangsa, karena dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas akan mampu mencetak dan menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas pula serta dengan adanya pendidikan itu pula manusia dapat memperoleh kesejahteraan hidup, dapat mengembangkan potensi diri sehingga dapat menciptakan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat memenuhi kebutuhan dirinya.
Menurut Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk meujudkan suasana belajar dan peroses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam undang-undang pendidikan yang berbunyi: “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.2
Selain itu pendidikan juga mempunyai kedudukan dengan menjamin untuk memperbaiki dan mengangkat derajat manusia yanglebih tinggi, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Mujadillah ayat 11, yang berbunyi:
Artinya :“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”3
Berdasarkan ayat diatas jelaslah bahwa Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan, bahkan orang yang berilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya. Salah satu indikator dalam dunia pendidikan adalah hasil belajar peserta didik, sehingga peningkatan mutu pelajaran dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada kenyataannya tidak semua peserta didik berhasil dalam proses pembelajaran dengan kata lain setiap peserta didik tidak dapat mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan melainkan sesuai
2Tim Redaksi Fokus Media, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta, Redaksi Fokus, 2004, hlm 7
dengan usaha yang dilakukan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Najm : 39, yang berbunyi :
Artinya :Dan bahwasanya seorang manusian tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.4
Berdasarkan ayat di atas tidak semua hal yang kita harapkan bisa tercapai dengan mudah tanpa adanya usaha yang kita lakukan, sama halnya dengan pembelajaran matematika kita harus terus berusaha guna tercapainya tujuan pembelajaran matematika itu sendiri, diantaranya dengan mengupayakan peningkatan dan penerapan metode pembelajaran berdasarkan model pembelajaran matematika yang ada.
Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dapat menjadikan manusia berfikir logis, teoritis, rasional dan percaya diri. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari oleh setiap orang sebagai sarana untuk memahami konsep dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita akan mampu bertahan dalam Era Globalisasi yang semakin maju.
Selain itu, dalam surat Ali Imran ayat 159 Allah berfirman:
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Mengingat pentingnya peranan matematika ini, upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika ini selalu menjadi sorotan,khususnya bagi pemerintah dan ahli pendidikan matematika. Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal diantaranya minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan penyebab utama masalah belajar salah satunya berupa proses pembelajaran yang tidak membangkitkan motivasi dan kreaktifitas belajar peserta didik sedangkan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemahaman konsep matematis peserta didik.5
Permasalahan yang sering terjadi didalam proses pembelajaran salah satunya adalah kegiatan belajar yg kurang menarik, cenderung pasif, enggan, takut, dan malu untuk bertanya serta mereka belum berani menjelaskan. Mereka memilih untuk diam
jika ada suatu hal yang belum mereka pahami dari pada harus bertanya kepada guru yang mengajar. Keadaan tersebut apabila didiamkan akan menyebabkan peserta didik semakin mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep berikutnya.
Menurut Depdiknas, salah satu tujuan kurikulum KTSP pelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematis, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika salah satunya ialah kemampuan pemahaman kosep matematis sebagai upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik juga masih rendah, hal itu disebabkan oleh kemampuan peserta didik untuk berpikir dan bernalar dalam menyelesaikan masalah yang diberikan serta kemandirian belajar peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung masih rendah karena peserta didik hanya bergantung pada hal-hal yang diberikan guru.
sebagai obyek atau penerima perlakuan saja. Hal lain juga terlihat bahwasannya peserta didik dalam proses pembelajaran cepat lupa dengan materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Hal tersebut terjadi karena kurang aktifnya peserta didik untuk bertanya, dan cenderung menghafal tanpa memahami materi yang disampaikan, yang mengakibatkan belum maksimalnya hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu,rata-rata peserta didik kurang termotivasi dan kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran matematika, sehingga kemampuan peserta didik dalam pemahaman konsep matematis masih rendah6. Dari pengamatan peneliti diperoleh hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya.7Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa pemahaman konsep matematis, terlihat dari Tabel 1 hasil nilai ulangan matematika peserta didik berikut ini.
Tabel 1
Hasil nilai ulangan matematika peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat Semester ganjil Tahun ajaran 2016/2017
Kelas Nilai Matematika Peserta
Didik Jumlah
x < 68
VIIIA 12 25 37
VIIIB 16 21 37
VIIIC 21 16 37
6 Wawancara di SMP Negeri 1 Abung Barat tgl 18-06-2016
VIIID 21 14 35
VIIIE 26 12 38
VIIIF 23 12 35
Jumlah 119 97 219
Sumber: Guru Matematika SMP Negeri 1 Abung Barat Tahun Pelajaran 2016/20178
Berdasarkan Tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa dari 219 peserta didik yang mendapat nilai dibawah 68 berjumlah 119 atau sebanyak 54,33% peserta didik, dan hanya 97 peserta didik atau sebanyak 44,29% yang mendapat nilai diatas 68 dari seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat. Penyebab permasalahan ini adalah pemahaman konsep yang dimiliki peserta didik masih rendah karena dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar yang selama ini terjadi belum memuaskan, karena lebih dari sebagian peserta didik masih mendapatkan nilai dibawah (KKM), dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah tersebut untuk pelajaran matematika yaitu 68, nilai hasil belajar yang dicapai peserta didik di kelas dalam pelajaran matematika masih dibawah KKM, tetapi ada pula kelas yang mendapat hasil belajar yang diatas KKM.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Lismawati, S.Pd, Selaku guru matematika di SMP Negeri 1 Abung Barat pada tanggal 18 Juni 2016, bahwa di dalam kegiatan pembelajaran matematika, kemampuan peserta didik dalam
menyatakan ulang sebuah konsep dengan artian peserta didik tersebut dapat menjelaskan kembali materi yang telah diberikan oleh pendidik secara sistematis masih rendah dikarenakan kurangnya motivasi yang tertanam pada diri mereka masing-masing. Begitupun kemampuan peserta didik menyelesaikan soal dengan tepat belum sepenuhnya sesuai dengan prosedur. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran matematika dikelas pada umumnya guru lebih berperan aktif. Selain itu, penyampaian materi lebih menekankan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman. Padahal, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasi, menganalisis, dan mengevaluasi juga di perlukan untuk mengembangkan daya nalarnya dalam pemahaman konsep matematis sehingga kemampuan peserta didik dalam proses pemecahan masalah akan lebih berkembang.
Agar proses belajar mengajar memperoleh hasil maksimal maka proses belajar mengajar harus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Penguasaan konsep pada tahap awal sangat berkaitan dengan penguasaan pada tahap selanjutnya, apabila matematika merupakan bentuk kesatuan dimana satu dengan yang lainnya saling berkaitan.Akan tetapi tidak semua peserta didik dapat dengan mudah memahami dan mengerti tentang semua konsep yang diberikan secara tepat, cepat, dan benar.
proses pembelajaran, dan menggunakan strategi yang dapat melibatkan peserta didik dalam belajar dan dapat mengaktifkan antara peserta didik dan guru, peserta didik
dan peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining(SFAE).
Model pembelajaran (SFAE) merupakan model pembelajaran dimana peserta didik bertindak sebagai seorang pengajar atau penjelas materi dan seseorang yang memfasilitasi peserta didik lainnya,guna memperoleh keaktifan kelas secara
keseluruhan. Dengan model pembelajaran (SFAE) dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengesankan, keberanian dan bermaknanya proses
pembelajaran serta dapat memahami konsep yang didapat dari hasil penyimpulan sehingga meningkatkan motivasi dan daya ingat peserta didik.
Disamping itu pula, model pembelajaran (SFAE) ini diharapkan dapat
menjadi solusi untuk mengatasi masalah peserta didik yang belum tuntas dalam pembelajaran, rendahnya motivasi, dan pemahaman konsep matematis peserta didik.
Model pembelajaran ini cocok untukmengetahui sejauh mana pemahaman konsep matematis peserta didik dikarenakan di dalam model pembelajaran (SFAE) ini lebih menekankan pada pola interaksi peserta didik dan memberikan kesempatan peserta
didik untuk menjelaskan ulang sebuah konsep kepada peserta didik lainnya serta mampu menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau Dari Motivasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII Smp Negeri 1 Abung Barat Tahun Ajaran 2016/2017.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Beberapa peserta didik yang merasa ketakutan peserta didik terhadap
pelajaran matematika.
2. Sebagian peserta didik dalam menyatakan ulang sebuah konsep, dan kemampuan peserta didik menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan
prosedur pemahaman konsep matematis peserta didik masih rendah.
3. Sebagian dari peserta didik dengan kondisi siswa yang cenderung pasif,tidak
berani menjelaskan dan kurang kreatif. C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, agar penelitian ini lebih terarah
dan agar dapat mengefisiensikan waktu penelitian, perlu adanya batasan masalah dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE).
2. Motivasi belajar peserta didik yang digunakan adalah Motivasi yang tinggi,
3. Hasil belajar matematika peserta didik dilihat dari pemahaman konsep matematis pada peserta didik.
4. Pengaruh model pembelajaran SFAE terhadap pemahaman konsep matematis ditinjau dari motivasi belajar matematika dapat dilihat dari nilai rata-rata
kelas
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di
atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan model pembelajaran ekspositori terhadap
pemahaman konsep matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat Tahun Pelajaran 2016/2017?
2. Apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika dengan tipe tinggi, sedang dan rendah terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik
kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat Tahun Pelajaran 2016/2017?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dan motivasi belajar matematika terhadap pemahaman konsep
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining dengan model pembelajaran ekspositori
terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh motivasi belajar matematika dengan tipe tinggi, sedang dan rendah terhadap pemahaman konsep
matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran Student
Facilitator and Explaining dan motivasi belajar matematika terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung
Barat Tahun Pelajaran 2016/2017? F. Manfaat penelitian
Peneliti mengharapkan penelitian yang dilakukan kelak dapat bermanfaat
pada beberapa kalangan, antara lain: 1. Peneliti
2. Guru
Memberikan sumbangan pemikiran untuk dapat menerapkan model
pembelajaran (SFAE) terhadap pemahaman konsep matematis peserta didik. 3. Siswa
Agar dapat lebih memahami konsep matematis dengan diterapkannya model pembelajaran (SFAE) serta Menumbuhkan kemampuan siswa untuk menyampaikan pendapat,dan mengembangkan keterampilan berpikir yang
lebih tinggi.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Agar lebih terarah dalam rencana penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut:
1. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah
a. Pengaruh model pembelajaran Student Facilitator and Explaining.
b. Pemahaman konsep matematis peserta didik. c. Motivasi Belajar matematika peserta didik. 2. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Abung Barat.
3. Waktu Penelitian
4. Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Abung Barat.
H. Definisi Operasional
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terjadi kesalahpahaman terhadap
istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut diuraikan beberapa definisi
yang digunakan antara lain:
1. Pembelajaran Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran
dimana peserta didik bertindak sebagai seorang pengajar atau penjelas materi
dan seseorang yang memfasilitasi peserta didik lainnya,guna memperoleh
keaktifan kelas secara keseluruhan.
2. Pemahaman konsep matematis diartikan sebagai tingkat kemampuan yang
mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep matematis, situasi
serta fakta yang diketahuinya.
3. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri siswa
maupun dari luar (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu atau pola yang dapat kita gunakan
untuk mendesain pola mengajar secara tatap muka didalam kelas atau
tutorial dan untuk menentukan perangkat pembelajaran termasuk didalam
nya buku-buku, film-film, tipe-tipe, program komputer dan kurikulum.9
Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain
pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan.
Adapun Arends dalam Trianto mengemukakan bahwa istilah model
pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem
pengelolaannya.10
Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sismatik dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam
merancang serta melaksanakan pembelajaran.
9Trianto, Model Pembelajaran Terpadu,(Bumi Aksara:Jakarta,2010),hlm 52
Dari beberapa pengertian model pembelajaran tersebut maka penulis
menyimpulkan model pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu desain,
pola atau rancangan yang di gunakan untuk pedoman dalam merncanakan
pembelajaran di kelas. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang
menunjang agar peserta didik merasa bebas untuk merespon sehingga
tujuan proses mengajar tercapai.
2. Model Pembelajaran Kooperatif TipeStudent Facilitator and
Explaining (SFAE)
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
dengan menggunakan model pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4-6
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras atau suku yang berbeda (Heterogen).11 Untuk mencapai hasil
pembelajaran kooperatif yang memadai diperlukan kemampuan berpikir
untuk memecahkan masalah yang ditemui menuju tercapainya suatu
pembelajaran yang bermutu serta mengutamakan kerja sama diantara
peserta didik tersebut.
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan
model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan
ide/ pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini
efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan
atau pendapatnya sendiri.12 Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang
akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan
lebih sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam
kegiatan apresiasi maupun bisa berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Menurut Agus Suprijono dan Rachma Widodo, bahwa model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan suatu model
pembelajaran di mana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada
siswa lainnya.Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa
berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan ataupendapatnya sendiri.13
a. Langkah-langkah Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining
Langkah-langkah pembelajaran dalam model Student Facilitator
And Explaining yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/ KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa
lainnya, misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
12Amin Suyitno,Metode Pembelajaran,(Rosdakarya:2006), hlm 52
6. Penutup14
b. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Student Facilitator and
explaining
1) Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining
Siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining:
a) Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja
yang tampil.
b) Banyak siswa yang kurang aktif.15
c. Tujuan Student Facilitator and Explaining
Terdapat tiga tujuan Pembelajaran Kooperatif yaitu:
1) Hasil Akademik
Pembelajaran Kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Dalam proses tutorial ini,
siswa kelompok atas akan meningkatkan kemampuan
akademiknya karena memberi pelayanan sebagai tutor
14 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Aswaja Pressindo:Yogyakarta) hlm 242
membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.16
2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda ras, budaya, kelas sosial, kemampuan maupun ketidakmampuan. 3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting Ketiga dari Pembelajaran Kooperatif ialah mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi.Pembelajaran matematika dengan cooperative learning dapat meningkatkan daya nalar dan daya pikir anak serta dapat mengurangi kegiatan menghafal. Coopertive learning yang meningkatkan hubungan kerjasama antar teman memacu anak untuk semakin maju dan bekerja keras dan hasil dari cooperative learning akan membantu masyarakat untuk mendapatkan seorang yang bekerja keras dan dapat bekerja sama.17
d. Prinsip Model Student Facilitator and Explaining
Pembelajaran Kooperatif Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Adam dan Mbirimujo dalam Prasetyo bahwa untuk memperbanyak pengalaman serta meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Student facilitator and explaining.18 Dikatakan dari hasil penelitiannya bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini dapat meningkatkan antusias, motivasi, keaktifan dan rasa senang siswa dapat terjadi.Sehingga sangat cocok di pilih guru untuk digunakan pada pembelajaran bahasa. Karena pada model Student facilitator and explaining atau bermain peran ini suatu cara penguasaan siswa terhadap beberapa keterampilan diantaranya ketrampilan berbicara, ketrampilan menyimak, ketrampilan pemahaman pada teks bacaan, dan ketrampilan seni dalam memerankan seorang tokoh sesuai konteks bacaan dalam keadaan riang.
Salah satu metode yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembeljaran kooperatif Student Facilitator and Explaining.
3. Definisi Pemahaman Konsep
Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar mahasiswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena denganpemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.
Menurut Purwanto pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Sementara Mulyasa menyatakan bahwa pemahaman adalah kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Selanjutnya Ernawati mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklasifikasikannya.19
Menurut Virlianti mengemukakan bahwa pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk
mengungkapkan konsepsi tersebut, serta dapat mengeksplorasi kemungkinan yang terkait.20
Berdasarkan pengertian pemahaman diatas, penulis menyimpulkan pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam memahami dan mengemukakan tentang sesuatu yang diperolehnya.
Setiap materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep yang harus disukai siswa. Pengertian konsep Menurut Ruseffendi adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan objek atau kejadian itu merupakan contoh.21
a. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman konsep sangat penting, karena dengan penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.
Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut
20Ibid, hlm 101
telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.
Menurut Sanjaya mengatakan apa yang di maksud pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya.22
Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan definisi pemahaman konsep adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.
Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan Carpenter Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:
1) Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang
dimiliki siswa sehingga setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan
dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
2) Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah
dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif
dengan pengetahuan-pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian
skema atau pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif
berfikir sehingga pengetahuan itu lebih mudah diingat.
3) Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya
jalinan yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain
dalam struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh
pemahaman merupakan jalinan yang sangat baik.
4) Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu
konsep matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan
keserupaan dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu
siswa untuk menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat
diterapkan untuk suatu kondisi tertentu.
5) Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang
memahami matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang
positif yang selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan
matematikanya.23
b. Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Menurut Sanjaya indikator yang termuat dalam pemahaman
konsep diantaranya :
1) Mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah
dicapainya.
2) Mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta
mengetahui perbedaan.
3) Mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut.
4) Mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur.
5) Mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang
dipelajari.
6) Mampu menerapkan konsep secara algoritma.
7) Mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.24
Pendapat diatas sejalan dengan Peraturan Dirjen Dikdasmen
Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2001 tentang rapor
pernah diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis
adalah mampu :
1) Menyatakan ulang sebuah konsep
2) Mengklasifikasi objek menurut tertentu sesuai dengan konsepnya 3) Memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep
4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis 5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep 6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi
tertentu
7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah25
24Sri Wardhani, Pembelajaran Kemampuan Pemahaman Konsep Di Smp, (Kementrian Pendidikan Nasional:Yogyakarta) hlm 5
25 Nila Kesumawati,Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika
maka perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika. Tentang penilaian perkembangan anak didik
dicantumkan indikator dari kemampuan pemahaman konsep matematis
sebagai hasil belajar matematika Tim PPPG Matematika Indikator tersebut
adalah :
1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan
siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan
kepadanya.
Contoh: pada saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang
maksud dari pelajaran itu.
2) Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsep adalah kemampuan peserta didik mengelompokkan
suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat
dalam materi.
Contoh: siswa belajar suatu materi dimana siswa dapat
mengelompokkan suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat
yang ada pada konsep.
3) Kemampuan memberi contoh dan bukan contoh adalah kemampuan
siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu
Contoh: siswa dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan
dapat mengerti yang mana contoh yang tidak benar
4) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematika adalah kemampuan peserta didik memaparkan konsep
secara berurutan yang bersifat matematis.
Contoh: pada saat peserta didik belajar di kelas, peserta didik mampu
mempresentasikan/memaparkan suatu materi secara berurutan.
5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep adalah kemampuan peserta didik mengkaji mana syarat perlu
dan mana syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi.
Contoh: peserta didik dapat memahami suatu materi dengan melihat
syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan
harus dihilangkan.
6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur
tertentu adalah kemampuan peserta didik menyelesaikan soal dengan
tepat sesuai dengan prosedur.
Contoh: dalam belajar peserta didik harus mampu menyelesaikan soal
dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
7) Kemampuan mengklafikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan
masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta
prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan
Contoh: dalam belajar siswa mampu menggunakan suatu konsep untuk
memecahkan masalah.
Dengan demikian, dalam penelitian ini indikator pemahaman konsep
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) peserta didik mampu menyatakang ulang sebuah konsep dalam
artian sudah dapat menjelaskan secara sistematis materi yang telah
diberikan oleh pendidik kepada peserta didik lainnya.
2) peserta didik mampu mengelompokkan suatu objek menurut
jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.
3) Peserta didik mampu mengerti contoh yang benar dan tidak benar
dari materi yang telah disampaikan oleh pendidik.
4) Peserta didik mampu mempresentasikan/memaparkan suatu materi
secara berurutan yang bersifat matematis.
5) peserta didik mampu memahami suatu materi dengan melihat
syarat-syarat yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak
diperlukan harus dihilangkan
6) Peserta didik mampu menggunakan, memanfaatkan dan memilih
prosedur tertentu dalam artian peserta didik mampu
menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah
yang benar
7) Peserta didik mampu menggunakan konsep dalam menyelesaikan
c. Pembelajaran Matematika Untuk Kemampuan Pemahaman
Konsep
Matematika sering merupakan momok bagi para peserta didik.
Banyak siswa dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi yang membenci
mata pelajaran ini. Kesulitanyang harus dihadapi dengan berbagai
penggunaan logika dan rumus dalam menyelesaikan soal merupakan
kendala dan permasalahan besar, namun ada teori belajar
matematika yang sebenarnya mudah untuk dilakukan.
Menurut Suherman Dengan menerapkan teori ini, matematika
bukanlah menjadi mata pelajaran yang harus dihindari. Teori tersebut
yaitu:
1) Memahami konsep dan bukan menghapal rumus, maksudnya teori
belajar matematika pertama yang harus diingat adalah bahwa
belajar matematika berarti memahami konsep untuk
setiap soal yang dihadirkan. Walau di dalam matematika ada rumus
yang harus dihapal, namun inti dari pelajaran matematika adalah
pemahaman. Seberapa hebat anda dalam menghafal berbagai
rumus matematika, tidak akan bermanfaat jika konsep dasarnya
tidak dipahami. Pemahaman konsep menjadi modal utama dalam
menguasai pelajaran matematika. Itulah teori belajar matematika
4. Motivasi Belajar Peserta Didik
a. Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang
melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan
membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti
bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan
berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,
berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya.26 Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama.27Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy menyatakan
bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu
kecenderungan siswa untuk mencapai aktivitas akademis yang
bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan
keuntungan dari aktivitas tersebut.28 Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca
materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan
strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga
memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut,
rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan
untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung
pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses
yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan
tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan-tujuan
belajar tersebut.
b. Teori Motivasi Belajar
Beberapa teori motivasi antara lain:
1) Teori Hedonisme
Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan,
kesenangan, kenikmatan. Seperti dikatakan oleh M. Ngalim
Purwanto bahwa: “Hedonisme adalah aliran didalam filsafat yang
memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah
mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut
pandangan teori ini manusia pada hakekatnya adalah makhluk
yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan
kenikmatan.
2) Teori Naluriah
Manusia sebagai individu hidup dalam suatu dunia yang
bukan dirinya sendiri, tetapi mutlak diperlukan untuk hidupnya,
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, dan sebagainya. Daya-daya
yang mendorong manusia dari dalam untuk melaksanakan
perbuatan itu disebut naluri atau dorongan nafsu. Naluri
merupakan kekuatan di dalam diri manusia yang mendorong kita
untuk maju dan memiliki benda-benda dan nila-nilai itu. Naluri
adalah bentuk penjelmaan hidup tertentu, manusia sebagai
makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, akan tetapi menyadari
bahwa ia didorong dan merasa bahwa da sesuatu di dalam dirinya
yangmendorongnya berbuat dan bertindak.
3) Teori Reaksi
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku
manusia tidak berdasarkan naluri, tetapi berdasarkan pola-pola
tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu
hidup. Oleh sebab itu teori ini disebut juga teori lingkungan hidup.
memotivasi anak didiknya, pendidik itu hendaknya mengetahui
benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan anak
didiknya.
4) Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluriah dan teori
reaksi. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
5) Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah
teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang
dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi
kebutuhannya. Baik kebutuhan phisik maupun kebutuhan psikis.
Oleh karena itu menurut teori ini apabila seorang pendidik (guru)
bermaksud memotivasi siswa ia harus berusaha mengetahui lebih
dahulu apa kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.29 c. Aspek-Aspek Motivasi Belajar
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang
dikemukakan oleh Santrock yaitu:
1) Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik
sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam menghadapi ujian
untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari
hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana
tujuannya adalah mengontrol perilaku siswa, dan mengandung
informasi tentang penguasaan keahlian.
2) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu
demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid belajar
menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang
diujikan itu. Murid termotivasi untuk belajar saat mereka diberi
pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan
kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai
informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya guru
memberikan pujian kepada siswa.30
Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:
a) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal.
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka
melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena
kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa akan
meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk
mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.
b) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman
optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat
dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Brophy, terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar siwa, yaitu:
1) Harapan guru 2) Instruksi langsung
3) Umpanbalik (feedback) yang tepat
4) Penguatan dan hadiah 5) Hukuman
Sebagai pendukung kelima faktor di atas, Sardiman menyatakan
bahwa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar adalah:
a) Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar
dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
b) Persaingan/kompetisi
tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga
diri.
d) Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan
menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
e) Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih
giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
f) Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.31
e. Motivasi Belajar pada Anak Berbakat
Menurut Heward, karakteristik perilaku belajar dengan motivasi
tinggi yang dimiliki oleh anak berbakat, yaitu:
1) Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.
2) Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya memerlukan sedikit pengarahan.
3) Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi. 4) Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran,
seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya konsentrasi baik, dan lain sebagainya.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Indikator Motivasi instrinsik
a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c) Adanya harapan dan cita-cita masadepan
2) Indikator Motivasi Ekstrinsik
1. Adanya penghargaan dalam belajar
b) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar c) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.32 Dalam penelitian ini, indikator motivasi belajar matematika yng
digunakan adalah motivasi intrinsik, Menurut Syaripah yaitu:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masadepan
Indikator diatas dipilih dengan alasan, karena dalam proses
pembelajaran peserta didik diharapkan memiliki kemauan yang tumbuh
dari dalam diri mereka sendiri agar kemampuan pemahaman konsep
matematis merekapun meningkat. Setelah peserta didik termotivasi untuk
belajar, dan mulai menyenangi mata pelajaran yang diberikan oleh
pendidik maka pada saat itulah pendidik mulai memberi tantangan yang
sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Dengan demikian,
pendidik memberikan pujian ataupun reward kepada peserta didik
tersebut.
32 Syaripah, “Pengaruh Persepsi Pembelajaran Matematika Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Menurut Hidayat, Kriteria motivasi dikategorikan menjadi:33
5. Penelitian yang relevan
a. Peneliti Bilal Rusidi dengan Prodi Pendidikan Matematika Stkip
Ngawi, 10.10707.431091, Email: ross_yidi@yahoo.co.idmeneliti
tentang judul Skripsi : Pembelajaran Matematika Menggunakan
Metode Pembelajaran Student Facilitator and Explaining Ditinjau
Dari Minat Belajar Siswaa Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok
Kelas VIII Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dalam judul ini yang diteliti oleh si peneliti adalah tentang
proses pembelajaran terdapat hal yang sangat mendukung suatu
proses pembelajaran yaitu Lingkungan belajar dan model
pembelajaran. Setelah diteliti minat belajar peserta didik dan interaksi
didalam proses pembelajaran pun mempengaruhi hasil dan prestasi
belajar pada peserta didik Kelas VIII Semester Genap Pada Pokok
Bahasan Kubus dan Balok Tahun Pelajaran 2013/2014.
33 Hidayat, A .Aziz Alimul, Metoe Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, (Salemba
Medika:Jakarta, 2010). Hlm 38.
No. Kriteri Motivasi Interval Kriteria Motivasi
1 Motivasi Kuat 67-100%
2 Motivasi Sedang 34 – 66%
b. Si peneliti Arif Muchyidin, Iis Kartika Jurusan Tadris Matematika,
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi
Cirebon, Email : wak_badjra@yahoo.com. Meneliti tentang Judul Skripsi: Perbandingan Pemahaman Matematika Siswa Antara Kelas
Yang Menggunakan Metode Student Facilitator and Explaining
Dengan Metode Peer Teaching Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang
Sisi Datar.
Data hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan hasil
perhitungan uji Mann Whitney (uji non parametric), hasil
Asymp.Sig.(2-tailed) 0,091. Karena nilai Sig 0,091 > 0,05 maka hasil
ujinya Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan pemahaman
matematika siswa antara yang menerapkan metode student facilitator
and explaining dengan yang menerapkan metode peer teaching.
c. Dulis Fitriani
Jurusan Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Siliwangi, Bandung Jalan Terusan Jendral Sudirman
Cimahi, Email: dulis.fitriani@yahoo.com
Hasil yang diteliti bahwa dengan menggunakan metode ini
juga akan meningkatkan komunikasi matematik antar siswayang
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaian
laporan,gagasan dan ide, baik secara lisan maupun tulisan.
yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan,
menggambarkan, serta menyajikan ide dan pendapatnya tentang suatu
materi pembelajaran.
d. Si peneliti Vikka Septiara, Npm:1011050010, Jurusan: Pendidikan
Matematika IAIN Raden Intan Lampung, Meneliti tentang Judul
Skripsi: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe SFAE
(Stu