• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (TEMAN SEBAYA) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP SWASTA MELATI BINJAI T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (TEMAN SEBAYA) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP SWASTA MELATI BINJAI T.A. 2013/2014."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : Fathia Ayu Ningtyas

NIM.409311014

Program Studi Pendidikan matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,

rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ” Pengaruh Model

Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (Teman Sebaya) Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Materi Operasi Hitung Bentuk

Aljabar Kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai T.A 2013/2014” ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Izwita

Dewi, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan

bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih

juga disampaikan pada Bapak Abil Mansyur, S.Si., M.Si., Bapak Prof. Dr.

Hasratuddin, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. P. Siagian,M.Pd selaku dosen penguji

yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian

sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik

yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf pegawai di

rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs.

Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku

ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

sekretaris jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai Jurusan

Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda H.

Nurmin dan Ibunda Hj. Nurmalia yang terus memberikan motivasi dan doa demi

keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada adikku Muhammad

(4)

v

dan Karto Diwongso. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Azwar Arif,S.Pd selaku Kepala SMP Swasta Melati Binjai dan Ibu Fitri Indriyani,

S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Swasta Melati Binjai yang

telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dian Rahmad

Ramadhan G. yang selalu memberikan semangat, nasehat, dan motivasi sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini. dan sahabat-sahabat terbaikku Chardiana

Wulandari, Eka Wahyuni, Futry Kesuma Wardani, Fitria Selly,Yenadea Pertiwi,

Nadia Nazrah, Tri Suci Yaumma Dina Pristy, Bela Bunda Hsb dan teman-teman

seperjuangan Sri Sukandi Wiratama, Intan Pertiwi Harahap, Siti Rahmi Ritonga,

Rahmad Idris Hasibuan, beserta teman-teman lainnya di jurusan matematika

khususnya kelas Eks’09 dan teman – teman PPLT angkatan 2009 yang telah

banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini,

beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi

semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi

maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, 2013 Penulis,

(5)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (TEMAN SEBAYA) TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

KELAS VIII SMP SWASTA MELATI BINJAI

T.A. 2013/2014

FATHIA AYU NINGTYAS NIM.(409311014) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah komunikasi matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe SFAE (Student Facilitator And Explaining) lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran Konvensional pada materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar di kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai yang terdiri dari 4 kelas. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada dua kelas, yaitu kelas VIII-A yang merupakan kelas kontrol sebanyak 32 orang dan kelas VIII-B yang merupakan kelas eksperimen sebanyak 32 orang. Kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE (Student Facilitator And Explaining) dan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Konvensional. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan test essay sebanyak 3 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli.

Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata pretest 50,031 dan simpangan baku pretest 18,322 sedangkan nilai rata-rata posttest 70,188 dan simpangan baku posttest 13,895. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 46,750 dan simpangan baku pretest 19,629 sedangkan nilai rata-rata posttest 63,813 dan simpangan baku posttest 15,403. Dari analisis data posttest dengan menggunakan uji-t pada taraf  = 0,05 diperoleh thitung = 1,738 dan ttabel =

1,67 yang ternyata thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Diagram x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Defenisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Komunikasi 10

2.1.2. Kemampuan Komunikasi Matematika 11

2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi 16

2.1.4. Pengertian Belajar 20

2.1.5. Pembelajaran Matematika 21

2.2. Pembelajaran Kooperatif 22

2.2.1. Pembelajaran Kooperatif Tipe SFAE 30

2.2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran SFAE 30

2.2.1.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran SFAE 32 2.2.1.3. Perbedaan Model Pembelajaran SFAE dan Konvensional 34

2.3. Materi Operasi Hitung Bentuk ALjabar 37

2.4. Kerangka Konseptual 42

2.5. Penelitian Yang Relevan 44

2.6. Hipotesis Penelitian 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 46

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 46

3.2.1. Populasi 46

3.2.2. Sampel 46

3.3. Variabel Penelitian 47

(7)

3.5. Prosedur Penelitian 48

3.6. Instrumen Penelitian 51

3.6.1 Tes 51

3.6.2. Penyekoran Kemampuan Komunikasi Matematika 51

3.7. Tekhnik Analisa Data 54

3.7.1. Menghitung Rata- Rata Skor 54

3.7.2. Menghitung Standard Deviasi 55

3.7.3. Uji Normalitas 56

3.7.4. Uji Homogenitas 56

3.7.5. Analisis Pengujian Hipotesis 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 57

4.1.1. Nilai Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57 4.1.2. Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59

4.1.3 Uji Normalitas Data 61

4.1.4. Uji Homogenitas Data 62

4.1.5. Pengujian Hipotesis Kemampuan Komunikasi 63

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 63

4.2.1. Kegiatan Pembelajaran dengan Model Pembelajaran 63 SFAE dan Konvensional

4.2.2. Komunikasi Matematika 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 68

5.2. Saran 68

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematis 16

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 23

Tabel 2.3. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik 26

Tabel 2.4. Perbedaan Model SFAE dengan Model Konvensional 32

Tabel 3.1. Desain Penelitian 44

Tabel 3.2. Bobot Skor Komponen Jawaban Kemampuan Komunikasi 48

Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57

Tabel 4.2. Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58

Tabel 4.3. Ringkasan Rata- Rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas 59

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi 61

Tabel 4.5. Data Hasil Uji Homogenitas 61

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Hasil Jawaban Siswa 4

(10)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

SFAE (Student Facilitator And Explaining) (RPP I) 71 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

SFAE (Student Facilitator And Explaining) (RPP II) 77 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

Konvensional (RPP I) 84

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

Konvensional (RPP II) 90 Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 95

Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 99 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 104 Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 108 Lampiran 9. Kisi – Kisi Kemampuan Komunikasi Pre-Test 112 Lampiran 10. Kisi – Kisi Kemampuan Komunikasi Pos-Test 113

Lampiran 11. Pre-Test 114

Lampiran 12. Alternatif Penyelesaian Pre-Test 116

Lampiran 13. Post-Test 120

Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Post-Test 122 Lampiran 15. Pedoman Pemberian Skor Test Kemampuan

Komunikasi Matematika 126

Lampiran 16. Lembar Validasi Pre-Test 128

Lampiran 17. Lembar Validasi Post-Test 129

Lampiran 18. Daftar Validator Soal Pre-Test dan Post-Test Siswa 130 Lampiran 19. Data Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen 131 Lampiran 20. Data Komunikasi Matematika Kelas Kontrol 133 Lampiran 21. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku

Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol 135

Lampiran 22. Perhitungan Uji Normalitas Data 138 Lampiran 23. Perhitungan Uji Homogenitas Data 143 Lampiran 24. Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi

Matematika 146

(11)

1

Dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan

tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya

merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Menurut

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

Sebagaimana dikemukakan Buchori (dalam Trianto, 2011:5), bahwa pendidikan

yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya

untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi

perhatian utama dari berbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu

yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Tujuannya tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna

mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga

berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya.

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Namun saat ini mutu pendidikan matematika di negara kita masih sangat

memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO (dalam ugm, 2012) mutu

pendidikan matematika Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang

(12)

2

Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk

pendidikan terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana

Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika

yaitu matematika dianggap pelajaran yang sulit oleh siswa. Siswa juga

menganggap matematika adalah pelajaran yang terlalu banyak berhitung dan

penuh rumus serta membosankan. Hal ini menyebabkan siswa kurang berminat

dalam mengikuti pelajaran matematika dan kurang antusias menerimanya. Siswa

lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu mengungkapkan ide-ide ataupun

penyelesaian atas soal yang diberikan guru. Akan tetapi ketakutan-ketakutan yang

muncul dari siswa tidak hanya disebabkan siswa itu sendiri, tetapi juga

disebabkan oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang mampu

membawa siswa tertarik terhadap matematika. Oleh karena itu guru harus mencari

cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika. Menurut

Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) bahwa :

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.

Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik

yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Menurut Bruner (dalam Lidya, 2011:3) bahwa: “Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk dapat mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain”. Mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan

menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan

matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah. Hal senada juga

diungkapkan oleh Fathoni bahwa :

(13)

bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya”. (www.komunikasimatematika.com).

Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa juga dialami oleh

siswa SMP Swasta Melati Binjai kelas VIII. Berdasarkan hasil observasi awal

yang dilakukan dengan pemberian tes kepada siswa kelas VIII-B SMP Swasta

Melati Binjai,masih banyak terdapat siswa yang merasa kesulitan dalam

memahami konsep materi aljabar,peneliti menemukan beberapa fakta. Diberikan

2 soal untuk melihat nilai yang diperoleh siswa,antara lain :

1. Adit mempunyai papan untuk membuat meja,dengan panjang papan

(3x+4) cm,dan lebar p cm kemudian papan tersebut dipotong menurut

panjangnya sebesar (x-2) cm.(a) Nyatakan panjang papan yang telah

dipotong dengan bentuk paling sederhana (b) Berapa panjang sisa

papan apabila x=15 (c) Buatlah sketsa gambar yang sesuai dari

permasalahan tersebut !

2. Karin memiliki 5 skor mata pelajaran seperti grafik dibawah ini, jika

nilai rata – rata nilai karin adalah 70 dan nilai Bahasa Inggris 10

lebihnya dari nilai IPS, Tentukan skor nilai Bahasa Inggris dan nilai

IPS Karin ?

Diperoleh nilai rata-rata siswa kelas VIII-B yang berjumlah 32 orang adalah

46,73. Diperoleh juga 16,18% siswa (dengan nilai rata-rata 83,82 ) tidak mampu

melukiskan dan membaca gambar; 80,89% siswa (dengan nilai rata-rata 19,11)

tidak mampu menjelaskan permasalahan matematika; 50% siswa (dengan nilai

(14)

4

Gambar I.I

Salah satu jawaban siswa pada soal No. I

Peneliti juga melakukan observasi dengan salah satu guru matematika di

SMP Swasta Melati Binjai dan diperoleh keterangan bahwa siswa mengalami

kesulitan pada saat belajar matematika pada pokok materi Operasi Hitung Bentuk

Aljabar karena cukup menantang untuk dipelajari dan siswa dituntut untuk

menemukan serta membangun sendiri bagaimana menyelesaikan permasalahan

dari model matematika yang akan diberikan apabila berbeda dari yang

dicontohkan.Akibatnya hasil belajar siswa rendah pada materi Operasi Hitung

Bentuk Aljabar.Beliau juga mengatakan bahwa kemampuan komunikasi

matematika dinilai masih rendah.Pembelajaran kooperatif jarang dilakukan

apalagi menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining

(Teman Sebaya).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu kesulitan

untuk mempelajari matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi

matematika siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan

upaya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Menurut

Depdiknas (dalam Rofiah, 2010:2) pentingnya peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa juga tertulis dalam tujuan pembelajaran matematika

yaitu agar siswa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan gagasan

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas masalah.

Within (dalam Herdy, 2010) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi

menjadi penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan

(15)

dan bekerja sama sehingga dapat membantu siswa pada pemahaman yang

mendalam tentang matematika.

Kemampuan komunikasi matematika menurut Ujang Wihatma (dalam

Rofiah, 2010:3) meliputi: 1) kemampuan memberikan alasan rasional terhadap

suatu pernyataan, 2) kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model

matematika, dan 3) kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam

bentuk uraian yang relevan.

National Council of Teacher of Mathematics (dalam Ronis, 2009 : 118)

menjelaskan :

“Komunikasi bisa membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika baru ketika mereka memerankan situasi, menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan dan penjelasan verbal. Juga ketika menggunakan diagram, menulis, dan menggunakan simbol matematika.”

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa juga tidak terlepas

dari kemampuan guru dalam mengajarkan matematika.Pembelajaran matematika

yang cenderung abstrak, sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih

kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa.Model pembelajaran yang

berlangsung di sekolah masih berpusat pada guru seperti model pembelajaran

Konvensional.Di dalam pembelajaran Konvensional lebih ditekankan kepada

proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok

siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara

optimal. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi. Model ini lebih banyak

diberikan melalui ceramah sehingga guru bisa mengontrol urutan dan keluasan

materi pembelajaran dan dianggap efektif apabila materi pelajaran yang harus

dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

Namun kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi

pembelajaran juga sangat terbatas. Seharusnya kegiatan belajar mengajar

ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru diharapkan mampu

menyajikan materi pelajaran dengan optimum. Oleh karena itu diperlukan

kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian materi

(16)

6

dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dalam penyajian materi

pelajaran. Salah satu solusinya adalah menerapkan model pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

menekankan dan mendorong kerja sama antar siswa dalam mempelajari sesuatu.

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu

siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman.

Senada dengan keterangan di atas, Effandi Zakaria (dalam Isjoni, 2009:21)

mengemukakan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil, saling bertukar pendapat, memberi jawaban, serta mewujudkan dan membina proses penyelesaian kepada suatu masalah.”

Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dalam

mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining (Teman Sebaya). Model ini memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan agar menjadi lebih aktif dengan

menjadikan setiap siswa sebagai fasilitator dan penjelas pada setiap pencapaian

kompetensi yang sebelumnya guru jelaskan. Student Facilitator and Explaining

(Teman Sebaya) adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa untuk

mempresentasikan ide pada siswa lainnya, sehingga setiap siswa dapat melatih

kecakapan berbicara secara individu dan memberikan ide-ide baru dari siswa yang

dapat melatih dan meningkatkan hasil belajar siswa.

(17)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan.

2. Tingkat Kemampuan komunikasi matematika siswa khususnya

kemampuan komunikasi matematika tulisan masih rendah.

3. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru

(Konvensional).

4. Pembelajaran kooperatif jarang dilakukan apalagi menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining

(Teman Sebaya).

5. Operasi Hitung Bentuk Aljabar merupakan materi yang dianggap sulit

oleh siswa kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada

kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining (Teman Sebaya) dan

Konvensional pada materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar kelas VIII Swasta

Melati Binjai.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh pembelajaran

matematika model kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining (Teman

Sebaya) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Swasta Melati

Binjai.

Dari rumusan masalah tersebut peneliti merincinya menjadi pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

Apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang belajar dengan

(18)

8

lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran Konvensional pada

materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar di kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai

T.A 2013/2014?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab semua

permasalahan pokok penelitian yaitu :

Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang

belajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining

(Teman Sebaya) lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran

Konvensional pada materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar di kelas VIII SMP

Swasta Melati Binjai T.A 2013/2014

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya

sebagai berikut :

1. Bagi siswa

Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika pada pelajaran matematika melalui model Student

Facilitator and Explaining (Teman Sebaya)

2. Bagi calon guru / guru matematika

Sebagai bahan informasi mengenai model pembelajaran Student

Facilitator and Explaining (Teman Sebaya)

3. Bagi pihak sekolah

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka

perbaikan kualitas pembelajaran dan membantu pihak sekolah

menjalin komunikasi yang positif dengan siswa.

4. Bagi peneliti

Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam

menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang

(19)

1.7. Defenisi Operasional

1. Kemampuan Komunikasi matematika siswa adalah kemampuan dan

keterampilan siswa menggunakan ide matematikanya serta memahaminya

dalam memecahkan masalah matematika yang dituangkan dalam tulisan

melalui grafik/gambar, tabel, pesamaan aljabar ataupun dengan bahasa

sehari–hari (written words). Kemampuan komunikasi tersebut dapat dilihat

dari kemampuan siswa mengkomunikasikan apa yang diketahui, ditanya,

pemodelan, strategi penyelesaian dan penjelasan langkah-langkah

penyelesaian, serta hasil akhir dari suatu soal atau masalah.

2. Proses pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan aktivitas guru,

aktivitas siswa dan komponen lainnya dalam pembelajaran yang saling

mempengaruhi satu sama lain dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.

3. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

mengutamakan kelompok – kelompok,setiap siswa yang ada didalam kelas

memiliki tingkat kemampuan yang berbeda- beda.

4. Model pembelajaan kooperatif tipe Student facilitator and Explaining

(Teman Sebaya) adalah adalah model pembelajaran yang menempatkan

siswa untuk mempresentasikan ide pada siswa lainnya, sehingga setiap

siswa dapat melatih kecakapan berbicara secara individu dan memberikan

ide-ide baru dari siswa yang dapat melatih dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

5. Pembelajaran Konvensional adalah suatu pembelajaran yang berpusat pada

guru dan kelompok belajar, siswa hanya mendengar atau membuat catatan.

Bahan yang disajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi,

(20)

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh

kesimpulan, yaitu : Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa

kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan

model pembelajaran Student Facilitator And Explaining (Teman Sebaya) lebih

baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan

menggunakan pembelajaran Konvensional pada Materi Operasi Hitung Bentuk

Aljabar di kelas VIII SMP Swasta Melati Binjai.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif

tipe SFAE (Student Facilitator And Explaining) sebagai salah satu

alternatif dalam memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe SFAE (Student Facilitator And Explaining) sebagai model

pembelajaran yang diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif

dalam mengikuti pelajaran.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran

kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya

agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

4. Kepada calon peneliti berikutnya yang akan mengadakan penelitian yang

sama dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil

penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan

Gambar

Gambar I.I

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menentukan baris peubah yg akan diganti, perlu dilakukan perhitungan dg Untuk menentukan baris peubah yg akan diganti, perlu dilakukan perhitungan dg membagi setiap bilangan

Pengaruh Inovasi Produk Tabungan Terhadap Keputusan Menabung Mahasiswa pada Bank Syariah di Bandar

dugaan model regresi spline terbaik yang didapatkan baru dapat memprediksi harga cabai dengan baik untuk jangka waktu satu bulan.. Model tidak dapat digunakan untuk memprediksi

Perbedaan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada perbedaan variabel yaitu menggunakan peran efikasi diri dalam mengetahui kemampuan

Dalam e- commerce dikenal adanya B2B dan B2C yang bisa digunakan para pelanggan untuk turun langsung apabila ingin melakukan transaksi pembelian pada e-commerce atau

Manajemen K3 RSUD Muko-Muko berada satu tingkat di bawah direktur dan termasuk ke dalam bidang pelayanan medis dimana anggotanya inti berasal dari Instalasi

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat tata guna lahan pada ruas Jalan Soekarno Hatta, warna kuning menunjukan wilayah perkantoran, warna merah menunjukan wilayah

Dress Code: The Naked Truth About Fashion By Mari Grinde Arntzen By in this manner, you could obtain the on-line publication Dress Code: The Naked Truth About Fashion By Mari