• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF SNOWBALL THROWING"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI I PRINSIP-PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI MELALUI MODEL KOOPERATIF

SNOWBALL THROWING Iyailisa dan Sri Inah

Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang, Surabaya SMK Negeri 10, Surabaya

ABSTRACT

This study is aimed to find out the teacher and student activities to enhance the learning outcomes by applying cooperative learning method type snowball throwing. This study applies the class action research for 3 cycles. The result of the study shows the teacher capability in handling the class is good enough, the students activities also increased, while the learning outcomes both individual and classical comprehensiveness shows increased, The classical comprehensiveness in the pre-test is 11% while in the first cycle post-test is 30, 56, second cycle is 80,56% and the third cycle is 100%.

Key words: cooperative learning model, snowball throwing, learning outcomes

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga pengajar, serta penyempurnaan kurikulum yang menekankan pada pengembangan aspek-aspek yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (Life Skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri, dan berhasil di masa yang akan datang.

Sekolah merupakan lembaga formal untuk menuntut ilmu pengetahuan yang di dalamnya terdapat salah satu bentuk aktivitas guru maupun siswa. Guru terus menggali kemampuan yang dimiliki dan menemukan hal-hal baru sebagai kompetensi yang dimiliki untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

Siswa merupakan suatu komponen pendidikan yang wajib melalui proses pendidikan, sehingga dapat menjadi manusia yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan.

Sekolah menengah kejuruan (SMK) merupakan pendidikan kejuruan tingkat menengah atas yang disediakan pemerintah dalam rangka menyiapkan tenaga kerja siap pakai. Hal ini sesuai dengan tujuan instruksional pendidikan menengah kejuruan yaitu siswa diharapkan menjadi tenaga profesional yang memiliki keterampilan yang memadai, produktif, kreatif dan mampu berwirausaha. Untuk itu perlu kiranya siswa SMK dibekali dengan kemampuan dasar dan keterampilan teknik yang memadai. Melakukan pengembangan dan perbaikan kurikulum serta mutu pendidikan guru di setiap jenjang lembaga pendidikan terus dilakukan dengan harapan meningkatkan

(2)

kualitas pendidikan. Menanggapi hal tersebut diantaranya yang dilakukan adalah penerapan model-model pembelajaran yang diharapkan mampu menciptakan suasana yang baru untuk setiap mata pelajaran.

Diantara model pembelajaran yang menggunakan keaktifan siswa dan melatih ketrampilan siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Suprijono (2010:54) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud”. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru,tetapi juga siswa dapat belajar dari siswa lain serta mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain, serta memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan sikap, nilai dan ketrampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Banyak terdapat tipe pembelajaran yang termasuk model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah Snowball Throwing. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah model pembelajaran dalam bentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapatkan tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran kelas X APK 2 di SMK Negeri 10 Surabaya pada tanggal 28

November 2011 diperoleh bahwa selama ini sistem pembelajaran yang diterapkan adalah guru menyampaikan materi dengan ceramah, tanya jawab dan siswa diberikan latihan soal-soal. Dengan pembelajaran seperti ini memungkinkan siswa belajar secara individu dan siswa kurang terlibat secara aktif dan serta cepat merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini berpengaruh pada hasil belajar siswa yang jauh dari harapan. Hal ini dapat diketahui juga, bahwa hasil belajar siswa SMK Negeri 10 Surabaya khususnya kelas X APK 2 belum maksimal, dalam arti masih banyak siswa yang belum mencapai KKM (Kriteria ketuntasan minimum) ≥ 75 . Berikut hasil ulangan harian siswa kelas X APK 2 SMK Negeri 10 Surabaya semester satu tahun ajaran 2011/2012 pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran.

Dari data nilai yang dipinjam peneliti dari guru mata pelajaran perkantoran, hasil belajar siswa kelas X APK 2 pada ulangan harian 1 siswa yang tuntas belajar sebanyak 27 atau 75%, sedangkan yang tidak tuntas belajar 9 siswa atau 25%. Pada ulangan harian 2 siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 siswa atau 16,67% sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 21 siswa atau 83,3%. Untuk mengatasi permasalahan diatas, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran sehingga memungkinkan peristiwa belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan belajar. Salah Satu model pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif membantu siswa mengembangkan tingkah laku bekerjasama dan menjaga hubungan baik antar siswa. Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka

(3)

mendiskusikan dengan temannya. Hal ini akan membantu mengefektifkan aktivitas belajar mereka, sehingga siswa lebih aktif dan dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan potensi mereka secara maksismal.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menetapkan pertanyaan penelitian sebagai berikut (1)Bagaimana aktivitas guru dalam mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran, (2)Bagaimana aktivitas siswa selama proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran dan (3)Bagaimana hasil belajar siswa kelas X APK 2 SMK Negeri 10 Surabaya dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran.

Model pembelajaran kooperaif tipe Snowball Throwing merupakn model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. Kegiatan melempar bola pertanyaan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas. “bola dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang mampu mengajak siswa ke tingkat keterlibatan yang paling bagus dan bola mempunyai daya tarik sendiri bagi siswa

karena bentuk, warna dan gerakannya” (http://garduguru.blogspot.com)

Hamzah (2011:125) ada beberapa langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerapan medel pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing yaitu sebagai berikut (1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, (2) Guru memnbentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi (3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. (4) Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. (5) Kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit. (6) Setelah siswa dapat satu bola atau satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. (7) Guru memberikan kesimpulan. (8) Evaluasi. (9) Penutup.

Menurut Sudjana ( 2010 : 22 ) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hordward Kingsley dalam Sudjana (2010 : 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita, sedangkan Gagne (dalam Sudjana : 22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) Strategi kognitif, (d) Sikap, dan (e) keterampilan motoris.

Penelitian terdahulu yang relevan diantaranya yaitu Tri Nugraheni Pamungkas

Judul “Penggunaan Media Autovisual dan Metode Pembelajaran Snowball Throwing

(4)

untuk Perbaikan Proses Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA BATIK 1 Surakarta”, Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran siswa dari siklus I ke siklus siklus II terdapat peningkatan jumlah siswa yang aktif yaitu 16,275%. Pada ranah kognitif, nilai peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 10,5. Pada ranah afektif diperoleh peningkatan prosentase capaian dari siklus I ke siklus II sebesar 5,58%.

P. Slamet Widodo Judul “Meningkatkan motivasi siswa bertanya melalui metode Snowball Throwing dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan kelas VII A SMP BPK PENABUR Tasik Malaya. Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa metode snowball throwing dapat meningkatkan keberaniaan siswa dalam mengajukuan pertanyaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan analisis deskriptif. “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” (Arikunto, 2008 : 3)

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 10 Surabaya khususnya kelas X (Sepuluh) Administrasi Perkantoran 2 (Dua) pada mata pelajaran Memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran. Penelitian ini dilakukan pada saat semester genap tahun ajaran 2011/2012.

Subyek Penelitian

Subyek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi (Arikunto, 2003 : 19). Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah Siswa kelas X (Sepuluh) yang berjumlah 36 siswa. Data yang diperoleh adalah tentang aktivitas yang dilakukan siswa selama proses

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Guru mata pelajaran Memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran. Guru sebagai pengamat bagi kemampuan peneliti dan aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Data yang diperoleh adalah hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti) dalam kegiatan belajar mengajar. Peneliti sebagai subyek yang meneliti aktivitas siswa dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing yang akan diterapkan kepada siswa kelas X APK 2 di SMK Negeri 10 Surabaya.

Pelaksanaan pengajaran pada penelitian ini direncanakan dalam tiga putaran, dalam tiap putaran terdiri dari empat tahap penelitian yaitu

Tahap I : Menyusun rancangan tindakan (Planning)

`Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah: (1) Menetapkan

SIKLUS I Pengamatan Perencanaan Pengamatan SIKLUS II SIKLUS III Perencanaan Pelaksanaan Perencanaan Pelaksanaan Perencanaan

(5)

waktu dimana dalam tiap siklus proses belajar mengajar yaitu dilaksanakan dalam satu sampai dengan tiga kali pertemuan, dimana dalam setiap pertemuan selama 2 x 45 menit. (2) Membuat instrument yang diperlukan dalam penelitian, anatara lain (a) Menyusun instrument pembelajaran yang terdiri dari: (b) Satuan acara pembelajaran (SAP). (c) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (d) Soal-soal tes siswa. (3) Menyusun instrument penelitian yang terdiri dari:Lembar pengamatan (a) Lembar observasi aktivitas peneliti dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif. (b) Lembar observasi aktivitas siswa.Tes

Tahap II : Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yang mengenakan tindakan kelas.

Pada tahap ini peneliti melakukan proses belajar mengajar sesuai dengan Kompetensi dasar (KD) yang disesuaikan dengan tahap-tahap pada model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Tahap III : Pengamatan (Observing) Pada saat proses belajar mengajar berlangsung dilakukan pengamatan oleh observer yang mengamati dan mengisi lembar observasi yang telah disediakan untuk penelitian. Tahap 2 dan tahap 3 dilakukan pada saat yang bersamaan. Tahap IV: Refleksi (Refleksi)

Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan setelah guru pelaksana selesai melakukan tindakan. Antara peneliti dan pengamat kemudian mendiskusikan implementasi rancangan tindakan yang telah dilakukan.

Pada tahap refleksi peneliti dan guru mata pelajaran membuat ulasan dari hasil tindakan dan observasi. Refleksi dilakukan untuk mengetahui proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan. Dari refleksi peneliti dan guru mata pelajaran dapat mengungkapkan kelebihan serta kekurangan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Tekhnik analisis data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode deskriptif yaitu mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang objek yang diteliti yaitu kelas X APK 2 SMK Negeri 10 Surabaya yang berjumlah 36 orang.

Analisis kemapuan guru mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball Throwing dianalisis menggunakan analisis deskriptif dari skor rata-rata tiap tahap kegiatan mengajar yang dihitung dengan rumus : (jumlah skor aspek yang diamati/jumlah aspek yang diamati) x 100%

Analisis aktivitas siswa yang meliputi aspek kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, mendengarkan materi, membentuk kelompok, keaktifan dalam

kelompok, membuat

pertanyaan,pelaksanaan Snowball Throwing, keaktifan bertanya, presentasi, aktif memberi tanggapan, dan menyimpulkan materi. Untuk setiap aspek aktivitas siswa tersebut diberi skor dengan rentang 1 sampai 4 sedangkan penafsiran angka tersebut adalah:

1 = kurang baik 2 = cukup baik 3 = baik

4 = sangat baik Analisis dari data pengamatan aktivitas siswa selama proses penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Snowball Throwing dilihat dari skor rata-rata tiap tahap kegiatan mengajar dan dihitung dengan rumus (jumlah skor aspek yang

(6)

diamati/jumlah aspek yang diamati) x 100%

( Trianto 2010 : 241 ) Suatu kelas dikatakan tuntas apabila dalam kelas tersebut ada ≥80 % siswa belajar tuntas. Untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal menggunakan rumus : ketuntasan belajar klasikal = ( Jumlah siswa yang tuntas/jumlah siswa) x 100% ( Trianto 2010 : 241 )

HASIL PENELITIAN Putaran pertama

Pada tahap pendahuluan mendapatkan skor rata-rata 2,7 dengan kategori cukup baik namun pada tahap pendahuluan ini masih terdapat kekurangan dalam aspek menyemangati siswa. Menurut pengamat hal itu disebabkan suara guru kurang keras sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran serta siswa belum terbiasa dengan proses pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Untuk memperbaiki hal tersebut, maka pada pertemuan berikutnya guru memberikan semangat kepada siswadengan lebih menarik minat siswa dengan lebih bersemangat dan suara lebih dikeraskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sehingga siswa memahami apa yang dimaksud oleh guru dan siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

Pada kegiatan inti diperoleh skor rata-rata 2,7 dengan kategori cukup baik namun menurut pengamatan dalam pengelolaan pembelajaran kelas tampak gaduh pada saat pengaturan kelompok dan siswa masih bingung dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Snowball Throwing. Namun untuk pertemuan berikutnya dalam mengorganisasikan kelompok guru melakukan perbaikan dengan lebih mendisiplinkan siswa agar segera menyesuaikan diri dengan kelompok masing-masing yaitu dengan mengorganisasikan kelompok satu persatu.

Untuk aspek teknik bertanya guru skor rata-rata yang diperoleh adalah 3 kategori baik. Menurut pengamat, guru dalam memberikan pertanyaan pada siswa sebagai umpan balik sudah dilakukan dengan cukup baik. Namun pada pertemuan berikutnya akan terus melakukan teknik bertanya dengan lebih baik.

Pada kegiatan penutup mendapatkan skor rata-rata 2,8 dengan kategori cukup baik. Menurut pengamat pada kegiatan penutup guru belum memberikan penghargaan pada kelompok tebaik.

Aspek pengelolaan waktu mendapatkan skor rata-rata 3 dengan kategori baik. Menurut pengamat dalam pengelolaan waktu guru terkesan terburu-buru dalam segala kegiatan karena guru terlalu berpatokan pada alokasi waktu yang telah ditetapkan direncanakan pembelajaran namun harus memperhitungkan sesuai kondisi yang ada. Pada aspek suasana kelas guru mendapatkan skor rata-rata 2,7 dengan kategori cukup baik. Menurut pengamat dalam hal ini suasana terlihat gaduh dan siswa tidak antusias dalam melaksanakan pembelajaran dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan masih baru bagi siswa.

Putaran Kedua

Pada tahap pendahuluan skor rata-rata yang diperoleh meningkat dari 2,7 menjadi 3 dengan kriteria baik. Menurut pengamat pada tahap ini guru masih kurang dalam mengkaitkan materi dengan pengetahuan awal siswa serta belum menekankan tujuan pembelajaran yang akan di capai. Guru lebih baik dalam mengaitkan pertanyaan dengan materi sebelumnya untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan memperjelas tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada kegiatan inti memperoleh skor rata-rata 3 dengan kategori baik.

(7)

Menurut pengamat walaupun skor rata-rata yang diperoleh guru meningkat dari 2,7 menjadi 3 pada kegiatan inti guru dalam menjelaskan materi masih terburu-buru sehingga setelah guru menjelaskan masih banyak pertanyaan dari siswa. Untuk itu guru melakukan perbaikan pada pertemuan berikutnya dengan menjelaskan materi guru lebih jelas dan perlahan-lahan sehingga siswa mengerti dan tidak menjelaskan kembali.

Pada tahap penutup guru memperoleh skor 2,8 dengan kategori cukup baik. Menurut pengamat pada tahap ini guru masih kurang dalam memberikan penghargaan pada kelompok sehingga siswa masih kurang bersemangat. Perbaikan yang dilakukan adalah guru dalam memberikan penghargaan tidak hanya pada kelompok terbaik tetapi pada semua kelompok agar semua bersemangat.

Pada aspek alokasi waktu memperoleh skor rata-rata 3, Menurut pengamat guru sudah lebih baik dalam pengelolaan waktu, kelompok lebih bersemangat untuk pertemuan berikutnya.

Pada aspek suasana kelas guru mendapatkan skor rata-rata 2,7 dengan kategori cukup baik. Menurut pengamat dalam hal ini siswa sudah mulai antusias dalam pelaksanaan pembelajaran

Putaran ketiga

Tahap pendahuluan mendapat skor rata-rata 3 dengan kategori baik. Menurut pengamat siswa sudah bersemangat dalam mengikuti pelajaran, namun guru harus tetap meningkatkan aspek-aspek pendahuluan yang lain.

Pada kegiatan inti mendapatkan skor rata-rata 3 dengan kategori baik. Menurut pengamat guru sudah lebih baik dalam menjelaskan materi namun suaranya kurang keras serta guru telah dapat mengorganisasikan siswa dengan baik sehingga siswa tidak berebut tempat duduk dan mulai terarah namun aspek yang lain dalam kegiatan inti juga harus lebih ditingkatkan untuk pengalaman selanjutnya. Untuk menjelaskan materi

guru harus mengkondisikan siswa setenang mungkin agar siswa dapat mendengar dengan jelas penjelasan guru.

Pada aspek penutup mendapat skor rata-rata yang mengalami peningkatan dari 2,8 menjadi 3 dengan kategori baik. Menurut pengamat guru telah memberikan penghargaan pada setiap kelompok yang dapat memberikan semangat siswa untuk lebih giat belajar namun demikian untuk mempertahankan semangat siswa guru dapat memberikan penghargaan dalam bentuk lain. Guru tetap membimbing siswa dalam berlatih mengungkapkan pendapat, pertanyaan dan persentasi.

Dalam pengelolaan waktu mendapat skor 3 dengan kategori baik. Menurut pengamat walaupun demikian dalam mengelola waktu harus tetap diperbaiki. Memperbaiki dalam pengelolaan waktu agar menjadi lebih baik lagi.

Pada aspek suasana kelas guru mendapat skor rata-rata yang mengalami peningkatan dari 2,7 menjadi 3 dengan kategori baik. Menurut pengamat dalam hal ini siswa sangat antusias dalam pelaksanaan pembelajaran.

Dari analisis setiap aspek kemampuan guru mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing di atas, maka secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa hasil kemampuan guru mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing mengalami peningkatan yang lebih baik pada setiap putaran.

PEMBAHASAN Aktivitas Guru

(8)

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa kemampuan guru mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing oleh guru selama 3 kali putaran mengalami peningkatan. Pada putaran pertama nilai rata-rata kemampuan guru mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing sebesar 2,7 dengan kategori cukup baik, putaran ke dua sebasar 2,8 dengan kategori cukup baik, dan putaran ke tiga sebesar 3 dengan kategori baik. Hal ini disebabkan pada setiap putaran ada refleksi sehingga guru mengetahui kekurangan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran dan bagaimana cara memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Dengan dilakukan perbaikan setiap putaran maka, guru dapat memperbaiki hasil kekurangannya dalam mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik.

Aktivitas Siswa

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran kooeratif tipe Snowball Throwing yang dilaksanakan selama 3 kali putaran mengalami peningkatan. Pada putaran pertama nilai rata-rata aktivitas siswa sebesar 2,8 dengan kategori baik, hal itu disebabkan siswa baru mengenal model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing sehingga siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Pada putaran kedua nilai rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 2,9 dengan kategori cukup baik, hal itu disebabkan pada putaran kedua siswa sudah mulai terbiasa dan terkondisi dengan cukup baik dengan bimbingan guru. Sedangkan pada putaran ke tiga nilai rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 3 dengan kategori baik, pada putaran ke tiga siswa telah dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

(9)

Berdasarkan diagram di atas dapat kita ketahui bahwa pada post tes putaran pertama terdapat 11 siswa yang tuntas dan 25 siswa yang tidak tuntas belajar dengan ketuntasan klasikal sebesar 30,56%, post test pada putaran ke dua terdapat 29 siswa yang tuntas belajar dan 7 siswa yang tidak tuntas belajar dengan ketuntasan klasikal meningkat 50% yaitu dari 30,56% menjadi 80,56% dan pada putaran ke tiga terdapat 36 siswa atau keseluruhan siswa yang tuntas dan tidak ada siswa yang tidak tuntas belajar dengan ketuntasan klasikal meningkat 19,44% yaitu dari 80,56% menjadi 100%.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X APK 2 pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri 10 Surabaya dapat disimpulkan bahwa : (1) Kemampuan guru dalam mengelola penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing secara keseluruhan cukup baik. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas siswa. (3)Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : (1) Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diharapkan guru dapat mengelola waktu dengan lebih baik lagi sehingga setiap tahap dari model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat dilakukan dengan baik. (2) Berdasarkan hasil penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas siswa menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diharapkan dapat diterapkan dan dijadikan sebagai alternatif pilihan model pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran pada standar kompetensi Memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran pada khususnya dan pada standar kompetensi yang lain pada umumnya.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Hamzah, B uno dan Mohamad, Nurdin. 2011. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara Kiranawati. 2007. Snowball Throwing. (

http:\\internet\Snowball Throwing « Guru PKN Belajar Menulis.html, Diakses 5 Januari 2012)

Pamungkas, Tri Nugraheni. 2008. Penggunaan Media Autovisual dan Metode Pembelajaran Snowball Throwing untuk Perbaikan Proses Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA BATIK 1 Surakarta.

(10)

Jurnal Pendidikan, (Online), ( http//www.google/media

visual/snowball throwing/pdf.com, diakses 10 Januari 2011)

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009. Cooperatif Learning “ Analisis Model Pembelajaran IPS “. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suyatno. 2008. Mengajar Dengan Bola,

Artikel Pendidikan ( Online ), ( http://garduguru.blogspot.com, Diakses 5 Januari 2012 ) Trianto. 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana

Widodo, Slamet. 2008. Meningkatkan Motivasi Siswa Bertanya Melalui Metode Snowball Throwing dalam

pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.Jurnal

Pendidikan,(Online),(http//.isjd.pdi i.lipi.go.id/admin/jurnal/813094255 .pdf, diakses 19 Desember 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan observasional yang bertujuan untuk menggambarkan mengenai pendidikan, pengetahuan, dan tindakan

MASTER DATA KEBIASAAN KONSUMSI TUAK DAN STATUS GIZI PADA PRIA DEWASA DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN PAHAE JAE KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2012.

KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, profitabilitas dan leverage terhadap kondisi financial

bahwa untuk mewujudkan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia telah dilakukan percepatan kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan melalui penetapan

Menurut Intenasional Council of Museum (ICOM) (2004) dalam Pedoman Museum Indonesia, museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,

Tujuan kegiatan yaitu meningkatkan penerapan teknologi budidaya kakao dan pascapanen, pengolahan limbah kakao (kulit buah, plasenta) dan pemanfaatannya yang ramah

match. Peneliti tidak melanjutkan pada siklus berikutnya karena permalasahan yang terjadi pada siklus sebelumnya telah dapat diselesaikan. Begitu juga dengan hasil

Jumlah informan sebanyak 25 orang yang terdiri dari satu orang Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, satu orang pemegang program pelayanan antenatal terpadu