• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.2 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 Hakekat IPA

Kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari Kata-kata-Kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat sering disebut “Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa –peristiwa yang terjadi di alam.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (BSNP:2006).

Pengajaran IPA utamanya menekankan keterkaitan antara IPA dengan kehidupan sehari-hari. Pengajaran tidak hanya memberikan pengetahuan yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi sikap siswa dalam pengajaran tersebut. Hal ini berkaitan dengan hakikat ipa yang dipandang dari segi proses,

produk dan pengembangan sikap. Ini berarti bahwa dalam proses belajar mengajar IPA haruslah terkandung ketiga dimensi tersebut. Adapun penjelasannya adalah : 1. IPA sebagai proses

IPA sebagai proses, yang dimaksud dengan “proses” disini adalah proses memahami IPA. Memahami IPA lebih dari hanya mengetahui fakta-fakta dalam IPA.

(2)

Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta untuk menginterprestasikannya. Para ilmuwan mempergunakan berbagai prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha mereka untuk memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Ketrampilan proses IPAdapat dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Ketrampilan proses IPA adalah ketrampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya adalah : mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variable, merumuskan hipotesa, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen.

2. IPA sebagai produk

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin disebut juga sebagi Produk IPA. Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Bentuk Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA.

3. IPA sebagai sikap

Makna “sikap” pada pengajaran IPA dibatasi pengertiannya pada “sikap ilmiah terhadap alam sekitar”. Ada Sembilan aspek sikap dari ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD, yaitu : (1) sikap ingin tahu; (2) sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru; (3) sikap kerja sama; (4) sikap tidak putus asa; (5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) siakap bertanggung jawab; (8) sikap berfikir bebas; (9) sikap kedisiplinan diri.

2.1.2 Tujuan IPA

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

(3)

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.3 Ruang Lingkup

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

(4)

2.3 Metode Pembelajaran 2.3.1 Pengertian

Proses belajar mengajar yang dilakukan antara siswa dan guru di kelas diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pencapaian tujuan pembelajaran tidak lepas dengan metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Al muchtar (2007:4.3) “metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk digunakan dalam mencapai sesuatu”. Menurut Mulyatiningsih (2011:218) metode adalah cara yang digunakan untuk mecapai suatu tujuan pembelajaran.

Sudjana (2008:76) mengemukakan metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pengajaran. Dalam pendidikan metode mengajar sebaiknya disesuaikan dengan materi ajar, kebutuhan dan karakteristik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.3.2 Penemuan Terbimbing

Al muchtar (2007:1.6) mengemukakan penemuan atau discovery adalah proses mental yang mengharapkan siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, dan membuat kesimpulan.

Menurut Setiawan (2010:32) dalam antik (2006), di dalam metode penemuan ini, ada dua macam yakni metode penemuan murni dan metode penemuan terbimbing. Pada metode penemuan murni, masalah yang akan ditemukan semata-mata ditentukan oleh siswa. Penggunaan metode penemuan terbimbing, guru memberi beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu siswa menghindari jalan buntu. Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan permasalahan yang membutuhkan pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis.

(5)

Krismanto (2003:4) metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan metode penemuan terbimbing adalah metode atau cara dimana terjadi proses mental pada diri siswa dalam proses penemuan dan peran serta guru menjadi pembimbing dengan memberikan arahan atau petunjuk kepada siswa.

Adapun langkah-langkah metode penemuan terbimbing sebagai berikut. Menurut Wiryawan (1990:4) deskripsi mengenai langkah-langkah metode penemuan terbimbing dapat dikemukakan sebagai berikut:

a) Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan.

b) Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)

c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut ditulis dengan jelas.

d) Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan.

e) Diskusi sebagai pengarahan sebelumnya siswa melaksanakan kegiatan. f) Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan

untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang akan ditetapkan.

g) Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.

h) Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat tebuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

i) Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapt mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.

(6)

Langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Abimanyu (2009:12-13), adalah:

1) Kegiatan Persiapan

a) Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa (need assessment). b) Merumuskan tujuan pembelajaran.

c) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan. Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan. Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu ditulis dengan jelas. d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan a) Kegiatan Pembukaan

1. Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang telah diajarkan.

2. Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya dengan materi yang diajarkan.

3. Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.

b) Kegiatan Inti

1. Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penemuan.

2. Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.

3. Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.

4. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan siswa. 5. Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika diperlukan. 6. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.

7. Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan. 8. Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya. c) Kegiatan Penutup

1. Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. 2. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.

3. Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah melakukan penemuan dengan baik.

(7)

Sintak langkah-langkah metode penemuan menurut Mulyatiningsih (2011:220) adalah :

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran

2. Membagi petunjuk praktikum/eksperimen

3. Peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru. 4. Guru menunjukkan gejala yang diamati.

5. Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.

2.3.3 Group Investigation atau investigasi kelompok

Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa (Krismanto,2003:7). Menurut Height (1989) dalam Krismanto menyatakan bahwa “to investigate” berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi, investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hal perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Menurut Slavin (2008:215) menyatakan group investigation sesuai untuk proyek-proyek studi yang terintegrasi yang behubungan dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi aspek.

Metode group Investigation melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan subtopik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun ketrampilan proses kelompok (group process skills).

Menurut Winaputra (2001:75)

Dalam metode group investigation atau investigasi kelompok terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group. Penelitian disini adalah poses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah

(8)

dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Dinamika kelompok menunjuk suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan berpendapat serta slaing bertukar pengalaman melalui proses berargumentasi.

Menurut Slavin (2008:218) metode group investigation mempunyai 6 (enam) tahap, Guru tentunya perlu mengadaptasi pedoman-pedoman ke enam tahapan investigasi kelompok ini sesuai dengan latar belakang, umur, dan kemampuan para siswa. Enam tahapan dalam pelaksanaan investigasi kelompok, yaitu:

Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan

mengkategorikan saran-saran.

b. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih.

c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen.

d. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan.

Tahap 2: Merencanakan tugas yang akan dipelajari. a. Para siswa merencanakan bersama mengenai:

Apa yang kita pelajari?

Bagaimana kita mempelajarinya?

Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)

Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini? Tahap 3: Melaksanakan investigasi.

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

(9)

Tahap 4: Menyiapkan laporan akhir.

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan

bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka.

c. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk mengkoordinasi rencana-rencana presentasi.

Tahap 5: Mempresentasikan laporan akhir.

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. b. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara

aktif.

c. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas.

Tahap 6: Evaluasi.

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai keefektivan pengalaman-pengalaman mereka.

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c. Penilaian hasil belajar siswa.

Langkah-langkah peneraapan metode Group Investigation menurut Kiranawati (2007) dalam Akhmad Sudrajat (2009) adalah :

a. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerjasama

Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) diatas.

c. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan

(10)

berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. Sintak metode investigasi kelompok menurut Slavin (2008:218), yaitu:

1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. 2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

3. Melaksanakan investigasi. 4. Menyiapkan laporan akhir. 5. Mempresentasikan laporan akhir. 6. Evaluasi.

2.4 Hasil Belajar 2.4.1 Pengertian

Proses kegiatan pembelajaran akan menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar dapat digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Sudjana (1990) menjelaskan, ”hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Horwart Kingsley dalam Sudjana (1990) membagi hasil belajar mengajar menjadi tiga macam, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita yang dimiliki siswa setelah kegiatan pembelajaran.

(11)

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Sudjana (2008:39-40) mengemukakan:

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari luar siswa dan faktor dari dalam diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan, salah satu faktor lingkungan yang paling domain mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pembelajaran. kualitas pembelajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu, hasil belajar siswa di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran.

2.5 Kajian yang Relevan

Pujiono, (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran melalui Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Kelas XI SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung tentang Barisan dan Deret”.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing secara ber-kelompok dapat meningkatkan kompetensi siswa kelas XI Teknik Instalasi Tenaga Listrik 2 SMK Negeri 3 Boyolangu Tulungagung. Pada tindakan I hasil pengamatan aktivitas siswa rata-rata sebesar 84,09% atau berada pada kategori baik, sedangkan pada tindakan II aktivitas siswa rata-rata sebesar 85,12% atau berada pada kategori sangat baik. Nilai akhir pada tindakan I siswa yang tuntas adalah 88,57%, sedangkan pada tindakan II siswa yang tuntas sebesar 97,14%. Data di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing berkelompok dikatakan dapat meningkatkan kompetensi siswa

Kasto (2009), melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan keefektifan metode penemuan terbimbing dan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan alam ditinjau dari motivasi belajar siswa (Eksperimen di Sekolah DasarNegeri Kecamatan Jatipuro, Karanganyar)”.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) terdapat Perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan metode penemuan terbimbing dan metode pemberian

(12)

tugas terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (F hitung > F tabel atau 13,57 >4,02) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (2) Terdapat Perbedaan pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam tinggi dan rendah terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (F hitung > F tabel atau 17,17 > 4,02) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya, (3). Terdapat Interaksi pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaranpenemuan terbimbing dengan pemberian tugas dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Ilmu PengetahuanAlam (F hitung > F tabel atau 5,89 > 4,02) sehingga hipotesis yang dikemukakan teruji kebenarannya.

Budiyono, Gendot (2011) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Group Investigation Dipadu dengan Game Puzzle untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode GI yang dipadu dengan game puzzle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII-B SMP Negeri 1 Bondowoso. Aktivitas belajar siswa dari siklus I 73,63% dengan kriteria baik dan pada siklus II sebesar 89,57% dengan kriteria sangat baik, sehingga terjadi peningkatan 15,94%.

Rahayu, Murti (2011) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation Bagi Siswa Kelas IV SDN Soso 03 Gandusari Kabupaten Blitar”. Hasil penelitiannya Hasil penelitian menunjukkan bahwa model group investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dilihat dari peningkatan yang diperoleh siswa pra tindakan rata-ratanya 61,2 dengan persentase 37,5%, siklus I pertemuan 1 rata-ratanya 63 dengan persentase 50%, pertemuan 2 rata-ratanya 67 dengan persentase 62,5%, dan pertemuan 3 rata-ratanya 71 dengan presentase 68,75%, siklus II pertemuan 1 rata-ratanya 77 dengan persentase 75%, pertemuan 2 rata-ratanya 79 dengan persentase 8,25%, dan pertemuan 3 rata-ratanya 92 dengan persentase 87,5%. Dari siklus I sampai dengan siklus II mencapai peningkatan sebesar 13% dari 16 siswa yang tuntas 14 siswa dan yang belum tuntas 2 siswa Karena mereka dari keluarga yang broken home dan memiliki latar belakang keluarga yang tidak

(13)

berpendidikan, sehingga kurang perhatian dalam belajar., selain itu motivasi dan keinginan untuk berprestasi kurang. Kesimpulannya bahwa dengan menerapkan model group investigation pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mengenal perkembangan teknologi produksi, transportasi, dan komunikasi siswa kelas IV SDN Soso 03 Gandusari.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dan berdasarkan fenomena yang terjadi di SD, maka dibuatlah penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode penemuan terbimbing dan metode group investigation pada hasil belajar IPA siswa kelas V SD materi sifat-sifat cahaya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh metode penemuan terbimbing dan metode group investigation.

2.6 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu perbedaan pengaruh metode penemuan terbimbing dan group investigation. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam hasil belajar adalah dari faktor metode mengajar yang digunakan yang berpengaruh terhadap hasil belajar anak karena sebuah metode sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Metode mengajar adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Metode penemuan terbimbing adalah metode atau cara dimana terjadi proses mental pada diri siswa dalam proses penemuan dan peran serta guru menjadi pembimbing dengan memberikan arahan atau petunjuk kepada siswa. Metode group investigation melibatkan siswa dalam suatu penyelidikan dengan cara mengobservasi atau mencari sumber-sumber informasi yang ada dan siswa menganalisis hasil yang diperoleh, kemudian siswa memperesentasikan hasil penyelidikan. Berdasar dengan penerapan kedua metode tersebut diharapkan dapat meminimalisir faktor kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku secara menyeluruh yang terdiri atas unsur kognitif,

(14)

afektif, dan psikomotorik secara terpadu pada diri siswa yang diperoleh dari proses pengajaran. Dengan menggunakan metode mengajar yang tepat, siswa dapat berperanserta dalam proses pembelajaran yang menjadikan diri siswa sebagai subyek bukan obyek.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ho : X1=X2

Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode penemuan terbimbing dengan metode group investigation terhadap hasil belajar IPA pada siswa.

Ha : X1 X2

Terdapat perbedaan perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode penemuan terbimbing dengan metode group investigation terhadap hasil belajar IPA pada siswa.

Hasil Belajar (Y) Metode Penemuan Terbimbing ( X1)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir  2.7 Hipotesis Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) price earning ratio dan earning per share secara simultan berpengaruh

c. Sistem Konstruksi yang memadai. Perlunya sistem konstruksi penahan beban yang memadai Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari

Adapun indikator penelitian ini meningkatkan sikap keber agamaan sisw a melalui kegiatan Rohis di SMK Ibnu Taimiyah Pekanbar u adalah: (a) Mener ima kebenar an agama

pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah kabupaten dan kota. Dalam melaksanakan tugas, bidang bina anggaran daerah bawahan mempunyai tugas :.. Penyiapan

Sejumlah pelarut ditambahkan lagi (untuk membilas) sesuai dengan kebutuhan sehingga cairan ekstrak yang diperoleh menjadi kurang lebih tiga per empat dari volume

Data produksi tanaman pangan tahun 2015 (ARAM II) dihitung berdasarkan realisasi luas panen dan produktivitas Januari-Agustus, dan ramalan/perkiraan

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebagian besar peserta belum mengetahui dan belum bisa melakukan pengolahan bakery dengan steaming sebelum pelatihan diberikan yang

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat-Nya, atas segala karunia-Nya, sehingga peneliti