• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kampung merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut permukiman informal di Indonesia. Kampung, diambil dari kata Melayu, awalnya merupakan terminologi yang dipakai untuk menjelaskan sistem permukiman pedesaan (Setiawan, 2010). Kampung merupakan fenomena permukiman perdesaan yang hidup di tengah kota dengan tingkat kekerabatan dan modal sosial yang sama dengan masyarakat di desa. Hal tersebut mulai muncul sejak awal abad 20. Pada saat itu kampung mulai diidentikkan dengan permukiman informal yang berkembang di kota secara sporadis dan tidak terkontrol. Kampung tidak lagi diartikan sebagai permukiman di perdesaan. Kampung kota terbentuk akibat adanya urbanisasi yang memicu bertambahnya jumlah penduduk di kota. Migran tersebut pindah ke kota tanpa memikirkan di mana mereka akan tinggal dan bagaimana mereka akan hidup. Mereka hanya tertarik dengan kesempatan yang besar untuk bekerja di kota tanpa mempedulikan kemampuan yang mereka miliki dan tempat tinggal. Adanya hal tersebut daerah yang tidak bertuan seperti bantaran sungai, sempadan rel kereta api, bahkan di bawah jembatan pun dijadikan sebagai tempat tinggal. Selain hal tersebut, berkembangnya kampung kota juga dipengaruhi oleh harga tanah dan rumah di kota yang tinggi sehingga para migran tidak bisa menjangkaunya. Penyelesaian yang mereka ambil yaitu dengan membangun perumahan informal di daerah – daerah tersebut.

Berkembangnya kampung kota yang sporadis dan organik menjadikan kualitas lingkungan permukiman menurun dan timbul masalah baru. Adanya hal tersebut mendorong pemerintah untuk membuat program perbaikan kampung. Tujuan adanya program tersebut adalah untuk memperbaiki kualitas lingkungan kampung dan memperbaiki kondisi fisik, sosial, dan ekonomi penduduknya. Program perbaikan kampung atau yang sering disebut dengan KIP (Kampung Improvement Project) pada periode tahun 1970 akhir sampai 1980an ditujukan pada kampung – kampung di kota skala besar sampai metropolis seperti Jakarta dan Surabaya.

(2)

2 Program KIP dilaksanakan pada tahun 1974 di Jakarta dan tahun 1976 di Surabaya dilakukan secara bertahap. Kedua kota tersebut merupakan kota yang mempunyai kampung dengan kualitas lingkungan yang rendah sehingga bisa disebut kampung kumuh dan perlu dilakukan perbaikan. Bukan hanya meningkatkan kualitas lingkungan, secara fisik, peningkatan kondisi sosial, ekonomi, tetapi program ini juga meningkatkan adanya partisipasi masyarakat dalam melakukan pembangunan.

Adanya keberhasilan program KIP di kedua kota besar tersebut membuat pemerintah pusat menerapkan program yang sama untuk kota – kota lain di Indonesia. Salah satu kota yang mendapatkan program perbaikan kampung (KIP) adalah Kota Surakarta. Program perbaikan kampung di Kota Surakarta diterapkan di beberapa kampung kota salah satunya adalah Kampung Sangkrah yang terletak di Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon dan dekat dengan Sungai Bengawan Solo.

Kampung Sangkrah merupakan kampung kota yang pada masa penjajahan Belanda mulai berkembang menjadi permukiman informal karena adanya migran dari luar daerah dan sebagian besar penduduk pendatang tersebut bekerja di sektor informal (Musiyam, 1998). Penduduk pendatang banyak mendirikan rumahnya di bantaran sungai Bengawan Solo karena tanah yang ada tidak ada pemiliknya. Semakin bertambahnya perumahan informal di daerah bantaran sungai, setiap tahunnya kampung tersebut mengalami penurunan kualitas lingkungan sehingga kampung cenderung menjadi kumuh. Selain itu masalah lain yang ada di kampung tersebut adalah bencana banjir hasil luapan Sungai Bengawan Solo apabila debit air mengalami peningkatan.

Adanya hal di atas merupakan alasan pemerintah menerapkan progam perbaikan kampung di Sangkrah guna memperbaiki kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat pada tahun 1970an (Musiyam, 1998). Program perbaikan kampung yang dilakukan di sana seperti perbaikan rumah tidak layak huni, perbaikan jalan, penyediaan MCK yang layak, penyediaan air bersih dan air minum, penyediaan jaringan sanitasi, perbaikan sistem persampahan, tanggul pengendali banjir, pos ronda, dan penyelesaian status tanah. Sama halnya dengan

(3)

3 kota – kota lain program perbaikan kampung di Kampung Sangkrah juga dilakukan secara bertahap dengan nama program yang berbeda pula.

Implementasi program – program perbaikan kampung mempunyai implikasi terhadap kondisi kampung dari segala aspek baik aspek fisik keruangan, sosial, dan ekonomi. Hal tersebut membuat kampung setelah program perbaikan masuk menjadi berkembang. Akan terjadi perkembangan yang terjadi ada dua kemungkinan yaitu perkembangan positif dan perkembangan negatif. Perkembangan positif dikatakan apabila program perbaikan yang masuk di kampung tersebut mempunyai hasil yang signifikan untuk perubahan kampung yang lebih baik. Sedangkan perkembangan negatif, program yang masuk ke kampung tersebut tidak berhasil mengubah kondisi kampung menjadi lebih baik akan tetapi timbul masalah baru. Adanya perkembangan kampung setelah ± 30 tahun lamanya program perbaikan di Kampung Sangkrah, kini hasil dari adanya program tersebut dapat dilihat sebagaimana kondisi yang ada di lapangan. Kampung Sangkrah yang pada mulanya merupakan kampung kumuh sekarang sudah menjadi kampung yang mempunyai kualitas lingkungan yang cukup baik. Perkembangan kampung bukan hanya dari peningkatan kondisi fisik akan tetapi juga dari kondisi ekonomi dan sosial kampung selama kurun waktu ± 30 tahun pasca adanya program perbaikan kampung. Hal tersebut menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut secara konseptual terhadap program perbaikan kampung dengan perkembangan yang terjadi pada Kampung Sangkrah pada saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Penjelasan pada latar belakang tersebut menghasilkan pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana konsep program perbaikan Kampung Sangkrah setelah ± 30 tahun pasca implementasi program?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat diketahui tujuan dilakukannya penelitian adalah :

1. Menilai program perbaikan kampung apakah program tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap perkembangan Kampung Sangkrah saat ini.

(4)

4 2. Menilai program perbaikan kampung secara konseptual pada masa sekarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1.4.1 Bagi Penulis

Adapun manfaat yang dapat diambil oleh penulis adalah lebih dapat memahami secara teoritis dan empiris mengenai permukiman informal, kampung kota, dan program perbaikan kampung. Selain itu diharapkan dapat menyumbangkan saran dan pemikiran dalam perbaikan penataan kampung di Kota Surakarta.

1.4.2 Bagi Pemerintah

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penataan permukiman Kota Surakarta, khususnya pada perbaikan kualitas fisik dan non fisik ruang kampung – kampung yang ada di Kota Surakarta. Adanya hal tersebut diharapkan bisa meningkatkan kualitas permukiman dan masyarakat di Kota Surakarta.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Adapun manfaat bagi masyarakat terhadap rencana penelitian ini yaitu memberikan gambaran mengenai perkembangan dan dampak dari adanya program perbaikan kampung. Masyarakat lebih dapat memahami tentang program penataan permukiman secara konseptual mau pun tujuan adanya program tersebut.

1.4.4 Bagi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)

Bagi ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), rencana penelitian ini dapat menambah referensi penelitian tentang kampung kota, program perbaikan kampung dan sebagai masukan bagi penelitian sejenis di kemudian hari serta lebih dapat dikembangkan dari aspek yang lain atau pun sejenisnya.

(5)

5

1.5 Batasan Penelitian 1.5.1 Fokus

Meneliti hasil dari program perbaikan kampung dengan melihat kondisi fisik, sosial, dan ekonomi Kampung Sangkrah selama 30 tahun setelah adanya program perbaikan kampung (KIP). Hasil tersebut nantinya bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian.

1.5.2 Lokasi

Penelitian dilakukan di Kampung Sangkrah, Kota Surakarta dengan hanya mengambil tiga RW untuk dijadikan lokasi penelitian yaitu RW 10, 11, dan 12.

1.5.3 Waktu

Penelitian dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu 2 bulan yaitu dari bulan April sampai Juni 2013.

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No. Penulis / Tahun Judul Penelitian Lokasi Fokus Penelitian Metode Gambaran Hasil Penelitian 1. Musiyam, Muhammad / 1998 Konsepsi Ruang Penghuni Kampung Dalam Implikasinya Pada Perencanaan Kampung Sangkrah, Surakarta Pemanfaatan ruang kampung Naturalistik dan analisis kritis Konsepsi penghuni kampung tentang ruang yaitu pluralisme fungsi ruang, evolusi ruang, dan implikasi perencanaan. 2. Ginanjarsari , Etika Dyah / 2012 Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Permukiman Kumuh di Kampung Totogan Kampung Totogan, Surakarta Partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh. Deduktif, kualitatif, kualitatif Bentuk partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh memberikan pengaruh besar Lanjutan di halaman berikutnya,

(6)

6 Kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta dalam kehidupan masyarakat kampung 3. Arsyuddin, Ahmad / 2012 Konsepsi Permukiman Pemulung Kampung Pogung Kampung Pogung, Sleman Pendapat mengenai permukiman pemulung Induktif, kualitatif fenomenolo gi Konsep ketahanan komunitas pemulung Kampung Pogung. 4. Andriyanto, Dhani / 2013 Tipologi Program – Program Pengembangan Kampung Badran Kampung Badran, Kecamatan Jetis Tipologi program pengembangan kampung dari aspek fisik, ekonomi dan sosial kemasyarakata n. Induktif, kualitatif, fonomenol ogi Latar belakang pengelompokan program dengan peningkatan kualitas fisik sosial, kepercayaan pemerintah. Sumber : Peneliti, 2013 Lanjutan tabel 1.1, ,

(7)

7

1.7 Kerangka Konseptual

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian  No.  Penulis /  Tahun  Judul  Penelitian  Lokasi  Fokus  Penelitian  Metode  Gambaran Hasil  Penelitian  1
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian  Sumber : Analisis Peneliti, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Petisi, yang pertama diselenggarakan oleh ilmuwan individu yang mendukung teknologi RG telah menghasilkan lebih dari 1.600 tanda tangan dari ahli ilmu tanaman mendukung pernyataan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR