• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi Khusus. ILO Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Edisi Khusus. ILO Jakarta"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pada 2011, enam lembaga PBB (ILO, WHO, UNDP, OHCHR, UNICEF dan UN DESA) membentuk Kemitraan PBB untuk Hak Penyandang Disabilitas (UNPRPD)–sebuah program amanah multi-donor (MDTF) untuk mendukung kolaborasi antara lembaga-lembaga PBB dalam program-program tingkat negara guna mempromosikan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas. Tujuan UNPRPD adalah mengembangkan kapasitas pemangku kepentingan nasional, khususnya pemerintah dan organisasi penyandang disabilitas, demi pelaksanaan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (UNCRPD) secara efektif.

Indonesia merupakan salah satu negara pelaksana UNPRPD pertama. Kendati belakangan ini pemerintah Indonesia telah memberikan semakin banyak perhatian kepada hak-hak penyandang disabilitas–dan yang sangat penting, ratifikasi UNCPRD pada November 2011, serta penerbitan Undang-Undang No. 8 tentang Penyandang Disabilitas pada 2016–namun masih perlu memperkuat upaya meningkatkan kesadaran mengenai hak penyandang disabilitas, serta penguatan arsitektur untuk mempromosikan hak dan kesempatan bagi penyandang disabilitas. Di Indonesia, proyek ini dilaksanakan secara bersama antara ILO, WHO dan UNESCO, bekerja sama dengan badan-badan nasional seperti Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia (APEKSI) dan

Januari 2018 Edisi Dwi Bahasa

MEMPROMOSIKAN

HAK DAN KESEMPATAN BAGI PENYANDANG

DISABILITAS DI INDONESIA

(KEMITRAAN PBB UNTUK

MEMPROMOSIKAN HAK PENYANDANG DISABILITAS/UNPRPD)

Edisi

Khusus

ILO Jakarta

Strategi Proyek • Pengembangan kapasitas untuk organisasi penyandang disabilitas dan instansi pemerintah. • Pengembangan kapasitas untuk pengumpulan data disabilitas.

(2)

Menuju Kota Inklusif

di Indonesia

Empat belas walikota dari berbagai kota di Indonesia menandatangani Piagam Jaringan Walikota Indonesia untuk Kota Inklusif di Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Para Walikota untuk Kota Inklusif yang disponsori oleh PBB, dan diselenggarakan di Jakarta pada 31 Oktober 2017. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Prof. Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro dan Koordinator Perwakilan PBB untuk Indonesia, Anita Nirody.

Piagam tersebut bertujuan untuk

menghormati dan mendukung keterlibatan serta partisipasi penyandang disabilitas di semua aspek kehidupan di seluruh kota tersebut. Piagam itu ditandatangani oleh Walikota Tangerang Selatan, Padang, Banjarmasin, Mojokerto, Ambon, Bengkulu, Surakarta, Kupang, Jambi, Jakarta Pusat, Metro Lampung, Banda Aceh, Yogyakarta dan Denpasar.

Menteri Bambang P.S Brodjonegoro sangat mengapresiasi prakarsa yang dilakukan oleh pemerintah kota untuk menjadi lebih

Mempromosikan Kesetaraan Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Kota inklusif penting bagi

Indonesia karena merupakan

bagian dari upaya untuk

mengurangi kemiskinan dan

mewujudkan komitmen negara

terhadap Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs). Kota

harus layak huni untuk semua

orang, termasuk penyandang

disabilitas. Ada banyak cara yang

bisa dilakukan oleh para walikota

untuk meningkatkan kelayakan

kotanya melalui pengembangan

infrastruktur dan fasilitas

serta layanan pendidikan dan

kesehatan yang inklusif.

Prof. Dr. Bambang P.S Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

(3)

inklusif bagi semua warganya, termasuk penyandang disabilitas. Menteri meminta walikota agar melibatkan para penyandang disabilitas dalam proses penyusunan perencanaan kota untuk memastikan inklusifitas infrastruktur, fasilitas sosial dan peluang ekonomi yang sangat diperlukan untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan inklusif.

Mendukung pernyataan menteri, Airin R. Diani, Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia (APEKSI), mengatakan bahwa APEKSI akan terus mendukung upaya yang dilakukan oleh kota-kota di seluruh Indonesia untuk menjadi kota layak huni bagi semua orang, termasuk bagi penyandang disabilitas, termasuk untuk kelompok-kelompok lain seperti perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia.

“Oleh karena itu, perencanaan pembangunan kota dari infrastruktur, sarana sosial hingga transportasi dan layanan pendidikan serta kesehatan baik oleh pemerintah maupun sektor swasta harus inklusif, mengakomodasi kebutuhan penyandang disabilitas,” kata Airin. Dalam pertemuan satu hari ini, praktik-pratik terbaik dan transformasi positif dari berbagai kota dipaparkan. Kota Padang, misalnya, telah membangun fasilitas sosial yang lebih inklusif; sementara Kota Mojokerto fokus pada penyediaan bursa kerja inklusif dan kesetaraan kesempatan bagi penyandang disabilitas. Selain itu, Kota Ambon terfokus pada sistem

pendidikan inklusif; sementara Kota Metro Lampung telah mempromosikan peluang ekonomi bagi penyandang disabilitas. Pertemuan tersebut juga menghadirkan pembelajaran dan tantangan dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas serta pentingnya pengumpulan dan penggunaan data untuk merancang kebijakan yang lebih efektif. Pertemuan tersebut diakhiri dengan sesi interaktif tentang kesetaraan kesempatan kerja dan pemaparan kajian cepat ILO terbaru tentang ketenagakerjaan untuk penyandang disabilitas.

Sebagai tindak lanjut jangka pendek dari pertemuan tersebut, sebuah pertemuan teknis diadakan pada 1 November oleh satuan tugas Jaringan Walikota untuk mengidentifikasi lebih lanjut program lanjutan. Pertemuan tersebut membahas kemungkinan melaksanakan kerjasama percontohan antara ILO dan kota-kota inklusif mengenai perekrutan yang adil dan inklusif.

“Kerjasama ini akan dilaksanakan di satu atau dua kota dengan menggunakan bentuk bursa kerja yang telah ada dan sudah berlangsung di beberapa kota inklusif. Dalam pertemuan tersebut, kelompok kerja untuk kota inklusif yang dibentuk di bawah APEKSI juga telah merancang sebuah rencana kerja yang bertujuan untuk terus menyosialisasikan hasil kerjanya ke kota-kota lain di

Indonesia,” Tendy Gunawan, Staf ILO untuk Inklusi Disabilitas, menjelaskan. ]

(4)

Menuju Ketenagakerjaan Inklusif

Kota Mojokerto di Jawa Timur boleh jadi merupakan kota terkecil di Indonesia, namun kota ini menjadi kota pertama di Indonesia yang mengadakan bursa kerja inklusif di tingkat kabupaten. Bursa kerja inklusif selama dua hari ini pertama kali diselenggarakan pada 2014 dan kemudian menjadi acara tahunan. Walikota Mojokerto, Drs H. Mas’ud Yunus, merupakan salah satu walikota yang menandatangani Piagam Jaringan Walikota Indonesia untuk Kota Inklusif di Indonesia dan menjadi satu-satunya walikota yang terfokus pada bursa kerja dan ketenagakerjaan inklusif.

Drs H. Mas’ud Yunus, Walikota Mojokerto:

Tidak Boleh Ada Diskriminasi

Terhadap Penyandang Disabilitas”

Bagaimana Kota Mojokerto akan memastikan inklusi?

Visi Mojokerto adalah sebagai kota pelayanan. Ini berarti bahwa kota ini harus mampu melayani semua warganya secara setara, termasuk penyandang disabilitas. Maka, Mojokerto telah merehabilitasi fasilitas publiknya agar lebih terakses dengan mewajibkan sekolah menjadi inklusif dan membangun ulang trotoar. Kami mengeluarkan peraturan yang relevan dan mengalokasikan anggaran kota untuk mendukung prakarsa ini.

Setiap tahun kota ini

menyelenggarakan acara dengan melibatkan penyandang disabilitas, di mana mereka bisa menunjukkan kemampuan, memamerkan karya dan menyampaikan aspirasi mereka. Penyandang disabilitas memiliki kemampuan dan kompetensi yang

sama dalam industri kreatif, tetapi kita perlu memastikan keterlibatan mereka di sektor formal. Bursa kerja inklusif merupakan salah satu cara untuk meningkatkan akses bagi penyandang disabilitas ke sektor formal.

Bisa Anda paparkan lebih lanjut tentang bursa kerja inklusif ini?

Tujuan dari bursa kerja inklusif adalah mendorong lebih banyak perusahaan agar menyediakan lebih banyak kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas sehingga mereka memiliki akses yang lebih baik terhadap ketenagakerjaan formal. Ada lima perusahaan peserta yang menawarkan pekerjaan inklusif, dan empat di antaranya berasal dari Mojokerto.

(5)

Bursa kerja tersebut menyediakan tempat bagi semua pencari kerja, termasuk pencari kerja penyandang disabilitas agar memiliki akses terhadap informasi kerja yang akan bermanfaat bagi diri mereka dan juga untuk kesejahteraan mereka. Diharapkan bursa kerja tersebut bisa membantu mengurangi angka pengangguran di kota ini.

Selain itu, kota ini mewajibkan semua perusahaan merekrut dan mempekerjakan penyandang disabilitas. Ini merupakan bagian dari upaya memperkuat pelaksanaan peraturan nasional di tingkat kota. Pengawasan akan

dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja melalui mekanisme pengawasan yang ada.

Apa rencana lain di masa mendatang untuk mempromosikan inklusi?

Direncanakan akan mengadakan bursa kerja inklusif sebagai acara tahunan. Selain itu, pemerintah kota telah menerima permintaan dari sektor publik untuk

menyelenggarakan bursa kerja yang lebih luas berskala nasional, yang mengikutsertakan perusahaan-perusahaan dari luar Jawa Timur. ]

Redaksi

Pemimpin Redaksi:

Michiko Miyamoto

Editor Eksekutif: Gita Lingga

Sirkulasi: Budi Setiawati

Kontributor: Gita Lingga, Tendy Gunawan

Desain & Produksi: Balegraph

Kantor ILO Jakarta

Menara Thamrin Building, Lantai 22 Jl. M. H. Thamrin Kav 3, Jakarta 10250, Indonesia Ph. (62-21) 391-3112, Fax (62-21) 310-0766 Email: jakarta@ilo.org, Website: www.ilo.org/jakarta

(6)

Bekerjasama dengan Universitas Indonesia, ILO melakukan penelitian tentang Memetakan Penyandang

Disabilitas di Indonesia. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan partisipasi penyandang disabilitas dalam angkatan kerja. Kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan memperbesar pasar tenaga kerja untuk mereka.

Kajian Ketenagakerjaan

bagi Penyandang Disabilitas

Penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa dari 12,15 persen penyandang disabilitas di Indonesia, hanya 51,12 persen yang berpartisipasi dalam angkatan kerja di Indonesia, yang jauh lebih rendah dibandingkan non-penyandang disabilitas sekitar 70,40 persen. Selain itu, ada lebih banyak penyandang disabilitas yang bekerja di sektor informal (65,55 persen) dibandingkan sektor formal (34,45 persen).

(7)

Kajian Ketenagakerjaan

bagi Penyandang Disabilitas

Penelitian tersebut

juga

mengungkapkan

bahwa dari

12,15

persen penyandang

disabilitas

di Indonesia,

hanya 51,12 persen

yang berpartisipasi

dalam angkatan kerja

di Indonesia

, yang

jauh lebih rendah

dibandingkan

non-penyandang disabilitas

sekitar 70,40 persen.

Selain itu, ada

lebih

banyak penyandang

disabilitas yang

bekerja di sektor

informal

(65,55 persen)

dibandingkan sektor

formal

(34,45 persen).

Rendahnya jumlah penyandang disabilitas yang bekerja di sektor formal menjadi salah satu perhatian utama pemerintah maupun sektor swasta untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam undang-undang.

Penelitian tersebut merekomendasikan tiga langkah yang harus dilakukan untuk memperbesar pasar tenaga kerja bagi penyandang disabilitas:

1. Pembentukan saluran formal untuk melamar pekerjaan bagi penyandang disabilitas.

2. Peningkatan teknologi untuk membantu penyandang disabilitas.

3. Penyediaan informasi men-genai tawaran pekerjaan bagi para penyandang disabilitas kepada masyarakat umum. ]

(8)

Kajian Cepat tentang

Ketenagakerjaan

bagi Penyandang Disabilitas

Kantor ILO Jakarta melakukan kajian cepat tentang ketenagakerjaan bagi penyandang disabilitas sebagai tindak lanjut dari pembentukan Jaringan Bisnis dan Disabilitas Indonesia (IBDN) pada 2016. Kajian tersebut bertujuan untuk mendukung perusahaan, termasuk IBDN, agar dapat merekrut lebih banyak penyandang disabilitas dan mendorong mereka mendapatkan pekerjaan formal yang sesuai dengan kompetensinya.

Kajian dilakukan dengan menggunakan tinjauan dokumen serta wawancara di empat

pabrik garmen di bawah program Better Work Indonesia ILO. Kajian dilakukan pada Juni 2017.

Kajian tersebut mengungkapkan bahwa semua perusahaan yang diwawancarai memiliki kesadaran yang baik mengenai undang-undang tentang disabilitas, terutama persyaratan untuk mempekerjakan minimal satu persen pekerja penyandang disabilitas. Namun, mereka masih kurang memahami tentang

ketentuan terperinci dalam undang-undang tersebut. Kajian tersebut juga menyoroti rendahnya tingkat partisipasi penyandang disabilitas dalam proses perekrutan.

Selain itu, kajian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan masih menganggap penyesuaian tempat kerja sebagai biaya mahal dan bukan investasi. Namun, perusahaan tidak membeda-bedakan pekerja atau pelamar, dan hanya mengutamakan kompetensi mereka.

(9)

Kajian tersebut

merekomendasikan

diskusi

tripartit

untuk

mengidentifikasi

kelemahan dan

tantangan yang

dihadapi oleh

masing-masing

konstituen

(pemerintah,

organisasi pekerja dan

organisasi pengusaha)

dalam menerapkan

undang-undang

tentang disabilitas,

terutama di dunia

kerja.

Sayangnya, jumlah penyandang disabilitas yang memiliki pendidikan tinggi masih di bawah 5 persen.

Kajian tersebut merekomendasikan diskusi tripartit untuk mengidentifikasi kelemahan dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing konstituen (pemerintah, organisasi pekerja dan organisasi pengusaha) dalam menerapkan undang-undang tentang disabilitas, terutama di dunia kerja. Kajian tersebut juga mengusulkan penguatan peran IBDN untuk berbagi praktik terbaik mereka dalam mempekerjakan pekerja penyandang disabilitas.

Selain itu, direkomendasikan memberikan layanan bimbingan kerja, pelatihan kerja, penempatan kerja dan layanan terkait lainnya yang memungkinkan penyandang disabilitas mendapatkan, mempertahankan, dan berkembang dalam pekerjaan sebagai bagian dari upaya untuk memastikan partisipasi penuh penyandang disabilitas. ]

(10)

Tiga materi kampanye tentang keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam mempekerjakan dan merekrut penyandang disabilitas telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Materi tersebut antara lain:

1. Mengapa Anda harus mempekerjakan penyandang disabilitas?

2. Merekrut penyandang disabilitas: Dilakukan dan Jangan Dilakukan.

3. Mitos vs Fakta tentang disabilitas. ]

Materi

Kampanye

RecRuiting people

with disabilities

Don’t

• Don’t assume that persons with disabilities are unemployable.

• Don’t assume that persons with disabilities lack the necessary education and training for employment.

• Don’t ask if a person has a disability during an employment interview. • Don’t assume that certain jobs are more suited

to persons with disabilities. • Don’t hire a person with a disability who is not

qualified to perform the essential functions of the job even with a reasonable workplace ac-commodation.

• Don’t assume that the work environment will be unsafe if an employee has a disability. • Don’t assume that reasonable workplace

accommodations are expensive. • Don’t speculate or try to imagine how you would

perform a specific job if you had the applicant’s

disability. Inclusion

makes business sense . . . Fact Sheet

Do

• Do learn where to find and recruit people with disabilities.

• Do ensure that your applications and other company forms do not ask disability-related questions and that they are in formats that are accessible to all persons with disabilities. • Do consider having written job descriptions

that identify the essential functions of the job. • Do provide reasonable workplace accommo-dations that the qualified applicant will need to compete for the job.

• Do develop procedures for maintaining and protecting confidential medical records. do train supervisors on making reasonable work-place accommodations. • Do treat an individual with a disability the

same way you would treat any applicant or employee, with dignity and respect. • Do understand that access includes not only

environmental access but also making forms accessible to people with visual or cogni-tive disabilities and making alarms/signals accessible to people with hearing disabilities.

LAKUKAN

JANGAN Lakukan

lPelajari di mana menemukan dan merekrut penyandang disabilitas

lPastikan bahwa format aplikasi dan format perusahaan lainnya tidak menanyakan pertanyaan terkait disabilitas dan dalam format yang dapat diakses oleh semua penyandang disabilitas lPertimbangkan untuk mempunyai deskripsi

pekerjaan tertulis yang mencantumkan fungsi-fungsi utama dari pekerjaan tersebut lSediakan akomodasi yang memadai di

tempat kerja yang memungkinkan pelamar yang berkualifikasi dapat bersaing untuk pekerjaan tersebut

lBuat prosedur untuk menjaga dan melindungi catatan medis yang terjaga kerahasiaannya. Latihlah juga penyelia kerja untuk membuat akomodasi tempat kerja yang memadai

lPerlakukan setiap orang dengan disabilitas dengan sama sebagaimana memperlakukan pelamar kerja atau pekerja lainnya, dengan martabat dan hormat

lPahami bahwa akses bukan hanya akses lingkungan, tetapi juga termasuk membuat formulir yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas penglihatan atau disabilitas kognitif dan membuat alarm/sinyal yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas pendengaran.

lJangan berasumsi bahwa penyandang disabilitas itu tidak dapat dipekerjakan

lJangan berasumsi bahwa penyandang disabilitas tidak mempunya pendidikan dan keterampilan yang cukup untuk bekerja

lJangan menanyakan apakah seseorang mempunyai disabilitas ketika melakukan wawancara pekerjaan

lJangan berasumsi bahwa suatu pekerjaan tertentu lebih cocok untuk dilakukan oleh penyandang disabilitas

lJangan merekrut penyandang disabilitas yang tidak dapat melakukan fungsi-fungsi utama dari sebuah pekerjaan meski akomodasi tempat kerja yang memadai tersedia

lJangan berasumsi bahwa lingkungan tempat kerja akan menjadi tidak aman ketika seorang pekerja mempunyai disabilitas

lJangan berasumsi bahwa akomodasi tempat kerja yang memadai itu mahal

lJangan berspekulasi atau mencoba membayangkan bagaimana Anda dapat melakukan suatu pekerjaan tertentu jika anda mempunyai disabilitas seperti pelamar kerja.

International Labour Organization

ME

REKRUT

PENYANDANG DISABILITAS Myths Vs. Facts Inclusion makes business sense . . . Fact Sheet

MYTH people with disabilities have lower per-formance/attendance rates.

FACT studies show that disabled employees perform on par or better than non-di-sabled staff with regard to safety, per-formance of job duties, attendance and job stability/turnover.

MYTH accessibility benefits only people with disabilities.

FACT Accessibility takes into account eve-ryone’s needs, whether or not they have a disability, and encompasses features such as colour, audio signals like those found at pedestrian cros-sings, tonal contrast, surfaces, hearing enhancement systems (such as ‘loop systems’), presentation of informa-tion, and signage for finding one’s way, among other items. Good accessibility benefits everyone.

MYTH Most people with disabilities require complicated and expensive adjust-ments.

FACT Most workers with disabilities require no special adjustments and for those who do it is minimal or much lower than employers believe.

MYTH people with disabilities regularly require assistance.

FACT everybody requires assistance from time to time, including people with di-sabilities. being able to function inde-pendently is important for people with disabilities.

MYTH there aren’t many people with disabili-ties, so disability is not really an issue.

FACT People with disabilities are present in all societies. 15% of the world’s po-pulations have some form of disability. barriers often hinder people with di-sabilities from participation and make them less visible in society. there may be barriers – physical, attitudinal, le-gal, regulatory, policy, communication – that limit their opportunity to partici-pate in a variety of activities. Further-more, a disability may not be visible.

Penyandang disabilitas mempunyai kinerja/tingkat absensi yang lebih rendah.

Sebagian besar penyandang disabilitas memerlukan penyesuaian yang rumit dan mahal.

Penyandang disabilitas memerlukan bantuan secara terus menerus. Aksesibilitas hanya menguntungkan penyandang disabilitas. Studi menunjukkan bahwa pekerja disabilitas setara atau lebih baik dibandingkan dengan pekerja non-disabilitas dalam hal keselamatan kerja, melakukan tugas pekerjaan, absensi dan stabilitas pekerjaan/ tingkat keluar masuk pekerjaan.

Sebagian besar pekerja dengan disabilitas tidak memerlukan penyesuaian khusus dan jika memang diperlukan, sebenarnya hanya penyesuaian sekedarnya dan bahkan jauh lebih sedikit dari yang dipikirkan oleh penyedia kerja.

Setiap orang memerlukan bantuan dari waktu ke waktu, termasuk penyandang disabilitas. Dapat melakukan sebuah fungsi pekerjaan secara mandiri sangatlah penting bagi penyandang disabilitas.

Aksesibilitas sebenarnya mempertimbangkan semua kebutuhan orang, baik mereka yang mempunyai disabilitas maupun tidak, dan melingkupi fitur-fitur seperti di antaranya: warna, panduan suara seperti yang sering ditemukan di tempat penyeberangan di perempatan jalan, kontras tonal, permukaan, sistem peningkatan pendengaran (seperti “loop system”), presentasi atau informasi serta papan pengenal jalan. Aksesibilitas yang baik menguntungkan semua orang.

MITOS MITOS MITOS MITOS FAKTA FAKTA FAKTA FAKTA International Labour Organization

MITOS

vs

Fakta

why should you

hiRe people

with disabilities?

Inclusion makes business sense . . . Fact Sheet

Hiring workers with disabilities can positively impact a company’s bottom line. Here’s why:

• People with disabilities are an untapped resource

of skills and talents. in many countries, people with disabilities have skills that bu-sinesses need, both technical job skills and transferable problem-solving skills developed in daily life.

• People with disabilities represent an over-looked and multibillion-dollar market seg-ment. that market is disabled persons and their families and friends. ignoring this mar-ket may mean losing not only the disabled consumer but his or her family and friends. as the population ages, so does the inci-dence of disability. it makes sense to have employees who know first-hand about the product and service needs of this consumer segment.

hiring people with disabilities increases workforce morale. Many employers report that teamwork and morale improves when disabled workers become part of the staff.

• People with disabilities make good, depen-dable employees. employers of disabled workers consistently report that, as a group, people with disabilities perform on par or better than their non-disabled peers on measures such as productivity, safety and attendance.

• people with disabilities are more likely to stay on the job. the costs of job turnover, such as lost productivity and expenses related to recruitment and training, are well known to most employers.

• Reputation - according to a university of Massachusetts survey, 92% of the American public view companies that hire people with disabilities more favourably than those that do not.

• Penyandang disabilitas merupakan sumber keterampilan dan bakat yang belum tersentuh. Di banyak negara, penyandang disabilitas memilik keterampilan yang diperlukan dunia usaha, baik untuk pekerjaan dengan keterampilan teknis dan penyelesaian permasalahan yang dikembangkan dari kehidupan sehari-hari. • Penyandang disabilitas mewakili segmen pasar yang bernilai milyaran dolar

dan terabaikan. Pasar itu adalah para penyandang disabilitas dan keluarga mereka. Mengabaikan pasar ini berarti kehilangan tidak hanya para penyandang disabilitas sebagai pelanggan tapi juga keluarga dan teman mereka. Seiring dengan menuanya populasi, meningkat pula insiden disabilitas. Karenanya penting untuk memiliki pekerja yang mengetahui produk dan jasa yang dibutuhkan oleh pelanggan dalam segmen ini. • Mempekerjakan penyandang disabilitas meningkatkan moral angkatan kerja. Banyak

pengusaha melaporkan bahwa kerja tim dan moral kerja meningkat saat pekerja dengan disabilitas menjadi bagian dari staf.

• Penyandang disabilitas merupakan pekerja yang baik dan dapat diandalkan. Para pengusaha yang mempekerjakan pekerja disabilitas secara konsisten melaporkan bahwa, sebagai kelompok, kinerja penyandang disabilitas lebih baik dibandingkan para pekerja non-disabilitas dalam produktivitas serta keselamatan dan kehadiran. • Penyandang disabilitas lebih loyal terhadap pekerjaan. Biaya keluar masuk pekerja

seperti produktivitas yang hilang dan pengeluaran terkait rekrutmen dan pelatihan merupakan hal umum bagi para pengusaha.

• Reputasi – Menurut survei Universitas Massachusetts, 92 persen masyarakat Amerika lebih menyukai perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas dibandingkan yang tidak.

Mempekerjakan pekerja dengan disabilitas dapat berdampak positif terhadap perusahaan. Ini alasannya mengapa:

KENAPA KITA HARUS

PENYANDANG DISABILITAS

MEMPEKERJAKAN

International Labour Organization

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 8 terlihat persentase EPP jelarang jantan lebih tinggi dibandingkan rataan EPP jelarang betina, yang menunjukkan jelarang jantan lebih efisien dalam penggunaan pakan

Taman bacaan merupakan salah satu bentuk perwujudan harapan tentang ruang yang adaktif dan dinamis yang dapat menampung aktivitas anak muda, melalui kebutuhan ruang

Berita mengenai ekonomi ini tidak hanya mencakup berita ekonomi yang berada di Bogor, akan tetapi juga mencakup berita-berita ekonomi yang berada di sekitar wilayah yang

Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan batu empedu simtomatik. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,

1 1 Masyarakat Moro-Moro adalah masyarakat dari berbagai daerah di Lampung yang masuk dalam kawasan Hutan Register 45 pada tahun 1996 menjelang reformasi.. Periode 1997-2000 di

Anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut harus

Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses deteksi benda – benda yang terkubur di bawah tanah dengan tingkat kedalaman tertentu,

Sampel yang digunakan pada proses ekstraksi dengan metode maserasi terdiri dari serbuk kubis ungu dalam suasana asam dan sampel kubis ungu segar dalam suasana