• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

1.1.1. Profil PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Listrik di wilayah Jawa Barat sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Pada tahun 1905, di Jawa Barat, didirikan perusahaan yang mengelola penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan publik dengan nama Bandungsche Electriciteit Maatschaappij (BEM) yang kemudian pada tanggal 1 Januari 1920, BEM berubah menjadi perusahaan perseroan bernama Gemeenschapplijk Electriciteit Bedrijf Voor Bandoeng (GEBEO).

Pasca kemerdekaan pada tahun 1957, pengelolaan dan penyediaan tenaga listrik di tanah air seluruhnya di ambil alih oleh pemerintah Indonesia. Tahun 1961, BPU-PLN kemudian dibentuk sebagai wadah kesatuan pimpinan PLN. Sejalan dengan itu, PLN Bandung pun berubah menjadi PLN Exploitasi XI dan pada 14 Juli 1975, PLN Exploitasi XI diubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat.

Berlandaskan pada peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun 1994, Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi Jawa Barat diubah lagi menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Adapun luas wilayah kerja PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten menjangkau lebih dari 42.196 km² yang meliputi Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten, kecuali Tangerang. Jumlah konsumennya sendiri mencapai lebih dari 8,474 juta pelanggan, atau 22 % dari jumlah pelanggan PLN secara nasional, sehingga menjadikan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten ini sebagai unit PLN terbesar di Indonesia.

Wilayah dan beban kerja dikelola oleh Unit-unit Pelaksana Area Pelayanan dan Pengatur Distribusi dengan tujuan untuk mempermudah proses penyaluran tenaga listrik ke masyarakat di masing- masing wilayah dan memudahkan pengawasan kegiatan operasional tiap wilayah. Berikut ditampilkan komposisi pembagian wilayah kerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

(2)

2

Tabel 1.1 Area Pelayanan dan Pengatur Distribusi PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Wilayah dan Beban Kerja Jumlah

Area Pelayanan 17 Unit

Area Pengatur Distribusi (APD) 1 Unit

Rayon 100 Unit

Rayon Prima 7 Unit

Kantor Pelayanan (KP) 191 KP

Sumber: Laporan Tahunan PT.PLN DJBB 2014

1.1.2. Makna Logo

Lambang PT. PLN (Persero) secara resmi digunakan sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No 031/DIR/76 tanggal 1 Juni 1976.

Gambar 1.1 Logo Perusahaan

Sumber : Laporan Tahunan PLN 2014

1) Bidang Persegi Panjang Vertikal, menggambarkan bahwa PLN merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna.

2) Petir atau Kilat, melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan PT. PLN (Persero).

3) Tiga Gelombang, menggambarkan gaya rambat energi listrik yang dialirkan tiga bidang usaha utama perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi .

(3)

3 1.1.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Visi dari PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah “Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani”.

Misi

Misi dari PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yakni:

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

1.1.4. Struktur Organisasi Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Struktur Organisasi Induk PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten dipimpin oleh seorang General Manager, yang membawahi 6 manajer bidang seperti gambar 1.2 berikut ini:

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Manajer Komunikasi, Hukum, dan Adm Manajer Perenca-naan Manajer SDM & Organisasi Manajer Keuangan Manajer Dsitribusi Manajer Niaga DM Administrasi SDM DM Pengembang-an SDM General Manager Staff Ahli Kepala Audit Internal

(4)

4 1.2. Latar Belakang Masalah

Ketersediaan tenaga listrik di Indonesia sepenuhnya dikelola oleh PT. PLN (Persero). Oleh karena itu, dibutuhkan sistem yang baik dalam hal pengeolalan tenaga listrik sehingga segala proses aktivitas yang dijalankan di PT. PLN (Persero) dapat berjalan dengan baik dan terorganisir. Salah satu sistem yang diciptakan untuk membantu pengelolaan tenaga listrik ini ialah dengan menggunakan sistem on-line. Sistem ini tidak hanya mempermudah dan mempercepat pertumbuhan pelanggan tetapi juga dapat menekan terjadinya praktik-praktik tidak benar, yang berpotensi merugikan. Potensi kerugian tak hanya mengarah pada pelanggan, tetapi juga negara, seperti penyelewengan, pemungutan liar, dan sebagainya. (Sumber:http://jabar. tribunnews.com, diakses 24 april 2015).

Hingga saat ini, masih banyak terjadi permasalahan yang membuat konsumen merasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan oleh PT.PLN (Persero), seperti seringnya terjadi pemadaman listrik yang tidak mengenal waktu yang terjadi dibeberapa daerah. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan dan tanggapan miring dari masyarakat mengenai kinerja pelayanan publik ini. (Sumber: http://jabar.tribunnews.com, diakses 24 april 2015). Berbagai permasalahan yang terjadi di PT.PLN (Persero) ini menyebabkan banyaknya tuntutan dari masyarakat agar perusahaan melakukan evaluasi guna meningkatkan kinerja perusahaan khususnya kinerja dibidang pelayan. (Sumber: http://www.geoenergi.co.id, diakses 24 apil 2015).

Setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengatasi setiap rintangan yang akan dihadapi. Perusahaan yang dinamis akan selalu meningkatkan produktivitasnya melalui konsistensi menghasilkan kinerja terbaik. Adapun salah satu faktor yang dianggap paling potensial dalam penyediaan keunggulan kompetitif bagi perusahaan adalah sumber daya manusia (Suwatno & Priansa, 2011:195). Keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya sangat dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Oleh karena itu, setiap organisasi berusaha untuk selalu mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan berbagai cara seperti memberikan pelatihan, motivasi ataupun penciptaan lingkungan kerja yang kondusif dengan harapan dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pemanfaatan dan pengembangan

(5)

5

sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara profesional tersebut akan memberikan berbagai dampak positif, diantaranya yaitu tercapainya kinerja karyawan yang tinggi dan pada akhirnya akan membawa pengaruh terhadap naiknya produktivitas perusahaan (Siagian, 2014:30).

Setiap organisasi memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan organisasi lain, ciri khas tersebut menjadi identitas bagi organisasi yang dinamakan budaya organisasi. Menurut Robbins & Coulter (2014:51), budaya organisasi merupakan nilai, prinsip, tradisi, dan sikap yang mempengaruhi cara bertindak anggota organisasi. Budaya organisasi sangat dibutuhkan oleh perusahaan, hal ini sejalan dengan pendapat Kotter dan Heskett (Ernawan, 2011:78) yang menyatakan bahwa budaya yang kuat dapat menciptakan suatu ikatan antara perusahaan dengan para pegawainya, dan bisa mendukung peningkatan produktivitas yang berbeda dengan perusahaan lain.

Budaya organisasi dalam suatu perusahaan dapat digambarkan melalui nilai inti yang dijunjung tinggi oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai-nilai inti yang dapat dipahami dan diaplikasikan oleh para karyawan dalam aktivitas pekerjaannya merupakan perusahaan yang memiliki budaya organisasi yang kuat. Hal ini didukung oleh Darmawan (2013:165) yang menyatakan bahwa suatu budaya yang kuat ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh dan disepakati secara luas. Semakin banyak anggota organisasi yang menerima nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap nilai-nilai-nilai-nilai tersebut maka semakin kuat budaya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu karyawan pada divisi Pengembangan SDM di kantor distribusi PT.PLN (Persero) Jawa Barat dan Banten, PT.PLN (Persero) memiliki empat budaya organisasi yang harus dijunjung tinggi oleh setiap individu perusahaan. Budaya organisasi tersebut dinamakan budaya organisasi SIPP yang meliputi:

1. Saling percaya (Mutual Trust)

Yaitu suasana saling menghargai dan saling terbuka diantara sesama anggota perusahaan yang dilandasi oleh keyakinan akan integritas, itikad baik, dan kompetensi dari pihak – pihak yang saling berhubungan dalam penyelenggaraan praktik bisnis yang bersih.

(6)

6 2. Integritas (Integrity)

Yaitu wujud dari sikap anggota perusahaan yang secara konsisten menunjukkan kejujuran, keselarasan antara perkataan dan perbuatan, dan rasa tanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan dan pemanfaatan kekayaan perusahaan untuk kepentingan baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta tanggung jawab terhadap semua pihak yang berkepentingan.

3. Peduli (Care)

Yaitu cerminan dari suatu niat untuk menjaga dan memelihara kualitas kehidupan kerja yang dirasakan anggota perusahaan, pihak – pihak yang berkepentingan dalam rangka bertumbuh kembang bersama, dengan dijiwai kepekaan terhadap setiap permasalahan yang dihadapi perusahaan serta mencari solusi yang tepat.

4. Pembelajar (Learner)

Sikap anggota perusahaan untuk selalu berani mempertanyakan kembali sistem dan praktik pembangunan, manajemen dan operasi, serta berusaha menguasai perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir demi pembaruan perusahaan secara berkelanjutan.

Berdasarkan budaya organisasi SIPP diatas, maka dibentuklah sebuah indikator penilaian untuk mengukur pemahaman dan pengaplikasian budaya organisasi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Pengukuran budaya organisasi ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 18 karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten yang rata-rata memiliki waktu kerja 1-5 tahun.

Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Budaya Organisasi Indikator Item Skor

Total

Skor

Ideal Hasil Sasaran Keterangan Saling percaya (Mutual Trust) 1,2 21,5 72 83% 80% Memenuhi Sasaran Integritas (Integrity) 3,4,5 20.6 72 81% 80% Memenuhi Sasaran Peduli (Care) 6,7 21 72 83% 80% Memenuhi Sasaran Pembelajar (Learner) 8,9 21 72 84% 80% Memenuhi Sasaran

(7)

7

Terdapat 83% responden memiliki sikap saling percaya (mutual trust), dimana hasilnya menunjukan mutual trust karyawan lebih besar 3% dari target perusahaan. 81% responden memiliki integritas (Integrity), dimana nilai tersebut lebih besar 1% dari target integritas yang diharapkan perusahaann. 83% responden memiliki kepedulian (care), dan 84% responden merupakan pembelajar (learner),

dimana nilai kepedulian (care) serta pembelajar (learner) masing masing lebih besar 3% dan 4% dari harapan perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi SIPP telah dipahami dan dilaksanakan oleh sebagian besar karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten sesuai dengan harapan perusahaan. Hal tersebut terlihat dari hasil nilai pelaksanaan keempat budaya organisasi yang telah memenuhi sasaran nilai budaya seperti pada gambar 1.3 dibawah ini:

Gambar 1.3 Grafik Pengukuran Pelaksanaan Budaya Organisasi

Sumber: PT.PLN DJBB (Data telah diolah)

Gambar 1.3 diatas menunjukan bahwa implementasi budaya organisasi SIPP di Kantor Distribusi PT PLN (Persero) Jawa Barat dan Banten telah sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan, dimana perusahaan mengharapkan budaya organisasi dipahami, diyakini, dan diaplikasikan dalam keseharian mayoritas karyawan di perusahaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti merasa perlu adanya perhitungan secara statistik untuk lebih mengetahui seberapa kuat budaya organisasi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

Luthan (2014:338) menyatakan bahwa self-efficacy mengacu kepada keyakinan diri mengenai kemampuannya untuk memotivasi sumber daya kognitif dan tindakan yang diperlukan agar berhasil dalam melaksanakan tugas tertentu.

83% 81% 83% 84% 80% 80% 80% 80% 75% 80% 85%

Mutual Trust Integrity Care Learner Pelaksanaan Budaya Organisasi

(8)

8

Jones (1986) mengungkapkan sumber atau indikator dari self efficacy tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Bandura, yaitu:

1) Perasaan mampumelakukan pekerjaan 2) Kemampuan yang lebih baik

3) Senang pekerjaan yang menantang 4) Kepuasan terhadap pekerjaan.

Berdasarkan 4 indikator yang dikemukakan oleh Jones tersebut, maka dilakukan sebuah penelitian pendahuluan melalui kuisioner untuk mengukur tingkat self-efficacy karyawan di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Pengukuran ini dilakukan terhadap 18 karyawan yang rata-rata memiliki waktu kerja 1-5 tahun dengan perolehan hasil sebagai berikut ini:

Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Self-Efficacy

Indikator Item Skor Total

Skor

Ideal Hasil Sasaran Hasil Perasaan mampu

melakukan pekerjaan 1 22 72 83% 70%

Memenuhi Sasaran Kemampuan yang lebih

baik 2 18 72 74% 70%

Memenuhi Sasaran Senang pekerjaan yang

menantang 3 17 72 72% 70% Memenuhi Sasaran Kepuasan terhadap pekerjaan 4 19 72 78% 70% Memenuhi Sasaran

Sumber: PT.PLN DJBB (Data yang telah diolah)

Berdasarkan data yang dikelola pada tabel diatas, diperoleh hasil bahwa 83% responden merasa mampu melakukan pekerjaan dengan sangat baik, 74% responden menyatakan bahwa responden memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang lain, 72% responden menyatakan senang mengerjakan pekerjaan yang menantang dan 78% responden merasa puas atas hasil pekerjaan yang dilakukan. Data diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden telah memiliki self-efficacy yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai self-efficacy

yang dicapai responden jauh lebih tinggi dari nilai self-efficacy yang ditargetkan perusahaan seperti gambar 1.4 dibawah ini:

(9)

9

Gambar 1.4 Grafik Pengukuran Self-Efficacy Karyawan

Sumber: PT.PLN DJBB (Data telah diolah)

Gambar diatas menunjukan bahwa karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten memiliki self-efficacy yang tinggi sesuai dengan indikator penilaian self-efficacy Jones. Hal ini dapat dilihat dari nilai pencapaian self-efficacy

karyawan yang telah memenuhi sasaran nilai self-efficacy yang ditargetkan oleh perusahaan. Berdasarkan data diatas, maka Peneliti merasa perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana pengaruh self-efficacy terhadap kinerja karyawan di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

Bernardin dan Russel (Ruky, 2002:15) memberikan pengertian kinerja sebagai catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu selama kurun waktu tertentu. Untukmengukur dan mengetahui kinerja para karyawannya, biasanya perusahaan melakukan pengukuran kinerja karyawan secara berkala, begitu pula dengan kinerja karyawan di Kantor Distribusi PT PLN (Persero) Jawa Barat dan Banten. Pengukuran kinerja karyawan ini lebih dikenal dengan sistem manajemen kinerja pegawai (SIM-KP) yang telah diatur dalam

Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) nomor 1504.K/DIR/2012, dimana kinerja pegawai merupakan hasil kompilasi antara hasil pengukuran sasaran kinerja dan program pengembangan talenta pegawai. Hasil pengukuran sasaran kinerja individu diuraikan dalam tabel dibawah ini:

83% 74% 72% 78% 70% 70% 70% 70% 60% 65% 70% 75% 80% 85%

Perasaan Mampu Kemampuan yang Lebih Baik

Tantangan Kerja Kepuasaan Kerja

Penilaian Self-efficacy Karyawan

(10)

10

Tabel 1.4 Pengukuran Sasaran Kinerja Pegawai Rentang Score

Kinerja

Hasil Pengukuran Kinerja Individu

Simbol

401-500 Pencapaian Luar Biasa OS

301-400 Melampaui Harapan ER

201-300 Memenuhi Persyaratan MR

101-200 Perlu Pengembangan NI

0-100 Pencapaian Minimum MG

Sumber: Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) nomor 1504.K/DIR/2012

Sedangkan hasil pengukuran kompetensi individu diuraikan dalam tabel berkut: Tabel 1.5 Pengukuran Kompetensi Individu

Rentang Score Kompetensi

Hasil Pengukuran Kinerja Individu

Simbol

401-500 Kompetensi Sangat Istimewa KOM-1

31-400 Kompetensi Istimewa KOM-2

201-300 Kompetensi Rata-Rata KOM-3

0-200 Kompetensi Kurang Ditampilkan KOM-4

Sumber: Keputusan Direksi PT.PLN (Persero) nomor 1504.K/DIR/2012

Berdasarkan hasil kompilasi antara sasaran kinerja karyawan dan kompetensi individu, maka diperoleh hasil berupa nilai kinerja individu (NKI). Seperti tabel di bawah ini:

Tabel 1.6 Pengukuran Kinerja Individu Kompetensi

Individu

Sasaran Kinerja

MG NI MR ER OS

KOM-1 Sangat Potensial Luar

Biasa

KOM-2 Kandidat

Potensial

Potensial Optimal Sangat Optimal

(11)

11 KOM-3 Perlu Perhatian KOM-4 Sangat Perlu Perhatian Perlu Penyesuaian

Adapun nilai kinerja individu (NKI) yang diperoleh dari bagian adm. PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan banten periode 2012 s.d 2014 adalah seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.7 Tebel Penilaian Kinerja Karyawan Periode 2012 S/D 2014 Tahun P-4 P-3 P-2 P-1 Jumlah Karyawan

2012 132 108 4 - 244

2013 109 129 10 - 248

2014 121 125 12 2 260

Sumber: Bagian Adm SDM PT.PLN DJBB (Data Diolah)

Berdasarkan data diatas penilaian kinerja di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten meliputi P-1 (Sangat Optimal), P-2 (Sangat Potensial), P-3 (Optimal), dan P-4 (Potensial). Tabel 1.7 menunjukan bahwa kinerja karyawan pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten mengalami peningkatan sejak tahun 2012 hingga tahun 2014. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan kinerja karyawan ditahun sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah karyawan yang memiliki nilai kinerja P-1 (Sangat Optimal) dan P-2 (Sangat Potensial) di tahun 2014 hanya sebanyak 2 orang dibandingkan tahun sebelumnnya, karyawan yang memiliki kinerja P-3 (Optimal) menurun sebanyak 4 orang sedangkan karyawan yang memperoleh nilai kinerja terendah yakni P-4 (Potensial) bertambah sebanyak 12 orang seperti pada gambar dibawah ini:

(12)

12

Gambar 1.5 Grafik Penilaian Kinerja Karyawan Periode 2012 S/D 2014

Sumber: Adm.SDM PT.PLN DJBB (Data telah diolah)

Gambar diatas menunjukan bahwa kinerja karyawan pada PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten cukup baik, akan tetapi peningkatan kinerja karyawan tersebut masih dianggap kurang optimal karena di tahun 2014, PT.PLN (persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten tidak mencapai target utamanya dimana ditahun 2014, perusahaan menargetkan peningkatan omzet dengan memproyeksikan penambahan pelanggan sebesar 850.000 pelanggan (Sumber:http://bandung.bisnis.com, diakses 24 april 2015), akan tetapi perusahaan hanya mampu memperoleh pelanggan sebanyak 760.000 pelanggan. Hal ini berarti karyawan belum mampu memenuhi keseluruhan tugas yang dilimpahkan perusahaan. (Sumber:http://www.inilahkoran.com, diakses 24 april 2015).

Budaya organisasi berperan penting dalam mengatur perilaku karyawan dan membangun suasana kondusif dalam perusahaan, dan self- efficacy akan sangat mempengaruhi hasil dari tugas yang diserahkan karyawan pada perusahaan, sehingga kedua variabel tersebut akan berdampak pada optimal atau tidaknya kinerja sebuah perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lunenburg (2011), dimana diperoleh hasil yang menyatakan bahwa self-efficacy

mempengaruhi pemilihan tugas dan resistensi individu dalam mencapai tujuannya sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja dari individu tersebut. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Chasanah (2008) dan Yolandari (2011) yang menyatakan bahwa variabel budaya organisasi dan variabel self-efficacy memberi pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Budaya Organisasi dan

Self-132 109 121 108 129 125 4 0 10 0 12 2 0 100 200 2012 2013 2014

Nilai Kinerja Karyawan

(13)

13

Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten”.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten?

2) Bagaimana pengaruh self-efficacy terhadap kinerja karyawan di PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten?

3) Seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan self-efficacy terhadap kinerja karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja. Secara rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten..

2) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh self-efficacy terhadap kinerja karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten.

3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan self-efficacy terhadap kinerja karyawan PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten

.

1.5. Kegunaan Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penelitian sebelumnya dan teori-teori mengenai budaya organisasi, self-efficacy, dan kinerja karyawan, serta dapat menjadi referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya.

(14)

14 1.5.2. Manfaat Praktis

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan atau memperbaiki kinerja karyawan yang dinilai dari aspek budaya organisasi dan self-efficacy.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi yang terdapat dalam skripsi, maka penulisan skripsi disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan secara singkat mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Pada bab II ini akan diuraikan mengenai tujuan pustaka penelitian, kerangka penelitian, dan ruang lingkup penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel, populasi dan teknik sampling, jenis dan teknik pengumpulan data, narasumber, teknik analisis dan alur penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan diuraikan mengenai karakteristik responden, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, dan saran yang diberikan oleh penulis.

Gambar

Tabel 1.1 Area Pelayanan dan Pengatur Distribusi PT. PLN (Persero)  Distribusi Jawa Barat dan Banten
Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat  dan Banten
Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Budaya Organisasi  Indikator  Item  Skor
Gambar 1.3 Grafik Pengukuran Pelaksanaan  Budaya Organisasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL KARYAWAN TERHAD AP BUD AYA PERUSAHAAN D I KANTOR PUSAT PT TELEKOMUNIKASI IND ONESIA BAND UNG, JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia |

memperbaiki atau menyembuhkan kesulitan belajar yang dialami siswa. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Remedial.. Dalam pembelajaran remedial ada beberapa macam pendekatan yang..

Dari pada jenengan mikir dunia yang tidak ada habisnya lebih baik kulo panjenengan sedoyo banyak membaca istigfar karena didalam membaca istighfar kita akan lebih dekat

31 Distribusi pengedaran surat kabar Harian Jogja mulai dari wilayah Daerah Isitimewa Yogyakarta dan sekitarnya (Jawa Tengah) yang merupakan daerah perbatasan dengan

Gedung Keuangan Negara (GKN) Kupang Lantai IV, JI.. 1) Nilai koreksi Persediaan yang disajikan berupa selisih antara saldo awal setelah koreksi dan saldo awal

Understanding the indigenous low temperature-adapted bacteria (psychro- philic) and high pressure-adapted bacteria (barophilic) diversity has important implications for

Pada buku-buku pelajaran matematika di sekolah , khususnya Geometri, sering terjadi penyimbulan yang tidak konsisten, yakni symbol yang sama untuk objek yang berbeda,

So when a client sends data to the server, the server spawns a child process and a new port for that “connection.” Then the next time the client receives data from the server it