• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach) SKRIPSI VERAWATI AMBARITA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN

BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH

(

Pennisetum purpureum

Schummach)

SKRIPSI

VERAWATI AMBARITA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(2)

i RINGKASAN

Verawati Ambarita. D24070230. Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Asep Tata Permana, M. Sc.

Budidaya rumput gajah pada umumnya menggunakan bahan tanam vegetatif yaitu stek. Pengembangbiakan dengan cara generatif (biji) tidak dapat dilakukan karena infertil. Peternak ataupun produsen rumput gajah masih belum dapat mendistribusikan stek rumput gajah lebih dari satu minggu, karena sifatnya yang mudah rusak akibat faktor luar seperti mikroba dan fungi. Metode penyimpanan stek yang baik diperlukan agar stek memiliki daya simpan yang lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan dan alat yang dapat memperpanjang umur stek dan menentukan lama masa simpan yang terbaik untuk bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan ulangan 5 kali. Faktor A adalah perlakuan pengawetan berupa 4 jenis bahan atau alat pengawet yaitu cairan gula 2%, cairan lilin, silica gel dan refrigerator (4oC) dan faktor B adalah 5 tingkat lama penyimpanan 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Bahan yang digunakan adalah stek rumput gajah (Pennisetum

purpureum Schummach) sebanyak 625 potong stek. Peubah yang diukur adalah

keadaan umum stek, penyusutan bobot, awal pertumbuhan setelah tanam, daya tumbuh, dan tinggi vertikal.

Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi nyata (P<0,05) terhadap penyusutan bobot stek yang berpengaruh nyata antara penggunaan bahan pengawet dengan lama penyimpanan, interaksi terjadi pada bahan pengawet gula, silica gel, dan kontrol. Interaksi menunjukkan adanya titik perpotongan antara gula, silica gel, dan kontrol pada grafik dengan lama penyimpanan kurang lebih 13 hari. Titik potong tersebut menandakan penyimpanan maksimum bahan tanam stek yang diberi pengawet gula, silica gel, dan kontrol adalah kurang lebih 13 hari. Lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh, dimana lama penyimpanan 15 hari menunjukkan penurunan daya tumbuh yang signifikan dibandingkan lama penyimpanan yang lain. Lama penyimpanan dan bahan pengawet berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap tinggi vertikal, dimana lama penyimpanan 15 hari menunjukkan rataan penurunan tinggi vertikal yang signifikan dan rataan tinggi vertikal yang paling tinggi adalah pada saat menggunakan bahan pengawet lilin dan gula. Kesimpulan dari penelitian ini adalah daya simpan stek rumput gajah

(Pennisetum purpureum Schummach) dapat ditingkatkan dengan menggunakan

bahan pengawet gula, silica gel, lilin, dan refrigerator pada suhu 4oC selama 15 hari lama penyimpanan dan kualitas yang baik selama 15 hari masa simpan yaitu menggunakan alat refrigerator.

Kata kunci: Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach), stek, bahan pengawet, lama penyimpanan.

(3)

ii ABSTRACT

Evaluation of several Preservatives for Storage of Elephant Grass Cuttings (Pennisetum purpureum Schummach)

Verawati Ambarita, M. Agus Setiana and Asep Tata Permana

Raising elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach) generally use the cuttings vegetative planting material. Breeding by generative (seeds) can not be done because of infertility. Breeders or elephant grass cuttings manufactures still can not distribute more than a week, because it is easily damaged by external factors such as microbes and fungi. Therefor it is necessary that both storages methods cuttings that have a longer shelf life. The aim of this study was to determine the materials and tools that can extend the life of old cuttings and determine the shelf life is best for planting material cuttings of elephant grass.

Experimental design used was completely randomized design (CRD) factorial with repeated 5 times. A factor is a preservation treatment is 4 types of materials or equipment that is preservative 2% liquid sugar, liquid wax, silica gel, an refrigerator (4 oC) and factor B are 5 levels of storage time of 3, 6, 9, 12, and 15 days. The materials used are cutting grass counted 625 pieces of cuttings. The variables measured were the general state of cuttings, weight decrease, early growth after planting, growing power, and vertical height.

Results showed that the real interaction (P<0,05) the weight decrease significant cuttings between the used of preservatives with storage time, the interaction occurs in sugar preservatives, silica gel and control. the interaction showed a point of intersection between the sugar, silica gel and control over storage time chart at approximately 13 days. Intersection indicates that the maximum point of planting cuttings storage materials are given preservative sugar, silica gel, and control is about 13 days. Storage time significantly (P<0,05) the ability of grow, where teh storage time of 15 day showed a significant reduction in the growth of storage longer than others. Preservative retention and significantly (P<0,05) to the vertical height, where the storage time of 15 day showed higher average vertical drop significantly and the average height of the highest vertical is when using wax and sugar preservatives. The conclusion of this study is the shelf life cuttings of elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach) can be improved by using sugar preservatives, silica gel, wax, and refrigerator at 4 oC for 15 days storage time and quality is good for 15 days of shelf life that is using a refrigerator at 4 oC.

Keyword : Elephant grass (Pennisetum purpureum Schummach), cuttings, preservatives, long storage

(4)

iii UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN

BAHAN TANAM STEK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum Schummach)

VERAWATI AMBARITA D24070230

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

(5)

iv Judul : Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput

Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) Nama : Verawati Ambarita

NIM : D24070230

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. M. Agus Setiana, MS.) NIP. 19570824 198503 1 001

(Ir. Asep Tata Permana, M. Sc.) NIP. NIP 19640302 199103 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) NIP : 19670506 199103 1 001

(6)

v RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 27 Februari 1989. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Rasmal dan Ibu Asima Samosir.

Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 094133 Manik Rambung, pada tahun 1996-2001 kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama Swasta (SMPS) Perguruan Kristen Methodist Indonesia pada tahun 2001-2004

kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Pematangsiantar pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Organisasi Mahasiswa daerah IKANMASS (Ikatan Mahasiswa Siantar dan Sekitarnya) sebagai anggota (2007-2008). Kemudian penulis aktif di Komisi Kesenian UKM PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) sebagai divisi kesejahteraan (2008-2009) dan asisten agama Kristen Protestan (2009-2011) Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyusun skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Schummach), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan IPB. Penyusunan skripsi ini di bawah bimbingan Ir. M. Agus Setiana, MS dan Ir. Asep Tata Permana, M. Sc.

(7)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat dan kasihNya, sehingga penulis dapat melaksanakan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan konstribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan kemudahan dalam pengawetan stek rumput agar dapat disimpan dan dikirim dalam waktu yang lebih lama, sehingga mempermudah peternak mendapatkan hijauan yang berkualitas untuk ternak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan pengawet lain yang lebih mudah didapatkan dan pemberian perlakuan terhadap stek yang telah diawetkan agar dapat tumbuh lebih cepat dan seragam. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia peternakan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Tuhan yang akan membalasnya. Amin.

Bogor, April 2013

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN …... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

PRAKATA ……... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL …... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN …………... Latar Belakang ... Tujuan …... 1 1 2 TINJAUAN PUSTAKA ………

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach)………... Pembiakan dengan Stek …...………... Penyimpanan...………...……… Pengawetan...………... Mesin pendingin (refrigerator)……….……….. Gula... Lilin ……….………

Silica gel ….………

Mikroorganisme ………. Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen ……… Respirasi ………. Dormansi ……… 3 3 3 4 5 5 5 6 6 6 7 8 8 MATERI DAN METODE …...

Lokasi danWaktu ... Materi …... Metode …... Rancangan Percobaan ... 10 10 10 10 12

(9)

viii HASIL DAN PEMBAHASAN ……...

Keadaan Umum Bahan Tanam Stek………... Penyusutan Bobot Stek ……….. Awal Pertumbuhan Setelah Tanam ……… Daya Tumbuh Stek ………. Tinggi Vertikal ………...……… 14 14 18 20 22 25 KESIMPULAN DAN SARAN ……...

Kesimpulan ……... Saran …...

27 27 27 UCAPAN TERIMA KASIH ... 28 DAFTAR PUSTAKA ... 29 LAMPIRAN ... 31

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perubahan Warna, Bau dan Fisik dari Stek yang Disimpan

Menggunakan Gula,Lilin, Silica gel dan Refrigerator dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda...

15

2 Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan... 18 3 Awal Pertumbuhan Bahan Tanam Stek Setelah Tanam (Hari)... 21 4 Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama

Penyimpanan ………...…..………... 24 5 Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Stek dengan Penyimpanan Gula yang Ditumbuhi Cendawan dan

Mengalami Perubahan Warna pada Lama Penyimpanan 15 Hari... 16

2 Stek dengan Menggunakan Bahan Pengawet Silica gel... 17

3 Stek dengan Perlakuan Penyimpanan Refrigerator... 18

4 Grafik Interaksi Penyusutan Bobot... 19

5 Stek yang Sudah Mulai Tumbuh Kuncup Daun pada Tunas 2 Hari Setelah Tanam..……...…... 20

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot... 31

2 Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh... 31

3 Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal... 32

4 Bahan dan Alat Pengawet yang Digunakan... 32

5 Stek yang Ditumbuhi Cendawan dan Tidak Ditumbuhi Cendawan Setelah Penyimpanan... 33

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan pakan merupakan salah satu komponen penting sebagai sumber makanan utama bagi ternak ruminansia. Ketersediaan hijauan pakan sebagai sumber energi dan serat yang berkualitas sangat dibutuhkan ternak dalam mendukung produktivitasnya. Seiring meningkatnya populasi ternak, permintaan hijauan pakan sangat tinggi. Peningkatan permintaan akan hijauan yang berkualitas memerlukan ketersediaan hijauan di lapangan yang berkualitas. Beberapa hijauan yang biasa digunakan adalah rumput alam dan rumput budidaya.

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) merupakan rumput yang biasa ditanam oleh peternak karena produksinya tinggi dan berkualitas baik. Pemilihan bibit yang baik adalah salah satu strategi yang penting untuk mendukung ketersediaan akan hijauan makanan ternak. Rumput gajah merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas tinggi, disukai ternak, dapat hidup di berbagai tempat (0-3000 dpl), tahan kering dan produksinya tinggi dapat mencapai 250 ton/ha/tahun dengan kandungan gizi tinggi (McIlroy, 1976).

Pengembangbiakan rumput gajah umumnya menggunakan cara vegetatif yaitu menggunakan stek. Pengembangbiakan dengan bahan tanam stek merupakan pengembangbiakan yang efektif dan umum digunakan. Pengembangbiakan dengan cara generatif (biji) sangat jarang digunakan atau tidak umum digunakan pada rumput gajah karena infertil. Kendala yang dihadapi pada saat penyediaan dan penyebaran bahan tanam stek adalah sifatnya yang mudah rusak pada saat penyimpanan karena kegiatan fisiologis dan invasi mikroorganisme. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kandungan bahan organik pada stek terutama kandungan karbohidratnya. Karbohidrat merupakan bahan yang sangat dibutuhkan stek sebagai sumber energi bagi pertumbuhan tunas dan akar. Apabila kandungan karbohidrat teganggu maka pertumbuhan tunas dan akar akan terhambat bahkan dapat menyebabkan kematian pada stek (Wudianto, 2002).

Jangkauan distribusi stek yang membutuhkan waktu berhari-hari atau lebih dari satu minggu untuk mencapai tujuannya baik itu melalui darat, udara maupun laut. Adanya hal tersebut memerlukan upaya penanganan stek yang tepat untuk mempertahankan keutuhan bibit dengan kualitas baik dan mempertahankan daya

(14)

2 tumbuh selama penyimpanan. Bahan-bahan dan alat seperti lilin, gula, silica gel dan

refrigerator dapat digunakan sebagai sarana pengawetan bagi stek. Penggunaan

sarana pengawetan tersebut diharapkan dapat mengawetkan bahan tanam stek rumput gajah sehingga dapat membantu dalam hal penyebaran hijauan yang berkualitas tinggi ke daerah yang membutuhkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mencari beberapa teknik pengawetan untuk dapat mempertahankan umur bahan tanam stek rumput gajah (Pennisetum

(15)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach)

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schummach) merupakan keluarga rumput-rumputan (gramineae) bermanfaat sebagai pakan ternak pemamah biak (ruminansia) yang alami di daerah Asia Tenggara. Rumput gajah biasanya dipanen dengan cara membabat seluruh pohonnya untuk diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan untuk kerbau dan sapi. Rumput gajah merupakan jenis rumput unggul yang mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta disukai oleh ternak ruminansia. Nilai gizi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak ditentukan oleh zat-zat makanan yang terdapat didalamnya dan kecernaannya. Nilai gizi rumput gajah dipengaruhi oleh fase pertumbuhan pada saat pemotongan atau penggembalaan (McIlroy, 1976).

Produksi rumput gajah yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesenjangan produksi hijauan pakan pada musim hujan dan musim kemarau, dan untuk memanfaatkan kelebihan produksi tersebut pada fase pertumbuhan yang terbaik. Rumput gajah dapat ditanam dengan mudah dengan menggunakan stek batang dan penyebaran biji, namun pengembangbiakan dengan biji (generatif) tidak umum digunakan pada rumput gajah karena produksi dan daya tumbuhnya rendah (AAK, 1983). Menurut Wudianto (2002) batang yang digunakan untuk stek sebaiknya batang yang sudah cukup tua, yaitu yang telah berumur 3-4 bulan, warna batang kehijauan, panjang stek kira-kira 20-25 cm dan mengandung dua mata tunas.

Pembiakan dengan Stek

Umumnya pembiakan tanaman rumput gajah dilakukan dengan menggunakan stek. Kemampuan stek dalam pembentukan akar dipengaruhi oleh kedewasaan batang. Batang yang baik sebagai bahan stek berasal dari tanaman yang berumur sedang, karena batang yang terlalu tua sulit membentuk akar dan batang yang masih muda kurang baik untuk ditanam sebagai bibit sebab kandungan karbohidrat atau energi pertumbuhannya rendah (AAK, 1983). Dua faktor lainnya yang mempengaruhi keberhasilan stek adalah keseimbangan karbohidrat dan senyawa yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonium, dan asam amino yang dapat meningkatkan pertumbuhan akar, keberadaan batang stek yang mengandung nitrogen

(16)

4 dan karbohidrat yang tinggi akan mempercepat proses terbentuknya akar (Wudianto, 2002).

Keuntungan pengembangbiakan tanaman dengan menggunakan stek adalah dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dalam waktu yang relatif singkat. Penggunaan bahan tanam stek tidak terlalu rumit, selain itu sifat-sifat tanaman yang dihasilkan dengan bahan tanam stek serupa dengan induknya, sedangkan kerugian menggunakan bahan tanam stek adalah masalah transportasi karena stek bersifat

bulky (amba) dan stek mempunyai masa dormansi yang singkat (Rochman dan

Haryadi, 1973).

Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu usaha untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang disebabkan berbagai hal antara lain serangan hama seperti mikroorganisme, serangga, dan kerusakan fisiologis (Damayanthi dan Mudjajanto, 1995). Penyimpanan bahan tanam tanaman menurut Sutopo (2010), adalah untuk mempertahankan viabilitas bahan tanam pada saat disimpan dengan waktu semaksimal mungkin dengan tidak merusak bahan tanam dan masih memiliki energi yang cukup untuk tumbuh pada saat ditanam.Ketahanan suatu bahan tanam pada saat disimpan dicirikan oleh kemampuan bahan tanam tersebut untuk dapat tumbuh setelah mengalami masa simpan. Kemampuan bahan tanam untuk tumbuh atau memperlihatkan ciri pertumbuhan disebut viabilitas. Adapun tujuan dari penyimpanan adalah mempertahankan viabilitas maksimum bahan tanam dalam periode simpan selama mungkin dengan menghindari terjadinya kemunduran fisiologis.

Menurut Sutopo (2010), banyak faktor yang menyebabkan menurunnya viabilitas bahan tanam suatu tanaman selama penyimpanan antara lain adalah jenis dan sifat bahan tanam, viabilitas awal ketika disimpan, kandungan air, suhu, kelembaban nisbih ruang simpan, gas di sekitar bahan tanam, dan mikroorganisme. Penyimpanan perlu dilakukan karena tidak semua bahan tanam dapat segera digunakan pada usaha tani. Kelebihan produksi harus disimpan hingga musim tanam berikutnya, sehingga perlu meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit pada saat penyimpanan.

(17)

5 Pengawet

Mesin pendingin (refrigerator)

Mesin pendingin adalah alat umum rumah tangga yang terdiri dari termal terisolasi kompartemen dan pompa panas (mekanik, elektronik atau bahan kimia) yang mentransfer panas dari bagian dalam lemari es untuk lingkungan eksternal sehingga dalam kulkas didinginkan sampai suhu di bawah suhu ruangan. Penggunaan mesin pendingin adalah sebagai alat yang digunakan untuk menyimpan makanan yang bekerja untuk mengurangi tingkat reproduksi bakteri atau mengurangi tingkat pembusukan makanan. Sebuah mesin pendingin mempertahankan suhu beberapa derajat di atas titik beku air, kisaran suhu optimum untuk penyimpanan makanan tahan lama adalah 3-5 oC (37- 41 oF) (Wirakartakusumah, et al., 1989).

Gula (gula putih)

Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat. Umumnya karbohidrat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Oligosakarida adalah gula yang mengandung 2-10 gula sederhana (monosakarida) contohnya adalah sukrosa (gula meja) yang berasal dari molasis, sorgum, yang bersumber dari sari tebu dan beet (Budiyanto, 2002). Umumnya pengertian gula adalah karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut di dalam air.

Saat ini gula tidak hanya digunakan sebagai penambah rasa manis tetapi juga digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan juga tumbuhan. Tumbuhan pada saat pasca panen akan mengalami berkurangnya proses fotosintesis sehingga tanaman tersebut tidak dapat lagi memproduksi karbohidrat sedangkan konsumsi karbohidrat tetap berlangsung melalui proses respirasi. Bila cadangan karbohidrat tidak mencukupi maka tumbuhan misalnya bunga potong akan layu dan mati lebih dini dengan ciri-ciri daun menguning dari bawah sampai ke atas, daun rontok satu per satu, warna bunga memucat dan petalnya menjadi tipis atau kurus. Hal itu menyebabkan perlunya tambahan karbohidrat yang berupa gula (sukrosa). Bentuk molekul yang terdapat pada gula adalah yang paling efisien untuk tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman. Takaran gula yang digunakan adalah sebesar 1%-2% gula per satu liter air bersih (10-20 gram/liter) (Agribisnis Deptan, 2008).

(18)

6 Lilin

Lilin (wax) adalah ester yang berasal dari asam karboksilat berantai panjang dan monoalkohol berantai panjang. Umumnya lilin alami ini berasal dari asam dan alkohol, masing-masing dengan panjang rantai C12 sampai C34. Lilin biasanya digunakan sebagai bahan pengawet buah. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, dan menghambat laju respirasi. Pelapisan lilin dengan kepekatan dan ketebalan yang sesuai dapat menghindarkan keadaan aerobik pada buah dan memberikan perlindungan yang diperlukan terhadap luka dan goresan terhadap buah (Pantastico, 1986). Lilin ditemukan baik pada tanaman maupun pada hewan. Lilin pada tanaman dijumpai pada permukaan daun dan batangnya yang berfungsi untuk melindungi tanaman itu dari penguapan atau serangan serangga. (Agribisnis Deptan, 2008).

Silica gel

Silica gel adalah bentuk lain dari silikon dioksida yang dibuat secara sintetis

ke dalam bentuk butiran. Strukturnya yang berongga besar menyebabkan silica gel memiliki permukaan yang sangat luas sehingga dapat menyerap air dan gas dengan mudah (Geejay, 2012). Silica gel memiliki sifat higroskopis yaitu mampu menyerap molekul air dari lingkungannya baik melalui absorpsi maupun adsorpsi, karena silica gel memiliki efisiensi penyangga (buffer) yang baik yang mampu mengurangi laju perubahan kelembaban dari suatu objek sehingga mengurangi resiko kerusakan (Weintraub, 2011).

Mikroorganisme

Mikroorganisme adalah organisme yang memiliki ukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Mikroorganisme hampir dapat hidup disemua tempat baik di air, tanah, udara, maupun di tempat lainnya dan mampu bertahan pada berbagai lingkungan baik pada suhu, tekanan, pH, tingkat osmosis (larutan gula dan larutan garam), serta kadar air yang ekstrim. Mikroorganisme penyebab kerusakan makanan adalah bakteri, jamur dan khamir (Adawyah, 2007). Mikroorganisme dapat masuk melalui kerusakan pada kulit benih sehingga mempermudah kerusakan benih pada saat benih disimpan. Pertumbuhan mikroorganisme, benih yang disimpan pada udara dengan kelembaban yang sangat tinggi dan respirasi yang terjadi pada benih dapat

(19)

7 mempengaruhi perubahan berat benih karena terjadi perubahan kadar air pada benih (Kuswanto, 2003).

Cendawan adalah salah satu mikroorganisme yang dapat merusak bahan hasil pertanian pada saat disimpan (Imdad dan Nawangsih, 1999). Cendawan berkembang biak dengan spora tetapi tidak memiliki klorofil, menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, dan tidak bergerak tetapi tidak mempunyai batang, akar, daun dan sistem pembuluh. Umumnya cendawan berbentuk benang (hifa) yang tebalnya antara 0,5-100 mikron atau lebih dan tubuhnya dinamakan miselium. Cendawan tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis. Cendawan memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup lain baik yang masih hidup maupun yang telah mati untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Cendawan bersifat heterotrof yaitu memerlukan zat-zat organik yang tersedia sebagai sumber energi, yakni zat organik yang disediakan oleh tumbuhan otorotrof yang mampu berfotosintesis. Cendawan dapat merugikan tanaman karena menghambat pengangkutan zat cair dan garam mineral sehingga mengganggu proses dan pengangkutan hasil fotosintesis. Cendawan juga dapat merusak akar, batang, daun, bunga pada saat ditanam dan penyimpanan (Askari, 2012).

Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen

Karbohidrat dan nitrogen merupakan zat yang penting untuk pertumbuhan stek tanaman, oleh sebab itu ketersediaannya harus dipertahankan di dalam stek. Pengendalian faktor kehilangan dari karbohidrat dan nitrogen perlu dilakukan terutama pada saat penyimpanan (Edi, 2001). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini terbukti adanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar. Karbohidrat yang disimpan oleh sebagian besar tumbuhan adalah pati. Pati disimpan oleh tumbuhan tahunan yaitu sebelum dan selama masa dormansi, dan digunakan kembali untuk pertumbuhan pada musim berikutnya. Pati disimpan dalam bentuk butiran yang tidak mudah larut dalam air. Pati disimpan pada musim dingin dan digunakan lagi pada pertumbuhan musim semi berikutnya (Salisbury dan Ross, 1992a). Penyimpanan benih, kebutuhan CO2 dan nitrogen diperlukan pada kemasan benih agar dapat menghambat laju respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam benih menjadi lambat dan laju deteriorasi ikut menjadi lambat. Menurut Sadjad et al. (1999), deteriorasi adalah

(20)

8 kemunduran viabilitas bahan tanam yang disebabkan oleh faktor alami baik pada saat penyimpanan maupun dalam lingkungan produksi. Laju deteriorasi berjalan cepat apabila penyimpanan benih di dalam suhu yang tinggi sehingga umur daya simpan benih menjadi pendek (Kuswanto, 2003).

Respirasi

Stek atau produk vegetatif lainnya dalam penyimpanan biasanya melakukan aktivitas fisiologis yaitu proses pernafasan atau respirasi. Respirasi adalah suatu proses pelepasan energi kimia molekul-molekul organik di dalam mitokondria. Menurut Salisbury dan Ross (1992b),bahwa salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi biokimiawi respirasi adalah kandungan substrat. Tumbuhan yang kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah maka laju respirasi juga rendah. Faktor luar yang berpengaruh terhadap respirasi adalah suhu, konsentrasi O2 (oksigen), pelukaan (infeksi), cahaya, keadaaan protoplasma dan hidrasi jaringan (Salisbury dan Ross 1992b). Selain itu Janick (1972), meyatakan bahwa peningkatan respirasi sangat dipengaruhi oleh suhu dan respirasi akan meningkat pada saat suhu tinggi, dan menurun pada saat suhu rendah. Gula penting keberadaannya dalam proses respirasi karena dalam proses ini terjadi perombakan gula dalam tanaman yang kemudian bereaksi dengan oksigen menghasilkan air, karbondioaksida dan energi.

Dormansi

Dormansi adalah laju pertumbuhan tanaman rendah, karena aktivitas metaboliknya rendah dimana daun dan tunas tetap tumbuh tetapi pertumbuhannya lambat yang biasanya disebabkan oleh suhu yang rendah. Umumnya pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu, pada saat tanaman berada pada suhu optimum maka tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, pada saat tanaman berada pada suhu dibawah suhu minimun maka laju pertumbuhan tidak baik (Salisbury dan Ross, 1992b). Penyimpanan dapat mempengaruhi terjadinya dormansi pada beberapa keadaan dan dorman pada bibit tanaman dapat menghilang apabila disimpan selama beberapa bulan pada kondisi suhu dan kelembaban nisbih lingkungan terkendali, dimana suhu berada diatas suhu titik beku (Justice dan Bass, 2002). Dorman benih dapat berlangsung selama beberapa hari, musim bahkan sampai beberapa tahun tergantung jenis tanaman dan tipe dari dormansinya.

(21)

9 Pertumbuhan benih tidak akan terjadi sebelum melalui masa dormansi, atau dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai suatu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi (Sutopo, 2010).

(22)

10 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April hingga Mei 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium Lapang Agrostologi, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Dramaga, Bogor.

Materi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah stek rumput gajah

(Pennisetum purpureum Schummach) yang berumur 4 bulan, dengan panjang stek

antara 20-25 cm atau dua buku satu ruas. Stek diambil dari tanaman dengan kondisi induk seragam diperoleh dari kebun Laboratorium Lapang Agrostologi sebanyak 625 stek. Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan gula 2%, lilin cair, silica gel, dan pupuk. Alat yang digunakan yaitu: refrigerator (suhu 4 oC), karung, tali, polybag, dan cangkul.

Metode Persiapan Stek dan Bahan Penyimpanan Stek

Bahan tanam (stek) rumput gajah diambil dari rumpun yang umurnya 3-4 bulan. Panjang stek diperkirakan antara 20-25 cm. Stek terdiri dari satu ruas dua buku. Setelah stek sudah tersedia, kemudian stek diawetkan dengan cara:

1. Pencelupan lilin

Kedua ujung dari stek sepanjang 1,5 cm dicelupkan ke dalam lilin yang telah dicairkan pada suhu kurang lebih 50-60 oC yang sudah terlebih dahulu dicairkan pada 100 oC. Setelah itu stek didiamkan hingga lilin memadat, kemudian stek-stek yang sudah diberi lilin diatur untuk dimasukkan ke dalam karung dan karung diikat dengan rapat.

2. Pencelupan cairan gula

Pencelupan stek pada cairan gula menggunakan konsentrasi 2% (20 g gula/100 ml air). Satu per satu kedua ujung stek sekitar 1,5 cm direndam di dalam cairan gula selama 30 menit. Kemudian stek ditiriskan hingga tidak ada cairan gula yang menetes. Setelah semua stek dicelupkan ke dalam cairan gula, dimasukkan ke dalam karung dan karung diikat dengan rapat.

(23)

11 Stek yang sudah siap diawetkan, ditimbang bobotnya satu persatu. Setelah itu stek tersebut diatur rapi di dalam karung dan dimasukkan silica gel 30 g dalam kemasan berpori. Kemudian karung tersebut diikat dengan rapat. 4. Penggunaan refrigerator (suhu 4 oC)

Mesin pendingin yang telah disediakan, diatur suhunya menjadi 4 ºC. Stek yang sudah disediakan ditimbang bobotnya masing-masing, setelah itu stek dimasukkan ke dalam karung dan karung tersebut diikat dengan tali hingga rapat, kemudian dimasukkan ke dalam refrigerator.

Penyimpanan

Penyimpanan bahan tanam stek dilakukan selama 15 hari. Lama penyimpanan pada setiap perlakuan pengawetan dibagi menjadi 5 yaitu lama penyimpanan 3, 6, 9, 12, dan 15 hari.

Penanaman

Stek yang telah diamati keadaan umumnya dan dicatat bobotnya, ditanam pada polybag yang telah diisi tanah yang diberi pupuk kandang, KCl, dan SP36. Pupuk kandang 10 g/polybag, KCl 2 g/polybag dan SP36 2 g/polybag. Stek ditanam dengan kemiringan ±45º. Stek yang diberi bahan pengawet lilin sebelum ditanam lilin tersebut dikikis terlebih dahulu. Stek disiram setiap hari dan dilakukan penyiangan apabila terdapat gulma.

Peubah yang diamati a. Keadaan umum stek

Keadaan umun stek diamati setelah penyimpanan selama 15 hari. Stek diamati pada setiap lama penyimpanan 3, 6, 9, 12, dan 15 hari. Keadaan umum diamati antara lain perubahan warna, bau, fisik (tumbuhnya cendawan) dan tekstur (keriput) dari stek setelah diberi perlakuan penyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet.

b. Penyusutan bobot stek

Bobot stek ditimbang sebelum diberi perlakuan penyimpanan dan sesudah penyimpanan, kemudian dihitung selisih bobot stek dengan rumus :

(24)

12 c. Awal pertumbuhan setelah tanam

Diamati dan dicatat munculnya tunas dan daun awal setelah penanaman stek (setiap 2 hari hingga hari ke-14).

d. Daya tumbuh

Keadaan umum dilihat jumlah stek yang tumbuh setelah ditanam. Pertumbuhan dilihat setelah muncul dua daun. Kemudian diamati lamanya tanaman tumbuh (muncul dua daun) pada bahan tanam stek dalam setiap perlakuan.

e. Tinggi vertikal

Tinggi vertikal stek diukur setelah 2 minggu pengamatan 15 Hari setelah Tanam (HST).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan pengulangan 5 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 5 stek. Faktor A adalah perlakuan bahan/alat pengawet dan faktor B adalah lama penyimpanan.

Faktor A = Perlakuan bahan pengawet

A0 = Penyimpanan tanpa bahan pengawet (kontrol) A1 = Penyimpanan dengan cairan gula

A2 = Penyimpanan dengan cairan lilin A3 = Penyimpanan dengan silika gel

A4 = Penyimpanan dengan mesin pendingin (refrigerator) Faktor B = Lama penyimpanan stek

B1 = Stek disimpan selama 3 hari B2 = Stek disimpan selama 6 hari B3 = Stek disimpan selama 9 hari B4 = Stek disimpan selama 12 hari B5 = Stek disimpan selama 15 hari Model

Model matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu : Yijk = µ + ai + bj + (ab)ij + eijk

(25)

13 Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan untuk perlakuan bahan pengawet (A0,…,A5) ke-i perlakuan lama penyimpanan (B1,…,B5) ke-j dan ulangan k

µ = rataan umum

ai = pengaruh perlakuan A ke-i bj = pengaruh perlakuan B ke-j

(ab)ij = pengaruh interaksi bahan pengawet ke-i dan lama penyimpanan ke-j eijk = galat faktor A ke-i, faktor B ke-j dan ulangan ke-k

Analisa data :

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan uji duncan.

(26)

14 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Bahan Tanam Stek

Pengamatan yang dilakukan terhadap bahan tanam stek setelah penyimpanan meliputi keadaan fisiologis, kualitas, dan daya tumbuh bahan tanam stek tersebut. Adapun keadaan fisiologis yang diamati yaitu meliputi warna, fisik (cendawan), bau, tekstur (keriput). Menurut Budiyanto (2002), bahan pangan diawetkan bertujuan untuk menjaga tekstur, rasa, aroma atau bau dan warna sehingga kualitasnya terjaga. Pengamatan bau stek menunjukkan bahwa stek yang berbau busuk mengindikasikan adanya kontaminasi mikroorganisme, sedangkan pengamatan tekstur bertujuan untuk mengetahui kadar air selama penyimpanan adanya perubahan tekstur pada stek. Berdasarkan hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa ada perubahan warna, bau, fisik dan tekstur terhadap bahan tanam stek setelah diberi perlakuan. Perlakuan yang dilakukan adalah pengawetan dengan menggunakan bahan pengawet lilin, silica gel, cairan gula, dan refrigerator pada suhu 4 oC dengan lama penyimpanan yang berbeda. Pengamatan perubahan warna, bau, dan fisik tersaji pada Tabel 1.

Lilin

Stek dengan perlakuan menggunakan pengawet lilin sudah mulai mengalami perubahan warna, bau, dan tekstur pada saat penyimpanan. Perubahan warna, bau, tekstur terjadi karena lapisan lilin yang menutupi pori-pori pada stek tersebut rentan terkontaminasi oleh mikroorganisme. Pengamatan bagian tekstur tidak terlihat adanya penyusutan meskipun bobotnya turun, hal ini disebabkan karena penurunan bobot stek tidak terlalu banyak. Perubahan warna, bau, dan fisik dapat dilihat pada Tabel 1. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah adalah dengan melapisi buah dengan lilin. Permukaan buah yang dilapisi oleh lilin dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi (Suhaidi, 2008).

(27)

15 Tabel 1. Perubahan Warna, Bau, Fisik (Cendawan), dan Tekstur dari Stek yang

Disimpan dengan Menggunakan Gula, Lilin, Silica gel dan Refrigerator dengan Lama Penyimpanan yang Berbeda.

Perlakuan Lama penyimpanan (hari)

3 6 9 12 15 Kontrol Warna - + + + + + + + + + + Bau - + + + + + + + + + + Fisik (cendawan) + + + + + + + + + + + Tekstur (keriput) - + + + + + + + + + + Lilin Warna - + + + + + + + + Bau - - + + + + + + Fisik (cendawan) + + + + + + + + + Tekstur (keriput) - - - - - Silica gel Warna - + + + + + + + + Bau - + + + + + + + + + + Fisik (cendawan) + + + + + + + + + + + + + Tekstur (keriput) - - + + + + + + + + Refrigerator Warna - - - - - Bau - - - - - Fisik (cendawan) - - - - - Tekstur (keriput) - - - - - Gula Warna - + + + + + + + + + + Bau - - + + + + + + Fisik (cendawan) + + + + + + + + + + + Tekstur (keriput) - - + + + + + + + +

Keterangan : Tanda (-) : belum ada perubahan, (+) : sudah terjadi perubahan dan semakin

banyak tanda (+) maka perubahan yang terjadi semakin meningkat.

Silica gel

Perubahan warna, bau, fisik (cendawan) dan tekstur pada saat penyimpanan dengan menggunakan silica gel dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan warna yang terjadi pada stek yang diberi bahan pengawet silica gel adalah warna stek menjadi kuning kecoklatan, tumbuh cendawan dan terjadi penyusutan pada tekstur stek (keriput). Hal ini diduga karena kurang banyaknya jumlah silica gel yang digunakan

(28)

16 sehingga kurang dapat menyerap air yang dapat menyebabkan kebusukan dan kelembaban sehingga mempermudah tumbuhnya cendawan. Gambar 1 dapat dilihat stek yang mengalami perubahan warna dan fisik (cendawan) pada saat disimpan dengan menggunakan silica gel, kode A pada gambar menunjukkan perubahan fisik dengan banyaknya cendawan yang tumbuh pada stek dan kode B pada gambar menunjukkan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan. Penyimpanan yang paling banyak mengalami kontaminasi mikroorganisme adalah pada saat penggunaan bahan pengawet silica gel dan pada kontrol.

Gambar 1. Stek dengan Menggunakan Bahan Pengawet Silica gel.

Refrigerator

Pengamatan untuk pengawetan yang disimpan di dalam refrigerator dengan suhu 4oC tidak menunjukkan adanya perubahan warna, tumbuh cendawan, tekstur dan bau selama penyimpanan 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Kondisi ini diindikasikan dengan warna, bau dan tekstur stek masih tetap terjaga sama sebelum stek mendapatkan perlakuan.

Pengawetan yang baik dalam penelitian ini yaitu perlakuan dengan menggunakan refrigerator dan lilin. Pengawet lilin dapat diketahui dengan melihat keadaan stek yang pada umumnya tidak terlalu banyak terkontaminasi oleh mikroorganisme. Hal ini ditunjukkan dengan stek yang dilapisi oleh lilin dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi. Pengawetan yang disimpan di dalam refrigerator dengan suhu 4 oC aktivitas mikroba terhambat, sehingga tidak ada stek yang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Menurut Thalib dan Widiawati (2010), penyimpanan pada suhu dingin menyebabkan aktivitas mikroba akan semakin melemah. Sehingga kondisi stek dengan penyimpanan pada refrigerator dan lilin memiliki warna,

A

(29)

17 tekstur, dan baunya masih segar seperti pada saat diambil dari kebun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. kode A pada gambar menunjukkan tidak ada perubahan fisik yang diindikasikan dengan tidak adanya tumbuh cendawan pada stek dan kode B pada gambar menunjukkan tidak ada perubahan warna karena warna stek tetap hijau.

Gambar 2. Stek dengan Perlakuan Penyimpanan pada Refrigerator Gula

Stek yang mendapat perlakuan peyimpanan dengan bahan pengawet gula mengalami perubahan warna, bau, fisik (tumbuh cendawan), dan tekstur (keriput) dapat dilihat pada Tabel 1. Perubahan ini disebabkan oleh mikroorganisme yang menjadikan gula sebagai sumber nutrisinya, sehingga nutrisi yang terkandung di dalam gula tidak terserap semua oleh stek tersebut, stek yang kekurangan nutrisi atau karbohidrat akan mengalami perubahan warna dan kekeringan (Agribisnis Deptan, 2008). Menurut Suwijah (2011), untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan karbon dan nitrogen, dimana kebutuhan akan karbon dapat diperoleh dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya adalah sukrosa, glukosa, fruktosa, dan lain-lain. Selain mikroorganisme banyak faktor yang menyebabkan menurunnya viabilitas benih tanaman selama penyimpanan antara lain adalah viabilitas awal ketika disimpan, kadar air bibit, wadah simpan, dan kelembaban nisbih ruang simpan (Sutopo, 2010). Pengujian bau stek dapat dilakukan dengan menggunakan indera penciuman. Stek dengan penyimpanan 9-15 hari sangat tercium dengan jelas bau busuk atau bau dengan khas cendawan yang menandakan bahwa stek tersebut telah terkontaminasi oleh cendawan. Pengamatan terhadap tekstur dapat dilihat dari kondisi fisik stek yang mengalami kekeringan (keriput). Perubahan warna dan bentuk fisik stek pada saat penyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet gula dapat dilihat pada Gambar 3, tanda panah pada gambar menunjukkan stek yang ditumbuhi cendawan setelah mengalami lama penyimpanan selama 15 hari.

B

(30)

18 Gambar 3. Stek yang Ditumbuhi oleh Cendawan (Ditunjukkan oleh Tanda

Panah)

Penyusutan Bobot Stek

Bobot stek yang mengalami penyusutan setelah penyimpanan dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara bobot stek awal sebelum dilakukan penyimpanan dengan bobot stek setelah penyimpanan. Perhitungan selisih bobot dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan terhadap bobot stek.

Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan Bahan

pengawet

Lama penyimpanan (hari)

3 6 9 12 15 Kontrol 2,76±2,18c 4,24±0,99c 6,04±1,34b 6,36±0,95b 8,68±1,91a Lilin 1,32±0,27d 3,56±0,50c 4,84±1,35c 4,32±0,46c 6,16±1,19b Silica gel 2,28±0,52c 4,40±0,58c 6,72±1,91b 5,48±0,94c 9,56±2,58a Refrigerator 0,84±0,55d 1,48±0,44d 2,80±0,98c 2,20±0,62d 2,76±1,32c Gula 2,12±0,81c 5,48±1,97c 7,24±2,70b 6,24±1,51b 7,76±1,77a

Keterangan : Superskrip pada kolom dan baris menunjukkan interaksi yang berpengaruh nyata pada (P<0,05) antara perlakuan lama penyimpanan dengan penggunaan bahan pengawet terhadap penyusutan bobot stek. Penyusutan bobot terbesar ditandai dengan huruf a dan penyusutan bobot terkecil ditandai dengan huruf d.

Data pada Tabel 2 menunjukkan adanya interaksi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap perlakuan lama hari penyimpanan dengan penggunaan bahan pengawet. Interaksi terjadi antara kontrol, gula dan silica gel, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4, grafik menunjukkan adanya titik perpotongan antara kontrol, gula dan silica gel pada lama hari penyimpanan kurang lebih 13 hari. Titik potong tersebut menandakan bahwa penyimpanan optimum pada kontrol dan stek yang diberi bahan pengawet gula dan silica gel adalah kurang lebih 13 hari.

(31)

19 Gambar 4. Grafik Interaksi Penyusutan Bobot Stek

Rataan penyusutan bobot stek pada setiap perlakuan yang disimpan di dalam

refrigerator pada suhu 4 oC lebih rendah dibandingkan dengan bahan pengawet yang

lain. Dapat dilihat pada kolom bahwa rataan penyusutan bobot terkecil adalah penyimpanan pada suhu 4 oC. Hal ini disebabkan karena aktivitas hormon terhambat selama penyimpanan dengan suhu dingin (4 oC), sehingga laju respirasi menurun. Menurut Yunarti (2008), aktivitas tumbuh hormon semakin menurun sehingga bobot pada saat sebelum dan sesudah penyimpanan tidak berbeda jauh. Kecilnya presentasi penyusutan menunjukkan bahwa penyimpanan pada refrigerator lebih baik digunakan dibandingkan perlakuan yang lain.

Stek yang paling banyak mengalami penyusutan bobot adalah peyimpanan dengan menggunakan bahan pengawet gula dan silica gel. Hal ini disebabkan karena banyaknya stek yang ditumbuhi oleh cendawan sehingga cadangan makanan pada pati di dalam stek berkurang dan menyebabkan penyusutan bobot pada stek. Mikroorganisme dapat masuk melalui kerusakan pada kulit benih sehingga mempermudah dalam merusak benih pada saat disimpan. Sehingga untuk semua perlakuan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi lama penyimpanan maka penyusutan bobot stek juga semakin tinggi. Penyimpanan dengan gula dan silica gel jika dibandingkan dengan kontrol masih lebih baik, karena penyusutan bobot stek

0 2 4 6 8 10 12 3 6 9 12 15 se li si h P en y us ut a n B o b o t (g)

Lama Penyimpanan (Hari)

Grafik Penyusutan Bobot Stek (g)

Kontrol Lilin Silica gel Refrigerator Gula

(32)

20 pada kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan stek yang diberi perlakuan pengawetan. Sehingga masih lebih baik menggunakan bahan pengawet.

Awal Pertumbuhan Setelah Tanam

Pertumbuhan awal bahan tanam stek dapat diketahui dengan pertumbuhan tunas pada ruas stek dengan tumbuhnya kuncup daun 2 hari setelah tanam. Hal ini mengidentifikasikan bahwa benih stek tersebut memiliki daya tumbuh yang baik. Stek dengan perlakuan menggunakan bahan pengawet gula, silica gel, lilin sudah mulai tumbuh tunas 2 hari setelah penanaman yang diidentifikasikan dengan tumbuhnya tunas atau kuncup daun pada bahan tanam stek, dapat dilihat pada gambar 4, tanda panah menunjukkan kuncup daun pada tunas stek 2 hari setelah tanam.

Gambar 5. Kuncup Daun pada Tunas Stek 2 Hari Setelah Tanam (Ditunjukkan oleh Tanda Panah)

Perlakuan dengan menggunakan bahan pengawet lilin yang disimpan selama 12 dan 15 hari, sebagian stek sudah mulai tumbuh tunas sebelum ditanam, hal ini disebabkan karena cadangan makanan pada stek tersebut masih tersedia sehingga pada saat penyimpanan kuncup daun pada tunas sudah mulai tumbuh. Maka pada saat penanaman stek menjadi semakin cepat tumbuh. Menurut Salisbury dan Ross (1992a). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini terbuktiadanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar.

Daya tumbuh stek yang baik ditunjukkan dengan tumbuhnya kuncup daun pada tunas stek yang terletak di ruas stek dan berwarna hijau segar. Tumbuhnya tunas-tunas yang baru disebabkan karena pangkal stek mengandung karbohidrat dan nitrogen yang lebih banyak daripada bagian ujung stek sehingga dapat mempercepat proses inisiasi. Proses inisiasi stek yang cepat membuat stek cenderung resisten

(33)

21 terhadap penyakit yang menyerangnya sehingga peresentase hidup stek menjadi lebih tinggi (Meilawati, 2008).

Tabel 3. Awal Pertumbuhan Bahan Tanam Stek Setelah Tanam Bahan

pengawet

Awal pertumbuhan setelah tanam (hari)

2 4 6 8 10 12 14 Kontrol + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Lilin + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Silca gel + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Refrigerator - + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Gula + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +

Keterangan : (-):belum ada pertubuhan, (+) : sudah terjadi pertumbuhan tunas dan semakin banyak tanda (+) maka pertumbuhan yang terjadi semakin meningkat.

Tabel 3 menunjukkan penyimpanan stek di dalam refrigerator dengan suhu 4 oC memiliki pertumbuhan awal yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan yang lain, karena pada saat stek disimpan pada suhu dingin maka aktivitas hormon pertumbuhan yang ada di dalam stek terhambat, maka stek membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan yang semakin lambat akibat disimpan pada suhu dingin. Suhu tumbuh normal dibutuhkan untuk mengaktifkan hormon pertumbuhan tersebut. Menurut Salisbury dan Ross (1992b), umumnya pertumbuhan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh suhu, saat tanaman berada pada suhu optimum maka tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik, tetapi pada saat tanaman berada pada suhu di bawah suhu minimun maka laju pertumbuhannya tidak baik.

Stek dengan perlakuan penyimpanan menggunakan bahan pengawet silica gel Pertumbuhan yang paling lambat terdapat pada stek yang disimpan selama 12 dan 15 hari karena sudah banyak stek yang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Tumbuhnya cendawan yang mengambil cadangan makanan di dalam batang stek menyebabkan pertumbuhan stek menjadi lambat. Hartman et al. (1997), menyatakan bahwa serangan cendawan pada stek dapat langsung menurunkan daya tumbuh dan kemampuan stek untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Menurut Edi (2001), kecepatan tumbuh stek yang semakin menurun dikarenakan cadangan karbohidrat yang diperlukan untuk energi oleh stek saat pertumbuhan tunas semakin berkurang, baik akibat respirasi ataupun fermentasi yang dilakukan oleh stek untuk mempertahankan jaringan maupun fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau cendawan yang terdapat pada stek.

(34)

22 Stek dengan pengawet gula yang disimpan selama 3, 6, 9, 12 dan15 sudah terlihat pertumbuhan tunas 2 hari setelah tanam dan tumbuh dua daun sempurna pada hari ke 6 setelah penanaman. Hal ini disebabkan karena cadangan makanan yang dibutuhkan selama penyimpanan masih tersedia, sehingga saat penanaman stek lebih cepat tumbuh. Napitupulu (2006)menyatakan bahwa cadangan makanan yang cukup mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit.

Daya Tumbuh Stek

Pengamatan daya tumbuh bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yaitu penggunaan bahan pengawet dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan bahan tanam stek. Hasil pengamatan yang diperoleh diketahui bahwa perlakuan yang paling efektif untuk pengawetan dan penyimpanan bahan tanam stek, sehingga mempermudah stek pada saat pendistribusian pada usaha penjualan stek rumput gajah.

Stek yang diawetkan dengan bahan pengawet lilin yang disimpan selama 3, 6, 9, 12, dan 15 hari sudah mulai tumbuh tunas atau kuncup daun 2 hari setelah penanaman. Hal ini disebabkan karena masih tersedianya cadangan makanan sehingga dapat mempercepat tumbuhnya tunas. Bahan makanan masih tersedia karena pengolesan lilin menghambat stek terkontaminasi dengan mikroorganisme dari luar yang dapat mengambil bahan makanan stek tersebut. Penyimpanan selama 3 hari cadangan makanan masih banyak tersedia, sedangkan cadangan makanan yang paling banyak berkurang adalah pada penyimpanan 15 hari. Hal ini berpengaruh terhadap daya tumbuh tumbuh stek dimana semakin lama penyimpanan maka daya tumbuh stek mengalami penurunan karena stek telah kehabisan cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek adalah keseimbangan karbohidrat dan senyawa yang mengandung nitrogen (Rochman dan Haryadi, 1972). Daya tumbuh rumput gajah

(Pennisetum purpureum) memang relatif lebih cepat, dua daun sudah tumbuh

sempurna pada saat 15 hari penanaman dibandingkan rumput lain pada penelitian (Saputri, 2012), yaitu pengawetan bahan tanam stek rumput meksiko, rumput mengalami pertumbuhan dua daun sempurna lebih dari 15 hari setelah tanam.

(35)

23 Stek yang mati lebih sedikit dengan menggunakan bahan pengawet gula dibandingkan dengan menggunakan lilin, silica gel, dan di dalam suhu 4 oC. Hal ini disebabkan karena gula merupakan sumber makanan bagi stek, sehingga cadangan makanan pada pada stek masih tersedia yang meyebabkan stek tersebut tidak cepat mati dan daya tumbuhnya cepat. Gula merupakan salah satu sumber karbohidrat bagi tanaman, bentuk molekul yang terdapat pada gula yang yang paling efisien untuk tanaman dan mudah ditransportasikan dalam sel-sel tanaman (Agribisnis Deptan, 2008).

Penyimpanan di dalam refrigerator dengan suhu 4 oC, tunas tumbuh setelah 4 hari penanaman. Daya tumbuh stek yang diawetkan pada suhu 4 oC lebih lambat pertumbuhan tunasnya dibandingkan dengan perlakuan dengan bahan pengawet yang lain. Hal ini terjadi karena suhu yang dingin menyebabkan hormon pertumbuhan yang ada di dalam stek tidak aktif atau lambat dan stek memerlukan adaptasi pada suhu ruang untuk mengaktifkan kembali hormon pertumbuhannya. Perbedaan waktu tumbuh kuncup daun pertama pada perlakuan ini disebabkan karena stek memerlukan masa adaptasi setelah dormansi. Menurut Sallisbury dan Ross (1992b), kekurangan air dan rendahnya suhu merupakan faktor pendorong terjadinya dormansi pada tanaman. Pengamatan pada keseluruhan perlakuan pada 2 minggu setelah penanaman keseluruhan stek sudah tumbuh sempurna, pada saat stek sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat penanaman stek. Peningkatan daya tumbuh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama Penyimpanan

Bahan Pengawet

Lama penyimpanan (hari)

Rata – rata 3 6 9 12 15 Kontrol 76± 0,26 100±0,00 96± 0,09 92±0,11 76±0,26 88±0,11 Lilin 100±0,00 96±0,09 92± 0,18 96±0,09 84±0,17 94±0,06 Silica gel 92±0,11 100±0,00 88± 0,11 96±0,09 60±0,32 87±0,16 Refrigerator 100±0,00 96±0,09 84± 0,17 92±0,11 88±0,11 92±0,06 Gula 100±0,00 100±0,00 100±0,00 96±0,09 84±0,09 96±0,07 Rata – rata 94±0,16A 98±0,07A 92±0,11A 94±0,06A 78±0,04B

Keterangan : superskrip pada baris menunjukkan pengaruh nyata pada (P<0,05)

Tabel 4 dapat dilihat bahwa pengawetan dan lama penyimpanan tidak memiliki interaksi yang berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh stek

(36)

24 rumput gajah. Lama simpan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya tumbuh stek setelah disimpan dengan lama 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Penyimpanan selama 3, 6, 9, dan 12 hari menghasilkan daya tumbuh yang paling tinggi dibandingkan dengan lama penyimpanan 15 hari, karena terjadinya penurunan daya tumbuh stek yang signifikan pada lama penyimpanan 15 hari. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas potensial benih dengan tolak ukur daya berkecambah, semakin lama disimpan maka daya tumbuh stek bahan tanam semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Saputri (2012), menyatakan bahwa penyimpanan selama 3 hari tidak menimbulkan kerusakan yang berarti sehingga daya tumbuh masih tinggi.

Daya tumbuh yang paling baik yaitu pada saat menggunakan refrigerator pada suhu 4 oC. Dapat dilihat pada Tabel 4 dari kolom rata-rata bahwa penyimpanan dengan menggunakan suhu 4 oC daya tumbuh stek setelah pananaman selama 15 hari memiliki daya tumbuh yang paling baik dari bahan pengawet yang lain. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan tunas yang cepat pada saat 4 hari setelah tanam dan pada hari ke 15 sudah tumbuh dua daun sempurna. hal ini disebabkan stek mengalami dormansi. Kemampuan tumbuh yang baik setelah disimpan dengan suhu 4 oC juga didukung pada pengamatan penyusutan bobot, dimana stek yang diawetkan memiliki penyusutan bobot terkecil. Penyusutan bobot yang kecil menunjukkan stek dengan perlakuan ini memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhannya. Daya tumbuh relatif lebih kecil pada saat penyimpanan menggunakan silica gel. Hal ini disebabkan karena penyimpanan dengan menggunakan silica gel, stek banyak ditumbuhi oleh cendawan sehingga cadangan makanan untuk meningkatkan pertumbuhan stek berkurang. Kuswanto (2003), menyatakan bahwa serangan cendawan dapat menyebabkan pembusukan pada stek dapat langsung menurunkan berat jenis, daya tumbuh dan kemampuan stek untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Stek dengan perlakuan lilin menunjukkan daya tumbuh yang baik karena rata-rata yang dihasilkan pada daya tumbuh setelah penanaman tidak jauh berbeda dari rataan yang dihasilkan pada penyimpanan dengan menggunakan refrigerator dengan suhu 4 oC, sehingga pengawetan stek dengan menggunakan bahan pengawet lilin dapat menjadi alternatif lain dalam pengawetan selain menggunakan refrigerator.

(37)

25 Tinggi Vertikal

Pengukuran tinggi vertikal dilakukan 15 Hari Setelah Tanam (HST). Kemudian dihitung rata-rata tinggi vertikal tanaman untuk mengetahui bahan pengawet mana yang memiliki kecepatan tumbuh yang lebih baik. Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet

Bahan pengawet

Lama penyimpanan (hari) Rataan

3 6 9 12 15 Kontrol 43,66±11,09 59,62±9,39 54,96±8,04 53,38±14,61 38,8 ±17,43 50,09±8,56b Lilin 70,16±9,61 61,66±7,12 62,94±19,34 70,60±7,86 52,52±13,43 63,58±7,40a Silica gel 53,16±4,14 64,06±1,48 56,92±9,55 60,80±6,00 28,76±24,07 54,74±9,83b Refrigerator 59,58±4,94 58,92±4,76 55,12±15,68 52,82±5,49 45,20±10,88 54,33±5,81b Gula 64,36 ±10,36 66,90±2,12 63,60±9,47 57,74±8,23 50,14±7,41 60,55±6,72a Rataan 58,18±13,22A 62,23±7,33A 58,71±3,12A 59,07±6,45A 45,09±6,52B

Keterangan : superskrip pada kolom dan baris menunjukkan pengaruh nyata pada (P<0,05)

Tabel 4 menunjukkan rataan tinggi vertikal pada stek bahwa interaksi antara perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Namun lama penyimpanan dan penggunaan bahan pengawet berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peningkatan tinggi vertikal. Rataan tinggi vertikal pada lama penyimpanan 15 hari lebih rendah dibandingkan dengan lama penyimpanan 3, 6, 9, dan 12 hari. Maka semakin tinggi lama penyimpanan, tinggi vertikal akan mengalami penurunan. Pengawetan dengan menggunakan refrigerator suhu 4 oC memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi vertikal yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan pengawet yang lainnya, hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan data tinggi vertikal stek masih dalam tahap adaptasi terhadap lingkungan tempat penanaman stek setelah mengalami dormansi. Dormansi terjadi dimana pada saat bahan tanam stek disimpan pada suhu yang rendah maka laju pertumbuhannya lambat (Salisbury dan Ross, 1992b). Tanaman yang mengalami dormansi membutuhkan tahap beradaptasi dengan lingkungan dan akan tumbuh dengan normal setelah beradaptasi dengan lingkungan.

(38)

24 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pengawetan dengan menggunakan gula, silica gel, lilin dan

refrigerator dapat meningkatkan daya simpan dan pertumbuhan bahan tanam stek

rumput gajah selama penyimpanan hingga 15 hari. Pengawetan yang paling baik adalah penyimpanan di dalam refrigerator dengan suhu 4oC.

Saran

Adanya penelitian lanjutan mengenai kualitas daya tumbuh stek hingga produksi pasca penyimpanan stek yang telah diberi bahan pengawet gula, silica gel, lilin dan refrigerator dengan suhu 4oC.

(39)

26 UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yesus sebagai Bapa dan sahabat yang menjadi penolong, sumber kekuatan, dan sumber hikmat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. M. Agus Setiana, MS. selaku dosen pembimbing utama dan Ir. Asep Tata Permana, M.Sc. selaku pembimbing anggota atas bimbingan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Dr. Iwan Prihantoro, S.Pt., M.Si selaku dosen pembahas seminar dan penguji sidang, kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, serta Dilla Mareistia Fassah, S.Pt., M.Si sebagai panitia sidang yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

Terima kasih kepada keluarga tercinta, Bapak Rasmal dan Ibu Asima Samosir untuk segala kasih sayang, kesabaran, dukungan, motivasi, dan doa yang diberikan selama ini. Terima kasih untuk Adik-adik tersayang Agnes, Aldo dan Grace untuk semua sukacita yang kalian berikan.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Kusnadi dan staf Lab. Lapang Agrostologi atas bantuannya selama di lapang serta kepada teman satu penelitian Julia dan Emi. Wahyu, Ade, Mumu, Dedy dan kepada semua teman satu angkatan INTP 44 atas bantuan selama penelitian. Terima kasih untuk saudaraku di freno comselto (Olin, Mega, Tian, Boris, Retni, Sisca) dan di Komisi Kesenian 44 (Ribkha, Mettha, Christa, Basten, Desi, Vania, Sriyo, Joe, Bambang, Manahan, Baru, Jhon), terimakasih kepada teman-teman Astra, Sankiki, Fernando, Fredy, Yoshiara, Yenni, Amudi, Yesika, Hezron, Herman, Enricho, Wastin dan Ka Esther untuk kebersamaannya selama ini, yang menjadi tempat untuk bercerita, saling menguatkan, memberikan semangat, saling mendoakan dan menjadi keluarga kecilku selama kuliah di IPB. Terimakasih untuk semua teman-teman di Komkes, asistensi agama, Kopral, PA Matrikulasi atas semua pelajaran berharga dan menjadi wadah untuk saling bertumbuh dalam Kasih. Terima kasih atas semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak tercantum namanya pada lembar ini.

(40)

28 DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Kanisius. Yogyakarta.

Adawyah, R. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. 2007. Bumi Aksara. Jakarta.

Agribisnis Deptan. 2008. Pengawetan Bunga Potong. http://www.agribisnis.deptan.go.id. [9 Maret 2011].

Askari Wahyu. 2012. Cendawan. http://wahyuaskari.wordpress.com. [12 juli 2012] Budiyanto, M.A.K. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah

Malang, Malang.

Damayanthi, E & Mudjajanto. 1995. Teknologi Makanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Proyek Peningkatan Pendidikan dan Kejuruan Non Teknik II, Jakarta.

Edi, A. 2001. Perbandingan Daya Tumbuh dan Kesempurnaan Tumbuh Stek Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schummach) yang Disimpan Dengan Metode Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Geejay. 2012. What is Silica Gel. http://www.geejaychemicals.co.uk/silicagel.htm.

[23 Maret 2012].

Hartman, H. T & D. E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 5rd. Prentice Hill.New York.

Imdad, H.P. dan Nawangsih, A.A. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Janick, J. 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Company. San Fransisco. Justice, O.L. dan Bass, L.N. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.

McIlory, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan oleh S. Harini, Subadio S. I. Kismono dan H. Soedarmadi. Pradnya Paramita, Jakarta.

Meilawati, N. L. M. 2008. Pengaruh bahan stek dan konsentrasi zat pengatur tumbuh hormonik terhadap keberhasilan stek sansevieria trifasciata ‘Tiger Stripe’. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Napitupulu, R. M. 2006. Pengaruh bahan stek dan dosis zat pengatur tumbuh rootone-F terhadap keberhasilan stek Euphorbia milii. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pantastico, E. B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Rochman, K. Dan S.S. Haryadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Diktat. Departemen Agronomi IPB, Bogor.

(41)

30 Sadjad, S., E. Muniarti., dan S. Ilyas. 1999. Pengujian Vigor Benih dari Komparatif

ke Simulatif. Grasindo. Jakarta.

Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1992a. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono. 1995. Institut Teknologi Bandung (ITB)-Perss, Bandung.

Salisbury, F.B & C.W. Ross. 1992b. Fisiologi Tumbuhan jilid 3. Terjemahan D. R. Lukman dan Sumaryono. 1995. Institut Teknologi Bandung (ITB)-Press, Bandung.

Saputri, E. L. 2012. Uji pengawetan terhadap daya simpan bahan tanam stek rumput meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suhaidi, I. 2008. Pelapisan Lilin Lebah untuk Mempertahankan Mutu Buah Selama Penyimpanan. Jurnal Penelitian Rekayasa. 1 (1): 47-50.

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Raja Garfindo. Jakarta.

Suwijah. 2011. Pengaruh kadar gula, vitamin C dan kadar serat dari sari buah markisa ungu (Passiflora edulis var eduls) pada pembuatan nata de coco dengan menggunakan Acetobacter xylinum. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Thalib, A & Y. Widiawati. 2010. Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Daya Inhibitor Metanogenesis Sediaan Cair Kultur Bakteri Acetoanaerobium

noterae dan Acetobacterium woodii. Prosiding Seminar Nasional Teknologi

Peternakan dan Veteriner. Buku I: 880-886.

Weintraub, Steven. 2011. Demystifying Silica Gel. http://ebookbrowse.com/gdoc.php?/id=119190716&url=53717d3059dgs [28 Februari 2012].

Wirakartakusumah, M. A., Hermanianto, D., Andarwulan, N., 1989. Prinsip Teknik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wudianto, R. 2002. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi II. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yunarti, R. A. 2008. Pengaruh suhu pemeraman dan konsentrasi etilen terhadap mutu buah sawo (Achras Zapota L.) varietas sukatali ST 1. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(42)

28 LAMPIRAN

Lampiran 1. Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot

SK db JK KT Fhit F0.05

Kete- rangan

Total 124 883,118 7,122

Perlakuan 24 689,230 28,718 14,812 1,627 * Bahan pengawet (A) 4 264,190 66,048 34,065 2,463 * Lama penyimpanan (B) 4 367,982 91,996 47,448 2,463 *

A* B 16 57,058 3,566 1,839 1,746 *

Eror 100 193,888 1,939

Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05) Lampiran 2. Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh

SK DB JK KT Fhit F0.05

ketera ngan

Total 124 2,9100 0,0235

Perlakuan 24 1,1469 0,0478 2,7152 1,6267 ** Bahan pengawet (A) 4 0,1389 0,0347 1,9727 2,4626 NS Lama penyimpanan (B) 4 0,5805 0,1451 8,2455 2,4626 **

A* B 16 0,4275 0,0267 1,5182 1,7456 NS

Eror 100 1,7600 0,0176

Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05) NS : tidak berpengaruh nyata (Fhit < F0,05)

(43)

32 Lampiran 3. Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal

SK Db JK KT Fhit F0.05 keterangan Total 124 21125,6467 170,3681 Perlakuan 24 8949,0587 372,8774 3,0622 1,6267 * Bahan pengawet (A) 4 2880,2699 720,0675 5,9135 2,4626 * Lama penyimpan an (B) 4 4429,5275 1107,3819 9,0944 2,4626 * A* B 16 1639,2613 102,4538 0,8414 1,7456 Eror 100 12176,5880 121,7659

Keterangan : * : berpengaruh nyata (Fhit > F0,05) Lampiran 4. Bahan dan Alat Pengawet yang Digunakan

Gula putih Silica gel

(44)

33 Lampiran 5. Stek yang Ditumbuhi Cendawan dan Tidak Ditumbuhi Cendawa Setelah

Penyimpanan.

Gambar

Grafik Penyusutan Bobot Stek (g)
Tabel 4. Rataan Daya Tumbuh (%) Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama    Penyimpanan
Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai                Jenis Bahan/Alat Pengawet

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data terhadap variabel-variabel yang dianalisis dapat disimpulkan yaitu, hasil pengolahan data antara motivasi dengan kinerja dengan nilai

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Penggunaan Pendekatan

perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga perekonomian penduduk di pulau ini, kami merencanakan adanya pembangunan dermaga jetty yang

Pada penulisan ini penulis mengangkat permasalahan tentang pengolahan biaya administrasi dengan menggunakan sistem komputerisasi, dimana komputer digunakan sebagai alat bantu

Aplikasi berbasis web ini bekerja secara klien-server terdiri dari dua form utama yang menggunakan bahasa pemrograman web PHP4 dan MySQL

Berikut ini adalah desain halaman depan user pada sistem informasi geografis lokasi akademi kebidanan di kota Medan dapat dilihat pada gambar III.71. berikut

Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

Hubungan rasio panjang tegangan tekan dan tinggi efektif dengan beban Hasil pengujian laboratorium untuk pengaruh rasio panjang blok tegangan tekan dan tinggi efektif