Desain Penelitian
Desain penelitian adalah survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1989) dan bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai situasi atau kejadian dari sampel ke populasi sehingga dapat dibuat kesimpulan tentang karakteristik, sikap atau perilaku populasi (Babbie,1990, diacu dalam Creswell, 2002). Penelitian ini juga bersifat penelitian penjelasan (Explanatory Research) yaitu menjelaskan hubungan kausalitas antara peubah-peubah penelitian melalui pengujian hipotesis. Model teoritis yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi hubungan kausalitas antara indikator-indikator terhadap peubah dan hubungan kausalitas antara peubah-peubah penelitian.
Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di wilayah terdapat unit usaha hutan rakyat yang dikelola oleh masyarakat dan telah berhasil mendapatkan sertifikat Ekolabel untuk kategori Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Lestari (PHBML). Petani hutan rakyat di Desa Selopuro dan Desa Sumberejo, Kecamatan Batuwarno di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah merupakan kelompok petani hutan rakyat yang pertama kali mendapatkan sertifikat Ekolabel untuk kelompok PHBML pada tahun 2004. Gabungan kelompok tani di : (1) Desa Kedungkeris, Kecamatan Nglipar; (2) Desa Dengok, Kecamatan Playen, dan (3) Desa Girisekar, Kecamatan Panggang di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan sertifikasi PHBML pada tahun 2006.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang hasil pembelajaran petani tentang Hutan Rakyat Lestari, sebagai pembanding di masing-masing kecamatan dipilih satu desa lain yang berdekatan, yang telah mengembangkan hutan rakyat tetapi belum mendapatkan sertifikat Ekolabel. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Kantor Dinas
67
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, ditetapkan desa lain yang berdekatan dalam satu kecamatan. Di Kabupaten Gunung Kidul, ditetapkan Desa Giri Wungu, Kecamatan Panggang dan Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar, serta di Kabupaten Wonogiri ditetapkan Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno. Penelitian di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri tersebut dilakukan pada bulan Desember 2009 – Februari 2010.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini ialah petani pengelola hutan rakyat lestari (sertifikasi) di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, yang seluruhnya berjumlah 2.405 orang, dengan perincian 765 orang di Gunung Kidul dan 1.640 di Wonogiri. Populasi petani pengelola Hutan Rakyat Lestari (sertifikasi) di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri relatif homogen, dilihat dari pengalaman mengelola hutan rakyat, kondisi sosial ekonomi, latar belakang pendidikan, kondisi fisik wilayah, yaitu termasuk wilayah pengunungan kapur Selatan dan luas lahan garapan.
Penentuan sampel penelitian menggunakan syarat minimal Structural Equation Modelling (SEM) yaitu 100-150 sampel. Wijanto (2008) dan Kusnendi (2008) menjelaskan bahwa penggunaan SEM dengan metode estimasi maximum likelihood memerlukan sampel sebanyak lima kali indikator-indikator (observed variables) yang ada dalam model. Dalam penelitian ini digunakan indikator sebanyak 35, sehingga diperlukan sampel minimal 35 x 5 = 175. Teknik pengambilan sampel ialah dengan metode stratified random sampling, dengan strata tingkat keaktivan dalam kelompok (pengurus dan bukan pengurus), dengan jumlah responden dari kedua kabupaten 200 orang. Sedangkan jumlah responden dari desa yang belum mengelola hutan rakyat belum disertifikasi disesuaikan dengan jumlah sampel minimal yang dipersyaratkan untuk uji statistik, yaitu masing-masing kecamatan 30 orang. Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 200 orang petani hutan rakyat lestari (sertifikasi), dan sebagai pembanding 60 orang petani hutan rakyat belum disertifikasi dengan perincian pada Tabel 12.
Tabel 12. Perincian Jumlah Responden Penelitian
Kabupaten/ Kecamatan
Hutan Rakyat Lestari (sertifikasi) Hutan Rakyat belum/non sertifikasi Desa/Dusun Nama Kelompok Jumlah (orang) Desa/ Dusun Nama Kelompok Jumlah (orang) Gunung Kidul 100 30
1. Nglipar Kedungkeris Nglipar Marsudi
Tani 10 -Pringsurat Sumber Rejeki 16 -Kedungkeris Ngudi Makmur 19 -Sendowo Kidul Tani Makmur 16
2. Playen Dengok Marsudi
Tani
9
3. Panggang Giri Sekar Giri
Wungu Sekar Wungu 20 - Pijenan Trubus 18 - Jeruken Subur 12
- Blimbing Sekar Eko Jati
10
Wonogiri 100 30
Batuwarno Selopuro Kudi 30
- Pagersengon Percabaan 24 - Jarak Ngudi Rejeki 40 - Sudan Ngudi Rahayu 18 Sumberejo Gondang Rejo 18 JUMLAH 200 60 Pengumpulan data
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan observasi langsung di lapangan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner semi terstruktur kepada responden dan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan kunci untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, serta diskusi dalam pertemuan-pertemuan kelompok. Observasi langsung di lapangan dilakukan untuk memperbandingkan hasil wawancara dengan kenyataan di lapangan, atau bahkan dapat mempertajam hasil wawancara.
69
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan ialah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terstruktur dan wawancara mendalam. Data sekunder berupa data potensi wilayah, potensi bidang kehutanan, pengelolaan hutan rakyat, dan penyuluhan kehutanan didapat dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Gunung Kidul, Biro Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri, Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, Pusat Kajian Hutan Rakyat (PKHR) Universitas Gadjah Mada, LSM Pendamping dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP).
Data primer diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran Hutan Rakyat Lestari (sertifikasi) baik di Kabupaten Gunung Kidul maupun Kabupaten Wonogiri. Data primer yang dikumpulkan dari responden melalui kuesioner yang dibuat dengan skala Likert. Alternatif tiap jawaban ditransformasikan menjadi data kuantitatif, dengan cara pemberian skor. Menurut Sevilla et.al. (1993) skor yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert dapat dipertimbangkan sebagai data interval walaupun pada dasarnya adalah ordinal. Data primer dari informan kunci diperlukan untuk analisa kualitatif proses pembelajaran yang berlangsung dalam pengelolaan hutan rakyat lestari. Sedangkan data sekunder diperlukan untuk mengetahui latar belakang atau sejarah desa yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Validitas
Validitas atau kesahihan menyangkut ketepatan dalam penggunaan alat ukur (Black dan Champion, 1999) Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila alat ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat konsep yang sebenarnya ingin diukur. Sebagai alat ukur untuk pengumpulan data, kuesioner harus dapat mengukur konsep yang hendak diukur. Validitas kuesioner tersebut bersandar pada logika dan pembuktian statistik.
Validitas dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu validitas konstruk (construct validity); validitas isi (content validity) dan validitas konkuren. Validitas konstruk ini bertumpu pada model analogi konsep belajar Klausmeier dan Goodwin (1971) dan Suryabrata (2006) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran.
Validitas isi berdasarkan pada (1) pendapat ahli baik dari berbagai kajian pustaka maupun pendapat pakar (pembimbing dan nara sumber lainnya) dalam rangka pencapaian tujuan, (2) uji kesahihan logika, yaitu membandingkan teori belajar, teori komunikasi dalam kaitannya dengan proses pembelajaran petani.
Validitas konkuren didasarkan pada hubungan yang teratur antara proses pembelajaran petani dengan faktor internal, faktor eksternal dan kelestarian hutan dari fungsi produksi, ekologis dan sosial. Validitas dapat dilihat melalui korelasi sederhana antara skor yang dicapai antar peubah dari masing-masing konsep yang diukur.
Menurut Ancok (1995), cara mengukur validitas ialah dengan (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur; (2) melakukan uji coba skala pengukur tersebut pada sejumlah responden; (3) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban; (4) menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment :
N (∑XY) – (∑X ∑Y) r =
√ [N∑X2
- (∑X) 2] [N∑Y2 – (∑Y)2
Angka korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka kritik Tabel Korelasi Nilai – r. Dari tabel korelasi tersebut diketahui bahwa untuk N=30, angka kritik untuk taraf signifikansi 5% adalah 0,361. Jadi, semua nilai korelasi yang diperoleh dibandingkan dengan angka kritik Tabel Korelasi Nilai – r, jika nilai korelasi > 0,361 maka dikatakan bahwa pertanyaan tersebut valid atau sahih dan jika nilai r < 0,361 dapat dikatakan pertanyaan tidak valid. Ketidakvalidan
] Keterangan:
r = korelasi product moment X = skor pertanyaan no.1 Y = skor total
71
tersebut dapat disebabkan oleh susunan kata-kata atau kalimat yang kurang baik sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penyesuaian atau koreksi terhadap pertanyaan yang memiliki nilai r < 0,361 atau pertanyaannya tersebut dihilangkan bila tidak terlalu mendukung indikator penelitian atau dapat diwakilkan oleh pertanyaan lainnya.
Reliabilitas
Reliabilitas atau keterandalan menyangkut kemampuan alat ukur untuk mengukur gejala secara konsisten, teliti dan sebagai alat ukur yang tepat dalam mengukur gejala yang sama (Black dan Champion, 1999). Untuk menguji reliabilitas atau keterandalan kuesioner digunakan rumus Cronbach’s Alpha: N Σσ2 α = 1 - (Kountur, 2006) N – 1 σ item 2 total Keterangan: α = Cronbach’s Alpha N = banyaknya pertanyaan σ2
item = variance dari pertanyaan
σ2
total
Dalam penelitian ini untuk menilai validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, dilakukan uji coba instrumen kepada 27 orang responden yang berasal dari Desa Pringsurat, Kec. Nglipar; Desa Giri Sekar, Kecamatan Panggang, dan Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil perhitungan validitas terhadap 27 orang dengan jumlah pertanyaan sebanyak 192 butir, didapatkan nilai yang bervariasi mulai dari 0,28 – 0,832. Dengan jumlah responden 27 orang (n=27), dari tabel korelasi nilai - r diketahui bahwa angka kritik adalah 0,381. Berdasarkan angka kritik itu diteliti pertanyaan-pertanyaan yang memiliki nilai r < 0,381, dan dilakukan penyesuaian
= variance dari skor
Suatu instrumen dikatakan reliabel atau handal, jika peubah-peubah yang diteliti memiliki nilai Cronbach’s Alpha (α) ≥ 0,6.
pertanyaan dan beberapa pertanyaan yang dianggap tidak terlalu mendukung peubah penelitian tidak digunakan.
Hasil perhitungan reliabilitas atau keterandalan instrumen penelitian, terhadap tujuh peubah mendapatkan nilai cronbach’s alpha > 0,6 untuk masing-masing peubah (Tabel 13). Dengan demikian kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini reliabel atau handal.
Tabel 13. Reliabilitas Peubah Penelitian
No Peubah Nilai Cronbach’s Alpha
1 Karakteristik petani 0,682 (reliabel)
2 Kompetensi Penyuluh/Pendamping 0,872 (reliabel)
3 Pendekatan pembelajaran 0,771 (reliabel)
4 Kelembagaan Masyarakat 0,802 (reliabel)
5 Kelembagaan Pendukung Pembelajaran 0,820 (reliabel) 6 Tingkat intensitas belajar petani 0,757 (reliabel) 7 Tingkat perilaku petani pengelola HRL 0,866 (reliabel)
Keterangan: Nilai Cronbach’s Alpha (α) ≥ 0,6 = reliabel Pengolahan danAnalisis Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai sebaran responden pada setiap peubah. Sedangkan statistik inferensial digunakan untuk melakukan estimasi terhadap populasi (generalisasi) dalam rangka melihat sejauhmana peubah-peubah saling berhubungan dan mempengaruhi serta melihat kecocokan model penelitian yang dirancang (model hipotetik) dengan model sesungguhnya. Selain itu, statistik inferensial (uji beda) digunakan juga untuk melihat perbedaan antar peubah di kedua kabupaten dan antar tipe hutan rakyat (Hutan Rakyat Lestari – sertifikasi dan hutan rakyat non sertifikasi).
Untuk pengujian secara statistika, hasil pengukuran peubah-peubah penelitian melalui indikator-indikator dan parameter-parameternya, yang menggunakan skala nominal dan ordinal ditransformasi terlebih dahulu dalam bentuk skala interval atau skala ratio (Sumardjo, 1999). Rumus transformasi yang digunakan adalah transformasi indeks indikator sebagai berikut :
73
Jumlah skor yang dicapai per indikator - jumlah skor terkecil
Indeks indikator = X 100
Jumlah skor maksimum tiap peubah
Dalam penelitian ini, pengukuran indikator menggunakan parameter skala 1-4, sehingga nilai indeks transformasi minimum (0) dicapai bila semua parameter setiap indikator yang diukur bernilai 1. Sedangkan nilai maksimum (100) bila semua parameter setiap indikator bernilai 4, sehingga sebaran data merupakan skala interval dengan nilai berkisar antara 0-100. Pengelompokan kategori menggunakan tiga tingkatan yaitu: nilai 0-50 kategori ”rendah”, 51-75 kategori ”sedang”, dan 76-100 kategori ”tinggi”. Pengolahan data untuk statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0.
Statistik inferensial yang digunakan dalam penelitian ini ialah SEM. SEM adalah suatu teknik statistik yang mampu menganalisis pola hubungan antara konstruk (konsep) laten dan indikatornya, konstruk laten yang satu dengan lainnya, serta kesalahan pengukuran secara langsung (Yamin dan Kurniawan, 2009). Konstruk (konsep) laten menurut Yamin dan Kurniawan (2009) adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan konseptual, namun tidak secara langsung, tetapi diukur perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk adalah dasar untuk membentuk hubungan kausal sehingga mempunyai konsep kemungkinan yang paling representatif. Konstruk (konsep) laten tidak dapat diukur secara langsung dan membutuhkan indikator-indikator untuk mengukurnya, yang dinamakan peubah manifes. Pengolahan data dengan SEM memiliki dua keunggulan, yaitu: (1) mempunyai kemampuan untuk mengestimasi hubungan antar peubah yang bersifat multiple relationship. Hubungan ini dibentuk dalam model struktural (hubungan antara konstruk dependent dan independent); (2) mempunyai kemampuan untuk menggambarkan pola hubungan antara konstruk (konsep) laten dan peubah manifes (peubah indikator).
Konstruk laten dalam penelitian terdiri dari lima konstruk laten dependen dan dua konstruk laten independen. Konstruk laten dependen dalam penelitian ini adalah : X1-Karakteristik petani; X2- Kompetensi penyuluh/pendamping; X3-Pendekatan pembelajaran; X4-Kelembagaan masyarakat; dan X5- Kelembagaan pendukung pembelajaran. Sedangkan konstruk laten independen dalam penelitian ini adalah: Y1-Intensitas Belajar Petani; dan Y2-Perilaku petani mengelola Hutan
rakyat lestari. Konstruk laten dependen : karakteristik petani diukur dengan 6 peubah manifes (X1.1-1.6); kompetensi penyuluh/pendamping diukur dengan 7
peubah manifes (X2.1-2.7); pendekatan pembelajaran diukur dengan 5 peubah
manifes (X3.1-3.5); kelembagaan masyarakat diukur dengan 7 peubah manifes
(X4.1-4.7); kelembagaan pendukung pembelajaran diukur dengan 4 peubah manifes
(X5.1-5.4). Sedangkan konstruk laten independen : intensitas belajar petani diukur
dengan 5 peubah manifes (Y1.1-1.5) dan perilaku petani diukur dengan 3 peubah
manifes (Y2.1-2.5
Model pengukuran dan model struktural membentuk model lengkap. Pengolahan dan analisis data menggunakan bantuan program SPSS 16.0, dan LISREL (Linear Structural Relations) 8.70. Model yang dihasilkan menjawab permasalahan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas belajar petani dan tingkat perilaku petani dalam mengelola Hutan Rakyat Lestari (sertifikasi). Model yang dihasilkan diperbandingkan dengan model hipotetik persamaan (Gambar 3) yang disusun berdasarkan kerangka berpikir sebelumnya.
) .
Pengolahan data dengan SEM dilakukan melalui dua tahapan, tahap pertama adalah membuat model pengukuran dari data yang dikumpulkan, dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis) dan tahap yang kedua adalah membuat model struktural yang menggambarkan hubungan antar peubah. Pada setiap tahapan SEM dilakukan uji kebermaknaan yaitu menghilangkan indikator yang mempunyai nilai muatan faktor standar < 0,5 dan t-value <1,96 sampai mendapatkan model yang fit, yaitu Goodness of Fit Test (GFT) memenuhi persyaratan. Persyaratan GFT antara lain nilai Comparative Fit Index (CFI), Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA). Model dikatakan fit dengan data apabila dihasilkan CFI ≥ 0,90; RMSEA ≤ 0,08. GFT digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian antara data yang dikumpulkan dengan model yang diajukan. Jika nilai yang diperoleh belum memenuhi kriteria GFT, maka dilakukan perbaikan model. Jika telah memenuhi persyaratan GFT, maka dikatakan model fit dengan data. Dengan kata lain, model dapat diberlakukan bagi populasi penelitian (Kusnendi, 2008; Wijayanto, 2008).
Gambar 3. Model Hipotetik Persamaan Struktural X5 X5.2 X5.4 X5.3 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4 X4.5 X4.6 X4 X2.2 X2.1 X2 X3.1 X3.2 X3.3 X3 X1 X1.2 X1.3 X1.1 Y2.3 Y2.1 Y2.2 Y2 Y1 Y1.1 Y1.2 Y1.3 λx5.2 λx5.3 λx5.4 λx2.1 λx2.2 λx4.2 λx4.3 λx4.4 λx4.5 λx4.6 λx3.1 λx3.2 λx3.3 λx1.1 λx1.2 λx1.3 λy1.1 λy1.2 λy1.3 λy2.1 λy2.1 λy2.2 γ1.5 γ 1.2 γ 1.3 γ1.4 β2.1 δ 5.2 δ 5.4 δ 5.3 δ 2.1 δ 2.2 δ 4.1 δ 4.2 δ 4.3 δ 4.4 δ 4.5 δ 4.6 δ 3.1 δ 3..2 δ 3.3 δ 3.4 δ 3.5 ε 1.1 ε 1.2 ε 1.3 ε 2.1 ε 2.2 ε 2.3 ζ1 ζ2 λx4.1 λx4.7 X4.7 δ 4.7 δ 1.1 δ 1.2 δ 1.3 X1.4 X1.5 X1.6 δ 1.4 δ 1.5 δ 1.6 λx1.4 λx1.5 λx1.6 γ1.1 γ2.1 X5.1 δ 5.1 λx5.1 X2.3 X2.5 X2.4 X2.7 X2.6 δ 2.3 δ 2.4 δ 2.5 δ 2.7 δ 2.6 λx2.3 λx2.4 λx2.5 λx2.6 λx2.7 X3.4 X3.5 λx3.5 λx3.4 Y1.5 Y1.4 λy1.4 λy1.5 ε 1.4 ε 1.5 γ2.4 ζx3 ζx2 Keterangan: X1 = karakteristik petani X2 = kompetensi penyuluh/pendamping X3 = pendekatan pembelajaran X4 = kelembagaan masyarakat
X5 = kelembagaan pendukung pembelajaran Y1 = intensitas belajar petani
γ = koefisien jalur peubah eksogen thdp peubah laten endogen
ζ = koefisien kesalahan persamaan struktural
β = koefisien jalur peubah endogen trhdp peubah endogen lainnya
Selanjutnya diperbandingkan juga model Y1 (intensitas belajar petani) dan Y2 (perilaku petani dalam mengelola hutan rakyat lestari), yang dihasilkan dari pengolahan data dengan model hipotetik persamaan struktural berdasarkan path diagram dari model persamaan struktural di atas (Gambar 4 dan Gambar 5).
Y1 = γ1.1 X1 + γ1.2 X2 + γ1.3 X3 + γ1.4 X4 + γ1.5 X5 + ζ1 (Persamaan Struktural)
Gambar 4. Model Y1. Model Intensitas Belajar Petani Pengelola
Hutan Rakyat Lestari
Y2 = γ2.1 X1 + γ2.4 X4+ β 2. 1Y1 + ζ2 (Persamaan Struktural)
Gambar 5. Model Y2. Model Perilaku Petani Pengelola Hutan Rakyat Lestari X1 X2 X3 X4 Y1 γ1.1 γ1.2 γ1.3 γ1.4 ζ1 X5 γ1.5 Keterangan: X1 = karakteristik petani X2 = kompetensi penyuluh/pendamping X3 = pendekatan pembelajaran X4 = kelembagaan masyarakat
X5 = kelembagaan pendukung pembelajaran Y1 = intensitas belajar petani
γ = koefisien jalur peubah eksogen terhadap peubah laten endogen
ζ= koefisien kesalahan persamaan struktural
X1 X4 Y1 Y2 γ2.1 γ2.4 β2.1 ζ2 Keterangan: X1 = karakteristik petani X4 = kelembagaan masyarakat Y2 = intensitas belajar petani
β = koefisien jalur peubah endogen terhadap peubah endogen lainnya
77
Definisi Operasional dan Pengukuran Peubah Penelitian
Karakterisik Petani (X1)
Karakteristik petani adalah sejumlah faktor dalam diri pelaku utama pengelola hutan rakyat, yang diduga mempengaruhi proses maupun hasil belajar dalam pengelolaan hutan rakyat secara lestari.
Tabel 14. Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran Peubah Karakteristik Petani (X1)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
X1.1. Umur
Jumlah tahun sejak responden dilahirkan sampai saat menjadi responden dalam penelitian. Jumlah tahun 1. ≤ 40 thn 2. 41 -50 thn 3. ≥ 51 thn X1.2. Pengala-man
Jumlah tahun sejak awal responden mulai mengelola hutan rakyat sampai dengan saat ini
Jumlah tahun 1. ≤ 10 thn. 2. 11 -25 thn 3. ≥ 26 thn X1.3. Status sosial ekonomi Tingkat kedudukan individu dalam masyarakat dilihat dari jabatan dalam kelompok/ organisasi masyarakat dan kepemilikan barang berharga
1. Kepemilikan rumah dan barang berharga
2. Kepemilikan lahan 3. Status dan luas lahan yang
dikelola:
4. Jabatan formal/informal yang pernah dipegang Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X1.4. Motivasi intrinsik
Dorongan dari dalam diri individu petani untuk mengembangkan diri melalui proses belajar (HRL)
1. Dorongan mengikuti HRL 2. Keinginan petani untuk
mempelajari hal-hal baru. 3.Keseriusan dan ketekunan dalam
mengikuti proses belajar
Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X1.5. Motivasi ekstrinsik
Daya tarik di luar diri individu petani sehingga memiliki keinginan untuk mengembangkan diri melalui proses belajar (HRL)
1. Faktor yg menarik minat mengikuti HRL
2. Ketersediaan imbalan dalam proses belajar.
3. Dukungan fasilitas 4. Pemaksaan/ himbauan dari
pihak lain Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X1.6. Konsep diri Pernyataan-pernyataan positif dan negatif tentang dirinya, berkaitan dengan proses belajar petani, khusunya dalam HRL.
1. Banyaknya pernyataan positif dalam diri petani yang mendukung proses belajar 2. Banyaknya pernyataan negatif
dalam petani yang
menghambat proses belajar
Skor terkoreksi:
1.negatif 2.sedang 3.positif
Kompetensi Penyuluh/Pendamping (X2)
Kompetensi penyuluh dalam hal ini ialah kemampuan penyuluh/ pendamping dalam memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas petani untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi petani, terutama berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan hutan rakyat secara lestari, yang diukur dari persepsi petani terhadap kemampuan penyuluh/pendamping.
Tabel 15. Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran Peubah Kompetensi Penyuluh (X2)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
Kemampuan penyuluh/ pendamping dalam: X2.1. Mengembang- kan komunikasi Kemampuan penyuluh/pendamping dalam : Menyampaikan informasi, menerima masukan, mendengarkan permasalahan petani, dan mengendalikan situasi.
1. Ketepatan waktu komunikasi 2. Keterbukaan menerima
masukan
3. Keleluasaan mengungkapkan permasalahan kepada penyuluh 4. Kemampuan mencairkan dan
menghidupkan suasana, memancing umpan balik
Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X2.2. Mengenali dan memahami kebutuhan petani
Kepekaan dan kepedulian terhadap petani dan permasalahannya
1. Kepekaan terhadap kondisi dan situasi yang dihadapi petani; 2. Kemampuan menggali kebutuhan petani; 3. Keberpihakan pada kepentingan petani. Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X2.3. Menganalisa masalah Kemampuan menggali, mengidentifikasi dan mencermati permasalahan yang dihadapi petani.
1. Kemampuan menggali dan memahami permasalahan: 2. Kemampuan mengidentifikasi
masalah;
3. Kemampuan membantu masyarakat mencari alternatif solusi terhadap permasalahan.
Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X2.4. Mengem- bangkan kemitraan Kemampuan menjalin, memelihara dan
meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak.
1. Inisiatif mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak 2. Kemampuan memelihara dan
meningkatkan kemitraan Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X2.5. Mengem-bangkan kapasitas/ SDM petani
Kepedulian dan perhatian yang diberikan pada upaya peningkatan kemampuan petani dalam segala aspek, terutama yang berkaitan dengan usaha HRL.
1. Kemampuan membangkitkan motivasi petani untuk belajar 2. Orientasi untuk meningkatkan
kemampuan dan kapasitas petani, dalam hal teknis, sosial 3. Kemampuan merencanakan dan
melatih petani untuk dapat mengembangkan . Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi
79
Lanjutan Tabel 15.
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
X2.6. Mengem-bangkan manajemen dan kelembagaan petani
Perhatian dan kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan penggalian dan penguatan norma/nilai yang berkembang di masyarakat dan pengelolaan organisasi/kelompok masyarakat.
1. Perhatian pada upaya penggalian dan penguatan norma/nilai yang
berkembang dalam masyarakat
2. Perhatian pada manajemen organisasi/kelompok petani
3. Kemampuan mengembangkan kapasitas petani dalam manajemen organisasi (perencanaan, administrasi dll) Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi X2.7. Mengem-bangkan wawasan teknis pengelolaan hutan lestari
Segala upaya yang dilakukan penyuluh/pendamping untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan pengelolaan HRL. 1. Keaktivan mencari informasi dari berbagai sumber 2. Frekuensi memberikan informasi terkini berkaitan pengelolaan hutan lestari Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi Pendekatan Pembelajaran (X3)
Pendekatan pembelajaran adalah berbagai cara atau metode yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau substansi penyuluhan dalam proses perubahan perilaku petani, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan hutan rakyat secara lestari, sehingga petani dapat dengan mudah memahami dan mengaplikasikannya dalam usahatani yang mereka lakukan. Pendekatan pembelajaran ini diukur dengan persepsi petani terhadap kesesuaian berbagai cara atau metode yang digunakan, kesesuaian materi yang disampaikan dengan kebutuhan petani dan lainnya.
Selanjutnya peubah pendekatan pembelajaran ini digali lebih dalam baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif atau menggunakan wawancara mendalam terhadap beberapa tokoh kunci terhadap beberapa hal berkaitan: (1) cara belajar dan tahapan-tahapan belajar bagaimana yang sangat sesuai menurut persepsi petani; (2) Atas dasar apa kesesuaian cara belajar dan tahapan-tahapan belajar tersebut menurut persepsi petani; dan (3) cara atau metode belajar serta
materi belajar apa yang sebenarnya sangat sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakat pengelola hutan lestari.
Tabel 16. Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran Pendekatan Pembelajaran (X3)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
X3.1. Ketersedia-an dKetersedia-an kesesuaian materi Kecukupan jumlah, jenis dan manfaat materi dalam memenuhi kebutuhan belajar petani
1. Kecukupan jumlah dan jenis materi
2. Keragaman bentuk materi 3. Kesesuaian materi dengan
kebutuhan masyarakat Skor terkoreksi: 1. tidak sesuai 2. cukup sesuai 3. sesuai X3.2. Kesesuaian dengan metode belajar Ketertarikan, kemudahan petani dalam mengikuti cara belajar yang digunakan
1. Ketertarikan petani pada metode pembelajaran yang digunakan
2. Kemudahan petani mengikuti metode pembelajaran 3. Kesesuaian metode dengan
kebutuhan petani Skor terkoreksi: 1.tidak sesuai 2.cukup sesuai 3.sesuai X3.3. Kesesuaian model komunikasi Kemudahan menangkap pesan/informasi, ketertarikan petani terhadap cara penyuluh/pendamping berinteraksi dengan petani
1. Kesesuaian model komunikasi yang digunakan
2. Kemampuan model komunikasi meningkatkan hubungan dengan petani 3. Kemampuan model
komunikasi meningkatkan interaksi dalam proses belajar. Skor terkoreksi: 1.tidak sesuai/tepat 2. cukup sesuai /tepat 3.sesuai/tepat X3.4. Kemudahan tahapan pembela-jaran Kejelasan langkah belajar sehingga petani tidak sulit mengikuti, bahkan mau menjalankannya dengan sungguh-sungguh. 1. Kejelasan langkah-langkah dalam pembelajaran 2. Kemudahan mengikuti langkah-langkah pembelajaran
3. Kemauan petani mentaati langkah-langkah
pembelajaran dengan benar.
Skor terkoreksi: 1.sulit 2.sedang 3.mudah X3.5. Kesesuaian Cara pembela-jaran Ketertarikan dan kemudahan petani untuk mengikuti metode/teknik pembelajaran yang digunakan.
1. Penggunaan variasi cara pembelajaran
2. Kemudahan cara belajar 3. Respons petani terhadap penggunaan cara belajar.
Skor terkoreksi: 1.tidak sesuai/tepat 2.cukup sesuai/
tepat 3.sesuai/tepat
81
Kelembagaan Masyarakat (X4)
Peubah kelembagaan masyarakat dalam penelitian ini didefinisikan sebagai aturan-aturan, nilai dan kesepakatan dalam masyarakat atau organisasi masyarakat, dan aspek organisasi masyarakat seperti kepemimpinan, tujuan, hubungan antar bagian, yang berdampak positif terhadap pembelajaran masyarakat dalam mengelola hutan rakyat secara lestari. Aspek kelembagaan ini diukur dari persepsi petani terhadap aspek-aspek kelembagaan tersebut.
Tabel 17. Definisi operasional, Parameter dan Pengukuran Peubah Kelembagaan Masyarakat (X4)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
X4.1. Kejelasan Norma/ Nilai
Seberapa jauh aturan, kebenaran yang diakui masyarakat secara turun temurun, telah dipahami, ditaati dan bermanfaat bagi petani khususnya dalam pembelajaran HRL.
1. Pemahaman petani terhadap norma/nilai dalam kelompok 2. Manfaat norma/nilai
dalam menjadi pedoman 3. Kepatuhan terhadap norma/nilai Skor terkoreksi: 1.tidak jelas 2.cukup jelas 3.jelas X4.2. Penegakan sanksi
Seberapa jauh konsekuensi terhadap suatu pelanggaran dipahami, didukung dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh masyarakat.
1.Pemahaman terhadap sanksi bagi pelanggaran 2.Sikap terhadap pemberian
sanksi
3.Manfaat pemberian sanksi terhadap pelanggaran Skor terkoreksi: 1.tidak tegas 2.cukup tegas 3.tegas X4.3. Konfor-mitas/ Conformity
Kemauan dan kemampuan masyarakat/petani
mendukung nilai-nilai/aturan yang berlaku dalam masyarakat
1.Kemauan/ kesediaan petani untuk mematuhi nilai/norma/aturan 2. Kemampuan petani untuk
menyesuaikan dengan norma/nilai yang berlaku. Skor terkoreksi: 1.tidak mendukung 2.cukup mendukung 3.mendukung X4.4. Toleransi terhadap Deviasi
Kemauan dan kesediaan masyarakat untuk menerima nilai/nilai atau aturan/aturan yang berbeda dengan yang selama ini dianutnya.
1. Sikap menerima perbedaan nilai/aturan/norma 2. Kesediaan untuk
menyepakati dan mematuhi aturan yang baru
Skor terkoreksi: 1.tidak toleran 2.cukup toleran 3.toleran
Lanjutan Tabel 17.
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
X4.5. Kesesuaian tujuan
Seberapa jauh organisasi melakukan kegiatan berdasarkan arah dan output yang telah disepakati dan ditetapkan bersama
1. Organisasi berjalan untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan 2. Kesesuaian tujuan
organisasi dengan tujuan anggota Skor terkoreksi: 1. tidak sesuai 2. cukup sesuai 3. sesuai X4.6. Kepemim-pinan
Seberapa besar pengaruh seseorang dalam
mengarahkan dan menggerakan orang lain untuk mengikuti
kesepakatan dan harapan bersama
1. Kepemimpinan
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama 2. Kepemimpinan
dijalankan sesuai dengan harapan anggota/pengurus Skor terkoreksi: 1. tidak sesuai harapan 2. cukup sesuai harapan 3. sesuai harapan X4.7. Kesesuaian peran dan keterkaitan antar bagian
Kejelasan tugas dan wewenang serta keselarasan hubungan antar personil, baik sebagai pengurus maupun anggota.
1. Adanya pembagian tugas dan wewenang
2. Tiap anggota/pengurus berperan sesuai dengan yang diharapkan 3. Hubungan antar
anggota/pengurus sangat erat dan saling
melengkapi
Skor terkoreksi: 1. tidak sesuai 2. cukup sesuai 3. sesuai
Kelembagaan Pendukung Pembelajaran (X5)
Kelembagaan pendukung pembelajaran dalam penelitian ini didefinisikan sebagai sejumlah aturan atau kebijakan, kegiatan, fasilitas, dan personil berperan penting dalam menghasilkan proses belajar petani yang baik, khususnya dalam mengembangkan hutan rakyat secara lestari. Dalam penelitian ini kelembagaan pendukung pembelajaran ini dinilai dari persepsi atau penilaian petani terhadap sejumlah aturan, kegiatan, fasilitas dan personil dari multipihak yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat lestari, di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, seperti: Dinas Kehutanan Kabupaten, Pemda Kabupaten atau Provinsi, Perguruan Tinggi, dan LSM. Selain menggunakan sejumlah parameter pada Tabel 18, informasi lebih dalam mengenai kelembagaan didapatkan melalui wawancara mendalam melalui tokoh kunci.
83
Tabel 18. Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran Peubah Kelembagaan Pendukung Pembelajaran (X5)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
X5.1. Sistem nilai : (Nilai terhadap hutan dan manusia)
Seberapa jauh persamaan pandangan antara penyuluh/pendamping dengan petani terhadap hutan dan hubungan antar manusia.
1. Kesesuaian sistem nilai instansi dengan nilai yang dianut petani terhadap hubungan antar manusia;
2. Kesesuaian sistem nilai instansi dengan nilai yang dianut petani terhadap hutan Skor terkoreksi: 1.tidak sesuai 2.cukup sesuai 3.sesuai X5.2. Kegiatan yang dilakukan
Seberapa banyak aktivitas yang dilakukan bersama masyarakat sehingga dapat mendukung tercapainya kesepakatan bersama, dapat memenuhi kebutuhan serta dapat menjawab permasa-lahan petani.
1. Kesesuaian kegiatan yang dilakukan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani 2. Pelaksanaan kegiatan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat 3. Kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kesepakatan lembaga Skor terkoreksi: 1.tidak sesuai/ mendukung 2.cukup sesuai/ mendukung 3.sesuai/ mendukung X5.3. Dukungan fasilitas Seberapa banyak anggaran, informasi, sarana dan prasarana yang diberikan untuk menjawab kebutuhan petani, khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
1. Anggaran yang disediakan cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan petani 2. Kesesuaian informasi yang
diberikan: up to date dan sesuai dengan kebutuhan petani
3. Sarana dan prasarana yang diberikan cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan petani Skor terkoreksi: 1.tidak sesuai 2.cukup sesuai 3.sesuai X5.4. Dukungan personil
Kesesuaian jumlah dan kualitas personil yang ditugaskan untuk membantu proses belajar petani khususnya dalam pengelolaan HRL.
1. Kesesuaian jumlah dan kualitas personil di lapangan dengan kebutuhan petani 2. Personil memiliki sikap
mental dan kepedulian yang tinggi terhadap proses belajar petani.
Skor terkoreksi: 1. tidak sesuai/ kompeten 2. cukup sesuai/ kompeten 3.sesuai/kompeten
Intensitas Belajar Petani (Y1)
Intensitas belajar dalam penelitian ini adalah tingkat interaksi yang terjadi dalam proses perbaikan perilaku petani. Tingkat interaksi tersebut didefinisikan sebagai hubungan yang dilakukan dalam mendukung proses belajar petani dalam pengelolaan hutan rakyat lestari.
Tabel 19. Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran Peubah Intensitas Belajar Petani (Y1)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
Y1.1. Interaksi Penyuluh dengan Petani
Kuantitas dan kualitas hubungan yang dilakukan oleh fasilitator dengan peserta belajar untuk mendukung proses belajar.
1. Frekuensi melakukan hubungan/komunikasi 2. Cara yang digunakan dalam
berinteraksi
3. Dasar interaksi/hubungan dalam proses belajar
4. Dampak adanya interaksi terhadap permasalahan petani 5. Manfaat interaksi dalam
meningkatkan kapasitas petani
Skor terkoreksi: 1.rendah 2.sedang 3.tinggi Y1.2. Interaksi Petani dengan Petani
Kuantitas dan kualitas hubungan yang dilakukan oleh sesama peserta belajar untuk mendukung proses belajar.
1. Frekuensi melakukan hubungan/komunikasi 2. Cara yang digunakan dalam
berinteraksi
3. Dampak adanya interaksi terhadap permasalahan petani 4. Manfaat interaksi dalam
meningkatkan kapasitas petani
Skor terkoreksi: 1.rendah 2.sedang 3.tinggi Y1.3. Interaksi Petani dengan Kelompok Tani
Kuantitas dan kualitas hubungan yang dilakukan oleh peserta belajar dengan anggota/ pengurus organisasi petani untuk mendu-kung proses belajar.
1. Frekuensi melakukan hubungan/komunikasi 2. Cara yang digunakan dalam
berinteraksi
3. Dampak adanya interaksi terhadap permasalahan petani 4. Manfaat interaksi dalam
meningkatkan kapasitas petani
Skor terkoreksi: 1.rendah 2.sedang 3.tinggi Y1.4. Interaksi dengan materi belajar
Kuantitas, cara, dan manfaat yang dirasakan petani akibat
mengakses bahan ajar guna mendukung proses belajar.
1. Frekuensi melakukan hubungan/komunikasi 2. Cara yang digunakan dalam
berinteraksi
3. Dampak adanya interaksi terhadap permasalahan petani 4. Manfaat interaksi dalam
meningkatkan kapasitas petani
Skor terkoreksi: 1.rendah 2.sedang 3.tinggi Y1.5. Interaksi petani dengan lingkungan belajar Kuantitas, intensitas dan kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana belajar untuk mendukung proses belajar.
1. Frekuensi dan intensitas berhubungan dgn lingkungan belajar
2. Kemudahan akses dan kesempatan
3. Manfaat beradaptasi dengan lingkungan dalam
meningkatkan kapasitas petani
Skor terkoreksi: 1.rendah 2.sedang 3.tinggi
85
Perilaku Petani Dalam Mengelola Hutan Rakyat Secara Lestari (Y2)
Perilaku petani dalam penelitian ini didefinisikan sebagai hasil proses belajar yang berwujud perubahan/perbaikan perilaku petani dalam pengelolaan hutan rakyat secara lestari. Perilaku petani dalam pengelolaan hutan lestari mencakup dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan tentang kelestarian fungsi produksi, ekologi dan sosial.
Tabel 20. Definisi Operasional, Parameter dan Pengukuran Peubah Perilaku Petani (Y2)
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
Y2.1. Kelesta-rian fungsi produksi Tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani dalam menjaga keamanan hutan dan kelestarian hasil, serta menjalankan manajemen usaha.
1. Pengetahuan petani (mengetahui, mengerti, dapat menilai dan mengevaluasi) tentang pentingnya keamanan hutan, kelestarian hasil, dan kemampuan manajemen usaha;
2. Sikap petani (menyadari, menghayati, dan mau melibatkan diri) terhadap upaya penjagaan keamanan hutan dan kelestarian hasil, serta manajemen usaha; 3.Ketrampilan petani (cakap dan
aktif) dalam menjalankan kegiatan berkaitan pengamanan hutan, pelestarian hasil dan manajemen usaha. Skor terkoreksi: 1.rendah 2.sedang 3.tinggi Y2.2. Kelesta-rian fungsi ekologi Tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani dalam menjaga struktur dan fungsi ekosistem hutan, keberadaan flora dan fauna
endemik/langka.
1.Pengetahuan petani (mengetahui, mengerti, dapat menilai dan mengevaluasi) tentang pentingnya menjaga struktur dan fungsi ekosistem hutan, keberadaan flora dan fauna endemik/langka;
2.Sikap petani (menyadari,
menghayati, dan mau melibatkan diri) terhadap upaya menjaga struktur dan fungsi ekosistem hutan, keberadaan flora dan fauna endemik/langka;
3.Ketrampilan petani (cakap dan aktif) dalam menjalankan kegiatan berkaitan upaya menjaga struktur dan fungsi ekosistem hutan, keberadaan flora dan fauna endemik/langka; Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi
Lanjutan Tabel 20.
Indikator Definisi Operasional Parameter Pengukuran
Y2.3. Kelesta-rian fungsi sosial Tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani dalam melaksanakan pembagian manfaat usaha secara adil, mengembangkan kelembagaan masyarakat dan mengembangkan pola hubungan sosial/kemitraan.
1. Pengetahuan petani (mengetahui, mengerti, dapat menilai dan mengevaluasi) tentang pentingnya melaksanakan pembagian manfaat usaha secara adil,
mengembangkan kelembagaan masyarakat dan mengembangkan pola hubungan sosial/kemitraan. 2. Sikap petani (menyadari,
menghayati, dan mau melibatkan diri) terhadap upaya pembagian manfaat usaha secara adil, pengembangan kelembagaan masyarakat dan pengembangan pola hubungan sosial/kemitraan; 3. Ketrampilan petani (cakap dan
aktif) dalam upaya pembagian manfaat usaha secara adil, pengembangan kelembagaan masyarakat dan pengembangan pola hubungan sosial/kemitraan.
Skor terkoreksi: 1. rendah 2. sedang 3. tinggi