• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Umum

Kebun manggis Leuwiliang didominasi oleh tanaman manggis produktif yang berumur lebih dari 20 tahun. Kebun ini berada pada ketinggian 390-398 m dpl, dengan topografi bergelombang dan kemiringan 6-30 %, jenis tanah podsolik dengan tekstur liat yang tinggi dan pH berkisar antara 4,30-5,50.

Disebutkan oleh Gunawan (2007) terdapat perbedaan tingkat kesuburan tanah pada lima sentra produksi manggis di Pulau Jawa, yaitu Leuwiliang, Wanayasa, Puspahiang, Kaligesing dan Watulimo yang dipengaruhi oleh karakterisitik iklim mikro dan tanah masing-masing daerah. Leuwiliang menjadi daerah sentra produksi manggis dengan tingkat kesuburan tanah rendah, terutama kandungan hara N, P dan K bila dibandingkan dengan keempat daerah lainnya. Menurut hasil analisis tanah dari areal perkebunan manggis Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Hara dan Tekstur Tanah pada Tanah Areal Kebun Manggis

Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang.

Sifat Tanah Hasil Analisis

pH H2O 5,50 KCL 4,30 N (%) 0,17 P (ppm) Bray 9,4 HCL 25% 82,1 K (me/100g) 0,42 Ca (me/100g) 4,59 Mg (me/100g) 1,07 Na(ppm) 0,32 Fe (ppm) 2,96 Cu (ppm) 2,84 Zn (ppm) 4,36 Mn (ppm) 38,40 KTK (me/100g) 15,36 Tekstur (%) Pasir 16,39 Debu 12,13 Liat 71,48

(2)

Hasil analisis tanah pada Tabel 2 menunjukkan kebun manggis di Kampung Cengal Kecamatan Leuwiliang memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dengan kandungan hara yang relatif rendah. Rendahnya hara terutama disebabkan oleh tingginya tingkat pencucian hara akibat curah hujan yang turun sepanjang tahun (Gambar 4 dan Gambar 5). Tingginya tingkat pencucian hara pada lahan perkebunan manggis juga disebabkan oleh topografi kebun manggis yang bergelombang dengan kemiringan sebesar 6-30 %, .

Kebun manggis di daerah Leuwiliang merupakan perkebunan manggis dengan sistem agroforestry, sehingga terdapat beberapa jenis tanaman lain seperti melinjo (Gnetum gnemon), durian (Durio zibenthinus), dan pisang (Musa

paradisiaca). Jarak tanam pada kebun manggis tidak seragam dan ditanam

topografi miring. Untuk meminimalisir pengaruh negatif dari lahan yang miring, seperti resiko terjadinya longsor dan erosi pada areal kebun, terutama pada musim hujan, maka telah dibuat teras / teras individu pada setiap pohon manggis.

Pola sebaran curah hujan dan hari hujan di Desa Karacak kecamatan Leuwiliang selama satu tahun (2008) dapat dilihat pada Gambar 4. Pada awal tahun (Januari-Februari dan Maret) terjadi penurunan curah hujan dari 407 mm/bulan menjadi 239 mm/bulan, demikian pula pada bulan Mei hingga Juli terjadi penurunan curah hujan dari 302 mm/bulan menjadi 115 mm/bulan. Pada akhir bulan Agustus terjadi peningkatan curah hujan hingga puncaknya terjadi pada bulan Nopember yang mencapai 494 mm/bulan.

Pola sebaran jumlah hari hujan setiap bulan memiliki pola yang relatif sama dengan pola sebaran curah hujan per bulan, kecuali jumlah hari hujan pada bulan Februari dan Maret yang menunjukkan peningkatan jumlah hari hujan (masing-masing 20 hari hujan) dibanding pada bulan Januari (10 hari hujan), hal ini menunjukkan bahwa pada Februari dan Maret hujan turun hampir setiap hari selama satu bulan.

(3)

0 100 200 300 400 500 600 Janu ari Febr uari Mar et Apr il Mei Juni Ju li Agu stus Sep tem ber Okt ober Nop em ber Dese mbe r c u ra h h u ja n ( m m ) 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor ( 2009)

Gambar 4. Pola Penyebaran Curah Hujan Dan Jumlah Hari Hujan di Desa

Karacak Kecamatan Leuwiliang Bogor pada Tahun 2008

Sedangkan curah hujan tahunan berdasarkan pengamatan Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 berkisar antara 1.353 mm sampai 3.350 mm per tahun (Gambar 5).

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor( 2009)

Gambar 5. Pola Penyebaran Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Desa

Karacak Kec. Leuwiliang Bogor selama Lima Tahun, sejak Tahun 2004 hingga Tahun 2008. 0 100 200 300 400 500 600 Janu ari Febr uari Mar et Apr il Mei Juni Ju li Agu stus Sep tem ber Okt ober Nop embe r Des embe r c u ra h h u ja n ( m m ) 0 5 10 15 20 25 h a ri h u ja n

(4)

Curah hujan tahunan terendah terjadi pada tahun 2006 sedangkan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Curah hujan bulanan terendah selama tahun pengamatan terjadi pada bulan Juni 2004 sebesar 0,0 mm, sedangkan tertinggi terjadi pada bulan April 2004 sebesar 505 mm. Selama tahun pengamatan, bulan Agustus memiliki rata-rata curah hujan terendah yaitu sebesar 80.8 mm, sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November, yaitu sebesar 309.2 mm.

Tabel 3. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Di Desa Karacak Kec.Leuwiliang

Bogor Selama Lima Tahun, Sejak Tahun 2004 Hingga Tahun 2008.

Hari Hujan (hari) Tahun

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Jumlah (hari) 2004 20 18 11 20 9 - 13 1 12 9 17 17 147 2005 14 17 13 7 13 25 8 5 13 13 15 8 151 2006 18 15 2 17 1 1 1 4 3 2 26 18 108 2007 6 15 15 17 14 16 2 7 2 14 14 21 143 2008 10 20 20 14 12 10 6 10 11 16 15 11 155 Jumlah 68 85 61 75 49 52 30 27 41 54 87 75 Rata-rata 13.6 17 12.2 15 9.8 13 6 5.4 8.2 10.8 17.4 15

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor (2009)

Jumlah hari hujan tahunan yang terjadi diwilayah studi berkisar antara 108 sampai 155 hari, dengan rata-rata jumlah hari hujan per tahun sebesar 140.8 hari. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada tahun 2006 sedangkan tertinggi terjadi pada tahun 2008 (Tabel 3).

Jumlah rata-rata hari hujan bulanan selama tahun pengamatan berkisar antara 5.4 hingga 17.4 hari. Jumlah rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus, sedangkan rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Nopember. Jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni 2004 dimana tidak terjadi hujan,sedangkan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan November 2006 yaitu sebanyak 26 hari.

Pembungaan tanaman manggis pada tahun 2008 mulai terjadi pada awal bulan Oktober 2008, dilanjutkan dengan pembentukan dan pematangan buah. Panen buah manggis mulai dilakukan pada pertengahan bulan Januari yaitu pada saat buah berumur lebih kurang 102 hari setelah anthesis.

Buah manggis yang diproduksi di Kampung Cengal Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang saat ini ditujukan sebagai buah ekspor dengan tujuan utama Hongkong. Orientasi pemanenan buah oleh petani Kampung Cengal didasarkan kepada penampakan (visual) buah yang akan dipanen. Buah yang akan

(5)

dipanen disesuaikan dengan indeks warna (Lampiran 5) untuk mengukur tingkat kematangan buah. Warna buah yang dijadikan acuan adalah warna buah sesuai dengan indeks warna 2, yaitu ditandai dengan warna buah kuning kemerahan dan bercak merah masih jelas merata, getah sedikit dan buah telah dapat dipisahkan dari kulit, sehingga dilakukan beberapa kali pemanenan buah manggis dalam satu periode panen. Pemanenan buah manggis dilakukan setiap dua hari sekali. Setelah panen, hasil panen dikumpulkan untuk disortasi sesuai ukuran dan dijual kepada eksportir pada hari yang sama dengan hari pemanenan untuk menjaga kualitas buah.

4.2. Pengaruh Pemupukan Nitrogen

4.2.1. Kandungan Nitrogen Pada Daun Berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen

Kandungan nitrogen pada jaringan daun terminal tanaman manggis diamati sebanyak empat kali, masing-masing pada saat sebelum aplikasi pupuk nitrogen diberikan, yaitu pada bulan Mei 2008, Agustus 2008, Oktober 2008 dan Februari 2009. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nitrogen pada Jaringan Daun Terminal Tanaman Manggis

pada Beberapa Waktu Pengamatan. Nitrogen (g/tan/thn) Mei 2008 (setelah panen) Agustus 2008 (menjelang berbunga) Oktober 2008 (diameter buah 2 cm) Februari 2009 (setelah panen) ...%... 0 0,88 1,40 1,25 1,43 300 0,80 1,47 1,27 1,45 600 0,75 1,33 1,36 1,46 900 1,12 1,47 1,40 1,47 1200 0,99 1,54 1,44 1,30

Terjadi peningkatan kandungan nitrogen pada daun terminal tanaman manggis yang diamati sejak setelah panen tahun 2008 hingga setelah panen tahun 2009 (Tabel 3). Analisis daun terminal yang dilakukan pada bulan Mei 2008 dan Februari 2009 masing-masing merupakan daun yang telah berumur lima bulan sejak flush. Dijelaskan oleh Liferdi (2007) daun berumur lima bulan merupakan

(6)

daun yang memiliki korelasi terbaik pada hubungan kandungan hara daun terhadap relatif yield, bila dibandingkan dengan daun pada umur lainnya.

Peningkatan dan penurunan kandungan hara pada daun dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman manggis di dalam pertumbuhannya. Adanya pengaruh proses fisiologi tanaman terlihat pada terjadinya peningkatan kandungan nitrogen pada saat tanaman belum berbunga bila dibandingkan pada saat setelah panen pada tahun 2008, kemudian terjadi penurunan kandungan nitrogen pada saat tanaman memasuki fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga dan buah, lalu meningkat kembali pada saat setelah panen pada tahun 2009. Terjadinya fluktuasi kandungan hara tersebut menjelaskan bahwa terjadi alokasi fotosintat dan asimilat pada jaringan source tanaman termasuk nitrogen. Nitrogen sebagai penyusun enzim penting bagi tanaman dan bersifat mobil, dimanfaatkan secara maksimal pada setiap fase pertumbuhan dan produksi tanaman manggis. Sutejo (2002) menyebutkan bahwa bahan kering tanaman terdiri atas bahan organik dan anorganik, dan nitrogen menjadi salah satu bahan terbanyak yang dikandung dalam tanaman setelah karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah kandungan nitrogen dalam bahan kering tersebut menunjukkan pentingnya nitrogen dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman.

Namun demikian, kandungan nitrogen pada daun terminal untuk setiap perlakuan menunjukkan jumlah prosentase yang relatif sama, hal ini menjelaskan bahwa kandungan hara di dalam daun disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman dan dipengaruhi oleh sifat genotif tanaman manggis. Disebutkan oleh Collings (1955) bahwa nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya bagi pertumbuhan vegetatif. Nitrogen dalam tubuh tanaman akan diubah menjadi bentuk organik seperti asam amino, protein, penyusun klorofil, dan zat pengatur tumbuh. Nitrogen dalam bentuk organik ini akan dimanfaatkan dalam berbagai proses fisiologis tanaman manggis, termasuk mendukung translokasi asimilat dan fotosintat pada daun manggis dan bagian tanaman lainnya.

(7)

4.2.2. Pemupukan Nitrogen terhadap Produksi Tanaman

Perlakuan pemupukan Nitrogen memberikan pengaruh terhadap peubah komponen pertumbuhan dan produksi tanaman yang diamati, yaitu panjang trubus, panjang daun, lebar daun, jumlah bunga, jumlah bunga dan buah rontok, jumlah buah panen dan produksi buah per pohon, namun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah trubus (Tabel 5). Pemberian nitrogen dengan dosis 1200 g memberikan hasil terbaik pada setiap peubah yang diamati, dengan jumlah buah panen tertinggi, yaitu sebanyak 79,67 buah per pohon dan produksi buah sebesar 8,75 kg/pohon, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pupuk N, yaitu sebanyak 31,83 buah per pohon dan produksi buah sebesar 2,89 kg/pohon.

Tabel 5. Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Jumlah Trubus, Panjang Trubus,

Panjang Daun, Lebar Daun, Jumlah Bunga, Jumlah Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon.

Dosis Nitrogen (g/tan/ thn) Jumlah trubus (trubus per cabang) Panjang trubus (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Jumlah Bunga (bunga per pohon) Jumlah bunga & buah rontok (buah per pohon) Jumlah buah panen (buah per pohon) Prod. Buah per pohon (kg/ phn) 0 10,55 10,32 18,35 7,55 59,67 27,83 31,83 2,89 300 10,87 9,32 20,03 7,80 100,00 40,00 60,00 5,89 600 11,35 10,50 21,22 8,22 103,83 45,83 58,00 6,02 900 11,10 12,65 20,63 8,23 128,50 53,83 74,67 8,04 1200 11,08 12,88 22,58 8,53 132,00 52,33 79,67 8,75 Uji F tn * * * ** ** ** ** Pola respon tn L** L** L** L** L** L** L**

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan nitrogen; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah trubus. Hal ini diyakini disebabkan adanya pengaruh faktor intenal dari tanaman manggis, yaitu pengaruh faktor genetik tanaman sebagai pengaruh dominan pada pembentukan trubus, dimana tanaman manggis mengalami trubus dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan fase atau umur tanaman tersebut. Dijelaskan oleh Nakasone dan Paull (1999) bahwa pada tanaman tropika, siklus trubus tanaman sangat beragam, hal ini bergantung pada spesies, kultivar dan keadaan iklim, kemudian ditegaskan oleh Hidayat (2002) di dalam penelitiannya bahwa sebelum

(8)

bercabang, bibit tanaman manggis dapat menghasilkan 5-6 kali trubus per tahun dan pada tanaman manggis dewasa umur 8 tahun hanya menghasilkan 2 kali trubus per tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah trubus yang ada dan membuat jumlah trubus pada tanaman manggis dengan umur yang sama memiliki jumlah trubus yang relatif sama.

Uji orthogonal menunjukkan pengaruh yang bersifat linier terhadap panjang trubus, panjang daun, lebar daun, jumlah bunga, jumlah buah panen dan produksi buah per pohon. Hasil tersebut menggambarkan bahwa hara nitrogen sangat dibutuhkan oleh tanaman manggis dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya. Pemberian pupuk Urea meningkatkan kandungan nitrogen yang tersedia bagi tanaman di dalam tanah, hara ini kemudian diserap oleh tanaman terutama untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman manggis seperti panjang trubus, panjang daun, lebar daun. Sesuai dengan pendapat Schroth dan Sinclair (2003) serta Krishna (2002) yang menjelaskan bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe tanaman dan faktor lingkungan, seperti ketersediaan hara dan air. Kebutuhan tanaman akan hara nitrogen dijelaskan oleh Laegreid et.al. (1999) bahwa nitrogen diperlukan pada setiap fase pertumbuhan terutama pada fase vegetatif. Peningkatan pertumbuhan tanaman akan mengalami penurunan apabila nitrogen tidak dapat diserap oleh tanaman. Nitrogen merupakan hara penting bagi peningkatan jumlah dan ukuran daun, defisiensi hara ini menyebabkan terjadinya pengurangan luas daun karena menuanya daun-daun yang lebih bawah.

Peningkatan pertumbuhan vegetatif tanaman manggis seperti panjang dan lebar daun juga akan memperbesar tangkapan cahaya matahari sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis, dan secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman seperti pembentukan bunga dan buah, karena adanya peningkatan fotosintat dalam proses fotosintesis. Dijelaskan oleh Gardner et.al. (1939) dan Heddy (1990), daun berfungsi sebagai organ utama fotosintesis pada tumbuhan tingkat tinggi. Permukaan daun yang luas dan datar memungkinkan daun menangkap cahaya matahari semaksimal mungkin per satuan volume dan meminimalkan jarak yang harus ditempuh oleh CO2 dari

(9)

Namun demikian, pemberian hara nitrogen ternyata memberikan pengaruh yang bersifat linier terhadap jumlah bunga dan buah rontok, seiring dengan terjadinya peningkatan jumlah bunga per pohon akibat pemupukan nitrogen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah nitrogen mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, termasuk pertumbuhan daun seperti panjang dan lebar daun yang kemudian menyebabkan terjadi akumulasi fotosintat yang berguna bagi pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman manggis, sehingga semakin banyak bunga yang terbentuk, dan secara tidak langsung membuat jumlah bunga dan buah yang rontok semakin besar. Namun demikian, berdasarkan persentase bunga dan buah yang gugur maka dapat dijelaskan bahwa peningkatan nitrogen ternyata menurunkan jumlah bunga dan buah yang rontok. Pada perlakuan tanpa pemupukan nitrogen (n0) terjadi kerontokan bunga dan buah sebesar 46.64%,

sedangkan pada perlakuan pemupukan nitrogen sebesar 1200 g/tanaman/tahun menurunkan persentase jumlah bunga dan buah rontok menjadi 39.64 %. Oleh karena itu peningkatan jumlah bunga dan buah rontok diduga tidak dipengaruhi langsung oleh pemberian nitrogen, namun terjadi akibat peningkatan jumlah bunga yang terbentuk. Dijelaskan oleh Poerwanto (2003) bahwa kerontokan buah dan bunga disebabkan oleh pengaruh hujan, kondisi kering, panas yang ekstrim dan kompetisi diantara organ tanaman yang berkembang, hal ini didukung oleh Rai (2004) dan Siauw (2006) didalam penelitiannya yang menggambarkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung dari pemberian nitrogen terhadap rontoknya bunga dan buah.

Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan panjang trubus, panjang daun, dan lebar daun akibat pemberian pupuk nitrogen akan mendukung proses fotosintesis tanaman lebih optimal, dan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman manggis, karena adanya akumulasi asimilat yang disimpan (pada jaringan source) dan ditranslokasikan pada bagian tanaman yang memerlukannya (jaringan sink). Selain itu dengan adanya penurunan prosentase jumlah bunga dan buah rontok akibat pemberian nitrogen maka akan meningkatkan jumlah buah yang dapat dipanen, sehingga peningkatan pertumbuhan vegetatif sangat penting dalam usaha peningkatan produksi tanaman,

(10)

dengan adanya pertumbuhan vegetatif yang baik maka produksi tanaman buah-buahan menjadi optimal (Laegreid et.al. 1999; Black 1968).

4.2.3. Pemupukan Nitrogen terhadap Kualitas Buah

Perlakuan pemupukan Nitrogen memberikan pengaruh terhadap bobot buah segar, bobot kulit buah segar, bobot kulit buah kering, bobot tangkai dan cupat segar, bobot aril dan edible portion, namun tidak memberikan pengaruh terhadap bobot biji segar, bobot biji kering dan bobot tangkai dan cupat kering (Tabel 6).

Bobot buah segar terberat didapatkan pada perlakuan pemupukan nitrogen 1200 g/tanaman/tahun yaitu sebesar 110,59 g, sedangkan nilai terendah didapatkan pada perlakukan tanpa pemberian pupuk nitrogen yaitu sebesar 89,28 g. Sedangkan bobot aril tertinggi didapatkan pada perlakuan pemupukan nitrogen 900 g/tanaman/tahun yaitu sebesar 43,48 g dan bobot aril terendah didapatkan pada perlakuan pemupukan nitrogen 300 g/tanaman/tahun yaitu sebesar 30,96 g.

Tabel 6. Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Bobot Buah Segar, Bobot Kulit

Buah Segar, Bobot Kulit Buah Kering, Bobot Biji Segar, Bobot Biji Kering, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Tangkai dan Cupat Kering, Bobot Aril serta Edible Portion.

Dosis Nitrogen (g/tan/ thn) Bobot buah segar (g) Bobot kulit buah segar (g) Bobot kulit buah kering (g) Bobot biji segar (g) Bobot biji kering (g) Bobot tangkai & cupat segar (g) Bobot tangkai & cupat kering (g) Bobot aril (g) Edible portion (%) 0 89,28 46,50 17,31 1,74 1,20 3,14 1,08 37,55 41,89 300 96,90 60,71 27,17 1,71 1,22 3,39 1,25 30,96 32,17 600 108,02 62,56 28,26 1,71 1,20 3,74 1,33 39,80 36,87 900 108,54 59,62 25,24 1,73 1,21 3,50 1,20 43,48 40,05 1200 110,59 63,47 27,95 1,74 1,21 3,79 1,30 41,45 37,46 Uji F * ** * tn tn ** tn * * Pola respon L** Q* L* tn tn L** L* L* tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan nitrogen; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier; Q=quadratik; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Pemberian nitrogen meningkatkan bobot buah manggis segar dengan pola respon linear. Perlakuan pemberian nitrogen dengan dosis sebesar 1200 g per tanaman memberikan nilai bobot terberat sebesar 110,59 g, sedangkan tanpa

(11)

adanya pemberian nitrogen memberikan nilai terendah pada bobot buah manggis yaitu sebesar 89,28 g. Peningkatan bobot buah segar ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah alokasi asimilat yang ditranslokasikan ke jaringan buah, baik tangkai dan cupat, kulit buah, serta daging buah. Hal ini tidak terlepas dari terjadinya peningkatan pertumbuhan vegetatif seperti peningkatan panjang dan lebar daun serta panjang trubus yang berakibat tanaman manggis dapat memanfaatkan cahaya matahari lebih optimal dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan fotosintat, termasuk fungsi nitrogen sebagai komponen penyusun klorofil yang mendukung penangkapan energi matahari menjadi optimal. Disebutkan oleh Marschner (1995), nitrogen ditemukan dalam bentuk organik dan anorganik didalam tumbuhan, bergabung dengan C,H,O, dan kadang-kadang S untuk membentuk asam amino, enzim-enzim amino, asam nukleat, klorofil, alkaloid dan basa purin. Peranan utama nitrogen dalam pertumbuhan tanaman meliputi : komponen molekul klorofil, komponen asam-asam amino, esensial untuk penggunaan karbohidrat, sebagai komponen enzim, merangsang aktivitas dan perkembangan akar serta membantu penyerapan unsur-unsur hara lainnya.

Selain itu dengan adanya peningkatan jumlah bunga dan buah rontok secara tidak langsung memberikan kontribusi penting terhadap peningkatan bobot buah segar, dengan jumlah buah yang sedikit pada pohon maka alokasi asimilat pada masing-masing buah akan semakin besar. Tanaman secara umum melakukan kompetisi untuk mendapatkan cahaya matahari sesuai dengan kebutuhannya, baik kompetisi antar tanaman maupun dalam tanaman itu sendiri. Persaingan dalam tanaman itu sendiri diantaranya berupa persaingan mendapatkan cahaya matahari antar daun dalam suatu tanaman. Pertumbuhan vegetatif yang optimal dapat membantu tanaman menangkap (absorb) dan memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan fotosintat bagi pertumbuhannya. Fotosintat yang dihasilkan dan disimpan oleh tanaman akan ditransportasikan kebagian tanaman yang memerlukan, termasuk kebutuhan pembesaran jaringan buah yang selanjutnya berpengaruh terhadap peningkatan bobot buah (Taiz and Zeiger 2002, Schulze

et.al. 2002).

Pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh terhadap peubah bobot biji segar dan bobot biji kering, hal ini disebabkan buah manggis memiliki jumlah

(12)

biji yang relatif seragam, dimana setiap buah memiliki biji berkisar 0-4 biji/buah, hal ini diyakini lebih disebabkan oleh pengaruh genetik tanaman manggis sebagai pengaruh yang dominan. Biji manggis merupakan biji yang dihasilkan secara aseksual atau tanpa fertilisasi (apomiksis) dari jaringan induk yang diploid, sehingga biji dihasilkan secara apomiksis merupakan produk vegetatif seperti halnya perbanyakan dari akar dan stek dari batang (Gardner et.al. 1991), kemudian disebutkan oleh Yaacob dan Tindal (1995) serta Verheij (1992) bahwa tidak semua bakal biji dalam segmen buah manggis dapat berkembang menjadi biji, umumnya hanya 1-3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji.

Perlakuan pemberian nitrogen memberikan pengaruh terhadap peubah

edible portion dari buah manggis, namun tidak menunjukkan adanya pola respon

baik linear maupun kuadratik dari pemberian nitrogen. Hal ini menggambarkan bahwa persentase bagian buah yang dapat dimakan dipengaruhi langsung oleh peningkatan pertumbuhan bagian lain buah, diantaranya yaitu peningkatan bobot kulit buah segar. Tabel 3 menunjukkan pola respon kuadratik bobot kulit buah segar secara tidak langsung mempengaruhi prosentase edible portion dari buah manggis, semakin berat bobot segar kulit buah manggis maka prosentase edible

portion buah cenderung menurun dan demikian pula sebaliknya. Prosentase edible portion buah manggis pada penelitian ini menunjukkan jumlah yang relatif besar

bila dibandingkan dengan prosentase minimum edible portion buah manggis yang direkomendasikan di Philipina yang disebutkan oleh Intengan (1968) yaitu sebesar 29 %, demikian pula bila dibandingkan dengan hasil penelitian Abdillah (2008) yang menunjukkan porsentase edible portion buah manggis berkisar antara 27,01-33,21% pada perlakuan pemupukan nitrogen.

Selain itu perlakuan pemupukan Nitrogen juga memberikan pengaruh terhadap diameter horizontal buah, diameter vertikal buah dan tebal kulit buah manggis, namun tidak memberikan pengaruh terhadap kekerasan kulit buah, TPT dan TAT (Tabel 7). Perlakuan pemupukan nitrogen 1200 g/tanaman/tahun memberikan pengaruh tertinggi pada peubah diameter horizontal, diameter vertikal dan tebal kulit, berturut-turut yaitu sebesar 6,00 cm, 5,21 cm dan 8,02 mm, sedangkan nilai terendah didapatkan pada perlakukan tanpa pemberian pupuk nitrogen, berturut-turut yaitu sebesar 4,95 cm, 4,38 cm dan 6,62 mm.

(13)

Tabel 7. Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Kekerasan Kulit Buah, Diameter

Horizontal, Diameter Vertikal, Tebal Kulit Buah, TPT dan TAT.

Dosis Nitrogen (g/tan/thn) Kekerasan kulit buah (kg/cm2/dt) Diameter horizontal (cm) Diameter vertikal (cm) tebal kulit

buah (mm) TPT (brik) TAT (%)

0 1,68 4,95 4,38 6,62 17,25 0,40 300 1,71 5,27 4,87 7,08 17,87 0,42 600 1,67 5,78 5,00 7,32 17,77 0,42 900 1,66 5,88 5,19 7,42 17,61 0,41 1200 1,73 6,00 5,21 8,02 17,67 0,44 Uji F tn * * * tn tn Pola respon tn L** L** L** tn tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan nitrogen; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Peningkatan bobot buah berbanding lurus dengan peningkatan diameter buah, baik diameter horizontal maupun vertikal dengan pola respon linier (Gambar 6). Peningkatan diameter buah terjadi karena adanya alokasi asimilat pada buah sebagai sink yang kuat pada saat tanaman tahunan berbuah, asimilat ditranslokasikan kepada jaringan buah yang sedang berkembang, hal ini berpengaruh kepada peningkatan ukuran buah (Gardner et.al. 1939).

y = 0.0009x + 5.0318 R2 = 0.3212 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 0 300 600 900 1200 Nitrogen (g) D ia m e te r h o ri z o n ta l (c m ) A

(14)

y = 0.0007x + 4.531 R2 = 0.3171 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 0 300 600 900 1200 Nitrogen (g) D ia m e te r v e rt ik a l (c m ) y = 0.0181x + 91.812 R2 = 0.3234 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 0 300 600 900 1200 Nitrogen (g) B o b o t b u a h s e g a r (g )

Gambar 6. Pola Respon Peubah (A) Diameter Horizontal Buah; (B) Diameter

Vertikal Buah; (C) Bobot Buah Segar, terhadap Pemupukan Nitrogen.

Berdasarkan Standar Codex (Lampiran 6), maka buah manggis dengan perlakuan pupuk nitrogen 1200g/tanaman/tahun termasuk kedalam grade D, sedangkan perlakuan tanpa pemupukan nitrogen menunjukkan bobot buah manggis masuk kedalam grade C. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas buah manggis mengalami peningkatan seiring dengan pemberian pupuk N. Demikian pula bila dilihat berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) buah manggis tujuan eksport (Lampiran 7) terjadi peningkatan kualitas buah seiring dengan penambahan dosis perlakuan.

B

(15)

Selain memberikan pengaruh terhadap terjadinya peningkatan diameter buah, pemupukan nitrogen juga memberikan pengaruh terhadap peningkatan tebal kulit buah manggis. Perlakuan pemberian pupuk nitrogen sebanyak 1200 g/tanaman/tahun memberikan nilai tertinggi pada peubah tebal kulit buah sebesar 8,02 mm. Hal ini berpengaruh baik terhadap peningkatan kualitas buah terutama bagi buah dengan orientasi pasar sebagai buah eksport, dengan adanya peningkatan ketebalan kulit buah maka buah manggis diharapkan memiliki ketahanan terhadap kerusakan selama proses pasca panen dan distribusinya. Disebutkan oleh Nakasone dan Paull (1999) bahwa buah-buahan mengalami kerusakan terutama pada saat proses pascapanen, hal ini disebabkan karena adanya benturan buah dengan buah lain ataupun dengan benda lainnya pada saat pengemasan maupun dalam pengirimannya. Kulit buah yang tebal akan meningkatkan ketahanan buah terhadap kerusakan tersebut, selain perlunya dukungan usaha eksternal dalam proses pascapanennya.

Rata-rata nilai TPT dan TAT aril manggis menunjukkan tidak ada pengaruh dari pemberian nitrogen. Hal ini diyakini disebabkan oleh pengaruh waktu panen yang relatif homogen, didasarkan kepada tingkat kemasakan dengan indikasi warna buah (lampiran 5) sebagai buah dengan tujuan ekspor (lihat halaman 33-34). Panen dilakukan pada saat buah berumur lebih kurang 102 hari setelah anthesis. Pemanenan buah pada saat ini membuat tingkat kematangan buah relatif seragam sehingga secara langsung memberikan pengaruh terhadap kualitas rasa buah yang juga relatif seragam. Hal yang sama ditunjukkan oleh Abdillah (2008) bahwa perlakuan pemupukan nitrogen tidak memberikan pengaruh terhadap TAT dan TPT buah manggis pada buah manggis yang dipanen dengan kriteria yang sama.

4.2.4. Pemupukan Nitrogen terhadap Kandungan N, P, K pada Buah

Berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan pemberian pupuk nitrogen menunjukkan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan N, P, K pada kulit buah, tangkai dan cupat buah serta biji buah manggis kecuali kandungan K pada biji buah manggis, begitu pula terhadap uji orthogonal yang dilakukan menunjukkan perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan N, P, K

(16)

pada buah manggis, baik pengaruh yang bersifat linier ataupun kuadratik (Tabel 8).

Tabel 8. Pengaruh Pemberian Nitrogen Terhadap Kandungan N, P, K pada Kulit

Buah, Tangkai dan Cupat serta Biji Manggis.

Kulit buah Tangkai dan cupat Biji

Nitrogen (g/tan/thn) N P K N P K N P K ...%... 0 0,59 0,05 1,38 1,16 0,06 1,56 0,79 0,10 0,73 300 0,53 0,05 1,12 1,20 0,07 1,46 0,87 0,12 0,96 600 0,53 0,04 1,08 1,19 0,05 1,43 0,87 0,09 0,54 900 0,55 0,05 1,20 1,33 0,07 1,62 0,83 0,12 0,82 1200 0,56 0,05 1,18 1,30 0,06 1,62 0,77 0,10 0,80 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn * Pola respon tn tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan nitrogen; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; *=nyata pada taraf uji 5%; tn=tidak nyata.

Tidak adanya pengaruh pemupukan nitrogen terhadap kandungan unsur hara makro N,P dan K pada kulit buah, tangkai dan cupat serta biji manggis, disebabkan alokasi nitrogen pada bagian buah diatur oleh proses fisologis tanaman. Nitrogen yang diserap oleh tanaman manggis dialokasikan pada bagian vegetatif tanaman terutama daun sebagai salah satu bahan pembentuk klorofil yang berperan penting dalam proses fotosintesis. Fotosintat, asimilat yang dihasilkan maupun nitrogen, fosfor dan kalium kemudian ditranslokasikan sesuai dengan kebutuhan pembentukan dan pembesaran buah, sehingga kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada bagian buah relatif seragam walaupun mendapatkan perlakuan pemupukan nitrogen dengan dosis yang berbeda.

Konsentrasi nitrogen, fosfor dan kalium yang tinggi pada bagian-bagian buah dibandingkan dengan daun menyebabkan kehilangan hara pada saat panen terjadi dalam jumlah besar, karena hara yang dikembalikan kembali ke tanah hanya berasal dari sisa-sisa tanaman seperti daun-daun yang rontok, dan kandungan N, P, K rendah karena umumnya daun yang rontok adalah daun yang tua. Hal ini penting untuk menjadi dasar pemupukan pada periode berikutnya, untuk memenuhi kebutuhan tanaman manggis agar dapat berproduksi maksimal.

(17)

Perlakuan nitrogen terbukti memberikan pengaruh terhadap kandungan kalium pada biji buah manggis. Hal ini diduga dengan adanya peningkatan pertumbuhan vegetatif akibat pemberian pupuk nitrogen menyebabkan terjadinya peningkatan serapan kalium, terutama didalam pemenuhan kebutuhan kalium pada jaringan daun, dan pada saat fase pembentukan dan pembesaran buah terjadi translokasi kalium dari daun menuju jaringan biji buah sebagai source yang kuat. Tisdale et.al (1985) menyatakan kalium memainkan peranan penting didalam proses fotosintesis dimana lebih dari 50% dari total unsur ini pada daun terkonsentrasi di klorofil. Kalium akan meningkatkan laju fotosintesis sehingga dapat meningkatkan kandungan fotosintat pada tanaman. Fotosintat, asimilat yang dihasilkan maupun nitrogen, fosfor dan kalium kemudian ditranslokasikan sesuai dengan kebutuhan pembentukan dan pembesaran buah sebagai source yang kuat.

4.3. Pengaruh Pemupukan Fosfor

4.3.1. Kandungan Fosfor pada Daun Berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen

Kandungan fosfor pada jaringan daun diamati sebanyak empat kali, masing-masing pada saat sebelum aplikasi pupuk fosfor diberikan, yaitu pada bulan Mei 2008, Agustus 2008, Oktober 2008 dan Februari 2009. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kandungan Fosfor pada Jaringan Daun Terminal Tanaman Manggis

pada Beberapa Waktu Pengamatan.

Fosfor (g/tan/thn) Mei 2008 (setelah panen) Agustus 2008 (menjelang berbunga) Oktober 2008 (diameter buah 2 cm) Februari 2009 (setelah panen) ...%... 0 0,05 0,07 0,09 0,07 300 0,06 0,09 0,10 0,08 600 0,06 0,12 0,12 0,08 900 0,07 0,12 0,12 0,08 1200 0,09 0,10 0,13 0,06

Analisis daun terminal yang dilakukan pada bulan Mei 2008 dan Februari 2009 masing-masing merupakan daun yang telah berumur lima bulan sejak flush (Tabel 9). Dijelaskan oleh Liferdi (2007) daun berumur lima bulan merupakan

(18)

daun yang memiliki korelasi terbaik pada hubungan kandungan hara daun terhadap relatif yield, bila dibandingkan dengan daun pada umur lainnya.

Kandungan fosfor pada daun terminal pada saat setelah panen 2009 menunjukkan nilai yang relatif lebih tinggi apabila dibandingkan dengan kandungan fosfor pada saat setelah panen 2008. Namun demikian, perlakuan fosfor sebesar 1200 g/tanaman/tahun menunjukkan penurunan bila dibandingkan kandungan fosfor pada daun terminal dengan perlakuan yang sama.

Setelah panen 2008, terlihat adanya peningkatan kandungan fosfor pada daun manggis pada saat tanaman belum berbunga, hal ini menunjukkan bahwa terjadi mobilisasi fosfor dibagian daun pada saat akan memasuki fase berbuah, hal ini berguna sebagai tempat penyimpanan sementara yang nantinya akan berguna untuk menyuplai fosfor ke bagian buah (tranlokasi hara dari source menuju sink).

Pada saat buah manggis memasuki fase generatif dan buah telah sebesar kelereng, kandungan fosfor dibagian daun terminal tanaman manggis terus mengalami peningkatan. Hal ini menjelaskan bahwa pada saat memasuki fase pembesaran buah, terjadi akumulasi fosfor dibagian daun terminal tanaman manggis yang akan translokasikan pada bagian buah manggis. Adanya tranlokasi ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan kandungan fosfor pada jaringan daun terminal tanaman manggis pada saat setelah panen tahun 2009. Menurut Nakasone dan Paull (1999) serta Faust (1989) saat berada dalam fase vegetatif tanaman buah-buahan akan mengakumulasi hara pada jaringan jaringan daun yang masih berfungsi sebagai sink, dan kemudian pada saat tanaman buah-buahan memasuki fase generatif yaitu masa pembentukan dan pembesaran buah maka akan terjadi translokasi fotosintat dari jaringan daun disekitarnya yang telah berubah menjadi jaringan source ke bagian jaringan buah manggis sebagai sink yang kuat.

4.3.2. Pemupukan Fosfor terhadap Produksi Tanaman

Perlakuan pemupukan Fosfor memberikan pengaruh terhadap beberapa peubah komponen pertumbuhan dan produksi tanaman yang diamati, yaitu jumlah bunga, jumlah buah panen dan produksi buah per pohon, namun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah trubus, panjang trubus, panjang daun, lebar daun, dan jumlah bunga dan buah rontok. Pemberian fosfor dengan

(19)

dosis 900 g memberikan hasil tertinggi pada rata-rata sebagian peubah yang diamati, dengan jumlah buah panen tertinggi, yaitu sebanyak 116,50 buah per pohon dan produksi buah sebesar 12,89 kg/pohon, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pupuk P, yaitu sebanyak 64,00 buah per pohon dan produksi buah sebesar 5,64 kg/pohon (Tabel 10).

Tabel 10. Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Jumlah Trubus, Panjang Trubus,

Panjang Daun, Lebar Daun, Jumlah Bunga, Jumlah Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon.

Dosis Fosfor (g/tan/ thn) Jumlah trubus (trubus/ cabang) panjang trubus (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Jumlah Bunga (bunga/po hon) Jumlah bunga & buah rontok (buah/ phn) Jumlah buah panen (buah/ phn) Prod. buah/ pohon (kg/ phn) 0 11,43 10,55 20,87 7,68 90,33 26,33 64,00 5,64 300 11,20 11,24 21,50 8,18 94,83 19,17 75,67 7,49 600 12,30 11,19 22,40 8,25 105,33 20,33 85,00 8,94 900 11,55 12,51 20,63 8,25 135,83 19,33 116,50 12,89 1200 12,15 13,04 22,77 8,27 130,00 16,00 114,00 12,55 Uji F tn tn tn tn ** tn ** ** Pola respon tn L* tn L* L** L* L** L**

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan fosfor; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah trubus tanaman manggis. Hal ini diyakini disebabkan adanya pengaruh faktor intenal dari tanaman manggis sebagai pengaruh dominan pada pembentukan trubus, yaitu pengaruh faktor genetik tanaman (genotif), dimana tanaman manggis mengalami trubus dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan fase atau umur tanaman tersebut. Dijelaskan oleh Yaacob dan Tindall (1995) frekuensi terjadinya trubus pada tanaman manggis tergantung pada umur tanaman tersebut. Dalam kurun waktu satu tahun, tanaman manggis muda mengalami enam kali trubus sedangkan tanaman dewasa hanya menghasilkan satu sampai dua kali trubus per tahun, kemudian dijelaskan oleh Hidayat (2002) didalam penelitiannya bahwa sebelum bercabang, bibit tanaman manggis dapat menghasilkan 5-6 kali trubus per tahun dan pada tanaman manggis dewasa umur delapan tahun hanya menghasilkan dua kali trubus per tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah

(20)

trubus yang ada dan membuat jumlah trubus pada tanaman manggis dengan umur yang sama memiliki jumlah trubus yang relatif sama.

Uji orthogonal (Tabel 10) menunjukkan pengaruh yang bersifat linier terhadap panjang trubus, lebar daun, jumlah bunga, jumlah bunga dan buah rontok, jumlah buah panen dan produksi buah per pohon. Hasil tersebut menggambarkan bahwa fosfor dibutuhkan oleh tanaman manggis dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya. Selain dipengaruhi faktor genotif, pertumbuhan vegetatif tanaman juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan termasuk ketersediaan fosfor bagi tanaman, sehingga terdapat interaksi antara lingkungan dan genotif tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman manggis. Krishna (2002) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh genotipe tanaman dan faktor lingkungan. Fosfor yang diserap oleh tanaman manggis ditranslokasi kepada jaringan yang membutuhkan (sink) karena sifatnya yang mobil. Fosfor dimanfaatkan dalam berbagai bentuk substrat yang penting dalam mendukung metabolisme tanaman, diantaranya sebagai penyusun ribulose

biphosphate (RuBP

),

pembentukkan phosphoglyceraldehyde, pembentukan ATP (adenosine triphosphate) dan NADPH (nicotine adenine dinucleotide phosphate

hydrogen) yang dihasilkan melalui proses fotosintesis dan berguna sebagai

sumber energi dalam berbagai proses metabolisme dalam tubuh tanaman (Marschner 1995; Taiz dan Zeiger 2002).

Walaupun menunjukkan respon yang bersifat linear, perlakuan pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh terhadap peubah panjang trubus, panjang daun, lebar daun, serta jumlah bunga dan buah rontok. Panjang trubus, panjang daun dan lebar daun lebih dipengaruhi oleh ketersediaan nitrogen sebagai hara yang dominan dimanfaatkan pada fase vegetatif tanaman. Fosfor dimanfaatkan oleh tanaman manggis didalam mendukung fase generatif tanaman yaitu pada pembentukan buah dan bunga. Fosfor akan ditranslokasikan pada bagian-bagian produksi tanaman seperti bunga dan buah sebagai sink yang kuat (Ignatief dan Page 1968). Hasil yang sama dikemukakan oleh Safrizal (2007) dan Abdilah (2009) didalam penelitiannya, bahwa fosfor tidak berpengaruh terhadap panjang daun dan lebar daun.

(21)

Ketersediaan fosfor bagi tanaman manggis kemudian mempengaruhi jumlah bunga dan buah yang dihasilkan, walaupun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah bunga dan buah rontok berdasarkan analisis ragam, namun terdapat kecenderungan bahwa pemberian fosfor menurunkan jumlah bunga dan buah rontok dengan sifat respon linier (Gambar 7). Hal ini menunjukkan pengaruh fosfor memberikan nilai positif terhadap produksi buah manggis (y = -0.0068x + 24.333). Pada saat pembentukan dan pembesaran buah manggis (Oktober-Desember), terjadi peningkatan jumlah curah hujan dan hari hujan dilokasi penelitian (Gambar 4) yang berpotensi meningkatkan jumlah bunga dan buah rontok, namun dengan adanya ketersediaan fosfor yang dapat diserap oleh tanaman maka peningkatan bunga dan buah rontok mengalami penurunan. Prosentase bunga dan buah rontok pada perlakuan tanpa pemberian pupuk fosfor sebesar 29,15%, mengalami penurunan menjadi 12,31% pada perlakuan pemberian fosfor 1200 g/tanaman/tahun.

y = -0.0068x + 24.333 R2 = 0.2385 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 300 600 900 1200 Fosfor (g) B u n g a d a n b u a h r o n to k ( b u a h )

Gambar 7. Pola Respon Peubah Bunga dan Buah Rontok terhadap Pemupukan

Fosfor

Hal yang sama ditemui pada penelitian yang dilakukan oleh Liferdi (2007) yang menunjukkan bahwa pemberian pupuk P dapat menghambat terjadinya peningkatan jumlah bunga dan buah rontok, kemudian disebutkan oleh Thompson (1957) bahwa fosfor dibutuhkan oleh tanaman didalam pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas yang sedang tumbuh, memperkuat batang, mempercepat

(22)

umur berbunga, membantu didalam pembentukan bunga, serta membantu didalam ketahanan terhadap hama penyakit, ditambahkan oleh Gardner et. Al. (1991) fosfor adalah hara makro esensial yang memegang peranan penting dalam berbagai proses seperti fotosintesis, asimilasi dan respirasi, sehingga ketersediaan fosfor sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman.

Dengan adanya alokasi fosfor ke jaringan buah pada fase generatif tanaman, maka terjadi peningkatan jumlah bunga dan buah serta memperkuat tangkai bunga dan buah, sehingga dapat meningkatkan jumlah buah yang dipanen dan meningkatkan jumlah produksi.

4.3.3. Pemupukan Fosfor terhadap Kualitas Buah

Perlakuan pemupukan fosfor memberikan pengaruh terhadap bobot buah segar, bobot kulit buah segar, bobot kulit buah kering, bobot tangkai dan cupat segar, serta bobot aril, namun tidak memberikan pengaruh terhadap bobot biji segar, bobot biji kering, bobot tangkai dan cupat kering serta edible portion (Tabel 11). Bobot buah segar terberat didapatkan pada perlakuan pemupukan fosfor 900 g/tanaman/tahun yaitu sebesar 112,60 g, sedangkan nilai terendah didapatkan pada perlakukan tanpa pemberian pupuk fosfor yaitu sebesar 88,60 g. Sedangkan bobot aril tertinggi didapatkan pada perlakuan pemupukan fosfor 600 g/tanaman/tahun yaitu sebesar 44,86 g dan bobot aril terendah didapatkan pada perlakuan tanpa pemberian pupuk fosfor yaitu sebesar 31,93 g.

(23)

Tabel 11. Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Bobot Buah Segar, Bobot Kulit

Buah Segar, Bobot Kulit Buah Kering, Bobot Biji Segar, Bobot Biji Kering, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Tangkai dan Cupat Kering, Bobot Aril serta Edible Portion.

Dosis Fosfor (g/tan/ thn) Bobot buah segar (g) Bobot kulit buah segar (g) Bobot kulit buah kering (g) bobot biji segar (g) Bobot biji kering (g) Bobot tangkai & cupat segar (g) bobot tangkai& cupat kering (g) Bobot aril (g) Edible portion (%) 0 88,60 51,70 20,49 1,76 1,26 3,17 1,00 31,93 36,21 300 99,05 59,58 25,60 1,63 1,14 3,47 1,18 34,26 34,64 600 107,46 61,39 26,73 1,77 1,23 3,63 1,26 44,86 42,16 900 112,60 63,32 28,10 1,77 1,24 3,75 1,31 43,46 38,37 1200 111,72 62,93 28,04 1,79 1,26 3,69 1,27 41,36 37,07 Uji F ** ** ** tn tn * tn ** tn Pola respon L** Q* Q* tn tn L** L* Q* tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan fosfor; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier; Q=quadratik; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh terhadap peubah bobot biji segar dan bobot biji kering, hal ini disebabkan buah manggis memiliki jumlah biji yang relatif seragam, dimana setiap buah memiliki biji berkisar 0-4 biji/buah, hal ini diyakini lebih disebabkan oleh pengaruh genetik tanaman manggis sebagai pengaruh yang dominan. Biji manggis merupakan biji yang dihasilkan secara aseksual atau tanpa fertilisasi (apomiksis) dari jaringan induk yang diploid, sehingga biji dihasilkan secara apomiksis merupakan produk vegetatif seperti halnya perbanyakan dari akar dan stek dari batang (Gardner et.al. 1991), kemudian ditambahkan oleh Yaacob dan Tindal (1995) serta Verheij (1992) bahwa tidak semua bakal biji dalam segmen buah manggis dapat berkembang menjadi biji, umumnya hanya 1-3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji.

Pemberian fosfor meningkatkan bobot buah manggis segar dengan pola respon linear. Hal ini diikuti dengan adanya peningkatan bobot pada peubah bobot kulit buah basah, bobot kulit buah kering, bobot tangkai dan cupat serta bobot aril. Peningkatan bobot buah akibat pemberian fosfor memberikan nilai positif terhadap peningkatan kualitas buah. Peningkatan bobot yang diikuti oleh peningkatan bobot kulit, tangkai dan cupat serta bobot aril menunjukkan bahwa fosfor dimanfaatkan tanaman manggis untuk memenuhi kebutuhan produksi buah. Fosfor merupakan komponen penting didalam hal penyimpanan (storage) dan

(24)

pemindahan energi. Fosfor terlibat pada proses penangkapan energi sinar matahari yang mengenai klorofil. Energi yang disimpan berupa ADP (Adenosine

diphosphate) atau ATP (Adenosin triposphate), dipakai didalam berbagai proses

metabolisme seperti pembentukan sukrosa, pati dan protein (Thompson 1957). Namun demikian peningkatan peubah bobot kulit buah segar, bobot kulit buah kering dan bobot aril buah manggis ternyata menunjukkan pola respon kuadratik (Gambar 8), dimana terjadi kecenderungan penurunan kenaikan bobot pada peningkatan dosis pupuk. Sedangkan peubah bobot tangkai dan cupat memberikan respon yang bersifat linier terhadap pemberian fosfor. Hal ini menjelaskan bahwa pupuk fosfor yang diberikan meningkatkan bobot tangkai dan cupat buah manggis bila dibandingkan bagian-bagian buah lainnya, seperti kulit, biji, dan aril. Peningkatan bobot tangkai dan cupat memiliki nilai positif terhadap penurunan bunga dan buah rontok akibat pengaruh lingkungan. Pemberian fosfor mampu mengurangi tingkat kerontokan bunga dan buah karena memberikan kekuatan pada tangkai bunga dan buah. Disebutkan oleh Thompson (1957) bahwa fosfor dibutuhkan oleh tanaman didalam pembentukan sel pada jaringan akar dan tunas yang sedang tumbuh, memperkuat batang, mempercepat umur berbunga, membantu didalam pembentukan bunga, serta membantu didalam ketahanan terhadap hama penyakit.

y = -1E-05x2 + 0.0244x + 52.201 R2 = 0.5364 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0 300 600 900 1200 Fosfor (g) B o b o t k u li t b u a h s e g a r (g ) y = -8E-06x2 + 0.0155x + 20.825 R2 = 0.5059 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 0 300 600 900 1200 Fosfor (g) B o b o t k u li t b u a h k e ri n g ( g ) A B

(25)

Gambar 8. Pola Respon Peubah (A) Bobot Kulit Buah Segar; (B) Bobot Kulit

Buah Kering; (C) Bobot Arill dan (D) Bobot Tangkai dan Cupat Segar, terhadap Pemupukan Fosfor

Terjadinya kecenderungan penurunan kenaikan bobot kulit buah manggis dikarenakan adanya persaingan hara bagi pertumbuhan dan perkembangan buah akibat peningkatan jumlah bunga dan buah yang terbentuk (fruitset). Adanya pengaruh fosfor terhadap bobot tangkai buah, menyebabkan tangkai buah menjadi lebih kuat dan tidak mudah rontok, keadaan ini berakibat terhadap terjadinya peningkatan jumlah bunga dan buah yang terbentuk. Dengan semakin banyak jumlah buah yang terbentuk maka terjadi kompetisi hara yang selanjutnya menyebabkan terjadinya kecenderungan penurunan kenaikan bobot kulit buah seiring dengan peningkatan dosis fosfor yang diberikan. Dijelaskan oleh Faust (1989) serta Ignatieff dan Page (1968) bahwa sebagian besar hara ditranslokasikan ke bagian buah pada saat memasuki fase generatif, termasuk hara pada jaringan disekitar buah, seperti daun-daun. Fruitset juga mendorong terjadinya peningkatan proses fotosintesis untuk membentuk fotosintat dibandingkan pada saat tanaman tidak berbuah, yang berguna didalam pertumbuhan dan

y = -2E-05x2 + 0.0292x + 30.583 R2 = 0.3802 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 0 300 600 900 1200 Fosfor (g) B o b o t a ri l (g ) y = 0.0004x + 3.2762 R2 = 0.3023 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 300 600 900 1200 Fosfor (g) B o b o t ta n g k a i d a n c u p a t s e g a r C D

(26)

perkembangan buah. Selain itu tambahkan pula oleh Marschner (1995) bahwa proses fotosintesis akan menghasilkan ATP dan NADPH yang berguna sebagai sumber energi dalam berbagai proses metaboisme tanaman, termasuk didalam proses pembentukan dan perbesaran buah.

Perlakuan pemupukan fosfor memberikan pengaruh terhadap peubah diameter horizontal dan vertikal buah, tebal kulit buah dan TPT, namun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah kekerasan kulit buah dan TAT. Sedangkan pola respon yang ditunjukkan akibat perlakuan pemberian fosfor yaitu bersifat linear pada peubah kekerasan kulit buah dan tebal kulit buah manggis, sedangkan untuk peubah diameter horizontal, diameter vertikal buah, serta TPT menunjukkan respon yang bersifat kuadratik, dan tidak memberikan pengaruh terhadap peubah TAT (Tabel 12).

Tabel 12. Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Kekerasan Kulit Buah, Diameter

Horizontal, Diameter Vertikal, Tebal Kulit Buah, TPT dan TAT.

Dosis Fosfor (g/tan/thn) Kekerasan kulit buah (kg/cm2/dt) Diameter horizontal (cm) Diameter vertikal (cm) Tebal kulit

buah (mm) TPT (brik) TAT (%)

0 1,64 4,98 4,57 6,87 16,70 0,42 300 1,69 5,47 4,95 7,22 17,92 0,44 600 1,69 6,07 5,45 7,35 18,60 0,44 900 1,71 6,12 5,58 7,72 19,30 0,45 1200 1,71 6,10 5,57 7,63 18,53 0,44 Uji F tn ** ** * ** tn Pola respon L* Q* Q* L** Q** tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan fosfor; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier;Q=quadratik *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Perlakuan pemupukan fosfor terbukti meningkatkan diameter buah baik horizontal maupun diameter vertikal, serta meningkatkan ketebalan kulit buah. Alokasi asimilat pada jaringan buah meningkatkan bobot kulit buah dan berbanding lurus dengan peningkatan diameter dan ketebalan kulit buah. Adanya peningkatan diameter buah bernilai positif terutama dalam meningkatkan kualitas buah. Berdasarkan Standar Codex (Lampiran 6) untuk buah manggis maka diameter buah manggis dengan perlakuan 300 g/tanaman/tahun termasuk kedalam kategori C, sedangkan buah dengan perlakuan 600 g/tanaman/tahun, 900

(27)

g/tanaman/tahun, dan 1200 g/tanaman/tahun termasuk kedalam kategori D, dan buah tanpa pemberian fosfor tergolong dalam kategori B. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian fosfor mampu meningkatkan kualitas buah berdasarkan ukuran buah, yang akan berimbas kepada peningkatan bobot panen.

Peningkatan tebal kulit buah manggis bernilai positif terhadap kualitas buah manggis terutama berkaitan dengan ketahanan buah terhadap benturan. Benturan menyebabkan kerusakan kulit buah yang dapat menyebabkan kerusakan aril, termasuk timbulnya getah kulit akibat kerusakan pada pembuluh getah kuning pada jaringan kulit buah. Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh benturan pada kulit buah manggis adalah pecahnya pembuluh getah kuning yang dapat merusak kualitas rasa aril, ditandai dengan rusaknya sel-sel epitelial. Getah yang keluar pada kulit bagian luar buah manggis juga menyebabkan terjadinya penurunan kualitas penampakan buah. Spot getah kuning pada kulit bagian luar buah manggis disebabkan oleh gangguan mekanis seperti tusukan, gigitan serangga, benturan dan cara panen yang ceroboh (Syah et.al. 2007; Dorly 2008; Verheij 1992). Kerusakan pada produk hortikultura sebagian besar terjadi pada saat pasca panen dan distribusinya, kerusakan ini disebabkan oleh terjadinya benturan fisik produk hortikultura dengan produk yang sama ataupun dengan benda lainnya, sehingga produk hortikultura yang akan didistibusikan haruslah memiliki kualitas buah yang baik untuk mencegah kerusakan akibat benturan (Ashari 1995).

Terdapat pengaruh pemupukan fosfor terhadap peubah TPT. Pemberian pupuk fosfor meningkatkan TPT pada aril buah manggis. Dijelaskan oleh Ashari (1995) Kadar Total Padatan Terlarut (TPT) yakni kandungan total gula berpengaruh besar pada rasa dan kesukaan konsumen pada produk pertanian khususnya buah-buahan. Kandungan TPT akan meningkat seiring dengan kematangan buah selaras dengan proses hidrolisis pati menjadi sukrosa, laktosa, dan fruktosa. Selain itu fosfor membantu mempercepat proses pemasakan buah dan peningkatan kualitas buah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menyebutkan bahwa fosfor dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Terhadap pertumbuhan tanaman, fosfor dapat merangsang perkembangan perakaran tanaman, sedangkan

(28)

terhadap produksi tanaman, fosfor mempertinggi hasil serta mempercepat masa kematangan.

Tidak ada pengaruh perlakuan pemberian pupuk fosfor terhadap peubah TAT, hal ini memberikan nilai positif terhadap kualitas rasa buah, dengan semakin meningkatkan kandungan TPT, maka akan meningkatkan nisbah TPT/TAT seiring dengan peningkatan pupuk fosfor yang diberikan. Dijelaskan oleh Singleton dan Gortner (1965) dan Edmond et.al. (1957) pada sebagian besar buah-buahan, semakin tinggi nisbah TPT/TAT maka semakin baik buah tersebut untuk dikonsumsi.

4.3.4. Pemupukan Fosfor terhadap Kandungan N, P, K pada Buah

Berdasarkan analisis sidik ragam perlakuan pemberian pupuk fosfor menunjukkan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan N, P, K pada seluruh peubah yang diamati yaitu kandungan N, P, K pada kulit buah, tangkai dan cupat buah serta biji buah manggis, begitu pula terhadap uji orthogonal yang dilakukan menunjukkan perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan N, P, K pada buah manggis, baik pengaruh yang bersifat linier ataupun kuadratik (Tabel 13).

Tabel 13. Pengaruh Pemberian Fosfor terhadap Kandungan N, P, K pada Kulit

Buah, Tangkai dan Cupat serta Biji Manggis.

Kulit buah Tangkai dan cupat Biji

Fosfor (g/tan/thn) N P K N P K N P K ...%... 0 0,45 0,02 1,21 0,98 0,06 1,31 0,67 0,09 0,66 300 0,61 0,04 1,25 0,88 0,06 1,45 0,84 0,10 1,00 600 0,68 0,05 1,16 1,00 0,05 1,48 0,79 0,12 0,78 900 0,53 0,04 1,15 1,08 0,06 1,63 0,71 0,10 0,67 1200 0,55 0,04 1,22 0,98 0,06 1,53 0,72 0,11 0,81 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn tn Pola respon tn tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan fosfor; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; tn=tidak nyata.

Tidak adanya pengaruh pemupukan fosfor terhadap kandungan unsur hara makro N,P dan K pada kulit buah, tangkai dan cupat serta biji manggis,

(29)

disebabkan oleh alokasi hara pada bagian buah diatur oleh proses fisologis tanaman. Fosfor yang diserap oleh tanaman manggis sebagian besar akan diubah menjadi adenosin trifosfat (ATP) yaitu sumber energi pada berbagai proses fisiologis dalam tubuh tanaman manggis, selain itu fosfor merupakan bagian dari asam nukleat, fosfolipid dan koenzim NAD dan NADP. Adanya alokasi hara pada bagian buah yang diatur oleh proses fisologis dan dipengaruhi oleh genotif tanaman didalam tranlokasi hara, menyebabkan kandungan nitrogen, fosfor dan kalium pada bagian buah relatif seragam walaupun mendapatkan perlakuan pemupukan fosfor dengan dosis yang berbeda. Pemberian pupuk fosfor pada tanaman manggis menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah bunga dan buah (fruitset) dan menurunkan jumlah bunga dan buah yang rontok (Tabel 10), sehingga terjadi peningkatan kuantitas jumlah buah yang dapat dipanen. Hal ini menunjukkan bahwa fosfor dimanfaatkan tanaman manggis terutama untuk mendukung berbagai proses metabolisme, yaitu untuk pemenuhan kebutuhan asimilat bagi pembentukan bunga dan buah manggis. Dijelaskan oleh Marschner (1995) bahwa fosfor memegang peranan penting didalam berbagai proses metabolisme didalam tubuh tanaman, fosfor yang diserap oleh akar tanaman (umumnya dalam bentuk H2PO4-) akan segera dimanfaatkan tanaman dalam

mendukung pertumbuhan tanaman seperti pembentukan ATP didalam proses fotosintesis serta menjadi bagian dalam penyusunan molekul DNA dan RNA tanaman.

Konsentrasi nitrogen, fosfor dan kalium yang tinggi pada bagian-bagian buah dibandingkan dengan daun menyebabkan kehilangan hara pada saat panen terjadi dalam jumlah besar, karena hara yang dikembalikan kembali ke tanah hanya berasal dari sisa-sisa tanaman seperti daun-daun yang rontok, dan kandungan N, P, K rendah karena umumnya daun yang rontok adalah daun yang tua. Hal ini penting untuk menjadi dasar pemupukan pada periode berikutnya, untuk memenuhi kebutuhan tanaman manggis agar dapat berproduksi maksimal.

(30)

4.4. Pengaruh Pemupukan Kalium

4.4.1. Kandungan Kalium pada Daun Berdasarkan Waktu Aplikasi Pupuk dan Waktu Panen

Kandungan kalium pada jaringan daun diamati sebanyak empat kali, masing-masing pada saat sebelum aplikasi pupuk kalium diberikan, yaitu pada bulan Mei 2008, Agustus 2008, Oktober 2008 dan Februari 2009. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Kandungan Kalium pada Jaringan Daun Terminal Tanaman Manggis

pada Beberapa Waktu Pengamatan.

Kalium (g/tan/thn) Mei 2008 (setelah panen) Agustus 2008 (menjelang berbunga) Oktober 2008 (diameter buah 2 cm) Februari 2009 (setelah panen) ...%... 0 0,32 0,37 1,07 0,97 400 0,24 1,14 0,86 0,81 800 0,66 0,76 0,87 0,87 1200 0,58 0,51 1,11 1,00 1600 0,50 0,50 1,00 0,93

Terjadi peningkatan kandungan kalium pada daun terminal tanaman manggis yang diamati setelah panen tahun 2008 hingga setelah panen tahun 2009 (Tabel 14). Analisis daun terminal yang dilakukan pada bulan Mei 2008 dan Februari 2009 masing-masing merupakan daun yang telah berumur lima bulan sejak flush. Dijelaskan oleh Liferdi (2007) daun berumur lima bulan merupakan daun yang memiliki korelasi terbaik pada hubungan kandungan hara daun terhadap relatif yield, bila dibandingkan dengan daun pada umur lainnya.

Peningkatan dan penurunan kandungan hara pada daun dipengaruhi oleh proses fisiologi tanaman manggis didalam pertumbuhannya. Adanya pengaruh proses fisiologi tanaman terlihat pada terjadinya kecenderungan peningkatan kandungan kalium pada saat tanaman belum berbunga bila dibandingkan pada saat setelah panen pada tahun 2008, demikian pula pada saat memasuki fase generatif yaitu pada saat buah manggis sebesar kelereng terjadi akumulasi kalium pada jaringan daun terminal, lalu terjadi penurunan kandungan kalium pada saat setelah panen pada tahun 2009. Terjadinya fluktuasi kandungan hara tersebut menjelaskan bahwa terjadi alokasi fotosintat dan asimilat pada jaringan source

(31)

tanaman termasuk kalium pada jaringan daun terminal tanaman manggis, dimana hal ini disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman manggis. Alokasi kalium dimungkinkan karena kalium merupakan hara yang sangat mobil dalam jaringan tanaman serta memegang peranan penting bagi tanaman (Marschner 1995).

4.4.2. Pemupukan Kalium terhadap Produksi Tanaman

Perlakuan pemupukan Kalium memberikan pengaruh terhadap peubah komponen pertumbuhan dan produksi tanaman yang diamati, yaitu panjang trubus, jumlah bunga, jumlah bunga dan buah rontok, jumlah buah panen dan produksi buah per pohon, namun tidak memberikan pengaruh terhadap peubah jumlah trubus, panjang daun, dan lebar daun (Tabel 15). Pemberian kalium dengan dosis 1600 g/tanaman/tahun memberikan hasil terbaik pada setiap rata-rata peubah yang diamati, dengan jumlah buah panen tertinggi, yaitu sebanyak 118,17 buah per pohon dan produksi buah sebesar 14,75 kg/pohon, sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh perlakuan tanpa pupuk K, yaitu sebanyak 78,00 buah per pohon dan produksi buah sebesar 6,10 kg/pohon.

Tabel 15. Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Jumlah Trubus, Panjang Trubus,

Panjang Daun, Lebar Daun, Jumlah Bunga, Jumlah Bunga dan Buah Rontok, Jumlah Buah Panen dan Produksi Buah per Pohon.

Dosis Kalium (g/tan/ thn) Jumlah trubus (trubus/ cabang) panjang trubus (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Jumlah Bunga (bunga/po hon) Jumlah bunga & buah rontok (buah/ phn) Jumlah buah panen (buah/ phn) Prod. buah/ pohon (kg/ phn) 0 11,50 10,78 19,39 7,57 106,33 28,33 78,00 6,10 400 12,03 11,03 20,46 7,88 129,67 33,33 96,33 11,52 800 11,23 11,00 21,24 8,13 136,83 32,00 104,83 12,45 1200 11,82 12,93 21,88 8,10 158,17 41,67 116,50 13,95 1600 11,83 13,72 22,15 8,20 161,67 43,50 118,17 14,75 Uji F tn ** tn tn ** * * ** Pola respon tn L** L* L** L** L** L** L**

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan kalium; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; L=linier; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

(32)

Pemberian pupuk kalium terbukti meningkatkan jumlah buah panen dan produksi buah per pohon. Kalium yang diberikan mendorong terjadinya berbagai proses fisiologis didalam tubuh tanaman yang kemudian meningkatkan produksi tanaman manggis. Salah satu peran penting kalium dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman adalah didalam proses fotosintesis dan respirasi. Tisdale et.al. (1985) mengatakan kalium memiliki peran penting didalam proses fotosintesis, dimana lebih dari 50% kalium didaun terkonsentrasi di kloroplas. Peningkatan produksi buah manggis akibat pemberian pupuk kalium menunjukkan respon yang bersifat linier. Hal yang sama ditemui pada penelitian yang dilakukan oleh Liferdi (2007) selama dua tahun berturut-turut, bahwa pemberian pupuk kalium pada tanaman manggis secara nyata meningkatkan jumlah bunga dan jumlah buah.

Pemupukan kalium tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah trubus tanaman manggis. Hal ini disebabkan adanya pengaruh faktor genetik tanaman (genotif) sebagai pengaruh dominan pada pembentukan trubus, dimana tanaman manggis mengalami trubus dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan fase atau umur tanaman tersebut. Dijelaskan oleh Yaacob dan Tindall (1995) frekuensi terjadinya trubus pada tanaman manggis tergantung pada umur tanaman tersebut. Dalam kurun waktu satu tahun, tanaman manggis muda mengalami enam kali trubus sedangkan tanaman dewasa hanya menghasilkan satu sampai dua kali trubus per tahun, kemudian tegaskan oleh Hidayat (2002) didalam penelitiannya bahwa sebelum bercabang, bibit tanaman manggis dapat menghasilkan 5-6 kali trubus per tahun dan pada tanaman manggis dewasa umur delapan tahun hanya menghasilkan dua kali trubus per tahun. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi jumlah trubus yang ada dan membuat jumlah trubus pada tanaman manggis dengan umur yang sama memiliki jumlah trubus yang relatif sama.

Uji orthogonal (Tabel 15) menunjukkan pengaruh yang bersifat linier pada semua peubah. Hal ini menggambarkan kalium sangat dibutuhkan oleh tanaman manggis dalam mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya. Kalium meningkatkan laju fotosintesis sehingga terjadi peningkatan fotosintat yang terbentuk, kalium juga yang dimanfaatkan tanaman dalam berbagai proses fisiologi. Disebutkan oleh Ignatief dan Page (1968) walaupun tidak terdapat

(33)

y = 0.0348x + 110.7 R2 = 0.4979 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0 400 800 1200 1600 Kalium (g) J u m la h b u n g a ( b u a h )

sebagai ikatan organik dalam tanaman, namun kalium diserap cukup banyak oleh tanaman. Kalium berperan sebagai katalisator berbagai fungsi enzimatik dan proses fisiologi lainnya, sehingga kalium dapat meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas hasil tanaman.

Seiring dengan peningkatan dosis perlakuan pemupukan kalium, terjadi peningkatan jumlah bunga dan buah rontok (Gambar 9). Adanya peningkatan jumlah bunga dan buah rontok ini disebabkan terjadinya peningkatan jumlah bunga dan buah yang terbentuk (fruitset) akibat pemupukan kalium. Berdasarkan prosentase bunga dan buah, perlakuan kalium menunjukkan prosentase yang tidak jauh berbeda, perlakuan tanpa pemupukan menunjukkan bunga dan buah yang rontok sebesar 26,65 %, sedangkan perlakuan dengan pemupukan kalium sebesar 1600 g/tanaman/tahun menunjukkan bunga dan buah yang rontok sebesar 26.90 %. y = 0.0097x + 28.033 R2 = 0.3122 0 10 20 30 40 50 60 0 400 800 1200 1600 Kalium (g) B u n g a d a n b u a h r o n to k ( b u a h ) A B

(34)

Gambar 9. Pola Respon Peubah (A) Jumlah Bunga; (B) Bunga dan Buah Rontok; (C) Jumlah Buah Panen, terhadap Pemupukan Kalium. Secara fisiologis gugurnya bunga atau buah berkorelasi dengan terbatasnya suplai fotosintat dan kecukupan hara. Terbatasnya nutrisi (resouce

limitation), terutama pada tanaman yang mengalami inisiasi kuncup (pucuk

generatif), serta kondisi lingkungan seperti keadaan air tanah yang rendah serta temperatur yang tinggi menjadi salah satu penyebab kerontokan bunga dan buah (Ryugo 1988; Marschner 1995; Ashari 1995; Bernier et.al. 2000). Ditambahkan oleh Setiawan (2005) terbatasnya suplai fotosintat juga disebabkan oleh adanya persaingan antar organ tanaman, selain persaingan antar sesama buah-buahan, persaingan juga terjadi dengan organ vegetatif. Beberapa spesies tanaman menghasilkan daun-daun muda / flushing pada waktu yang bersamaan dengan perkembangan buah. Daun muda merupakan sink yang kuat, karena belum mampu berfotosintesis sendiri, sehingga daun menjadi kompetitor selain bunga dan buah didalam pemanfaatan fotosintat.

Namun seiring dengan peningkatan dosis perlakuan pemupukan kalium, perlakuan pemupukan kalium tidak memberikan pengaruh terhadap peubah panjang daun dan lebar daun. Hal ini diyakini karena kalium yang diserap sebagian sebasar ditranslokasikan pada bagian kloroplas daun, dan berfungsi didalam menunjang proses fotosintesis dan respirasi tanaman. Disebutkan oleh Tisdale et.al. (1985) dan Gardner et.al. (1939) bahwa kalium memiliki peran penting didalam proses fotosintesis, dimana lebih dari 50% kalium didaun terkonsentrasi di kloroplas. Sedangan peningkatan panjang daun dan lebar daun, dominan dipengaruhi oleh hara nitrogen didalam perkembangannya. Soepardi

y = 0.0251x + 82.667 R2 = 0.3316 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 400 800 1200 1600 Kalum (g) J u m la h b u a h p a n e n ( b u a h ) C

(35)

(1983) menyebutkan terdapat tiga hara penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman, yaitu N, P, K. Nitrogen memberikan pengaruh paling dominan terutama dalam merangsang pertumbuhan vegetatif.

4.4.3. Pemupukan Kalium terhadap Kualitas Buah

Perlakuan pemupukan kalium memberikan pengaruh terhadap bobot buah segar, bobot kulit buah segar, bobot kulit buah kering, bobot tangkai dan cupat segar, bobot tangkai dan cupat kering, serta bobot aril, namun tidak memberikan pengaruh terhadap bobot biji segar, bobot biji kering, dan edible portion (Tabel 16). Bobot buah segar terberat didapatkan pada perlakuan pemupukan kalium 1600 g/tanaman/tahun yaitu sebesar 123,28 g, sedangkan nilai terendah didapatkan pada perlakukan tanpa pemberian pupuk kalium yaitu sebesar 78,21 g.

Tabel 16. Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Bobot Buah Segar, Bobot Kulit

Buah Segar, Bobot Kulit Buah Kering, Bobot Biji Segar, Bobot Biji Kering, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Tangkai dan Cupat Kering, Bobot Aril serta Edible Portion.

Dosis Kalium (g/tan/ thn) Bobot buah segar (g) Bobot kulit buah segar (g) Bobot kulit buah kering (g) bobot biji segar (g) Bobot biji kering (g) Bobot tangkai & cupat segar (g) bobot tangkai & cupat kering (g) Bobot aril (g) Edible portion (%) 0 78,21 44,13 21,52 1,72 1,18 3,08 1,08 29,37 38,01 400 118,70 72,44 33,38 1,72 1,23 3,80 1,31 40,62 34,33 800 119,74 70,88 33,30 1,74 1,23 3,81 1,31 44,55 37,27 1200 120,58 72,98 33,42 1,77 1,29 3,88 1,34 42,17 35,09 1600 123,28 73,48 35,52 1,81 1,43 3,90 1,34 44,12 36,07 Uji F ** ** ** tn tn ** * ** tn Pola respon Q** Q** Q* tn tn Q* Q* Q** tn

Keterangan: Uji F untuk melihat respon tanaman manggis terhadap pemupukan kalium; Pola respon diuji dengan orthogonal polinomial; Q=quadratik; *=nyata pada taraf uji 5%; **=nyata pada taraf uji 1%; tn=tidak nyata.

Terjadinya peningkatan bobot buah menunjukkan peran penting kalium didalam fase generatif tanaman manggis, sebagai katalisator pada berbagai proses fisiologi dalam tubuh tanaman, kalium meningkatkan translokasi asimilat ke bagian buah-buahan sebagai sink yang kuat pada fase generatif. Peningkatan bobot buah memberikan nilai positif terhadap peningkatan kualitas buah manggis. Berdasarkan Standar Codex (Lampiran 6) dan SNI (Lampiran 7) bobot buah

Gambar

Tabel 2. Kandungan Hara dan Tekstur Tanah pada Tanah Areal Kebun Manggis
Gambar 4.  Pola Penyebaran Curah Hujan  Dan Jumlah Hari  Hujan  di Desa
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Jumlah Trubus, Panjang Trubus,
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Bobot Buah Segar, Bobot Kulit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat

Menjadi Fakultas Kedokteran yang bermartabat, kompetitif, unggul di tingkat nasional dan internasional berbasis riset dan teknologi terkini dalam menunjang proses pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus di kelas XII Program Keahlian Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013 pada semester

Faktor-faktor kesesuaian dangat erat kaitannya dengan keberagaman keiatan dan kebutuhan penduduk di Kecamatan Klaten Selatan karena kebutuhan antara satu penduduk

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0,586 yang berarti secara bersama-sama, variabel konsep diri dan kebutuhan berafiliasi memiliki

Memberikan kewenangan kepada dewan komisaris Perseroan untuk menyatakan realisasi jumlah saham yang telah dikeluarkan dalam Penawaran Umum dengan PMHMETD I tersebut, dan

Metode B ackpropagation Neural Network (BPNN) pertama kali diperkenalkan oleh Paul Werbos pada tahun 1974, kemudian dikemukakan kembali oleh David Parker di tahun

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Kerja Praktek