• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur baik material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.

.Pemerintah maupun swasta dalam menjalankan usaha-usaha produksi guna pembangunan nasional, perlu mendapat dukungan dan peran serta masyarakat sebagai subyek pembangunan. Untuk itu guna tercapainya keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi perlu ada lembaga ekonomi yang dapat mengerahkan dana masyarakat yang bermanfaat dalam membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan. Salah satunya adalah Lembaga Asuransi yang dapat menghimpun dana masyarakat untuk membiayai pembangunan sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap resiko yang dapat timbul dari peristiwa-peristiwa yang belum pasti waktunya. Resiko-resiko yang dimaksud adalah resiko atas kerugian, resiko atas kerusakan, resiko atas kehilangan keuntungan yang diharapkan, maupun resiko kematian dan hidup yang terlalu lama serta tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga.

Mengenai Asuransi Jiwa secara khusus diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang {KUHD} pasal 302 s/d 308. sedangkan diluar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang {KUHD} adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian dimana di dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa :

(2)

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa tidak pasti atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seorang yang dipertanggungkan”1

Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 membagi usaha perasuransian kedalam tiga jenis yaitu:

1. Usaha Asuransi Kerugian 2. Usaha Asuransi Jiwa 3. Usaha Reasuransi 2

Mengenai apa itu perjanjian atau persetujuan diatur dalam pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPER) yang menyebutkan bahwa “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dengan perjanjian menimbulkan perikatan pada orang-orang yang saling berkepentingan dan saling berhubungan.3

Untuk sahnya suatu perjanjian termasuk pula perjanjian asuransi jiwa maka diperlukan 4 (empat) syarat seperti yang terkandung dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian

1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian 2 Ibid. Pasal 3

(3)

3. Mengenai sutu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal4

Demi kepastian hukum dalam mengadakan perjanjian maka keempat syarat tersebut diatas harus dipenuhi oleh penanggung maupun pemegang polis atau tertanggung.

Dalam pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ditetapkan bahwa “semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”5. Maka disini nampak bahwa dalam perjanjian yang sah hukum menjamin pihak-pihak yang terlibat baik dari segi hak maupun kewajiban sehingga berjalan baik.

Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian asuransi adalah: 1. Pihak penanggung, yakni perusahaan asuransi

2. Pihak tertanggung sekaligus sebagai pemegang polis

3. Pihak penikmat / pihak yang ditunjuk sebagai ahli waris, atau Beneficiary

Yang menjadi hak dari penanggung adalah menerima pembayaran premi dari tertanggung. Sedangkan kewajibannya adalah membayar sejumlah uang kepada tertanggung atas kerugian yang diderita akibat dari peristiwa yang belum pasti terjadi. Sementara dilain pihak yang menjadi kewajiban dari tertanggung adalah membayar uang premi setiap bulan sesuai kesepakatan perjanjian. Dan yang menjadi hak dari tertanggung adalah menerima sejumlah uang sebagai penggantian kerugian akibat peristiwa yang mungkin terjadi.

Dalam prakteknya, pelaksanaan perjanjian dan proses berlangsungnya asuransi jiwa sangat ketat sama dengan jenis asuransi lainnya akan tetapi tidak berarti pelaksanaannya tidak mengalami hambatan. Berbicara mengenai faktor penghambat, dari pihak tertanggung misalnya akibat wanprestasi terhadap pelaksanaan pembayaran premi dan kurangnya pemahaman terhadap

4 Ibid Pasal 1320 KUHPer 5 Ibid pasal 1338 KUHPer

(4)

peraturan asuransi jiwa. Sedangkan dari pihak penanggung antara lain disebabkan karena kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi.

Peran Agen sangat penting sebab Agen mempunyai tugas untuk melakukan penagihan atas pembayaran premi dari pihak tertanggung pada waktu yang telah disepakati antara penanggung dan tertanggung untuk selanjutnya disetorkan kepada penanggung yakni perusahaan asuransi dimana tempat Agen tersebut bekerja.

Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka proses pelaksanaan dan berlangsungnya praktek asuransi jiwa dilakukan dengan sangat ketat. Namun peneliti menemukan adanya hambatan dalam proses pembayaran premi. Salah satu fenomena yang menjadi penghambat proses berlangsungnya asuransi jiwa yang menonjol akhir-akhir ini pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka adalah meningkatnya keluhan dan pengaduan dari tertanggung akibat kesalahan agen yang tidak menyetorkan kepada penanggung pembayaran premi yang telah diterimanya dari tertanggung. Realita yang demikian dapat mengakibatkan terjadinya kerugian baik dipihak tertanggung maupun dipihak penanggung (Perusahaan AJB Bumiputera).

Dari data penelitian yang diperoleh peneliti, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukan adanya kasus tidak disetornya pembayaran premi yang dilakukan oleh agen yang nampak pada tabel berikut:

Tabel 1

NO TAHUN WAKTU JUMLAH KASUS

1 2007 Januari – Desember 4

(5)

3 2009 Januari – Agustus 5

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis terdorong untuk meneliti dan membahas tentang tanggung jawab perdata pihak penanggung yakni perusahaan asuransi terhadap pihak tertanggung / pemegang polis atas kesalahan agen yang tidak menyetorkan pembayaran premi dari tertanggung kepada penanggung pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Kantor Cabang Kupang Merdeka, dengan menggunakan KUHPER sebagai acuan. Selain itu penulis juga menggunakan KUHD, UU No 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Persuransian, dan UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Apa bentuk tanggung jawab pihak Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi.

2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pertanggungjawaban pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi.

C. Tujuan Dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian

(6)

a. Untuk mengetahui bentuk tanggung jawab pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi.

b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pertanggungjawaban pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetorkan pembayaran premi.

2. Manfaat penelitian

a. Sebagai masukan atau bahan informasi kepada masyarakat pada umumnya, serta khususnya tertanggung tentang tanggung jawab perdata pihak Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap tertanggung atau pemegang polis atas kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi

b. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan dalam penelitian berikutnya.

D.Kerangka Pemikiran

Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian. Oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan yang relevan dengan penulisan ini. Pasal 1313 KUHPerdata merumuskan bahwa “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” Di dalam pasal 1320 KUHPerdata menetapkan tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian yaitu:

(7)

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Sri Rejeki Hartono mengemukakan secara umum pengertian perjanjian adalah : “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih yang lainnya juga merupakan hubungan hukum antara pihak, atas dasar mana pihak yang satu (yang berpiutang/kreditur) berhak untuk suatu prestasi dari yang lain (debitur) yang juga berkewajiban melaksanakan dan bertanggung jawab atas suatu prestasi”.6

Lebih lanjut Sri Rejeki Hartono mengatakan bahwa asuransi adalah “alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan sejumlah unit yang menyebabkan kerugian guna mengumpulkan taksiran kerugian yang mungkin terjadi”7

Berkaitan dengan pengertian asuransi sebagai suatu perjanjian, maka dalam pasal 246 KUHD dikatakan bahwa: “ Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dimana penanggung mengikatkan diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan

kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti”8.

Mengenai asuransi jiwa, terdapat didalam ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992, yang apabila dipersempit hanya melingkupi jenis Asuransi Jiwa, maka defenisinya adalah:

“Asuransi atau pertanggungan jiwa adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang”.

6 Hartono, Sri Rejeki; Asuransi Dan hukum Asuransi; IKIP; Semarang; 1991, hlm 82 7 Ibid hlm 73

(8)

Dari pengertian diatas mengandung arti bahwa antara pihak penanggung dengan pihak tertanggung terdapat keterikatan dimana pihak penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi jiwa berkewajiban memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang. Dan sebaliknya pihak tertanggung berkewajiban membayar premi baik secara bulanan, tribulan, semesteran atau tahunan sesuai kesepakatan.

Dalam hal ini tersirat perlindungan oleh penanggung terhadap tertanggung, dimana perusahaan asuransi jiwa bersedia menerima peralihan resiko atas kemungkinan yang diderita tertanggung akibat peristiwa yang belum pasti waktunya. Resiko yang dimaksud adalah resiko akibat meninggal atau hidup terlalu lama.

Selain itu pihak penanggung, dalam hal ini perusahaan asuransi jiwa mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap keamanan dana pembayaran premi dari tertanggung (nasabah) saat proses asuransi jiwa berjalan/dilaksanakan , termasuk pula pada saat agen melakukan penagihan premi terhadap tertanggung (nasabah), di setiap waktu yang telah disepakati oleh pihak penanggung dan tertanggung.

Ketentuan pasal 1367 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menegaskan bahwa “ Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan mereka didalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini dipakai ”9.

.Menurut pendapat Shidarta, secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan unsur kesalahan

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam Hukum Pidana dan Hukum Perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum

(9)

Perdata khususnya Pasal 1365 prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang lazim dikenal sebagai pasal tentang Perbuatan Melawan Hukum (PMH) mengharuskan terpenuhinya 4 unsur pokok yaitu:

1) Adanya perbuatan 2) Adanya unsur kesalahan 3) Adanya kerugian yang diderita

4) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian10 2. Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini menyatakan tergugat dianggap selalu bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan, ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat

3. Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas. 4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Prinsip ini sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab Absolut. Kendati demikian ada yang menyatakan bahwa Strict Liability adalah prinsip tanggung jawab yang menetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang menentukan.11

10 Ibid, pasal 1365 KUHPer

(10)

Berkaitan dengan prinsip tanggung jawab maka di dalam ketentuan pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen atau disingkat UUPK menegaskan bahwa:

1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan

2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis dan setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi.

4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.

5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen12

Berkaitan dengan pengertian tanggung jawab maka tanggung jawab adalah suatu bentuk perbuatan oleh siapapun baik instansi pemerintah, swasta yang telah dipercayakan, agar dapat memberikan pertanggungjawabannya sebagai akibat dari kedudukannya dan pelaksanaan tugas dan kewajibannya serta apa akibat dari pertanggungjawaban tersebut13.

12 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

(11)

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran maka dibawah ini akan diuraikan beberapa konsep yang berkaitan dengan penelitian yaitu :

1. Penanggung adalah Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka sebagai badan hukum yang menanggung resiko, apabila perstiwa atau musibah menimpa diri tertanggung atau tertanggung meninggal dunia.

2. Tertanggung adalah orang yang namanya tertera didalam polis dan wajib membayar premi kepada penanggung yang berhak menuntut sesuatu kepada penanggung bila kewajiban terpenuhi.

3. Premi adalah sejumlah uang yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian yang merupakan kewajiban tertanggung untuk dibayar kepada penanggung tepat pada waktunya.

4. Agen adalah seseorang atau badan hukum yang yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. Termasuk melakukan penagihan premi kepada tertanggung.

5. Kesalahan Agen yang tidak menyetor pembayaran premi adalah tindakan dimana agen tidak menyetor kepada penanggung dana pembayaran premi yang telah diterimanya dari tertanggung sehingga menyebabkan kerugian, baik di pihak tertanggung dan atau penanggung.

6. Tanggung Jawab adalah tanggung jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi, yang terwujud dalam sikap Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka setelah menerima pengaduan dari tertanggung.

(12)

E. MetodePenelitian

1. Metode pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, mengingat masalah yang diteliti adalah tanggung jawab perdata pihak penanggung asuransi jiwa terhadap nasabah akibat kesalahan agen yang tidak menyetor pembayaran premi pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 cabang kupang merdeka.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian deskriptif, dengan menggunakan variabel tunggal yakni Tanggung Jawab Pihak Penaggung Asuransi Jiwa Terhadap Nasabah Akibat Kesalahan Agen Yang Tidak Menyetor Pembayaran Premi Pada Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka.

Adapun indikator yang diteliti dalam penelitian ini adalah menyangkut Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka yaitu: 1) Bentuk Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang

Kupang Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi:

Memberikan ganti rugi kepada nasabah jika ternyata benar agen tidak menyetorkan pembayaran premi.

(13)

- Memberikan ganti rugi - Tidak memberikan ganti rugi

2). Proses pelaksanaan Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka terhadap nasabah akibat kesalahan agen tidak menyetor pembayaran premi:

a) Menerima keluhan atau pengaduan dari nasabah Klasifikasinya :

- Menerima - Tidak menerima

b) Memeriksa laporan penagihan pembayaran premi setiap agen. Klasifikasinya :

- Memeriksa kembali - Tidak memeriksa

c) Melaporkan hasil pemeriksaan kembali laporan penagihan pembayaran premi dari setiap agen kepada nasabah

Klasifikasinya : - Melaporkan hasil - Tidak melaporkan hasil

d) Memberikan ganti rugi kepada nasabah jika ternyata benar agen tidak menyetorkan pembayaran premi.

Klasifikasinya :

- Memberikan ganti rugi - Tidak memberikan ganti rugi

(14)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikantor Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka.

4. Populasi

Yang diambil menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Pengurus ( Pimpinan dan Staf) Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka yakni 6 orang.

5. Sampel

Berhubung jumlah populasi yang terjangkau maka tidak diadakan penarikan sampel. 6. Responden

Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah :

- Kepala Perusahaan AJB Bumi Putera Cabang Kupang Merdeka : 1 orang - Kepala administrasi keuangan : 1 orang - Supervisor : 2 orang - Korban / Pengadu : 13 orang - Agen Debit : 2 orang Jumlah : 19 orang

7. Teknik Pengumpulan Data: a. Data Primer

(15)

b. Data Sekunder adalah data diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan berupa publikasinya Data sekunder ini terdiri dari :

1). Bahan hukum primer, yaitu : Perundang-undangan yang terkait dengan rumusan masalah yang antara lain : KUHPER, KUHD, UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian & UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2). Bahan hukum sekunder, yaitu : Catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang tersedia di kantor Perusahaan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912 Cabang Kupang Merdeka, buku literatur ilmu hukum serta tulisan-tulisan lainnya yang relevan dengan rumusan masalah.

3). Bahan hukum tersier yaitu Kamus dan Ensiklopedi. 8. Teknik Pengolahan Data

Dalam rangka pengolahan data maka data yang diperoleh akan dikumpulkan dan dikelola melalui tahap-tahap pemeriksaan (editing), penyusunan (rekonstruksi) dan sistematisasi berdasarkan pokok bahasan yang diidentifikasi dari rumusan masalah

9. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh atau data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil pembahasan maka diambil kesimpulan sebagai jawaban atas permasalaha yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat serta hidayahnya, Sehingga dapat terselesaikannya penulis SKRIPSI ini dengan judul

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan hasil penelitian tentang Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Antara Siswa Kelas VIII Reguler dan Kelas Unggulan,

Pendekatan penelitian kualitatif pada tahap kedua dilakukan untuk mengelaborasi lebih lanjut hasil yang diperoleh pada tahap pertama, sekaligus untuk mengetahui

Menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel dalam bukunya yang berjudul pemasaran promosi adalah komunikasi orang atau pasar yang menginformasikan dan mengingatkan calon pembeli

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi ruang fase tereduksi dari Aff(1) melalui orbit coadjoint buka di titik tertentu pada ruang

Seperti telah dimaklumi bersama bahwa untuk membuat kapal dari bahan fibreglass adalah membuat cetakan sesuai dengan ukuran kapal yang akan dibangun, selanjutnya serat fibre

TAMBAH dari layanan solusi hemat komunikasi kami sehingga nomor panggil yang keluar menggunakan layanan kami akan di masking ( rubah ) sesuai dengan permintaan customer,

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui peran e-marketing dalam memperluas jangkauan pemasaran perusahaan dan mengidentifikasi alat e- marketing yang dapat