• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Teori Medis

1. Pengertian

a. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007)

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah=BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

b. Menurut (Ika Pantiawati, 2010)

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir kurang 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970), telah disusun definisi sebagai berikut:

1) Preterm Infant (prematur) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)

2) Term Infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu (259-293 hari)

(2)

9

3) Post term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)

c. Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010)

Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri. BBLR ialah BBL yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

2. Etiologi

a. Menurut (Arief dan Weni, 2009)

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1) Faktor Ibu a) Penyakit :

(3)

(2) Perdarahan antepartum (3) Trauma fisik dan psikologis (4) Nefritis akut

(5) Diabetes melitus b) Usia Ibu

(1) Usia <16 tahun (2) Usia >35 tahun

(3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat c) Keadaan Sosial

(1) Golongan sosial ekonomi rendah (2) Perkawinan yang tidak syah d) Sebab lain

(1) Ibu yang perokok (2) Ibu peminum alkohol (3) Ibu pecandu narkoba 2) Faktor Janin

a) Hidramnion b) Kehamilan ganda c) Kelainan kromosom 3) Faktor Lingkungan

a) Tempat tinggal dataran tinggi b) Radiasi

(4)

b. Penyebab lain dari BBLR menurut (Rukiyah dan Lia, 2010) antara lain : 1) Faktor Ibu

a) Toksemia gravidarum (pre-eklampsia dan eklamspsia)

b) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum dan malnutrisi

c) Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikornis) d) Tumor (misal : mioma uteri)

2) Faktor Janin

a) Kehamilan ganda b) Hidramnion

c) Ketuban Pecah Dini d) Cacat bawaan e) Kelainan kromosom

f) Infeksi (misal : rubella, sifilis, toksoplasmosis) g) Insufensi plasenta

h) Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus, golongan darah A, B, dan O)

i) Infeksi dalam rahim 3) Faktor lain

a) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta

b) Faktor lingkungan : radiasi atau zat-zat beracun, keadaan sosial ekonomi yang rendah

(5)

3. Klasifikasi

a. Menurut (Proverawati dan Cahyo, 2010) ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu :

1) Menurut harapan hidupnya :

a) BBLR berat lahir 1500 sampai <2500 gram. b) BBLSR berat lahir 1000 sampai 1500 gram. c) BBLER berat lahir < 1000 gram.

2) Menurut masa gestasinya :

a) Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

b) Prematuritas murni : masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).

c) Imatur adalah bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu. (Reeder dan Leonide L. Martin, 2003)

b. Menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2007)

1) Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan yang dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur)

(6)

2) Baby small for gestational age (SGA) : bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK)

3) Kedua-duanya

Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur (sesuai masa kehamilan = SMK), matur normal, KMK atau besar untuk masa kehamilan (BMK) dapat dipakai tabel growth charts of weight againt gestation. Pada tabel ini berat bayi matur normal dan bayi prematur (SMK) terletak diantara 10th persentil dan 90th persentil. Pada bayi KMK beratnya dibawah 10th persentil. Bila berat bayi di atas 90th persentil disebut heavy for dates atau BMK. Bayi postmatur bila kelahirannya terjadi pada masa kehamilan lebih dari 42 minggu. 4. Manifestasi klinis

Secara umum menurut (Surasmi dkk, 2009), gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai berikut :

a. Umumnya BB < 2500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm

b. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulit tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan sedikit

c. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia immatur, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun

(7)

d. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat terlihat

e. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu per satu

f. Daun telinga datar, lembut karena tulang rawannya masih sedikit

g. Puting susu belum terbentuk dengan baik, jaringan mammae belum terlihat

h. Muskuler pleksornya belum berkembang serta tonus otot belum sempurna lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif bergerak

i. Kondisi ekstremitas lemah dengan sedikit gerakan atau tidak ada kegiatan yang aktif bergerak

j. Berbaring dalam posisi ekstensi

k. Bayi lebih banyak tertidur daripada terbangun, tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnea

l. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai dalam keadaan abduksi, sendi lutut dan kaki dalam keadaan fleksi dan kepala menghadap kearah satu jurusan

m.Reflek tonus otot biasanya masih lemah, reflek moro (+). Reflek menghisap dan menelan belum sempurna, begitu juga dengan reflek batuk. Frekuensi nadi 100-140/menit, pernafasan pada hari pertama 40-50/menit, pada hari-hari berikutnya 35-45/menit.

(8)

5. Komplikasi

Menurut (Hanifa, 2004), komplikasi dari BBLR seebagai berikut : a. Hipotermia

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan stabil yaitu 36,5°C sampai dengan 37,5° C. Segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu, Hiportermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem syaraf yang mengatur suhu tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

Tanda klinis hipotermia:

1) Suhu tubuh di bawah normal (36,5-37,50c) 2) Kulit dingin

3) Akral dingin

4) Sianosis (muka dan ekstremitas) b. Hipoglikemia

Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa Hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah

(9)

ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL.

Tanda klinis hipoglikemia : 1) Gemetar atau tremor

2) Sianosis (muka dan ektremitas) 3) Apatis

4) Kejang

5) Apnea intermiten

6) Tangisan melemah atau melengking 7) Kelumpuhan atau letargi

8) Kesulitan minum

9) Terdapat gerakan putar mata 10) Keringat dingin

11) Hipotermia

12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul bersama-sama)

c. Perdarahan Intrakranial

Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated intravascular coagulopathy atau trombositopenia idiopatik. Matriks

(10)

germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda klinis perdarahan intrakranial :

1) Kegagalan umum untuk bergerak normal 2) Refleks moro menurun atau tidak ada 3) Tonus otot menurun

4) Letargi

5) Pucat dan sianosis 6) Apnea

7) Kegagalan menetek dengan baik 8) Muntah yang kuat

9) Tangisan bernada tinggi dan tajam 10) Kejang

11) Kelumpuhan

12) Fontanella mayor mungkin tegang dan cembung

13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinik satu pun.

d. Asfiksia

Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan meningkatkan CO2.

Tanda dan gejalanya antara lain : 1) Pernafasan megap-megap dan dalam

(11)

2) Denyut jantung terus menerus 3) Bayi terlihat lemas

Penatalaksanaan asfiksia yaitu : 1) Bersihkan jalan nafas 2) Rangsang reflek pernafasan 3) Mempertahankan suhu tubuh e. Hiperbilirubinemia

Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin pada bayi baru lahir. Penurunan bilirubin dapat terjadi akibat dari kesalahan metabolisme bawaan, hipotiroidisme, ikterus ASI, prematuritas.

Penatalaksanaan :

1) Tempatkan bayi di dalam inkubator 2) Berikan cahaya foto terapi

3) Gunakan selimut serap optik (jika ada)

4) Pantau kondisi kulit dan ganti popok dengan sering

5) Pantau asupan dan pengeluaran serta amati adanya tanda-tanda dehidrasi

6) Pantau suhu dan pertahankan lingkungan termal yang netral 7) Pantau intensitas cahaya dengan bilimeter

f. Infeksi atau sepsis

Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal.

(12)

Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi antara lain : 1) Bayi malas minum

2) Gelisah mungkin juga terjadi letargi 3) Berat badan menurun

4) Pergerakan kurang 5) Muntah

6) Diare 7) Kejang Penatalaksanaan :

1) Mengatur posisi tidur/semi fowler

2) Apabila suhu tinggi lakukan kompres sedikit demi sedikit

3) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan.

4) Apabila bayi diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan.

5) Rujuk segera ke rumah sakit. Jelaskan pada keluarga untuk inform consent.

6. Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. (Lismayani, 2005)

(13)

a. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :

1) Umur ibu

2) Riwayat hari pertama haid terakhir 3) Riwayat persalinan sebelumnya 4) Paritas, jarak kelahiran sebelumnya 5) Kenaikan berat badan selama hamil 6) Aktivitas

7) Penyakit yang diderita selama hamil 8) Obat-obatan yang diminum selama hamil b. Pemeriksaan Fisik

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :

1) Berat badan

2) Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : 1) Pemeriksaan skor ballard

(14)

3) Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah

4) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada BBL dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau diperkirakan atau terjadi sindrom gawat nafas.

7. Pencegahan

Upaya-upaya yang dapat dilaksanakan untuk mencegah terjadinya BBLR (Hassan, 2005) :

a. Upaya agar melaksanakan antenatal care yang baik, segera melakukan konsultasi dan merujuk bila ibu terdapat kelainan.

b. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya persalinan dengan BBLR.

c. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.

d. Anjurkan lebih banyak istirahat, bila kehamilan mendekati aterm, atau istirahat berbaring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari kehamilan normal.

e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat kepercayaan masyarakat.

8. Penatalaksanaan

Menurut (Ika Pantiawati, 2010), penatalaksanaan dari BBLR adalah : a. Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

(15)

2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

b. Diatetik

Pemberian nutrisi yang adekuat

1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit

2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau pipet

3) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang siang penduga/sonde fooding

c. Suportif

1) Membersihkan jalan nafas

2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat

3) Membersihkan badan bayi dengan kapas minyak bayi/minyak kelapa

4) Memberikan obat mata

5) Membungkus bayi dengan kain hangat

6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR 7) Mempertahankan suhu tubuh bayi

8) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut 9) Menidurkan bayi di dalam inkubator

10)Suhu lingkungan bayi harus dijaga 11)Badan bayi harus dalam keadaan kering

(16)

12)Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, metode kanguru, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk

13)Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan dingin

14)Ukur suhu tubuh dengan berkala

15)Yang harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah: a) Jaga dan pantau patensi jalan nafas

b) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit

16)Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh: hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)

17)Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya 18)Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi

d. Pemantauan

1) Pemantauan saat dirawat a) Terapi

(1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

(2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu

b) Tumbuh kembang

(17)

(2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10 % untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500)

(3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :

(a) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari sampai tercapai jumlah 180ml/kgBB/hari

(b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180

ml/kgBB/hari

(c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200ml/kgBB/hari

(d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu

2) Pemantauan setelah pulang

Diperlukan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut :

a) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan

b) Hitung umur koreksi

c) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala d) Tes perkembangan, denver development screening test (DDST)

(18)

e) Awasi kelainan bawaan

f) Mengajarkan ibu atau orangtua cara : (1) Membersihkan jalan nafas

(2) Mempertahankan suhu tubuh (3) Mencegah terjadinya infeksi (4) Perawatan bayi sehari-hari :

(a)Memandikan (b)Perawatan talipusat (c)Pemberian ASI

g) Menjelaskan pada ibu (orangtua) (1) Pemberian ASI

(2) Makanan bergizi bagi ibu

(3) Mengikuti program KB segera mungkin

h) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke Rumah Sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit.

(19)

9. Pathways BBLR

Bagan 1.1 Patways BBLR (Sumber : Ika Pantiawati, 2010) Faktor lingkungan: tempat tinggal dataran tinggi, radiasi, zat-zat racun Faktor janin: hidramnion/polihidr amnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom Ibu : penyakit usia <16

th/>35th, sosial ekonomi rendah, kebiasaan ibu(perokok, pecandu) Medikamentosa: Vit.K (injeksi 1 mg IM sekali pemberian, per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu))

Diatetik: ASI yang adekuat, cairan IV

Suportif: bersihkan jalan nafas, jaga

kehangatan, inkubator,jaga kebersihan, support mental keluarga Pemantauan: terapi dan tumbuh kembang BBLR, BBLSR, BBLER

Immatur, Prematur, Dismatur

Komplikasi 1 : Hipotermia Komplikasi 6: Perdarahan Intrakranial Perdarahan intrakranial Komplikasi 2: Asfiksia Komplikasi 3: Hiperbilirubine mia Komplikasi 4: Hipoglikemi Komplikasi 5: Infeksi/sepsis

(20)

B. Teori Manajemen Kebidanan

Menurut pendapat Muslihatun (2009) tentang Manajemen Kebidanan : 1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan, khususnya dalam KIA atau KB.

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah bidan meliputi masa kehamilan, persalinan,nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan (menurut Muslihatun, 2009) adalah metode kerja profesi dengan menggunakan langkah-langkah sehingga merupakan alur kerja dan perorganisasian pikiran dan bertindak sebagai suatu langkah-langkah yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi bidan.

Proses manajemen ini terdiri dari 7 langkah berurutan dimana disetiap langkah disempurnakan secara periodik, proses ini dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Dengan adanya proses manajemen asuhan kebidanan ini maka mudah kita dapat mengenali dan mengidentifikasi masalah selanjutnya, merencanakan dan melaksanakan suatu asuhan yang aman dan efektif.

(21)

3. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

a. Langkah I. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)

Merupakan langkah awal dan manajemen kebidanan, langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi masalah ibu, pada tahap ini merupakan dasar langkah selanjutnya. Kegiatan yang dilaksanakan dalam langkah identifikasi data dasar meliputi pengumpulan data, menggali data atau informasi baik ibu, keluarga, maupun tim kesehatan lainnya atau data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan dokumen medik.

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Menginterpretasikan data secara spesifik ke dalam suatu rumusan diagnosa kebidanan dan masalah. Diagnosa lebih sering didefinisikan oleh bidan yang difokuskan pada apa yang dialami oleh klien sedangkan masalah lebih sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang dirasakan.

c. Langkah III. Identifikasi adanyamasalah atau diagnosa potensial

Tahap ini mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi atau yang akan dialami olehbayi bila tidak mendapat penanganan yang adekuat, didapat melalui pengamatan yang cermat, observasi secara akurat dan persiapan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Langkah IV. Antisipasi Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau

(22)

dokter dan atau untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Dalam hal ini di lakukan antisipasi dengan cara melakukan kolaborasi dan rujukan ke tempat tenaga kesehatan yang lebih tinggi.

e. Langkah V. Perencanaan

Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan merencanakan tindakan secara komprehensif yang didasari atas rasional tindakan yang relevan dan diakui kebenarannya, sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh bidan.

f. Langkah VI. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

Langkah implementasi atau pelaksanaan asuhan didalam manajemen kebidanan dilaksanakan oleh bidan maupun bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain, berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pelaksanaan asuhan kebidanan di upayakan dalam waktu singkat dan seefektif mungkin, hemat dan berkualitas, serta sesuai rencana yang komprehensif. Implementasi memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan masalah atau penyakit yang diderita ibu.

g. Langkah VII. Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah di atasi seluruhnya. Sebagian telah dapat dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru.

(23)

Selain terhadap permasalah klien, bidan juga harus mengenal apakah rencana yang telah ditetapkan dapat dilakukan dengan baik, apakah perlu disusun kembali intervensi yang lain sehingga masalah dapat dipecahkan dengan tepat.

Pada prinsipnya, tahapan evaluasi ada pengkajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan beberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.

C. Teori Hukum Kewenangan Bidan

Pengertian Kewenangan Bidan adalah pelayanan kepada wanita, pada masa pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, dan menyusui. Hukum Kewenangan Bidan yaitu peraturan resmi yang dikukuhkan oleh pemerintah yang mengatur tentang pelayanan kepada wanita, pada masa pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, dan menyusui (Permenkes, 1464/2010).

a. Kewenangan Bidan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1) Pasal 9

Bidan dalam penyelenggaraan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan meliputi :

(24)

b) Pelayanan kesehatan anak

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2) Pasal 11

a) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

b) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :

(1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.

(2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk. (3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. (4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.

(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah.

(6) Pemberian konseling dan penyuluhan.

(7) Pemberian surat keterangan kelahiran, dan Pemberian surat keterangan kematian.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi penulis kembali melihat dan merasakan masih ada masyarakat yang apatis.Maksudnya adalah tidak mau tahu terhadap sistem pemerintahan (politik), Sikap masyarakat yang

Dari contoh di atas, diperoleh bahwa Nilai Akhir Akreditasi sama dengan 85 (Tabel 4, kolom 6, baris terakhir) dan seluruh Nilai Komponen Akreditasi Skala Ratusan

Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana hasil penilaian laporan keuangan Koperasi Wanita Keluarga Sakinah

[r]

Garis aliran data dari entitas luar ke dalam proses. harus konsisten baik secara

 Kafein dan Taurin merupakan senyawa aktif yang terdapat dalam Minuman Serbuk Kuku Bima Ener-G.  Kafein dan Taurin memiliki fungsi saling mendukung yaitu sebagai stimulator

Setelah uji coba pada ternyata perangkat pembelajaran yang dikembangkan termasuk kategori baik, hal ini diperkuat berdasarkan penilaian tim ahliyang menyatakan

Namun, untuk beberapa kasus pemerintah justru melakukan perlindungan terhadap kepemilikan institusional domestik yang akan menghambat kepemilikan institusional asing