• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mayoritas penduduk dunia saat ini tinggal di kawasan perkotaan. Kecenderungan akan urbanisasi diperkirakan terus meningkat di kota-kota di berbagai belahan dunia. Pada tahun 2014 sebanyak 54% penduduk dunia tinggal di kawasan perkotaan dan pada tahun 2060 diperkirakan angka ini mencapai 60% (United Nations, 2014). Keadaan ini menimbulkan permasalahan baru di kawasan perkotaan yaitu munculnya permukiman yang padat dan kumuh, kondisi hidup yang berbahaya bagi lingkungan, meningkatnya insiden kekerasan, dan juga kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi seperti air bersih, sanitasi, drainase, listrik, serta kesehatan dan pendidikan (UN-Habitat, 2012).

Proses migrasi dan urbanisasi tidak terlepas dari peran dan hubungan gender. Perempuan dan laki-laki merasakan dan mengalami kehidupan berkota yang berbeda. Perempuan tidak hanya merasakan kehidupan kota yang berbeda dari laki-laki, tetapi juga memiliki cara yang berbeada dalam menggunakan ruang publik (UN Women, 2009). Dari pandangan ini, muncul sebuah strategi yang disebut gender mainstreaming atau pengarusutamaan gender.

Pengarusutamaan gender adalah sebuah strategi dimana perspektif gender digunakan sebagai instrumen dalam proses pembuatan kebijakan dan rencana dalam setiap tingkat pemerintahan. Inti dari pengarusutamaan gender adalah memahami kepentingan dan kebutuhan baik perempuan maupun laki-laki sebagai bagian dari proses perencanaan sehingga tercapai kesetaraan. Pendekatan ini terinisiasi dari hasil konferensi PBB ketiga mengenai perempuan yang diadakan pada tahun 1985 (Jarvis dalam Madariaga dan Roberts, 2013). Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1995, Uni Eropa memformulasikan Platform for Action dimana didalamnya negara-negara anggota berkomitmen untuk memasukan dimensi gender dalam proses pembuatan kebijakan (Reeves dalam Madariaga dan Roberts, 2013).

(2)

2 Konsep fair shared city bertujuan agar seluruh anggota masyarakat baik laki-laki, perempuan, anak-anak, manula, hingga yang berkebutuhan khusus dapat menikmati seluruh bagian dari kota. Seringkali, perencana mendesain kota tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan setiap penghuninya (European Union, 2009). Konsep ini diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terkait kota nya. Keterlibatan perempuan dalam proses perencanaan akan menjadikan kota sebagai sebuah ruang yang inklusif dan adil bagi seluruh penghuni.

Uni Eropa telah menjadikan pengarusutamaan gender sebagai kebijakan resmi dalam usaha untuk mencapai kesetaraan. Kota-kota di Uni Eropa telah mengaplikasikan strategi ini dalam struktur pemerintahan, penyusunan kebijakan, serta perencanaan kota. Salah satu kota yang telah berhasil menjalankan konsep fair shared city adalah kota Vienna di Austria. Vienna telah menerapkan perencanaan peka gender (gender-sensitive planning) selama kurang lebih 20 tahun sehingga dijadikan contoh bagi kota-kota lain di Eropa. Kota Vienna berhasil mengimplementasikan pengarusutamaan gender ke dalam rencana pengembangan kawasan, master plan kota, dan konsep desain perkotaan (Bauer dkk, 2013).

Kail (2011) mengungkapkan bahwa Kota Vienna telah mengimplementasikan 60 proyek dan program dengan menerapkan perencanaan peka gender. Proyek ini mencakup desain hunian, desain taman bermain, perencanaan transportasi, keamanan di ruang publik, dan pengembangan kota. Berbagai implementasi dari proyek dan kebijakan fair shared city di Vienna telah berdampak pada peningkatan kualitas hidup manusia dan desain ruang kota yang semakin inklusif. Perencanaan peka gender yang diwujudkan dalam fair shared city di Vienna tentu memiliki makna yang tercermin dalam implementasi kebijakan, program, proyek, maupun kegiatan.

Topik mengenai fair shared city Vienna belum banyak diteliti sehingga menjadi menarik untuk diketahui lebih jauh. Perencanaan Fair Shared City Vienna mempromosikan kesempatan dan sumber daya yang setara antara

(3)

3 perempuan dan laki-laki. Pendekatan peka gender juga berkontribusi dalam menciptakan keadilan di masyarakat dan meningkatkan kualitas ruang-ruang kota. Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus pada filosofi, konsep, dan prinsip perencanaan Fair Shared City Vienna dari sisi gender.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, terdapat pertanyaan yang ingin dijawab oleh penelitian ini, yaitu seperti apakah filosofi, konsep, dan prinsip perencanaan fair shared city di Vienna?

1.3. Tujuan Penelitian

Terdapat satu tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan filosofi, konsep, dan prinsip perencanaan fair shared city di Vienna.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah:

Menjadi bahan pembelajaran bagi pemerintah kota dalam pengembangan konsep kota yang adil dan setara bagi seluruh penghuninya. Selain itu juga sebagai bahan acuan dalam proses perencanaan peka gender di Indonesia. 2. Bagi Masyarakat:

Memberikan semangat kepada masyarakat khusunya perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam proses perencanaan dan pengambilan kebijakan terkait kota.

3. Bagi Bidang Keilmuan PWK:

Tambahan literatur dan informasi mengenai strategi perencanaan peka gender dalam pengembangan kota. Selain itu juga dapat menjadi referensi bagi penelitian mengenai fair shared city selanjutnya.

(4)

4 1.5. Batasan Penelitian

1. Batasan Areal : Kota Vienna, Austria

2. Batasan Temporal : Semenjak dimulainya gerakan kesetaraan gender di Kota Vienna pada tahun 1848 hingga penerapan perencanaan fair shared city saat ini

3. Batasan Substansial : Berfokus pada filosofi, konsep, dan prinsip perencanaan dalam fair shared city Vienna.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disusun menjadi 6 bab, yaitu: 1. Bab I Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan penelitian yang terdiri dari latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan keaslian penelitian.

2. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi teori-teori yang dijadikan sebagai dasar penelitian yang berasal dari buku-buku, jurnal ilmiah, dan sumber-sumber lain yang sesuai dan mendukung penelitian ini.

3. Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan metode dan pendekatan penelitian yang digunakan, unit amatan dan unit analisis, alat atau intrumen penelitian, metode dan langkah pengumpulan data, metode analisis data, dan tahapan penelitian.

4. Bab IV Gambaran Wilayah

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum Kota Vienna yang meliputi kondisi administratif, kependudukan, fisik dasar, ekonomi, dan sosial budaya. Selain itu bab ini juga menjelaskan gambaran umum perencanaan fair shared city di Vienna.

(5)

5 5. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memaparkan hasil temuan penelitian yang menjelaskan tentang filosofi, konsep, dan prinsip perencanaan dalam mewujudkan fair shared city yang diimplementasikan di Kota Vienna.

6. Bab VI Penutup

Bab ini merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan penelitian dan rekomendasi atau saran untuk pemerintah dan penelitian selanjutnya.

1.7. Keaslian Penelitian

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah fokus penelitian fair shared city Vienna yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu: filosofi, konsep, dan prinsip perencanaan.

Berdasarkan ketiga aspek tersebut dapat dikatakan bahwa belum terdapat penelitian yang sama dengan penelitian yang dilakukan penulis. Meskipun telah terdapat penelitian mengenai perencanaan peka gender di Kota Vienna namun lebih kepada pendekatan gender mainstreaming dalam pembuatan kebijakan di tingkat lokal.

Berikut merupakan penelitian yang telah membahas mengenai perencanaan peka gender dan fair shared city:

1. How is Vienna „Gender Mainstreaming‟?

Penelitian berbentuk thesis ini ditulis oleh Soós Viktória pada tahun 2008. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis implementasi kebijakan pengarusutamaan gender di tingkat lokal dalam program, proyek, dan kebijakan kesetaraan gender yang dibuat oleh Vienna City Hall.

2. Women Participation in Project Planning and Implementation: A Case of Tasaf Project in Rufiji District – Tanzania

Penelitian berbentuk research paper yang ditulis oleh Catherine Frank Wema pada tahun 2010. Dalam penelitiannya, Wema meneliti mengenai partisipasi perempuan dalam kegiatan pengembangan kawasan dan faktor yang

(6)

6 mempengaruhi partisipasi perempuan serta persepsi masyarakat terhadap isu perempuan.

3. Mainstreaming Gender in Local Development and Governance (A Study of Selected Panchayats in Kottayam District, Kerala)

Penelitian berbentuk thesis ini ditulis oleh Nisha Vellapan Nair pada tahun 2011. Penelitian ini menganalisis pengarusutamaan gender dalam pengembangan kawasan dan pemerintahan lokal yang berfokus pada kontribusi Women Componen Plan sebagai kampanye perencanaan partisipatif di Kerala. 4. Sex in the City: Gender Mainstreaming Urban Governance in Europe. The

Case of Sweden and Italy

Penelitian yang tertuang dalam jurnal internasional ini ditulis oleh Martin Zebracki pada tahun 2014. Dalam tulisannya, Zebracki mengulas mengenai praktik pengarusutamaan gender dalam pemerintah kota di Eropa dengan membandingkan kasus di Swedia dan Itali.

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Emisi surat utang korporasi di pasar domestik selama Januari 2018 mencapai Rp7,67 triliun atau naik 2,84 kali dibandingkan dengan Januari 2018, berdasarkan data oleh

Pada variabel keadilan bagi hasil, responden memberi respon terhadap 3 pertanyaan yaitu: 1) nisbah bagi hasil apakah lebih kompetitif dibandingkan bank.. lain, 2) sistim bagi

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang