• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

𝐒𝐮𝐡𝐚𝐫𝐭𝐢𝐤 𝐖𝐚𝐡𝐲𝐮𝐧𝐢 ¹, 𝐃𝐰𝐢 𝐇𝐚𝐫𝐲𝐨𝐭𝐨², 𝐒𝐮𝐦𝐚𝐫𝐣𝐨𝐧𝐨³,

1

Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang

2 & 3

Dosen Jurusan Fisika Universitas Negeri Malang E-mail: youpz_phie@yahoo.com

ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) keterlaksanaan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, (2) peningkatan kerja ilmiah, dan (3) peningkatan prestasi belajar fisika siswa kelas X MIA-2 SMA N 6 Malang. Jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian berupa paparan data tentang kemampuan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes tulis. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu lembar observasi kerja ilmiah, LKS dan soal tes prestasi belajar. Analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data dam penarikan kesimpulan. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas X MIA-2 SMA N 6 Malang terlaksana dengan baik di siklus I maupun siklus II. Kedua, kemampuan kerja ilmiah siswa kelas X MIA 2 SMA N 6 Malang mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Ketiga, prestasi belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 6 Malang mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Kata Kunci: model inkuiri terbimbing, kerja ilmiah, prestasi belajar

Pembelajaran fisika yang dilakukan di kelas X MIA-2 SMA N 6 Malang saat ini lebih banyak pada transfer pengetahuan dengan memberikan konsep yang utuh tanpa melalui pengolahan potensi yang ada pada diri siswa. Proses

pembelajaran yang sering dilakukan dalam mengajar adalah menjelaskan kepada siswa, memberikan latihan soal dan tugas. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah di depan kelas daripada kerja laboratorium, dengan kata lain siswa menerima konsep-jadi serta siswa harus percaya dengan yang disampaikan guru. Proses pembelajaran yang digunakan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Kemampuan siswa dalam bekerja ilmiah seperti menggunakan alat, mengumpulkan data, atau melakukan percobaan kurang dilatihkan oleh guru. Kemampuan kerja ilmiah siswa itu terlihat saat siswa melakukan percobaan masih banyak siswa yang salah dalam mengoperasikan alat diantaranya memegang termometer pada bagian batang termometer saat mengukur suhu suatu benda,

(2)

belum bisa membaca skala pada neraca ohaus, dan tidak melengkapi tabel pengamatan hasil percobaan. Karena siswa tidak terlibat langsung dalam proses penemuan konsep, dimungkinkan sebagai penyebab rendahnya daya ingat siswa terhadap materi dan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian siswa hanya 15% siswa yang tuntas. Salah satu faktor yang mungkin sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut karena kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga siswa tidak memahami konsep dan prinsip fisika secara benar.

Ketidakpahaman siswa mengenai konsep dan prinsip fisika ini disebabkan karena siswa tidak mengalami proses-proses menemukan konsep, sehingga konsep tersebut mudah hilang dalam struktur kognitif siswa. Pemilihan model untuk proses pembelajaran harus menekankan pada pemberian pengalaman langsung agar potensi yang ada pada diri siswa semakin berkembang. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah pembelajaran melalui model inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing akan melatih siswa mencari konsep, fakta atau hukum dengan melakukan penyelidikan dan mengemukakan pengetahuannya sehingga siswa memperoleh olah tangan (hands on) yang berkaitan dengan proses, juga memperoleh pengetahuan melalui olah pikir (minds on). Gulo (dalam Trianto, 2013:168) menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri yang merupakan suatu proses yang bermula dari 1) merumuskan masalah, 2) merumuskan hipotesis, 3) mengumpulkan data, 4) menganalisis data, dan 5) membuat kesimpulan. Partisipasi siswa dalam kegiatan penyelidikan melalui praktikum mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menggunakan alat untuk

mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan dan berargumen, yang mana semua itu mengembangkan kemampuan kerja ilmiah siswa dan membuat siswa belajar secara aktif dalam menemukan konsep. Suatu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah disebut kerja ilmiah. Langkah-langkah metode ilmiah yang memperlihatkan kerja ilmiah menurut Sumi (dalam Razi, 2013:122) adalah: a) perumusan masalah, b) merumuskan hipotesis, c) pengujian hipotesis, interpretasi dan penarikan kesimpulan. Menurut Bruner

(3)

(dalam Trianto, 2013:91) bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Dengan memecahkan masalah melalui penyelidikan sendiri, siswa akan memahami konsep bukan sekedar menghafal konsep dan hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam struktur kognitifnya sehingga prestasi siswa pun akan meningkat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterlaksanaan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan keterampilan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa kelas X MIA 2 SMA N 6 Malang, (2)

peningkatan kerja ilmiah siswa kelas X MIA 2 SMA N 6 Malang, dan (3) peningkatan prestasi belajar siswa kelas X MIA 2 SMA N 6 Malang.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau yang dalam bahasa inggris Classroom Action Research (CAR). PTK yaitu penelitian yang dilakukan di kelas sebagai upaya untuk mengkaji, dan merefleksi secara kritis suatu rencana terhadap kinerja (performance) guru. penelitian ini dilaksanakan di SMA N 6 Malang yang berlokasi di Jalan Mayjen Sungkono 58 Kelurahan Buring Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang. Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X MIA-2 dengan jumlah siswa 34 yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Penelitian ini

dirancang menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan alur

kegiatan yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes untuk mengukur prestasi belajar kognitif siswa dan metode observasi untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing serta kerja ilmiah siswa. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran, lembar observasi kerja ilmiah, dan soal tes prestasi belajar.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini apabila skor prestasi belajar siswa kelas X MIA 2 pada pokok bahasan kalor secara individu mencapai KKM yaitu 75 sedangkan dikatakan tuntas belajar klasikal apabila dari siswa satu kelas

(4)

yang mencapai KKM minimal 70% dan untuk kerja ilmiah siswa secara klasikal persentase minimal yang diharapkan sebesar 80% untuk setiap aspek kerja ilmiah yang diamati. Dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu 1)reduksi data, 2)paparan data, dan 3)penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas X MIA 2 SMA N 6 Malang semester genap tahun pelajaran 2013/2014 terlaksana dengan baik disiklus I maupun siklus II. Hasil pengamatan proses pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa yang masih kurang menyebabkan siswa belum berani berpendapat, masih ada siswa yang kurang aktif dalam

pembelajaran, siswa masih kesulitan dalam membuat kesimpulan percobaan serta guru kurang membantu siswa melakukan refleksi proses percobaan yang telah dilakukan. Persentase keterlaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siklus I pertemuan I oleh siswa sebesar 72,73% dan 89,39% oleh guru. Sedangkan pada siklus I pertemuan siklus II menjadi 84,85% oleh siswa dan 96,97% oleh guru. Pada siklus II keterlaksanaan pembelajaran model inkuiri terbimbing mengalami peningkatan menjadi 100% oleh guru dan 93,94% oleh siswa pada pertemuan I. Sedangkan pada siklus II pertemuan keterlaksanaannya menjadi 100% oleh guru dan 96,97% oleh siswa. Persentase keterlaksanaan pembelajaran tersebut disajikan dalam Gambar 1.

Persentase rata-rata keterlaksanaan pembelajaran siklus I oleh siswa sebesar 78,79% dan 89,39% oleh guru. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 95,45% oleh siswa dan 100% oleh guru. Apabila persentase rata-rata keterlaksanaan model inkuiri terbimbing pada siklus I dan siklus II dibandingkan maka keterlaksanaanya mengalami peningkatan sebesar 16,66% dari keterlaksanaan siswa dan 10,61% dari keterlaksanaan guru. Peningkatan ini seiring dengan telah dilakukannya perbaikan terhadap kualitas mengajar pada siklus II. Pada siklus II ini, guru berusaha melakukan beberapa hal, yaitu (1) memancing siswa untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya

(5)

sehingga guru juga bisa mengetahui sejauh mana pengetahuan yang telah didapatkan siswa, (2) menegur siswa yang bercanda dan kurang aktif saat pembelajaran, hal ini bertujuan agar semua siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran sehingga siswa juga memperoleh pengetahuan yang maksimal mengenai materi yang dipelajari, dan (3) membantu siswa melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan mengenai proses percobaan yang telah siswa lakukan. Dengan melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan siswa akan mengetahui kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan saat melakukan percobaan sehingga diharapkan siswa tidak mengulanginya kembali pada percobaan berikutnya.

Gambar 1 Diagram Batang Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Inkuiri Terbimbing pada Siklus I Dan Siklus II

Kemampuan kerja ilmiah siswa kelas X MIA 2 SMA N 6 Malang mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi kemampuan kerja ilmiah siswa pada siklus I dan siklus II yang tersaji dalam Tabel 1. Aspek kerja ilmiah yang diamati pada penelitian ini yaitu kemampuan mengamati, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengkomunikasikan dan menyimpulkan.

72,73% 84,85% 93,94% 96,97% 89,39% 96,97% 100% 100% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% 1 2 3 4 P er se n tase K ete rlak san aan siswa guru Keterangan 1 : siklus I pertemuan 1 2 : siklus I pertemuan 2 3 : siklus II pertemuan 1 4 : siklus II pertemuan 2

(6)

Persentase rata-rata kemampuan kerja ilmiah siswa pada siklus I sebesar 79,06% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 92,44%. Pada siklus I aspek kerja ilmiah yang belum mencapai target keberhasilan 80% yaitu aspek mengamati, mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan dan menyimpulkan. Pada siklus I, siswa dalam melakukan pengamatan masih kurang teliti ketika pengambilan data terutama dalam membaca skala alat ukur masih banyak yang salah karena tidak melihat skalanya secara tegak lurus, siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan, siswa mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasil percobaan cenderung tidak berdasarkan data percobaan yang diperoleh melainkan berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Pada siklus II seluruh aspek kemampuan kerja ilmiah siswa telah mengalami peningkatan dengan persentase peningkatan yang beragam.

Tabel 1 Data Aspek Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa pada siklus I dan Siklus II

No Aspek Kemampuan Kerja

Ilmiah Siklus I (%) Siklus II (%) Peningkatan (%) 1 Mengamati 76,96 95,09 18,13 2 Melakukan Percobaan 85,78 94,61 8,83 3 Mengajukan pertanyaan 73,53 91,18 17,65 4 Menggunakan Alat 83,34 99,02 15,68 5 Mengumpulkan Data 82,35 96,57 14,22 6 Mengkomunikasikan 77,94 88,73 10,79 7 Menyimpulkan 73,53 81,86 8,33 Rata-rata (%) 79,06 92,44 13,38

Usaha yang telah dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa antara lain mendemonstrasikan cara penggunaan alat praktikum, membimbing siswa saat melakukan praktikum, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggiring siswa untuk menyimpulkan hasil percobaan sesuai dengan tujuan percobaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hendriyanto (2008:53) menyatakan bahwa penerapan inkuiri dapat meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa dengan persentase 77,27% pada siklus I menjadi 96,67% pada siklus II dan mengalami peningkatan sebesar 19,4%.

Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan selama diterapkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing. Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata kelas dan jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan. Jumlah siswa yang mencapai KKM ketika diadakan ulangan harian sebelum

(7)

tindakan sebanyak 5 siswa dari 34 siswa atau sebesar 14,7%. Pada siklus I jumlah siswa yang lulus KKM yaitu 23 siswa atau 67,65% dengan rata-rata skor kelas 72,62. Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 28 siswa dari 34 siswa atau siswa yang mencapai KKM adalah 82,35% dengan rerata skor kelas 83,34.

Berdasarkan data hasil ulangan harian siswa pada siklus II diketahui bahwa terdapat 6 siswa atau 17,65% yang belum mencapai KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain 1) kemampuan kognitif siswa yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan lainnya sehingga masih ada siswa yang bingung saat mengerjakan tes meskipun sudah serius ketika mengikuti proses pembelajaran, 2) siswa kurang merespon pembelajaran, 3) terdapat siswa yang hanya aktif saat kegiatan praktikum sedangkan saat menganalisis data cenderung pasif, 4) kondisi psikologi siswa ketika mengikuti tes, 5) siswa belum paham terhadap materi yang diajarkan, dan 6) siswa kurang teliti ketika

mengerjakan soal.

Selain persentase ketercapaian prestasi belajar siswa berdasarkan skor ulangan harian, persentase ketercapaian prestasi belajar siswa berdasarkan skor tugas rumah dan skor LKS juga mengalami peningkatan dari pertemuan 1 siklus I hingga pertemuan 2 siklus II. Persentase tugas rumah siswa yang mencapai KKM pada pertemuan 1 siklus I sebesar 79,41% dan 85,29% pada pertemuan 2.

Sedangkan untuk siklus II pertemuan 1 persentase tugas rumah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 88,24% dan 94,12% pada pertemuan 2. Untuk persentase ketercapaian KKM dari skor LKS siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 76,47% menjadi 82,35% pada pertemuan 2. Sedangkan untuk

pertemuan 1 siklus II persentase skor LKS yang mencapai KKM sebesar 85,29% dan meningkat lagi pada siklus II pertemuan 2 menjadi 94,12%. Peningkatan prestasi belajar ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menggunakan model inkuiri terbimbing siswa lebih mendominasi pembelajaran dengan terlibat dalam menemukan fakta atau konsep melalui kegiatan pengamatan, eksperimen dan berdiskusi sehingga siswa lebih mudah memahami konsep tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Azizah (2013:74) yang menyatakan bahwa penerapan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan kognitif

(8)

peserta didik kelas X-H MAN Malang 1. Pada siklus I ketuntasan pembelajaran mencapai 77% dengan nilai rata-rata peserta didik 83 sedangkan pada siklus II ketuntasan pembelajaran meningkat menjadi 90% dengan nilai rerata 89,4.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini adalah 1) pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing kelas X MIA-2 SMA Negeri 6 Malang smester genap tahun pelajaran 2013/2014 terlaksana dengan baik di siklus I maupun siklus II, peningkatannya terjadi pada semua tahapan pembelajaran yang meliputi

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan, 2) kemampuan kerja ilmiah siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 6 Malang mengalami peningkatan selama penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Aspek kemampuan kerja ilmiah yang mengalami peniningkatan meliputi kemampuan mengamati, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, menggunakan alat, mengumpulkan data, mengkomunikasikan dan menyimpulkan dan, 3) prestasi belajar siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 6 Malang mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Peningkatannya ditunjukkan oleh skor rata-rata ulangan harian dan jumlah siswa yang mencapai KKM.

Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan bagi guru fisika kelas X MIA 2 SMAN 6 Malang, agar dapat mengoptimalkan

pemanfaatan laboratorium maka perlu diterapkan pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing untuk mengembangkan kemampuan kerja ilmiah dan prestasi belajar siswa. Dalam menerapkan model inkuiri terbimbing diharapkan agar guru lebih memperhatikan kemampuan siswa mengkomunikasikan dan menyimpulkan percobaan karena peningkatan kedua aspek ini tergolong masih rendah. Bagi peneliti berikutnya disarankan segera memperbaiki apabila terjadi kesalahan kinerja siswa saat melakukan percobaan dan tidak aktif dalam kegiatan diskusi.

DAFTAR RUJUKAN

Azizah, Nurul. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk

Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X-H MAN Malang 1.

(9)

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Hendriyanto, Ervan. 2008. Penerapan Model Inkuiri Induktif Untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah dan Prestasi Belajar Fisika Kelas X SMA Wahid

Hasyim Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Pendidikan

Fisika, FMIPA UM

Razi, Pakhur. 2013. Hubungan Motivasi Dengan Kerja Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Fisika Menggunakan Virtual Laboratory di Kelas X SMAN

Kota Padang. Jurnal Teknologi Informasi dan Pendidikan. (online), 6(2):

119-124,(http://jurnal-tip.net/jurnal-resource/file/11-Vol6No2Sep2013-Pakhrur%20Razi.pdf) diakses 15 desember 2013

Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana Prenada media Group

Gambar

Gambar 1 Diagram Batang Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Model Inkuiri  Terbimbing pada Siklus I Dan Siklus II
Tabel 1 Data Aspek Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa pada siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Palembang Ilir Barat dalam meningkatkan penerimaan PPN saat ini dengan cara melakukan sosialisasi

DiajukanUntukMemenuhiSalah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi. Oleh:

Milik Negara/Daerah pada laporan Keuangan Pemerintah Pusat/ Daerah yang akuntabel sesuai dengan nilai wajarnya, serta dalam rangka mewujudkan pengelolaan4. Barang Milik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perbedaan jenis kelamin dan usia dengan tingkat keparahan kesembuhan pasien di ICU Rumah Sakit Umum Pusat

Merujuk pada tahun 2009, sebagai referensi pengalaman pelaksanaan pemilu dengan sistem yang sama, baik sistem pemilu maupun sistem partai politik dengan berbagai

Berdasarkan data hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 4.5 maka dapat dibuat grafik hubungan antara torsi dengan kecepatan putaran kincir yang dihasilkan

Secara umum, jika suatu matriks A berorde nxn dapat direduksi menjadi matriks segi tiga atas U tanpa pertukaran baris, berarti A dapat dikomposisi (difaktorisasi) ke

Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari