i
KECAMATAN ARGOMULYO
KOTA SALATIGA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
AGUSTIN EKA DAMAYANTI
NIM: 115-13-093
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
KECAMATAN ARGOMULYO
KOTA SALATIGA
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
AGUSTIN EKA DAMAYANTI
NIM: 115-13-093
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vii
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana
yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”
(Q.S. An-Nisa: 79)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayahku (Supardi) dan Ibuku (Setyaningsih) sebagai wujud baktiku
kepadanya, yang telah bersusah payah membesarkanku, mendoakanku,
mendukungku dan membiayai semua kebutuhanku hingga aku dapat
menyelesaikan studi ini, mudah-mudahan ayah dan ibuku senantiasa
diberikan nikmat umur panjang, nikmat sehat, dan nikmat rejeki lancar;
2. Adikku (Okta Dwi Artika Nilamsari) tersayang yang selalu memberikan
semangat, mudah-mudahan adikku diberikan umur panjang, nikmat sehat,
viii
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Peristiwa Alam Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa
Kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017
bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah SWT.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;
4. Ibu Dr. Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini;
5. Bapak Imam Mas Arum M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
x
Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017). Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Maslikhah, M.Si.
Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tornament(TGT).
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT). Apakah model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi peristiwa alam pada siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2017.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 21 siswa, yaitu terdiri dari 8 laki-laki dan 13 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diambil dari nilai akhir siswa, dokumentasi, dan observasi dengan melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran.Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.
xi
xii
5. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 34
C. Hakikat IPA 1. Pengertian IPA ... 35
2. Tujuan Pembelajaran IPA ... 35
3. Materi Peristiwa Alam ... 36
D. Hakikat KKM 1. Pengertian KKM ... 43
2. Prosedur Penetapan KKM ... 44
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Kumpulrejo 02 ... 46
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Siklus I ... 51
2. Deskripsi Siklus II ... 56
3. Deskripsi Siklus III ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus 1. Deskripsi Siklus I ... 67
2. Deskripsi Siklus II ... 69
3. Deskripsi Siklus III ... 70
xiii
xiv
Tabel 3.2. Identitas Sekolah ... 47
Tabel 3.3. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 48
Tabel 3.4. Daftar Guru dan Staff MI Ma’arif Kumpulrejo 02 ... 48
Tabel 3.5. Daftar Siswa Kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02 ... 49
Table 3.6. Waktu Penelitian ... 50
Tabel 4.1. Daftar Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I ... 67
Tabel 4.2. Daftar Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II ... 69
Tabel 4.3. Daftar Hasil Tes Formatif Siswa Siklus III ... 71
xv
Gambar 2.2. Skema Terjadinya Tsunami ... 38
Gambar 2.3. Awan Panas Gunung Meletus ... 39
Gambar 2.4. Situasi Saat Banjir ... 40
Gambar 2.5. Keadaan Setelah Tanah Longsor ... 41
Gambar 2.6. Keadaan Setelah Angin Putting Beliung ... 42
Gambar 3.1. Peta Desa Ngronggo ... 46
xvi
Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 83
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi ... 84
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 86
Lampiran 6. Identitas Kolaborator ... 87
Lampiran 7. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 88
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 89
Lampiran 8. Soal Evaluasi Siklus I ... 100
Lampiran 9. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ... 102
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 105
Lampiran 11. Soal Evaluasi Siklus II ... 116
Lampiran 12. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ... 118
Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 121
Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus III ... 132
Lampiran 15. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III ... 134
Lampiran 16. Dokumentasi Kegiatan Proses Belajar Mengajar ... 137
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu instrumen utama dalam
mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan tidak bisa lepas dari
tenaga pendidik atau guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting
melalui proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua
aktivitas belajar dan mengajar (Susanto, 2013: 18). Belajar merupakan
aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu. Belajar akan
terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses
belajar dapat terjadi (Sriyanti, 2013: 15). Mengajar diartikan sebagai usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
(Susanto, 2013: 20). Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa,
suatu respons terhadap segala pembelajaran yang diprogramkan oleh guru
(Dimyati, 2002: 20).
Pendidik (guru) mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran
yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Guru perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik masing-masing mata pelajaran supaya pembelajaran dapat
berhasil. Salah satu mata pelajaran yang menuntut penggunaan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya yakni mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan rumpun ilmu, yang memiliki
berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab akibat (Wisudawati,
2014: 22). Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan
lingkungan alam, mengembangkan wawasan dan kesadaran teknologi
kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan
Alam dipelajari supaya siswa dapat mengenal berbagai lingkungan alam,
mengidentifikasi peristiwa alam serta dapat mendiskripsikan berbagai jenis
dampak peristiwa alam. Seperti contoh firman Allah SWT dalam qur’an surat
thaaha ayat 105 :
Artinya: dan mereka bertanya kepada mu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: “tuhanku akan menghancurkannya (dihari kiamat) sehancur-hancurnya.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT akan menghancurkan
gunung yang merupakan salah satu tanda terjadinya peristiwa alam. Oleh
karena itu, siswa sejak dini seyogyanya sudah diperkenalkan macam-macam
peristiwa alam supaya mereka dapat mengenali dan dapat mengetahui cara
menanggulangi peristiwa alam tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu ilmu yang banyak
memerlukan pemahaman mengenai konsep-konsep, teori-teori, dan
hukum-hukum, bukan hanya sekadar hafalan saja. Maka dari itu, dalam
melaksanakan pembelajaran IPA harus secara aktif dan kreatif dalam
melibatkan siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah
Keberhasilan pembelajaran IPA tergantung pada kreativitas guru dalam
menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Menurut
Suprijono (2011: 48), model pembelajaran adalah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Model pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
dapat digunakan para guru untuk merencanakan aktivitas pembelajaran. Salah
satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA
adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dari guru pembelajaran IPA
di MI Kumpulrejo 02 Salatiga pada hari senin tanggal 20 Maret dengan guru
mata pelajaran IPA kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Kumpulrejo Kota
Salatiga (Marfu’ Astuti, S.Ag.), dalam melaksanakan pembelajaran IPA
belum menggunakan berbagai model pembelajaran aktif. Pembelajaran
dilaksanakan hanya dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.
Siswa hanya berperan sebagai penerima materi dan tidak dilatih untuk saling
berdiskusi. Kondisi tersebut yang menyebabkan siswa pasif, jenuh, dan
merasa sulit memahami materi, sehingga sebagian nilai ulangan siswa masih
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Terbukti dari hasil belajar
siswa hanya 5 siswa yang dapat mencapai KKM, sedangkan 16 siswa masih
di bawah KKM. Nilai KKM mata pelajaran IPA di MI Kumpulrejo 02 adalah
70.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih bermakna adalah dengan mencoba menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Teams Games Tournament adalah
tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan (Hamdani, 2011: 92).
Kelebihan dari model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif
terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga dilatih untuk saling
tukar pikiran dan melatih kekompakkan dalam kelompok. Pemilihan kelas
dan materi ini dianggap sangat tepat untuk menerapkan model pembelajaran
TGT. Kelas V merupakan kelas atas dalam jenjang pendidikan dasar jadi
siswa seyogyanya dilatih rasa tanggung jawab, kemampuan bertukar pikir
dalam menyelesaikan permasalahan, dan keaktifannya dalam kegiatan belajar
sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Materi peristiwa
alam adalah materi yang berhubungan dengan kejadian di alam yang
berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Maka dalam mengikuti
pelajaran materi ini sangat diperlukan konsentrasi supaya siswa dapat
memahami, membedakan dan menggolongkan berbagai macam dampak
peristiwa alam dan cara menanggulangi dampak peristiwa alam tersebut.
masalah yang berhubungan dengan kejadian di alam. Selain itu dengan
diadakannya permainan akademik akan membangkitkan semangat siswa
dalam mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi
Peristiwa Alam Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games
Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017”.
B.Rumusan Masalah
Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi peristiwa alam pada siswa kelas
V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017?.
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA
materi peristiwa alam melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun
2017.
D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk
(Mulyasa, 2011: 105). Hipotesis dari rumusan masalah ini adalah : jika
metode Teams Games Tournament (TGT) dilakukan dengan baik, maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran IPA materi
peristiwa alam pada siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur tingkat ketercapaian dari
tindakan yang diberikan (Daryanto, 2011: 83). Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikatakan efektif apabila indikator
yang diharapkan tercapai. Indikator ketuntasan siswa adalah sebagai berikut:
a. Secara Individual
Siswa dapat mencapai skor 70 pada materi peristiwa alam.
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu kelas
mendapat nilai 70.
E.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan dan dapat
memberikan informasi baru bagaimana cara mengatasi permasalahan yang
muncul dalam proses belajar-mengajar. Khususnya dalam mata pelajaran
IPA, terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA
materi peristiwa alam kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo
2. Manfaat Praksis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa dan
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar sehingga hasil
belajar meningkat.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat memperbaiki pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat dan
2) Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan sendiri,
sehingga memberikan terobosan baru model pembelajaran yang dapat
diterapkan di tingkat dasar.
c. Bagi Sekolah
1) Mengangkat nama baik sekolah tersebut jika meningkatnya hasil
belajar siswa dan
2) Membantu sekolah tersebut berkembang apabila guru-guru dapat
menerapkan berbagai model pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil
menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Susanto, 2013: 5).
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Pembelajaran kooperatif model TGT merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan
model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping
menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan
keterlibatan belajar. Teams Games Tournament (TGT) memiliki kesamaan
dengan Student Teams Achievement Divisions (STAD) kecuali satu hal TGT
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem
skor kemajuan individu, dimana setiap siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara
seperti mereka (Slavin, 2005: 163-165).
G.Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Basrowi (2008: 28) mengungkapkan bahwa PTK adalah penelitian tindakan
dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan
tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Aqib (2008: 18) menyatakan bahwa PTK merupakan salah satu cara yang
diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan
kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam
kelas dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat terutama pada mata pelajaran
IPA materi peristiwa alam. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan
adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.
Arikunto, (2014: 16) memberikan empat tahapan penting, meliputi;
(1) Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan)
dan (4) Reflektion (refleksi). Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada
gambar 1.1.
Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK (Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)
2. Subjek Penelitian
a. Siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
pada mata pelajaran IPA materi peristiwa alam. Jumlah siswa kelas V
ada 21 siswa meliputi 13 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.
b. Guru mata pelajaran IPA di MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo
Kota Salatiga. Peneliti dapat berkolaborasi dengan guru (Ibu Marfu’
Astuti, S.Pd.), sehingga model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPA.
3. Langkah-Langkah Penelitian
a. Perencanaan
Tahapperencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara
pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses
jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.
Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan
(Arikunto, dkk, 2014: 17).
Tahap perencanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT;
2) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat
3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui
kondisi saat proses pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berlangsung;
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT;
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau penerapan
isi rancangan yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat
pada tahap ini adalah bahwa guru harus ingat dan berusaha menaati apa
yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku
wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, dkk, 2014: 18). Pelaksanaan tindakan
pada penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi.
c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan
pengumpulan data yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi selama
proses belajar mengajar berlangsung. Daryanto (2011: 27) berpendapat
bahwa data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,
ulangan harian, dan presentasi) dan data kualitatif (partisapi siswa dalam
pembelajaran, lembar observasi guru selama proses pembelajaran, dan
d. Refleksi
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris
reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,
kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implemetasi
rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19). Bagian refleksi dilakukan
analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan
dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang
dilaksanakan (Aqib, 2008: 32). Apabila indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya pada waktu yang berbeda melalui tahap-tahap yang sama
dengan siklus sebelumnya dengan materi yang berbeda-beda pada setiap
siklusnya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer untuk
mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan
keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT;
c. Lembar observasi terhadap guru pada saat menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT;
d. Lembar observasi terhadap siswa pada saat proses pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
5. Pengumpulan Data
Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data
digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dan untuk
menguji hipotesis. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode:
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti
(Kusumah, 2010: 55). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data
tentang materi pokok khususnya pada mata pelajaran IPA yang kurang
memenuhi KKM dan untuk mendapatkan infomasi mengenai model yang
sering digunakan guru dalam pembelajaran sebelum menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Observasi
Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil
c. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian. Dokumentasi digunakan untuk memotret kegiatan
yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk menemukan gambaran
tentang MI Kumpulrejo 02 Salatiga.
d. Tes
Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar
(Djamarah, 2000: 218). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 pada mata
pelajaran IPA materi peristiwa alam dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk
perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis tindakan keberhasilan
atau prestasi keberhasilan siswa, dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pelajaran. Analisis ini
dihitung menggunakan statistik sederhana untuk menghitung ketuntasan
klasikal dengan menggunakan rumus persentase:
H.Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,
manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Bab ini mencakup pengertian hasil belajar,
pengertian Teams Games Tournament (TGT), pengertian Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) di SD/MI, pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
BAB IIIPelaksanaan Penelitian. Pada Bab ini memuat tentang gambaran
umum MI Kumpulrejo 02 Salatiga dan pelaksanaan penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memuat tentang
deskripsi hasil penelitian per siklus dan pembahasan.
16
Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Baharuddin (2008: 13), secara etimologis belajar memiliki arti
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu.
2) Menurut Istilah
a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman,
2009: 20).
b) Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan
dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus
sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan
(Djamarah, 2011: 13).
c) Gagne (dalam Susanto 2013: 1) mendefinisikan belajar sebagai
suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di
atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh
ilmu atau perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang
terjadi pada setiap diri seseorang.
b. Tujuan Belajar
Sardiman (2009, 26-28) berpendapat tujuan belajar antara lain:
1) Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa
bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan
memperkaya pengetahuan.
2) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan
suatu keterampilan. Keterampilan yang bersifat jasmani maupun
rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan
yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada
keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang
sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena
tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang
dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,
berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu
masalah atau konsep.
3) Pembentukan Sikap
Kecakapan dalam mengarahkan motivasi dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh sangat penting
dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik.
Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Guru tidak sekadar pengajar
tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai
itu kepada anak didiknya. Dilandasi dengan nilai-nilai itu, anak didik
akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan
segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
c. Ciri-ciri Belajar
Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15-16) berpendapat ciri-ciri
belajar antara lain:
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti,
bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu
adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil
belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar;
2) Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan
tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut
tidak akan terpancang seumur hidup;
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut
bersifat potensial;
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.
d. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Nasution (dalam Kastolani 2014: 71), prinsip-prinsip
belajar meliputi:
1) Agar seseorang (siswa) benar-benar belajar, maka ia harus mempunyai
tujuan;
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain;
3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan
berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya;
4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya;
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula
hasil-hasil sambilan atau sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah
terampil membuat soal-soal ilmu yang lebih besar untuk bidang studi
6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan (learning
by doing);
7) Seseorang (siswa) belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya
atau secara intelektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis
dan sebagainya;
8) Seseorang (siswa) memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain
dalam hal belajar;
9) Diperlukan insight untuk belajar. Apa yang dipelajari harus
benar-benar dipahami;
10) Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya seseorang
(siswa) sering mengejar tujuan-tujuan lain;
11) Belajar lebih berhasil apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan;
12) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi
dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
1) Faktor Internal
Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
indivudu. Sedangkan faktor-faktor psikologis adalah keadaan
psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat
(Baharuddin, 2008: 19-20).
2) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal merupakan faktor-faktor yang memengaruhi
proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (dalam Baharuddin, 2008:
26) menjelaskan faktor-faktor eksternal dalam proses belajar dibagi
menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
Belajar berarti mengubah tingkah laku. Belajar akan membantu
terjadinya suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan
itu tidak hanya dikaitkan dengan perubahan ilmu pengetahuan
melainkan juga berbentuk percakapan, ketrampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Belajar menyangkut
segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Sardiman
(2009: 39) berpendapat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi
belajar adalah faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Berkaitan
dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada
juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan
Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil
yang cukup penting.
Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan
dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
Staton (dalam Sardiman, 2009: 39-40) menguraikan enam macam
faktor psikologis yaitu (1) motivasi, (2) konsentrasi, (3) reaksi, (4)
organisasi, (5) pemahaman, (6) ulangan. Berdasarkan beberapa
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara
lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang
disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi
pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan
terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru,
anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan
pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang
belajar sering disebut juga dengan prestasi belajar tidak dapat dipisahkan
dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu perubahan sikap
dan tingkah laku seseorang berdasarkan pengalamannya (Hosnan, 2014:
158).
Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar
sebagaimana diuraikan tersebut dipertegas lagi oleh K. Brahim dalam
Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes
mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Hasil belajar secara keseluruhan biasanya akan tampak berupa
berikut ini:
1) Terciptanya berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan
prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis
seperti bagaimana dan mengapa;
2) Terciptanya keterampilan, seperti menulis dan berolahraga yang
meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi;
3) Adanya proses pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan, dan
objektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang
benar (Hosnan, 2014: 159-160).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan yang terjadi pada diri siswa baik peningkatan aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotoriknya sebagai hasil dari kegiatan belajar.
b. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif),
keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif).
Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar
siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang
diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat
memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang
dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil observasi langsung yang ia
lakukan;
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013: 9) mengemukakan
bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah
kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang
individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan
pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu hasil tertentu, termasuk krativitasnya;
3) Sikap
Menurut Sardiman dalam Susanto (2013: 11), sikap merupakan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola,
dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa
individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan,
perilaku, atau tindakan seseorang.
Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman
konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif
(Susanto, 2013: 6-11).
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Fakor-faktor
internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi
jasmani atau fisiologi. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan
tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan memberikan
pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,
kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal.
Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar
berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra;
b) Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis
diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Kecerdasan atau Inteligensi Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.
Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin
Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar;
(2) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektifan kegiatan belajar siswa (Baharuddin dan Wahyuni,
2008: 19-22). Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri
siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya
motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh
karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus
menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada
tempatnya diciptakana suasana belajar yang menggembirakan
(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 239);
(3) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya
dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar;
(4) Sikap
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan
senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
(5) Bakat
Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah
satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil (Baharuddin dan
Wahyuni, 2008: 24-25).
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
individu. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan Sosial
(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah;
(2)Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak
terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa;
(3)Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga, semuanya dapat
antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
b) Lingkungan Non Sosial
(1)Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak
panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau kuat,
atau tidak terlalu lemah atau gelap, suasana yang sejuk dan
tenang. Apabila kondisi lingkungan alam tidak mendukung
maka proses belajar siswa akan terhambat;
(2)Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya;
(3)Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini
hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka
guru harus mengusai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa
B.Teams Games Tournament (TGT)
1. Pengertian TGT
Teams Games Tournament(TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda ( Rusman, 2011: 224).
2. Teknik TGT
Menurut Saco (dalam Rusman, 2011: 224) Teknik bermain TGT
adalah siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim
lain untuk memperoleh skor bagi tim masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap
kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti
dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain
bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,
sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Cara untuk
memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran
maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.
3. Tahapan Pembelajaran Teams Games Tournament
Menurut Hamdani (2011: 92-93) pembelajaran kooperatif tipe TGT
belajar dalam kelompok (teams), permainan (Games), pertandingan
(Tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
a. Penyajian Kelas
Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas di awal
pembelajaran, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau
ceramah dan diskusi yang dipimpin guru. Saat penyajian kelas ini, siswa
harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang
disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat permainan, karena skor permainan
akan menentukan skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang
siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman sekelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian atau presentasi
di kelas dan pelaksanaan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa yang menjawab
d. Turnamen
Permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing
ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5
sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang
berasal dari kelompok yang sama.
Setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.
Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan.
Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal
untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja
sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan
sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan
dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.
Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang
berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan
membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh
pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan
ditanggapi oleh penantang searah jarum jam setelah soal selesai
dikerjakan. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan
penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Kartu
dibiarkan saja jika semua pemain menjawab salah. Permainan dilanjutkan
pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam
satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan
penantang.
Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap
peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain,
penantang, dan pembaca soal. Pembaca soal hanya bertugas untuk
membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab
atau memberikan jawaban pada peserta lain.
e. Penghargaan Kelompok (team recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata
skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Jika para siswa menginginkan
agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus
membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.
4. Kelebihan Pembelajaran TGT
a. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang
berkemampuan akademis lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai
b. Melalui model pembelajaran TGT, akan menumbuhkan rasa kebersamaan
dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya;
c. Melalui model pembelajaran TGT, membuat siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Guru menjanjikan sebuah penghargaan
kepada siswa atau kelompok terbaik dalam pembelajaran ini;
d. Siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada
kegiatan permainan berupa tournament dalam model pembelajaran TGT
ini.
5. Kekurangan Pembelajaran TGT
a. Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan
heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru
yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan
pembagian kelompok. Waktu yang sudah dihabiskan untuk diskusi oleh
siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara
meyeluruh.
b. Bagi siswa
Siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan
penjelasan kepada siswa lainnya. Tugas guru adalah membimbing
dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar
C.Hakikat IPA
1. Pengertian IPA
IPA terdiri dari tiga istilah yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Banyak sekali
pengetahuan yang dimiliki manusia dalam hidupnya. Pengetahuan tentang
agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar
adalah contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam
berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah
pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah artinya
diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional dan
objektif. Rasional artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat
dan objektif. Artinya sesuai dengan kenyataannya, sesuai dengan
kenyataannya, atau sesuai dengan pengamatan (Wisudawati, 2014: 23).
2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan Badan
Standar Pendidikan BSNP (dalam Susanto (2013: 171-172) adalah:
a. Siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Allah SWT
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;
b. Siswa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
c. Siswa mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA,
d. Siswa mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;
e. Siswa meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam;
f. Siswa meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Allah SWT;
g. Siswa memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagi dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
3. IPA Materi Peristiwa Alam
a. Peristiwa Alam
Peristiwa alam adalah kejadian yang terjadi oleh karena alam.
Setiap terjadi peristiwa alam selalu berdampak terhadap kehidupan. Ada
yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatif. Peristiwa alam
yang berdampak negatif sangat merugikan dan dinamakan bencana alam.
b. Dampak Peristiwa Alam
1) Gempa Bumi
Gempa bumi ialah getaran kulit bumi yang disebabkan oleh
kekuatan-kekuatan dari dalam bumi. Gempa bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan lempeng bumi. Frekuensi suatu wilayah, mengacu
pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode
tertentu. Gempa bumi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gempa tektonik dan gempa vulkanik. Gempa tektonik adalah gempa
lempeng bumi. Terjadinya Gempa Tektonik dimulai dari sebuah
tempat yang disebut pusat gempa. Pusat gempa dapat berada di
daratan atau lautan. Pusat gempa yang berada di lautan dapat
menyebabkan gempa bumi di bawah laut. Gempa vulkanik adalah
gempa yang diakibatkan oleh aktivitas gunung berapi. Alat untuk
mengukur getaran gempa disebut seismograf. Satuan getaran gempa
adalah skala richter.
Kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi diantaranya
rumah-rumah roboh, tanah longsor, rusaknya jaringan listrik, dinding
waduk hancur, sehingga menimbulkan banjir. Gempa bumi juga dapat
menimbulkan gelombang tsunami, yaitu gelombang air laut yang
sangat besar yang ditimbulkan oleh gempa di dasar laut. Masyarakat
terpukul jiwanya ketika gempa bumi terjadi. Penting sekali setiap
orang bersikap tenang dan bertindak sesuai dengan informasi yang
benar. Contoh gempa bumi dapat ditampilkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Gempa Bumi Menghancurkan Rumah-Rumah Penduduk
2) Tsunami
Tsunami adalah gelombang laut yang sangat besar akibat gempa
bumi yang terjadi di bawah lautan. Perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan
tiba-tiba. Gelombang itu bergerak menuju pantai dengan kecepatan
sangat tinggi dan kekuatannya sangat besar. Kecepatannya dapat
mencapai 1.000 km per jam.
Gelombang tersebut naik sehingga membentuk dinding raksasa
ketika mencapai pantai. Tinggi gelombang laut normal antara 1-2
meter. Namun, saat tsunami tinggi gelombang laut dapat mencapai
30-50 meter. Ketinggian gelombang tsunami dapat mencapai puluhan
meter sehingga menimbulkan erosi, kerusakan bangunan dan
pepohonan, bahkan korban jiwa. Gelombang ini akan bergerak cepat
menuju daratan dan merusak segala sesuatu yang dilaluinya. Skema
tsunami dapat ditampilkan pada gambar 2.2.
3) Gunung Meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat
endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas
bertekanan tinggi. Gunung meletus mengeluarkan lava dan awan
panas disekitarnya. Lava adalah cairan panas yang dikeluarkan
gunung berapi saat meletus. Lava yang telah mendingin disebut lahar.
Kerugian yang ditimbulkan akibat gunung meletus antara lain
banyak rumah yang rusak, tumbuh-tumbuhan dan hewan banyak yang
mati, asap dan debunya menimbulkan polusi udara dan mencemari
perairan, serta dapat menimbulkan korban jiwa. Namun, letusan
gunung berapi juga memberikan manfaat bagi manusia, misalnya abu
yang dikeluarkan dapat menyuburkan tanah serta pasir dan batuan
yang dikeluarkan gunung berapi dapat digunakan untuk membuat
bangunan. Awan panas gunung meletus dapat ditampilkan dalam
gambar 2.3.
4) Banjir
Bencana banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air
yang berlebihan merendam daratan. Bencana banjir diawali dengan
curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan dikatakan tinggi jika
hujan turun secara terus-menerus dan besarnya lebih dari 50 mm per
hari. Air hujan dapat mengakibatkan banjir jika tidak mendapatkan
tempat untuk mengalir. Seringkali sungai tidak mampu menampung
air hujan sehingga air meluap menjadi banjir.
Bencana banjir dapat mengakibatkan kerugian yang sangat
besar. Rumah-rumah dan ribuan hectare sawah yang ditanami padi
rusak. Jalan-jalan terputus tidak bisa dilewati. Korban banjir pun dapat
terancam berbagai penyakit seperti diare, kolera, dan
penyakit-penyakit kulit. Situasi saat banjir dapat ditampilkan dalam gambar 2.4.
5) Tanah Longsor
Tanah longsor adalah suatu peristiwa yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Penyebab
kejadian tanah longsor adalah gravitasi yang memengaruhi suatu
lereng yang curam. Tanah longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah
faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor-faktor
pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut. Tanah longsor biasanya disebabkan oleh hujan yang deras.
Hal ini karena tanah tidak sanggup menahan terjangan air hujan akibat
adanya penggundulan hutan. Tanah longsor dapat meruntuhkan semua
benda diatasnya. Selain itu, tanah longsor dapat menimbun
rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya. Keadaan setelah tanah
longsor dapat ditampilkan dalam gambar 2.5.
6) Angin Putting Beliung
Angin putting beliung merupakan angin yang sangat kencang
dan bergerak memutar. Kecepatan angin lebih dari 63 km/jam yang
bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.
Angin putting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari
pada musim pancaroba. Putting beliung biasanya terjadi pada saat
hujan deras yang disertai angin kencang. Kecepatan angin putting
beliung bisa mencapai 175 km/jam. Angin puting beliung dapat
menerbangkan segala macam benda yang dilaluinya. Angin putting
beliung dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena
dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.
Keadaan setelah angina putting beliung dapat ditampilkan dalam
gambar 2.6.
c. Mencegah Terjadinya Peristiwa Alam
Beberapa peristiwa alam tidak dapat dicegah oleh siapapun.
Gunung meletus, tsunami dan puting beliung dapat terjadi begitu saja.
Kita hanya bisa memperkirakan kapan peristiwa alam itu terjadi. Akan
tetapi, kapan gempa bumi akan terjadi belum dapat diperkirakan.
Pemerintah Indonesia membentuk Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), antara lain untuk dapat mengetahui
peristiwa alam yang akan terjadi. Kemudian, informasi itu diumumkan
kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat meyelamatkan diri.
Meskipun demikian, ada peristiwa alam yang masih dapat kita cegah,
yaitu banjir dan tanah longsor. Usaha yang dapat kita lakukan antara lain
sebagai berikut:
1) Selalu membuang sampah di tempat sampah. Jangan membuang
sampah di sungai, selokan, atau saluran air lainnya.
2) Tidak mendirikan bangunan di sepanjang tepi sungai. Hal ini dapat
mempersempit sungai.
3) Melakukan penanaman pohon, khususnya di lereng bukit atau lahan
miring lainnya, dapat pula dibuat sengkedan (teras) agar tanah tidak
longsor diterjnag air hujan.
D.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
1. Pengertian KKM
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) harus ditetapkan sebelum awal
melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik
dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria
mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil
penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas atau
layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui ktiteria ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).
Angka maksimal 100 merupakan kriteria ideal. Target ketuntasan secara
nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat
memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional
kemudian ditingkatkan bertahap.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menjadi acuan bersama
pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk
mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar
informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik atau orang tuanya.
Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar
sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
2. Prosedur Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan
mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan disosialisasikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua,
dan dinas pendidikan;
d. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB) pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang
46 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.Subjek Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga yang beralamat di Dusun Ngronggo Kelurahan
Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Penulis pada bagian ini
akan memaparkan lokasi pelaksanaan penelitian, karakteristik siswa serta
kompetensi tenaga pendidik yang dimiliki yang nantinya informasi tersebut
akan memberikan penguatan pada analisis data yang akan dilakukan. Secara
garis besar informasi mengenai subjek penelitian tersebut sebagai berikut:
a. Lokasi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Kumpulrejo 02 Salatiga yang
beralamat di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga. Lokasi Pelaksanaan Penelitian dapat
ditampilkan pada gambar 3.1.
Dusun Ngronggo adalah Dusun perbatasan antara Kota Salatiga dan
Kabupaten Semarang. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun
Mprumasan, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Ngemplak, sebelah
selatan berbatasan dengan Dusun Mbelon, dan sebelah Barat berbatasan
dengan Dusun Nobo. Batas wilayah Dusun Ngronggo dapat ditampilkan
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Batas Wilayah Desa Ngronggo
Lokasi Keterangan
Sebelah Utara Dusun Mprumasan Sebelah Timur Dusun Ngemplak Sebelah Selatan Dusun Mbelon Sebelah Barat Dusun Nobo
Sumber: Administrasi Desa Ngronggo
b. Identitas Madrasah
Identitas Madrasah MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo
Kota Salatiga dapat ditampilkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Identitas Sekolah
No. Identitas Keterangan
1. Nama MI Kumpulrejo 02 Provinsi Jawa Tengah Kode Pos 50733