• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V MI KUMPULREJO 02 KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V MI KUMPULREJO 02 KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECAMATAN ARGOMULYO

KOTA SALATIGA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

AGUSTIN EKA DAMAYANTI

NIM: 115-13-093

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

KECAMATAN ARGOMULYO

KOTA SALATIGA

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

AGUSTIN EKA DAMAYANTI

NIM: 115-13-093

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana

yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri”

(Q.S. An-Nisa: 79)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahku (Supardi) dan Ibuku (Setyaningsih) sebagai wujud baktiku

kepadanya, yang telah bersusah payah membesarkanku, mendoakanku,

mendukungku dan membiayai semua kebutuhanku hingga aku dapat

menyelesaikan studi ini, mudah-mudahan ayah dan ibuku senantiasa

diberikan nikmat umur panjang, nikmat sehat, dan nikmat rejeki lancar;

2. Adikku (Okta Dwi Artika Nilamsari) tersayang yang selalu memberikan

semangat, mudah-mudahan adikku diberikan umur panjang, nikmat sehat,

(8)

viii

melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul

Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Peristiwa Alam Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa

Kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017

bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita,

Nabi Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah SWT.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan

bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis

sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga;

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;

4. Ibu Dr. Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan

skripsi ini;

5. Bapak Imam Mas Arum M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

(9)
(10)

x

Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017). Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Maslikhah, M.Si.

Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tornament(TGT).

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT). Apakah model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi peristiwa alam pada siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2017.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 21 siswa, yaitu terdiri dari 8 laki-laki dan 13 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diambil dari nilai akhir siswa, dokumentasi, dan observasi dengan melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran.Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.

(11)

xi

(12)

xii

5. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 34

C. Hakikat IPA 1. Pengertian IPA ... 35

2. Tujuan Pembelajaran IPA ... 35

3. Materi Peristiwa Alam ... 36

D. Hakikat KKM 1. Pengertian KKM ... 43

2. Prosedur Penetapan KKM ... 44

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Kumpulrejo 02 ... 46

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Deskripsi Siklus I ... 51

2. Deskripsi Siklus II ... 56

3. Deskripsi Siklus III ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus 1. Deskripsi Siklus I ... 67

2. Deskripsi Siklus II ... 69

3. Deskripsi Siklus III ... 70

(13)

xiii

(14)

xiv

Tabel 3.2. Identitas Sekolah ... 47

Tabel 3.3. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 48

Tabel 3.4. Daftar Guru dan Staff MI Ma’arif Kumpulrejo 02 ... 48

Tabel 3.5. Daftar Siswa Kelas V MI Ma’arif Kumpulrejo 02 ... 49

Table 3.6. Waktu Penelitian ... 50

Tabel 4.1. Daftar Hasil Tes Formatif Siswa Siklus I ... 67

Tabel 4.2. Daftar Hasil Tes Formatif Siswa Siklus II ... 69

Tabel 4.3. Daftar Hasil Tes Formatif Siswa Siklus III ... 71

(15)

xv

Gambar 2.2. Skema Terjadinya Tsunami ... 38

Gambar 2.3. Awan Panas Gunung Meletus ... 39

Gambar 2.4. Situasi Saat Banjir ... 40

Gambar 2.5. Keadaan Setelah Tanah Longsor ... 41

Gambar 2.6. Keadaan Setelah Angin Putting Beliung ... 42

Gambar 3.1. Peta Desa Ngronggo ... 46

(16)

xvi

Lampiran 3. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 83

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi ... 84

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ... 86

Lampiran 6. Identitas Kolaborator ... 87

Lampiran 7. Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 88

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 89

Lampiran 8. Soal Evaluasi Siklus I ... 100

Lampiran 9. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus I ... 102

Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 105

Lampiran 11. Soal Evaluasi Siklus II ... 116

Lampiran 12. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus II ... 118

Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ... 121

Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus III ... 132

Lampiran 15. Catatan Lapangan Pelaksanaan Siklus III ... 134

Lampiran 16. Dokumentasi Kegiatan Proses Belajar Mengajar ... 137

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu instrumen utama dalam

mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan tidak bisa lepas dari

tenaga pendidik atau guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting

melalui proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua

aktivitas belajar dan mengajar (Susanto, 2013: 18). Belajar merupakan

aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu. Belajar akan

terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses

belajar dapat terjadi (Sriyanti, 2013: 15). Mengajar diartikan sebagai usaha

mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa

(Susanto, 2013: 20). Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa,

suatu respons terhadap segala pembelajaran yang diprogramkan oleh guru

(Dimyati, 2002: 20).

Pendidik (guru) mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran

yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan

pembelajaran. Guru perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik masing-masing mata pelajaran supaya pembelajaran dapat

berhasil. Salah satu mata pelajaran yang menuntut penggunaan model

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya yakni mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan rumpun ilmu, yang memiliki

(18)

berupa kenyataan atau kejadian dan hubungan sebab akibat (Wisudawati,

2014: 22). Mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengetahuan

lingkungan alam, mengembangkan wawasan dan kesadaran teknologi

kaitannya dengan pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan

Alam dipelajari supaya siswa dapat mengenal berbagai lingkungan alam,

mengidentifikasi peristiwa alam serta dapat mendiskripsikan berbagai jenis

dampak peristiwa alam. Seperti contoh firman Allah SWT dalam qur’an surat

thaaha ayat 105 :

Artinya: dan mereka bertanya kepada mu tentang gunung-gunung, maka katakanlah: “tuhanku akan menghancurkannya (dihari kiamat) sehancur-hancurnya.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT akan menghancurkan

gunung yang merupakan salah satu tanda terjadinya peristiwa alam. Oleh

karena itu, siswa sejak dini seyogyanya sudah diperkenalkan macam-macam

peristiwa alam supaya mereka dapat mengenali dan dapat mengetahui cara

menanggulangi peristiwa alam tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu ilmu yang banyak

memerlukan pemahaman mengenai konsep-konsep, teori-teori, dan

hukum-hukum, bukan hanya sekadar hafalan saja. Maka dari itu, dalam

melaksanakan pembelajaran IPA harus secara aktif dan kreatif dalam

melibatkan siswa untuk dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah

(19)

Keberhasilan pembelajaran IPA tergantung pada kreativitas guru dalam

menggunakan model pembelajaran yang tepat dan menarik. Menurut

Suprijono (2011: 48), model pembelajaran adalah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial. Model pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model

pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran

dapat digunakan para guru untuk merencanakan aktivitas pembelajaran. Salah

satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA

adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dari guru pembelajaran IPA

di MI Kumpulrejo 02 Salatiga pada hari senin tanggal 20 Maret dengan guru

mata pelajaran IPA kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Kumpulrejo Kota

Salatiga (Marfu’ Astuti, S.Ag.), dalam melaksanakan pembelajaran IPA

belum menggunakan berbagai model pembelajaran aktif. Pembelajaran

dilaksanakan hanya dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.

Siswa hanya berperan sebagai penerima materi dan tidak dilatih untuk saling

berdiskusi. Kondisi tersebut yang menyebabkan siswa pasif, jenuh, dan

merasa sulit memahami materi, sehingga sebagian nilai ulangan siswa masih

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Terbukti dari hasil belajar

(20)

siswa hanya 5 siswa yang dapat mencapai KKM, sedangkan 16 siswa masih

di bawah KKM. Nilai KKM mata pelajaran IPA di MI Kumpulrejo 02 adalah

70.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka untuk menciptakan

pembelajaran yang lebih bermakna adalah dengan mencoba menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Teams Games Tournament adalah

tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan (Hamdani, 2011: 92).

Kelebihan dari model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih aktif

terlibat dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga dilatih untuk saling

tukar pikiran dan melatih kekompakkan dalam kelompok. Pemilihan kelas

dan materi ini dianggap sangat tepat untuk menerapkan model pembelajaran

TGT. Kelas V merupakan kelas atas dalam jenjang pendidikan dasar jadi

siswa seyogyanya dilatih rasa tanggung jawab, kemampuan bertukar pikir

dalam menyelesaikan permasalahan, dan keaktifannya dalam kegiatan belajar

sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Materi peristiwa

alam adalah materi yang berhubungan dengan kejadian di alam yang

berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Maka dalam mengikuti

pelajaran materi ini sangat diperlukan konsentrasi supaya siswa dapat

memahami, membedakan dan menggolongkan berbagai macam dampak

peristiwa alam dan cara menanggulangi dampak peristiwa alam tersebut.

(21)

masalah yang berhubungan dengan kejadian di alam. Selain itu dengan

diadakannya permainan akademik akan membangkitkan semangat siswa

dalam mempelajari materi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Sehingga siswa dapat memahami materi dengan baik.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi

Peristiwa Alam Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games

Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017”.

B.Rumusan Masalah

Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan

hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi peristiwa alam pada siswa kelas

V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017?.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA

materi peristiwa alam melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada

siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun

2017.

D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah

yang dihadapi sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk

(22)

(Mulyasa, 2011: 105). Hipotesis dari rumusan masalah ini adalah : jika

metode Teams Games Tournament (TGT) dilakukan dengan baik, maka

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Mata Pelajaran IPA materi

peristiwa alam pada siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2017.

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur tingkat ketercapaian dari

tindakan yang diberikan (Daryanto, 2011: 83). Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikatakan efektif apabila indikator

yang diharapkan tercapai. Indikator ketuntasan siswa adalah sebagai berikut:

a. Secara Individual

Siswa dapat mencapai skor 70 pada materi peristiwa alam.

b. Secara Klasikal

Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu kelas

mendapat nilai 70.

E.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan dan dapat

memberikan informasi baru bagaimana cara mengatasi permasalahan yang

muncul dalam proses belajar-mengajar. Khususnya dalam mata pelajaran

IPA, terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA

materi peristiwa alam kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo

(23)

2. Manfaat Praksis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan hasil belajar siswa dan

2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar sehingga hasil

belajar meningkat.

b. Bagi Guru

1) Guru dapat memperbaiki pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat dan

2) Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan sendiri,

sehingga memberikan terobosan baru model pembelajaran yang dapat

diterapkan di tingkat dasar.

c. Bagi Sekolah

1) Mengangkat nama baik sekolah tersebut jika meningkatnya hasil

belajar siswa dan

2) Membantu sekolah tersebut berkembang apabila guru-guru dapat

menerapkan berbagai model pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar

mengajar.

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,

baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil

(24)

menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang

berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Susanto, 2013: 5).

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembelajaran kooperatif model TGT merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya, dan mengandung unsur permainan. Aktivitas belajar dengan

model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping

menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan

keterlibatan belajar. Teams Games Tournament (TGT) memiliki kesamaan

dengan Student Teams Achievement Divisions (STAD) kecuali satu hal TGT

menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem

skor kemajuan individu, dimana setiap siswa berlomba sebagai wakil tim

mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara

seperti mereka (Slavin, 2005: 163-165).

G.Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Basrowi (2008: 28) mengungkapkan bahwa PTK adalah penelitian tindakan

dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan

tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

Aqib (2008: 18) menyatakan bahwa PTK merupakan salah satu cara yang

(25)

diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan

kualitas program sekolah secara keseluruhan.

Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk memperbaiki

dan meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam

kelas dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat terutama pada mata pelajaran

IPA materi peristiwa alam. Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan

adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat.

Arikunto, (2014: 16) memberikan empat tahapan penting, meliputi;

(1) Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan)

dan (4) Reflektion (refleksi). Tahapan tersebut dapat ditampilkan pada

gambar 1.1.

Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK (Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)

(26)

2. Subjek Penelitian

a. Siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga

pada mata pelajaran IPA materi peristiwa alam. Jumlah siswa kelas V

ada 21 siswa meliputi 13 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki.

b. Guru mata pelajaran IPA di MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo

Kota Salatiga. Peneliti dapat berkolaborasi dengan guru (Ibu Marfu’

Astuti, S.Pd.), sehingga model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam

pembelajaran IPA.

3. Langkah-Langkah Penelitian

a. Perencanaan

Tahapperencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,

kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara

pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses

jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi.

Cara ini dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur

subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan

(Arikunto, dkk, 2014: 17).

Tahap perencanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:

1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT;

2) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat

(27)

3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui

kondisi saat proses pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT berlangsung;

4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT;

5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap implementasi atau penerapan

isi rancangan yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat

pada tahap ini adalah bahwa guru harus ingat dan berusaha menaati apa

yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku

wajar, tidak dibuat-buat (Arikunto, dkk, 2014: 18). Pelaksanaan tindakan

pada penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi.

c. Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan

pengumpulan data yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi selama

proses belajar mengajar berlangsung. Daryanto (2011: 27) berpendapat

bahwa data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,

ulangan harian, dan presentasi) dan data kualitatif (partisapi siswa dalam

pembelajaran, lembar observasi guru selama proses pembelajaran, dan

(28)

d. Refleksi

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa

yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris

reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat

dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,

kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implemetasi

rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19). Bagian refleksi dilakukan

analisis data mengenai proses, masalah, dan hambatan yang dijumpai dan

dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang

dilaksanakan (Aqib, 2008: 32). Apabila indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada siklus

berikutnya pada waktu yang berbeda melalui tahap-tahap yang sama

dengan siklus sebelumnya dengan materi yang berbeda-beda pada setiap

siklusnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer untuk

mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan

keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT;

(29)

c. Lembar observasi terhadap guru pada saat menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT;

d. Lembar observasi terhadap siswa pada saat proses pembelajaran model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

5. Pengumpulan Data

Data merupakan informasi-informasi tentang objek penelitian. Data

digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dan untuk

menguji hipotesis. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode:

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti

(Kusumah, 2010: 55). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data

tentang materi pokok khususnya pada mata pelajaran IPA yang kurang

memenuhi KKM dan untuk mendapatkan infomasi mengenai model yang

sering digunakan guru dalam pembelajaran sebelum menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

b. Observasi

Observasi digunakan untuk memperoleh informasi yang

berhubungan dengan kegiatan siswa selama proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil

(30)

c. Dokumentasi

Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian. Dokumentasi digunakan untuk memotret kegiatan

yang berlangsung saat pembelajaran dan untuk menemukan gambaran

tentang MI Kumpulrejo 02 Salatiga.

d. Tes

Tes digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup

pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar

(Djamarah, 2000: 218). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa kelas V MI Kumpulrejo 02 pada mata

pelajaran IPA materi peristiwa alam dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

6. Analisis Data

Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna

mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk

perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2010: 85). Analisis tindakan keberhasilan

atau prestasi keberhasilan siswa, dilakukan dengan cara memberikan

evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir pelajaran. Analisis ini

dihitung menggunakan statistik sederhana untuk menghitung ketuntasan

klasikal dengan menggunakan rumus persentase:

(31)

H.Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan,

manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II Kajian Pustaka. Bab ini mencakup pengertian hasil belajar,

pengertian Teams Games Tournament (TGT), pengertian Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) di SD/MI, pengertian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

BAB IIIPelaksanaan Penelitian. Pada Bab ini memuat tentang gambaran

umum MI Kumpulrejo 02 Salatiga dan pelaksanaan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini memuat tentang

deskripsi hasil penelitian per siklus dan pembahasan.

(32)

16

Belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

Baharuddin (2008: 13), secara etimologis belajar memiliki arti

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki

pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu.

2) Menurut Istilah

a) Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,

dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman,

2009: 20).

b) Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan

dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus

sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan

(Djamarah, 2011: 13).

c) Gagne (dalam Susanto 2013: 1) mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

(33)

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian belajar di

atas dapat dipahami bahwa belajar adalah proses untuk memperoleh

ilmu atau perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang

terjadi pada setiap diri seseorang.

b. Tujuan Belajar

Sardiman (2009, 26-28) berpendapat tujuan belajar antara lain:

1) Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat

dipisahkan. Tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa

bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan

memperkaya pengetahuan.

2) Penanaman Konsep dan Keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan

suatu keterampilan. Keterampilan yang bersifat jasmani maupun

rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan

yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada

keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang

sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena

tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang

dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak,

(34)

berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu

masalah atau konsep.

3) Pembentukan Sikap

Kecakapan dalam mengarahkan motivasi dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh sangat penting

dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik.

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan

terlepas dari soal penanaman nilai-nilai. Guru tidak sekadar pengajar

tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai

itu kepada anak didiknya. Dilandasi dengan nilai-nilai itu, anak didik

akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan

segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

c. Ciri-ciri Belajar

Baharuddin dan Wahyuni (2008: 15-16) berpendapat ciri-ciri

belajar antara lain:

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Ini berarti,

bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu

adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari

tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil

belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

2) Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan

(35)

tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut

tidak akan terpancang seumur hidup;

3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat

proses belajar sedang berlangsung, perubahan tingkah laku tersebut

bersifat potensial;

4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;

5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang

memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk

mengubah tingkah laku.

d. Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Nasution (dalam Kastolani 2014: 71), prinsip-prinsip

belajar meliputi:

1) Agar seseorang (siswa) benar-benar belajar, maka ia harus mempunyai

tujuan;

2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan

hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain;

3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan

berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya;

4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya;

5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula

hasil-hasil sambilan atau sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah

terampil membuat soal-soal ilmu yang lebih besar untuk bidang studi

(36)

6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan (learning

by doing);

7) Seseorang (siswa) belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya

atau secara intelektual saja tetapi juga secara sosial, emosional, etis

dan sebagainya;

8) Seseorang (siswa) memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain

dalam hal belajar;

9) Diperlukan insight untuk belajar. Apa yang dipelajari harus

benar-benar dipahami;

10) Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya seseorang

(siswa) sering mengejar tujuan-tujuan lain;

11) Belajar lebih berhasil apabila usaha itu memberi sukses yang

menyenangkan;

12) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi

dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor

tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor Internal

Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.

(37)

fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

indivudu. Sedangkan faktor-faktor psikologis adalah keadaan

psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar

adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat

(Baharuddin, 2008: 19-20).

2) Faktor Eksternal

Faktor Eksternal merupakan faktor-faktor yang memengaruhi

proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (dalam Baharuddin, 2008:

26) menjelaskan faktor-faktor eksternal dalam proses belajar dibagi

menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non

sosial.

Belajar berarti mengubah tingkah laku. Belajar akan membantu

terjadinya suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan

itu tidak hanya dikaitkan dengan perubahan ilmu pengetahuan

melainkan juga berbentuk percakapan, ketrampilan, sikap, pengertian,

harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Belajar menyangkut

segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Sardiman

(2009: 39) berpendapat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi

belajar adalah faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Berkaitan

dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada

juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan

(38)

Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil

yang cukup penting.

Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan

dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Staton (dalam Sardiman, 2009: 39-40) menguraikan enam macam

faktor psikologis yaitu (1) motivasi, (2) konsentrasi, (3) reaksi, (4)

organisasi, (5) pemahaman, (6) ulangan. Berdasarkan beberapa

pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara

lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang

disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi

pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan

terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan terlebih dahulu oleh guru,

anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan

pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang

(39)

belajar sering disebut juga dengan prestasi belajar tidak dapat dipisahkan

dari perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu perubahan sikap

dan tingkah laku seseorang berdasarkan pengalamannya (Hosnan, 2014:

158).

Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar

sebagaimana diuraikan tersebut dipertegas lagi oleh K. Brahim dalam

Susanto (2013: 5) yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Hasil belajar secara keseluruhan biasanya akan tampak berupa

berikut ini:

1) Terciptanya berpikir rasional dan kritis, yakni menggunakan

prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis

seperti bagaimana dan mengapa;

2) Terciptanya keterampilan, seperti menulis dan berolahraga yang

meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi;

3) Adanya proses pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan, dan

(40)

objektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang

benar (Hosnan, 2014: 159-160).

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan yang terjadi pada diri siswa baik peningkatan aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotoriknya sebagai hasil dari kegiatan belajar.

b. Macam-macam Hasil Belajar

Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif),

keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif).

Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Pemahaman Konsep

Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6) diartikan

sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang

dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar

siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang

diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat

memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang

dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil observasi langsung yang ia

lakukan;

2) Keterampilan Proses

Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013: 9) mengemukakan

bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah

kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang

(41)

individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan

pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai

suatu hasil tertentu, termasuk krativitasnya;

3) Sikap

Menurut Sardiman dalam Susanto (2013: 11), sikap merupakan

kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola,

dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa

individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan,

perilaku, atau tindakan seseorang.

Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih

diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman

konsep, maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif

(Susanto, 2013: 6-11).

c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar

dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Fakor-faktor

internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

(42)

dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi

jasmani atau fisiologi. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan

tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Keadaan fisik yang sehat dan bugar akan memberikan

pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya,

kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya

hasil belajar yang maksimal.

Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar

berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat

memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra;

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang

dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis

diantaranya adalah sebagai berikut:

(1) Kecerdasan atau Inteligensi Siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan

psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri

dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan

merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses

belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.

Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin

(43)

Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu,

semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar;

(2) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi

keefektifan kegiatan belajar siswa (Baharuddin dan Wahyuni,

2008: 19-22). Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang

mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri

siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya

motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.

Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh

karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus

menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada

tempatnya diciptakana suasana belajar yang menggembirakan

(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 239);

(3) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya

dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh

terhadap aktivitas belajar;

(4) Sikap

Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan

senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau

(44)

(5) Bakat

Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah

satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang

dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya

sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil (Baharuddin dan

Wahyuni, 2008: 24-25).

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri

individu. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a) Lingkungan Sosial

(1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang

siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi

motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah;

(2)Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat

tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.

Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak

terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa;

(3)Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat

memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat

orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga, semuanya dapat

(45)

antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang

harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar

dengan baik.

b) Lingkungan Non Sosial

(1)Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau kuat,

atau tidak terlalu lemah atau gelap, suasana yang sejuk dan

tenang. Apabila kondisi lingkungan alam tidak mendukung

maka proses belajar siswa akan terhambat;

(2)Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung

sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan

lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain

sebagainya;

(3)Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu

juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka

guru harus mengusai materi pelajaran dan berbagai metode

mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa

(46)

B.Teams Games Tournament (TGT)

1. Pengertian TGT

Teams Games Tournament(TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,

jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda ( Rusman, 2011: 224).

2. Teknik TGT

Menurut Saco (dalam Rusman, 2011: 224) Teknik bermain TGT

adalah siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim

lain untuk memperoleh skor bagi tim masing-masing. Permainan dapat

disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi pelajaran.

Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap

kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota

kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti

dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain

bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya,

sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Cara untuk

memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran

maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

3. Tahapan Pembelajaran Teams Games Tournament

Menurut Hamdani (2011: 92-93) pembelajaran kooperatif tipe TGT

(47)

belajar dalam kelompok (teams), permainan (Games), pertandingan

(Tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).

a. Penyajian Kelas

Guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas di awal

pembelajaran, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau

ceramah dan diskusi yang dipimpin guru. Saat penyajian kelas ini, siswa

harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang

disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada

saat kerja kelompok dan pada saat permainan, karena skor permainan

akan menentukan skor kelompok.

b. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang

siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama

teman sekelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota

kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk

menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian atau presentasi

di kelas dan pelaksanaan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri

dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa yang menjawab

(48)

d. Turnamen

Permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing

ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5

sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang

berasal dari kelompok yang sama.

Setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.

Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan.

Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal

untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja

sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan

sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan

dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian.

Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang

berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan

membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh

pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.

Pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan

ditanggapi oleh penantang searah jarum jam setelah soal selesai

dikerjakan. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan

(49)

penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar. Kartu

dibiarkan saja jika semua pemain menjawab salah. Permainan dilanjutkan

pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,

dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam

satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan

penantang.

Permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap

peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain,

penantang, dan pembaca soal. Pembaca soal hanya bertugas untuk

membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab

atau memberikan jawaban pada peserta lain.

e. Penghargaan Kelompok (team recognize)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,

masing-masing kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata

skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Jika para siswa menginginkan

agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus

membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan.

4. Kelebihan Pembelajaran TGT

a. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan

akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa yang

berkemampuan akademis lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai

(50)

b. Melalui model pembelajaran TGT, akan menumbuhkan rasa kebersamaan

dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya;

c. Melalui model pembelajaran TGT, membuat siswa lebih bersemangat

dalam mengikuti pelajaran. Guru menjanjikan sebuah penghargaan

kepada siswa atau kelompok terbaik dalam pembelajaran ini;

d. Siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada

kegiatan permainan berupa tournament dalam model pembelajaran TGT

ini.

5. Kekurangan Pembelajaran TGT

a. Bagi guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru

yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan

pembagian kelompok. Waktu yang sudah dihabiskan untuk diskusi oleh

siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.

Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara

meyeluruh.

b. Bagi siswa

Siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan

penjelasan kepada siswa lainnya. Tugas guru adalah membimbing

dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar

(51)

C.Hakikat IPA

1. Pengertian IPA

IPA terdiri dari tiga istilah yaitu “ilmu”, “pengetahuan”, dan “alam”.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia. Banyak sekali

pengetahuan yang dimiliki manusia dalam hidupnya. Pengetahuan tentang

agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, sosial, dan alam sekitar

adalah contoh pengetahuan yang dimiliki manusia. Pengetahuan alam

berarti pengetahuan tentang alam semesta beserta isinya. Ilmu adalah

pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah artinya

diperoleh dengan metode ilmiah. Dua sifat utama ilmu adalah rasional dan

objektif. Rasional artinya masuk akal, logis, atau dapat diterima akal sehat

dan objektif. Artinya sesuai dengan kenyataannya, sesuai dengan

kenyataannya, atau sesuai dengan pengamatan (Wisudawati, 2014: 23).

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar berdasarkan Badan

Standar Pendidikan BSNP (dalam Susanto (2013: 171-172) adalah:

a. Siswa memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Allah SWT

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

b. Siswa mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

c. Siswa mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA,

(52)

d. Siswa mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan;

e. Siswa meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam;

f. Siswa meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Allah SWT;

g. Siswa memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagi dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

3. IPA Materi Peristiwa Alam

a. Peristiwa Alam

Peristiwa alam adalah kejadian yang terjadi oleh karena alam.

Setiap terjadi peristiwa alam selalu berdampak terhadap kehidupan. Ada

yang berdampak positif dan ada yang berdampak negatif. Peristiwa alam

yang berdampak negatif sangat merugikan dan dinamakan bencana alam.

b. Dampak Peristiwa Alam

1) Gempa Bumi

Gempa bumi ialah getaran kulit bumi yang disebabkan oleh

kekuatan-kekuatan dari dalam bumi. Gempa bumi biasa disebabkan

oleh pergerakan lempeng bumi. Frekuensi suatu wilayah, mengacu

pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami selama periode

tertentu. Gempa bumi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

gempa tektonik dan gempa vulkanik. Gempa tektonik adalah gempa

(53)

lempeng bumi. Terjadinya Gempa Tektonik dimulai dari sebuah

tempat yang disebut pusat gempa. Pusat gempa dapat berada di

daratan atau lautan. Pusat gempa yang berada di lautan dapat

menyebabkan gempa bumi di bawah laut. Gempa vulkanik adalah

gempa yang diakibatkan oleh aktivitas gunung berapi. Alat untuk

mengukur getaran gempa disebut seismograf. Satuan getaran gempa

adalah skala richter.

Kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi diantaranya

rumah-rumah roboh, tanah longsor, rusaknya jaringan listrik, dinding

waduk hancur, sehingga menimbulkan banjir. Gempa bumi juga dapat

menimbulkan gelombang tsunami, yaitu gelombang air laut yang

sangat besar yang ditimbulkan oleh gempa di dasar laut. Masyarakat

terpukul jiwanya ketika gempa bumi terjadi. Penting sekali setiap

orang bersikap tenang dan bertindak sesuai dengan informasi yang

benar. Contoh gempa bumi dapat ditampilkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Gempa Bumi Menghancurkan Rumah-Rumah Penduduk

(54)

2) Tsunami

Tsunami adalah gelombang laut yang sangat besar akibat gempa

bumi yang terjadi di bawah lautan. Perpindahan badan air yang

disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan

tiba-tiba. Gelombang itu bergerak menuju pantai dengan kecepatan

sangat tinggi dan kekuatannya sangat besar. Kecepatannya dapat

mencapai 1.000 km per jam.

Gelombang tersebut naik sehingga membentuk dinding raksasa

ketika mencapai pantai. Tinggi gelombang laut normal antara 1-2

meter. Namun, saat tsunami tinggi gelombang laut dapat mencapai

30-50 meter. Ketinggian gelombang tsunami dapat mencapai puluhan

meter sehingga menimbulkan erosi, kerusakan bangunan dan

pepohonan, bahkan korban jiwa. Gelombang ini akan bergerak cepat

menuju daratan dan merusak segala sesuatu yang dilaluinya. Skema

tsunami dapat ditampilkan pada gambar 2.2.

(55)

3) Gunung Meletus

Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat

endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas

bertekanan tinggi. Gunung meletus mengeluarkan lava dan awan

panas disekitarnya. Lava adalah cairan panas yang dikeluarkan

gunung berapi saat meletus. Lava yang telah mendingin disebut lahar.

Kerugian yang ditimbulkan akibat gunung meletus antara lain

banyak rumah yang rusak, tumbuh-tumbuhan dan hewan banyak yang

mati, asap dan debunya menimbulkan polusi udara dan mencemari

perairan, serta dapat menimbulkan korban jiwa. Namun, letusan

gunung berapi juga memberikan manfaat bagi manusia, misalnya abu

yang dikeluarkan dapat menyuburkan tanah serta pasir dan batuan

yang dikeluarkan gunung berapi dapat digunakan untuk membuat

bangunan. Awan panas gunung meletus dapat ditampilkan dalam

gambar 2.3.

(56)

4) Banjir

Bencana banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air

yang berlebihan merendam daratan. Bencana banjir diawali dengan

curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan dikatakan tinggi jika

hujan turun secara terus-menerus dan besarnya lebih dari 50 mm per

hari. Air hujan dapat mengakibatkan banjir jika tidak mendapatkan

tempat untuk mengalir. Seringkali sungai tidak mampu menampung

air hujan sehingga air meluap menjadi banjir.

Bencana banjir dapat mengakibatkan kerugian yang sangat

besar. Rumah-rumah dan ribuan hectare sawah yang ditanami padi

rusak. Jalan-jalan terputus tidak bisa dilewati. Korban banjir pun dapat

terancam berbagai penyakit seperti diare, kolera, dan

penyakit-penyakit kulit. Situasi saat banjir dapat ditampilkan dalam gambar 2.4.

(57)

5) Tanah Longsor

Tanah longsor adalah suatu peristiwa yang terjadi karena

pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis

seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Penyebab

kejadian tanah longsor adalah gravitasi yang memengaruhi suatu

lereng yang curam. Tanah longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu

faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah

faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor-faktor

pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material

tersebut. Tanah longsor biasanya disebabkan oleh hujan yang deras.

Hal ini karena tanah tidak sanggup menahan terjangan air hujan akibat

adanya penggundulan hutan. Tanah longsor dapat meruntuhkan semua

benda diatasnya. Selain itu, tanah longsor dapat menimbun

rumah-rumah penduduk yang ada di bawahnya. Keadaan setelah tanah

longsor dapat ditampilkan dalam gambar 2.5.

(58)

6) Angin Putting Beliung

Angin putting beliung merupakan angin yang sangat kencang

dan bergerak memutar. Kecepatan angin lebih dari 63 km/jam yang

bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit.

Angin putting beliung sering terjadi pada siang hari atau sore hari

pada musim pancaroba. Putting beliung biasanya terjadi pada saat

hujan deras yang disertai angin kencang. Kecepatan angin putting

beliung bisa mencapai 175 km/jam. Angin puting beliung dapat

menerbangkan segala macam benda yang dilaluinya. Angin putting

beliung dapat menghancurkan apa saja yang diterjangnya, karena

dengan pusarannya benda yang terlewati terangkat dan terlempar.

Keadaan setelah angina putting beliung dapat ditampilkan dalam

gambar 2.6.

(59)

c. Mencegah Terjadinya Peristiwa Alam

Beberapa peristiwa alam tidak dapat dicegah oleh siapapun.

Gunung meletus, tsunami dan puting beliung dapat terjadi begitu saja.

Kita hanya bisa memperkirakan kapan peristiwa alam itu terjadi. Akan

tetapi, kapan gempa bumi akan terjadi belum dapat diperkirakan.

Pemerintah Indonesia membentuk Badan Meteorologi,

Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), antara lain untuk dapat mengetahui

peristiwa alam yang akan terjadi. Kemudian, informasi itu diumumkan

kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat meyelamatkan diri.

Meskipun demikian, ada peristiwa alam yang masih dapat kita cegah,

yaitu banjir dan tanah longsor. Usaha yang dapat kita lakukan antara lain

sebagai berikut:

1) Selalu membuang sampah di tempat sampah. Jangan membuang

sampah di sungai, selokan, atau saluran air lainnya.

2) Tidak mendirikan bangunan di sepanjang tepi sungai. Hal ini dapat

mempersempit sungai.

3) Melakukan penanaman pohon, khususnya di lereng bukit atau lahan

miring lainnya, dapat pula dibuat sengkedan (teras) agar tanah tidak

longsor diterjnag air hujan.

D.Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

1. Pengertian KKM

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) harus ditetapkan sebelum awal

(60)

melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik

dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria

mengharuskan pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil

penilaian, yaitu memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas atau

layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui ktiteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian

kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).

Angka maksimal 100 merupakan kriteria ideal. Target ketuntasan secara

nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat

memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional

kemudian ditingkatkan bertahap.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) menjadi acuan bersama

pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk

mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar

informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik atau orang tuanya.

Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar

sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.

2. Prosedur Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

a. Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan

mempertimbangkan tiga aspek kriteria, yaitu kompleksitas, daya dukung

(61)

b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran

disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam

melakukan penilaian;

c. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan disosialisasikan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta didik, orang tua,

dan dinas pendidikan;

d. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dicantumkan dalam Laporan Hasil

Belajar (LHB) pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang

(62)

46 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A.Subjek Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga yang beralamat di Dusun Ngronggo Kelurahan

Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Penulis pada bagian ini

akan memaparkan lokasi pelaksanaan penelitian, karakteristik siswa serta

kompetensi tenaga pendidik yang dimiliki yang nantinya informasi tersebut

akan memberikan penguatan pada analisis data yang akan dilakukan. Secara

garis besar informasi mengenai subjek penelitian tersebut sebagai berikut:

a. Lokasi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Kumpulrejo 02 Salatiga yang

beralamat di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan

Argomulyo Kota Salatiga. Lokasi Pelaksanaan Penelitian dapat

ditampilkan pada gambar 3.1.

(63)

Dusun Ngronggo adalah Dusun perbatasan antara Kota Salatiga dan

Kabupaten Semarang. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun

Mprumasan, sebelah timur berbatasan dengan Dusun Ngemplak, sebelah

selatan berbatasan dengan Dusun Mbelon, dan sebelah Barat berbatasan

dengan Dusun Nobo. Batas wilayah Dusun Ngronggo dapat ditampilkan

pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Batas Wilayah Desa Ngronggo

Lokasi Keterangan

Sebelah Utara Dusun Mprumasan Sebelah Timur Dusun Ngemplak Sebelah Selatan Dusun Mbelon Sebelah Barat Dusun Nobo

Sumber: Administrasi Desa Ngronggo

b. Identitas Madrasah

Identitas Madrasah MI Kumpulrejo 02 Kecamatan Argomulyo

Kota Salatiga dapat ditampilkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Identitas Sekolah

No. Identitas Keterangan

1. Nama MI Kumpulrejo 02 Provinsi Jawa Tengah Kode Pos 50733

Gambar

Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK
Gambar 2.1. Gempa Bumi Menghancurkan Rumah-Rumah Penduduk Sumber (Choiril, 2008: 155)
Gambar 2.2. Skema Terjadinya Tsunami Sumber (Haryanto, 2012: 210)
gambar 2.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanah gambut yang telah diaktivasi kemudian diaplikasikan pada air gambut dengan menggunakan variasi massa untuk menentukan massa optimum adsorben dan variasi waktu

Berangkat dari pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk untuk membahas mengenai “Analisis CAMEL Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Penulisan skripsi ini digunakan untuk menganalisa Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap kinerja bank yang diukur dengan return on asset

Nama Obyek : Nama objek dari Skripsi Studio Desain Komunikasi Visual ini adalah “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Air Terjun Blemantung di Pujungan” yang

Ada penambahan tegangan listrik pada kumparan besi dan menjadi gaya kemagnetan yang ditujukan untuk memperbesar hembusan angin pada kipas angin. Cara kerja kipas angin

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerimaan sosial pada anak Attention Deficit Hyperaktivity Disorder dari lingkungan merupakan salah satu faktor yang

Adapun teori yang digunakan yaitu teori tentang bahasa, fungsi bahasa, komponen bahasa, psikolingusitik yang menjelaskan tentang aspek neurologi bahasa, gangguan

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun