• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK KELUARGA PERANTAU (Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK KELUARGA PERANTAU (Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang) - Test Repository"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA ANAK KELUARGA PERANTAU

(Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ANISA AINURROFI

11113151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA ANAK KELUARGA PERANTAU

(Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ANISA AINURROFI

11113151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

ُّ لُك

ُّ

ُِّوِناَسِّجَمُيُّْوَأُِّوِناَرِّصَنُ يُّْوَأُِّوِناَدِّوَهُ يُُّهاَوَ بَأَفُِّةَرْطِفْلاُّىَلَعُُّدَلوُيٍُّدوُلْوَم

Setiap Bayi Dilahirkan Atas Dasar Fitrah, Maka Kedua Orang

Tuanyalah Yang Menjadikannya Yahudi, Nasrani, Dan

Majusi.

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua penulis Bapak Sumarmin dan Ibu Juwariyah tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

2. Dan untuk kakak penulis tersayang (Rohmad Asy’ari ) yang sudah memberikan support.

3. Seluruh keluarga besar penulis terimakasih atas motivasi dan dukungannya. 4. Dan untuksi Dia thank’s banget untuk support & dukungannya selama ini, yang

selalu menemaniku disaat susah maupun senang.

5. Sahabatku Linda Istiroh, Listiana Pratiwi & Rikha Nurussafinnatun Naja thank’s banget selama ini sudah memberikan support dan membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

6. Keluarga besar Hotel Nugraha Wisata yang selalu memberikan semangat.

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillairabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatNya kelak di Yaumul Akhir. Aamiin.

Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Anak

keluarga Perantau (Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang” Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana progam studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Dalam menyusun skripsi ini penulis tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(10)

4. Bapak Muh Hafidz, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil Selaku dosen pembimbing akademik (PA). Terimakasih atas bimbingannya selama empat tahun membimbing penulis. 6. Segenap dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali

pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Kepada kedua orang tua penulis Bapak Sumarmin dan Ibu Juwariyah

terimakasih atas segala motivasi, dukungan, dan do’a restu kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Keluarga besar ku yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis untuk kesuksesan penulis.

9. Desa Candi khususnya Dusun Tarukan yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian,

10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Teman-teman satu angkatan tahun 2013 yang telah memberikan semangat belajar dan motivasi.

(11)
(12)

ABSTRAK

Ainurrofi, Anisa. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Anak Keluarga Perantau (Studi Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Pd

Kata Kunci : Pendidikan, Karakter, dan Keluarga Perantau

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendidikan karakter pada anak keluarga perantau. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah Implementasi Pendidikan Karakter Pada Anak Keluarga Perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang? (2) Apa sajakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam Pendidikan Karakter Pada Anak keluarga Perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang? (3) Apa sajakah solusi faktor penghambat Pendidikan Karakter Pada Anak Keluarga Perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah Tokoh Masyarakat, Ibu, Ayah, dan Nenek yang merupakan pengasuh anak dalam keluarga perantau. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Karakter Pada Anak Keluarga Perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang telah terlaksana dengan baik, sesuai dengan karakter yang diinginkan yaitu disiplin, tanggung jawab, dan jujur melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian. (1) Implementasi pendidikan karakter pada anak, untuk mencapai pendidikan maupun karakter yang baik meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengevaluasian.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

DEKLARASI ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Peneletian ... 10

G. Sistematika Penulisan... 18

(14)

B. Pendidikan Karakter ... 21

C. Keluarga Perantau ... 33

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... ..38

B. Lokasi Penelitian ... ..38

C. Sumber Data...39

D. Prosedur Pengumpulan Data...39

E. Analisis Data...42

F. Pengecekan Keabsahan Data...42

G. Tahap-Tahap Penelitian...43

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ... 45

B. Temuan Data ... 54

C. Analisis Data ... 71

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

C. Penutup ... 77 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Kependudukan

Tabel 4.2 Sarana Dan Prasarana Desa Candi

(16)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Surat Permohonan Ijin Penelitian 3. Surat Telah Melakukan Penelitian 4. Pengajuan Pembimbing

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan keharusan bagi setiap manusia, terutama anak-anak yang belum dewasa. Hal ini dapat diamati dengan jelas pada saat manusia lahir ke dunia dengan segala keadaannya yang lemah tidak berdaya dan tidak mengetahui segala sesuatu yang ada disekelilingnya merupakan petunjuk dan bukti bahwa anak adalah makhluk yang memerlukan bantuan, pendidikan, arahan dan bimbingan menuju ke arah kedewasaan (Heriawan, 1988 : 62). Situasi sosial-kultural masyarakat akhir-akhir ini semakin menghawatirkan. Berbagai macam peristiwa yang merendahkan harkat dan martabat manusia berkembang di masyarakat bahkan dalam dunia pendidikan, semisal hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, tipisnya solidaritas, meningkatnya kenakalan remaja, praktek korupsi yang semakin canggih, tindak pidana, sikap tidak etis terhadap guru, dan berbagai kasus moral lainnya. Fenomena ini seolah mempertanyakan kembali peranan pendidikan dalam membangun etika dan moral masyarakat.

(18)

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Jika salah satu tidak ada maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dari proses kesadaran seseorang mengetahui tentang nilai-nilai yang baik (knowing the good), lalu merasakan dan mencintai kebaikan (feeling and loving the good) itu sehingga terpatri dan terukir dalam jiwanya yang akhirnya menjadi berkakter kuat untuk melakukan kebaikan.

Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara signifikan turut membentuk karakter anak. Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama bagi anak, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Oleh karena itu, pendidikan dalam keluarga sangat diperlukan untuk membangun sebuah comunity of learner

tentang pendidikan anak, serta sangat diperlukan menjadi sebuah kebijakan pendidikan dalam upaya membangun karakter bangsa secara berkelanjutan (Wibowo, 2012 : 106-107).

(19)

Orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar atas terselenggaranya pendidikan anak, bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak akan sangat berpengaruh. Oleh sebab itu, maka wajib bagi kedua orang tua untuk membesarkan anak-anak mereka dengan landasan iman yang sempurna dan aqidah yang sholeh. Orang tua juga harus memiliki pengetahuan tentang syari’at dan moral islami, di samping

memiliki akhlaq yang utama. Tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi mu’min yang sholih terletak di pundak kedua orang tua.

Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada pada tengah-tengah ayah dan ibunya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Setiap orang tua yang bertanggungjawab, memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orang tua dan anak yang baik. Sebab telah menjadi kesadaran para orang tua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis.

(20)

orang tua dalam menyiapkan anak-anak mereka agar menjadi anak yang sholeh yang mampu berbuat sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Orang tua hendaknya memperhatikan perilaku keagamaan putra-putrinya. AllahSWT juga telah mengingatkan, bahwa orang tua bertanggung jawab terhadap keluarganya sebagaimana mereka (orang tua) bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri untuk meninggalkan kemaksiatan dan melakukan hal-hal yang diperintahkan kepada oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, penjaganya malaikat-malaikat yang besar lagi keras

yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang

diperintahkan-Nya kepada mereka serta selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan oleh- Nya.“(QS. At Tahrim: 6)

Jadi, pembentukan karakter pada anak tahap awal yaitu diperoleh dari keluarga. Dalam pendidikan karakter ini periode yang paling sensitif menentukan karakter tersebut adalah pendidikan dalam keluarga yang menjadi tanggungjawab orang tua, yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun. Pendidikan karakter anak di dalam keluarga itu sangat penting karena pendidikan karakter memerlukan keteladanan dan sentuhan mulai sejak dini sampai dewasa. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar atas terselenggaranya pendidikan anak, bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak akan sangat berpengaruh.

(21)

mengambil judul “PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK KELUARGA PERANTAU (Studi Kasus di Desa Candi Kecamatan

Bandungan Kabupaten Semarang)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pendidikan karakter pada anak keluarga

perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang?

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam pendidikan karakter pada anak keluarga perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang?

3. Bagaimana solusi yang diterapkan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pendidikan karakter pada anak keluarga perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat penulis rumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter pada anak keluarga perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja

(22)

3. Untuk mengetahui solusi yang diterapkan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat dalam pendidikan karakter pada anak keluarga perantau Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini digarapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain:

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khazanah keilmuan Pendidikan Agama Islam umunya, khususnya tentang pendidikan karakter terutama mengenai implementasi atau strategi yang dilakukan oleh pengasuh agar anak didiknya berakhlakul karimah.

2. Manfaat Praktis

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi Peneliti : dapat mengetahui strategi yang tepat dalam mendidik karakter anak agar berakhlakul karimah.

(23)

c. Bagi Desa Candi : dapat memberikan sumbangan informasi tentang pendidikan karakter dalam peningkatan kualitas pendidikan saat ini sebagai upaya pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, penguasaan ketrampilan hidup, kemanapun akademik, seni dan pengembangan insan paripurna.

d. Bagi Pembaca : dapat memberikan gambaran tentang proses pendidikan karakter anak di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan dalam memahami, maka perlu diberikan penegasan dan pembatasan istilah yang dianggap penting dalam penafsiran. Adapun istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik atau buruk karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

(24)

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi, 2004: 95).

2. Keluarga Perantau

Keluarga adalah sebagai wadah pertama dalam pendidikan. Keluarga adalah sanak saudara, kaum kerabat, orang seisi rumah dan anak bini (Marimba, 1962 : 19).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) perantau berasal dari kata rantau yang berarti negeri lain tempat mencari penghidupan atau daerah yang didiami atau ditinggali oleh orang yang berasal dari daerah lain.

Perantau, berasal dari kata “rantau” yang artinya daerah (tanah,

negeri) di luar daerah (negeri) sendiri atau daerah di luar kampung halaman. Mendapat awalan pe- menjadi perantau yang artinya “orang yang mencari penghidupan, ilmu dan sebagainya di negeri orang, atau pengembara atau orang asing” (Daryanto, 1997: 503).

(25)

F. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan metode yang tepat dan sesuai untuk pengolahan data sesuai obyek yang dibahas. Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang berkaitan dengan penelitian yaitu :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, menurut Bogdam dan Tylor dalam Moelong (2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan foto-foto. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2004: 234).

(26)

2. Kehadiran Penelitian

Peneliti hadir secara langsung pada objek penelitian dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan, sehingga peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka pengumpulan data.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

a. Tempat penelitian

Tempat atau lokasi penelitian ini adalah di Desa Candi Kec. Bandungan Kab. Semarang, dengan batasan wilayah Dusun Tarukan. Sedangkan yang menjadi fokus subjek penelitian ini adalah semua komponen yang terkait dengan pendidikan karakter pada anak keluarga perantau, faktor pendukung dan penghambat serta solusi yang diterapkan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 juni 2017 sampai tanggal 3 Januari 2018.

4. Sumber Data a. Data Primer

(27)

dengan mengamati atau mewawancarai. Data primer digunakan untuk mendapatkan informasi langsung mengenai Pendidikan Karakter Pada Anak Keluarga Perantau Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Tabel 1.1

No. Nama Jabatan

1. Wintopo Tokoh Masyarakat 2. Kholid Mawardi Tokoh Masyarakat 3. Rena Roviyanti Ibu

4. Muntri Isniati Ibu

5. Bambang Ayah

6. Kuncoro Ayah

7. Tiyah Nenek

8. Rumsiyah Nenek

b. Data Sekunder

(28)

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti ini menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

a. Metode Wawancara

Interview atau wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan peneliti yang ingin memperoleh informasi dari seseorang dengan cara mengajukann pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Menurut Esterberg, dalam Sugiyono wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik. Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, semistruktur dan tidak terstruktur (2008: 317).

Metode ini digunakan untuk mengetahui apa saja yang ada dalam pikiran dan perasaan responden. Salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subyek penelitian dengan tetap berpegang pada arah sasaran dan fokus penelitian.

(29)

c. Metode Observasi

Metode observasi merupakan pengamatan langsung dan melihat sendiri obyek yang akan diamati. Observasi juga bisa diartikan sebagai pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diteliti (Hadi, 2005:136). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Objek yang diamati adalah karakter anak ketika anak berada di lingkungan masyarakat.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengumpulkann informasi mengenai pendidikan karakter pada anak kelaurga perantau.

6. Analisis Data

Menurut Pavon dalam Moelong (2009: 280), tekhnik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar, membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

(30)

pada ruang lingkup pendidikan karakter pada anak keluarga perantau dan problematika serta solusi yang diterapkan untuk anak.

a. Pengumpulan data.

Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data baik menggunakan metode wawancara, pengamatan, maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih yang penting dan tidak.

b. Reduksi data.

Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih fokus dan tajam, karena data yang menumpuk belum dapat memberi gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai upaya untuk mengorganisasikan data dan memudahkan penarikan kesimpulan.

c. Penyajian data.

Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil penelitian ini.

d. Kesimpulan.

(31)

proses-proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola dan penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir.

7. Pengecekan Keabsahan Data (Validitas)

Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai yang sebenarnya atau kejadian (Nasution, 2003:105). Tekhnik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data itu sendiri (Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini tekhnik triangulasi yang digunakan yaitu:

a. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda.

b. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda.

8. Tahap-Tahap Penelitian

a. Penelitian Pendahuluan

(32)

informasi-informasi yang berkaitan dengan pendidikan karakter anak pada keluarga perantau.

b. Pengembangan Desain

Sebelum tahap pendahuluan, penulis menyediakan waktu guna mengembangkan desain penelitian, menyusun petunjuk guna memperoleh data yang dibutuhkan, seperti petunjuk wawancara dan pengamatan.

c. Pelaksanaan Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian secara langsung di lokasi penelitian sekaligus melihat secara seksama, agar lebih mengetahui secara detail berbagai hal yang berhubungan dengan penelitian dan untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan.

d. Penulisan laporan

Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

(33)

Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, berisi uraian tentang pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, nilai-nilai pendidikan karakter serta pendidikan karakter pada keluarga) dan juga berisi uraian tentang keluarga perantau (pengertian keluarga perantau, dan dampak anak yang ditinggal keluarga/orang tuanya merantau).

Bab III Paparan Data Dan Temuan Penelitian, paparkan tentang definisi obyek penelitian yaitu Desa Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

Bab IV Analisis Data, Penjelasan tentang hasil penelitian yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian di lapangan.

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi Pendidikan Karakter

Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah merupakan kemampuan fundamental yang diberikan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebajikan yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral.

1. Pengertian Implementasi

Implementasi secara bahasa berarti “pelaksanaan, penerapan”

Menurut Mulyasa (2001: 93), pengertian implementasi menurut istilah adalah “suatu proses penerapan idse, konsep, kebijakan, atau motivasi

dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, maupun nilai dan sikap”.

(35)

Menurut Setiawan, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana,birokrasi yang efektif.

Dari pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan implementasi adalah suatu kegiatan yang terencana, bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Sebelum mengetahui pengertian pendidikan karakter sendiri, disini penulis akan sedikit menjelaskan tentang pendidikan, dilanjutkan dengan karakter kemudian pendidikan karakter.

Ki Hajar Dewantara (1977: 20) menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntunan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya, pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, sehingga mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

(36)

Supriyoko (2004: 419) menyatakan bahwa pendidikan adalah sarana strategis untuk meningkatkan kualitas manusia. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat.

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi pendidikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak sehingga melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat.

Pengertian karakter berdasarkan etimologi, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.

Karakter dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya (Samani, 2014 : 41).

(37)

istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (Pohon kacang panjang tidak pernah

meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter.

Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter tersebut dipengaruhi oleh hereditas. Dalam arti secara khusus ciri-ciri karakter membedakan antara satu individu dengan yang lainnya, serta cara berfikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

(38)

dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil (Samani, 2014 : 45-46).

Pendidikan karakter, menurut Megawangi (2004: 95), “sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis, sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil dan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan pendidikan karakter

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter 2011 (dalam Samani dan Hariyanto, 2012: 9) menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

(39)

mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Dasar pendidikan karakter ini sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak yang biasa disebut sebagai usia emas. Anak merupakan penerus kehidupan bangsa yang memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, merupakan tempat untuk mengasah dan membentuk karakter anak supaya menjadi seorang individu yang lebih baik.

Kesuma dkk (2012: 9), mengemukanan tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah. Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ketiga pendidikan karakter adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyrakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

4. Nilai-nilai pendidikan karakter

(40)

aspek psikomotor). Karakter yang baik (good character) terdiri atas proses-proses yang meliputi, tahu mana yang baik (knowimg the good), keinginan melakukan yang baik (desiring the good), dan melakukan yang baik (doing the good). Kecuali itu, karakter yang baik juga harus ditunjang oleh kebiasaan pikir (habit of the mind), kebiasaan kalbu (habit of the heart), dan kebiasaan tindakan (habit of action) (Samani, 2014 : 49-50).

Dalam kaitan impelementasi nilai-nilai dan proses-proses diatas, sebagai anak pendidikan dilaksanakan dengan maksud memfasilitasi mereka supaya menjadi orang yang memiliki kualitas moral, kewarganegaraan, kebaikan, kesantunan, rasa hormat, kesehatan, sikap kritis, keberhasilan, kebiasaan, insan yang kehadirannya dapat diterima dalam masyarakat.

Goleman (dalam Adisusilo, 2012: 79) menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang mencakup sembilan nilai dasar yang saling terikat, yaitu: (1) responsibility (tanggung jawab), (2) respect (rasa hormat), (3) fairness (keadilan), (4) courage (keberanian), (5) honesty (kejujuran), (6) citizenship (rasa kebangsaan), (7) self-discipline

(disiplin diri), (8) caring (peduli), (9) perseverance (ketekunan).

(41)

Menurut Samani (2014: 51-52) dalam kaitan ini pada draf Grand Design Pendidikan Karakter diungkapkan nilai-nilai yang terutama akan dikembangkan dalam budaya satuan pendidikan formal dan nonformal, dengan penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Jujur, menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating). b. Tanggung jawab, melakukan tugas sepenuh hati, bekerja dengan etos

kerha yang tinggi, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik (giving the best), mampu mengontrol diri dan mengatasi stres, dan berdisiplin diri.

c. Cerdas, berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengna penuh perhitungan, rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik, bergaul secara santun, menjunjung kebenaran dan kebajikan, mencintai Tuhan dan lingkungan.

d. Sehat dan Bersih, menghargai ketertiban, keteraturan, kedisiplinan, terampil, menjaga diri dan lingkungan, menerapkan pola hidup seimbang.

(42)

f. Kreatif, mampu menyelesaikan masalah secara inovatif, luwes, kritis, berani mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, menampilkan sesuatu secara luar biasa (unik), memiliki ide baru, ingin terus berubah, dapat membaca situasi dan memanfaatkan peluang baru.

g. Gotong royong, mau bekerja sama dengan baik, berprinsip bahwa tujuan akan lebih mudah dan cepat tercapai jika dikerjakan bersama-sama, tidak memperhitungkan tenaga untuk saling berbagi dengan sesama, mau mengembangkan potensi diri untuk dipakai saling berbagi agar mendapatkan hasil yang terbaik, tidak egoistik.

5. Pendidikan Karakter pada Keluarga

Menurut Rohinah (2012: 65), karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan (sosialisasi atau pendidikan,

nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.

(43)

a. Keluarga sebagai Wahana Pertama dan Utama Pedidikan Karakter Anak

Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan bangsa sehingga mereka berteori bahwa keluarga, adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat sehingga jika keluarga-keluarga yang merupakan pondasi masyarakat lemah maka masyarakat pun akan lemah. Oleh karena itu, para sosiolog meyakini bahwa berbagai masalah masyarakat, seperti kejahatan seksul dan kekerasan yang merajalela, serta segala macam kebobrokan di masyarakat merupakan akibat dari lemahnya institusi keluarga. Bagi seorang anak, keluarga tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya.

Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu, setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.

b. Aspek – Aspek Penting dalam Pendidikan Karakter Anak

(44)

Megawangi, ada tiga kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi, yaitu

maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal

bonding (kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan dasar penting

dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust) pada anak. Kelekatan ini membuat anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan rasa percaya.

Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman. Kebutuhan ini penting bagi pembentukan karakter anak karena lingkungan yang berubah-ubah akan membahayakan perkembangan emosi bayi. Pengasuh yang berganti-ganti juga akan berpengaruh negatif pada perkembangn emosi anak. Menurut Bowlby dalam Megawangi, normal bagi seorang bayi untuk mencari kontak dengan hanya satu orang (biasanya ibu) pada tahap-tahap awal masa bayi. Kekacauan emosi anak yang terjadi karena tidak adanya rasa aman ini diduga oleh para ahli gizi berkaitan dengan masalah kesulitan makan pada anak. Tentu saja hal ini tidak kondusif bagi pertumbuhan anak yang optimal.

c. Pola Asuh Menentukan Keberhasilan Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga

(45)

anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seperti makan, minum dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak dalam rangka pendidikan karakter anak.

Melalui pola asuh yang dilakukan oleh orangtua, anak belajar tentang banyak hal, termasuk karakter. Tentu saja pola asuh otoriter (yang tua) dan pola asuh permisif (yang cenderung memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat) sangat berbeda dampaknya dengan pola asuh demokratis (yang cenderung mendorong anak untuk terbuka, namun bertanggung jawab dan mandiri) terhadap hasil pendidikan karakter anak. Artinya, jenis pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terhadap anaknya menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak oleh keluarga.

Dari paparan diatas jelaslah bahwa jenis pola asuh yang diterapkan orang tua kepada ankanya sangat menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak. Kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat pada kegagalan dalam pembentukan karakter yang baik.

B. Keluarga Perantau

1. Pengertian Keluarga Perantau

(46)

mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu”

persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri (Shochib, 1998: 17).

Menurut Poerwadarminta (1984: 471), keluarga adalah sebagai sanak keluarga, kaum kerabat. Sedangkan menurut Abu Ahmadi berpendapat bahwa, keluarga adalah sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita. Perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan (mengasuh) anak-anak. Keluarga di sini merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan sebagai sanak keluarga, kaum kerabat yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri.

Perantau, berasal dari kata “rantau” yang artinya daerah (tanah,

(47)

Perantau adalah orang yang mencari penghidupan, ilmu dan sebagainya di negeri orang atau juga disebut orang asing/pengembara. Yang dimaksud peneliti adalah mencari kerja atau mencari rizki ke luar negeri atau ke luar pulau.

Keluarga perantau menurut Ahmadi (1998: 75) adalah orang tua (ayah dan ibu) yang mencari penghidupan, ilmu dan sebagainya di negeri orang atau di luar pulau.

2. Dampak Anak yang Ditinggal Keluarga/Orang Tuanya Merantau.

Anak yang ditinggal pergi orang tuanya (merantau) sangat kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Karena orang tua perantau secara otomatis mempunyai waktu yang sangat sedikit untuk bersama keluarga. Hal ini tentunya akan membawa dampak yang negatif bagi perkembangan dan pertumbuhan psikis anak. Menurut Ali dan Asrori (2005: 155), kebutuhan rasa kasih sayang merupakan salah satu kebutuhan yang lebih tinggi yang harus terpenuhi dalam setiap individu. Seseorang akan merasa sedih jika dirinya merasa tidak disayangi oleh orang lain. Seseorang yang telah terpenuhi kebutuhan fisiologisnya, dan rasa tetapi tidak merasakan cinta dan kasih sayang akan merasakan sesuatu yang menggangu pikiran dan perasaannya. Anak yang kurang kasih sayang dari keluarganya terutama orang tuanya, berakibat negatif dari segi psikisnya. Antara lain anak merasa tidak tenang, anak kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri dan juga orang lain.

(48)

saja atau hanya dengan memberikan kehidupan yang menyenangkan bagi mereka secara material. Merekapun menghabiskan hari-hari, tahun-tahun dalam hidup untuk mencari nafkah dengan berdagang atau melakukan pekerjaan lain di luar daerah (merantau). Pergi ke sana kemari dan meninggalkan rumah dalam waktu yang lama, meninggalkan anak- anak mereka dan melupakan pendidikan mereka. Mereka mengira, bahwa anak kecil hanya membutuhkan makanan, minuman dan pakaian saja (Zuhaili, 2002: 61).

Begitu besar dampak negatif anak yang ditinggal merantau orang tuanya, khususnya anak yang ditinggal ibu. Ketiadaan ibu di sisi anak bila terjadi berulang-ulang akan membuat anak itu dari sisi emosi menjadi orang yang tidak peduli dan ini sangat merugikan anak itu. Anak juga tidak mau menerima orang lain sebagai ibunya dan senantiasa melawan. Sebagian dampak dari ketidakhadiran ibu di sisi anaknya sangat merugikan terkait dengan:

a. Lama ketidakhadiran ibu. Semakin lama seorang ibu berpisah dengan anaknya, maka kerugian yang diderita oleh anak akan semakin besar pula.

b. Usia anak ketika ibu tidak hadir di sisinya. Semakin kecil usia anak sewaktu berpisah dengan ibunya, maka dampak buruk perpisahan itu semakin besar.

(49)

d. Sikap baby sitter di saat tidak ada ibu. Bila baby sitter semakin bersikap keras dampaknya emosi anak semakin tidak baik.

e. Pemenuhan kebutuhan anak. Semakin buruk pemenuhan kebutuhan anak seperti air, makanan, istirahat dan lain-lain, maka dampaknya juga akan semakin buruk bagi anak.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang disajikan berupa kata-kata. Dilihat dari permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Moleong (2013:6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks secara alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter pada anaka keluarga perantau, faktor pendukung dan penghambat sertga solusi yang diterapkan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat.

B. Lokasi Penelitian

(51)

C. Sumber Data

1. Data Primer

Menurut Nasution data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian (2004: 64). Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Data primer digunakan untuk mendapatkan informasi langsung mengenai Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, baik buku-buku maupun dokumen yang resmi dari berbagai instansi pemerintah. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan beberapa informan di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

D. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti ini menggunakan teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

1. Metode Wawancara

(52)

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik. Ia juga mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, semistruktur dan tidak terstruktur (2008: 317).

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008: 186) menjelaskan bahwa wawancara digunakan oleh peneliti apabila ingin melakukan studi pendahuluan dari suatu penelitian, untuk menemukan suatu permasalahan yang harus diteliti, digunakan apabila ingin mengetahui hal-hal responden yang mendalam, dan selanjutnya dari jumlah respondennya yang sedikit/kecil. Esterberg dalam Sugiyono(2010: 319) mengemukakan dari beberapa macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Dalam arti lain bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu

Metode ini digunakan untuk mengetahui apa saja implementasi pendidikan karakter. Salah satu cara yang akan ditempuh peneliti adalah melakukan wawancara secara mendalam dengan subyek penelitian dengan tetap berpegang pada arah sasaran dan fokus penelitian.

2. Metode dokumentasi

(53)

agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari Desa Candi.

3. Metode observasi

Metode observasi merupakan pengamatan langsung dan melihat sendiri obyek yang akan diamati. Observasi juga bisa diartikan sebagai pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diteliti (Hadi, 2005:136). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Objek yang diamati adalah karakter anak ketika anak berada di lingkungan masyarakat.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan mengumpulkann informasi mengenai pendidikan karakter pada anak kelaurga perantau.

E. Analisis Data

(54)

pendidikan katakter pada anak keluarga perantau dan problematika serta solusi yang diterapkan untuk anak.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai yang sebenarnya atau kejadian (Nasution, 2003:105). Tehnik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasiadalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri (Moleong, 2009:330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan yaitu:

1. Triangulasi data yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda.

2. Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda

3. Triangulasi Tekhnik yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

(55)

5. Triangulasi waktu yaitu teknik pengumpulan data dengan cara dilakukannya dengan waktu yang tepat sehingga akan memberikan data yang lebih valid.

G. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap persiapan meliputi menyusun proposal, penyusunan jadwal kegiatan.

2. Tahap pengumpulan data meliputi pengumpulan dokumen dan menganalisis dokumen yang terkumpul.

3. Tahap analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

(56)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Profil Tempat Penelitian

1. Visi dan misi Desa Candi a. Visi Desa Candi

Penyusunan visi dan misi tersebut, berdasarkan pada nilai-nilai strategis, faktor-faktor internal dan eksternal dalam gambaran umum organisasi Kelurahanm maka Visi dan Misi suatu organisasi dapat dirumuskan. Adapun Visi Kelurahan Desa Candi yaitu:

Terwujudnya desa Candi yang aman, tertib, damai dan sejahtera menuju pembangunan yang berkelanjutan.

b. Misi Desa Candi

Agar visi dapat tercapai optima;, maka ditetapkan Misi yang merupakan rumusan umum mengenai berbagai upaya yang akan dilaksanakan antara lain:

1) Mewujudkan pemerintah desa yang efektif & efisien dalam rangka mengoptimalkan pelayaran kepada masyarakat.

2) Meningkatkan derajat hidup masyarakat melalui upaya peningkatan pelayanan kesehatan desa.

(57)

4) Mengembangkan pentingnya peningkatan sumberdaya manusia melalui dukungan program wajib belajar 9 tahun.

5) Menghidupkan dan meningkatkan kembali kegiatan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di desa.

2. Struktur Organisasi

(58)

Bagan 4.1

(59)

3. Letak Geografis a. Letak Wilayah Desa

Desa candi merupakan salah satu desa diantara beberapa desa lainnya yang terdapat di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Untuk mengunjungi desa ini dapat memakai kendaraan bermotor, berupa roda dua maupun roda empat. Jarak tempuh kantor Kabupaten Semarang dengan Desa Candi kurang lebih 18 km, dengan jarak tempuh 30 menit. Sedangkan jarak Kantor Kecamatan dengan Desa Candi kurang lebih 3 km.

Secara administrasi Desa Candi terletak dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Gunung Ungaran Sebelah Selatan : Desa Banyukuning Sebelah Timur : Desa Kenteng Sebelah Barat : Desa Jubelan b. Luas Wilayah Desa

(60)

RA/TK 2, sekolah SD/MI 4, sekolah SMP/MTS 1, sekolah SMA/MA 1, masjid 9, pasar 1, puskesmas pembantu 1, serta lapangan olahraga 5.

c. Kependudukan

Penduduk Desa Candi berdasarkan data monografi desa tahun 2017 berjumlah 6582, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3447 dan penduduk perempuan sebanyak 3134 jiwa.

Perincian penduduk menurut kelompok umur sebagai berikut : Tabel 4.1

Jumlah Kependudukan

No Kelompok umur

Jenis kelamin Jumlah

L P

1. 23 19 42

2. 0<1 235 166 401 3. 1>5 307 251 558

4. 6-10 277 265 542

5. 11-15 257 228 485

6. 16-20 267 263 530

7. 21-25 320 291 611

8. 26-30 580 608 1.188

9. 31-40 512 477 989

(61)

4. Kondisi sosial dan budaya a. Kesehatan

Tingkat kesehatan penduduk Desa Candi pada umumnya baik, artinya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sudah tinggi. Karena sering diadakan penyuluhan mengenai PHBS ( Pola Hidup Bersih dan Sehat ) melalui PKK tingkat Desa yang kemudian disalurkan ke PKK tingkat RT sehingga informasi yang diperoleh dari Pusat atau Kecamatan bisa tersampaikan kepada masyarakat. Ibu Bidan Desa juga sangat berperan terhadap kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan juga pelayanan yang memuaskan dan ramah terhadap pasien atau masyarakat yang hanya ingin konsultasi. Bida Desa juga aktif menghadiri Posyandu di tiap Dusun, hal itu sangat penting bagi ibu hamil atau menyusui dan balita. Jika sang ibu tidak bisa datang ke Posyandu tingkat Desa bisa mendatangi Posyandu tingkat Dusun sehingga sasaran Posyandu bisa lebih menyeluruh.

Dan jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit langsung dibawa ke Petugas Kesehatan atau Rumah Sakit, hal ini menunjukkan adanya suatu tindakan yang tepat. Karena sebelumnya jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke dukun atau pengobatan alternatif. Itu berarti tingkat kesadaran masyarakat sudah baik.

(62)

Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Candi adalah petani. Penghasilan petani adalah musiman jadi jika hasil panen bagus maka penghasilan petani kan naik, akan tetapi pada hasil panen tahun 2016 kurang baik karena musim yang kurang menentu ( hujan terus-menerus ) dan tanaman padi juga diserang hama tikus ( puso ) sehingga penghasilan masyarakat sangat menurun terutama petani buruh karena hasil panen masih dibagi dua dengan pemilik tanah. Sehingga penghasilan petani sangat tergantung terhadap musim dan hama.

Untuk mengatasi hama yang menyerang tanaman petani, pihak Kecamatan khususnya dari Dinas Pertanian sering memberi penyuluhan kepada para petani melalui Gapoktan ( Gabungan Kelompok Tani ) dan sekolah tani yang diadakan di Kecamatan, dengan adanya hal tersebut hasil panen petani bisa lebih meningkat sehingga penghasilan petani meningkat dan bisa mensejahterakan keluarga.

c. Pendidikan

(63)

Dengan modal tersebut akan lebih mendapatkan pekerjaan sesuai bidang yang diinginkan dan dibutuhkan oleh perusahaan atau pabrik.

5. Kondisi Ekonomi

a. Struktur Perekonomian Desa

Mata pencaharian Desa Candi sebagian besar adalah petani sehingga hasil dari Pertanian menjadi andalan Desa Candi disamping itu terdapat beberapa potensi / usaha yang dapat meningkatkan perekonomian Desa Candi antara lain :

1) Peternakan

2) Industri Rumah Tangga 3) Dan sebagainya

b. Sarana dan Prasarana Desa

(64)

Dengan demikian pula yang terjadi di Desa Candi dimana keadaan sarana dan prasarana relatif baik dalam memenuhi kebutuhan dan keperluan hidupnya tidak merasa kesulitan, meskipun pembangunan di kelurahan ini belum sepenuhnya terealisasi. Namun masyarakat di Desa Candi bisa memahami keadaan ini. Sesuai dengan data yang diperoleh maka sarana dan prasarana Desa Candi secara garis besar debagai berikut:

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana Desa Candi

No. Sarana/Prasarana Jumlah Satuan

1. Kantor Desa 1 Unit

2. Masjid 9 Unit

3. Sekolah PAUD, TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA

10 Unit

4. Posyandu 9 Unit

5. Lapangan 5 Unit

6. Pasar 1 Unit

7. Balai Desa 1 Unit

8. Puskesmas Pembantu 1 Unit

(65)

B. Temuan Data

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan beberapa metode, yaitu metode observasi, metode wawancara, dan metode Studi Dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan responden sebanyak 8 orang dengan batasan wilayah Dusun Tarukan, adapun identitas responden sebagai berikut :

Tabel 4.3

Daftar identitas informan atau responden

No. Nama Keterangan

1. WT Tokoh Masyarakat

2. KM Tokoh Masyarakat

3. RR Ibu

4. MI Ibu

5. BM Ayah

6. KC Ayah

7. TY Nenek

8. RS Nenek

(66)

1. Implementasi Pendidikan Karakter

a. Plaining (Perencanaan)

Pendidikan pada anak terdiri atas beberapa tingkatan sekolah yakni mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi. Kesuksesan anak tidak hanya tergantung pada keinginan orangtua tetapi juga keinginan anak sendiri, karena dengan keinginan anak sendiri anak menjadi bersemangat dalam belajar dalam pendidikan untuk mencapai karakter yang baik.

Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Adanya perencanaan merupakan hal yang harus ada dalam setiap kegiatan, perencanaan dituangkan dalam konsep yang jelas. Setiap program yang akan berlangsung, membutuhkan perencanaan yang matang, tak terkecuali pendidikan karakter.

Langkah awal pendidikan anak diawali dengan pendidikan rohani dan akhlak terlebih dahulu sebelum ilmu pengetahuan umum, karena itu yang paling mudah dilakukan, mudah dimengerti anak tanpa kebanyakan materi. Dan itu bisa diperoleh dirumah maupun di sekolah yang nuansa religinya kuat seperti RA/Madrasah.

(67)

anak. Sebagaimana disampaikan oleh ibu MI(orang tua tunggal dirumah) langkah awal dalam merencanakan pendidikan anak supaya mempunyai karakter yang baikyaitu:

“Banyak ditemui dilapangan, orang tua terlalu memaksa anak untuk menghafal angka dan tulisan atau mengutamakan IQ, tetapi mengesampingan perkembangan mental dan spritual. Tetapi yang saya terapkan kepada anak yaitu mengajarkan hal-hal yang mudah dimengerti, dan dipahami. Karena dengan begitu karakter anak akan terbentuk dengan sendirinya, lambat laun akan mencapai karakter yang baik tetapi kurang cocok kalau anak usia dini harus di masukkan di pondok pesantren karena secara perkembangan anak mereka masih butuh perhatian orang

tua belum waktunya dididik untuk mandiri” (MI, 03/12/2017).

2) Mendidik anak secara mandiri

Mendidik anak secara mandiri merupakan langkah awal dalam mendidik anak supaya anak mempunyai karakter yang baik. Sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh KM selaku tokoh masyarakat, yaitu:

“Orangtua dirumah mendidik anak secara mandiri,

contoh setiap pagi tidak pernah memandikan anak, seragam sekolah sudah ditata di almari masing-masing pada malam

anak sudah mapan dan akan terbentuk dengan sendirinya”

(20/06/2017).

3) Disekolahkan di pondok pesantren

(68)

“Banyak orangtua yang kurang setuju kalau usia dini anak di masukkan di pondok pesantren, tetapi kalau saya setuju saja, karena disana anak mendapatkan pendidikan sepenuhnya dalam upaya pembentukan karakter yang baik. Karena apabila anak dirumah, anak tidak sepenuhnya akan belajar dan karakter anak juga kurang baik. Karena kurangnya kasih sayang dari ibu, tetapi apabila di pondok anak akan mendapatkan banyak teman yang hampir sama dengan dia karena sama-sama jauh dari

orangtua” (17/12/2017).

Dalam merencanakan pendidikan yang orangtua lakukan kepada anak tentu saja hal-hal yang baik dan positif untuk anak untuk saat ini dan untuk kedepannya. Dalam perencanaan pendidikan orang tua harus mempertimbangkan apa saja yang harus dilakukan dalam merencanakan pendidikan serta dimana anak bisa mendapatkan pendidikan serta karakter yang baik.

4) Mencarikan sekolah, guru les, dan guru mengaji

Dalam perencanaan pendidikan anak, yang orang tua lakukan salah satunya yaitu mencarikan sekolah yang tepat untuk anak, guru les dan guru mengaji. Sebagaimana yang disampaikan oleh KC (orang tua tunggal dirumah) bahwa:

“Yang dilakukan dalam merencakan pendidikan supaya

anak mempunyai karakter yang baik yaitu, mencarikan anak sekolah dan disekolah mana anak akan mendapatkan pendidikan

serta pembentukan karakter yang baik, mencarikan

ustadz/ustadzah serta mencarikan guru les privat untuk bimbingan belajar, tetapi terkadang anak akan memilih sendiri

(69)

5) Memilih pendidikan

Menurut WT selaku tokoh masyarakat yang dilakukan orangtua dalam pendidikan anak untuk mencapai karakter yang baik dengan memilihkan pendidika yang baik untuk anak sehingga karakter anak juga akan baik, yaitu:

“Memilihkan pendidikan yang baik untuk anak

berdasarkan kemampuannya, memilihkan sekolah, memilihkan guru ngaji, memberikan contoh untuk anak-anak kita dalam rangka pembentukan karakter supaya anak tersebut itu mempunyai karakter yang baik, selalu memberi pengertian yang baik dan tidak baik kepada anak, membiasakan kedisiplinan dan

kejujuran” (WT, 01/01/2018).

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian diartikan oleh Sagala (Samino, 2010: 107) sebagai kegiatan membagi tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam kerjasama penddidikan. Begitu juga dalam pendidikan karakter, tanpa adanya pengorganisasian, kegiatan tidak akan berjalan dengan afektif dan efisien.

(70)

Sebagaimana disampaikan oleh RS selaku wali anak yang ditinggal kedua orangtuanya merantau, bahwa:

“Anak ketika bermain/berkumpul, yang paling tepat yaitu

dengan teman sebayanya karena ketika anak bermain dengan teman sebayanya pola pikir anak akan sejalan dan aktivitas sehari-haripun juga hampir sama, tetapi apabila anak bermain dengan orang yang usianya melebihi dia pola pikir anak akan

cepat menjadi dewasa”(10/12/2017).

Karakter pada anak tergantung dari apa yang diajarakan, yang dilihat dan apa yang didengar. Dalam keluarga anak sudah diajarkan bersopan santun, berbicara yang baik kepada teman, keluarga dan yang lebih tua tetapi anak cenderung mengikuti apa yang dilihat dan didengar sehari-hari apalagi anak jaman sekarang ini cara berbicara kepada yang lebih tua seperti berbicara kepada teman sendiri. Jadi anak pada keluarga perantau ini cenderung mengikuti apa yang dilihat sehari-harinya karena kurangnya perhatian dari orangtua.

Dengan begitu ketika anak bermain meskipun dengan teman seusianya harus dengan pengawasan orangtua. Karena pengawasan orang tua itu sangat penting dalam fase perkembangan anak, walaupun tanpa pengawasan orangtua perkembangan anak akan tetap berjalan tetapi dengan adanya yang mengawasi anak ketika bermain ketika anak akan melakukan hal-hal yang tidak baik maka akan ada yang mengingatkan.

(71)

Ketika anak bermain sebaiknya diberi batas dengan siapa dan dimana dia akan bermain. Sebagaimana disampaikan oleh RR (orang tua tunggal dirumah) bahwa:

“Saya batasi anak ketika anak bermain bersama teman -temannya, dengan begitu saya tidak terlalu khawartir dengan apa yang dilakukan meskipun harus dengan pantauan/pengawasan orang tuajuga, karena anak yang masih seusia anak saya itu masih mengikuti apa yang dia ajarkan, didengar, maupun apa yang dilihat. Dengan begitu yang dilakukan orangtua dirumah adalah mengawasi, serta mengajarkan hal-hal yang baik

terhadap anak” (02/01/2018).

3) Memberi pengertian kepada anak

Dalam pengorganisasian pendidikan anak, orangtua harus selalu memberi pengertian kepada anak yang baik dan yang tidak baik. Menurut KM selaku tokoh masyarakatberpendapat, sebagai brikut:

“Dengan saudara dirumah saling membantu, selalu

memberi pengertian atas kejadian-kejadian dilingkungan sekitar. Ketika bermain saya persilahkan dengan siapa saja namun dalam arti memilih teman yang baik kemudian orangtua memberi pengertian kepada anak atas ucapan-ucapan dan perilaku yang

tidak baik yang seperti itu tidak boleh dicontoh” (20/06/2017).

c. Actualing (Penggerak/Pelaksanaan)

(72)

Pendidikan karakter mempunyai peran strategis dalam menentukan arah pembangunan suatu bangsa. Pendidikan karakter harus mulai diterapkan dalam setiap dunia kehidupan anak-anak mulai dari keluarga, sekolah, bahkan di lingkungan masyarakat/lingkungan bermain.

Anak- anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro maka semua pihak, keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya, turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak.

Gambar

Tabel 1.1 No. Nama
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Desa Candi
Tabel 4.3

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan suatu tujuan dari sistem tersebut, yang dapat berupa tujuan usaha, kebutuhan, masalah, dan prosedur pencapaian

Jika semasa berlaku apa-apa kerugian atau kerosakan kepada mana-mana harta yang dengan ini dilindungi, terdapat apa-apa takaful atau insurans lain yang masih berkuatkuasa, sama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui degradabilitas bahan kering, bahan organik dan serat kasar ransum dengan berbagai level bagasse dalam pakan komplit secara

Prosedur (PSP) secara lengkap yang meliputi kegiatan kemanan data, backup dan restorasi serta penghapusan berkala data yang tidak berguna, telah mengacu pada standar

Selama administrasi perpajakan tidak mengoreksi jumlah pajak terutang yang telah ditetapkan dan dibayar sendiri oleh wajib pajak (dalam SPT) dengan menerbitkan

Skripsi berjudul Penerapan Laporan Biaya Kualitas Terhadap Kualitas Produk (Studi Kasus Pada UD. Dua Dewi Keripik Nangka Q-Ecco di Puger), telah diuji dan disahkan

diperoleh suatu koperasi sehingga usaha dalam koperasi tersebut akan semakin.. maju

Rancangan Aktivitas Perkuliahan (RAP), Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dan Materi Ajar Perkuliahan (MAP) Mata Kuliah Bahasa Inggris PGSD FIP Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)