• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis tingkat stres kerja staf Sales Promotion Girl [SPG] produk kosmetik di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis tingkat stres kerja staf Sales Promotion Girl [SPG] produk kosmetik di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S1)

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

C. Neni Ike Wulandari NIM : 002214134

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Terpujilah

TUHAN ALLAH

semesta raya

,

IA

menjadikan

segalanya tepat dan indah pada waktunya………”

Jesus Christus, Allah Bapa yang hidup. Thank u for guiding me in every step of

the way, for giving me blessing N unconditional love. I thank U coz I know

You are there N You’ll always be there for me.

Semua y ang

t er j adi dal am hi dupk u, k us er ahk an pada –

Mu.

Thank u for

PLANNING MY LIFE.

YOU ARE THE BEST

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk : Jess Christus Yang Maha Kuasa

Papa R. Y. KARYOTO & Mama F. ETI SUSIATI tersayang, terimakasih untuk semua kasih sayang, doa, support dan kesabarannya selama ini. Love U ALL…….

Mbak – mbak ku “ LOLA, POPI, RURI”& Suami – suami mbk ku terimakasi atas kasih dan suportnya serta doanya

Untuk keponakan – keponakanku “ PINKAN, MARCEL, ANDIKA “ yang selalu bikin Bunda kangen. Bunda sayang kalian

Buat SAYANG – KU “YULI & NOVI “ makasi ya untuk kasih sayAng dan semangatnya sampai skripsi ini selesai

(6)

vi

Puji syukur kehadirat Allah Bapa di Surga atas segala kasih dan anugerah yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Tingkat Stres pada Sales Promotion Girl ( SPG ) Produk Kosmetik di Kota Yogyakarta “

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dorongan dari semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, MS, selaku Dekan Fakultas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, SE. MBA, selaku Dosen Pembimbing Satu yang telah sabar dan banyak memberikan pengarahan dan masukannya sehingga skripsi ini dapat selesai

3. Bapak Drs. V. Supriyanto, SU, selaku Dosen Pembimbing Dua yang telah sabar dan banyak memberikan pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai

4. Bapak Drs. Th. Sutadi, MBA, selaku Dosen Tamu Penguji

5. Papa & Mama tersayang. Doain dhek dapat kerja ya……….. dan sukses. Muach………..

6. Mbk2ku dan suami msg2. Heeeeeheee. Makaciiiiiiiii

7. Keponakan – keponakanku yang selal bikin aku kangen untuk pulang. Muach……….

8. Sayang – ku ……. Love u………. cepat selesaikan kuliahnya n cari kerja Occcccccc

(7)

vii

11. Cah – cah Pondok MELATI yang ruame tenan, Tante, Cebong, Keke, Bekti, Olong, Jenong, Cheril, Sherly, Pink, Grace, Mbk Yuni, Pidelz, Mince, Swett, Ka2k, Omzq, Oliv N buanyak lagi…….. Jangan lupa tetap kompak ya walaupun ribut2 kecil…..

12. Temen – temen kampusku “ Eno, Phe Bhe, Rusman, Yos, n yang blm selesai “. Cepetan kelarin……….

13. Anak – anak HOLDEN “ Decky, Ipang, Berta, Yo2k, Alid, Om Joko n Lainnya”. JANGAN MABOK TEYUZZZZ YA…….

Penulis menyadari bahwa hasil karya penulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya penulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, September 2007

(8)

viii

Halaman Persetujuan Pembimbing ……….... ii

Halaman Pengesahan Skripsi ………. iii

Halaman Pernyataan ……….. iv

Persembahan ……….. v

Kata Pengantar ……… vi

Daftar Isi ……….... viii

Intisari ……….... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….... 4

C. Batasan Masalah ………... 4

D. Tujuan Penelitian ……….. 6

E. Manfaat Penelitian ……….... 6

F. Sistematika Penulisan ………... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Stres Kerja ……….. 8

B. Penyebab – penyebab Stres kerja ………. 10

C. Akibat – akibat Stres Kerja ………... 19

D. Pengaruh Faktor – faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres ………... 20

E. Kerangka Penelitian ……….. 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 25

C. Poplasi dan Sampel ………. 25

(9)

ix BAB IV ANALISIS DATA

A. Uji Validitas dan Reliabilitas ……….... 35

B. Profil Responden ……….. 38

C. Pengelompokan dan Penamaan Faktor ………. 41

D. Analisis Penilaian SPG Terhadap Faktor – Faktor Penyebab Stres dan Tingkat Stres ……….. 44

E. Analisis Pengaruh Faktor – faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres ……….. 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 53

B. Saran ………. 53

Daftar Pustaka ……….... 56

(10)

x

NIM : 002214134

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres yang dirasakan oleh Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik di tempat kerja. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Proporsional Sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang responden di Kota Yogyakarta. Analisis data menggunakan analisis faktor dan analisis regresi linier berganda.

Dalam penelitian ini penulis memilih enam (6) faktor yang menjadi penyebab stres, yaitu factor beban kerja, tuntutan peran, peraturan kerja, kepemimpinan, lingkungan kerja , dan faktor konsumen yang menyulitkan. Analisis mean arithmatic Menunjukkan bahwa penilaian karyawan terhadap faktor-faktor penyebab stres adalah cukup (2,34 sampai dengan 3,66), kecuali faktor tuntutan peran yang termasuk kategori rendah yaitu 1,33 sampai dengan 2,33. Uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab stres secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat stres SPG produk kosmetik.

(11)

xi

(SPG) of cosmetics products in their work place. Research samples unit was collected with proportional sampling method. There were 30 samples used in this study in Yogyakarta. Data were analyzed with factors analyses and multiple regression analyses.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah umum yang sangat sensitif bagi karyawan adalah stres dan

perubahan. Perubahan yang sangat luar biasa dibutuhkan kemampuan untuk

merespon perubahan tersebut dengan lebih cepat sehingga mengakibatkan

stres atau tekanan pada karyawan. Pimpinan manajemen di banyak perusahaan

karena dorongan hutang atau ketidakefisienan berusaha mengubah susunan

perusahaan menjadi lebih fleksibel. Secara individu karyawan terlibat dalam

perubahan ini dan harus membiasakan diri dengan perubahan tersebut. Tetapi

sangat sedikit perusahaan yang membekali karyawannya dengan keahlian,

strategi dan sumber daya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tesebut.

Sales Promotion Girl (SPG) merupakan salah satu tenaga penjualan perusahaan yang lebih difokuskan pada kegiatan promosi langsung kepada

konsumen. SPG biasanya ditempatkan di toko-toko, swalayan, atau

supermarket, mereka memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada

konsumen atas produk yang mereka jual. SPG terlibat dalam hubungan yang

lebih kompleks dan penting yaitu dengan elemen dalam perusahaan dan

dengan konsumen. SPG memiliki peranan komunikasi yang penting dalam

menjembatani produk suatu perusahaan dengan konsumen. Mereka juga harus

mampu untuk membangun motivasi dan kepercayaan diri meskipun dalam

(13)

perusahaan, terkadang dibawah kondisi yang sangat tertekan, dan setelah jam

kerja mereka pulang kerumah menjalankan peran mereka yang lain.

Scherer dan Brodzinski mendefinisikan stress sebagai interaksi antara

individu dan lingkungannya yang disebabkan karena perubahan fisik maupun

psikologi akibat dari deviasi dari keadaan normal (Davisson, 1994). Stres

dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal seperti

tingkat penerangan yang rendah atau ventilasi yang kurang, sedangkan faktor

internal seperti sikap individu dan kepribadian. Matteson dan Ivancevich

(1982) memandang stres sebagai respon terhadap kondisi yang menekan

dalam lingkungan kita.

Karakteristik pekerjaan menyebabkan stres kerja memiliki banyak

variasi dan dimensi. Dengan mempertimbangkan adanya pengaruh potensial

dari perubahan-perubahan organisasi dan struktur organisasi ada beberapa

tekanan-tekanan pekerjaan yang lebih umum dialami, yaitu: konflik peran,

ambiguitas peran, beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu, dan kurangnya

dukungan sosial.

Tekanan peran dalam terjadi bila dua aspek pekerjaan tidak sesuai satu

sama lain, yaitu ketika kombinasi pengharapan seseorang dan permintaan

yang menjadi tuntutan organisasi menghasilkan tekanan. Karyawan yang

mengalami konflik peran yang tinggi menyatakan tegangan lebih besar pada

pekerjaan, kepuasan kerja lebih rendah, konflik pribadi, dan citra pribadi yang

(14)

Beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang membuat seseoarang

merasa tidak sabar, tergesa-gesa, dan perasaan bahwa ia tidak melakukan

apapun atau dia harus menyelesaikan semua pekerjaan hanya dalam sehari.

Kelebihan kerja kuantitatifketika seorang individu tidak memiliki cukup

waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk. Sedangkan kelebihan

kerja kualitatif adalah munculnya perasaan tidak mampu untuk menyelesaikan

semua pekerjaan tanpa melihat waktu yang tersedia.

Dukungan sosial yang buruk dapat menjadi salah satu tekanan.

Dukungan sosial dapat meminimalisasi dampak stres yang mereka alami.

Kuantitas dan kualitas hubungan sosial mereka dengan pasangan, teman,

pekerja lain, supervisor memiliki pengaruh penting terhadap stres yang mereka alami. Usaha untuk meningkatkan dukungan sosial pada saat bekerja

akan membuat terciptanya mekanisme yang efektif untuk megurangi stres

pekerjaan, meningkatnya kesehatan dan mendorong orang untuk melawan

efek dari stres tersebut.

Stres dapat muncul pada saat para SPG melakukan kontak dengan

konsumen dan kemudian terjadi salah paham, perang mulut, atau perdebatan.

Berhubungan dengan konsumen yang menyusahkan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dari pekerjaannya sebagai SPG. Mendengar ucapan orang lain

menghadapi konsumen . Mendengar ucapan orang lain menghadapi konsumen

yang sulit dapat membantu SPG untuk mengontrol emosi mereka ketika

menghadapi situasi yang sama dan memberi mereka pembendaharaan kata

(15)

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang muncul

adalah seberapa jauh tingkat stres yang dialami SPG produk kosmetik dan

pengaruh faktor-faktor penyebab stres terhadap tingkat stres SPG produk

kosmetik, sehingga peneliti mengambil judul :

“ANALISIS TINGKAT STRES KERJA STAF SALESS PROMOTION GIRL (SPG) PRODUK KOSMETIK DI KOTA YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,

permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan Staf Saless Promotion Girl

(SPG) produk kosmetik di tempat kerja?

2. Bagaimana penilaian Staf Saless Promotion Girl (SPG) produk kosmetik terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerja?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian ini dibatasi pada

hal-hal berikut :

1. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses

berfikir dan kondisi seseorang (Handoko, 2000).

2. Banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab stres. Tetapi pada penelitian

ini di fokuskan pada 6 faktor yang menjadi penyebab stres, seperti di

(16)

a. Perilaku kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk

mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu

(Gitosudarmo, 2000).

b. Tuntutan peran, tuntutan peran adalah di mana seseorang harus

memiliki cukup informasi tentang uraian tugas mereka dan harus

memenuhi kriteria dari pekerjaan tersebut, misalnya penampilan

(Gignac, 1997).

c. Konsumen yang menyulitkan, stres dapat muncul saat karyawan

melakukan kontak dengan konsumen, dikarenakan salah paham,

pertentangan dan permusuhan (Gignac, 1997).

d. Lingkungan fisik tempat kerja, faktor lingkungan seperti tata ruang

yang tidak nyaman dapat membuat stres karyawan (Gignac, 1997).

e. Kebijaksanaan administratif, kebijaksanaan administratif, adalah

kebijakan dari aspek administrasi yang diberikan kepada karyawan

yang berhubungan dengan peraturan kerja (Matteson dan Ivancevich,

1982 : 65).

f. Beban kerja, beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang

membuat seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa dan perasaan

bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaan hanya dalam satu hari. Beban

kerja yang sedikit adalah kebosanan dan kemalasan yang muncul

karena hanya sedikit yang dikerjakan (Matteson dan Ivancevich, 1982

(17)

3. Tingkat stres di ukur berdasarkan kesehatan fisik dan mental yang dialami

karyawan.

4. Sampel penelitian sebanyak 100 orang merupakan Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik yang telah bekerja minimal selama 1 tahun.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik di tempat kerja.

2. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerja.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran,

sumber informasi serta bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam

memecahkan masalah yang berkaitan dengan tingkat stres karyawan,

dengan memberikan bimbingan dan pelatihan dalam melayani konsumen

dan membantu mereka yang mengalami kesulitan dengan konsumen.

2. Penulis

Sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan

menambah wawasan dengan situasi kondisi yang sebenarnya di dunia

(18)

3. Universitas

Untuk kepentingan akademik, diharapkan temuan yang didapatkan

ini bisa menjadi bahan bacaan maupun bahan referensi bagi pihak yang

membutuhkan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau materi

perkuliahan yang berkaitan dengan tingkat stres karyawan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi urutan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

hipotesis, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori

Bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.

Dasar-dasar teoritik yang digunakan tersebut merupakan teori yang

berhubungan dengan judul maupun topik dan hal lain yang

menyangkut dan mendukung dasar teori dalam skripsi ini.

BAB III : Metodelogi Penelitian

Bab ini berisi uraian tentang populasi dan sampel, metode

pengumpulan data, metode pengukuran data, dan metode analisis

data.

BAB IV : Analisis Data

Bab ini merupakan inti yang memuat analisis data sesuai tujuan

(19)

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian

dan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Stres Kerja

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berlebihan dapat

mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.

Orang-orang yang mengalami stres bisa menjadi nervouse dan merasakan kekhawatiran kronis, bahkan mereka bisa terkena berbagai penyakit fisik

seperti masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, serta sulit tidur (Handoko,

2000).

Menurut Robbins (1996) stres merupakan kondisi dinamis dimana

seorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan, atau tuntutan

sesuai dengan harapan dan hasil yang ingin dicapai dalam kondisi penting dan

tidak menentu.

Sedangkan menurut Anoraga (2001), stres merupakan suatu bentuk

tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental terhadap suatu

perubahan dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan

dirinya terancam. Seorang ahli menyebut tanggapan dengan istilah “fight or flight response”. Jadi sebenarnya stres adalah suatu yang amat alamiah.

Atau dengan perkataan lain stres dapat diartikan serangkaian keadaan di

mana seseorang berada, tetapi tidak dapat memberikan respon yang tepat dan

(21)

dapat memberikan respon, ia harus membayar sangat mahal, misalnya dalam

bentuk keletihan yang kronis, ketegangan, keresahan, sakit, putus asa,

kehilangan harga diri, dan berbagai kondisi negatif lainnya yang sejenis

(Siagian, 1987).

Fincham dan Rhodes (dalam Munandar, 2001), menyimpulkan stres

dari gejala-gejala dan tanda-tanda fatal, perilaku, psikologikal, dan somatik,

adalah hasil dari kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti

kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya yang

mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan

terhadap dirinya secara efektif. Stres yang merupakan suatu kondisi

ketegangan yang mempengaruhi energi, proses berfikir, kondisi fisik dan

psikis seseorang merupakan reaksi jiwa raga terhadap perubahan yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

Pengertian stres kerja menurut Luthans (1995) menyatakan bahwa stres

kerja sebagai suatu respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang

menyebabkan penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis atau tingkah

laku bagi para partisipan organisasi.

Berdasarkan pengertian stres kerja di atas, dapat dijelaskan bahwa stres

kerja adalah stress yang terjadi dilingkungan kerja yang berupa keadaan di

mana ada ketidakseimbangan antara kemampuan individu dengan tuntutan

(22)

B. Penyebab-penyebab Stres Kerja

Penelitian yang dilakukan oleh Gignac dan Appelbaum (1997)

mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres sebagai berikut :

1. Perilaku kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan

mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Ambiguitas pekerjaan, ambiguitas pekerjaan adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup informasi tentang uraian tugas mereka.

3. Kebijaksanaan administratif, kebijakan administratif adalah kebijakan dari

aspek administrasi yang diberikan kepada karyawan yang berhubungan

dengan peraturan kerja.

4. Beban kerja, beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang membuat

seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa dan perasaaan bahwa ia harus

menyelesaiakan pekerjaan hanya dalam satu hari. Beban kerja yang tidak

berlebihan adalah kebosanan dan kemalasan yang muncul karena hanya

sedikit yang dikerjakan.

5. Tekanan waktu, tekanan waktu adalah batas waktu yang ditetapkan

sehingga seseorang merasa kehilangan kontrol atas pekerjaannya.

6. Dukungan sosial, dukungan sosial adalah kuantitas dan kualitas hubungan

sosial seseorang dengan keluarga, teman, pekerja lain, dan pimpinan.

7. Kehilangan kontrol, kontrol pekerjaan adalah kemampuan untuk

(23)

8. Perubahan struktur perusahaan, perubahan struktur perusahaan

menyebabkan ketidaknyamanan dan stres, karena karyawan harus

melakukan penyesuaian.

9. Struktur organisasi, struktur organisasi adalah jalan sebuah organisasi

untuk menyesuaikan diri bersama-sama dengan melakukan penataan orang

dan unit kerja yang menyulitkan.

10.Konsumen yang menyulitkan, stres dapat muncul saat karyawan

melakukan kontak dengan konsumen, dikarenakan salah paham,

pertentangan dan permusuhan.

11.Lingkungan fisik tempat kerja, faktor lingkungan seperti tata ruang yang

tidak nyaman dapat membuat stres karyawan.

Luthans (1995) memberikan penjelasan bahwa sumber-sumber stres

berasal dari empat faktor, yaitu :

1. Sumber dari luar organisasi, yang meliputi perubahan sosial, teknologi,

keluarga, kondisi ekonomi dan financial, kelas dan ras serta kondisi

lingkungannya.

2. Sumber dari dalam organisasi, yang meliputi strategi dan kebijaksanaan

administrasi desain dan struktur organisasi, proses organisasi dan kondisi

kerja.

3. Sumber dari dalam kelompok, yang dikategorikan menjadi tiga area yaitu :

kurangnya kohesivitas kelompok, kurangnya dukungan kelompok dan

(24)

4. Sumber dari diri karyawan itu sendiri, misalnya peran yang ambigu,

adanya konflik peran dan kepribadian individu yang mempengaruhi

individu dalam bekerja.

Robbins (1996) menyatakan bahwa sumber potensial stres berasal dari

tiga kategori yaitu sebagai berikut :

1. Sumber dari lingkungan

Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur

organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan

para karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian ini terdiri dari :

a. Ketidakpastian ekonomi, bila ekonomi suatu organisasi mengalami

penurunan maka para karyawan akan mengalami stres karena

ketidakpastian ini akan diiringi dengan perampingan para karyawan,

gaji yang dikurangi, dan sebagainya.

b. Ketidakpastian politik dalam negeri menyebabkan ketidakpastian

struktur organisasi.

c. Ketidakpastian teknologi, inovasi baru dapat menimbulkan

ketidakseimbangan antara keterampilan dan pengalaman yang dimiliki

para karyawan dengan tuntutan pekerjaan, hal ini menyebabkan stres

bagi para karyawan.

2. Sumber dari organisasional

Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.

Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas tepat

(25)

kurangnya partisipasi karyawan dalam mengambil keputusan dalam

organisasi (struktur organisasi), seorang pemimpin yang menuntut dan

tidak peka (kepemimpinan organisasi), serta rekan kerja yang tidak

menyenangkan (tuntutan antar pribadi).

3. Sumber dari individual

Sumber ini meliputi : masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi,

serta karakteristik kepribadian individu. Masalah dengan hubungan pribadi

dan keluarga dapat menciptakan stres bagi para karyawan yang nantinya

akan terbawa ketempat kerja. Kesulitan ekonomi yang dialami para

karyawan dapat menciptakan stres sehingga akan mengganggu perhatian

mereka terhadap kerja.

Beberapa sumber stres kerja menurut Gibson, Ivancevich, dan

Donnely (1996), yaitu :

1. Kondisi pekerjaan

a. Kondisi kerja. Kondisi kerja yang buruk akan menyebabkan para

karyawan menjadi jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan

menurunnya produktivitas kerja. Kondisi kerja yang buruk adalah jika

ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,

ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik,

kondisi ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kenyamanan kerja

para karyawan.

(26)

ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan

tersebut mudah lelah dan berada pada tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga

menyita kemampuan para karyawan.

c. Deprivational stress. George Everly dan Daniel Girdano (1980), memperkenalkan istilah deprivatioanal stress untuk menjelaskan kondisi pekerjaan yang tidak menantang atau tidak menarik lagi bagi para

karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan,

ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsure social

(kurangnya komunikasi sosial).

d. Pekerjaan beresiko tinggi. Adanya beberapa jenis pekerjaan yang termasuk

dalam pekerjaan beresiko tinggi atau berbahaya bagi keselamatan, seperti

pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam

kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasa menggunakan gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat.

Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stres kerja.

2. Konflik peran

Adanya sebuah penelitian tentang stres kerja menemukan bahwa

sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki

struktur yang kurang jelas akan menyebabkan terjadinya stres karena

konflik peran. Mereka stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan

tidak tahu apa yang diharapkan oleh pihak manajemen (Rice, 1992).

(27)

atau organisasi tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi

dan misi yang kerapkali tidak dikomunikasikan pada seluruh

karyawannya. Akibatnya, sering muncul rasa ketidakpuasan kerja,

ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul keinginan untuk

meninggalkan pekerjaannya.

3. Pengembangan karir

Setiap orang pasti punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di

suatu perusahaan atau organisasi. Harapan akan kesuksesan karir, akan

menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari kehari. Namun pada

kenyataanya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan

karier yang baik sering kali tidak terlaksana. Alasannya bias

bermacam-macam, seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian

prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan atau

karena tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan.

4. Struktur organisasi

Salah satu penyebab kurangnya struktur organisasi karena

perusahaan di Indonesia yang masih penuh dengan budaya nepotisme dan

minimnya kejelasan strutur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang

dan tanggung jawab serta minimnya keterlibatan atasan membuat

karyawan jadi stres karena mereka merasa seperti anak ayam kehilangan

(28)

Handoko (1995), menyatakan stres yang dialami oleh para karyawan

disebabkan karena kombinasi stressors, ada dua kategori penyebab stres, yaitu :

a. On the job

1. Beban kerja yang berlebihan

Kondisi kerja yang berlebihan terjadi pada saat sebuah pekerjaan

melampaui kapasitas atau kemampuan pekerja. Ketidakseimbangan

antara kemampuan individu dan tuntutan kerja ini menyebabkan

terjadinya stres kerja.

2. Tekanan atau desakan waktu

Pekerja harus menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa dukungan

waktu yang cukup dan tidak adanya tenggang waktu. Hal ini

menyebabkan pekerja merasa tertekan sehingga mengalami stres kerja.

3. Kualitas supervisor yang jelek

Kualitas seorang supervisor yang tidak memperhatikan prestasi

kerja setiap karyawannya. Hal ini juga didukung oleh Parkinson yang

menyatakan bahwa peningkatan prestasi harus diimbangi dengan

pemberian tanggung jawab, bahwa semakin meningkat prestasi

seorang karyawan maka tanggung jawab yang lebih besar harus

diberikan kepadanya sehingga keseimbangan akan selalu tercipta.

Sehingga jika kualitas supervisornya jelek maka tidak akan tercipta

keseimbangan antara peningkatan prestasi pekerja dengan peningkatan

(29)

4. Iklim politik yang tidak aman

Keadaan politik yang tidak menentu menyebabkan struktur

dalam organisasi menjadi berubah, misalnya situasi Negara yang tidak

aman karena iklim politik yang tidak menentu sehingga menyebabkan

organisasi untuk ditutup, hal ini menyebabkan stres bagi para

karyawan.

5. Kemenduaan peran (role ambiguity)

Hal ini biasanya terjadi pada organisasi yang besar dan struktur

organisasinya kurang baik sehingga karyawan kadang-kadang tidak

tahu apa sebenarnya yang diharapkan perusahaan dan ia akan bekerja

tanpa arah yang jelas. Kondisi ini akan menjadi ancaman bagi para

karyawan karena mereka harus berhadapan dengan ketidak pastian

akan perkembangan karir mereka nantinya. Ancaman ini jika tidak

segera diatasi maka akan menimbulkan stres kerja. Akibatnya akan

menimbulkan penurunan kinerja, meningkatnya ketidakpuasan kerja,

kecemasan, stres dan keinginan keluar dari pekerjaan.

6. Konflik antar pribadi dan antar kelompok

Konflik yang terjadi akan menyebabkan timbulnya stres, karena

pada dasarnya hubungan yang baik antar pribadi dan antar kelompok

akan membantu para karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya

(30)

b. Off the job

1. Kekuatiran financial

Adanya kekuatiran akan keuangan para karyawan menyebabkan

mereka kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja.

2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak

Anak-anak yang sering sakit-sakitan, anak-anak yang terkena

narkoba, anak-anak yang terkena delinkuesi. Masalah-masalah ini akan menyebabkan para orang tua sebagai karyawan akan mengalami

kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja.

3. Masalah-masalah fisik

Karyawan yang sering mengalami sakit secara fisik, akan lebih

mudah tertekan dibanding karyawan yang jarang atau hampir tidak

pernah mengalami sakit fisik. Karena mereka tidak akan dapat bekerja

secara maksimal sehingga hasil yang dicapai juga tidak memuaskan.

4. Masalah-masalah perkawinan

Adanya masalah dalam perkawinan, misalnya terjadinya

perceraian akan menyebabkan terganggunya konsentrasi karyawan

dalam bekerja.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja dapat

disebabkan oleh sumber-sumber stres kerja yang berasal dari lingkungan

pekerjaan dan lingkungan diluar pekerjaan misalnya keluarga dan dari diri

(31)

C. Akibat-akibat Stres Kerja

Stres di tempat kerja sering dihubungkan dengan sejumlah kondisi fisik

dan sejumlah dampak negatif yang timbul di organisasi atau perusahaan yang

lebih merugikan dibandingkan dengan kecelakaan kerja.

Luthans (1995) menyatakan bahwa akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

stres kerja dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Gangguan fisiologis, seperti : tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi,

penyakit jantung, tukak lambung, radang persendian, dan gangguan fisik

lainnya.

2. Gangguan psikologis, dimana stres dapat menimbulkan kemarahan,

kecemasan, depresi, nervous, irritabilitas, dan kebosanan. Semua itu dapat

mempengaruhi suasana hati dan keadaan emosi lain yang berkaitan erat

dengan erat dengan prestasi kerja, menurunnya harga diri, kebencian

terhadap pengawas, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan menyebabkan

keputusasaan serta timbulnya ketidakpuasan kerja.

3. Gangguan tingkah laku, misalnya : makan yang berlebihan atau nafsu

makan berkurang, gangguan tidur, merokok, menggunakan alkohol secara

berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang berlebihan.

Sedangkan menurut Anoraga (2001), menyatakan bahwa akibat-akibat

stres terhadap seseorang dapat bermacam-macam dan hal ini tergantung pada

kekuatan konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar-kecilnya toleransi

orang tersebut terhadap stres. Tetapi meskipun demikian fleksibilitas dan

(32)

dengan baik. Orang-orang yang kaku atau fanatik terhadap ambisi-ambisi dan

norma-norma yang dipegangnya cenderung mengalami keadaan yang lebih

buruk apabila dia tidak berhasil mengatasi stresnya. Reaksi-reaksi yang

muncul apabila seseorang menerima stres dapat digolongkan sebagai reaksi

jasmaniah (fisiologis) dan reaksi rohaniah (psikologis) yang meliputi kelakuan

sikap menarik diri, bertingkah laku agresif, dan tingkah laku yang tidak

terorganisasi.

D. Pengaruh Faktor-faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres

Robbins (1996) menyatakan adanya perbedaan pada setiap individu

dalam hal muncul tidaknya stres. Sumber stres yang berasal dari lingkungan

kerja, organisasioanal dan individual, dampaknya untuk masing-masing

karyawan akan berbeda, hal ini karena timbul tidaknya stres tergantung pada

penafsiran dan persepsi masing-masing karyawan terhadap stressor yang dihadapinya. Stres kerja disebabkan oleh hampir semua kondisi kerja, kondisi

kerja yang dapat menimbulkan stres kerja tergantung oleh persepsi dan reaksi

individu terhadapnya. Dengan demikian sumber stres dapat berasal dari

apapun yang dipersepsikan seseorang sebagai ancaman terhadap dirinya. Stres

kerja dapat dialami oleh siapa saja yang berada dalam kondisi tertentu dan

berada dalam berbagai jenis pekerjaan. Seseorang dengan jabatan tinggi

maupun yang mempunyai jabatan yang lebih rendah dapat memiliki stres kerja

(33)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat stres meliputi

(Robbins,1996) :

a. Tuntutan tugas adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kerja

seseorang (karyawan) termasuk didalamnya adalah desain dari pekerjaan

atau tugas individual, kondisi kerja, dan layout fisik pekerjaan.

b. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan-tekanan pada seseorang sebagai

fungsi peran, khususnya dal;am organisasi. Peran yang berlebihan terjadi

apabila karyawan diharapkan mengerjakan lebih dari waktu yang

ditentukan.

c. Interpersonal adalah tekanan-tekanan karena pengaruh karyawan lain.

Dukungan sosial yang kurang dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi

yang terbatas dapat menyebabkan stres, terutama antar karyawan dengan

kebutuhan sosial yang tinggi.

d. Struktur organisasi menentukan tingkat perbedaan dalam suatu organisasi,

tingkat aturan dan batasan, dan dimana keputusan-keputusan diambil.

Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan

keputusan yang mempengaruhi seorang karyawan dapat menjadi sumber

potensial stres.

e. Kepemimpinan organisasi menandai gaya manajerial dari atasan atau

eksekutif dari suatu organisasi. Beberapa atasan atau pimpinan

menciptakan suatu tekanan yang ditandai dengan ketegangan, ketakutan,

(34)

f. Kehidupan organisasi dimana dalam hal ini empat tahap siklus organisasi

menciptakan macam-macam masalah dan tekanan yang berbeda-beda bagi

karyawan. Pada tahap pertumbuhan dan penurunan pada dasarnya penuh

tekanan (stres). Kecenderungan stres hanya sedikit dalam tahap

kedewasaan.

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor. Seorang karyawan dapat mengalami stress oleh hanya satu stressor, tetapi tingkat stres akan meningkat apabila terjadi kombinasi lebih banyak stressor.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak faktor-faktor

penyebab stres, maka akan semakin besar pula kecenderungan tingkat stres

(35)

E. Kerangka Penelitian

DAMPAK KARYAWAN

Pimpinan

Rekan Kerja

Tugas

Target

Peraturan

Pelanggan/Kon sumen

Rutinitas

Pribadi Perusahaan

Gangguan Fisiologis

Gangguan Pshikologis

Gangguan Tingkah laku

Kemerosotan Hasil Perush.

Target Tdk Tercapai

Terhambat kemajuan perusahaan

BURUK / BERMASALAH

(36)

Keterangan

Karyawan dalam kesehariaannya selalu dihadapkan pada hal-hal seperti

pimpinan, rekan kerja, tugas, target, peraturan,pelanggan atau konsumen dan

rutinitas lainnya yang berhubungna dengan kerja. Jika hal-hal yang ada pada

lingkunga ini buruk atau bermasalah maka pada kenyataannya karyawan akan

mengalami stres. Umumnya hal-hal buruk yang dialami oleh karyawan akan

terbawa-bawa ke lingkungan kerjanya. Stres kerja sangatlah berpengaruh buruk

sekali, baik untuk diri pribadi karyawan itu sendiri maupun bagi perusahaan.

Semakin tinggi tingkat stres seorang karyawan maka semakin tinggi pula resiko

yang akan dialaminya. Biasanya dampak dari stres ini bagi diri pribadi berupa

ganguan fisiologis, psikologis dan gangguan tingkah laku. Stres kerja tidak hanya

berdampak bagi individu dari karyawan itu tadi saja tetapi juga berdampak bagi

perusahaan seperti kemerosotan hasil dari perusahan, target perusahaan tidak

tercapai dan juga terhambatnya kemajuan dari perusahaan. Stres kerja yang di

alami seorang karyawan ini tergantung juga kepada masalah yang dihadapinya.

Semakin besar masalah yang dihadapi oleh seorang karyawan maka semakin

besar pula tingkat stres yang di alami oleh karyawan itu tadi.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Case study atau studi kasus ialah metode studi eksploratif dan analitis

yang sangat cermat dan intensif mengenai keadaan pribadi/person, suatu

keluarga, satu institut, kelompok kebudayaan, atau suatu kelompok

masyarakat, yang mana hasil penelitiannya hanya berlaku bagi subyek yang di

teliti. (Pengantar Metodelogi Riset Sosial, DR Kartini Kartono)

Tujuan studi kasus ialah :

1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan staf

Sales Promotion Girls (SPG) di tempat kerjanya.

2. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Staf Sales Promotion Girls

(SPG) terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerjanya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan diwilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini

berlangsung pada bulan Desember 2006 sampai Januari 2007.

C. Populasi dan Sampel

1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

(38)

(SPG) produk kosmetik yang bekerja diseluruh wilayah Kota Yogyakarta.

Jumlah populasinya 316 orang.

2) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (sugiyono, 2004). Dari populasi tersebut peneliti

menetapkan besarnya sample sebanyak 100 responden.

3) Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang jumlahnya

sesuai dengan ukuran sampel yang dijadikan sumber data yang

sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi

agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili

populasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sampling

non-probability sampling dengan teknik proporsional sampling.

Proporsional sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi dengan jalan mengambil sejumlah anggota dari strata masing-masing

sedemikian rupa, sehingga setiap stratum diwakili benar-benar oleh

sekumpulan anggotanya, sebanding dengan perbandingan besarnya

stratum tadi. Hal ini dilakukan pada populasi yang terdiri atas beberapa

sub-populasi yang tidak homogin (yang heterogin). (Pengantar Metodelogi

Riset Sosial, DR. Kartini Kartono, cetakan ke-VII). Dalam penelitian ini

pertimbangannya adalah lama kerja dari SPG untuk produk kosmetik yaitu

(39)

D. Karakteristik Responden

Berikut ini data nama produk kosmetik dan sebaran jumlah SPG yang

digunakan sebagai sampel.

Tabel 3.1

Jumlah SPG Berdasarkan Nama Produk kosmetik

No. Nama Produk Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel

1. Pixy Cosmetic 31 10 orang 2. Revlon Cosmetic 25 8 orang 3. La Tulip Cosmetic 21 7 orang 4. Sari Ayu Cosmetic 31 10 orang 5. Maybeline Cosmetic 25 8 orang 6. Body Shop Cosmetic 16 5 orang 7. Mirabela Cosmetic 19 6 orang 8. Mustika Ratu Cosmetic 34 11 orang 9. Red – A Cosmetic 18 6 orang 10. Tull Jie Cosmetic 15 5 orang 11. Clinik Cosmetic 18 6 orang 12. Ristra Cosmetic 24 8 orang 13. Biokos Cosmetic 27 9 orang 14. Meco Cosmetic 12 4 orang

Jumlah 316 100 orang

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang mendukung penelitian ini adalah :

1. Metode Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung guna memperoleh data yang diperlukan

(40)

2. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung keadaan dan kegiatan yang

terjadi.

3. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan daftar

pertanyaan secara sistematis kepada para responden yang menjadi sasaran

kuesioner.

Kuesioner yang diberikan kepada responden terdiri dari 3 (tiga) bagian,

yaitu :

Bagian I : Berisi tentang karakteristik responden, yang menanyakan umur,

penghasilan perbulan, dan pendidikan.

Bagian II : Berisi pertanyaan mengenai faktor-faktor penyebab stres.

Bagian III : Berisi pertanyaan mengenai tingkat stres bagi para SPG.

Pengukuran faktor-faktor penyebab stres melalui kuesioner

menggunakan skala Likert, kemudian masing-masing kategori tersebut

dikuantitatifkan dengan memberikan skor sebagai berikut :

Sangat Setuju : bobot 5

Setuju : bobot 4

Netral : bobot 3

Tidak setuju : bobot 2

(41)

Pengukuran tingkat stres Staf SPG juga menggunakan skala Likert,

dengan skor sebagai berikut :

Selalu : bobot 5

Sering : bobot 4

Kadang-kadang : bobot 3

Sangat jarang : bobot 2

Tidak pernah : bobot 1

Sehingga batas nilai untuk setiap kategori adalah sebagai berikut :

Rendah = 1,00 sampai dengan 2,33

Cukup = 2,34 sampai dengan 3,66

Tinggi = 3,67 sampai dengan 5,00

F. Metode Pengujian Instrumen

Instrument yang dugunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yang digunakan harus diuji terlebih dahulu, pengujian tersebut

meliputi:

1. Uji Validitas

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui seberapa cermat suatu

butir pertanyaan dari kuesioner dapat melakukan fungsi ukurnya. Dengan

kata lain, uji validitas untuk mengetahui apakah alat penelitian telah

mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Semakin tinggi validitas

suatu alat pengukur, semakin tepat validitas kuesioner yang diberikan

kepada responden. Untuk itu digunakan rumus korelasi product moment,

(42)

2 2 2 2

)

(

.

)

(

)

)(

(

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

xy

=

keterangan :

rxy = korelasi produk moment

n = jumlah sampel

X = skor total dari semua item

Y = skor dari setiap item

Pengujian validitas menggunakan bantuan computer dengan program

SPSS 10.00. hasil analisis dilihat pada hasil output kolom Corrected Item-Total Correlation. Angka korelasi yang telah dikoreksi tersebut, kemudian dibandingkan dengan tabel statistic nilai r. Apabila nilai korelasi sebuah item (r hitung) > r tabel, berarti ada hubungan yang nyata antara item

dengan totalnya sehingga butir tersebut dinyatakan valid.

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dari suatu alat ukur, maka

semakin stabil berarti semakin stabil untuk digunakan mengukur suatu

gejala. Test ini hanya digunakan untuk item yang valid. Tingkat reliabilitas

diukur dengan menghitung koefisien alpha (α ) dari Cronbach yang

besarnya berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar koefisien alpha semakin

tinggi tingkat kepercayaan alat ukur tersebut.

Koefisien alpha dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai

(43)

⎟ ⎠ ⎞ ⎜

⎝ ⎛ − − =

1 1

1 V

Vx M

M rtt

Keterangan :

rtt = reliabilitas konsumen

M = jumlah butir pertanyaan

Vx = variansi butir

Vt = variansi total

Analisis reliabilitas dilakukan dengan mencari nilai koefisien

reliabilitas secara keseluruhan untuk tiap instrument. Nilai koefisien

reliabilitas yang digunakan adalah nilai koefisien alpha Cronbach.

Butir-butir secara keseluruhan dalam instrument dinyatakan reliable apabila

mempunyai nilai koefisien alpha Cronbach di atas 0,60.

G. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau

generalisasi (Sugiyono, 2004 : 142). Statistik deskriptif antara lain

penyajian data melalui tabel, grafik, perhitungan penyebaran data melalui

perhitungan rata-rata dan standar deviasi, dan perhitungan persentase.

Analisis persentase adalah suatu metode analisis yang digunakan

untuk mengetahui sekelompok responden yang paling banyak jumlahnya

atau mempunyai nilai persentase tertinggi. Jadi analisis persentase

(44)

berupa karakteristik atau data pribadi responden yang dilakukan dengan

cara mengadakan perbandingan ukuran persentase jawaban responden.

Adapun rumus analisis persentase :

% 100 × = N x P

Keterangan ; P : nilai persentase

x : jumlah responden dengan karakteristik tertentu N : jumlah responden

2. Rata-rata hitung (arithmetic mean)

Rata-rata hitung (arithmetic mean) digunakan untuk menghitung berapa rata-rata skor jawaban yang diberikan responden, sehingga dapat

diketahui besarnya tingkat stres dari responden. Rumus yang digunakan

adalah sebagai berikut (Prof. DR. Sugiyono, 2005) :

n x Σ = Χ Keterangan :

X = rata-rata hitung

x

Σ = jumlah skor jawaban

n = jumlah item pertanyaan

Nilai rata-rata yang diperoleh kemudian dikategorikan sebagai

berikut : 33 , 1 3 1 5− =

(45)

Sehingga batas nilai untuk setiap kategori adalah sebagai berikut :

Rendah = 1,00 sampai dengan 2,33

Cukup = 2,34 sampai dengan 3,66

Tinggi = 3,67 sampai dengan 5,00

3. Analisis Regresi Linier Ganda

Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

faktor-faktor penyebab stres terhadap tingkat stres SPG produk kosmetik.

Analisis regresi linier ganda dapat dirumuskan sebagai berikut :

6 5 4 3 2

1+ Χ + Χ + Χ + Χ + Χ

Χ + =

Υ a b b b b b b

Keterangan :

Y = Tingkat stres

X1 = Beban kerja

X2 = Tuntutan peran

X3 = Peraturan kerja

X4 = Kepemimpinan

X5 = Lingkungan kerja

X6 = Konsumen yang menyulitkan

a = Nilai konstanta

b = Koefisien Regresi

4. Uji – F

Untuk mengetahui signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda

maka dalam hal ini digunakan rumus dengan uji F. Adapun rumusnya

(46)

(

)

(

1

)

/ 1

/

2 2

− − −

=

k n R

k R

Fh

dimana :

R = koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel independent

n = jumlah anggota sampel

F hitung > F table = Ho ditolak Ha diterima

F hitung < F table = Ho diterima Ha ditolak

Ho : tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel

independen.

(47)

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Dalam setiap penelitian, penggunaan alat pengukur perlu

mendapat perhatian agar hasil yang diperoleh adalah benar dan dapat

mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang diteliti. Alat

pengukur yang ilmiah haruslah memenuhi kriteria valid (sahih) dan reliable

(andal). Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner tersebut terlebih

dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan sekaligus mengungkapkan data-data

dari variabel yang diteliti. Cukupkan reliabilitas adalah kestabilan hasil

pengukuran ketika alat ukur tersebut digunakan oleh siapa saja, kapan dan

dimana saja dengan proses yang sama.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer

program SPSS 10. nilai koefisien korelasi yang telah diperoleh tersebut,

kemudian dibandingkan dengan tabel stastistik nilai r. Apabila nilai koefisien

korelasi sebuah item pertannyaan yang mempunyai nilai r hitung > r table,

(48)

koefisien alpha. Jika alpha > r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan

reliabel.

1. Uji Validitas

Hasil uji validitas kuesioner menggunakan 30 orang responden untuk

variabel penyebab stres disajikan pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas Variabel Pneyebab Stres

Nama Item rxy r tabel Kesimpulan

Item 1 0,6137 0,231 Valid Item 2 0,4846 0,231 Valid Item 3 0,4949 0,231 Valid Item 4 0,6272 0,231 Valid Item 5 0,4802 0,231 Valid Item 6 0,3946 0,231 Valid Item 7 0,5890 0,231 Valid Item 8 0,7319 0,231 Valid Item 9 0,4900 0,231 Valid Item 10 0,7315 0,231 Valid Item 11 0,5264 0,231 Valid Item 12 0,4164 0,231 Valid Item 13 0,4132 0,231 Valid Item 14 0,4119 0,231 Valid Item 15 0,6699 0,231 Valid Item 16 0,5321 0,231 Valid Item 17 0,5831 0,231 Valid Item 18 0,9165 0,231 Valid Item 19 0,5518 0,231 Valid Item 20 0,5474 0,231 Valid Item 21 0,6504 0,231 Valid Item 22 0,6224 0,231 Valid

Sumber : Data primer diolah (lampiran 2)

Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa semua item pertanyaan untuk

(49)

tabel, r tabel untuk N = 30 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,231,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan tersebut valid.

Hasil uji validitas kuesioner menggunakan 30 orang responden untuk

variabel tingkat stres disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Tingkat Stres

Nama Item rxy R tabel Kesimpulan

Item 1 0,3782 0,231 Valid Item 2 0,3707 0,231 Valid Item 3 0,4218 0,231 Valid Item 4 0,4026 0,231 Valid Item 5 0,4386 0,231 Valid Item 6 0,4688 0,231 Valid Item 7 0,5546 0,231 Valid Item 8 0,4492 0,231 Valid Item 9 0,3745 0,231 Valid Item 10 0,4498 0,231 Valid

Sumber : Data primer diolah (lampiran 2)

Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa semua item yang menunjukan

nilai rxy lebih besar dari nilai r tabel, r tabel untuk N = 30 dengan taraf

signifikansi 0,05 adalah 0,231, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua

item pertanyaan tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas kuesioner secara keseluruhan dapat dilihat pada

tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Koefisien ALpha Ketentuan Alpha

(alpha > 0,60)

Kesimpulan

(50)

Sumber : Data Primer diolah (lampiran 2)

Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa semua variabel penelitian

mempunyai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,60, sehingga denagn

demikian dapat disimpulan bahwa kuesioner tersebut adalah reliable.

B. Profil Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang merupakan

Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetika yang ada dibeberapa tempat di Yogyakarta. Profil responden akan disajikan menurut lama kerja, usia,

pendidikan, penghasilan per bulan, dan status pekerjaan. Data selengkapnya

disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Lama Kerja Responden

Lama Kerja Jumlah Persentase

1-2 tahun 31 orang 31 % 3-4 Tahun 49 orang 49 % Lebih dari 5 tahun 20 orang 20 %

Total 100 orang 100 %

Sumber : Data primer diolah (lampiran 3)

Berdasarkan penelitian terhadap 100 orang responden, menunjukan

bahwa responden yang telah bekerja selama 1-2 tahun sebanyak 31 orang atau

sebanyak 31%, responden yang telah bekerja selama 3-4 tahun sebanyak 49

orang atau sebanyak 49% , responden telah bekerja selama 5 tahun atau lebih

sebanyak 20 orang atau sebanyak 20%. Jadi dapat disimpulakan bahwa

(51)

Tabel 4.5 Usia Responden

Usia Jumlah Persentase

16-25 Tahun 70 Orang 70 % 26-35 Tahun 30 Orang 30 %

Total 100 Orang 100 %

Sumber : Data primer diolah (lampiran 3)

Berdasarkan penelitian terhadap 100 orang responden, menunjukan

bahwa responden yang berusia 16-25 tahun sebanyak 70 orang (70%),

sedangkan responden yang berusia 26-35 tahun sebanyak 30 orang (30 %).

Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak adalah yang

berusia 16-25 tahun.

Tabel 4.6

Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Persentase

SLTP 10 orang 10 % SLTA 66 orang 66 % Perguruan Tinggi 24 orang 24 %

Total 100 orang 100 %

Sumber : Data primer diolah (Lampiran 3)

Berdasarkan penelitian terhadap 100 orang responden, menunjukan

bahwa responden dengan tingkat pendidikan SLTP sebanyak 10 orang (10 %),

responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 66 orang (66 %),

cukupkan responden dengan pendidikan perguruan tinggi sebanyak 24 orang

(24 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak adalah

(52)

Tabel 4.7

Penghasilan per Bulan Responden

Penghasilan per Bulan Jumlah Persentase

Kurang dari Rp 500.000 22 orang 22 % Rp 500.000 – Rp 1.000.000 71 orang 71 % Rp 1.000.000 – RP 2.000.000 7 orang 7 %

Total 100 orang 100 %

Sumber : Data primer di olah (lampiran 3)

Tabel di atas menunjukan bahwa responden dengan penghasilan per

bulan kurang dari Rp 500.000 sebanyak 22 orang (22 %), responden dengan

penghasilan per bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000 sebanyak 71 orang (71 %),

cukupkan responden dengan penghasilan per bulan Rp 1.000.000 – Rp

2.000.000 sebanyak 7 orang (7 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden

yang paling banyak adalah respoden dengan penghasilan per bulan Rp

500.000 – Rp 1.000.000.

Tabel 4.8

Status Pekerjaan Responden

Status Pekerjaan Jumlah Persentase

Paruh waktu (part time) 35 orang 35 % Penuh waktu (full time) 65 orang 65 %

Total 100 orang 100 %

Sumber : Data primer diolah (Lampiran 3)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekrja penuh

(53)

C. Pengelompokan dan Penamaan Faktor

Tabel 4.9

Pengelompokan dan Penamaan Faktor

Faktor Variabel Indikator Nama

1 Item 1

Item 2

Item 3

Item 4

- Manejer tidak mendukung pekerjaan

- Manejer tidak puas atas puas kerja SPG

- Pengawasan yang ketat dari manejer

- Manejer yang pemarah bila terjadi kesalahan

Faktor kepemimpin

an

2 Item 5

Item 6 Item 7

Item 8

- Tidak nyaman dengan pakaian seragam

- Tata rias terlalu berlebihan

- Kurang percaya diri dengan penampilan

- Harus punya pengetahuan tentang produk kosmetik

Faktor tuntutan

peran

3 Item 9

Item 10

Item 11 Item 12

- Tertekan dengan aturan yang dibuat

- Tidak puas dengan perjanjian kerja

- Tertekan dengan target penjualan - Tertekan karena harus aktif

melakukan promosi

Faktor peraturan

kerja

4 Item 13 Item 14

Item 15

Item 16

- Beban kerja berlebihan

- Tidak mampu melakukan pekerjaannya

- Merasa bosan dengan pekerjaannya

- Sering kerja lembur

Faktor Beban Kerja

5 Item 17

Item 18

Item 19

- Sikap yang tidak baik dari konsumen

- Sering menerima keluhan dari konsumen

- Sering salah paham dengan konsumen

Faktor konsumen

yang menyulitkan

6 Item 20 Item 21 Item 22

- Tidak nyaman dengan tata ruang - Fasilitas kerja kurang memadai - Terjadi ganguan pada lingkungan

kerja

Faktor lingkungan

kerja

(54)

1. Kesimpulan

Berdasarkan di atas maka dapat disimpulkan :

• Dari 22 variabel yang diteliti dengan melakukan proses factoring bisa

direduksi menjadi enam faktor.

• Faktor yang terbentuk

FAKTOR 1 : Dinamakan faktor kepemimpinan, terdiri atas indikator

manajer tidak mendukung pekerjaan SPG, pengawasan yang ketat dari

manajer, manajer yang pemarah bila terjadi kesalahan. Perilaku

kepemimpinan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stres kerja

karyawan. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan lingkungan yang lebih

terbuka antara atasan dan bawahan, sehingga dapat terjalin komunikasi yang

lebih baik.

FAKTOR 2 : Dinamakan faktor tuntutan peran, terdiri atas indikator tidak

nyaman dengan pakaian seragam, tata rias terlalu berlebihan, kurang percaya

diri dengan penampilan, dan harus punya pengetahuan tentang produk

kosmetik. Hal ini berarti stres kerja dapat juga dipengaruhi oleh tuntutan

peran sebagai seorang SPG. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan

pelatihan dan peningkatan kemampuan bagi para SPG.

FAKTOR 3 : Dinamakan peraturan kerja, terdiri atas indikator tertekan

dengan aturan yang dibuat perusahaan, tidak puas dengan perjanjian kerja,

tertekan dengan target penjualan, dan tertekan karena harus aktif melakukan

promosi. Peraturan yang sangat ketat dan mengekang kebebasan karyawan

(55)

membuat kebijaksanaan yang dapat membuat para karyawan merasa dalam

melakukan aturan yang ditetapkan perusahaan.

FAKTOR 4 : Dinamakan faktor beban kerja, terdiri atas indikator beban

kerja yang berlebihan, tidak mampu melakukan perkerjaannya, merasa

bosan dengan pekerjaannya, dan sering kerja lembur. Keadaan ini

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seorang SPG menjadi

stres. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan beban kerja yang sesuai

dengan kemampuan karyawan.

FAKTOR 5 : Dinamakan faktor konsumen yang menyulitkan, terdiri atas

indikator sikap yang tidak baik dari konsumen, sering menerima keluhan

dari konsumen dan sering salah paham dengan konsumen. Sikap yang tidak

baik dan keluhan konsumen karena kesalahpahaman dapat juga

menyebabkan karyawan mengalami stres. Keadaan ini dapat diatasi dengan

memberikan pelatihan terhadap karyawan tentang bagaimana menghadapi

konsumen dengan baik.

FAKTOR 6 : Dinamakan faktor lingkungan kerja, terdiri atas indikator tidak

nyaman dengan tata ruangan kerja, fasilitas kerja kurang memadai, dan

terjadi gangguan pada lingkungan kerja. Keadaan lingkungan yang tidak

mendukung seperti suara yang gaduh atau kurangnya fasilitas yang tersedia

dapat menjadi salah satu faktor penyebab stres. Hal ini dapat diatasi dengan

(56)

D. Analisis Penilaian SPG Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Stres dan

Tingkat Stres.

Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penilaian SPG

produk kosmetik terhadap faktor-faktor penyebab stres. Untuk itu digunakan

analisis mean arithmetic. Berdasarkan perhitungan menggunakan mean arithmetic diperoleh interval kelas sebesar 1,33. analisis terhadap penilaian SPG terhadapa faktor-faktor penyebab stres dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Analisis penilaian SPG terhadapa faktor 1

Tanggapan SPG terhadap faktor 1 yaitu faktor kepemimpinan

menggunakan analisis mean arithmetic dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10

Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 1

Item Mean Kategori

Manajer tidak mendukung pekerjaan SPG

2,63 Cukup

Manajer tidak puas atas kerja SPG

2,46 Cukup

Pengawasan yang ketat dari manajer

2,49 Cukup

Manajer yang marah bila terjadi kesalahan

2,49 Cukup

Total Mean 2,52 Cukup

Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)

Hasil perhitungan mengunakan analisis meanarithmetic menunjukan bahwa tangapan SPG terhadap faktor 1 yaitu faktor kepemimpinan

termasuk kategori cukup, yang ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar

2,52. Hal ini menunjukan bahwa SPG menganggap bahwa faktor 1 yang

(57)

manajer yang pemarah bila terjadi kesalahan menjadi penyebab tingkat

stres yang cukup.

2. Analisis penilaian SPG terhadap faktor 2

Tanggapan SPG terhadapa faktor 2 yaitu faktor tuntutan peran

mengunakan analisis mean arithmetic dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.11

Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 2

Item Mean Kategori

Tidak nyaman dengan pakaian seragam

2,13 Rendah

Tata rias terlalu berlebihan 2,39 Cukup Kurang percaya diri dengan

penampilan

2,27 Rendah

Harus punya pengetahuan tentang produk kosmetik

2,36 Cukup

Total Mean 2,29 Rendah

Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 4)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadap

faktor 2 yaitu faktor tuntutan peran termasuk kategori rendah, yang

ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar 2,29. Hal ini menunjukan bahwa

SPG menganggap bahwa faktor tuntutan peran yang berhubungan tidak

nyaman dengan pakian seragam, tata rias terlalu berlebihan, kurang

percaya diri dengan penampilan, dan harus punya pengetahuan tentang

produk kosmetik relative, tidak menyebabkan stres.

3. Analisis penilaian SPG terhadap faktor 3

Tanggapan SPG terhadap faktor 3 yaitu faktor aturan perusahaan

(58)

Tabel 4.12

Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 3

Item Mean Kategori

Tertekan dengan aturan yang dibuat perusahaan

2,43 Cukup

Tidak puas dengan perjanjian kerja

2,58 Cukup

Tertekan dengan target penjualan

2,30 Rendah

Tertekan karena harus melakukan promosi

2,27 Rendah

Total Mean 2,39 Cukup

Sumber : Data primer diolah (Lampiran 4)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadap

faktor 3 yaitu faktor peraturan kerja termasuk kategori cukup, yang

ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar 2,42. Hal ini menunjukan bahwa

SPG menganggap bahwa faktor 3 yang berkaitan dengan aturan yang

dibuat perusahaan, perjanjian kerja, target penjualan dan harus aktif

melakukan promosi menjadi penyebab tingkat stres yang cukup.

4. Analisis Peniliaan SPG terhadap faktor 4

Tanggapan SPG terhadap faktor 4 yaitu faktor beban kerja

(59)

Tabel 4.13

Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 4

Item Mean Kategori

Beban kerja yang berlebihan 2,25 Rendah Tidak mampu melakukan

pekerjaannya

2,39 Cukup

Merasa bosan dengan pekerjaannya

2,36 Cukup

Sering kerja lembur 2,35 Cukup

Total Mean 2,34 Cukup

Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tanggapan SPG terhadap

faktor 4 yaitu beban kerja adalah termasuk kategori cukup, yang

ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 2,35. Hal ini menunjukan bahwa

SPG mempunyai tingkat stres yang cukup terhadap pekerjaan yang

dijalankannya. Tingkat stres yang cukup ini dapat berkaitan dengan beban

kerja yang berlebihan, tidak mampu melakukan perkerjaannya, merasa

bosan dengan pekerjaanya, dan sering kerja lembur.

5. Analisis penilaian SPG terhadap faktor 5

Tanggapan SPG terhadap faktor 5 yaitu faktor konsumen yang

(60)

Tabel 4.14

Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 5

Item Mean Kategori

Sikap yang tidak baik dari konsumen

2,55 Cukup

Sering menerima keluhan dari konsumen

2,38 Cukup

Sering salah paham dengan konsumen

2,44 Cukup

Total mean 2,46 Cukup

Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tanggapan SPG terhadap

faktor 5 yaitu faktor konsumen yang menyulitkan termasuk kategori

cukup, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 2,46. hal ini dengan

sikap yang tidak baik dari konsumen, keluhan dari konsumen, dan salah

paham dengan konsumen menjadi penyebab tingkat stres yang cukup.

6. Analsis Penilaian SPG terhadap Faktor 6

Tangapan SPG terhadap faktor 6 yaitu faktor lingkungan kerja

menggunakan analisis mean arithmetic dapat dilihata pada tabel berikut :

Tabel 4.15

Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 6

Item Mean Kategori

Tidak nyaman dengan tata ruang kerja

2,36 Cukup

Fasilitas kerja kurang memadai

2,73 Cukup

Terjadi ganguan pada lingkungan kerja

2,72 Cukup

Total Mean 2,60 Cukup

(61)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadapa

faktor 6 yaitu faktor lingkungan kerja termasuk kategori cukup, yang

ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 2,60 hal ini menunjukan bahwa

SPG menganggap bahwa faktor 5 yang berkaitan dengan tata ruang kerja,

fasilitas kerja kurang memadai dan terjadi ganguan pada lingkungan kerja

menjadi penyebab tingkat stres yang cukup.

7. Analisis penilaian SPG terhadap tingkat stres

Tanggapan SPG terhadap tingkat stress mengunakan analisis mean arithmetic dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.16

Penilaian Karyawan Terhadap Tingkat Stres

Item Mean Kategori

Mengalami sakit kepala / pusing 2,64 Cukup Mengalami hipertensi 1,97 Rendah Mengalami mual, diare 1,87 Rendah Mengalami kelelahan fisik 2,34 Cukup Mengalami susah tidur / insomnia 1,99 Rendah Mengalami depresi 1,97 Rendah Mengalami cepat panik 1,93 Rendah Merasa cemas 2,04 Rendah Kehilangan selera makan 2,00 Rendah Hilang ingatan sesaat 1,88 Rendah

Total Mean 2,06 Rendah

Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadap

tingkat stres termasuk kategori rendah, yang ditunjukan dengan nilai

rata-rata sebesar 2,06. Hal ini menunjukan bahwa SPG menganggap bahwa

(62)

atau dapat dinyatakan bahwa rata-rata para SPG mengalami tingkat stres

yang rendah.

E. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor

penyebab stress yang dirasakan SPG terhadap tingkat stres Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik. Analisis regresi linier ganda ini dapat dirumuskan dengan model persamaan sebagai berikut :

6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1

1X b X b X b X b X b X

b

Y =α+ + + + + +

Keterangan :

Y = Tingkat Stres

1

X = Beban kerja

2

X = Tuntutan peran

3

X = Peraturan kerja

4

X = Kepemimpinan

5

X = Lingkungan kerja

6

X = Konsumen yang menyulitkan

α = Nilai Konstanta

b = Koefisien Regresi

Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer

(63)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Tingkat Stres
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kondisi tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti apakah semua sumber penyebab stres yaitu peran karyawan dalam organisasi, hubungan sosial di tempat kerja, iklim

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja adalah disiplin kerja, komunikasi dengan pimpinan, lingkungan kerja, motivasi kerja, insentif dan kepuasan kerja karyawan.. Dari