i
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S1)
Program Studi Manajemen
Disusun Oleh :
C. Neni Ike Wulandari NIM : 002214134
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
“
Terpujilah
TUHAN ALLAH
semesta raya
,
IA
menjadikan
segalanya tepat dan indah pada waktunya………”
Jesus Christus, Allah Bapa yang hidup. Thank u for guiding me in every step of
the way, for giving me blessing N unconditional love. I thank U coz I know
You are there N You’ll always be there for me.
Semua y ang
t er j adi dal am hi dupk u, k us er ahk an pada –
Mu.
Thank u for
PLANNING MY LIFE.
YOU ARE THE BEST
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk : Jess Christus Yang Maha Kuasa
Papa R. Y. KARYOTO & Mama F. ETI SUSIATI tersayang, terimakasih untuk semua kasih sayang, doa, support dan kesabarannya selama ini. Love U ALL…….
Mbak – mbak ku “ LOLA, POPI, RURI”& Suami – suami mbk ku terimakasi atas kasih dan suportnya serta doanya
Untuk keponakan – keponakanku “ PINKAN, MARCEL, ANDIKA “ yang selalu bikin Bunda kangen. Bunda sayang kalian
Buat SAYANG – KU “YULI & NOVI “ makasi ya untuk kasih sayAng dan semangatnya sampai skripsi ini selesai
vi
Puji syukur kehadirat Allah Bapa di Surga atas segala kasih dan anugerah yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Analisis Tingkat Stres pada Sales Promotion Girl ( SPG ) Produk Kosmetik di Kota Yogyakarta “
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dorongan dari semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, MS, selaku Dekan Fakultas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak V. Mardi Widyadmono, SE. MBA, selaku Dosen Pembimbing Satu yang telah sabar dan banyak memberikan pengarahan dan masukannya sehingga skripsi ini dapat selesai
3. Bapak Drs. V. Supriyanto, SU, selaku Dosen Pembimbing Dua yang telah sabar dan banyak memberikan pengarahan dan masukan sehingga skripsi ini dapat selesai
4. Bapak Drs. Th. Sutadi, MBA, selaku Dosen Tamu Penguji
5. Papa & Mama tersayang. Doain dhek dapat kerja ya……….. dan sukses. Muach………..
6. Mbk2ku dan suami msg2. Heeeeeheee. Makaciiiiiiiii
7. Keponakan – keponakanku yang selal bikin aku kangen untuk pulang. Muach……….
8. Sayang – ku ……. Love u………. cepat selesaikan kuliahnya n cari kerja Occcccccc
vii
11. Cah – cah Pondok MELATI yang ruame tenan, Tante, Cebong, Keke, Bekti, Olong, Jenong, Cheril, Sherly, Pink, Grace, Mbk Yuni, Pidelz, Mince, Swett, Ka2k, Omzq, Oliv N buanyak lagi…….. Jangan lupa tetap kompak ya walaupun ribut2 kecil…..
12. Temen – temen kampusku “ Eno, Phe Bhe, Rusman, Yos, n yang blm selesai “. Cepetan kelarin……….
13. Anak – anak HOLDEN “ Decky, Ipang, Berta, Yo2k, Alid, Om Joko n Lainnya”. JANGAN MABOK TEYUZZZZ YA…….
Penulis menyadari bahwa hasil karya penulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya penulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, September 2007
viii
Halaman Persetujuan Pembimbing ……….... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ………. iii
Halaman Pernyataan ……….. iv
Persembahan ……….. v
Kata Pengantar ……… vi
Daftar Isi ……….... viii
Intisari ……….... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah ……….... 4
C. Batasan Masalah ………... 4
D. Tujuan Penelitian ……….. 6
E. Manfaat Penelitian ……….... 6
F. Sistematika Penulisan ………... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Stres Kerja ……….. 8
B. Penyebab – penyebab Stres kerja ………. 10
C. Akibat – akibat Stres Kerja ………... 19
D. Pengaruh Faktor – faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres ………... 20
E. Kerangka Penelitian ……….. 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……….. 25
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 25
C. Poplasi dan Sampel ………. 25
ix BAB IV ANALISIS DATA
A. Uji Validitas dan Reliabilitas ……….... 35
B. Profil Responden ……….. 38
C. Pengelompokan dan Penamaan Faktor ………. 41
D. Analisis Penilaian SPG Terhadap Faktor – Faktor Penyebab Stres dan Tingkat Stres ……….. 44
E. Analisis Pengaruh Faktor – faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres ……….. 50
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………... 53
B. Saran ………. 53
Daftar Pustaka ……….... 56
x
NIM : 002214134
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres yang dirasakan oleh Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik di tempat kerja. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Proporsional Sampling. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang responden di Kota Yogyakarta. Analisis data menggunakan analisis faktor dan analisis regresi linier berganda.
Dalam penelitian ini penulis memilih enam (6) faktor yang menjadi penyebab stres, yaitu factor beban kerja, tuntutan peran, peraturan kerja, kepemimpinan, lingkungan kerja , dan faktor konsumen yang menyulitkan. Analisis mean arithmatic Menunjukkan bahwa penilaian karyawan terhadap faktor-faktor penyebab stres adalah cukup (2,34 sampai dengan 3,66), kecuali faktor tuntutan peran yang termasuk kategori rendah yaitu 1,33 sampai dengan 2,33. Uji F menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab stres secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat stres SPG produk kosmetik.
xi
(SPG) of cosmetics products in their work place. Research samples unit was collected with proportional sampling method. There were 30 samples used in this study in Yogyakarta. Data were analyzed with factors analyses and multiple regression analyses.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah umum yang sangat sensitif bagi karyawan adalah stres dan
perubahan. Perubahan yang sangat luar biasa dibutuhkan kemampuan untuk
merespon perubahan tersebut dengan lebih cepat sehingga mengakibatkan
stres atau tekanan pada karyawan. Pimpinan manajemen di banyak perusahaan
karena dorongan hutang atau ketidakefisienan berusaha mengubah susunan
perusahaan menjadi lebih fleksibel. Secara individu karyawan terlibat dalam
perubahan ini dan harus membiasakan diri dengan perubahan tersebut. Tetapi
sangat sedikit perusahaan yang membekali karyawannya dengan keahlian,
strategi dan sumber daya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tesebut.
Sales Promotion Girl (SPG) merupakan salah satu tenaga penjualan perusahaan yang lebih difokuskan pada kegiatan promosi langsung kepada
konsumen. SPG biasanya ditempatkan di toko-toko, swalayan, atau
supermarket, mereka memberikan penjelasan yang lebih rinci kepada
konsumen atas produk yang mereka jual. SPG terlibat dalam hubungan yang
lebih kompleks dan penting yaitu dengan elemen dalam perusahaan dan
dengan konsumen. SPG memiliki peranan komunikasi yang penting dalam
menjembatani produk suatu perusahaan dengan konsumen. Mereka juga harus
mampu untuk membangun motivasi dan kepercayaan diri meskipun dalam
perusahaan, terkadang dibawah kondisi yang sangat tertekan, dan setelah jam
kerja mereka pulang kerumah menjalankan peran mereka yang lain.
Scherer dan Brodzinski mendefinisikan stress sebagai interaksi antara
individu dan lingkungannya yang disebabkan karena perubahan fisik maupun
psikologi akibat dari deviasi dari keadaan normal (Davisson, 1994). Stres
dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal seperti
tingkat penerangan yang rendah atau ventilasi yang kurang, sedangkan faktor
internal seperti sikap individu dan kepribadian. Matteson dan Ivancevich
(1982) memandang stres sebagai respon terhadap kondisi yang menekan
dalam lingkungan kita.
Karakteristik pekerjaan menyebabkan stres kerja memiliki banyak
variasi dan dimensi. Dengan mempertimbangkan adanya pengaruh potensial
dari perubahan-perubahan organisasi dan struktur organisasi ada beberapa
tekanan-tekanan pekerjaan yang lebih umum dialami, yaitu: konflik peran,
ambiguitas peran, beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu, dan kurangnya
dukungan sosial.
Tekanan peran dalam terjadi bila dua aspek pekerjaan tidak sesuai satu
sama lain, yaitu ketika kombinasi pengharapan seseorang dan permintaan
yang menjadi tuntutan organisasi menghasilkan tekanan. Karyawan yang
mengalami konflik peran yang tinggi menyatakan tegangan lebih besar pada
pekerjaan, kepuasan kerja lebih rendah, konflik pribadi, dan citra pribadi yang
Beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang membuat seseoarang
merasa tidak sabar, tergesa-gesa, dan perasaan bahwa ia tidak melakukan
apapun atau dia harus menyelesaikan semua pekerjaan hanya dalam sehari.
Kelebihan kerja kuantitatifketika seorang individu tidak memiliki cukup
waktu untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk. Sedangkan kelebihan
kerja kualitatif adalah munculnya perasaan tidak mampu untuk menyelesaikan
semua pekerjaan tanpa melihat waktu yang tersedia.
Dukungan sosial yang buruk dapat menjadi salah satu tekanan.
Dukungan sosial dapat meminimalisasi dampak stres yang mereka alami.
Kuantitas dan kualitas hubungan sosial mereka dengan pasangan, teman,
pekerja lain, supervisor memiliki pengaruh penting terhadap stres yang mereka alami. Usaha untuk meningkatkan dukungan sosial pada saat bekerja
akan membuat terciptanya mekanisme yang efektif untuk megurangi stres
pekerjaan, meningkatnya kesehatan dan mendorong orang untuk melawan
efek dari stres tersebut.
Stres dapat muncul pada saat para SPG melakukan kontak dengan
konsumen dan kemudian terjadi salah paham, perang mulut, atau perdebatan.
Berhubungan dengan konsumen yang menyusahkan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari pekerjaannya sebagai SPG. Mendengar ucapan orang lain
menghadapi konsumen . Mendengar ucapan orang lain menghadapi konsumen
yang sulit dapat membantu SPG untuk mengontrol emosi mereka ketika
menghadapi situasi yang sama dan memberi mereka pembendaharaan kata
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang muncul
adalah seberapa jauh tingkat stres yang dialami SPG produk kosmetik dan
pengaruh faktor-faktor penyebab stres terhadap tingkat stres SPG produk
kosmetik, sehingga peneliti mengambil judul :
“ANALISIS TINGKAT STRES KERJA STAF SALESS PROMOTION GIRL (SPG) PRODUK KOSMETIK DI KOTA YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan Staf Saless Promotion Girl
(SPG) produk kosmetik di tempat kerja?
2. Bagaimana penilaian Staf Saless Promotion Girl (SPG) produk kosmetik terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerja?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus, maka penelitian ini dibatasi pada
hal-hal berikut :
1. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
berfikir dan kondisi seseorang (Handoko, 2000).
2. Banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab stres. Tetapi pada penelitian
ini di fokuskan pada 6 faktor yang menjadi penyebab stres, seperti di
a. Perilaku kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu
(Gitosudarmo, 2000).
b. Tuntutan peran, tuntutan peran adalah di mana seseorang harus
memiliki cukup informasi tentang uraian tugas mereka dan harus
memenuhi kriteria dari pekerjaan tersebut, misalnya penampilan
(Gignac, 1997).
c. Konsumen yang menyulitkan, stres dapat muncul saat karyawan
melakukan kontak dengan konsumen, dikarenakan salah paham,
pertentangan dan permusuhan (Gignac, 1997).
d. Lingkungan fisik tempat kerja, faktor lingkungan seperti tata ruang
yang tidak nyaman dapat membuat stres karyawan (Gignac, 1997).
e. Kebijaksanaan administratif, kebijaksanaan administratif, adalah
kebijakan dari aspek administrasi yang diberikan kepada karyawan
yang berhubungan dengan peraturan kerja (Matteson dan Ivancevich,
1982 : 65).
f. Beban kerja, beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang
membuat seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa dan perasaan
bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaan hanya dalam satu hari. Beban
kerja yang sedikit adalah kebosanan dan kemalasan yang muncul
karena hanya sedikit yang dikerjakan (Matteson dan Ivancevich, 1982
3. Tingkat stres di ukur berdasarkan kesehatan fisik dan mental yang dialami
karyawan.
4. Sampel penelitian sebanyak 100 orang merupakan Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik yang telah bekerja minimal selama 1 tahun.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik di tempat kerja.
2. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Staf Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerja.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran,
sumber informasi serta bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan tingkat stres karyawan,
dengan memberikan bimbingan dan pelatihan dalam melayani konsumen
dan membantu mereka yang mengalami kesulitan dengan konsumen.
2. Penulis
Sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan
menambah wawasan dengan situasi kondisi yang sebenarnya di dunia
3. Universitas
Untuk kepentingan akademik, diharapkan temuan yang didapatkan
ini bisa menjadi bahan bacaan maupun bahan referensi bagi pihak yang
membutuhkan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau materi
perkuliahan yang berkaitan dengan tingkat stres karyawan.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi urutan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
hipotesis, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori
Bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai dasar penelitian.
Dasar-dasar teoritik yang digunakan tersebut merupakan teori yang
berhubungan dengan judul maupun topik dan hal lain yang
menyangkut dan mendukung dasar teori dalam skripsi ini.
BAB III : Metodelogi Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, metode pengukuran data, dan metode analisis
data.
BAB IV : Analisis Data
Bab ini merupakan inti yang memuat analisis data sesuai tujuan
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian
dan saran-saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Stres Kerja
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu berlebihan dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.
Orang-orang yang mengalami stres bisa menjadi nervouse dan merasakan kekhawatiran kronis, bahkan mereka bisa terkena berbagai penyakit fisik
seperti masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, serta sulit tidur (Handoko,
2000).
Menurut Robbins (1996) stres merupakan kondisi dinamis dimana
seorang individu dihadapkan dengan kesempatan, keterbatasan, atau tuntutan
sesuai dengan harapan dan hasil yang ingin dicapai dalam kondisi penting dan
tidak menentu.
Sedangkan menurut Anoraga (2001), stres merupakan suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental terhadap suatu
perubahan dilingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan
dirinya terancam. Seorang ahli menyebut tanggapan dengan istilah “fight or flight response”. Jadi sebenarnya stres adalah suatu yang amat alamiah.
Atau dengan perkataan lain stres dapat diartikan serangkaian keadaan di
mana seseorang berada, tetapi tidak dapat memberikan respon yang tepat dan
dapat memberikan respon, ia harus membayar sangat mahal, misalnya dalam
bentuk keletihan yang kronis, ketegangan, keresahan, sakit, putus asa,
kehilangan harga diri, dan berbagai kondisi negatif lainnya yang sejenis
(Siagian, 1987).
Fincham dan Rhodes (dalam Munandar, 2001), menyimpulkan stres
dari gejala-gejala dan tanda-tanda fatal, perilaku, psikologikal, dan somatik,
adalah hasil dari kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti
kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya yang
mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan
terhadap dirinya secara efektif. Stres yang merupakan suatu kondisi
ketegangan yang mempengaruhi energi, proses berfikir, kondisi fisik dan
psikis seseorang merupakan reaksi jiwa raga terhadap perubahan yang
menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Pengertian stres kerja menurut Luthans (1995) menyatakan bahwa stres
kerja sebagai suatu respon penyesuaian terhadap situasi eksternal yang
menyebabkan penyimpangan-penyimpangan fisik, psikologis atau tingkah
laku bagi para partisipan organisasi.
Berdasarkan pengertian stres kerja di atas, dapat dijelaskan bahwa stres
kerja adalah stress yang terjadi dilingkungan kerja yang berupa keadaan di
mana ada ketidakseimbangan antara kemampuan individu dengan tuntutan
B. Penyebab-penyebab Stres Kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Gignac dan Appelbaum (1997)
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab stres sebagai berikut :
1. Perilaku kepemimpinan, kepemimpinan adalah kemampuan
mempengaruhi sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Ambiguitas pekerjaan, ambiguitas pekerjaan adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup informasi tentang uraian tugas mereka.
3. Kebijaksanaan administratif, kebijakan administratif adalah kebijakan dari
aspek administrasi yang diberikan kepada karyawan yang berhubungan
dengan peraturan kerja.
4. Beban kerja, beban kerja yang berlebihan adalah tekanan yang membuat
seseorang merasa tidak sabar, tergesa-gesa dan perasaaan bahwa ia harus
menyelesaiakan pekerjaan hanya dalam satu hari. Beban kerja yang tidak
berlebihan adalah kebosanan dan kemalasan yang muncul karena hanya
sedikit yang dikerjakan.
5. Tekanan waktu, tekanan waktu adalah batas waktu yang ditetapkan
sehingga seseorang merasa kehilangan kontrol atas pekerjaannya.
6. Dukungan sosial, dukungan sosial adalah kuantitas dan kualitas hubungan
sosial seseorang dengan keluarga, teman, pekerja lain, dan pimpinan.
7. Kehilangan kontrol, kontrol pekerjaan adalah kemampuan untuk
8. Perubahan struktur perusahaan, perubahan struktur perusahaan
menyebabkan ketidaknyamanan dan stres, karena karyawan harus
melakukan penyesuaian.
9. Struktur organisasi, struktur organisasi adalah jalan sebuah organisasi
untuk menyesuaikan diri bersama-sama dengan melakukan penataan orang
dan unit kerja yang menyulitkan.
10.Konsumen yang menyulitkan, stres dapat muncul saat karyawan
melakukan kontak dengan konsumen, dikarenakan salah paham,
pertentangan dan permusuhan.
11.Lingkungan fisik tempat kerja, faktor lingkungan seperti tata ruang yang
tidak nyaman dapat membuat stres karyawan.
Luthans (1995) memberikan penjelasan bahwa sumber-sumber stres
berasal dari empat faktor, yaitu :
1. Sumber dari luar organisasi, yang meliputi perubahan sosial, teknologi,
keluarga, kondisi ekonomi dan financial, kelas dan ras serta kondisi
lingkungannya.
2. Sumber dari dalam organisasi, yang meliputi strategi dan kebijaksanaan
administrasi desain dan struktur organisasi, proses organisasi dan kondisi
kerja.
3. Sumber dari dalam kelompok, yang dikategorikan menjadi tiga area yaitu :
kurangnya kohesivitas kelompok, kurangnya dukungan kelompok dan
4. Sumber dari diri karyawan itu sendiri, misalnya peran yang ambigu,
adanya konflik peran dan kepribadian individu yang mempengaruhi
individu dalam bekerja.
Robbins (1996) menyatakan bahwa sumber potensial stres berasal dari
tiga kategori yaitu sebagai berikut :
1. Sumber dari lingkungan
Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi desain dari struktur
organisasi, ketidakpastian itu juga mempengaruhi tingkat stres dikalangan
para karyawan dalam organisasi tersebut. Ketidakpastian ini terdiri dari :
a. Ketidakpastian ekonomi, bila ekonomi suatu organisasi mengalami
penurunan maka para karyawan akan mengalami stres karena
ketidakpastian ini akan diiringi dengan perampingan para karyawan,
gaji yang dikurangi, dan sebagainya.
b. Ketidakpastian politik dalam negeri menyebabkan ketidakpastian
struktur organisasi.
c. Ketidakpastian teknologi, inovasi baru dapat menimbulkan
ketidakseimbangan antara keterampilan dan pengalaman yang dimiliki
para karyawan dengan tuntutan pekerjaan, hal ini menyebabkan stres
bagi para karyawan.
2. Sumber dari organisasional
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas tepat
kurangnya partisipasi karyawan dalam mengambil keputusan dalam
organisasi (struktur organisasi), seorang pemimpin yang menuntut dan
tidak peka (kepemimpinan organisasi), serta rekan kerja yang tidak
menyenangkan (tuntutan antar pribadi).
3. Sumber dari individual
Sumber ini meliputi : masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi,
serta karakteristik kepribadian individu. Masalah dengan hubungan pribadi
dan keluarga dapat menciptakan stres bagi para karyawan yang nantinya
akan terbawa ketempat kerja. Kesulitan ekonomi yang dialami para
karyawan dapat menciptakan stres sehingga akan mengganggu perhatian
mereka terhadap kerja.
Beberapa sumber stres kerja menurut Gibson, Ivancevich, dan
Donnely (1996), yaitu :
1. Kondisi pekerjaan
a. Kondisi kerja. Kondisi kerja yang buruk akan menyebabkan para
karyawan menjadi jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan
menurunnya produktivitas kerja. Kondisi kerja yang buruk adalah jika
ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik,
kondisi ini memberikan pengaruh yang besar terhadap kenyamanan kerja
para karyawan.
ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan
tersebut mudah lelah dan berada pada tegangan tinggi. Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat kompleks dan sulit, sehingga
menyita kemampuan para karyawan.
c. Deprivational stress. George Everly dan Daniel Girdano (1980), memperkenalkan istilah deprivatioanal stress untuk menjelaskan kondisi pekerjaan yang tidak menantang atau tidak menarik lagi bagi para
karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan,
ketidakpuasan, atau pekerjaan tersebut kurang mengandung unsure social
(kurangnya komunikasi sosial).
d. Pekerjaan beresiko tinggi. Adanya beberapa jenis pekerjaan yang termasuk
dalam pekerjaan beresiko tinggi atau berbahaya bagi keselamatan, seperti
pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam
kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasa menggunakan gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat.
Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stres kerja.
2. Konflik peran
Adanya sebuah penelitian tentang stres kerja menemukan bahwa
sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan yang memiliki
struktur yang kurang jelas akan menyebabkan terjadinya stres karena
konflik peran. Mereka stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan
tidak tahu apa yang diharapkan oleh pihak manajemen (Rice, 1992).
atau organisasi tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main, visi
dan misi yang kerapkali tidak dikomunikasikan pada seluruh
karyawannya. Akibatnya, sering muncul rasa ketidakpuasan kerja,
ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul keinginan untuk
meninggalkan pekerjaannya.
3. Pengembangan karir
Setiap orang pasti punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di
suatu perusahaan atau organisasi. Harapan akan kesuksesan karir, akan
menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari kehari. Namun pada
kenyataanya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan
karier yang baik sering kali tidak terlaksana. Alasannya bias
bermacam-macam, seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian
prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan atau
karena tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan.
4. Struktur organisasi
Salah satu penyebab kurangnya struktur organisasi karena
perusahaan di Indonesia yang masih penuh dengan budaya nepotisme dan
minimnya kejelasan strutur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang
dan tanggung jawab serta minimnya keterlibatan atasan membuat
karyawan jadi stres karena mereka merasa seperti anak ayam kehilangan
Handoko (1995), menyatakan stres yang dialami oleh para karyawan
disebabkan karena kombinasi stressors, ada dua kategori penyebab stres, yaitu :
a. On the job
1. Beban kerja yang berlebihan
Kondisi kerja yang berlebihan terjadi pada saat sebuah pekerjaan
melampaui kapasitas atau kemampuan pekerja. Ketidakseimbangan
antara kemampuan individu dan tuntutan kerja ini menyebabkan
terjadinya stres kerja.
2. Tekanan atau desakan waktu
Pekerja harus menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa dukungan
waktu yang cukup dan tidak adanya tenggang waktu. Hal ini
menyebabkan pekerja merasa tertekan sehingga mengalami stres kerja.
3. Kualitas supervisor yang jelek
Kualitas seorang supervisor yang tidak memperhatikan prestasi
kerja setiap karyawannya. Hal ini juga didukung oleh Parkinson yang
menyatakan bahwa peningkatan prestasi harus diimbangi dengan
pemberian tanggung jawab, bahwa semakin meningkat prestasi
seorang karyawan maka tanggung jawab yang lebih besar harus
diberikan kepadanya sehingga keseimbangan akan selalu tercipta.
Sehingga jika kualitas supervisornya jelek maka tidak akan tercipta
keseimbangan antara peningkatan prestasi pekerja dengan peningkatan
4. Iklim politik yang tidak aman
Keadaan politik yang tidak menentu menyebabkan struktur
dalam organisasi menjadi berubah, misalnya situasi Negara yang tidak
aman karena iklim politik yang tidak menentu sehingga menyebabkan
organisasi untuk ditutup, hal ini menyebabkan stres bagi para
karyawan.
5. Kemenduaan peran (role ambiguity)
Hal ini biasanya terjadi pada organisasi yang besar dan struktur
organisasinya kurang baik sehingga karyawan kadang-kadang tidak
tahu apa sebenarnya yang diharapkan perusahaan dan ia akan bekerja
tanpa arah yang jelas. Kondisi ini akan menjadi ancaman bagi para
karyawan karena mereka harus berhadapan dengan ketidak pastian
akan perkembangan karir mereka nantinya. Ancaman ini jika tidak
segera diatasi maka akan menimbulkan stres kerja. Akibatnya akan
menimbulkan penurunan kinerja, meningkatnya ketidakpuasan kerja,
kecemasan, stres dan keinginan keluar dari pekerjaan.
6. Konflik antar pribadi dan antar kelompok
Konflik yang terjadi akan menyebabkan timbulnya stres, karena
pada dasarnya hubungan yang baik antar pribadi dan antar kelompok
akan membantu para karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya
b. Off the job
1. Kekuatiran financial
Adanya kekuatiran akan keuangan para karyawan menyebabkan
mereka kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja.
2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak
Anak-anak yang sering sakit-sakitan, anak-anak yang terkena
narkoba, anak-anak yang terkena delinkuesi. Masalah-masalah ini akan menyebabkan para orang tua sebagai karyawan akan mengalami
kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja.
3. Masalah-masalah fisik
Karyawan yang sering mengalami sakit secara fisik, akan lebih
mudah tertekan dibanding karyawan yang jarang atau hampir tidak
pernah mengalami sakit fisik. Karena mereka tidak akan dapat bekerja
secara maksimal sehingga hasil yang dicapai juga tidak memuaskan.
4. Masalah-masalah perkawinan
Adanya masalah dalam perkawinan, misalnya terjadinya
perceraian akan menyebabkan terganggunya konsentrasi karyawan
dalam bekerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stres kerja dapat
disebabkan oleh sumber-sumber stres kerja yang berasal dari lingkungan
pekerjaan dan lingkungan diluar pekerjaan misalnya keluarga dan dari diri
C. Akibat-akibat Stres Kerja
Stres di tempat kerja sering dihubungkan dengan sejumlah kondisi fisik
dan sejumlah dampak negatif yang timbul di organisasi atau perusahaan yang
lebih merugikan dibandingkan dengan kecelakaan kerja.
Luthans (1995) menyatakan bahwa akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
stres kerja dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Gangguan fisiologis, seperti : tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi,
penyakit jantung, tukak lambung, radang persendian, dan gangguan fisik
lainnya.
2. Gangguan psikologis, dimana stres dapat menimbulkan kemarahan,
kecemasan, depresi, nervous, irritabilitas, dan kebosanan. Semua itu dapat
mempengaruhi suasana hati dan keadaan emosi lain yang berkaitan erat
dengan erat dengan prestasi kerja, menurunnya harga diri, kebencian
terhadap pengawas, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan menyebabkan
keputusasaan serta timbulnya ketidakpuasan kerja.
3. Gangguan tingkah laku, misalnya : makan yang berlebihan atau nafsu
makan berkurang, gangguan tidur, merokok, menggunakan alkohol secara
berlebihan serta penggunaan obat-obatan yang berlebihan.
Sedangkan menurut Anoraga (2001), menyatakan bahwa akibat-akibat
stres terhadap seseorang dapat bermacam-macam dan hal ini tergantung pada
kekuatan konsep dirinya yang akhirnya menentukan besar-kecilnya toleransi
orang tersebut terhadap stres. Tetapi meskipun demikian fleksibilitas dan
dengan baik. Orang-orang yang kaku atau fanatik terhadap ambisi-ambisi dan
norma-norma yang dipegangnya cenderung mengalami keadaan yang lebih
buruk apabila dia tidak berhasil mengatasi stresnya. Reaksi-reaksi yang
muncul apabila seseorang menerima stres dapat digolongkan sebagai reaksi
jasmaniah (fisiologis) dan reaksi rohaniah (psikologis) yang meliputi kelakuan
sikap menarik diri, bertingkah laku agresif, dan tingkah laku yang tidak
terorganisasi.
D. Pengaruh Faktor-faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres
Robbins (1996) menyatakan adanya perbedaan pada setiap individu
dalam hal muncul tidaknya stres. Sumber stres yang berasal dari lingkungan
kerja, organisasioanal dan individual, dampaknya untuk masing-masing
karyawan akan berbeda, hal ini karena timbul tidaknya stres tergantung pada
penafsiran dan persepsi masing-masing karyawan terhadap stressor yang dihadapinya. Stres kerja disebabkan oleh hampir semua kondisi kerja, kondisi
kerja yang dapat menimbulkan stres kerja tergantung oleh persepsi dan reaksi
individu terhadapnya. Dengan demikian sumber stres dapat berasal dari
apapun yang dipersepsikan seseorang sebagai ancaman terhadap dirinya. Stres
kerja dapat dialami oleh siapa saja yang berada dalam kondisi tertentu dan
berada dalam berbagai jenis pekerjaan. Seseorang dengan jabatan tinggi
maupun yang mempunyai jabatan yang lebih rendah dapat memiliki stres kerja
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat stres meliputi
(Robbins,1996) :
a. Tuntutan tugas adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kerja
seseorang (karyawan) termasuk didalamnya adalah desain dari pekerjaan
atau tugas individual, kondisi kerja, dan layout fisik pekerjaan.
b. Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan-tekanan pada seseorang sebagai
fungsi peran, khususnya dal;am organisasi. Peran yang berlebihan terjadi
apabila karyawan diharapkan mengerjakan lebih dari waktu yang
ditentukan.
c. Interpersonal adalah tekanan-tekanan karena pengaruh karyawan lain.
Dukungan sosial yang kurang dari rekan kerja dan hubungan antar pribadi
yang terbatas dapat menyebabkan stres, terutama antar karyawan dengan
kebutuhan sosial yang tinggi.
d. Struktur organisasi menentukan tingkat perbedaan dalam suatu organisasi,
tingkat aturan dan batasan, dan dimana keputusan-keputusan diambil.
Aturan yang berlebihan dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan
keputusan yang mempengaruhi seorang karyawan dapat menjadi sumber
potensial stres.
e. Kepemimpinan organisasi menandai gaya manajerial dari atasan atau
eksekutif dari suatu organisasi. Beberapa atasan atau pimpinan
menciptakan suatu tekanan yang ditandai dengan ketegangan, ketakutan,
f. Kehidupan organisasi dimana dalam hal ini empat tahap siklus organisasi
menciptakan macam-macam masalah dan tekanan yang berbeda-beda bagi
karyawan. Pada tahap pertumbuhan dan penurunan pada dasarnya penuh
tekanan (stres). Kecenderungan stres hanya sedikit dalam tahap
kedewasaan.
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stressor. Seorang karyawan dapat mengalami stress oleh hanya satu stressor, tetapi tingkat stres akan meningkat apabila terjadi kombinasi lebih banyak stressor.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin banyak faktor-faktor
penyebab stres, maka akan semakin besar pula kecenderungan tingkat stres
E. Kerangka Penelitian
DAMPAK KARYAWAN
Pimpinan
Rekan Kerja
Tugas
Target
Peraturan
Pelanggan/Kon sumen
Rutinitas
Pribadi Perusahaan
Gangguan Fisiologis
Gangguan Pshikologis
Gangguan Tingkah laku
Kemerosotan Hasil Perush.
Target Tdk Tercapai
Terhambat kemajuan perusahaan
BURUK / BERMASALAH
Keterangan
Karyawan dalam kesehariaannya selalu dihadapkan pada hal-hal seperti
pimpinan, rekan kerja, tugas, target, peraturan,pelanggan atau konsumen dan
rutinitas lainnya yang berhubungna dengan kerja. Jika hal-hal yang ada pada
lingkunga ini buruk atau bermasalah maka pada kenyataannya karyawan akan
mengalami stres. Umumnya hal-hal buruk yang dialami oleh karyawan akan
terbawa-bawa ke lingkungan kerjanya. Stres kerja sangatlah berpengaruh buruk
sekali, baik untuk diri pribadi karyawan itu sendiri maupun bagi perusahaan.
Semakin tinggi tingkat stres seorang karyawan maka semakin tinggi pula resiko
yang akan dialaminya. Biasanya dampak dari stres ini bagi diri pribadi berupa
ganguan fisiologis, psikologis dan gangguan tingkah laku. Stres kerja tidak hanya
berdampak bagi individu dari karyawan itu tadi saja tetapi juga berdampak bagi
perusahaan seperti kemerosotan hasil dari perusahan, target perusahaan tidak
tercapai dan juga terhambatnya kemajuan dari perusahaan. Stres kerja yang di
alami seorang karyawan ini tergantung juga kepada masalah yang dihadapinya.
Semakin besar masalah yang dihadapi oleh seorang karyawan maka semakin
besar pula tingkat stres yang di alami oleh karyawan itu tadi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Case study atau studi kasus ialah metode studi eksploratif dan analitis
yang sangat cermat dan intensif mengenai keadaan pribadi/person, suatu
keluarga, satu institut, kelompok kebudayaan, atau suatu kelompok
masyarakat, yang mana hasil penelitiannya hanya berlaku bagi subyek yang di
teliti. (Pengantar Metodelogi Riset Sosial, DR Kartini Kartono)
Tujuan studi kasus ialah :
1. Untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat stres yang dirasakan staf
Sales Promotion Girls (SPG) di tempat kerjanya.
2. Untuk mengetahui bagaimana penilaian Staf Sales Promotion Girls
(SPG) terhadap faktor – faktor penyebab stres di tempat kerjanya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diwilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Desember 2006 sampai Januari 2007.
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
(SPG) produk kosmetik yang bekerja diseluruh wilayah Kota Yogyakarta.
Jumlah populasinya 316 orang.
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (sugiyono, 2004). Dari populasi tersebut peneliti
menetapkan besarnya sample sebanyak 100 responden.
3) Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel yang jumlahnya
sesuai dengan ukuran sampel yang dijadikan sumber data yang
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili
populasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sampling
non-probability sampling dengan teknik proporsional sampling.
Proporsional sampling merupakan pengambilan sampel dari populasi dengan jalan mengambil sejumlah anggota dari strata masing-masing
sedemikian rupa, sehingga setiap stratum diwakili benar-benar oleh
sekumpulan anggotanya, sebanding dengan perbandingan besarnya
stratum tadi. Hal ini dilakukan pada populasi yang terdiri atas beberapa
sub-populasi yang tidak homogin (yang heterogin). (Pengantar Metodelogi
Riset Sosial, DR. Kartini Kartono, cetakan ke-VII). Dalam penelitian ini
pertimbangannya adalah lama kerja dari SPG untuk produk kosmetik yaitu
D. Karakteristik Responden
Berikut ini data nama produk kosmetik dan sebaran jumlah SPG yang
digunakan sebagai sampel.
Tabel 3.1
Jumlah SPG Berdasarkan Nama Produk kosmetik
No. Nama Produk Jumlah
Populasi
Jumlah Sampel
1. Pixy Cosmetic 31 10 orang 2. Revlon Cosmetic 25 8 orang 3. La Tulip Cosmetic 21 7 orang 4. Sari Ayu Cosmetic 31 10 orang 5. Maybeline Cosmetic 25 8 orang 6. Body Shop Cosmetic 16 5 orang 7. Mirabela Cosmetic 19 6 orang 8. Mustika Ratu Cosmetic 34 11 orang 9. Red – A Cosmetic 18 6 orang 10. Tull Jie Cosmetic 15 5 orang 11. Clinik Cosmetic 18 6 orang 12. Ristra Cosmetic 24 8 orang 13. Biokos Cosmetic 27 9 orang 14. Meco Cosmetic 12 4 orang
Jumlah 316 100 orang
E. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang mendukung penelitian ini adalah :
1. Metode Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara langsung guna memperoleh data yang diperlukan
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung keadaan dan kegiatan yang
terjadi.
3. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan daftar
pertanyaan secara sistematis kepada para responden yang menjadi sasaran
kuesioner.
Kuesioner yang diberikan kepada responden terdiri dari 3 (tiga) bagian,
yaitu :
Bagian I : Berisi tentang karakteristik responden, yang menanyakan umur,
penghasilan perbulan, dan pendidikan.
Bagian II : Berisi pertanyaan mengenai faktor-faktor penyebab stres.
Bagian III : Berisi pertanyaan mengenai tingkat stres bagi para SPG.
Pengukuran faktor-faktor penyebab stres melalui kuesioner
menggunakan skala Likert, kemudian masing-masing kategori tersebut
dikuantitatifkan dengan memberikan skor sebagai berikut :
Sangat Setuju : bobot 5
Setuju : bobot 4
Netral : bobot 3
Tidak setuju : bobot 2
Pengukuran tingkat stres Staf SPG juga menggunakan skala Likert,
dengan skor sebagai berikut :
Selalu : bobot 5
Sering : bobot 4
Kadang-kadang : bobot 3
Sangat jarang : bobot 2
Tidak pernah : bobot 1
Sehingga batas nilai untuk setiap kategori adalah sebagai berikut :
Rendah = 1,00 sampai dengan 2,33
Cukup = 2,34 sampai dengan 3,66
Tinggi = 3,67 sampai dengan 5,00
F. Metode Pengujian Instrumen
Instrument yang dugunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan harus diuji terlebih dahulu, pengujian tersebut
meliputi:
1. Uji Validitas
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui seberapa cermat suatu
butir pertanyaan dari kuesioner dapat melakukan fungsi ukurnya. Dengan
kata lain, uji validitas untuk mengetahui apakah alat penelitian telah
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Semakin tinggi validitas
suatu alat pengukur, semakin tepat validitas kuesioner yang diberikan
kepada responden. Untuk itu digunakan rumus korelasi product moment,
2 2 2 2
)
(
.
)
(
)
)(
(
Y
Y
n
X
X
n
Y
X
XY
n
r
xy∑
−
∑
∑
−
∑
∑
∑
−
∑
=
keterangan :rxy = korelasi produk moment
n = jumlah sampel
X = skor total dari semua item
Y = skor dari setiap item
Pengujian validitas menggunakan bantuan computer dengan program
SPSS 10.00. hasil analisis dilihat pada hasil output kolom Corrected Item-Total Correlation. Angka korelasi yang telah dikoreksi tersebut, kemudian dibandingkan dengan tabel statistic nilai r. Apabila nilai korelasi sebuah item (r hitung) > r tabel, berarti ada hubungan yang nyata antara item
dengan totalnya sehingga butir tersebut dinyatakan valid.
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dari suatu alat ukur, maka
semakin stabil berarti semakin stabil untuk digunakan mengukur suatu
gejala. Test ini hanya digunakan untuk item yang valid. Tingkat reliabilitas
diukur dengan menghitung koefisien alpha (α ) dari Cronbach yang
besarnya berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar koefisien alpha semakin
tinggi tingkat kepercayaan alat ukur tersebut.
Koefisien alpha dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
⎟ ⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛ − − =
1 1
1 V
Vx M
M rtt
Keterangan :
rtt = reliabilitas konsumen
M = jumlah butir pertanyaan
Vx = variansi butir
Vt = variansi total
Analisis reliabilitas dilakukan dengan mencari nilai koefisien
reliabilitas secara keseluruhan untuk tiap instrument. Nilai koefisien
reliabilitas yang digunakan adalah nilai koefisien alpha Cronbach.
Butir-butir secara keseluruhan dalam instrument dinyatakan reliable apabila
mempunyai nilai koefisien alpha Cronbach di atas 0,60.
G. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2004 : 142). Statistik deskriptif antara lain
penyajian data melalui tabel, grafik, perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, dan perhitungan persentase.
Analisis persentase adalah suatu metode analisis yang digunakan
untuk mengetahui sekelompok responden yang paling banyak jumlahnya
atau mempunyai nilai persentase tertinggi. Jadi analisis persentase
berupa karakteristik atau data pribadi responden yang dilakukan dengan
cara mengadakan perbandingan ukuran persentase jawaban responden.
Adapun rumus analisis persentase :
% 100 × = N x P
Keterangan ; P : nilai persentase
x : jumlah responden dengan karakteristik tertentu N : jumlah responden
2. Rata-rata hitung (arithmetic mean)
Rata-rata hitung (arithmetic mean) digunakan untuk menghitung berapa rata-rata skor jawaban yang diberikan responden, sehingga dapat
diketahui besarnya tingkat stres dari responden. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut (Prof. DR. Sugiyono, 2005) :
n x Σ = Χ Keterangan :
X = rata-rata hitung
x
Σ = jumlah skor jawaban
n = jumlah item pertanyaan
Nilai rata-rata yang diperoleh kemudian dikategorikan sebagai
berikut : 33 , 1 3 1 5− =
Sehingga batas nilai untuk setiap kategori adalah sebagai berikut :
Rendah = 1,00 sampai dengan 2,33
Cukup = 2,34 sampai dengan 3,66
Tinggi = 3,67 sampai dengan 5,00
3. Analisis Regresi Linier Ganda
Analisis regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor penyebab stres terhadap tingkat stres SPG produk kosmetik.
Analisis regresi linier ganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
6 5 4 3 2
1+ Χ + Χ + Χ + Χ + Χ
Χ + =
Υ a b b b b b b
Keterangan :
Y = Tingkat stres
X1 = Beban kerja
X2 = Tuntutan peran
X3 = Peraturan kerja
X4 = Kepemimpinan
X5 = Lingkungan kerja
X6 = Konsumen yang menyulitkan
a = Nilai konstanta
b = Koefisien Regresi
4. Uji – F
Untuk mengetahui signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda
maka dalam hal ini digunakan rumus dengan uji F. Adapun rumusnya
(
)
(
1)
/ 1
/
2 2
− − −
=
k n R
k R
Fh
dimana :
R = koefisien korelasi ganda
k = jumlah variabel independent
n = jumlah anggota sampel
F hitung > F table = Ho ditolak Ha diterima
F hitung < F table = Ho diterima Ha ditolak
Ho : tidak ada hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen.
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Dalam setiap penelitian, penggunaan alat pengukur perlu
mendapat perhatian agar hasil yang diperoleh adalah benar dan dapat
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya dari masalah yang diteliti. Alat
pengukur yang ilmiah haruslah memenuhi kriteria valid (sahih) dan reliable
(andal). Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner tersebut terlebih
dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan sekaligus mengungkapkan data-data
dari variabel yang diteliti. Cukupkan reliabilitas adalah kestabilan hasil
pengukuran ketika alat ukur tersebut digunakan oleh siapa saja, kapan dan
dimana saja dengan proses yang sama.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer
program SPSS 10. nilai koefisien korelasi yang telah diperoleh tersebut,
kemudian dibandingkan dengan tabel stastistik nilai r. Apabila nilai koefisien
korelasi sebuah item pertannyaan yang mempunyai nilai r hitung > r table,
koefisien alpha. Jika alpha > r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan
reliabel.
1. Uji Validitas
Hasil uji validitas kuesioner menggunakan 30 orang responden untuk
variabel penyebab stres disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Pneyebab Stres
Nama Item rxy r tabel Kesimpulan
Item 1 0,6137 0,231 Valid Item 2 0,4846 0,231 Valid Item 3 0,4949 0,231 Valid Item 4 0,6272 0,231 Valid Item 5 0,4802 0,231 Valid Item 6 0,3946 0,231 Valid Item 7 0,5890 0,231 Valid Item 8 0,7319 0,231 Valid Item 9 0,4900 0,231 Valid Item 10 0,7315 0,231 Valid Item 11 0,5264 0,231 Valid Item 12 0,4164 0,231 Valid Item 13 0,4132 0,231 Valid Item 14 0,4119 0,231 Valid Item 15 0,6699 0,231 Valid Item 16 0,5321 0,231 Valid Item 17 0,5831 0,231 Valid Item 18 0,9165 0,231 Valid Item 19 0,5518 0,231 Valid Item 20 0,5474 0,231 Valid Item 21 0,6504 0,231 Valid Item 22 0,6224 0,231 Valid
Sumber : Data primer diolah (lampiran 2)
Dari tabel 4.1 di atas terlihat bahwa semua item pertanyaan untuk
tabel, r tabel untuk N = 30 dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,231,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan tersebut valid.
Hasil uji validitas kuesioner menggunakan 30 orang responden untuk
variabel tingkat stres disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Tingkat Stres
Nama Item rxy R tabel Kesimpulan
Item 1 0,3782 0,231 Valid Item 2 0,3707 0,231 Valid Item 3 0,4218 0,231 Valid Item 4 0,4026 0,231 Valid Item 5 0,4386 0,231 Valid Item 6 0,4688 0,231 Valid Item 7 0,5546 0,231 Valid Item 8 0,4492 0,231 Valid Item 9 0,3745 0,231 Valid Item 10 0,4498 0,231 Valid
Sumber : Data primer diolah (lampiran 2)
Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa semua item yang menunjukan
nilai rxy lebih besar dari nilai r tabel, r tabel untuk N = 30 dengan taraf
signifikansi 0,05 adalah 0,231, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
item pertanyaan tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas kuesioner secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Koefisien ALpha Ketentuan Alpha
(alpha > 0,60)
Kesimpulan
Sumber : Data Primer diolah (lampiran 2)
Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa semua variabel penelitian
mempunyai koefisien alpha yang lebih besar dari 0,60, sehingga denagn
demikian dapat disimpulan bahwa kuesioner tersebut adalah reliable.
B. Profil Responden
Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang merupakan
Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetika yang ada dibeberapa tempat di Yogyakarta. Profil responden akan disajikan menurut lama kerja, usia,
pendidikan, penghasilan per bulan, dan status pekerjaan. Data selengkapnya
disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4
Lama Kerja Responden
Lama Kerja Jumlah Persentase
1-2 tahun 31 orang 31 % 3-4 Tahun 49 orang 49 % Lebih dari 5 tahun 20 orang 20 %
Total 100 orang 100 %
Sumber : Data primer diolah (lampiran 3)
Berdasarkan penelitian terhadap 100 orang responden, menunjukan
bahwa responden yang telah bekerja selama 1-2 tahun sebanyak 31 orang atau
sebanyak 31%, responden yang telah bekerja selama 3-4 tahun sebanyak 49
orang atau sebanyak 49% , responden telah bekerja selama 5 tahun atau lebih
sebanyak 20 orang atau sebanyak 20%. Jadi dapat disimpulakan bahwa
Tabel 4.5 Usia Responden
Usia Jumlah Persentase
16-25 Tahun 70 Orang 70 % 26-35 Tahun 30 Orang 30 %
Total 100 Orang 100 %
Sumber : Data primer diolah (lampiran 3)
Berdasarkan penelitian terhadap 100 orang responden, menunjukan
bahwa responden yang berusia 16-25 tahun sebanyak 70 orang (70%),
sedangkan responden yang berusia 26-35 tahun sebanyak 30 orang (30 %).
Jadi dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak adalah yang
berusia 16-25 tahun.
Tabel 4.6
Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Persentase
SLTP 10 orang 10 % SLTA 66 orang 66 % Perguruan Tinggi 24 orang 24 %
Total 100 orang 100 %
Sumber : Data primer diolah (Lampiran 3)
Berdasarkan penelitian terhadap 100 orang responden, menunjukan
bahwa responden dengan tingkat pendidikan SLTP sebanyak 10 orang (10 %),
responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 66 orang (66 %),
cukupkan responden dengan pendidikan perguruan tinggi sebanyak 24 orang
(24 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak adalah
Tabel 4.7
Penghasilan per Bulan Responden
Penghasilan per Bulan Jumlah Persentase
Kurang dari Rp 500.000 22 orang 22 % Rp 500.000 – Rp 1.000.000 71 orang 71 % Rp 1.000.000 – RP 2.000.000 7 orang 7 %
Total 100 orang 100 %
Sumber : Data primer di olah (lampiran 3)
Tabel di atas menunjukan bahwa responden dengan penghasilan per
bulan kurang dari Rp 500.000 sebanyak 22 orang (22 %), responden dengan
penghasilan per bulan Rp 500.000 – Rp 1.000.000 sebanyak 71 orang (71 %),
cukupkan responden dengan penghasilan per bulan Rp 1.000.000 – Rp
2.000.000 sebanyak 7 orang (7 %). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden
yang paling banyak adalah respoden dengan penghasilan per bulan Rp
500.000 – Rp 1.000.000.
Tabel 4.8
Status Pekerjaan Responden
Status Pekerjaan Jumlah Persentase
Paruh waktu (part time) 35 orang 35 % Penuh waktu (full time) 65 orang 65 %
Total 100 orang 100 %
Sumber : Data primer diolah (Lampiran 3)
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekrja penuh
C. Pengelompokan dan Penamaan Faktor
Tabel 4.9
Pengelompokan dan Penamaan Faktor
Faktor Variabel Indikator Nama
1 Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
- Manejer tidak mendukung pekerjaan
- Manejer tidak puas atas puas kerja SPG
- Pengawasan yang ketat dari manejer
- Manejer yang pemarah bila terjadi kesalahan
Faktor kepemimpin
an
2 Item 5
Item 6 Item 7
Item 8
- Tidak nyaman dengan pakaian seragam
- Tata rias terlalu berlebihan
- Kurang percaya diri dengan penampilan
- Harus punya pengetahuan tentang produk kosmetik
Faktor tuntutan
peran
3 Item 9
Item 10
Item 11 Item 12
- Tertekan dengan aturan yang dibuat
- Tidak puas dengan perjanjian kerja
- Tertekan dengan target penjualan - Tertekan karena harus aktif
melakukan promosi
Faktor peraturan
kerja
4 Item 13 Item 14
Item 15
Item 16
- Beban kerja berlebihan
- Tidak mampu melakukan pekerjaannya
- Merasa bosan dengan pekerjaannya
- Sering kerja lembur
Faktor Beban Kerja
5 Item 17
Item 18
Item 19
- Sikap yang tidak baik dari konsumen
- Sering menerima keluhan dari konsumen
- Sering salah paham dengan konsumen
Faktor konsumen
yang menyulitkan
6 Item 20 Item 21 Item 22
- Tidak nyaman dengan tata ruang - Fasilitas kerja kurang memadai - Terjadi ganguan pada lingkungan
kerja
Faktor lingkungan
kerja
1. Kesimpulan
Berdasarkan di atas maka dapat disimpulkan :
• Dari 22 variabel yang diteliti dengan melakukan proses factoring bisa
direduksi menjadi enam faktor.
• Faktor yang terbentuk
FAKTOR 1 : Dinamakan faktor kepemimpinan, terdiri atas indikator
manajer tidak mendukung pekerjaan SPG, pengawasan yang ketat dari
manajer, manajer yang pemarah bila terjadi kesalahan. Perilaku
kepemimpinan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stres kerja
karyawan. Hal ini dapat diatasi dengan menciptakan lingkungan yang lebih
terbuka antara atasan dan bawahan, sehingga dapat terjalin komunikasi yang
lebih baik.
FAKTOR 2 : Dinamakan faktor tuntutan peran, terdiri atas indikator tidak
nyaman dengan pakaian seragam, tata rias terlalu berlebihan, kurang percaya
diri dengan penampilan, dan harus punya pengetahuan tentang produk
kosmetik. Hal ini berarti stres kerja dapat juga dipengaruhi oleh tuntutan
peran sebagai seorang SPG. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan
pelatihan dan peningkatan kemampuan bagi para SPG.
FAKTOR 3 : Dinamakan peraturan kerja, terdiri atas indikator tertekan
dengan aturan yang dibuat perusahaan, tidak puas dengan perjanjian kerja,
tertekan dengan target penjualan, dan tertekan karena harus aktif melakukan
promosi. Peraturan yang sangat ketat dan mengekang kebebasan karyawan
membuat kebijaksanaan yang dapat membuat para karyawan merasa dalam
melakukan aturan yang ditetapkan perusahaan.
FAKTOR 4 : Dinamakan faktor beban kerja, terdiri atas indikator beban
kerja yang berlebihan, tidak mampu melakukan perkerjaannya, merasa
bosan dengan pekerjaannya, dan sering kerja lembur. Keadaan ini
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seorang SPG menjadi
stres. Hal ini dapat diatasi dengan memberikan beban kerja yang sesuai
dengan kemampuan karyawan.
FAKTOR 5 : Dinamakan faktor konsumen yang menyulitkan, terdiri atas
indikator sikap yang tidak baik dari konsumen, sering menerima keluhan
dari konsumen dan sering salah paham dengan konsumen. Sikap yang tidak
baik dan keluhan konsumen karena kesalahpahaman dapat juga
menyebabkan karyawan mengalami stres. Keadaan ini dapat diatasi dengan
memberikan pelatihan terhadap karyawan tentang bagaimana menghadapi
konsumen dengan baik.
FAKTOR 6 : Dinamakan faktor lingkungan kerja, terdiri atas indikator tidak
nyaman dengan tata ruangan kerja, fasilitas kerja kurang memadai, dan
terjadi gangguan pada lingkungan kerja. Keadaan lingkungan yang tidak
mendukung seperti suara yang gaduh atau kurangnya fasilitas yang tersedia
dapat menjadi salah satu faktor penyebab stres. Hal ini dapat diatasi dengan
D. Analisis Penilaian SPG Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Stres dan
Tingkat Stres.
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penilaian SPG
produk kosmetik terhadap faktor-faktor penyebab stres. Untuk itu digunakan
analisis mean arithmetic. Berdasarkan perhitungan menggunakan mean arithmetic diperoleh interval kelas sebesar 1,33. analisis terhadap penilaian SPG terhadapa faktor-faktor penyebab stres dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Analisis penilaian SPG terhadapa faktor 1
Tanggapan SPG terhadap faktor 1 yaitu faktor kepemimpinan
menggunakan analisis mean arithmetic dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.10
Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 1
Item Mean Kategori
Manajer tidak mendukung pekerjaan SPG
2,63 Cukup
Manajer tidak puas atas kerja SPG
2,46 Cukup
Pengawasan yang ketat dari manajer
2,49 Cukup
Manajer yang marah bila terjadi kesalahan
2,49 Cukup
Total Mean 2,52 Cukup
Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)
Hasil perhitungan mengunakan analisis meanarithmetic menunjukan bahwa tangapan SPG terhadap faktor 1 yaitu faktor kepemimpinan
termasuk kategori cukup, yang ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar
2,52. Hal ini menunjukan bahwa SPG menganggap bahwa faktor 1 yang
manajer yang pemarah bila terjadi kesalahan menjadi penyebab tingkat
stres yang cukup.
2. Analisis penilaian SPG terhadap faktor 2
Tanggapan SPG terhadapa faktor 2 yaitu faktor tuntutan peran
mengunakan analisis mean arithmetic dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11
Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 2
Item Mean Kategori
Tidak nyaman dengan pakaian seragam
2,13 Rendah
Tata rias terlalu berlebihan 2,39 Cukup Kurang percaya diri dengan
penampilan
2,27 Rendah
Harus punya pengetahuan tentang produk kosmetik
2,36 Cukup
Total Mean 2,29 Rendah
Sumber : Data Primer diolah (Lampiran 4)
Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadap
faktor 2 yaitu faktor tuntutan peran termasuk kategori rendah, yang
ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar 2,29. Hal ini menunjukan bahwa
SPG menganggap bahwa faktor tuntutan peran yang berhubungan tidak
nyaman dengan pakian seragam, tata rias terlalu berlebihan, kurang
percaya diri dengan penampilan, dan harus punya pengetahuan tentang
produk kosmetik relative, tidak menyebabkan stres.
3. Analisis penilaian SPG terhadap faktor 3
Tanggapan SPG terhadap faktor 3 yaitu faktor aturan perusahaan
Tabel 4.12
Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 3
Item Mean Kategori
Tertekan dengan aturan yang dibuat perusahaan
2,43 Cukup
Tidak puas dengan perjanjian kerja
2,58 Cukup
Tertekan dengan target penjualan
2,30 Rendah
Tertekan karena harus melakukan promosi
2,27 Rendah
Total Mean 2,39 Cukup
Sumber : Data primer diolah (Lampiran 4)
Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadap
faktor 3 yaitu faktor peraturan kerja termasuk kategori cukup, yang
ditunjukan dengan nilai rata-rata sebesar 2,42. Hal ini menunjukan bahwa
SPG menganggap bahwa faktor 3 yang berkaitan dengan aturan yang
dibuat perusahaan, perjanjian kerja, target penjualan dan harus aktif
melakukan promosi menjadi penyebab tingkat stres yang cukup.
4. Analisis Peniliaan SPG terhadap faktor 4
Tanggapan SPG terhadap faktor 4 yaitu faktor beban kerja
Tabel 4.13
Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 4
Item Mean Kategori
Beban kerja yang berlebihan 2,25 Rendah Tidak mampu melakukan
pekerjaannya
2,39 Cukup
Merasa bosan dengan pekerjaannya
2,36 Cukup
Sering kerja lembur 2,35 Cukup
Total Mean 2,34 Cukup
Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tanggapan SPG terhadap
faktor 4 yaitu beban kerja adalah termasuk kategori cukup, yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 2,35. Hal ini menunjukan bahwa
SPG mempunyai tingkat stres yang cukup terhadap pekerjaan yang
dijalankannya. Tingkat stres yang cukup ini dapat berkaitan dengan beban
kerja yang berlebihan, tidak mampu melakukan perkerjaannya, merasa
bosan dengan pekerjaanya, dan sering kerja lembur.
5. Analisis penilaian SPG terhadap faktor 5
Tanggapan SPG terhadap faktor 5 yaitu faktor konsumen yang
Tabel 4.14
Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 5
Item Mean Kategori
Sikap yang tidak baik dari konsumen
2,55 Cukup
Sering menerima keluhan dari konsumen
2,38 Cukup
Sering salah paham dengan konsumen
2,44 Cukup
Total mean 2,46 Cukup
Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tanggapan SPG terhadap
faktor 5 yaitu faktor konsumen yang menyulitkan termasuk kategori
cukup, yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 2,46. hal ini dengan
sikap yang tidak baik dari konsumen, keluhan dari konsumen, dan salah
paham dengan konsumen menjadi penyebab tingkat stres yang cukup.
6. Analsis Penilaian SPG terhadap Faktor 6
Tangapan SPG terhadap faktor 6 yaitu faktor lingkungan kerja
menggunakan analisis mean arithmetic dapat dilihata pada tabel berikut :
Tabel 4.15
Penilaian Karyawan Terhadap Faktor 6
Item Mean Kategori
Tidak nyaman dengan tata ruang kerja
2,36 Cukup
Fasilitas kerja kurang memadai
2,73 Cukup
Terjadi ganguan pada lingkungan kerja
2,72 Cukup
Total Mean 2,60 Cukup
Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadapa
faktor 6 yaitu faktor lingkungan kerja termasuk kategori cukup, yang
ditunjukkan dengan nilai rata-rata sebesar 2,60 hal ini menunjukan bahwa
SPG menganggap bahwa faktor 5 yang berkaitan dengan tata ruang kerja,
fasilitas kerja kurang memadai dan terjadi ganguan pada lingkungan kerja
menjadi penyebab tingkat stres yang cukup.
7. Analisis penilaian SPG terhadap tingkat stres
Tanggapan SPG terhadap tingkat stress mengunakan analisis mean arithmetic dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.16
Penilaian Karyawan Terhadap Tingkat Stres
Item Mean Kategori
Mengalami sakit kepala / pusing 2,64 Cukup Mengalami hipertensi 1,97 Rendah Mengalami mual, diare 1,87 Rendah Mengalami kelelahan fisik 2,34 Cukup Mengalami susah tidur / insomnia 1,99 Rendah Mengalami depresi 1,97 Rendah Mengalami cepat panik 1,93 Rendah Merasa cemas 2,04 Rendah Kehilangan selera makan 2,00 Rendah Hilang ingatan sesaat 1,88 Rendah
Total Mean 2,06 Rendah
Sumber : Data primer diolah (lampiran 4)
Hasil perhitungan menunjukan bahwa tanggapan SPG terhadap
tingkat stres termasuk kategori rendah, yang ditunjukan dengan nilai
rata-rata sebesar 2,06. Hal ini menunjukan bahwa SPG menganggap bahwa
atau dapat dinyatakan bahwa rata-rata para SPG mengalami tingkat stres
yang rendah.
E. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penyebab Stres Terhadap Tingkat Stres
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
penyebab stress yang dirasakan SPG terhadap tingkat stres Sales Promotion Girl (SPG) produk kosmetik. Analisis regresi linier ganda ini dapat dirumuskan dengan model persamaan sebagai berikut :
6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1
1X b X b X b X b X b X
b
Y =α+ + + + + +
Keterangan :
Y = Tingkat Stres
1
X = Beban kerja
2
X = Tuntutan peran
3
X = Peraturan kerja
4
X = Kepemimpinan
5
X = Lingkungan kerja
6
X = Konsumen yang menyulitkan
α = Nilai Konstanta
b = Koefisien Regresi
Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan bantuan komputer