• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan tingkat stres kerja karyawan wiraniaga dan non wiraniaga PT. Gramedia Widiasarana Indonesia [Grasindo] Jakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan tingkat stres kerja karyawan wiraniaga dan non wiraniaga PT. Gramedia Widiasarana Indonesia [Grasindo] Jakarta - USD Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Perbedaan Tingkat Stres Kerja Karyawan Wiraniaga dan

Non Wiraniaga

PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)

Jakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Vincentius Dwi Hartanto NIM : 999114024

NIRM : 990051121705120023

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA JOGJAKARTA

(3)

Ii

(4)

setuj

:

(5)

iv

Motto

Bermimpilah dan bercita - citalah

Karena dengan itu

kita bisa membuat hidup bermakna

Tanpa mimpi dan cita - cita

hidup akan terasa tanpa arah dan tanpa makna

lebih baik ku punya banyak uang

namun ku tidak punya banyak waktu

daripada

ku punya banyak waktu

namun ku tidak punya banyak uang

Ku bukan seorang kapitalis sejati, namun ku coba untuk realistis...

(6)

v

Dengan segala ketulusan, keiklhasan, dan kebahagiaan

hati, karya sederhana ini kupersembahkan pada :

Yesus Kristus yang tidak pernah

meninggalkanku. Ia selalu memberikan kesempatan

dalam proses pendewasaanku.

Bp/Ibu Heribertus Sugimin tercinta, yang tak

pernah lelah memberi kasih sayang dan bekal yang

tak ternilai harganya bagi ananda.

Anto, Hari, Mita, adik – adikku yang tercinta

atas kesabaran dan kasih sayangnya.

Jenny Irawati Pakpahan, kekasihku tercinta,

yang juga selalu dengan sabar dan setia

mencurahkan perhatian dan cintanya.

Almamaterku, fakultas Psikologi Sanata

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,18 Oktober 2007 Penulis

(8)

vii ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Stress Kerja

Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga Pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Vincentius Dwi Hartanto Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Jogyakarta 2007

(9)

viii ABSTRACT

Job Stress Difference Between Sales Employees and Non Sales Employees At PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)

Vincentius Dwi Hartanto Psychology Faculty Sanata Dharma University

Jogyakarta 2007

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Vincentius Dwi Hartanto

Nomor Mahasiswa : 999114024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA KARYAWAN WIRANI-AGA DAN NON WIRANIWIRANI-AGA PADA PT. GRAMEDIAWIDIASARANA IN-DONESIA (GRASINDO) JAKARTA.”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, men-galihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 12 Juni 2008

Yang menyatakan

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Stres Kerja Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia ( Grasindo ) Jakarta.“

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak menerima bimbingan, petunjuk, bantuan dan dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak yang membantu. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankan saya dengan segala kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih sedalam – dalamnya kepada :

1. Bp. P. Eddy Suhartanto, S.Psi .M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia C.M.Y.M, S. Psi., M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terima kasih atas bantuan dan kesabarannya, serta bimbingannya.

3. Bp. Minta Istono, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar memberikan masukan, saran serta bimbingan dan kesempatan kepada saya untuk menyusun skripsi ini.

(12)

x

5. Bp. Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. Dan Bp. V. Didik Suryo Hartoko, S. Psi., M. Si. selaku dosen penguji, terimakasih atas masukan dan saran yang diberikan terhadap kemajuan penelitian saya.

6. Bapak R. Suhartono, Mbak Oki, beserta seluruh karyawan dan staff dari PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), Jakarta, terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian di kantor pusat Jakarta sehingga penelitian berjalan lancar. Dan juga tidak lupa saya ucapkan terimaksih kepada Bp Jarot KCP Grasindo Bandung beserta staf dan karyawan kantor pemasaran Bandung dan Bp Danto KCP Grasindo Jogjakarta.

7. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogya-karta yang telah memberikan segala dedikasinya untuk kemajuan mahasiswa Fakultas Psikologi, terima kasih telah memberikan segala yang terbaik.

8. Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Giyono di sekretariat Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu kelancaran dan proses skripsi, tidak lupa juga terimakasih untuk Mas Muji dan Mas Doni di Lab. Psikologi + Ruang Baca Psikologi atas pinjaman proyektornya ☺.

(13)

xi

bantuannya baik secara moril maupun materil, maaf kalo saya sering buat salah.

10.Terima kasih buat Mas Ojie (Wahyu), Mas Robert Talaud (semoga jadi Romo yang mabrur..eeh salah..bijaksana☺)dan Mas Ruban atas nasehat-

nasehat dan saran kalian, serta mendorongku untuk selalu mengerjakan skripsi dan kuliah ini hingga selesai., Nanto 'n Fam udah mau menampung ku , Danang P, thanks man uda banyak bantu gw, Vidi (vid, sorry yak, ud ngerepotin lo dan buat masalah, sebenernya gw ga ada masalah dulu ga pamit, cuma gw ngerasa ga enak ga bisa bales apa – apa dengan kebaikan dan ketulusan kalian selama gw disana, thanks 4 all ya bro), Deni keep fighting bro!, Cahyo, Adi (Kadal) com'on bro! Ana, Rani, Dela, Yuyun, Onny, Tessa, Aci, Ayu, Dian, Agung, Andi dan Toni nya;) uda kaya anak ma bapak aja hehe..thanks juga ya bro, makasih juga buat Perdana's Gank, Geri, 3K0 (Kodok), Yayak, MB4NG, N3O, masnya n3o dan 3k0 yaitu..3Nd4R:), Pay Jo, Kudis, Monyet (Ricky) n 2 All Of U the Psycho 99'ers n Perdanaer’s.

11.Buat sahabat - sahabatku di Cimahi : Hendra ('ndra ngke nyak?hehe), Yanto, Lucky yang baru married (punten teu bisa datang), n special thanks to alm. Yohanes Kartono Harjoprakoso”..'no..nuhunnya”, doa urang selalu besertamu..semoga Yesus selalu besertamu di alam sana, urang moal poho ka maneh, kajeun maneh geus euweuh..!

(14)

xii

kita, mari kita maafkan mereka yang telah merenggut hak - hak kita, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat!"...thanks ya bro, jadikan ini pengalaman pahit buat kita..thanks to Robert, Pak De Omes!, Gimbal dan Handoko.

13.Teman-teman RSJ (Realino Scooter Jogja) keep rollin' Bro! Hidup Realino!..Realino "Tai Kebo"!

14.Dan untuk semua yang telah mendukung baik lahir maupun batin, yang belum tersebut namanya saya ucapkan terima kasih atas dukungannya selama saya kuliah dan mengerjakan skripsi di Universitas Sanata Dharma Jogjakarta.

Saya merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu saya mohon maaf atas kesalahan dan kelalaian yang telah saya lakukan saat melakukan penelitian, baik sikap, tutur kata, maupun tulisan. Saya juga menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 30 November 2007

Penulis

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Pertanyaan penelitian ... 9

C. Tujuan penelitian ... 9

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis ... 9

(16)

xiv BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Stres ... 10

1. Stressor ... 12

2. Stressed ... ... 12

3. Transacsion ... ... 13

B. Pengertian Stres Kerja ... ... 13

1. Stres Kerja Bersifat Potensial ... ... 15

2. Stres Kerja Bersifat Nyata ... 15

a. Gejala Psikologis ... 15

b. Gejala Fisik ... 15

c. Gejala Perilaku ... 16

C. Penyebab Stres Kerja ... 17

D. Akibat Stres Kerja ... 20

1. Dampak Terhadap Perusahaan ... 20

2. Dampak Terhadap Individu ... 21

a. Kesehatan ... 21

b. Psikologis ... 22

c. Interaksi Interpersonal ... 23

E. Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Wiraniaga dan Non Wiraniaga…..25

F. Hipotesis ... 29

(17)

xv

B. Identifikasi Variabel - Variabel Penlitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 30

D. Metode Penentuan Subyek Penelitian ... 33

E. Lokasi Penelitian ... 33

F. Metode Pengumpulan Data ... 34

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36

1. Validitas ... 36

2. Reliabilitas ... 37

H. Uji kesahihan Item ... 38

I. Metode Analisis Data ... 38

BAB IV PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 40

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 42

C. Try Out alat penelitian ... 43

1. Persiapan Try out alat penelitian ... 43

2. Uji Coba Alat Ukur ... 43

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 44

1.1 Uji Kesahihan Aitem ... 44

1.2 Uji Realibilitas ... 46

C. Penelitian 1. Persiapan Penelitian ... 47

(18)

xvi

2.1 Uji Normalitas Sebaran ... 47

2.2. Uji Homogenitas ... 48

2.3. Uji Hipotesa ... 49

2.4. Kategori Skor Penelitian ... 51

D. Pembahasan ... 52

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran penelitian ... 55

1. Bagi Karyawan ... 55

2. Bagi Perusahaan ... 55

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Pernyataan Skala Stres Kerja...35

Tabel 2. Tabel Spesifikasi Item Skala Stres Kerja...35

Tabel 3. Tabel Data Subjek………..….42

Tabel 4. Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Stres Kerja Sebelum Uji Coba...45

Tabel 5. Tabel Spesifikasi Skala Tingkat Stres Kerja Setelah Uji Coba...45

Tabel 6. Hasil Penghitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov...48

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Varians...48

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis...49

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian...51

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat ukur skala, Skala Tingkat Stres kerja Lampiran 2. Analisis butir, Reabilitas dan validitas Lampiran 3. Data Penelitian

Lampiran 4 Uji Asumsi : Uji Normalitas, Kolmogorov Sminrnov, Uji Homogenitas Varian, Analisis Uji-t

(21)

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia sangat erat kaitannya dengan dunia kerja, dimana untuk

mempertahankan hidupnya manusia harus bekerja. Bekerja adalah merupakan

salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti telah dikemukakan

oleh Maslow (1967a) teori mengenai motivasi manusia, bahwa manusia

mempunyai dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan dasar (basic needs) dan

metakebutuhan – metakebutuhan (metaneeds). Kebutuhan dasar meliputi rasa

lapar, kasih sayang (afeksi), rasa aman, harga diri dan sebagainya. Sedangkan

metakebutuhan – metakebutuhan meliputi kebaikan, keteraturan, kesatuan,

keindahan dan sebagainya. Yang membedakan diantara dua kebutuhan tersebut

adalah kebutuhan dasar akibat dari kekurangan sedangkan metakebutuhan

metakebutuhan adalah kebutuhan untuk pertumbuhan (Hall & Lindzey, 1978).

Bekerja adalah merupakan salah satu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan –

kebutuhan dasar tersebut. Manusia bekerja karena memang manusia merasa

kekurangan dan untuk menutupi kekurangannya tersebut sebagai kompensasinya

manusia harus bekerja.

Gejolak ekonomi dan politik di Indonesia yang mulai dirasakan setelah

berlangsungnya krisis moneter membuat keadaan Indonesia yang sebelumnya

dikenal sebagai negara berkembang terpuruk menjadi negara miskin. Hal ini salah

satunya berdampak pada dunia industri di Indonesia dengan menurunnya minat

(22)

mnenanamkan modal, mereka menarik modalnya kembali bagi, hal ini

menyebabkan banyak perusahaan tidak mampu lagi menahan guncangan finansial

sehingga banyak perusahaan pun terpaksa harus merumahkan beberapa karyawan

atau bahkan seluruh karyawan dikarenakan perusahaan tersebut gulung tikar.

Akibatnya tingkat pengangguran tinggi dan lapangan pekerjaan pun semakin

sempit.

Dengan keadaan yang demikian tentu membuat manusia semakin tertantang

untuk mempunyai kemampuan – kemampuan khusus agar bisa mendapatkan

pekerjaan yang layak. Manusia berlomba – lomba untuk menjadi yang terbaik dan

bekerja sebaik mungkin untuk bisa memberikan hasil yang terbaik bagi

perusahaan. Hal ini dijadikan dasar penilain kerja bagi para karyawan dan sebagai

kompensasinya perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan para karyawan.

Dalam dunia kerja para karyawan tentu tak lepas dari berbagai macam

masalah, dimana para karyawan dihadapkan pada berbagai macam kondisi dan

situasi baik itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Dengan

kondisi dan situasi yang seperti itu karyawan dituntut untuk selalu bekerja secara

cepat, tepat, efisien dan sesempurna mungkin. Seringkali kebijakan – kebijakan

dari pihak perusahaan tidak mau tahu akan berbagai keadaan yang dialami

individu, hal ini tentu semakin mempersulit keadaan para karyawannya. Selain

berbagai macam masalah yang berkaitan dengan lingkungan pekerjaannya, para

karyawan juga dihadapkan pada masalah – masalah diluar lingkungan kerjanya.

Seperti masalah dengan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, serta

(23)

Keadaan diatas ditengarai sebagai suatu stresor yang dapat menimbulkan

stres kerja pada individu, dan apabila individu tersebut gagal dalam beradaptasi

dengan kondisi kerja akan mengakibatkan timbulnya perasaan terancam pada

individu (Lazarus, dkk, 1976). Stres secara umum adalah sesuatu yang menekan

individu melibatkan aspek psikologis dan fisiologis (Lazarrus dan folkman, 1984).

Stres juga diartikan sebagai sesuatu yang menunjukan perasaan tertekan bagi

individu dalam hidupnya (Davis, 1981). Secara sederhana stres adalah tekanan

yang terlalu besar bagi kita (Towner, 2002). Namun stres tidak melulu berasal dari

tekanan – tekanan karena pekerjaan atau hal – hal lainnya diluar pekerjaan, stres

juga bisa berasal karena tidak adanya tantangan atau tekanan yang berarti, hal ini

malah dapat menimbulkan kejenuhan yang juga dapat menjadikan stresor bagi

individu tersebut Locker & Gregson, (2004) Stres dapat didefinisikan sebagai

sebuah keadaan yang kita alami ketika ada ketidaksesuaian antara tuntutan –

tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya.

Stres kerja sendiri dapat disebabkan oleh hampir semua kondisi kerja tetapi

timbul tidaknya stres sangat tergantung pada persepsi dan reaksi individu terhadap

stres dalam pekerjaannya itu (Davis,1981). Locker & Gregson,(2004)

menyebut-kan beberapa stresor yang diakibatmenyebut-kan oleh pekerjaan, yaitu, beban kerja

berlebihan – terlampau banyak tugas, tekanan waktu dan tenggat waktu yang tidak

mungkin terpenuhi, perubahan prosedur, komunikasi buruk–tidak tahu apa yang

sedang terjadi dan tidak merasa sebagai bagian dari organisasi, peran kerja yang

dipahami atau diidentifikasikan dengan buruk. Stres kerja dapat terjadi sementara

(24)

menangani dan mengatasinya. Jika stres terjadi sementara dan secara perlahan,

kebanyakan individu dapat menanganinya secara cepat (Davis, 1981).

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami oleh seseorang

akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga

menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan

penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang

tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama

masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan

tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Plaut dan Friedman (1981)

berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian

tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang

seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem

autoimmunenya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh

di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood

seseorang sedang positif. Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stres

dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap daya

tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang dialami

seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami seseorang

itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response dan

akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh

Kementrian tenaga kerja Inggris memperkirakan bahwa di tahun 1993

sekitar 30 sampai 40 persen absen karena sakit berhubungan dengan stres.

(25)

diantaranya disebabkan karena stres (Towner, 2002). Stres kerja pada tingkat

moderat yang dialami didalam kurun waktu yang panjang akan berpengaruh

negatif terhadap performance karyawan yang nantinya akan berpengaruh negatif

pula terhadap produktifitas kerja karyawan. Dengan demikian stres kerja

merupakan ancaman terhadap efisiensi dan ancaman terhadap produktifitas kerja

Robins (1986). Stres kerja pada para karyawan tentu sangat mempengaruhi hasil

kerjanya. Hal ini tentu juga akan mempengaruhi produksi dan pendapatan bagi

perusahaan. Perusahaan pun harus menyadari secara penuh, bahwa stres itu ada,

apabila hal ini berlanjut dan tidak tertangani dengan baik tentu akan berakibat

sangat buruk bagi perusahaan tersebut.

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia.

Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat

keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan

individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di

antara karyawan di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka produktivitas

dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh

organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi

mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa

mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit

Organisasi.

Pada penelitian kali ini peneliti mencoba mengangkat tema mengenai

perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

(26)

mengangkat topik ini sebagai tema penelitian kali ini. Yang menjadikan alasan

kuat saya tertarik mengangkat tema ini adalah, saya pernah bekerja pada sebuah

perusahaan percetakan, saya melihat keseharian mereka dikantor baik itu para

karyawan wiraniaga dan non wiraniaga secara kasat mata mereka tampak baik –

baik saja dan tidak tampak jika mereka mengalami stres yang berarti. Sepertinya

kondisi dan keadaan mereka sama, dan hal inilah yang menjadikan suatu

pertanyaan bagi saya, apakah ada perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan

wiraniaga dan non wiraniaga? Mengingat sebagai karyawan wiraniaga baik itu

secara teoritis maupun kondisi dilapangan tentunya memiliki kecenderungan

tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan non wiraniaga.

Wiraniaga dan non wiraniaga merupakapan dua jenis pekerjaan yang berbeda,

baik dari karakteristik pekerjaan dan juga penghasilan yang diterima.

Wiraniaga dianggap sebagai pekerjaan yang sulit dan menimbulkan potensi

stresor yang tinggi. Banyak kita lihat iklan – iklan lowongan pekerjaan baik itu

melalui media cetak maupun media elektronik, mencantumkan lowongan

pekerjaan sebagai wiraniaga. Tidak hanya melalui media, bahkan pada acara –

acara bursa lowongan pekerjaan banyak sekali yang membutuhkan karyawan

bagian pemasaran ini. Dan biasanya para pencari kerja enggan atau menghindari

pekerjaan sebagai karyawan bagian pemasaran dengan berbagai macam alasan.

Image sebagai wiraniaga sebagai pekerjaan yang dipandang rendah karena,

pekerjaan sebagai wiraniaga dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bisa

menjamin masa depan karena status mereka biasanya hanya sebagai karyawan

(27)

karena selalu dikejar – kejar omzet dan cukup menimbul-kan potensi stresor yang

tinggi, selain itu terkadang upah yang diterima pun tidak pasti, tergantung omzet

penjualan yang didapat. Hal – hal demikian yang seringkali menjadikan

pergantian karyawan wiraniaga pada suatu perusahaan sangat sering terjadi. Baik

itu dari pihak karyawannya yang tidak bersedia memperpanjang kontrak ataupun

dari pihak perusa-haan yang tidak memberikan perpanjangan kontrak kerja kepada

karya-wan yang beresangkutan.

Wiraniaga banyak terlibat langsung dengan konsumen, wiraniaga

merupakan ujung tombak dari perusahaan, tanpa adanya wiraniaga tentu produk –

produk yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan dikenal de-ngan baik oleh

konsumen atau bahkan sama sekali konsumen tidak me-ngenal produk – produk

dari perusahaan. Wiraniaga juga membawa citra dan nama baik perusahaan

dimata konsumen. Dimana tugas seorang wira-niaga adalah memperkenalkan dan

memasarkan produk – produk perusahaan. Wiraniaga inilah yang menentukan

berhasil atau tidaknya perusahaan menjual produknya. Keberhasilan dalam

pemasaran banyak tergantung pada keterampilan para wiraniaga dalam

menyesuaikan produk perusahaan dengan kebutuhan konsumen dan juga dalam

melakukan penjualan (Clindiff, Shill & Giovoni, dalam Dwiatmaja, 2005).

Kegigihan, ketekunan serta strategi pemasaran yang baik sangat diperlukan bagi

seorang wiraniaga dalam memasarkan produk perusahaan. Dilapangan tentunya

seorang wiraniaga harus bisa bersaing dengan sesama wiraniaga dari perusahaan

lain. Penghasilan dari wiraniaga tentunya sangat bergantung dari omzet penjualan

(28)

harus berusaha keras dengan mendongkrak penju-alan akan produk – produk

perusahaan.

Lain halnya dengan karyawan bagian administrasi yang tampaknya “ adem

ayem” saja. Para pencari kerja tentunya akan lebih tertarik bekerja sebagai

karyawan bagian administrasi daripada sebagai wiraniaga, walau mereka sama –

sama berstatus sebagai karyawan kontrak. Penghasilan mereka tetap, beberapa

dari mereka juga tidak terlibat langsung dengan konsumen, namun mereka juga

memiliki tugas yang tidak mudah. Mereka dituntut untuk bekerja secara cepat,

tepat,teliti dan rapih. Terutama karyawan pada bagian administrasi, karena

kesalahan adminstrasi dapat berakibat fatal bagi perusahaan. Hal ini juga berlaku

bagi karyawan pada bagian gudang dan ekspedisi, dimana perusahaan sangat

membutuhkan ketelitian, ketepatan dan kecepatan mereka dalam bekerja.

Konsumen menginginkan barang – barang yang diterima nanti harus tepat dan

cepat diterima sesuai dengan pesanan.

Walaupun demikian, sesungguhnya karyawan wiraniaga dan non wiraniaga

tetap memiliki tanggung jawab yang juga sama beratnya. Mereka harus bisa

bekerja dengan baik dan mampu menjaga image perusahaan dengan baik di mata

konsumen, hal ini berlaku bagi para karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

Mereka juga harus memiliki loyalitas dan totalitas tinggi terhadap perusahaan.

Tekanan akan pekerjaan inilah yang disinyalir akan menimbulkan stresor yang

menyebabkan stres kerja.

Tingkat kerja karyawan bagian wiraniaga tampak cenderung memiliki

(29)

demikian? Itulah yang akan diungkap pada penelitian kali ini. Hal inilah yang

membuat peneliti tertarik untuk mengangkat tema ini sebagai tema penelitian kali

ini.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan tingkat stres kerja karyawan wiraniaga dan non

wiraniaga pada PT. Gramedia Widiasarana Indonesia ( Grasindo ) ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Memberi pemahaman dan informasi kepada pembaca mengenai perbedaan

tingkat stres kerja pada karyawan wiraniaga dan non wiraniaga.

b. Sebagai suatu wacana dan bahan refleksi bagi para karyawan khususnya,

serta staf HRD dan kepada para pembaca pada umumnya.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan pada ilmu psikologi pada umumnya dan pada ilmu psikologi

Industri pada khususnya mengenai perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan

(30)

Bab II

DASAR TEORI

A. Pengertian Stres

Pada kehidupan yang serba modern dan berteknologi tinggi saat ini,

cenderung membawa manusia kedalam keadaan yang penuh tekanan, apabila

individu tersebut tidak mampu beradaptasi, baik itu dengan lingkungan diluar

dirinya ataupun dengan berbagai kehendak dan kemampuan yang berasal dari

dalam dirinya, maka individu akan mengalami stres. Individu cenderung akan

mudah terjebak dalam situasi yang membuat dirinya berada dalam kondisi yang

menekan dan individu tersebut tidak mampu untuk melawan segala keterbatasan

dalam dirinya, hal ini akan menimbulkan perasaan tertekan, frustasi, konflik, serta

perasaan bersalah.

Stres berasal dari bahasa latin “ stringere “ yang berarti menarik erat

(Arnold, dalam Statt, 1994). Dalam bahasa perancis kuno “ destrese “ yang berarti

ditempatkan dalam kesempitan atau tekanan (Fontana, dalam Statt, 1994). Secara

sederhana Anoraga dan Suyati (1995) mendefinisikan stres sebagai suatu

tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan

di lingkungannya yang dirasakan menganggu dan mengakibatkan dirinya

terancam.

Menurut Selye (1979), stres merupakan kelelahan dan ketegangan yang

pada dasarnya merupakan salah satu reaksi tubuh yang tidak spesifik dari dalam

diri manusia, dari suatu tuntutan (demand). Hal ini diperjelas oleh Taylor (1991)

(31)

mengganggu atau mengancam fungsi fisik ataupun psikologis. Reaksi psikologis

dan fisiologis tersebut terjadi apabila individu menghadapi ketidakseimbangan

antara tuntutan terhadap diri mereka dengan kemampuan untuk memenuhinya.

Tuntutan tersebut dapat berupa tuntutan dari dalam diri individu itu sendiri,

seperti keinginan – keinginan atau dorongan – dorongan individu dan juga

tuntutan yang berasal dari lingkungan individu.

Menurut Cox & Mackay (dalam Frazer, 1992), stres adalah gejala yang

sangat individual. Stres adalah hasil penafsiran seseorang mengenai

keterlibatannya dalam lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan

psikososial. Stres atau ketegangan timbul sebagai suatu hasil dari

ketidak-seimbangan antara persepsi orang itu mengenai tuntutan yang dihadapinya dan

persepsinya mengenai kemampuannya untuk menanggulangi tuntutan tersebut.

Secara umum stres dapat dipahami sebagai sesuatu yang menekan individu

melibatkan aspek fisiolgis dan psikologis (Lazarus dan Folkman, 1984), sesuatu

yang menekan dan memaksa individu tersebut adalah untuk bertindak dan berfikir

lebih cepat dan intensif dari yang dikehendaki. Stres merupakan reaksi fisik dan

psikis terhadap perubahan – perubahan yang dialami oleh individu. Reaksi antara

lain degup jantungnya yang cepat, perut mual, mulut terasa kering dan tubuh

mengeluarkan keringat terus menerus. Reaksi psikis antara lain penarikan diri dan

mekanisme pertahanan ego. Namun demikian terjadinya stres dalam diri individu

tergantung pada kemampuan penyesuaian diri yang dimilikinya. Bila seseorang

(32)

banyak berpengaruh. Sebaliknya jika tidak mampu menyesuaikan diri maka stres

akan mengganggu kesehatan fisik dan psikisnya (Tyrer, 1980).

Stres juga dapat diartikan sebagai keadaan mental yang tertekan karena

adanya tuntutan seperti persoalan rumah tangga, lingkungan kerja, dan masyarakat

sebagai akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya (Kusumaatmaja,

1991). Hal ini juga dikemukakan oleh Hardjana (1994) bahwa stres adalah

keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi antara orang yang mengalami

stres dan hal – hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang

bersangkutan melihat ketidakseimbangan baik nyata atau tidak nyata, ada tiga hal

yang saling terkait dari stres :

a. Stresor

Berbagai macam hal, peristiwa, orang – orang, keadaan yang menjadi

sumber stres.

b. Stresed

Orang yang mengalami stres, dari segi orang yang mengalami stres, yang

perlu diperhatikan adalah tanggapan atau respon orang terhadap hal – hal yang

dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang terhadap sumber stres dapat

menggejala pada psikologis dan fisiologis. Tanggapan itu disebut “ strain “ yaitu

tekanan atau tegangan orang yang sedang mengalami stres. Secara psikologis

tekanan dan ketegangan membuat pola pikir, emosi dan perilakunya kacau. Secara

fisiolagis tampak degup jantungnya yang cepat, perut mual, mulut terasa kering

(33)

c. Transaction

Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi

penyebab stres.

Namun stres juga dapat dikatakan sebagai situasi yang memiliki

karakteristik tuntutan lingkungan yang melebihi kemampuan individu untuk

merespon lingkungan, tidak hanya lingkungan fisik namun juga lingkungan sosial

(Evans,1982). Gibson, Ivan Cevich, dan Donley (1985) juga berpendapat bahwa

stres adalah suatu respon adaptif yang dipengaruhi oleh karakteristik individual

atau proses psikis sebagai konsekuensi perilaku atau kejadian – kejadian

lingkungan yang menimbulkan akibat – akibat khusus secara fisiologis maupun

psikologis.

Dari beberapa penjabaran mengenai pengertian stres diatas, dapat ditarik

kesimpulan secara sederhana, bahwa stres adalah suatu keadaan, situasi, ataupun

tanggapan dari individu yang menyebabkan individu tersebut berada dalam

kondisi terancam, baik secara fisik maupun secara psikologis. Ancaman tersebut

berupa berbagai macam bentuk tekanan dan tuntutan baik itu yang berasal dari

dalam diri individu itu sendiri maupun yang berasal dari lingkungan diluar diri

individu tersebut.

B. Pengertian Stres Kerja

Dinamika stres kerja tidak berbeda jauh dengan dinamika stres pada

umumnya. Stres kerja terjadi ketika tidak ada keseimbangan antara individu dan

(34)

terhadap situasi dengan kemampuan karyawan atau tidak terpenuhinya kebutuhan

karyawan akibat beban kerja yang terlampau berat (Zimbardo & Ruch, 1980).

Lazarus (dalam Frazer 1985), stres kerja hanya berhubungan dengan

kejadian – kejadian di sekitar tempat kerja yang merupakan bahaya ancaman dan

perasaan – perasaan yang relevan mencakup rasa takut, rasa aman, rasa bersalah,

marah, sedih, putus asa dan bosan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Shinn,

Rosario, Morch, dan Chesnut (1984) yang mengartikan stres kerja sebagai kondisi

lingkungan kerja yang negatif yang dihadapi oleh karyawan dan respon karyawan

terhadap kondisi tersebut, baik itu respon yang bersifat psikologis maupun yang

bersifat fisiologis. Hampir sejalan dengan Shinn dkk, Arsenault dan dolan (1983)

mengemukakan bahwa stres kerja merupakan kondisi yang tidak menyenangkan

yang timbul karena karyawan merasa terancam dalam bekerja. Perasaan yang

tidak menunjukan ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian antara karakteristik

tuntutan – tuntutan pekerjaan dengan kemampuan sistem kepribadian karyawan.

Menurut Nainggolan (1993), yang dimaksud stres kerja adalah stres yang

terjadi dalam dunia pekerjaan. Stres ini terjadi karena adanya stresor atau tuntutan

dari lingkungan pekerjaan terhadap inidividu yang bersangkutan. Bernardin &

Russell (1993) berpendapat stres kerja adalah situasi dimana faktor – faktor dalam

pekerjaan mengubah kondisi psikologis atau fisiologis, akibatnya pekerja tidak

menjalankan fungsinya secara normal.

Menurut Sculer (1980) stres kerja merupakan suatu keadaan dimana faktor –

faktor yang berhubungan dengan pekerjaan saling mempengaruhi dan mengubah

(35)

1. Stres kerja bersifat potensial

Stres kerja yang merupakan hasil dari adanya interaksi karyawan dengan

lingkungannya yang berkaitan dengan persepsi individu terhadap sumber –

sumber di lingkungan kerja, dimana lingkungan kerja merupakan hal yang

potensial menimbulkan stres.

2. Stres kerja bersifat nyata

Interaksi karyawan dengan sumber stres dimana ineraksi tersebut lebih

mengarah pada respon individu dalam menghadapi stres tersebut.

Menurut Beehr dan Newman (1978) gejala stres kerja dapat dibagi dalam 3

(tiga) aspek, yaitu :

a. Psikologis

Merupakan gejala – gejala yang mengindikasikan gejala stres dimana hal ini

berimbas pada keadaan psikis individu, gejala – gejala tersebut berupa :

kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan,

komu-nikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan

diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual,

kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas, kehilangan

semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.

b. Fisik

Berbeda dengan gejala psikologis, apa yang dialami individu ketika

mengalami stres, dimana stres juga sangat mempengaruhi individu secara fisik.

Gejala – gejala fisik itu antara lain berupa : meningkatnya detak jantung dan

(36)

gastrointestinal, misalnya gangguan lambung, mudah terluka, mudah lelah secara

fisik, kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering

berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan

otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur).

c. Perilaku

Stres sangat mempengaruhi individu baik itu secara psikologis maupun

secara fisik namun tidak sampai disitu saja, efek yang berupa psikologis dan fisik

tersebut kemudian berubah menjadi suatu bentuk – bentuk perilaku, yang

mencerminkan keadaan psikologis dan fisik individu. Perilaku – perilaku tersebut

antara lain : menunda ataupun menghindari pekerjaan /tugas, penu-runan prestasi

dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku

sabotase, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal

(kebanyakan atau kekurangan), kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis

berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti

ngebut, berjudi, meningkatnya agresivitas, dan kriminalitas, penurunan kualitas

hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, kecenderungan bunuh diri.

Berdasarkan beberapa pandangan dari para ahli diatas berkaitan dengan

stres kerja, secara umum dapat disimpulkan bahwa, stres kerja merupakan

ketidaksesuaian atau ketidakseimbangan antara kemampuan individu dan tuntutan

akan pekerjaannya yang menjadikan individu merasa tertekan dan terancam

sehingga hal ini sangat mempengaruhi individu tersebut baik itu secara psikologis,

(37)

C. Penyebab Stres Kerja

Untuk memahami sumber stres kerja, kita harus melihat stres kerja ini

sebagai interaksi dari beberapa faktor, yaitu stres di pekerjaan itu sendiri sebagai

faktor eksternal, dan faktor internal seperti karakter dan persepsi dari karyawan itu

sendiri. Dengan kata lain, stres kerja tidak semata-mata disebabkan masalah

internal, sebab reaksi terhadap stimulus akan sangat tergantung pada reaksi

subyektif individu masing-masing. Beberapa sumber stres yang menurut Cooper

(1983) dianggap sebagai sumber stres kerja adalah stres karena

1. Kondisi Pekerjaan

a) Lingkungan Kerja

b) Overload.

c) Deprivational stres.

d) Pekerjaan Berisiko Tinggi.

2. Konflik Peran

3. Pengembangan Karir

4. Struktur Organisasi

Beberapa psikolog menggunakan kata – kata overload dalam menjelaskan

penyebab stres kerja yang terbagi menjadi dua bagian ( Margolis, Kroers & Quinn

; dalam Schultz and Schultz, 1990 ) yaitu :

a. Quantitative overload, yaitu kondisi dimana tuntutan pekerjaan yang harus

diselesaikan dalam batas waktu tertentu sangat tinggi. Kondisi ini mengacu pada

jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu. Hal ini

(38)

and Schultz, 1990) terhadap karyawan pabrik Volvo swedia yang menemukan

bahwa penyebab stres pada karyawan adalah work overload.

b. Qualitative overload, adalah tingginya tingkat kesulitan pekerjaan yang

harus diselesaikan oleh karyawan. Berkaitan dengan hal ini French (dalam Freser,

1985) menyatakan bahwa faktor penyebab stres kerja yang potensial adalah

ketidakmampuan karyawan dalam memenuhi tuntutan tugas yang terlalu tinggi.

Stres timbul setiap kali terjadi perubahan keseimbangan sebuah komplek manusia,

mesin dan lingkungan. Menurut Frazer (1992), komplek itu merupakan suatu

sistem interaktif, stres juga dapat dibangkitkan oleh berbagai sebab yang

sederhana maupun yang rumit.

Locker & Gregson, (2004) menyebutkan beberapa stresor yang diakibatkan

oleh pekerjaan, yaitu, beban kerja berlebihan–terlampau banyak tugas, tekanan

waktu dan tenggat waktu yang tidak mungkin terpenuhi, perubahan prosedur,

komunikasi buruk–tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak merasa sebagai

bagian dari organisasi, peran kerja yang dipahami atau diidentifikasikan dengan

buruk. Stres kerja dapat terjadi sementara atau berkelanjutan, hal ini tergantung

dari bagaimana karyawan tersebut dapat menangani dan mengatasinya.

Menurut Levi (dalam, Frazer, 1992), akhir – akhir ini memang muncul

kesadaran yang semakin tinggi bahwa kehidupan kerja telah menghadapkan

manusia pada banyak rangsangan psikologi sosial yang mungkin berbahaya.

Faktor – faktor yang mungkin berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja adalah

akibat dari komitmen manusia, hubungan dengan rekan – rekan kerja, penilaian ,

(39)

Luthans (1985) juga memberikan penjelasan bahwa, sumber – sumber stres

bisa berasal dari empat faktor, yaitu :

a. Sumber dari luar organisasi, yang meliputi perubahan sosial, teknologi,

keluarga, kondisi ekonomi dan financial, kelas dan ras, dan kondisi lingkungan.

b. Sumber dari dalam organisasi, yaitu meliputi strategi dan kebijaksanaan

administrasi, desain dan struktur organisasi, proses organisasi dan kondisi kerja.

c. Sumber kelompok, yang dikategorikan menjadi tiga area, yaitu : kurangnya

kohesivitas kelompok, kurangnya dukungan kelompok, dan interindividual,

interpersonal dan intergroup konflik.

d. Sumber dari diri karyawan itu sendiri, misalnya peran yang ambigu, adanya

konflik di lingkungan keluarga dan kepribadian individu yang mempengaruhi

dalam bekerja.

Menurut DSM IV R diperoleh 9 indikator stres karena dianggap sesuai

dengan stres yang disebabkan oleh pekerjaan, yaitu ketidakpuasan kerja, perasaan

tertekan, perasaan cemas, komitmen yang rendah, rendahnya rasa harga diri dan

percaya diri, mengingkari situasi, rasa kegagalan, rasa bermusuhan, kesulitan

konsentrasi. Selanjutnya dari 9 indikator tersebut digabung menjadi 5 indikator

karena dianggap mempunyai pengertian yang sama. Hal ini dilakukan dengan

asumsi orang akan memberikan respon yang sama bila dihadapkan pada suatu

persoalan yang muncul karena pekerjaan. Yaitu, perasaan cemas, ketidakpuasan

(40)

D. Akibat Stres Kerja

Seperti yang telah di paparkan diatas bahwa stres kerja disinyalir dapat

membawa dampak yang buruk bagi para karyawan yang mengalaminya, dampak

tersebut bisa berupa psikologis maupun fisik. Baik itu secara langsung ataupun

tidak langsung dan di sadari maupun tidak di sadari tentu juga akan berdampak

pada perusahaan itu sendiri dan juga tentunya berdampak pada individu itu

sendiri.

1. Dampak Terhadap Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh

manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan

menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan

menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula

jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka

produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami

oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi

mengundang penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa

mengalami penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit

Organisasi.(www.e-psikologi.com, 2002)

Randall Schuller (1980), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif

karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang

dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan

(41)

Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja

dapat berupa:

a) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun

operasional kerja

b) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja

c) Menurunkan tingkat produktivitas

d) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial

yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan

biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.

Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan

tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya

kesalahan yang berulang.

2. Dampak Terhadap Individu

Dampak stres kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal

(www.e-psikologi.com, 2002)

a) Kesehatan

Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk

mencegah serangan penyakit. Istilah "kebal" ini dikemukakan oleh dua orang

peneliti yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada

pada tubuh manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu,

(42)

Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan

sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan

tubuh, baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh

sistem tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stres

dan immunocompetence. Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di

bidang kedokteran untuk menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari

sistem kekebalan tubuh.

b) Psikologis

Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang

terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres

kronis. Stres kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan

seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stres kronis umumnya

terjadi di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam

perkawinan yang tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya,

orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan.

Menurut Miller (1997), seorang peneliti asal Amerika, akar dari stres kronis

ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan

terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa

"membawa" stres ini kemana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga;

stres kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga

tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang

(43)

penderita stres kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau

meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi.

c) Interaksi Interpersonal

Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak

dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam

membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat,

bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara

berbeda oleh orang yang sedang stres.

Selain itu, orang stres cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan

dirinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa

percaya diri dan harga diri. Akibatnya, dia lebih banyak menarik diri dari

lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul

dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah,

mudah emosi. Tidak heran kalau akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh

rekan-rekannya. Respon negatif dari lingkungan ini malah semakin menambah

stres yang diderita karena persepsi yang selama ini ia bayangkan ternyata benar,

yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang

disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya.

Robins (1986) mengemukakan bahwa stres kerja pada tingkat moderat yang

dialami dalam kurun waktu yang panjang akan berpengaruh negatif terhadap

performance karyawan yang nantinya akan berpengaruh negatif pula terhadap

produktifitas kerja karyawan. Dengan demikian stres kerja merupakan ancaman

(44)

Menurut Luthans (1985), akibat stres meliputi 3 bagian gangguan fisiologis,

psikologis dan tingkah laku.

Higgins (1982) juga berpendapat, bahwa stres kerja timbul dari pekerjaan

ataupun diluar pekerjaan dalam jangka waktu yang lama dan dapat menimbulkan

penyakit fisik serta gangguan jiwa.

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stres yang dialami oleh seseorang

akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga

menyimpulkan bahwa stres akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan

penyakit dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang

tersebut cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama

masa penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan

tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah. Plaut dan Friedman (1981)

berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan. Hasil penelitian

tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang

seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem

autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi

tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat

mood seseorang sedang positif. Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang

stres dihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stres terhadap

daya tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stres yang

dialami seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stres yang dialami

(45)

response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan

tubuh

E. Tingkat Stres Kerja Antara Karyawan Wiraniaga dan Non

Wiraniaga

Karyawan wiraniaga adalah para pekerja yang bekerja pada bagian

marketing atau pemasaran. Dimana tugas seorang wiraniaga adalah

memper-kenalkan dan memasarkan produk – produk perusahaan. Karyawan wiraniaga

ini-lah yang menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan menjual produknya.

Keberhasilan dalam pemasaran banyak tergantung pada keterampilan para

wiraniaga dalam menyesuaikan produk perusahaan dengan kebutuhan konsumen

dan juga dalam melakukan penjualan (Clindiff, Shill & Giovoni, dalam

Dwiatmaja, 2005)

Pekerjaan sebagai karyawan wiraniaga tentulah tidak mudah, mereka

diharuskan langsung berhadapan dan berinteraksi dengan konsumen yang

memi-liki berbagai macam karakteristik yang berbeda. Dia harus memimemi-liki keahlian

ter-sendiri dan keahlian itu haruslah mempunyai maksud dan tujuan yang positif,

dalam arti mampu “membujuk” konsumen agar percaya dan pada akhirnya

memutuskan untuk membeli produk tersebut.

Bagi konsumen yang terbuka terhadap sesuatu yang baru tentunya tidak

menjadi masalah berarti bagi para wiraniaga ini untuk menawarkan produknya.

Akan tetapi tidak semua konsumen itu dapat menerima segala yang baru, bahkan

(46)

Selain itu perusahaan juga selalu memberikan target penjualan bagi para

karyawan wiraniaga, hal yang juga kerap kali menjadi momok bagi para

wiraniaga adalah omzet penjualan. Disatu sisi mereka harus bisa mengejar target

penjualan, namun disisi lain mereka kerap kali harus berhadapan dengan

penolakan konsumen. Hal ini yang membuat tekanan akan pekerjaan terhadap

karyawan wiraniaga semakin meningkat. Dari segi pendapatan, karyawan

wiraniaga bisa dikatakan tidak tetap, mereka bergantung akan pencapaian omzet

penjualan.

Apabila kita melihat keadaan para karyawan wiraniaga, mereka seringkali

dihadapkan pada suatu kondisi ketidakseimbangan antara kemampuan karyawan

dengan beban kerja yang berlebih, bahkan secara “frontal”, dalam artian

perusahaan seringkali memberikan target atau omzet penjualan yang sangat tinggi

dan terkadang tidak logis dimata para karyawan. Sehingga untuk mendapatkan

penghasilan yang sesuai dan demi mempertahankan pekerjaannya mereka harus

bekerja “ekstra” keras. Karena penilaian prestasi kerja mereka seutuhnya bukan

hanya dari sekedar loyalitas atau totalitasnya saja terhadap perusahaan, namun

yang utama adalah lebih ditekankan pada berapa banyak barang yang dapat ia jual

pada pelanggan dihubungkan dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan

menurut grade atau pangkat yang ia miliki (Dwiatmaja, 2005), dan juga

bagaimana kemampuan karyawan tersebut dapat menjalin hubungan baik dengan

konsumen.

Ditengah persaingan yang semakin ketat antara perusahaan – perusahaan

(47)

penuh tekanan. Permasalahan yang muncul tidak hanya berasal dari dalam

perusahaan namun juga berasal dari luar perusahaan.

Hal diatas menunjukan sangat tingginya stresor yang dialami oleh para

karyawan wiraniaga. Banyak dari mereka yang tidak dapat mempertahankan

pekerjaannya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Selye (1979), stres merupakan

kelelahan dan ketegangan dari suatu tuntutan (demand), kelelahan dan ketegangan

membuat mereka merasa sudah tidak mampu lagi melakukan pekerjaannya.

Lain halnya dengan karyawan non wiraniaga, karyawan non wiraniaga

adalah karyawan yang bekerja selain pada bagian marketing, bisa dari staff

direksi, dari bagian personalia atau staff HRD, dari bagian administrasi, dan lain –

lain, mereka rata-rata tidak langsung berhadapan dengan konsu-men, mereka juga

bekerja tidak dikejar-kejar dengan omzet. Selain itu pendapatan mereka bisa

dikatakan tetap, berbeda dengan karyawan wiraniaga, dimana pendapatan mereka

tergantung pada pencapaian omzet. Keadaan para karyawan non wiraniaga bisa

dikatakan lebih baik daripada para karyawan wiraniaga, namun tidak menutup

kemungkinan mereka juga berada pada kondisi yang sama. Walaupun

permasalahan yang menjadikan stresor bagi mereka pun berbeda.

Dengan berbagai posisi dan status yang berbeda tentunya juga membawa

stresor yang berbeda pula. Bagi para karyawan administrasi berada di kantor

dengan pekerjaan yang menumpuk sungguh sangat membosankan. Mereka juga

harus mengerjakannya sesegera mungkin agar pekerjaan tidak menumpuk. Para

karyawan non wiraniaga dihadapkan pada suatu rutinitas yang membuat mereka

(48)

sekompleks yang dialami oleh para wiraniaga. Baik itu dari lingkungan

perusahaan ataupun dari lingkungan sosial. Mereka lebih bisa bertahan daripada

karyawan wiraniaga.

Maslow (1967a) teori mengenai motivasi manusia, menjelaskan bahwa

manusia mempunyai dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan dasar ( basic needs )

dan metakebutuhan – metakebutuhan ( metaneeds ), (Hall & Lindzey, 1978).

Kebutuhan dasar dimana salah satunya adalah berkaitan dengan rasa aman.

Karyawan wiraniaga dan non wiraniaga, sebagai manusia tentunya mereka

didasari oleh kebutuhan akan rasa aman sebagai perwujudan motivasi mereka

dalam bekerja. Tingkat kebutuhan akan rasa aman tentu berbeda halnya apabila

berhadapan dengan dua jenis pekerjaan, yaitu sebagai karyawan wiraniaga dan

non wiraniaga.

Kebutuhan rasa aman bagi para karyawan wiraniaga menjadi lebih tinggi

dari pada karyawan non wiraniaga ketika pekerjaan mereka bisa dikatakan sangat

riskan apabila dikaitkan dengan rasa aman tersebut, dimana pekerjaan mereka

selalu berhadapan pada posisi yang kritis, terlebih karena penilaian kerja mereka

hanya didasarkan pada prestasi kerja mereka, terutama dalam hal pencapaian

omzet penjualan. Apabila mereka tidak mampu mencapai omzet yang telah

ditetapkan oleh perusahaan, yang menjadi taruhannya adalah pekerjaan mereka,

mereka akan kehilangan pekerjaannya dengan tidak diperpanjangnya kontrak

kerja mereka. Status kerja mereka pun hanya sebagai karyawan kontrak, dimana

untuk diangkat sebagai karyawan tetap tidaklah mudah dan harus memakan waktu

(49)

mengundang kekahawatiran tersendiri bagi para karyawan wiraniaga dalam

mempertahankan pekerjaannya sebagai wujud mempertahankan rasa aman itu

tadi.

Berbeda lagi dengan karyawan non wiraniaga, bisa dikatakan tingkat aman

yang dialami oleh para karyawan non wiraniaga tentunya lebih baik dibanding

dengan karyawan non wiraniaga, walau pun semisal mereka sama – sama sebagai

karyawan kontrak. Karyawan non wiraniaga tidak mengalami tekanan sekompleks

yang di alami oleh para karyawan non wiraniaga. posisi mereka bisa dikatakan

lebih aman.

Tampak keadaan karyawan wiraniaga dan non wiraniaga berbeda, tekanan

yang dialami oleh para karyawan wiraniaga pun tidak sebanding dengan yang

dialami oleh para karyawan wiraniaga.

F. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat diberikan hipotesis sebagai

berikut : Ada perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan wiraniaga dan non

(50)

Bab III

Metode Penelitian

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah komparatif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk melihat perbedaan, dengan cara membandingkan

perbedaan tingkat stres kerja ( sebagai variabel tergantung ) antara karyawan

wiraniaga dan non wiraniaga ( karyawan wiraniaga dan non wiraniaga sebagai

variabel bebas) pada perusahaan.

B. Identifikasi Variabel – Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek

pengamatan penelitian (Suryabrata, 1983). Variabel yang akan menjadi objek

penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Variabel Bebas

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau disebut juga sebagai

independent variable (x). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah karyawan

wiraniaga dan non wiraniaga.

2. Variabel Tergantung

Variabel ini merupakan variabel akibat atau disebut juga sebagai dependent

variable (y). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stres kerja.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan atau spesifikasi dari

variabel – variabel penelitian secara konkret berhubungan dengan realitas yang

(51)

penelitian. Definisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Stres Kerja

Adalah stres yang dialami oleh karyawan, disebabkan oleh karena

pekerjaan. Stres kerja ini timbul dikarenakan adanya ketidak sesuaian antara

tuntutan akan pekerjaan dan kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan

itu. Stres kerja akan mempengaruhi fisik, psikolgis, serta perilaku karyawan yang

dapat menyebabkan menurunnya kualitas kerja karyawan.

Stres kerja ini diungkap dengan menggunakan skala tingkat stres kerja yang

disusun berdasarkan aspek – aspek berikut :

a. Psikologis

Berupa : Kecemasan, depresi, merasa terasing, kebosanan, ketidakpuasan

kerja, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan

spontanitas dan kreativitas, kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri

dan rasa percaya diri.

b. Fisik

Berupa : Problem tidur (sulit tidur, terlalu banyak tidur), ketegangan otot,

kepala pusing, migraine, lebih sering berkeringat, mudah lelah secara fisik,

gangguan lambung, meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.

c. Perilaku

Berupa : menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas, penurunan prestasi

dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku

(52)

kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya

agresivitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan

teman.

Tinggi rendahnya tingkat stres kerja dapat diketahui dari banyaknya gejala –

gejala stres yang terdapat pada diri individu yang bersangkutan individu (subjek),

berdasarkan pemaparan gejala – gejala stres diatas. Semakin banyak gejala –

gejala stres yang terdapat pada diri subjek, maka semakin tinggi pula tingkat stres

yang dialami oleh subjek tersebut. Untuk dapat mengetahui tingkat stres tersebut,

digunakan skala tingkat stres kerja. Dengan item – item yang disusun berdasarkan

gejala – gejala stres yang telah disebutkan diatas. Setelah dilakukan perhitungan

terhadap hasil skala maka akan didapatkan skor, semakin tinggi skor yang didapat

maka mengindikasikan semakin banyaknya gejala – gejala stres pada subjek dan

hal ini mengindikasikan pula tingginya tingkat stres kerja, begitu sebaliknya.

2. Karyawan Wiraniaga

Karyawan wiraniaga adalah karyawan yang bekerja sebagai tenaga

pemasaran, dimana tugas mereka adalah memasarkan produk – produk

peru-sahaan dan mempromosikan produk – produk peruperu-sahaan agar dike-nal oleh

kon-sumen, dan konsumen pun mau menggunakan produk terse-but dengan

membe-linya.

3. Karyawan Non Wiraniaga

Karyawan non wiraniaga adalah karyawan bagian editor, karyawan bagian

(53)

D. Metode Penentuan Subyek Penelitian

Populasi menunjuk pada semua individu yang dimaksud untuk diselidiki

dalam penelitian dan mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama ( Hadi,

2000). Populasi yang ingin dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah semua

karyawan/wati dengan batasan sebagai berikut :

a. Telah bekerja atau menjadi karyawan PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

(Grasindo) minimal atau sekurang–kurangnya selama satu bulan.

b. Masuk dalam kriteria karyawan wiraniaga dan non wiraniaga pada PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).

c. Subjek tidak terikat dengan status kerja, usia dan jenis kelamin.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang juga paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama. Peneliti mengambil sampel penelitian terdiri

dari minimal 30 karyawan wiraniaga dan 30 karyawan non wiraniaga PT.

Gramedia Widiasarana Indonesia ( Grasindo ) yang sesuai kriteria dan dirasakan

dapat mewakili karyawan di perusahaan tersebut.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dikantor pusat PT. Grasindo, yang berada di

Jakarta. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa jumlah

subjek pada kantor cabang tidak bisa memenuhi kuota jumlah subjek dalam

penelitian dan pemenuhan kuota jumlah subjek penelitian hanya bisa dipenuhi di

(54)

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode

penyebaran skala dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berisi

faktor-faktor yang hendak diukur dan akan diisi subjek penelitian (Suryabrata, 2002)

Dalam penelitian ini skala Likert dimodifikasi menjadi 4 kategori jawaban

yaitu sangat setuju (SS) - setuju (S) - tidak setuju (TS) - sangat tidak setuju (STS).

Menurut Hadi (1991) modifikasi terhadap skala Likert perlu dilakukan untuk

menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala 5 tingkat yaitu:

1. Kategori belum memutuskan jawaban mempunyai arti ganda, yaitu bisa

diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban, atau bisa juga diartikan

netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu – ragu. Kategori

yang mempunyai arti ganda ini tentu tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

2. Tersedianya jawaban di tengah, dapat menimbulkan kecen-derungan

menjawab ke tengah terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arahan

kecenderungan jawaban, ke arah setuju atau tidak setuju.

3. Maksud kategorisasi jawaban sangat setuju (SS) - setuju (S) - tidak setuju

(TS) - sangat tidak setuju (STS) yaitu untuk dapat melihat kecenderungan

pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.

Dalam pengukuran, setiap butir pernyataan memiliki kemungkinan

(55)

Tabel 1

Skor Pernyataan Skala Stres kerja

Kategori Skor

Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Skala yang digunakan dalam penelitian ini yakni skala tingkat stres kerja.

Skala tingkat stres kerja didasarkan pada 3 aspek, yaitu gejala psikologis, gejala

psikis dan gejala perilaku (Beehr dan Newman, 1978). Pada jawaban yang

diberikan dikenai prosedur penentuan skor (scalling). Skala tersebut disusun dan

berisikan daftar pertanyaan secara tertulis yang sifatnya tertutup.

Jawaban subjek dinyatakan dalam empat alternatif pilihan jawaban yang

harus dipilih salah satu. Butir–butir dalam skala ini berjumlah 60 item dengan

rincian 30 pernyataan yang favorable dan 30 pernyataan yang unfavorable, dengan

nilai penelitian yang diberikan berkisar pada angka satu sampai angka empat.

Dengan mempertimbangan keseimbangan jumlah item pada setiap aspek

stres kerja, maka berikut adalah blueprint skala stres kerja berdasarkan kategori

pernyataan favorable dan unfavorable.

Blue print Skala Stres kerja dapat dilihat sebagai sebagai berikut :

Tabel 2

Tabel spesifikasi item skala Stres Kerja

No Aspek Favorabel Unfavorabel Total

1 Gejala Psikologis 1,4,13,19,25,

31,37,43,49,55

7,10,16,22,28, 34,40,46,52,58

20

2 Gejala Fisik 2,5,14,20,26,

32,38,44,50,56

8,11,17,23,29, 35,41,47,53,59

20

3 Gejala Perilaku 3,6,15,21,27,

33,39,45,51,57

9,12,18,24,30, 36,42,48,54,60

20

(56)

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang saling berkaitan, dimana

tingkat validitas dan reliabilitas dapat menunjukkan mutu seluruh proses

pengumpulan data dalam suatu penelitian. Perlu dilakukannnya pengujian

validitas dan reliabilitas suatu alat ukur digunakan dalam suatu penelitian adalah

bertujuan agar alat yang digunakan dalam penelitian benar-benar dapat mengukur

apa yang diukur dan mempunyai ketepatan untuk mengukur (Singarimbun dan

Effendi, 1985).

a. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu

tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi

apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur

yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Selain itu disini

terkandung pengertian bahwa valid tidaknya suatu alat pengukuran yang

dikehendaki dapat tepat. Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek

kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu

mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran

yang cermat mengenai data tersebut. Cermati bahwa pengukuran itu mampu

memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara

subjek yang satu dengan yang lain (Azwar, 1997).

Validitas merupakan kesahihan alat tes. Kesahihan dibatasi sebagai tingkat

(57)

penelitian

data itu va

apa yang mendefini melakukan tinggi apa ukur yang . Instrumen alid. Valid g hendak isikan valid

n fungsi u

abila skala t

g sesuai deng

n yang valid

artinya inst

diukur (

ditas sebaga

ukurnya. Sk

tersebut me

gan tujuan y

d berarti ala

trumen terse (Sugiono, ai ketepatan kala dapat njalankan f yang dilaku

at yang digu

ebut dapat

1999). S

n dan kece

dikatakan fungsi ukurn ukan dalam unakan unt digunakan edangkan ermatan sua mempunya

nya, atau m

pengukuran

tuk mendap

untuk meng

Azwar (1

atu skala d

i validitas memberikan n. patkan gukur 1999) dalam yang hasil Vali

(content v

terhadap i

Validitas

mencakup

melalui an

iditas instru

validity). Va

isi skala den

isi juga ya

p keseluruh

nalisis rasion

umen yang d

aliditas isi

ngan analis

ang menunj

han kawasan

nal dan pro

digunakan d

adalah vali

sis rasional/

jukkan seja

n isi objek

fesional (A

dalam penel

iditas yang

/ profesiona

auh mana i

k yang hend

zwar,2001)

litian ini ad

diestimasi al judgemen item–item dak diukur . dalah validit lewat peng nt (Azwar,1 dalam alat

r yang dipe tas isi

gujian

1999).

ukur

eroleh

b. RReliabilitas

Reli

asal kata r

dengan sy stabilitas yang tidak pengamata terkandun dinyatakan sampai de iabilitas me

rely dan abi

yarat keand

hasil peng

k berubah

an selanjut

ng dapat d

n oleh koefi

engan 1,00 erupakan te ility. Reliab dalan suatu amatan den dalam kuru tnya (Hadi dipercaya fisien reliabi 0 semakin

erjemahan d

bilitas adalah

instrumen

ngan instru

un waktu p

i, 1991).

kebenarann

ilitas (

tinggi koe

dari kata re

h keandalan

menuntut k

umen (peng pengamatan Dengan ka nya. Dalam yang angk efisien relia

eliability y

n suatu instr

kemantapan

gukuran), d

pertama d

ata lain id

m aplikasin kanya berad abilitas yan yang mempu rumen pene n, keajegan dalam kean dan pengam de pokok nya, reliab

da pada rent

(58)

semakin tinggi tingkat kepercayaan hasil pengukuran alat tersebut bagi kelompok

subyek yang diteliti (Azwar, 1999). Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah

teknik koefisien reliabilitas Alpha dari Cronbach (Azwar,1999). Pengukuran yang

mempunyai reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.

Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,

keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya, namun ide pokok

yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997). Perhitungannya sendiri menggunakan

bantuan program SPSS for Windows versi 13

Gambar

Tabel 1 Skor Pernyataan Skala Stres kerja
Tabel 3 Data Subjek
Tabel spesifikasi skala Tingkat stres kerjasetelah uji coba
Hasil Uji Homogenitas VariansTabel 7
+3

Referensi

Dokumen terkait

Behavioral metrics and normative guidance for household preparedness generally focus on six of the dimensions discussed earlier: hazard knowledge, formal and informal response

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Akbar Andika Gumay 2016

Fungsi yang digunakan dalam memvisualisasikan data dalam bentuk permukaan tiga dimensi disebut fungsi mesh.. Fungsi ini sering disebut sebagai grafik jala yang terdapat

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI DISERTAI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sejak menggunakan gadget, anak menjadi susah diajak berkomunikasi, tidak peduli, sering badmood, tidak mendengarkan nasehat orang tua, tidak terbiasa mengutarakan pendapat dan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Tidak adanya pemerataan dalam pengadaan SDM Kesehatan melalui jumlah formasi yang masih minim yang diberikan oleh

Standar Kompetensi : Setelah menikuti perkuliahan ini diharapkan praja mampu menjelaskan dan menganalisis definisi, maksud dan tujuan, manfaat dan ruang lingkup