• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN TARAF BERFIKIR SISWA DARI OPERASI KONKRET KE OPERASI FORMAL PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR SERTA HASIL UJI COBANYA DI SMP PANGUDI LUHUR KELAS VIII.B WEDI KLATEN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN TARAF BERFIKIR SISWA DARI OPERASI KONKRET KE OPERASI FORMAL PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR SERTA HASIL UJI COBANYA DI SMP PANGUDI LUHUR KELAS VIII.B WEDI KLATEN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah S"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

WEDI KLATEN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

ASTI DWI KUSUMAWATI NIM : 021424031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Hidup adalah anugrah untuk diterima dengan rasa

syukur

Untuk dipenuhi dengan persahabatan

Untuk diabdikan demi kebaikan

Untuk dibagi-bagikan dengan murah hati

Untuk diperjuangkan dengan berani

Untuk diberikan dengan gembira

Hidupilah hidup

Bersyukurlah, rasailah, cecaplah

Betapa hidup lebih berharga dari segala hal

yang lain

Setiap hari, setiap saat, cintailah hidup

Hidup adalah kebahagiaan

Berbesarhatilah karena hidup lebih berharga

dari seluruh dunia ini

De Chee

Skripsi ini Kupersembahkan Untuk

Keluargaku & saudaraku yang telah memberikan makna hidupku jadi berarti

Orang-orang yang kusayangi yang membuat hidupku seperti pelangi

(5)
(6)

pada pokok bahasan suhu dan kalor serta melaporkan hasil uji cobanya pada siswa kelas VIII.B SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai 14 Agustus 2006 dengan mengambil sampel satu kelas yang berjumlah 38 siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal yang merepresentasikan operasi konkret dan operasi formal serta desain pembelajaran sebagai fasilitasi peningkatan dari operasi konkret ke operasi formal pada pokok bahasan suhu dan kalor.Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal dengan fasilitasi menggunakan suatu desain pembelajaran, siswa diminta untuk mengerjakan soal pretes dan postes. Hasil analisis pretes digunakan untuk mengetahui siswa tersebut masuk dalam tahap sensorimotorik, praoperasi, operasi konkret atau operasi formal. Bagi siswa yang masuk tahap sensorimotorik, praoperasi dan operasi formal tidak dianalisis lebih lanjut. Hanya bagi siswa yang termasuk dalam tahap operasi konkret dianalisis lebih lanjut kemudian dibandingkan dengan hasil postesnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 38 siswa ada 44,74% (17) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan operasi konkret, 55,26% (21) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap sensorimotor dan tahap praoperasi serta tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi formal. Dari 17 siswa setelah selama 5 kali pertemuan (8 JP) siswa mengikuti proses pembelajaran dan diakiri dengan postes. Maka hasil tes menunjukkan bahwa untuk soal operasi konkret ada 8 siswa (47,06%) yang mengalami peningkatan dan 4 siswa (23,53%) mengalami penurunan serta 5 siswa (29,41%) yang tetap (menjawab sama untuk soal pretes dan postes). Berdasarkan hasil Uji-T disimpulkan bahwa secara umum tidak ada peningkatan operasi konkret. Untuk soal operasi formal semua mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 20,85%. Berdasarkan hasil Uji-T disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan operasi formal.

(7)

operation in the topic of temperature and heat and to report its test results on the VIII B class of SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. The research was held on 29 July- 14 August 2006 by surveying 38 students as the sample.

Some instruments used in the research are problems that represent a concrete operation and formal operation, and also an instructional design as the improvement facilities from concrete operation to formal one. To know whether there is an improvement of thinking level from concrete operation to formal operation by using an instructional design, students were asked to solve pretest and posttest problems. The result of pretest analysis is used to know in which category a student is classified : the sensorymotoric, preoperation, concrete operation, or formal operation level. Students who are in the sensorymotoric, preoperation, and formal operation level were not being analyzed. Only for them who one classified in the concrete operation, a further analysis was made and then being compared with the posttes result.

The result shows that from those 38 students there are 44.74% (17) students which belong to the concrete operation improvement level of 55.26% (21) students are sensorymotoric, and no student is classified in the formal operation. After joining the instructional process for five times meeting that ended by posttest, 17 students classified in the concrete operation had their change, 8 students got an improvement, 4 students got worse, and 5 students were in steady state. For formal operation problems, all of the 17 students got an improvement with the rate of 20.85%. According to T- test result, it can be conclude that generally there is an improvement of formal operation.

(8)

dengan judul “DESAIN PEMBELAJARAN UNTUK MEMFASILITASI PENINGKATAN TARAF BERFIKIR SISWA DARI OPERASI KONKRET KE OPERASI FORMAL PADA POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR SERTA HASIL UJI COBANYA DI SMP PANGUDI LUHUR KELAS VIII.B WEDI KLATEN”.

Perjuangan untuk mencapai keberhasilan memang berat. Terasa sekali beratnya hingga rasa malas dan putus asa sering mendera. Namun dengan kemauan ingin meraih masa depan telah mendorong penulis untuk tetap berusaha.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, khususnya kepada:

1. Drs.A. Atmadi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memberikan dorongan, semangat, saran dan kritikan serta membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Br. Antonius Parjana, FIC selaku kepala sekolah SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten.

3. Th. Tri Wahono, S.Pd. Selaku guru bidang studi fisika kelas VIIII.B di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten.

4. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Sunarjo dan Bapak Sugeng (sekretariat JPMIPA), atas kerjasamanya dalam melayani pembuatan surat ijin penelitian.

6. Bapak dan ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayangnya. 7. Mbak Ria dan adikku Alm. Jujun tersayang yang selalu ada dalam hatiku. 8. Mas Sudi yang selalu memotivasi dan memberi semangat “Kuliah terus kapan

luluse…………!!!”

9. Rm Nano atas motovasi dan doa-doanya serta kakak-kakakku Fr.Che-Che dan mas Boby, terima kasih atas sharing-sharingnya selama ini.

(9)

Nita, Cicik, Dina, Ari, Mif, Dedik dan Rita, terima kasih atas persahabatannya.

12. Teman-teman kost “Merah” :Yevin, Tia, Ika, Jaiko, Wiwid, Titis, Ardath dan teman-teman “Wiswa lestari” serta saudaraku Rina dan Angga, terima kasih untuk semuanya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi dan proses penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, 8 Februari 2007

Penulis

(10)

HALAMAN PENGESAHAN..………iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………..iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………v

ABSTRAK………vi

ABSTRACT………vii

KATA PENGANTAR………viii

DAFTAR ISI……….x

DAFTAR TABEL………...xii

DAFTAR GRAFIK………xiii

DAFTAR LAMPIRAN………..xiv

BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang………..1

B. Perumusan Masalah………..2

C. Tujuan Penelitian………..2

D. Manfaat Penelitian………3

BAB II DASAR TEORI………...4

A. Pengetahuan Awal………....4

B. Transformasi dari Operasi Konkret ke Operasi Formal………...5

C. Desain Pembelajaran Fasilitasi Perkembangan………7

(11)

C. Sampel Penelitian……….………12

D. Instrumen……….………13

a. Desain Pembelajaran……….………13

b. Instrumen Penelitian………..………16

E. Metode Pengumpulan Data………..……22

F. Metode Analisis Data……….………..22

BAB IV DATA DAN ANALISIS……….………..28

A. Operasi Konkret dan Operasi Formal………..………28

B. Variasi Tahap Perkembangan……….…….41

1. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Konkret………41

2. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Formal ………...……47

BAB V PENUTUP….………..………..………57

A. Kesimpulan……….….57

B. Saran………59

DAFTAR PUSTAKA……….60 LAMPIRAN

(12)

Tabel 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkrit…………...33

Tabel 3.3 Variasi jawaban soal postes………..….35

Tabel 3.4 Hasil postes siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret………...39

Tabel 3.5 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi konkret………...43

Tabel 3.6 Signifikansi peningkatan operasi konkret………..43

Tabel 3.7 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi formal…………...48

Tabel 3.8 Signifikansi peningkatan operasi formal………49

(13)

Grafik 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret………...34 Grafik 3.3 Variasi jawaban soal postes………..………38 Grafik 3.4 Hasil postes siswa yang sebelum pembelajaran berada

pada tahap operasi konkret………..………40 Grafik 3.5 Pergeseran dari soal operasi konkret………..………..42 Grafik 3.6 Pergeseran dari soal operasi formal……….…..……...47

(14)

Penerapan soal terhadap masing-masing rincian kemampuan ……62

Lampiran 2. Desain Pembelajaran 1. Model Pembelajaran “ Suhu dan Termometer”...77

2. Model Pembelajaran “ Kalor dan Suhu Benda”...81

3. Model Pembelajaran “Penghantar dan Isolator Panas”...88

Lampiran 3. Soal pretes……….94

Lampiran 4. Soal postes………...101

Lampiran 5. Fasilitasi Perkembangan pada materi Suhu dan Kalor………109

Lampiran 6. Kunci jawaban soal pretes dan postes……….114

Lampiran 7. Tabel T- test ( Two- Tailed Test)………115

Lampiran 8. Surat permohonan ijin penelitian...116

Lampiran 9. Surat keterangan melaksanakan penelitian...117

(15)

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak teori perkembangan yang dipakai dan digunakan sebagai dasar untuk meneliti perkembangan seseorang. Salah satu teori yang sering dipakai adalah teori perkembangan Piaget. Teori ini menekankan perkembangan kognitif dan dampak dari proses perkembangan tersebut. Perkembangan pemikiran anak, sejak lahir sampai dewasa berbeda, makin maju dan sempurna. Teori Piaget juga sangat membantu pendidik untuk dapat membantu siswa mengembangkan pemikirannya.

Pemikiran siswa berkembang secara perlahan dengan tahap–tahapnya, mulai dari tahap sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret dan akhirnya tahap operasi formal. Karena itu, dalam menyampaikan suatu materi kepada siswa perlu diperhatikan tingkat pemikirannya, dimulai dari yang konkret ke yang abstrak, dari bahan yang mudah ke bahan yang sulit dan dari bahan yang dekat dengannya sampai ke yang jauh. Pengetahuan adalah konstruksi siswa sendiri, maka siswa harus dibantu agar aktif dalam mengolah, mendalami dan membangun

pengetahuannya. Sebagai seorang pendidik kita perlu mengerti tahap

perkembangan siswa sehingga dapat membantu siswa secara lebih tepat. Pendidik perlu menciptakan suasana yang menantang siswa berfikir, merumuskan

pikirannya, dan mengekspresikan apa yang siswa ketahui.

(16)

Pembelajaran dapat dirancang untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir siswa. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk membuat suatu desain pembelajaran untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir siswa dari operasi konkret ke operasi formal, khususnya pada pokok bahasan “Suhu dan Kalor”.

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah taraf berfikir siswa dari operasi konkret dapat meningkat ke operasi formal dengan fasilitasi sebuah pembelajaran pada pokok bahasan Suhu dan Kalor pada siswa kelas VIII.B SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten?"

C. Tujuan Penelitian

(17)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui ada tidaknya peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal dengan fasilitasi menggunakan suatu desain pembelajaran. 2. Dapat menjadi salah satu hal yang dipertimbangkan dalam merancang proses

belajar mengajar.

(18)

A. Pengetahuan Awal

Menurut Piaget dalam Suparno (2001: 24-25), pengertian seseorang itu mengalami perkembangan dari lahir sampai menjadi dewasa. Secara garis besar, Piaget membedakan empat tahap perkembangan kognitif seorang anak (1) tahap sensorimotor yang terjadi sejak anak lahir sampai berumur 2 tahun, (2) tahap pra operasi pada umur 2 tahun sampai 7 tahun, (3) tahap operasi konkret pada umur 7 sampai 11 tahun, dan (4) tahap operasi formal pada umur 11 tahun ke atas. Setiap tahap perkembangan meneruskan tahap yang sebelumnya, membentuk tahap yang baru, dan mengembangkan tahap itu ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Pada skripsi ini yang akan dibahas adalah perkembangan dari tahap operasi konkret ke tahap operasi formal.

Menurut Piaget, urutan tahap itu mempunyai beberapa sifat:

1) Urutan perkembangan tahap–tahap itu tetap, meskipun umur rata-rata terjadinya dapat bervariasi secara individual menurut tingkat inteligensi atau lingkungan sosial seseorang. Urutan tahap sensorimotor, praoperasi, operasi konkret dan operasi formal adalah tetap. Tetapi, kapan tahap-tahap itu dapat berkembang dalam diri seseorang dapat berbeda-beda. Seseorang dapat berkembang lebih cepat, sedangkan yang lain lebih lambat.

(19)

2) Urutan perkembangan itu tidak dapat saling ditukar. Seorang anak tidak dapat sampai pada tahap operasi formal kalau belum melalui tahap operasi konkret.

3) Setiap tahap yang lebih maju mempunyai penalaran yang secara kualitatif berbeda dengan penalaran tahap sebelumnya. Penalaran tahap berikutnya jauh lebih tinggi dari pada yang sebelumnya.

4) Setiap kemajuan dalam penalaran selalu dapat diterapkan secara lebih menyeluruh. Misalnya, seorang anak yang menyadari konsep kekekalan panjang dapat menggunakan penalaran yang sama bagi objek lain yang relevan dan bersesuaian.

5) Kemajuan tahap baru selalu mengandung perluasan dari struktur yang sebelumnya. Struktur yang lama diubah melalui adaptasi, meskipun formulasi yang sebelumnya tidak pernah dihilangkan. Transformasi penalaran yang baru dari yang sebelumnya merupakan perkembangan.

B. Transformasi dari Operasi Konkret ke Operasi Formal

(20)

klasifikasi dengan lebih baik, bahkan mengambil kesimpulan secara probabilitas. Konsep akan bilangan, waktu dan ruang sudah semakin lengkap terbentuk.

Meskipun demikian, pemikiran yang logis dengan segala unsurnya di atas masih terbatas diterapkan pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum diterapkan pada kalimat verbal, hipotetis dan abstrak. Anak pada tahap ini masih tetap kesulitan untuk memecahkan persoalan yang memiliki segi dan variabel terlalu banyak. Maka, meskipun inteligensi pada tahap ini sudah sangat maju, cara berfikir seorang anak tetap masih terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang konkret.

Menurut Suparno (2001: 100 - 101) pada tahap pemikiran operasi formal, berkembanglah logika remaja dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ada peralihan pemikiran dari pengalaman langsung menuju pemikiran yang berdasarkan proposisi dan hipotetis. Asimilasi dan akomodasi terus berperan dalam membentuk skema yang lebih menyeluruh pada pemikiran remaja. Unsur pokok pada pemikiran formal adalah pemikiran deduktif, induktif dan abstraktif. Yang pertama, mengambil keputusan khusus dari pengalaman yang umum, yang kedua mengambil kesimpulan umum dari pengalaman-pengalaman yang khusus dan yang terakhir, abstraksi tidak langsung dari objek.

(21)

referensi pemikiran. Ia juga sudah mengerti probabilitas dengan unsur kombinasi dan permutasi. Pemetaan dan rincian kemampuan untuk operasi konkret dan operasi formal dapat dilihat di lampiran 1.

C. Desain Pembelajaran Fasilitasi Perkembangan

Untuk dapat berkembang ke tahap operasi formal siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret perlu difasilitasi. Pada penulisan ini penulis menyusun desain pembelajaran “ Suhu dan Kalor ” sebagai salah satu fasilitas agar taraf berfikir siswa meningkat dari operasi konkret ke operasi formal.

Dalam desain yang dibuat ada beberapa metode yang digunakan yaitu: a) Demonstrasi

(22)

pembiasan dan pemantulan cahaya, terjadinya gelombang pada tali dan slingki, interferensi dengan tangki riak, pemantulan cahaya oleh cermin, pembiasan cahaya oleh prisma dan lensa, terjadinya gaya pada kawat berarus dalam medan magnet, interaksi antara dua kawat sejajar berarus, terjadinya arus induksi, dan sebagainya.

Menurut Muhibbin Syah (1995: 210 - 211), keunggulan menggunakan metode demonstrasi antara lain (1) perhatian siswa lebih dapat dipusatkan, (2) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, (3) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Selain itu demonstrasi juga memiliki kelemahan, antara lain (1) mahalnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk alat-alat modern, (2) untuk konsep tertentu memerlukan waktu yang lama, (3) untuk kelas yang besar tidak semua siswa dapat melihat dengan jelas kegiatan yang dilakukan, (4) dibandingkan dengan metode eksperimen, dengan metode demonstrasi siswa tidak mengalami percobaan sendiri.

b) Eksperimen

(23)

Eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan untuk memperoleh data sehingga proses analisis dan kesimpulan dapat berlangsung. Dalam eksperimen siswa melakukan sendiri percobaannya (Kartika Budi, 2001: 48).

Melihat dari pengertian eksperimen kita dapat mengetahui keunggulan dari metode eksperimen untuk proses belajar-mengajar di sekolah, antara lain (a) dapat memecahkan berbagai masalah dan uji bermacam-macam hipotesis, (b) dapat terjalin kerja sama untuk saling mendukung percobaan-percobaan, (c) dapat semakin memahami objek atau kejadian, (d) dapat menghidupkan kegiatan belajar, (e) dapat mengaitkan teori dengan peristiwa alam dalam lingkungan, (f) dapat mendorong motivasi siswa, (g) hasil eksperimen lebih mudah diingat daripada informasi melalui metode ceramah, (h) guru dapat melatih penalaran siswa dalam berpikir, (i) melatih sikap siswa dalam melakukan eksperimen (sikap-sikap positif seperti tidak mudah putus asa, kritis, kreatif, terbuka, tidak mudah puas, menghargai dan menerima berbagai masukan dari luar), (j) siswa aktif dalam mencari jawaban dari persoalan yang dihadapi, (k) siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.

(24)

membelinya, (b) memerlukan ruangan atau tempat khusus untuk melakukan eksperimen, (c) memerlukan waktu khusus untuk mempersipakan dan pengemasan alat yang digunakan, (d) kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan salahnya penerimaan informasi bagi siswa.

Dalam metode ini siswa diberikan kebebasan untuk melakukan percobaan dan pengamatan. Dengan demikian siswa memiliki pengalaman sendiri. Percobaan dan pengamatan dapat menghilangkan salah pengertian intuitif siswa. Percobaan yang dilakukan dapat menantang pengetahuan awal siswa apakah benar atau salah (Suparno, 2000). Eksperimen yang memberikan hasil yang bertentangan dengan konsep awal siswa dapat menyebabkan siswa merubah konsepnya dan untuk terjadinya perubahan konsep bergantung pada siswa yang mau belajar dengan aktif.

c) Memunculkan suatu pertanyaan

Kegiatan ini sering dilakukan oleh guru di awal pelajaran. Biasanya ini digunakan oleh guru untuk memancing pengetahuan awal siswa mengenai materi yang sedang diajarkan. Pada penulisan ini penulis juga melakukan hal yang sama pada sub pokok bahasan “ kalor dan suhu benda” serta “ penghantar dan isolator panas”

d) Diskusi kelompok

(25)
(26)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat eksploratif, karena peneliti hanya ingin mengetahui bagaimanakah desain pembelajaran yang dibuat dapat memfasilitasi peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal pada siswa SMP kelas VIII Pangudi Luhur Wedi Klaten, untuk pokok bahasan suhu dan kalor.

B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Juli sampai 14 Agustus 2006. b. Tempat

Penelitian dilakukan di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten, d.a Karangrejo, Pandes, Wedi, Klaten 57461.

C. Sampel Penelitian

Dari 3 kelas VIII yang ada diambil 1 kelas yang dianggap lebih baik dari kedua kelas lainnya yaitu kelas VIII.B yang berjumlah 38 siswa. Menurut guru pengampu bidang studi fisika kelas ini dipilih karena kelas ini cukup aktif selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga selama proses pengambilan data peneliti akan lebih terbantu.

(27)

D. Instrumen

a. Desain Pembelajaran

Untuk memfasilitasi peningkatan taraf berfikir dari operasi konkret ke operasi formal peneliti membuat suatu desain pembelajaran. Ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan desain pembelajaran, antara lain:

a) Memilih pokok bahasan tertentu

Dalam penelitian ini penulis memilih “Suhu dan Kalor” sebagai materi pokok yang akan dipelajari. Materi pokok ini dibedakan menjadi 3 sub pokok bahasan: 1) suhu dan termometer, 2) kalor dan suhu benda, 3) penghantar dan isolator panas.

b) Membuat pemetaan

Pemetaan dibuat dalam bentuk kolom-kolom, agar lebih mudah dalam membaca dan lebih mudah dipahami. Beberapa langkah pemetaan yang dilakukan dalam pembuatan desain ini antara lain:

1. Rincian kemampuan operasi konkret dan operasi formal

(28)

2. Peyusunan soal yang sesuai dengan masing-masing rincian kemampuan

Untuk masing-masing rincian kemampuan pada tahap operasi konkret maupun operasi formal disusun pada soal-soal yang merepresentasikan rincian kemampuan tersebut. Beberapa soal diambil dari sumber utama buku “Teori perkembangan kognitif Jean Piaget” dan beberapa buku pendukung serta ada beberapa soal yang dibuat oleh penulis sendiri dengan mengacu pada penjelasan dari mesing-masing rincian kemampuan. Setiap sumber dari soal ditulis di belakang dari soal. Soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

3. Fasilitasi transformasi dari operasi konkret ke operasi formal

Desain yang dibuat ini sebagai salah satu fasilitasi siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret agar meningkat ke tahap operasi formal. Dalam setiap rincian kemampuan yang ada pada tahap operasi konkret difasilitasi dengan beberapa kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung agar bisa meningkat ke tahap operasi formal. Ada beberapa rincian kemampuan yang ada dalam operasi konkret tetapi tidak ada pada operasi formal maupun sebaliknya. Secara rinci untuk masing-masing rincian kemampuan dan fasilitasinya ada pada lampiran 5.

c) Kekhasan dari desain yang dibuat

(29)

terlihat pada keaktifan siswa dalam setiap proses kegiatan yang dilakukan. Meskipun dari ketiga desain ini menggunakan metode yang berbeda tetapi metode yang dipilih mengaktifkan siswa untuk berfikir, bertindak dan berkomunikasi baik dengan sesama teman maupun dengan guru.

d) Langkah-langkah

Langkah-langkah pembelajaran dalam desain pembelajaran yang di buat secara umum adalah sebagai berikut.

Pertama adalah kegiatan awal. Kegiatan awal adalah motivasi yang dipakai oleh penulis untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan dipelajari. Kegiatan yang dilakukan adalah memunculkan suatu pertanyaan kepada siswa, mengingat kembali peristiwa sehari-hari yang berkaitan dengan konsep tersebut dan mencoba untuk menghubungkannya.

Kedua adalah kegiatan inti. Langkah ini merupakan inti dari proses pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan antara lain: merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulannya.

(30)

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah soal-soal pilihan ganda. Pada setiap soal-soal, diberikan 4 pilihan jawaban. Soal-soal tersebut dikelompokkan merepresentasikan operasi konkret dan operasi formal.

Dari soal yang diberikan, siswa menjawab langsung di lembar soal, karena untuk setiap soal diberikan tempat untuk menjawab langsung dan diberi tempat untuk menuliskan alasan memilih jawaban.

Beberapa rincian kemampuan yang merepresentasikan operasi konkret menurut Suparno (2001: 69-86) antara lain:

a. Adanya transformasi reversibel, yaitu kemampuan anak dalam

mengerti setiap langkah dari proses trasformasi (perubahan). Anak tidak melihat setiap langkah perubahan sebagai yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan. Misalnya anak diberikan benda berputar maka ia sudah dapat melihat seluruh proses berputarnya, bukan hanya kedudukan akhir dan kedudukan awalnya.

b. Sistem kekekalan (konservasi), ini adalah kemampuan anak dalam

mengerti adanya konsep kekekalan objek. Baik itu kekekalan substansi, kekekalan panjang, kekekalan luas, dan kekekalan volume.

c. Seriasi, merupakan kemampuan dalam mengatur atau mengurutkan

(31)

d. Klasifikasi, adalah kemampuan anak dalam mengelompokkan objek-objek secara lebih terstruktur atau kemampuan anak dalam mengklasifikasikan objek secara lebih sistematis.

e. Bilangan, yakni kemampuan anak dalam korespondensi satu-satu dan

sifat kekekalan serta kepandaian anak dalam membuat seriasi dan klasifikasi inklusif. Pengertian anak tentang bilangan bulat bertumbuh.

f. Ruang, waktu dan kecepatan, yaitu kemampuan anak dapat mengerti

relasi urutan waktu (sebelum dan sesudah) dan koordinasi dengan waktu (panjang dan pendek). Apabila anak dihadapkan pada suatu benda maka ia akan memperhatikan laju benda tersebut dan relasi antara waktu dan jarak.

g. Kausalitas, adalah kemampuan anak yang sudah lebih mendalam yaitu

melihat sebab suatu benda. Anak suka mempertanyakan mengapa sesuatu terjadi serta melihat dan meneliti terjadinya berbagai macam hal.

h. Penalaran, adalah kemampuan di mana anak jarang berbicara dengan

(32)

Beberapa rician kemampuan yang merepresentasikan operasi formal menurut Suparno (2001: 88-100) antara lain:

a. Dua reversibel, adalah kemampuan dalam membentuk suatu sistem

kombinasi dan struktur fundamental yang menunjukkan suatu sistem lengkap, di mana sudah dapat menggunakan dua unsur reversibel resiprok (transformasi pencerminan) dan inversi (proses transformasi kebalikan).

b. Pemikiran yang abstraksi reflektif, adalah kemampuan berfikir secara proporsi yaitu pemikiran untuk membandingkan dua hal atau membagikan diantara dua hal. Pada kemampuan ini anak juga melakukan suatu tindakan terhadap objek sehingga terjadi abstraksi.

c. Sistem konbinatoris, anak mampu membuat kombinasi dan permutasi

dalam mengurutkan beberapa benda yang ada.

d. Kombinasi objek-objek dan proposisi, ini adalah kemampuan dalam

mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif atau negatif yang sederhana.

e. Pemikiran deduktif hipotetis, yaitu kemampuan anak dalam menarik

kesimpulan yang penting dari kebenaran yang masih berupa kemungkinan (hipotesis) serta mengambil kesimpulan dari sesuatu yang umum.

f. Pengertian probalitas, adalah kemampuan anak menggunakan sistem

(33)

sehingga dapat menagkap dan menghitung suatu probabilitas misalnya

6 4 3 2 =

.

g. Fleksibel, adalah kemampuan anak dalam menghadapi hasil yang di

luar dugaan karena semua kemungkinan sudah dipikirkan dan dalam menyelesaikan masalah tidak hanya terpaku pada satu metode pemecahan saja.

h. Berfikir induktif saintifik, kemampuan anak dalam mengambil

kesimpulan yang lebih umum berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus serta dapat mengambil kesimpulan secara logis dari data yang ada.

i. Sistem referensi ganda, adalah kemampuan anak dalam

menggabungkan persoalan misalnya pada bahasan benda bertumpuk.

j. Kesetimbangan hidrostatis, adalah kemampuan anak dalam

memahami kesetimbangan dan mengetahui mengapa terjadi kesetimbangan.

(34)

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan diharapkan siswa aktif berfikir maupun bekerja sama dalam kelompok dalam melakukan tugas yang diberikan. Pada saat kerja kelompok setiap kelompok diberikan petunjuk langkah-langkah yang harus dilakukan dan beberapa tugas yang harus dikerjakan. Dengan demikian diharapkan siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret mengalami peningkatan ke tahap operasi formal. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat di desain pembelajaran (lampiran 2).

Kualitas soal hanya ditentukan oleh validitas isi, apakah soal-soal itu bisa mengukur kemampuan taraf perkembangan pikiran siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dibuat oleh peneliti dapat mengukur kemampuan siswa yang berada pada tahap operasi konkret dan operasi formal. Untuk itu peneliti sudah melakukan uji coba alat ukur yang berupa soal-soal tersebut sebanyak 4 kali di 3 SMP yang berbeda-beda dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Soal pretes dan postes terlampir (lampiran 3 dan lampiran 4).

(35)

mana adalah soal-soal yang merepresentasikan masing-masing rincian kemampuan baik dari operasi konkret maupun operasi formal.

Uji coba alat ukur yang kedua dilakukan pada tanggal 6 Maret 2006 di SMP N 2 Prambanan Klaten. Dari hasil uji coba tes tersebut ada 1 soal yang diperbaiki kembali, 1 soal yang di hapus dan 3 soal baru. Soal yang diperbaiki adalah soal nomor 5. Semula gambar yang digunakan adalah sebuah timbangan yang miring seperti pada soal di bawah ini.

Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini!

Bagaimanakah caranya agar timbangan A dan B bisa setimbang? T1

A

B T2

a. dibuat panjang tali di A lebih panjang dari pada di B b. dibuat panjang tali di b lebih pendek dari pada di A c. dibuat lengan T2 lebih pendek dari pada lengan T1

d. dibuat lengan T1 lebih pendek dari pada lengan T2

Kemudian gambar diperbaiki dengan posisi timbangan yang setimbang dengan soal dan pilihan jawaban yang berbeda dari semula.

Ada sebuah timbangan. Lihatlah gambar di bawah ini!

T1

A B

(36)

Dari gambar di atas pernyataan di bawah ini manakah yang benar? a. Semakin berat benda (A), lengan timbangan T1 harus semakin

panjang dari pada T2 agar terjadi kesetimbangan.

b. Supaya terjadi keseimbangan, diperlukan lengan T1 lebih pendek

dari pada lengan T2 bila beban A lebih ringan dari pada beban B.

c. Semakin ringan benda (B), lengan timbangan T2 harus semakin

pendek dari pada T1 agar terjadi keseimbangan.

d. Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang

dari pada lengan T1 bila beban B lebih ringan dari pada beban A.

Soal tersebut diperbaiki karena kurang bisa mengukur kemampuan dalam membandingkan dua hal atau membagikan antara dua hal.

Soal yang tidak digunakan adalah soal nomor 9, karena soal tersebut terlalu sederhana. Sehingga jumlah soal dari 20 menjadi 21.

Uji coba alat ukur yang ketiga dilakukan pada tanggal 27 Maret 2006 di SMP Pangudi Luhur Wedi Klaten. Dari hasil uji coba tes tersebut ada 1 soal yang dihapus dan 3 soal baru. soal yang tidak digunakan adalah soal nomor 3, karena soal tersebut kurang dapat mengukur kemampuan siswa dalam mengatur atau mengurutkan unsur-unsur menurut semakin besar atau kecilnya unsur tersebut (seriasi). Sehingga jumlah soal dari 21 menjadi 23.

Uji coba alat ukur yang keempat dilakukan pada tanggal 24 April 2006 di SMP N 3 Gantiwarno Klaten. Dari hasil uji coba tes terakhir ini diketahui bahwa alat ukur telah memenuhi harapan atau standar.

E. Metode Pengumpulan Data

(37)

konkret dan operasi formal. Hasil jawaban yang diperoleh dimasukkan dalam tabel-tabel yang disediakan untuk mengetahui siswa tersebut masuk dalam tahap operasi konkret atau formal. Bagi siswa yang dari hasil pretesnya termasuk dalam tahap operasi formal dan berada pada tahap di bawah operasi konkret (tahap sensorimotor dan tahap praoperasi) tidak dianalisis lagi, sedangkan bagi siswa yang dari hasil pretesnya termasuk dalam tahap operasi konkret dianalisis lebih lanjut.

Setelah melakukan pretes semua siswa mengikuti proses pembelajaran menggunakan desain pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Kemudian diakhir setelah proses pembelajaran selesai, baru dilakukan postes dengan soal yang sama seperti soal pretes, hanya saja urutan soal diacak.

F. Metode Analisis Data

Hasil jawaban pretes siswa yang sudah diperoleh dimasukkan dalam tabel 3.1

dengan cara memberi tanda cek (√) untuk jawaban yang benar dan tanda silang (X) untuk jawaban yang salah untuk jenis soal operasi konkret dan soal operasi formal.

Tabel 3.1 Variasi jawaban soal pretes

Siswa 1 2 3 …

Jml jawaban

benar

Prosentase (%)

OK

X

OF

OK

Y

OF

OK

Z

OF

ssosoal

(38)

Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal

Dari tabel 3.1 selajutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal.

Dari grafik tersebut akan terlihat siswa mana yang masuk dalam tahap operasi konkret dan operasi formal dengan cara melihat hasil prosentase jawaban yang benar. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan 6 soal dari 11 soal operasi formal (54,54%), siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi formal. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal, siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi konkret. Siswa yang menjawab benar soal operasi konkret di bawah 6 soal dari 12 soal operasi konkret kurang dari (50%), dinyatakan berada pada tahap di bawah operasi konkret, yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi.

Siswa yang masuk dalam tahap operasi formal dan di bawah operasional

konkret (tahap sensorimotor dan tahap praoperasi) tidak dianalisis lagi.. Hanya siswa yang masuk dalam tahap operasi konkret saja yang

perlu dianalisis lebih lanjut.

(39)

Tabel 3.2 Hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret

Siswa 1 2 3 …

Jml jawaban benar Prosen tase (%) soal OK X OF OK Y OF OK Z OF

Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal

Dari tabel 3.2 selanjutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal.

Siswa yang masih berada pada tahap operasi konkret, saat proses pembelajaran berlangsung diharapkan dapat terfasilitasi oleh pembelajaran dengan desain yang dibuat oleh peneliti sehingga setelah proses pembelajaran selesai, siswa dapat meningkat ke tahap operasi formal.

Setelah proses pembelajaran selesai maka dilakukan postes, dan hasil jawaban siswa dimasukkan dalam tabel 3.3

Tabel 3.3 Variasi jawaban soal postes

Siswa 1 2 3 …

Jml jawaban benar Prosen tase (%) soal OK X OF OK Y OF OK Z OF Pilihan jawaban Pilihan jawaban

(40)

OF = Operasi Formal

Dari tabel 3.3 selanjutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal.

Siswa yang berada pada tahap operasi konkret pada saat pretes akan dibandingkan dengan hasil postesnya. Hasil postes siswa ini dimasukkan dalam tabel 3.4

Tabel 3.4 Hasil postes siswa yang berada pada tahap operasi konkret

Siswa 1 2 3 …

Jml jawaban

benar

Prosen tase (%) soal

OK

X

OF

OK

Y

OF

OK

Z

OF

Pilihan jawaban

Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal

Dari tabel 3.4 selanjutnya dibuat grafik perbandingan kemampuan taraf berfikir antara operasi konkret dan operasi formal.

(41)

operasi konkret mengalami perkembangan setelah mengikuti pembelajaran menggunakan desain ataukah tidak.

Untuk menentukan tingkat signifikansi perkembangan dari operasi konkret ke operasi formal digunakan uji-T dengan cara melihat hasil pretes siswa yang berada pada tahap operasi konkret kemudian dibandingkan dengan hasil postesnya. Selanjutnya dianalisis peningkatan untuk masing-masing rincian kemampuan.

Uji-T ini digunakan untuk mengetes satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pretes dan postes. Cara menghitung tingkat signifikansi menggunakan tes-T adalah sebagai berikut.

(

)

( )

(

1

)

2 2

2 1

− ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

Σ Σ − =

N N

N D D

x x trel

Dimana:

D : perbedaan antara score tiap subyek = Xi1 – Xi2

N : jumlah pasang score (jumlah pasangan) Df : N – 1

Dari hasil uji-T akan diperoleh nilai trel yang akan dibandingkan dengan tcrit yang

diperoleh dari tabel lampiran 8. Apabila trel ada diantara tcrit maka tidak signifikan

(42)

A. Operasi Konkret dan Operasi Formal

Data yang berupa hasil jawaban siswa dimasukkan dalam suatu tabel (Tabel 3.1) dengan cara memberi tanda (√) pada baris OK (Operasi

Konkret) dan OF (Operasi Formal) untuk jawaban yang benar dan memberi tanda (X) pada baris OK (Operasi Konkret) dan OF (Operasi Formal) untuk jawaban yang salah.

Selanjutnya setiap siswa secara umum ditentukan berada pada tahap operasi formal, operasi konkret, atau dibawahnya berdasar standar sebagai berikut. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan 6 soal dari 11 soal operasi formal (54,54%), siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi formal. Jika minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal, siswa tersebut dinyatakan berada pada tahap operasi konkret. Siswa yang menjawab benar soal operasi konkret di bawah 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%), dinyatakan berada pada tahap di bawah operasi konkret, yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi.

(43)

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jml Jaw bnr Prosentase (%)

OK √ √ Χ √ √ √ Χ √ √ √ √ √ 10 83.33

1

OF √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ 3 27.27

OK √ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ √ √ 7 58.33

2

OF Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ √ Χ √ Χ 3 27.27

OK √ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ √ Χ 4 33.33

3

OF √ √ Χ Χ Χ √ √ Χ Χ √ Χ 5 45.45

OK √ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ √ Χ 6 50.00

4

OF √ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ 4 36.36

OK Χ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ 4 33.33

5

OF Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ √ Χ 3 27.27

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

6

OF Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ 2 18.18

OK √ Χ √ √ √ √ Χ Χ Χ Χ √ √ 7 58.33

7

OF √ Χ Χ Χ √ √ Χ Χ Χ Χ Χ 3 27.27

OK √ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ Χ Χ Χ 4 33.33

8

OF Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ 0 0

OK √ Χ √ Χ Χ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ 4 33.33

9

OF Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ 3 27.27

OK Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ 2 16.16

10

OF Χ √ Χ Χ Χ √ √ Χ Χ Χ √ 4 36.36

OK √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ 3 25.00

11

OF Χ Χ √ √ Χ √ √ Χ Χ Χ Χ 4 36.36

OK √ X √ √ X √ √ √ √ √ √ X 7 58.33

12

OF X √ X X X X X X X X X 4 36.36

OK √ √ Χ √ Χ √ √ Χ √ √ √ √ 9 75.00

13

OF √ √ Χ Χ Χ Χ X Χ Χ Χ √ 3 27.27

OK √ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ √ 4 33.33

14

OF Χ √ Χ Χ Χ √ X Χ Χ Χ √ 3 27.27

(44)

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jml Jaw bnr

Prosentase (%)

OK √ X √ √ √ √ √ √ X X √ √ 9 75.00

15

OF X √ X X X √ X √ X X X 2 18.18

OK √ √ √ Χ Χ √ Χ Χ X X X √ 5 41.67

16

OF √ Χ Χ Χ √ √ X X Χ X √ 4 36.36

OK √ √ Χ Χ Χ √ Χ √ Χ X X √ 5 41.67

17

OF Χ Χ √ Χ Χ Χ X Χ Χ Χ X 1 9.09

OK √ Χ Χ Χ Χ √ √ Χ X X X √ 4 33.33

18

OF √ Χ Χ Χ Χ √ √ √ X Χ X 4 36.36

OK √ √ √ Χ Χ √ √ Χ √ √ √ X 8 66.67

19

OF Χ √ √ Χ Χ Χ X Χ X X Χ 2 18.18

OK Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ X √ X X 2 16.67

20

OF Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ Χ X 3 27.27

OK √ √ Χ √ √ √ √ √ √ Χ √ √ 10 83.33

21

OF √ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

OK √ √ Χ √ √ Χ Χ Χ X Χ Χ Χ 4 33.33

22

OF √ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 3 27.27

OK √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ 11 91.67

23

OF X X X X X √ X X X X X 1 9.09

OK √ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ Χ √ Χ Χ 4 33.33

24

OF Χ Χ Χ Χ Χ √ X √ Χ Χ X 2 18.18

OK Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ √ √ √ Χ X 4 33.33

25

OF √ Χ √ Χ Χ √ X Χ Χ Χ Χ 3 27.27

OK Χ Χ √ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ X X 2 16.67

26

OF Χ Χ Χ Χ √ Χ √ √ Χ X X 3 27.27

OK √ Χ √ √ Χ √ √ √ √ √ √ √ 10 83.33

27

OF Χ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ X 2 18.18

OK √ Χ Χ Χ √ Χ Χ √ √ Χ Χ √ 5 41.67

28

OF Χ √ √ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ X 3 27.27

soal

(45)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jaw bnr

Prosentase (%)

OK √ Χ Χ √ Χ √ √ √ √ √ Χ Χ 7 58.33

29

OF Χ √ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

OK √ Χ √ √ Χ √ Χ √ Χ √ √ Χ 7 58.33

30

OF Χ √ Χ Χ Χ √ Χ √ Χ Χ Χ 3 27.27

OK Χ Χ Χ Χ √ √ √ Χ Χ Χ Χ Χ 3 25.00

31

OF Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ √ Χ Χ 2 18.18

OK √ Χ Χ √ √ √ Χ √ √ Χ Χ √ 7 58.33

32

OF √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ 2 18.18

OK √ Χ Χ √ √ Χ Χ √ √ Χ Χ √ 6 50.00

33

OF Χ Χ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ √ 3 27.27

OK Χ √ √ √ √ Χ √ Χ Χ Χ √ Χ 6 50.00

34

OF Χ √ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

OK Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ 1 8.33

35

OF Χ √ √ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 3 27.27

OK Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ 1 8.33

36

OF Χ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

OK Χ Χ √ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ √ 4 33.33

37

OF Χ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ √ Χ 2 27.27

OK √ Χ Χ √ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 4 33.33

38

OF √ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 3 27.27

Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal

Dari tabel 3.1 diperoleh bahwa ada 44,74% (17) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan operasi konkret, 55,26% (21) siswa yang dapat dimasukkan dalam tahap perkembangan di bawah operasi konkret yaitu tahap sensorimotor dan tahap praoperasi serta tidak ada siswa yang berada pada tahap operasi formal. Dalam hal ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah mereka yang berada pada tahap operasi konkret.

(46)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37

Siswa

P

ro

s

en

tase

Operasi Konkret

Operasi Formal

(47)

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jaw bnr

Prosentase (%)

OK √ √ Χ √ √ √ Χ √ √ √ √ √ 10 83.33

1

OF √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ 3 27.27

OK √ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ √ √ 7 58.33

2

OF Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ √ Χ √ Χ 3 27.27

OK √ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ √ √ √ Χ 6 50.00

4

OF √ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ Χ √ 4 36.36

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

6

OF Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ 2 18.18

OK √ Χ √ √ √ √ Χ Χ Χ Χ √ √ 7 58.33

7

OF √ Χ Χ Χ √ √ Χ Χ Χ Χ Χ 3 27.27

OK √ X √ √ X √ √ √ √ √ √ X 7 58.33

12

OF X √ X X X X X X X X X 4 36.36

OK √ √ Χ √ Χ √ √ Χ √ √ √ √ 9 75.00

13

OF √ √ Χ Χ Χ Χ X Χ Χ Χ √ 3 27.27

OK √ X √ √ √ √ √ √ X X √ √ 9 75.00

15

OF X √ X X X √ X √ X X X 2 18.18

OK √ √ √ Χ Χ √ √ Χ √ √ √ X 8 66.67

19

OF Χ √ √ Χ Χ Χ X Χ X X Χ 2 18.18

OK √ √ Χ √ √ √ √ √ √ Χ √ √ 10 83.33

21

OF √ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

OK √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ 11 91.67

23

OF X X X X X √ X X X X X 1 9.09

OK √ Χ √ √ Χ √ √ √ √ √ √ √ 10 83.33

27

OF Χ √ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ X 2 18.18

OK √ Χ Χ √ Χ √ √ √ √ √ Χ Χ 7 58.33

29

OF Χ √ √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

OK √ Χ √ √ Χ √ Χ √ Χ √ √ Χ 7 58.33

30

OF Χ √ Χ Χ Χ √ Χ √ Χ Χ Χ 3 27.27

OK √ Χ Χ √ √ √ Χ √ √ Χ Χ √ 7 58.33

32

OF √ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ Χ √ 2 18.18

OK √ Χ Χ √ √ Χ Χ √ √ Χ Χ √ 6 50.00

33

OF Χ Χ √ Χ √ Χ Χ Χ Χ Χ √ 3 27.27

OK Χ √ √ √ √ Χ √ Χ Χ Χ √ Χ 6 50.00

34

OF Χ √ Χ Χ Χ Χ √ Χ Χ Χ Χ 2 18.18

Keterangan: OK = Operasi Konkret

OF = Operasi Formal soal

(48)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34

Siswa

P

ro

sen

tase

Operasi Konkrit

(49)

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jaw. bnr

Prosentase (%)

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

1

OF X √ X √ X √ √ √ X X √ 6 54.54

OK √ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √ 10 83.33

2

OF X √ X √ X √ √ X X X X 4 36.36

OK X X √ √ X X √ X X √ X X 4 33.33

3

OF X X X √ X X X X X X √ 2 16.67

OK √ √ √ √ X √ √ X √ X √ √ 9 75

4

OF X √ √ √ X √ X √ X √ X 6 54.54

OK X X √ X X X √ √ X X √ √ 5 45.45

5

OF X X X X X X X X X X X 0 0

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

6

OF X √ √ √ √ X √ X √ X X 6 54.54

OK X √ X X √ √ √ √ √ √ √ √ 9 75

7

OF X X √ √ X √ X √ X X X 4 36.36

OK X X √ X X X X X X X √ X 2 16.67

8

OF X X √ √ √ X √ X X X X 4 36.36

OK √ √ √ X X √ X X √ X X √ 6 54.54

9

OF √ X √ X √ √ X √ √ √ X 7 63.63

OK X √ √ X X X √ X X X √ √ 5 41.67

10

OF X X X X X √ X X X X √ 2 18.18

OK √ √ √ √ X X X √ √ X √ √ 8 66.67

11

OF √ X X √ X X X X X √ X 3 27.27

OK √ √ √ X √ X √ X √ X X √ 7 58.33

12

OF X X √ √ X X √ X X √ √ 5 45.45

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

13

OF √ X √ √ X √ √ √ √ X X 7 63.63

OK X X X X X X X √ √ √ √ √ 5 41.67

14

OF X X √ X X √ √ X √ X X 4 36.36

(50)

OK √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ √ 10 83.33 15

OF X X √ √ √ X X X X √ X 4 36.36

OK √ √ √ X √ √ √ X √ X X √ 8 66.67

16

OF X √ √ √ √ √ √ X √ X X 7 63.63

OK X X √ X √ √ √ √ X √ √ √ 8 66.67

17

OF X X X √ √ √ X √ X X √ 5 45.45

OK √ √ √ X √ X X √ √ X √ X 7 58.33

18

OF √ X X X X X X X X √ X 2 18.18

OK √ X √ X √ X X X √ √ √ X 6 50

19

OF √ √ X X X X √ √ X X X 4 36.36

OK X √ X X X √ X X √ √ √ X 5 41.67

20

OF √ X X √ X X X √ X X X 3 27.27

OK X √ X X √ √ √ √ √ √ √ √ 9 75

21

OF X X √ √ X √ X √ X X X 4 36.36

OK √ √ X X √ X √ X √ √ X √ 7 58.33

22

OF √ √ √ √ √ √ √ X √ X X 8 72.72

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ 11 91.67

23

OF X √ X √ √ X X X √ X X 4 36.36

OK X X √ X X X √ X √ X X X 3 25

24

OF X X √ √ √ X √ X X X X 4 36.36

OK X X X √ √ X √ X √ √ √ √ 7 58.33

25

OF √ X X √ X √ X X X X √ 4 36.36

OK √ X √ X √ X X √ √ √ √ √ 8 66.67

26

OF X X X √ X X X X √ X X 2 18.18

OK √ √ √ X √ √ √ X √ X √ √ 9 75

27

OF X √ √ √ X X X X X X X 3 27.27

OK X √ √ √ √ √ X X √ X √ √ 8 66.67

28

(51)

bnr (%)

OK X X X √ X √ X X √ X √ √ 5 41.67

29

OF √ X √ √ √ X X X X X X 4 36.36

OK √ √ √ √ X √ √ √ √ X √ √ 10 83.33

30

OF X X √ √ X √ X X X √ X 4 36.36

OK √ √ X √ √ X √ X √ √ X √ 8 66.67

31

OF X √ √ √ X X √ √ X X X 5 45.45

OK √ √ X √ √ √ X X √ X X √ 7 58.33

32

OF X √ X X √ √ X √ √ X X 5 45.45

OK √ √ X √ √ √ X √ √ √ X √ 9 75

33

OF √ √ √ X √ X √ √ √ X X 7 63.63

OK √ √ X √ X X √ √ X X X √ 6 50

34

OF X X √ √ √ X X √ X √ X 5 45.45

OK √ √ √ X X X √ X √ X X √ 6 50

35

OF X X √ X X X X X √ √ X 3 27.27

OK √ √ √ X X X √ √ X X X X 5 45.45

36

OF X X √ √ X X X X √ √ X 4 36.36

OK √ √ X √ √ √ √ X X X √ √ 8 66.67

37

OF X √ √ X X √ X √ X X √ 5 45.45

OK √ √ X √ √ X √ √ √ √ √ √ 10 83.33

38

OF √ √ √ √ √ √ √ X √ √ X 9 81.81

Keterangan: OK = Operasi Konkret OF = Operasi Formal

Yang akan dianalisis lebih lanjut hanya 17 siswa (nomor: 1, 2, 4, 6, 7, 12, 13, 15, 19, 21, 23, 27, 29, 30, 32, 33, dan 34) yang pada saat pretes berada pada tahap operasi konkret. Untuk siswa lain yang tetap mengikuti proses pembelajaran tidak akan dianalisis.

(52)

Grafik taraf perkembangan untuk soal postes

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37

Siswa

P

ro

s

en

ta

se

Operasi Konkrit

(53)

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Jaw bnr

Prosentase (%)

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

1

OF X √ X √ X √ √ √ X X √ 6 54.54

OK √ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √ 10 83.33

2

OF X √ X √ X √ √ X X X X 4 36.36

OK √ √ √ √ X √ √ X √ X √ √ 9 75

4

OF X √ √ √ X √ X √ X √ X 6 54.54

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

6

OF X √ √ √ √ X √ X √ X X 6 54.54

OK X √ X X √ √ √ √ √ √ √ √ 9 75

7

OF X X √ √ X √ X √ X X X 4 36.36

OK √ √ √ X √ X √ X √ X X √ 7 58.33

12

OF X X √ √ X X √ X X √ √ 5 45.45

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 100

13

OF √ X √ √ X √ √ √ √ X X 7 63.63

OK √ √ √ √ √ √ √ X √ X √ √ 10 83.33

15

OF X X √ √ √ X X X X √ X 4 36.36

OK √ X √ X √ X X X √ √ √ X 6 50

19

OF √ √ X X X X √ √ X X X 4 36.36

OK X √ X X √ √ √ √ √ √ √ √ 9 75

21

OF X X √ √ X √ X √ X X X 4 36.36

OK √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ 11 91.67

23

OF X √ X √ √ X X X √ X X 4 36.36

OK √ √ √ X √ √ √ X √ X √ √ 9 75

27

OF X √ √ √ X X X X X X X 3 27.27

OK X X X √ X √ X X √ X √ √ 5 41.67

29

OF √ X √ √ √ X X X X X X 4 36.36

OK √ √ √ √ X √ √ √ √ X √ √ 10 83.33

30

OF X X √ √ X √ X X X √ X 4 36.36

OK √ √ X √ √ √ X X √ X X √ 7 58.33

32

OF X √ X X √ √ X √ √ X X 5 45.45

OK √ √ X √ √ √ X √ √ √ X √ 9 75

33

OF √ √ √ X √ X √ √ √ X X 7 63.63

OK √ √ X √ X X √ √ X X X √ 6 50

34

OF X X √ √ √ X X √ X √ X 5 45.45

Keterangan: OK = Operasi Konkret

OF = Operasi Formal soal

(54)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34

Siswa

P

rosen

ta

se

Operasi Konkrit

Operasi Formal

(55)

Seorang siswa dikatakan berada pada tahap operasi konkret dilihat dari hasil pretes dengan minimal menjawab benar 6 soal dari 12 soal operasi konkret (50%) dan kurang dari 6 soal dari 11 soal (< 54,54%) operasi formal. Dari standar tersebut, ada 17 anak yang masuk pada tahap tersebut (siswa dengan nomor 1, 2, 4, 6, 7, 12, 13, 15, 19, 21, 23 27, 29, 30, 32, 33, dan 34). Ada 12 soal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai tahap operasi konkret ini (untuk soal pretes, lihat lampiran 3: soal nomor 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, dan 22, sedangkan untuk soal postes, lihat lampiran 4: soal nomor 1, 2, 5, 6, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18). Ada 11 soal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa mencapai tahap operasi formal (untuk soal pretes, lihat lampiran 3: soal nomor 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19 dan 21, sedangkan untuk soal postes, lihat lampiran 4: soal nomor 3, 4, 7, 8, 11, 12, 19, 20, 21, 22 dan 23).

1. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Konkret

(56)

Grafik pergeseran untuk soal operasi konkret

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34

Siswa

P

ro

sen

tase

Pretes

Postes

(57)

Pretes Postes No Rincian

kemampuan No. soal

Jlm. Siswa yg menjwb. benar

(%) No. soal Jlm. siswa yg menjwb. benar (%) Peningkan-nya/penuru nannya (%)

1 16 94.12 15 16 94.12 0

A

Adanya transformasi

reversibel 2 8 47.06 16 8 47.06 0

4 9 52.94 1 14 82.35 29.41

6 16 94.12 2 15 88.23 -5.89

10 13 76.47 5 11 64.70 -11.77

B

Sistem kekekalan (konservasi)

12 9 52.94 9 9 52.94 0

8 9 52.94 6 11 64.70 11.76

C Seriasi

14 10 58.82 10 10 58.82 0

D Klasifikasi 16 12 70.59 14 10 58.82 -11.77

E Bilangan

F

Ruang, waktu, kecepatan

18 10 58.82 17 13 76.47 17.65

G Kausalitas 22 11 64.70 18 16 94.12 29.42

H Penalaran 20 14 82.35 13 13 76.47 -5.88

Keterangan : tanda (-) berarti mengalami penurunan

Tabel 3.6 Signifikansi peningkatan operasi konkret Siswa Pretes Postes D = Pre - Post D2

1 83.33 100 -16.67 277.89

2 58.33 83.33 -25 625.00

4 50 75 -25 625.00

6 100 100 0 0.00

7 58.33 75 -16.67 277.89

12 58.33 58.33 0 0.00

13 75 100 -25 625.00

15 75 83.83 -8.83 77.97

19 66.67 50 16.67 277.89

21 83.33 75 8.33 69.39

23 91.67 91.67 0 0.00

27 83.33 75 8.33 69.39

29 58.33 41.67 16.66 277.56

30 58.33 83.33 -25 625.00

32 58.33 58.33 0 0.00

33 50 75 -25 625.00

34 50 50 0 0.00

(58)

bawah ini akan dilakukan uji T.

Cara menghitung tingkat singnifikan menggunakan Tes-T adalad sebagai berikut.

(

)

( )

(

1

)

2 2 2 1 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡Σ Σ − = N N N D D x x trel Dimana:

D : perbedaan antara score tiap subyek = Xi1 – Xi2

N : jumlah pasang score (jumlah pasangan) Df : N – 1

03 , 75 17 49 , 1275 14 , 68 17 31 , 1158 2

1= = x = =

x

(

)

(

)

(

)

51 , 0 4 , 13 89 , 6 1 17 17 17 18 , 117 97 , 4452 03 , 75 14 , 68

2 =−

− = − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − = rel t

Df = 17 – 1 = 16

tcrit = 2,120 (two tailed test), dengan level signifikan 0,05

(dengan mengunakan tabel t)

Daerah rejection : trel ≤−2,120 atau trel ≥ +2,120

Karena trel ada diantara tcrit, maka tidak signifikan.

(59)

kemampuan yang mengalami peningkatan ada 4. Dari keempat rincian kemampuan yang mengalami peningkatan, kemampuan anak dalam melihat suatu benda dan dalam meramalkan hasil dari kejadian-kejadian (kausalitas) adalah yang paling tinggi kenaikannya, yaitu 29,42%. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kebenaran jawaban postes yang lebih besar, yaitu 16 siswa (94,12%) dibandingkan kebenaran jawaban pretesnya, yakni 11 siswa (64,70%).

Urutan kedua adalah kemampuan anak dalam konsep kekekalan volume (soal nomor 4, lampiran 3).

A B

Gambar 1. Kekekalan volume

Gelas diisi air (A) selanjutnya, dimasukkan logam kedalamnya sehingga tinggi permukaan air naik (B). Apakah volume air di B tetap sama dengan A?

(60)

berfikir bahwa meskipun dalam B dimasukkan logam tetapi volume air dalam A dan B tetap sama.

Urutan ketiga adalah kemampuan siswa dalam relasi antara waktu dan jarak dengan memperhatikan laju benda (bilangan, ruang, waktu dan kecepatan). Kemampuan tersebut direpresentasikan dengan soal di bawah ini

(soal nomor 18, lampiran 3).

Rumah Rudi jaraknya 5 km dari sekolahnya. Bila ia berjalan pelan-pelan dengan kecepatan 2,5 km/jam. Berapa jam yang dibutuhkan Rudi untuk berjalan pulang selama 1 minggu?

Konsep yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut adalah

konsep tentang kecepatan yaitu v s

t= . Waktu yang dibutuhkan Rudi untuk

pulang dalam 1 hari adalah jam jam

km km

t 2

/ 5 , 2

5

=

= . Waktu dalam 1 minggu

adalah 2 jam x 6 = 12 jam. Yang menjawab benar soal tersebut meningkat dari 10 siswa (58,82%) menjadi 13 siswa (76,475), sehingga peningkatannya sebesar 17,65%.

Keempat adalah kemampuan siswa dalam mengurutkan suatu bilangan (seriasi), yaitu mengurutkan dari kecil ke besar (soal nomor 8, lampiran 3).

(61)

2. Pergeseran Taraf Perkembangan Operasi Formal

Pergeseran hasil tes operasi formal sebelum dan sesudah pembelajaran dari siswa yang sebelum pembelajaran berada pada tahap operasi konkret dapat dilihat pada grafik 3.6

Grafik 3.6 Pergeseran dari soal operasi formal

Grafik pergeseran untuk soal operasi formal

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 4 6 7 12 13 15 19 21 23 27 29 30 32 33 34

Siswa

P

ro

sen

ta

se Pretes

Postes

(62)

Tabel 3.7 Prosentase kebenaran jawaban untuk soal operasi formal

Pretes Postes

No Rincian

kemampuan No. soal

Jlm. Siswa yg menjwb. benar

(%) No. soal Jlm. siswa yg menjwb . benar (%) Peningkan-nya (%)

A Dua

reversibel 3 6 35.29 12 8 47.06 11.77

B

Pemikiran yang abstraksi Reflektif

5 9 52.95 7 12 70.58 17.63

C Sistem

Kombinatoris 11 2 11.76 21 5 29.41 17.65

Kombinasi

objek-objek 15 2 11.76 22 5 29.41 17.65

D

Proposisi 17 3 17.65 11 7 41.18 23.53

E

Pemikiran deduktif hipotesis

7 4 23.53 3 4 23.53 0

F Pengertian

probabilitas 9 0 0 4 9 52.94 52.94

G Fleksibel 13 6 35.29 8 14 82.35 47.06

H

Berfikir induktif saintifik

21 1 5.88 23 2 11.76 5.88

I

Sistem referensi ganda

19 2 11.76 20 9 52.94 41.18

J

Kesetimbang an

hidrostatis

23 6 35.29 19 7 41.18 5.89

(63)

Tabel 3.8 Signifikansi peningkatan operasi formal

Siswa Pretes Postes D = Pre - Post D2 1 27.27 54.54 -27.27 743.65

2 27.27 36.36 -9.09 82.63

4 36.36 54.54 -18.18 330.51 6 18.18 54.54 -36.36 1322.05

7 27.27 36.36 -9.09 82.63

12 36.36 45.45 -9.09 82.63

13 27.27 63.63 -36.36 1322.05 15 18.18 36.36 -18.18 330.51 19 18.18 36.36 -18.18 330.51 21 18.18 36.36 -18.18 330.51 23 9.09 36.36 -27.27 743.65

27 18.18 27.27 -9.09 82.63

29 18.18 36.36 -18.18 330.51

30 27.27 36.36 -9.09 82.63

32 18.18 45.45 -27.27 743.65 33 27.27 63.63 -36.36 1322.05 34 18.18 45.45 -27.27 743.65

Σ 390.87 745.38 -354.51 9006.46

Untuk menentukan tingkat signifikansi peningkatan operasi formal, di bawah ini akan dilakukan uji T. Cara penentuannya sama seperti pada soal operasi konkret. 85 , 43 17 38 , 745 99 , 22 17 87 , 390 2

1 = = x = =

x

(

)

(

)

(

)

55 , 8 44 , 2 86 , 20 1 17 17 17 51 , 354 45 , 9006 85 , 43 99 , 22

2 =−

− = − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − = rel t

Df = 17 – 1 = 16

tcrit = 2,120 (two tailed test), dengan level signifikan 0,05

(64)

Daerah rejection : trel ≤−2,120 atau trel ≥+2,120

Karena trel tidak ada di antara tcrit maka signifikan.

Dari hasil uji-T dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi peningkatan operasi formal. Meskipun demikian ada 1 rincian kemampuan yang tetap yaitu kemampuan dalam berfikir deduktif hipotetis.

Ada 10 rincian kemampuan yang meningkat. Kemampuan yang paling tinggi mengalami peningkatan adalah kemampuan dalam menghitung proporsi sehingga siswa dapat menangkap atau menghitung suatu probabilitas (pengertian probabilitas). Kemampuan tersebut diuji dengan soal di bawah ini

(soal nomor 9, lampiran3).

12 1 berbanding 4 5 + 2 1 adalah………..

Untuk bisa menyelesaikan soal di atas siswa harus paham konsep tentang pembagian dan penjumlahan. Siswa yang belum memiliki konsep ini menyelesaikan soal seperti di bawah ini:

21 1 7 4 12 1 4 2 5 : 12 1 2 1 4 5 : 12 1 = = + = + x

(65)

30 17

2 1 15

1

2 5 12 2 4 12

= + =

⎠ ⎝

Soal ini mengalami peningkatan kebenaran jawaban sebesar 52,94%. Jumlah siswa yang menjawab benar untuk soal pretes tidak ada tetapi pada saat postes menjadi ada 9 siswa, yakni (52,94%).

Peningkatan kedua adalah kemampuan siswa dalam memecahkan suatu persoalan yang tidak terpaku pada satu metode. Soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah (soal nomor 13, lampiran 3).

Jika ketiga tangki yang berbentuk balok di bawah ini diisi air panas 1 liter semua, maka tangki manakah yang akan mendinginkan air paling cepat?

A B C

(66)

misalnya pada benda bertumpuk (sistem referensi ganda). Kemampuan ini diukur dengan menggunakan soal di bawah ini (soal nomor 19, lampiran 3).

Suatu benda A bergerak ke kiri terhadap papan B, dan papan B bergerak ke kanan terhadap latar belakang C. Dari gambar di bawah ini kedudukan antara benda manakah yang diam?

C B A

Siswa yang menjawab salah, memilih jawaban bahwa kedudukan 2 benda yang diam satu terhadap yang lain adalah benda A dan B. Kedudukan 2 benda yang diam satu terhadap yang lain adalah benda A dan latar belakang C. Terhadap soal ini siswa yang menjawab benar mengalami peningkatan dari 2 siswa (11,76%) menjadi 9 siswa (52,94%), peningkatannya 41,18%.

Keempat dan kelima adalah kemampuan dalam mengkombinasikan objek berdasarkan prinsip kombinasi serta mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif/negatif sederhana (kombinasi objek-objek dan proposisi). Kemampuan ini diukur dengan 2 buah

soal.

Bila P>X, Q>Y, R>Z sedangkan P>Q>R dan X>Y>Z maka kesimpulan dari pernyataan tersebut yang benar adalah………(soal nomor 17, lampiran 3).

(67)

23,53%.

Semua karyawan adalah pegawai negeri, sebagian karyawan adalah seniman. Kalimat yang tidak sesuai dengan pernyataan di atas adalah……….(soal nomor 15, lampiran 3).

Soal yang kedua ini hampir sama dengan soal yang pertama, hanya saja kesimpulan dan pernyataan-pernyataan berupa kalimat. Berdasarkan pernyataan di atas, maka kalimat yang tidak sesuai adalah sebagian seniman adalah pegawai negeri, yaitu jawaban A. Yang menjawab benar soal nomor 15 mengalami kenaikan dari 2 siswa (11,76%) menjadi 5 siswa (29,41%), atau mengalami peningkatan sebesar 17,65%.

Keenam adalah kemampuan dalam membuat kombinasi dan permutasi dalam mengurutkan beberapa benda yang ada. Kemampuan ini diukur dengan soal di bawah ini (soal nomor 11, lampiran3).

Ada 3 buah kelereng yang berlainan warna yaitu merah, hijau, dan kuning. Ada berapa macam kemungkinan ketiga kelereng itu disusun berbeda?

Degan soal tersebut, kemampuan siswa dalam mengkombinasikan susunan warna agar tidak sama diuji. Siswa yang sudah memiliki konsep akan menjawab 6 macam yaitu (merah, hijau, kuning), (merah, kuning, hijau), (hijau, kuning,merah), (hijau, merah, kuning), ( kuning,merah,hijau) dan (kuning,hijau,merah). Yang menjawab benar mengalami kenaikkan dari 2 siswa (11,76%) menjadi 5 siswa (29,41%), kenaikannya 17,65%.

(68)

T1

A B

T2

Jawaban yang paling tepat untuk soal tersebut adalah pernyataan “D”: Supaya terjadi kesetimbangan, diperlukan lengan T2 lebih panjang dari pada lengan T1

bila beban B lebih ringan dari pada beban A. Siswa yang menjawab mereka beranggapan bahwa dilihat sekilas yang berat adalah beban A tanpa memperhatikan posisi lengan. Yang menjawab benar mengalami peningkatan dari 9 siswa (52,94%) menjadi 12 siswa (70,58%), sehingga kenaikannya sebesar 17,63%

Kemampuan yang mengalami kenaikkan yang kedelapan adalah kemampuan dalam membentuk suatu kombinasi dari dua unsur reversibel yaitu antara inversi (proses trasformasi kebalikan) dan resiprok (transformasi pencerminan). Kemampuan ini diukur dengan soal di bawah ini (soal nomor 3, lampiran 3).

Suatu titik P dilalui oleh 3 garis sehingga membentuk 6 sudut, dengan urutan sudut a, b, c, d, e dan f.

X adalah jumlah sudut a + c + e dan Y adalah jumlah sudut b + d + f, maka carilah hubungan antara X dan Y!

(69)

Gambar

Tabel 3.1 Variasi jawaban soal pretes
Tabel 3.3 Variasi jawaban soal postes
Tabel 3.4 Hasil postes siswa yang berada pada tahap operasi konkret
Tabel 3.1 Variasi jawaban soal pretes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan pengaruh interval training dan circuit training terhadap VO 2 max dengan jumlah sampel yang lebih besar, menggunakan

Mencari persentase tingkat bunga dengan menyamakan antara rate of return dari suatu penerimaan dengan cost of capitalnya, atau mencari pada tingkat bunga berapa agar rate

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dengan penambahan 5% berat fly ash pada pembuatan paving blok dengan menggunakan binder air

NATURAL B, Vol.. Indonesia kaya akan suku, adat, dan budaya yang tersebar di seluruh Indonesia [2]. Pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan telah dilakukan sejak

Selanjutnya, pengujian validitas terhadap 14 item untuk variabel motivasi belajar siswa (Variabel Y), menunjukkan 14 item valid. Dengan demikian, item yang dapat

Analisis data tes yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan

Peristiwa ini, benar-benar merupakan ujian yang sangat besar, sehingga perbuatan menepati janji yang telah dilakukan itu termasuk perilaku terpuji. Dan sebaliknya, berdasarkan

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : 08/Ba-HPL/Pisik PL II/BM/PUTR/V/2017 Tanggal, 29