METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak 17 km dari Kota Yogyakarta. Kawasan ini merupakan situs yang telah dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah dan di dalam pengelolaan pemerintah dan dua pihak swasta. Lokasi penelitian terdapat pada Gambar 2.
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Februari sampai bulan Maret 2011. Sedangkan untuk penyusunan dilakukan dari bulan April sampai Desember 2011.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kamera, alat tulis, komputer, software terkait (Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, AutoCad 2010, Corel Draw X4, dan Adobe Photoshop CS3), Peta Rupa Bumi Kecamatan Pramabanan DIY, peta Situs Ratu Boko, kuisioner, dan studi pustaka serta dokumen terkait.
3.3. Tahap Penelitian dan Metode Penelitian
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan tahap yang dijabarkan oleh Goodchild (1990) yaitu, tahap survei tapak, tahap analisis dan assesment, dan tahap formulasi rencana pengelolaan dan pelestarian.
a. Survei Tapak
Dalam tahap ini terdapat proses mengidentifikasi tapak dan batasan-batasan lanskap sejarah secara kasar berdasarkan pengamatan langsung. Data yang diperoleh melalui tahap ini berupa jenis data primer dan sekunder. Data-data mencakup kondisi lanskap tapak dan sekitarnya baik yang alami maupun non-alami, sejarah tapak, kondisi sosial masyarakat baik yang di tapak maupun di sekitar tapak, dan aspek pengelolaan/pemeliharaan yang dilakukan pengelola.
Dalam penentuan batas sejarah acuan yang digunakan yaitu komponen elemen lanskap sejarah dalam Goodchild (1990). Menurut Goodchild (1990), suatu lanskap sejarah mengandung beberapa komponen, antara lain landforms, earthworks, rocks, soil, water features, vegetation, animal life, humans and human activity, construction and buildings, spaces and views, and subterranean archaeological deposits. Sedangkan pertimbangan yang digunakan dalam studi lanskap sejarah, memperhatikan beberapa aspek, antara lain:
a. Situs Ratu Boko (tatanan lanskap dan pengelolaannya). b. Kawasan sekitar yang berpengaruh terhadap situs:
b.1 Pemanfaatan atau tata guna lahan kawasan di sekitar situs. b.2 Struktur jalan atau infrastruktur.
b.3 Karakter lahan yang mendukung keberadaan situs. b.4 Aktivitas masyarakat sekitar.
c. Objek-objek wisata sejarah lain yang terletak di sekitar situs sejarah yang diteliti.
Data primer dan data sekunder diperoleh melalui beberapa cara, yaitu : a) Observasi, observasi dilakukan pada tapak yang akan dijadikan bahan
penelitian. Tujuan dilakukannya observasi adalah agar dapat mengetahui kondisi tapak dan karakter lanskap secara langsung.
b) Wawancara kepada narasumber, wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi lanskap secara sosial dan ekonomi, sejarah lanskap, pengelolaan dan pemeliharaan. Informasi diperoleh dari instansi terkait, pengelola tapak, dan tokoh masyarakat.
c) Penyebaran kuisioner, sasaran penyebaran kuisioner adalah pengunjung dan masyarakat sekitar tapak. Tahap ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan yang dilakukan serta persepsi masyarakat dan pengunjung. Lembar kuisioner terdapat pada lampiran (Lampiran 1 dan Lampiran 2).
d) Studi Pustaka, data yang diperoleh dari studi pustaka merupakan data sekunder sebagai penunjang informasi. Data dapat diperoleh melalui pemerintah daerah setempat, perpustakaan setempat, dan lain-lain.
Jenis data, bentuk data, dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data
1. Lanskap Alami- Lanskap Keraton
a. Landform a. Peta kawasan dan topografi Bappeda, BP3 b. Hidrologi b. Sumber air dan pola aliran Observasi lapang c. Iklim c. Curah hujan dan suhu udara
rata-rata
BMKG d. View d. Tatanan lanskap pada situs
dan lanskap di luar situs
Observasi lapang, Studi pustaka e. Tata Ruang e. Penataan kawasan, hierarki,
orientasi
Observasi lapang, Wawancara
b. Tahap Analisis dan Assesment
Tahap dalam analisis dan assesment ini dilakukan untuk menganalisis kondisi tapak serta karakter lanskap yang terbentuk pada kawasan Situs Ratu Boko. Penilaian dilakukan secara deskriptif, spasial, juga menggunakan metode analisis SWOT.
No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data
f. Elemen dan Tata Letak
f. Jenis, arsitektur bangunan, tata letak, fungsi, filosofi, ukuran
Observasi Lapang, Studi Pustaka, Wawancara 2. Kesejarahan a.Sejarah perkembangan
budaya Hindu dan Budha di Yogyakarta
Studi Pustaka, Observasi Lapang, Wawancara
b. Sejarah terbentuknya kawasan Situs Ratu Boko c. Konsep tata ruang, tata
letak bangunan dan arsitektur bangunan
d. Elemen-elemen budaya dan sejarah yang mempengaruhi Situs Ratu Boko
3. Pengelolaan a. Peraturan (Aspek
Legal/RTRW)
a. Undang-undang, perda, peraturan pemerintah, surat keputusan Pemda, Disparbud, Observasi Lapang, Studi Pustaka b. Sistem Pengelolaan dan Pelestarian b. Sistem pengelolaan, langkah pelestariannya, intensitas waktu Pemda, Disparbud, Wawancara, Observasi Lapang, Studi Pustaka c. Kondisi Tapak sebagai
Kawasan Wisata Sejarah
c. Aktivitas wisata, aktivitas keseharian masyarakat sekitar kawasan Situs Ratu Boko
Observasi Lapang, Wawancara, Disparbud d. Landuse d. Peta Tata Guna Lahan Desa
Bokoharjo dan Desa Sambirejo, filosofi budaya dan lingkungan
Bakosurtanal, Observasi Lapang
e. Jaringan Sirkulasi e. Aksesibilitas, pola sirkulasi di dalam tapak, konsep sirkulasi, jenis sarana sirkulasi
Bappeda,
Tahap analisis dibagi menjadi empat segmen, yaitu : 1. Identifikasi dan analisis tatanan lanskap Situs Ratu Boko
Analisis ini dilakukan secara spasial dan deskrpitif. Analisis spasial dilakukan terhadap unit lanskap kawasan Situs Ratu Boko, elemen yang terkandung, serta tata letak elemen tersebut. Hal yang dilakukan adalah mengidentifikasi karakter tatanan lanskap pada kawasan Situs Ratu Boko dari pengamatan lapang dan dilihat secara spasial dari peta kawasan. Peta yang digunakan dalam analisis spasial ini adalah peta kawasan Situs Ratu Boko yang berasal dari pengelola. Setelah dilakukan analisis spasial maka selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dari data spasial yang telah ada.
2. Analisis pemanfaatan wisata dan pengelolaan
Analisis pemanfaatan wisata dilakukan untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap objek, dampak aktivitas wisata terhadap objek, serta sistem pengelolaan yang diterapkan. Analisis ini dijabarkan secara deskriptif dan spasial dari data wawancara pengunjung, data terkait pengelolaan (peta pelestarian eksisiting dan peta ruang wisata), dan pengamatan secara langsung.
3. Analisis tata guna lahan dan persepsi masyarakat sekitar kawasan
Analisis ini dilakukan secara spasial dan deskriptif. Analisis secara spasial yaitu dengan menggunakan peta tata guna lahan kawasan dan melakukan ground check terhadap keadaan sebenarnya. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui perkembangan kawasan sekitar terhadap Situs Ratu Boko serta pengaruh terhadap keberlanjutan situs. Pengaruh yang dilihat tidak hanya pengaruh dari aspek pembangunan infrastruktur, namun juga pengaruh dari kehidupan masyarakat yang terkait dengan Situs Ratu Boko.
4. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan tatanan lanskap Situs Ratu Boko
Analisis ini menggunakan metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan dilakukan untuk mengetahui keberlanjutan lanskap sejarah Situs Ratu Boko. Metode SWOT digunakan menganalisis potensi dan kelemahan dari segi internal, dan menganalisis peluang dan ancaman dari segi eksternal. Langkah kerja dalam melakukan analisis SWOT, antara lain:
a) Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Tahap identifikasi faktor internal digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang sesuai dengan dasar studi. untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Tahap identifikasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang (David, 2005).
b) Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Tahap ini dilakukan pemberian simbol terhadap faktor-faktor yang telah diidentifikasi.
Setelah melakukan penentuan tingkat kepentingan selanjutnya adalah penentuan bobot. Menurut David (2005), penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1-4, yaitu sebagai berikut.
a. Nilai 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator vertikal,
b. Nilai 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal,
c. Nilai 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal,
d. Nilai 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal.
Tabel 2 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal
Simbol Faktor Internal Tingkat Kepentingan Kekuatan (Strengths) S1 S2 Sn Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 Wn Sumber: David (2005)
Tabel 3 Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal
Simbol Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Peluang (Opportunitiess) O1 O2 On Ancaman (Threats) T1 T2 Tn Sumber: David (2005)
Tabel 4 Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal/Eksternal A B C D Total Bobot
A x1 α1
B x2 α2
C x3 α3
D x4 α4
Total
Sumber: Kinnear dan Taylor (1991)
Langkah selanjutnya setelah penentuan bobot adalah menentukan bobot akhir masing-masing variabel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991):
Dengan: αi =bobot variabel ke-I, xi = nilai variabel ke-I, i = 1, 2, 3,..., n, n = jumlah variabel.
c) Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)
Menurut Rangkuti (1997), nilai peringkat pada faktor positif (kekuatan dan peluang) berbanding terbalik dengan faktor negatif (kelemahan dan ancaman). Pada faktor positif, nilai 4 berarti faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang sangat penting, nilai 3 berarti faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang penting, nilai 2 berarti faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang
x
i∑
nx
ii=1
cukup penting, dan nilai 1 berarti faktor tersebut memiliki tingkat kepentingan yang tidak penting. Penilaian faktor negatif adalah sebaliknya. Kemudian, peringkat dan bobot dari masing-masing faktor dikalikan untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 5 dan Tabel 6).
Tabel 5 Formulir Matriks IFE
Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan (Strengths) S1 S2 Sn Kelemahan (Weaknesses) W1 W2 Wn Total Sumber: Rangkuti (1997)
Tabel 6 Formulir Matriks EFE
Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang (Opportunities) O1 O2 On Ancaman (Threats) T1 T2 Tn Total Sumber: Rangkuti (1997)
Dari total skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE dapat diketahui posisi tapak studi pada suatu kuadran yang menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE) (Gambar 3). Menurut David
IV V VI
tinggi sedang rendah tinggi sedang rendah 1 2 3 4 3 2 1
Total Skor IFE
To
ta
l Sk
o
r EFE
(2005), matriks IE memiliki sembilan kuadran yang dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut:
1. Grow and build strategy (Kuadran I, II, dan III)
Diperlukan strategi yang bersifat intensif dan agresif. Fokus dari strategi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk.
2. Hold and maintain strategy (Kuadran IV, V, dan VI)
Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Harvest and divest strategy (Kuadran VII, VIII, dan IX)
Fokus strategi ini adalah perlu dilakukan manajemen biaya yang agresif saat biaya peremajaan bisnis untuk merevitalisasi bisnis tergolong rendah.
Gambar 3 Formulir Matriks IE d) Matriks SWOT
Faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi dapat dimasukkan ke dalam tabel yang sesuai dengan matriks SWOT (Tabel 8). Matriks ini menggambarkan hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman. Menurut David (2005), hasil dari matriks SWOT ini adalah alternatif strategi manajemen lanskap yang dapat meningkatkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman dengan empat alternatif strategi sebagai berikut.
1. Strategi SO (Strengths-Opportunities)
Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.
2. Strategi ST (Strengths-Threats)
Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
II III
VII VIII IX
3. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)
Strategi ini bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.
4. Strategi WT (Weaknesses-Threats)
Strategi ini bertujuan mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.
Tabel 7 Formulir Matriks SWOT Eksternal
Internal Opportunities (Peluang) Threats (Ancaman)
Strengths (Kekuatan) SO ST
Weaknesses (Kelemahan) WO WT
Sumber: David (2005)
e) Pembuatan Tabel Peringkat Alternatif Strategi
Penentuan prioritas dilakukan kepada beberapa alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT. Tahap ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari faktor-faktor penyusunnya (Tabel 9). Strategi yang memiliki skor tertinggi merupakan strategi yang menjadi prioritas utama.
Tabel 8 Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Alternatif Strategi Keterkaitan dengan
Unsur SWOT Skor Peringkat SO1 SO2 SOn ST1 ST2 STn WO1 WO2 WOn WT1 WT2 WTn Sumber: Saraswati (2010)
c. Formulasi Rencana Pengelolaan dan Pelestarian
Pada tahap ini disusun formulasi dari strategi yang telah ditentukan dari analisis SWOT. Formulasi tersebut berupa usulan-usulan pelestarian dalam
menangani masalah dan mengembangkan potensi tatanan lanskap yang terdapat pada tapak. Usulan pelestarian yang diberikan dalam bentuk zonasi pelestarian dan usulan aksesibilitas dan sirkulasi. Pertimbangan pembagian zonasi pelestarian dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Pertimbangan Pembagian Zonasi Pelestarian
Zonasi Kriteria Arahan Pengembangan dan
Pengelolaan Zona Inti a. Terdapat situs sejarah a. Perlindungan yang intensif.
b. Aktivitas yang dilakukan pasif dan tidak mengancam keberlanjutan situs (melihat, interpretasi, mempelajari, merasakan suasana).
b. Perbaikan dan perubahan harus seijin BP3 dan dikhususkan untuk interpretasi lanskap sejarah situs.
Zona Penyangga
a. Terdapat fasilitas pendukung aktivias wisata yang sesuai dengan karakternya. b. Aktivitas yang dilakukan
masih pasif dan terbatas.
a. Perubahan dan pengembangan kawasan tidak mengancam, merusak situs, dan untuk
memperkuat karakter lanskap dan sejarah situs.
c. Karakter lahan, pemukiman, dan aktivitas masyarakat yang mempengaruhi situs.
b. Perubahan dan pengembangan kawasan sesuai dengan RDTR Kabupaten Sleman, dan pengawasan BP3. d. Objek wisata di sekitar situs.
Zona
Pengembangan
a. Terdapat fasilitas yang diperlukan, tetapi harus sesuai/tidak merusak karakter zona inti (terutama secara visual).
b. Aktivitas dapat bersifat aktif.
a. Perubahan dan perkembangan kawasan sesuai dengan aspek legal yang berlaku dan RDTR Kabupaten Sleman.