• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BITUNG Andrew A. Mamesah*, A. Joy. M. Rattu*, Woodford B.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BITUNG Andrew A. Mamesah*, A. Joy. M. Rattu*, Woodford B."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BITUNG

Andrew A. Mamesah*, A. Joy. M. Rattu*, Woodford B.S Joseph* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien dibanding dengan tenaga-tenaga yang lain. Pelayanan keperawatan terdiri dari perawatan langsung dan tidak langsung yang harus dilaksanakan secara professional. Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari pembangkit stres kerja untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan. Stres kerja perawat dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap kinerja perawat. Tingkatan stres yang rendah hingga menengah dapat memungkinkan perawat untuk bekerja secara lebih baik dengan cara meningkatkan intensitas kerja, kesiagaan, dan kemampuan beraksi perawat. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di RSUD Kota Bitung. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan rancangan penelitian Cross Sectional (potong lintang). Jumlah populasi 61 perawat dan sampel yang digunakan adalah total populasi. Analisis statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan α= 0,05, CI= 95%. Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung dengan nilai (p= 0,005, OR= 4,727,). Sebagai saran, pihak RSUD Kota Bitung agar dapat menurunkan beban kerja perawat dengan menambah jumlah perawat, sehingga stres kerja perawat dapat diminimalisir dan secara korelasi akan meningkatkan kinerja.

Kata Kunci: Stres Kerja, Kinerja Perawat

ABSTRACT

Nurse is the healthiest person who has the longest contact with patient compared to the other personnel. Nursing services consist of direct and indirect care that must be carried out professionally. Fluctuations in workload are another form of occupational stress generator for a certain period the load is very light and other times the load can be excessive. Occupational stress of nurse have positive and negative effect on nurse’s performance. Low to mid-level stress can enable nurses to work better by work intensity increasing, alertness, and nurse’s action ability. Purpose is this research is to know description and correlation between occupation stress with nurse performance at General Hospital Area of Bitung City. Type of this research is descriptive survey with cross sectional study design. Total population 61 nurses and the sample used is total population. Statistical analysis used is chi-square test with α= 0,05, CI= 95%. Research results stated there is correlation between occupational stress with nurse performance at General Hospital Area of Bitung City with value (p= 0,005, OR= 4,727,). As a suggestion, the General Hospital in ordered to reduce the workload of nurses by increasing the number of nurses, so the occupational stressors can be minimized and correlation to improvedthe performance.

(2)

2

PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat dengan

karakteristik tersendiri yang di pengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat, yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain dari pembangkit stres kerja. Untuk jangka waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat-saat lain bebannya bisa berlebihan.Keadaan yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan kecemasan, ketidakpuasan kerja dan kecenderungan meninggalkan kerja (Munandar, 2007).

Stres merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks dan unik.Stres dalam hal ini digambarkan sebagai kekuatan yang menimbulkan

tekanan-tekanan dalam diri, stres dalam

pendekatan ini muncul jika tekanan yang dihadapi melebihi batas normal (Helmi, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa penyebab stres kerja perawat adalah beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja yang beresiko, waktu pembedahan yang menekan, hal tersebut

menunjukan stres yang berhubungan

dengan aktivitas dan lingkungan

fisik.Sedangkan hubungan dengan dokter dan teman sejawat karena komunikasi buruk dapat menyebabkan stres yang berhubungan dengan mental (Azizpour, 2013).

Bukti menunjukkan bahwa stres dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap kinerja karyawan. Bagi banyak karyawan, tingkatan stres yang rendah

hingga menengah memungkinkan

karyawan untuk menunaikan pekerjaan

secara lebih baik dengan cara

meningkatkan intensitas kerja, kesiagaan,

dan kemampuan beraksi karyawan

(Robbins, 2011).

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat di ruang khusus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor personal/individu (pengetahuan, skill, kemampuan, motivasi,

komitmen, psikologis), faktor

kepemimpinan (kualitas dalam

memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader), Faktor tim (dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim), faktor sistem (sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan organisasi, proses organisasi dan

(3)

3

kultur kinerja organisasi) dan faktor kontekstual/situasional (Wirawan, 2009).

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung adalah sebagai tempat kerja yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan yang beroperasi 24 jam setiap hari. Rumah

Sakit Umum Daerah Kota Bitung

memiliki 61 perawat yang terdiri dari 16 S1 ners, 22 fungsional perawat DIII, 20 fungsional perawat SPK dan 3 perawat gigi. Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan 7 perawat di RSUD Kota Bitung dijumpai 5 perawat mengalami stres kerja dan 2 orang tidak. Dari hasil

observasi terhadap stres perawat dijumpai

5 perawat merasa bingung, sering

meningggalkan pekerjaan, terlihat kurang tidur, dan mudah mengeluh.Hal ini

mendorong peneliti untuk mengkaji

tentang hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung.

IHASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Umur di RSUD Kota Bitung

No. Kelompok Umur n %

1. 23 - 30 tahun 26 42,9

2. 31 - 40 tahun 15 24,5

3. 41 - 50 tahun 10 16,3

4. 51 - 54 tahun 10 16,3

Jumlah 61 100

Dari tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar perawat berumur 23-30 tahun (42,9%). Hal ini disebabkan di RSUD Kota Bitung dalam penempatan

perawat perlu perawat yang

berpengalaman, mempunyai kemampuan khusus dan pengetahuan yang terdepan dalam menangani kasus-kasus gawat darurat. Menurut hasil penelitian dari Emita, S (2014) bahwa perawat pelaksana di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang berumur <32 tahun mempunyai kinerja kurang (53,4%) lebih besar dibandingkan dengan perawat pelaksana umur ≥32 tahun (33,7%). Hal ini

disebabkan karena perlu adanya perawat

yang berpengalaman, mempunyai

kemampuan khusus dalam menangani kasus-kasus kegawat daruratan tinggi. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di RSUD Kota Bitung

N o. Jenis Kelamin N % 1. Laki-laki 9 14,8 2. Perempu an 52 85,2 Jumlah 61 100

Dari tabel 2 menunjukan perawat yang paling banyak adalah perempuan

(4)

4

yaitu sebanyak 52 responden (85,2%). Hasil penelitian dari Kristianti (2016) juga menjelaskan bahwa karakteristik perawat yang bekerja di Ruang Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri jika dilihat dari jenis kelamin banyak adalah perempuan yaitu 59,4%.

Hal ini terjadi karena dunia keperawatan identik dengan wanita yang lebih dikenal dengan mother instinc.Jenis kelamin responden dalam penelitian ini lebih banyak perempuan di bandingkan

laki-laki.Keadaan ini memungkinkan

perempuan lebih baik kinerjanya

dibandingkan laki-laki.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi

Karakteristik Responden Menurut

Pendidikan di RSUD Kota Bitung N o. Pendidik an N % 1. S1 29 47,5 2. DIII 27 44,3 3. SPK 5 8,2 Jumlah 61 100

Dari tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar responden berpendidikan S1 Keperawatan yaitu sebanyak 29 responden (47,5%). Berbanding dengan hasil penelitian dari Mulyono (2013) menunjukan bahwa perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon

sebagian besar perawat berpendidikan DIII sebanyak 15 orang (23,4%). Tenaga keperawatan yang berpendidikan tinggi motivasinya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan rendah sehingga akan meningkatkan kinerja.

Sejalan dengan Notoatmodjo

(2005), menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki pendidikan yang rendah dan melalui pendidikan

seseorang dapat meningkatkan

kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan di RSUD Kota Bitung

N o. Status Perkawin an N % 1. Kawin 47 77,0 2. Belum Kawin 14 23,0 Jumlah 61 100

Dari tabel 4 menunjukan bahwa perawat yang sudah kawin lebih banyak dari perawat yang belum kawin yaitu

(5)

5

Berbanding terbalik dengan hasil

penelitian dari Mulyono (2013)

menunjukan bahwa perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon yang sudah kawin sebanyak 12 orang (18,8%) dan yang belum kawin sebanyak 52 orang (81,2%).

Satus Pernikahan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting (Stephen P Robbins, 2001).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja di RSUD Kota Bitung No. Masa Kerja n % 1. 1-15 tahun 27 44,3 2. 16-30 tahun 34 55,7 Jumlah 61 100

Dari tabel 5 menunjukan bahwa responden dengan masa kerja 16-30 tahun lebih banyak yaitu sebanyak 34 responden (55,7%). Hasil penelitian dari Kristianti, E (2016) diketahui bahwa sebagian besar perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri mempunyai masa kerja

antara 1-9 tahun yaitu sebanyak 44 responden (63,8%).

Pengalaman bekerja banyak

memberikan keahlian dan keterampilan kerja.Sebaliknya, terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan

keterampilan yang dimiliki makin

rendah.Pengalaman bekerja merupakan modal utama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Stres Kerja di RSUD Kota Bitung No . Stres Kerja N % 1. Stres 24 39,3 2. Tidak Stres 37 60,7 Jumla h 61 100

Dari tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar perawat mempunyai stres dalam tingkatan tidak stres yaitu sebanyak 37 responden (60,7%). Hasil penelitian dari Kristianti (2016) diketahui bahwa sebagian besar perawat sebanyak 55,1%

mengalami stres sedang sebagian

mengalami tidak stres 44,9%. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hawari (2017), yang dimaksud dengan stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Stres kerja

(6)

6

merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Emita (2014) bahwa sebagian besar perawat di RSUD dr. Achmad Muchtar Bukittinggi mengalami stres kerja berat (56,7%).

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Menurut Kinerja di RSUD Kota Bitung No . Kinerj a N % 1. Baik 34 55,8 2. Tidak Baik 27 44,2 Jumlah 61 100

Dari tabel 7 menjelaskan hasil penelitian mengenai kinerja perawat di RSUD Kota Bitung diketahui bahwa sebagian perawat memiliki kinerja tidak baik yaitu sebanyak 44,2%. Keadaan ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu beratnya beban kerja perawat misalnya merawat pasien kritis terlalu banyak, perawat harus selalu di

depan pasien karena membutuhkan

pengawasan khusus dan kekurangan

tenaga, sehingga faktor-faktor tersebut

menjadikan perawat tidak cukup waktu untuk mengisi dokumentasi keperawatan dengan baik. Hasil penelitian ini mendukung penilitian Mulyono (2013) yang berjudul "Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon" menemukan sebagian besar kinerja perawat dalam kategori cukup/sedang sebesar 73,92%.

Sedangkan hasil penelitian dari Kristianti (2016) menunjukan sebagian besar perawat di RSUD dr. Soediran

Mangun Sumarso Wonogiri hanya

memiliki kinerja dalam tingkatan cukup yaitu sebanyak 75,4%. Wirawan (2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari faktor internal (bakat, sifat pribadi, kreativitas,

keadaan fisik serta psikologis,

pengetahuan, ketrampilan, kompetensi, pengalaman kerja, stres kerja, etos kerja dan motivasi kerja), lingkungan internal organisasi (kebijakan organisasi, sistem

managemen, strategi komunikasi

organisasi, kepemimpinan, kompensasi, budaya organisasi, iklim organisasi dan teman sekerja) dan lingkungan eksternal (kehidupan ekonomi, kehidupan politik, sosial, budaya, agama dan kompetitor).

(7)

7

Tabel 8. Hubungan antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD Kota Bitung

Stres Kerja

Kinerja

pvalue

Baik Tidak Baik Total OR CI

95% N % n % N % Tidak Stres 26 42,7 11 18,0 37 60,7 4,727 p=0,005 Stres 8 13,1 16 26,2 24 39,3 Total 34 55,8 27 44,2 61 100

Tabel 4.6 di dapatkan hasil bahwa perawat yang tidak stress mempunyai kinerja baik sebanyak 26 responden (42,7%) dan kinerja tidak baik sebanyak 11 responden (18,0%). Responden yang mengalami stress mempunyai kinerja tidak baik sebanyak 16 responden (26,2%) dan kinerja baik sebanyak 8 responden (13,1%). Hasil analisis dengan program

komputerisasi diperoleh nilai

Pvaluesebesar 0.005 untuk jumlah sampel 61 dalam taraf signifikan 5% (0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 4,727 yang artinya perawat yang tidak stress mempunyai peluang hampir 5 kali lebih besar untuk mempunyai kinerja baik dibandingkan dengan perawat yang stress.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunaryo (2004) bahwa terdapat banyak sumber yang mempengaruhi stres kerja pada perawat yang bisa mengakibatkan turunnya kualitas atau kinerja seorang perawat dalam melakukan tugasnya, salah satunya dalam melaksanakan standar

asuhan keperawatan.Stres kerja

merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang.

Hasil penelitian dari Kristianti

(2016) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang cukup kuat antara stres kerja dengan kinerja perawat di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan nilai Spearman's rho sebesar -0,429 dengan probabilitas (p) sebesar 0,000.

Penelitian ini juga mendukung

penelitian Hafsah (2013) tentang

“Hubungan Antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai Tahun 2012” dilihat dari uji chi-square didapatkan nilai p=0,000 < 0,05 dan koefisien korelasi r = 0,682 menunjukan hubungan yang kuat, penelitian ini bersifat positif, stres kerja perawat mayoritas kategori sedang (42,2%), kinerja perawat mayoritas cukup (48,9%) dan hasil penelitian ini menyatakan ada hubungan

(8)

8

yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja.

Penelitian ini juga mendukung

penelitian Emita (2014), Adanya

hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap bedah, dan interna RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2014 dengan p value = 0,023.

KESIMPULAN

1. Karakteristik perawat di RSUD Kota Bitung sebagian besar berumur 23-30

tahun (43,9%), sebagian besar

perempuan (85,2%), sebagian besar

berpendidikan S1 Keperawatan

(47,5%), sebagian besar sudah kawin

(77,0%) dan sebagian besar

mempunyai masa kerja 16-30 tahun (55,7%).

2. Tingkat stress kerja perawat di RSUD Kota Bitung berada pada tingkatan stress (39,3%) dan tidak stres (60,7%).

3. Tingkat kinerja perawat di RSUD Kota Bitung berada pada tingkatan

tidak baik (44,2%) dan baik

(55,8%%).

4. Hasil menunjukan bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kinerja perawat di RSUD Kota Bitung yaitu perawat yang tidak stres (60,7%) memiliki kinerja yang

baik (55,8%) dengan Pvalue 0,005 dan nilai OR CI 4,727.

SARAN

1. Bagi Instansi RSUD Kota Bitung Bagi pihak RSUD Kota Bitung agar

dapat menurunkan beban kerja

perawat dengan menambah jumlah perawat, sehingga stres kerja perawat dapat diminimalisir dan secara korelasi akan meningkatkan kinerja. 2. Bagi Perawat

Penelitian ini memberikan pembuktian tentang stres kerja yang dialami di

rumah sakit dan bagaimana

hubungannya dengan kinerja perawat, sehingga dengan adanya penelitian ini perawat bisa untuk mengendalikan stres yang pada umumnya sering di rasakan perawat sehingga perawat bisa

lebih baik dalam melaksanakan

pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA

Azizpour, Y. 2013. A Survey the

Associated Factors of Stress

AmongOperating Room

Personnel. Thrita journal Of Medical Science.Vol. 2. No.3. 19-23. September 2013.

Emita, S. 2014. Hubungan Antara Stres

Kerja Dengan Kinerja

(9)

9

Rawat Inap RSUD dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi.jurnal.umsb.ac.id. Vol.2.No.2. Februari 2014.

Hafsah, J. 2013. Hubungan Antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai Tahun 2012. Medan: Universitas Sumatera Utara. Vol.4 No.1.Februari 2013.

Hasibuan, M.S.P. 2015.Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Hawari, D. 2017. Skizofrenia Kepribadian Terbelah/Retak/Ganda (Split Personality). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kristianti, E. 2016.Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja Perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di Ruang

Perawatan Khusus RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, Surakarta: Stikes Kusuma Husada.

Mulyono, H. 2013. Faktor Yang

Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawatdi Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK. .Vol.2 No.1.Januari 2013.

Munandar. 2007. Stres dan Kepuasan Kerja. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2007. Manajemen

Keperawatan dan Aplikasinya.

Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.

Robbins, S.P. 2011. Perilaku Organisasi. Edisi Duabelas, Jakarta: Salemba Empat.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk

Keperawatan. Jakarta: EGC. Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber

Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Gambar

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Karakteristik  Responden Menurut Stres Kerja di RSUD  Kota Bitung  No
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Karakteristik  Responden  Menurut  Kinerja  di  RSUD  Kota Bitung  No
Tabel 8. Hubungan antara Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di RSUD Kota Bitung

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu pertanyaan yang cukup menarik untuk didiskusikan dalam hubungannya dengan sejarah Gereja Perdana adalah sejauh mana ada kesatuan atau perbedaan antara pandangan

Untuk itu, penulis mencoba membuat aplikasi games ini melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan aplikasi dengan menentukan siapa yang menjadi user dan bentuk dari aplikasi games

Merujuk pada definisi politik sendiri yaitu tentang seni untuk mencapai tujuan, maka dalam tahap ini siswa SMA akan mempelajari sesuatu yang praktis, seperti bernegosiasi, debat

Skripsi yang berjudul “ MEDIA PEMBELAJARAN AUGMENTED REALITY SISTEM PERNAFASAN TUBUH MANUSIA BERBASIS ANDROID ” tepat pada waktunya.. Dalam penyusunan laporan ini,

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PEMASANGAN JARINGAN INTERNET WIFI.ID PADA PT.TELKOM AKSES.. KABUPATEN KUDUS

Perbedaannya adalah dalam objek penelitian, dimana penelitian objek penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2012

“bahan-bahan yang larut dalam air, jika tidak ada peraturan lain, dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep

PEMBELAJARAN PERAKITAN KOMPUTER DENGAN MODEL SAVI BERBANTUAN MULTIMEDIA 3D UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu